Anda di halaman 1dari 35

Epit 089651080895 085382914807

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN 
Definisi dari epidemiologi lingkungan ( define the term environmental epidemiology)
Istilah epidemiologi lingkungan mengacu pada studi tentang penyakit dan kondisi
kesehatan (yang terjadi pada populasi / masyarakat ) yang dikaitkan dengan faktor-faktor
lingkungan.
Epidemiologi Lingkungan adalah studi tentang distribusi dan faktor-faktor penentu
kesehatan dan penyakit, morbiditas, cedera, cacat, dan kematian pada populasi atau ilmu yang
menganalisis hubungan agent di lingkungan dengan dampak kesehatan padamasyarakat, yang
mempelajari distribusi(penyebaran) dan determinan (faktor resiko) penyakit dalam kelompok
masyarakat.
Epidemiologi Lingkungan adalah Ilmu yang mempelajari efek dari faktor fisika, biologi
dan kimia di lingkungan eksternal terhadap kesehatan manusia, dalam artian luas.
     
     Uraikan tiga peristiwa bersejarah dalam epidemiologi lingkungan (Describe three major
historical events in environmental epidemiology)
a.       Hippocrates
Hippocrates adalah seorang filsuf dan dokter Yunani pasca-Socrates, yang dikenal
sebagai Bapak Kedokteran Modern. Hippocrates telah membebaskan hambatan filosofis cara
berpikir orang-orang pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul) dalam
memandang kejadian penyakit. Hippocrates memberikan kontribusi besar dengan konsep kausasi
penyakit yang dikenal dalam epidemiologi dewasa ini, bahwa penyakit terjadi karena interaksi
antara ‗host-agent-environment‘ (penjamu-agen-lingkungan). Dalam bukunya yang "On Airs,
Waters and Places" (Tentang Udara, Air, dan Tempat) yang diterjemahkan Francis Adam,
Hipoccrates mengatakan, penyakit terjadi karena kontak dengan jazad hidup, dan berhubungan
dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.
Pandangan Hippocrates tentang kausa penyakit dipengaruhi oleh filsafat Empat Elemen
dan Humoralisme Yunani kuno. Sebagai contoh, Hippocrates menegaskan peran penting iklim,
sifat-sifat udara, angin, kualitas udara dan air, bagi kesehatan. Sebuah kutipan dari buku itu
menyebutkan, “Whoever wishes to investigate medicine properly should proceed thus: in the
first place to consider the seasons of the year, and what effects each of them produces. Then the
winds,the hot and the cold, especially such as are common to all countries, and then such as are
peculiar to each locality” Artinya, siapapun yang ingin mempelajari ilmu kedokteran dengan
benar hendaknya melakukan langkah-langkah sebagai berikut: pertama-tama pertimbangkan
musim sepanjang tahun dan efek yang dihasilkannya. Lalu angin, yang panas maupun dingin,
terutama yang dialami oleh semua negara, lalu yang dialami secara khusus oleh daerah setempat.
Kausa penyakit menurut Hippocrates tidak hanya terletak pada lingkungan, tetapi juga
dalam tubuh manusia. Sebagai contoh, dalam bukunya “On the Sacred Disease” Hippocrates
menyebutkan bahwa epilepsi bukan merupakan penyakit yang berhubungan dengan tahayul atau
agama, melainkan suatu penyakit otak yang diturunkan.
b.      Sir Percival Pott
Saat dunia ilmiah mulai berkembang sehingga setiap penemuan selalu berdasarkan proses
penelitian, Sir Percival Pott pada 1775 dengan tegas menyatakan, cancer disebabkan oleh
carcinogen. Pada 1900-an, kanker hati adalah penyakit sel yang kehilangan kendali proliferasi.
Pada tahun 1775, menyatakan bahwa para pekerja pembersih cerobong asap di Inggris
menderita penyakit kanker skrotum. Percival Pott menekankan bahwa adanya jelaga dan
kurangnya higiene di cerobong asap yang menyebabkan terjadinya kanker skrotum. Dari
penelitiannya ini, maka Percival Pott menjadi Occupational epidemiologist pertama dalam
sejarah. Penelitian ini berhasil melahirkan Chimney-sweeps Act pada tahun 1788.
c.       John Snow
Pada paroh pertama abad ke 19 terjadi pandemi kolera di berbagai belahan dunia.
Epidemi kolera menyerang London pada tahun 1840an dan 1853-1854. Pada zaman itu sebagian
besar dokter berkeyakinan, penyakit seperti kolera dan sampar (The Black Death) disebabkan
oleh “miasma” (udara kotor) yang dicemari oleh bahan organik yang membusuk. Seorang dokter
bernama John Snow memiliki pandangan yang sama sekali berbeda dengan dokter lainnya. Pada
waktu itu belum dikenal Teori Kuman (Germ Theory).
Merupakan orang pertama yang menemukan bahwa wabah kolera yang terjadi di Soho,
London, pada 1854 sangat terkait dengan sumber air yang digunakan penduduk. Pada saat itu
belum ditemukan mikroskop sehingga orang tidak mengetahui apa saja yang terdapat di dalam
air. Akan tetapi, John Snow sangat yakin, wabah kolera disebabkan sumber air yang digunakan
masyarakat. Ia mencabut pompa air yang digunakan masyarakat sehingga sumber air tersebut
tidak dapat digunakan dan wabah kolera kemudian mereda.
http://arifundipspiritual.blogspot.com/2012/03/epidemiologi-lingkungan.html

sejarah

Sejarah Perkembangan Epidemiologi

Sejarah epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan masa dimana manusia mulai

mengenal penyakit menular. Walaupun pada saat itu, sumber dan penyebab penyakit, masih

dianggap berasal dari kekuatan gaib dan roh jahat. Tetapi cukup banyk usaha pada zaman purba

yang dapay dianggap sebagai usaha untuk melawan epidemic. Umpamanya pada kira-kira 1000

tahun SM, telah dikenal variolasi di Cina untuk melawan variola, sedangkan orang-orang India

pada saat tersebut selain menggunakan variola, telah mengenal bahwa penyakit pes erat

hubungannya dengan tikus. Sedangkan kusta telah diketahui mempunyai hubungan erat dengan

kepadatan penduduk.

Sebenarnya epidemiologi sebagai sains yang didasarkan atas pengamatan terhadap fenomena

penyakit dalam masyarakat oleh mereka yang meyakini bahwa keadaan tersebut merupakan suatu

fenomena yang terjadi secara teratur (ordered fhenomena) dan bukan sebagai suatu kejadian yang

bertalian dengan kekuatan gaib. Telah dikenal sejak zaman Yunani kuno seperti halnya dengan

berbagai ilmu pengetahuan lian yang telah mampu meningkatkan kesejahteraan manusia dewasa

ini. Pada zaman kejayaan yunani dan romawi kuno, telah dikenal adanya proses penularan

penyakit pada masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan.

 Perkembangan Epidemiolgi
Epidemiologi sebagai suatu ilmu berkembang dari waktu kewaktu. Perkembangan itu dilatar

belakangi oleh beberapa hal.:

1. Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit. Sewaktu

jaman John Snow epidemiologi mengarahkan dirinya untuk masalah infeksi dan wabah. Dewasa

ini telah terjadi perubahan pola penyakit kearah penyakit tidak menular. Dan epidemiologi tidak

hanya diperhadapkan dengan masalah penyakit semata, tetapi juga hal-hal lain baik yang

berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan penyakit/kesehatan, serta masalah non

kesehatan.

2. perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Pengetahuan klinik kedokteran berkembang begitu

pesat disamping perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti biostatistik, administrasi, dan ilmu

perilaku (behavior science). Perkembangan ilmu ini juga meiupkan angina segar untuk

perkembangan epidemiologi.

Dengan demikian terjadilah perubahan dan perkembangan pola pikir para ahli kesehatan

masyarakat dari masa kemasa. Sesuai dengan kondisi zaman dimana mereka berada.

Khusus mengenai pandangan terhadap proses terjadinya atau penyebab penyakit telah

dikemukakan beberapa konsep/teori. Beberapa teori tentang kausa terjadinya penyakit yang

pernah dikemukakan adalah :

1. Contagion Theory

Teori mengamukakan bahwa untuk terjadinya penyakit diperlukan adanya kontak antara satu

person dengan person lainnya. Teori ini tentunya dikembangkan berdasarkan situasi penyakit
pada masa itu, dimana penyakit yang melanda kebanyakan adalah penyakit menular yang terjadi

akibat adanya kontak langsung. Teori ini bermula dikembangkan berdasarkan pengamatan

terhadap epidemic dan penyakit lepra di Mesir.

2. Hippocratic Theory

Menyusul Contagion Theory, para pemikir kesehatan masyarakat yang dipelo[pori oleh

Hippocrates mulai lebih mengarahkan kausa pada suatu faktor tertentu. Hippocrates mengatakan

bahwa kausa penyakit berasal dari alam; cuaca dan lingkungan yang ditunjuk sebagai biang

keladi terjadinya penyakit .

Teori ini mampu menjawab masalah penyakit yang ada pada waktu itu dan dipakai hingga tahun

1800-an. Kemudian ternyata teori ini tidak mampu menjawab tantangan pelbagai penyakit

infeksi lainnya yang mempunyai rantai penularan yang lebih berbelit-belit.

3. Misamatic Theory

Hamper sama dengan Hippocratic teory, Miasmatic theory menunjuk gas-gas busuk dari perut

bumi yang menjadi kausa penyakit. Teori ini punya arah cukup spesifik,

4. Epidemic Theory

Teori ini mencoba menghubungkan terjadinya penyakit dengan cuaca dan faktor

geografi(tempat). Suatu zat organic dari lingkungan dianggap sebagai pembawa penyakit.

Misalnya air tercemar menyebabkan gastroenteritis. Teori ini diterapkan oleh John Snow dalam

menganalisis terjadinya diare di London.


5. Teori Kuman (Germ Theory)

Suatu kuman(mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa penyakit. Teori ini sejalan dengan

kemajuan di bidang teknologi kedokteran, ditemukannya mokroskop yang mampu

mengidentifikasi mikroorganisme. Kuman dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit. Namun

selanjutnya ternyata teori ini mendapat tantangan karena sulit diterapkan pada berbagai penyakit

kronik, misalnya penyakit jatung dan kanker, yang penyebabnya bukan kuman.

6. Teori Multikausa

Disebut juga sebagai konsep multifaktorial dimana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit

terjadi sebagai hasil Dari interaksi berbagai faktor. Misalnya faktor interaksi lingkungan yang

berupa faktor biologis, kimiawi dan sosial memegang peranan dalam terjadinya penyakit.

Sebagai contoh infeksi tuberklosis paru yang disebabkan oleh invasi mycobacterium tuberclosis

pada jaringan paru, tidak dianggap sebagai penyebab tunggal terjadinya TBC. Disini TBC tidak

hanya terjadi sebagai akibat keterpaparan dengan kuman TBC semata, tertapi secara

multifaktorial berkaitan dengan faktor genetic, malnutrisi, kepadatan penduduk dan derajat

kemiskinan. Demikian pula halnya dengan kolera yang disebabkan oleh tertelannya vibrio kolera

ditambah dengan beberapa (multi) faktor resiko lainnya. Kpekaan penjamu meningkat oleh

keterpaparan berbagai faktor; malnutrisi, perumahan padat, kemiskinan, dan genetic. Dalam

kondisi demikian seseorang menelan fibrio kolera selama terpapar dengan air tidak bersih dan

dilanjutkan dengan pengeluran toksin kolera yang meracuni lambung sehingga terjadilan diare.

PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat (Public Healt )

yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit ataaupun masalah kesehatan

lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit dalam masyarakat itu didekati oleh

epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai

metode pendekatan yang banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah

kesehatan.

Menurut asal katanya, secara etimologis, epidemologi berarti ilmu mengenai kejadian yang

menimpa penduduk. Epidemiologi berasal dari bahasa yunani, dimana epi=upon, pada atau

tentang; demos = people, penduduk; dan logia = knowl- edge, ilmu. Nama epidemiologi sendiri

berkaitan dengan sejarah kelahirannya di mana mengenai penduduk pada waktu itu hingga akhir

abad 19 adalah penyakit wabah atau epidemi (penyakit yang mengenai penduduk secara luas).

Epidemiologi memberikan perhatian kepada tentang epidemi yang banyak menelan korban

kematian, dan begitulah nama epidemiologi tidak bisa dilepaskan dengan epidemi itu sendiri.

Pada awal perkembagannya epidemiologi mempunyai pengertian yang sempit. Di awal

sejarahnya, epidemiologi dianggap sebatas ilmu tentang epidemi. Pada perkembangan

selanjutnya hingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang distribusi

(penyebaran) dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan

untuk pembuatan perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi

masalah kesehatan. Dengan demikian di sini tampak bahwa epidemilogi dimaksudkan tidak

hanya mempelajari penyakit dan epideminya saja, tetapi menyangkut masalah kesehatan secara

keseluruhan.
Sebagai ilmu yang berkembang, epidemiologi mengalami perkembangan pengertian dan

karena itu pula mengalami modifikasi dalam batasan defenisinya. Berbagai defenisi telah

dikemukakan oleh para penulis dan para pakar yang mencurahkan waktunya dalam

epidemiologi. Beberapa di antara mereka dapat disebutkan disini.

Wade Hampton Frost (1972), guru besar epidemilogi di school of hygiene, Universitas

Jhon Hopkins mendefinisikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena massal

(mass phenoment) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history) penyakit

menular . Di sini tampak bahwa pada waktu itu penekanan perhatian epidemiologi hanya

ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang mengenai massa (masyarakat).

Greenwood (1934), Professor di School of Hygiene and Tropical Medicine, London ,

mengemukakan batasan epidemilogi yang lebih luas di mana dikatakan bahwa epidemiologi

yang lebih luas di mana dikatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala

macam kejadian penyakit yang mengenai kelompok (herd) penduduk. Kelebihan pengertian ini

adalah dengan adanya penekanan pada kelompok penduduk yang memberikan arahan pada

distribusi dan metodelogi terkait.

Kemudian Brian Macmahon (1970), pakar epidemiologi di Amerika Serikat yang bersama

Thomas F. Pugh menulis buku Epidemiologi ; principles and method ,menyatakn bahwa

epidemiologi is the studi of the distribution and determinants of disease frequency in man.

Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab kejadian penyakit pada manusia

dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Walaupun defenisinya cukup tampak bahwa

MacMahon menekankan epidemiologi sebagai suatu pendekatan metodologik dalam menentukan

distribusi penyakit dan mencari penyebab mengapa tejadi sedemikian dari suatu penyakit.
Gary d. Friedman (1974) selanjutnya dalam bukunya primer of epidemiology menuliskan

bahwa Epidemiology Is The Study Disease Occurance In Human Populations. Batasan ini lebih

sederhana dan tampak senapas dengan apa yang dikemukakan oleh MacMohan. Dan itu pula

yang kurang lebih dikemukakan oleh Andrers Ahlbom dan Staffan Norel (1989) dalam bukunya

Introduction of Modern Efidemology. Dikatakan bahwa epidemologi adalah ilmu pengetahuan

mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia. Hanya saja perlu ditambahkan bahwa

dalam kata pengantarnya dia mengatakan antara lain: “sesuatu lelucon lama mengatakan bahwa

seorang ahli epidemologi adalah seorang dokter yang dapat menghitung. Dewasa ini epidemologi

telah berubah, tidak lagi sebagai wilayah dari sejumlah kecil dokter yang berdedikasi, tetapi telah

berkembang menjadi suatu disiplin riset nyata. Ungkapan ini mengingatkan akan latar belakang

sejarah epidemologi yang semula mendapatkan perhatian dan dikembangkan oleh para dokter

yang menggeluti masalah penyakit, yang kemudian berkembang sebagai satu pengetahuan

metodologi .

KOMPONEN EPIDEMIOLOGI

Terkandung tiga komponen penting dalam epidemologi yaitu Frekuensi, Distribusi dan

Determinan.

1. Frekuensi

Merupakan upaya melakukan kuantifikasi atau proses patologis atas kejadian untuk

mengukur besarnya kejadian/masalah serta untuk melakukan perbandingan. Setiap pengamatan

yang sistematis terhadap pola penyakit di d.alam masyarakat, dimulai dari analisis data sekunder

dan primer yang telah terkumpul.


2. Distribusi

Menunjukkan bahwa dalam memahami kejadian yang berkaitan dengan penyakit atau

masalah kesehatan. Epidemologi menggambarkan kejadian tersebut menurut karakter/variabel

orang, tempat dan waktu. Artinya dalam penyelidikannya selalu menjawab pertanyaan siapa

yang terkena penyakit di dalam populasi serta kapan dan di mana penyyakit tersebut terjadi.

Guna menjawab pertanyaan tersebut mungkindiperlukan perbandingan antara populasi yang

berbeda dalam waktu yang sama, antara ugroup di dalam suatu poopulasi, atau antara berbagai

periode observasi. Pengetahuan tentang distribusi penyakit diperlukan untuk menjelaskan pola

penyakit serta merumuskan hipotesis tentang kemungkinan faktor penyabab atau pencegah.

3. Determinan

Adalah faktor yang mempengaruhi, berhubungan atau memberi resiko terhadap terjadinya

penyakit/masalah kesehatan. Merupakan kelanjutan dua komponen terdahulu, karena

pengetahuan tentang frekuensi dan distribusi penyakit diperlukan untuk menguji hipotesis

epidemologi, jadi menunjukkan faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang

menerangkan frekuensi, penyebaran, dan penyebab munculnya masalah kesehatan.

Di dalam definisi-definisi epidemologi yang diutarakan oleh para ahli di atas, tersirat

beberapa tujuan epidemologi yaitu:

1. Mengumpulkan fakta dan data tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat.

2. Menjelaskan sifat dan penyebab masalah kesehatan tersebut.

3. Menentukan/merencanakan pemecahan masalah serta mengevaluasi aktivitas pelaksnaannya.


4. Menggambarkan status kesehatan penduduk, untuk menetapkan prioritas masalah dan

perencanaan.

5. Mempelajari riwayat alamiyah suatu penyakit atau masalah kesehatan, petunjuk bagi upaya

pencegahan dan mekanisme pencegahan.

6. Mempelajari penyebab/faktor resiko suatu penyakit/masalah kesehatan.

7. Mengembangkan sistem pengendalian dan pemberantasan penyakit dalam suatu sistem

administrasi.

Epidemologi diharapkan dapat berperan dalam pembangunan kesehatan masyarakat secara

keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan melalui kemampuan epidemologi untuk mengetahui

distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan damn mengarahkan intervensi yang

diperlukan. Bentuk peran itu dapat dijabarkan dalam 7 peran utama (valanis,10) yaitu:

1. Investigasi etiologi penyakit

2. Identifikasi faktor resiko

3. Identifikasi sindrom dan klasifikasi penyakit.

4. Melakukan diagnosis banding (differential diagnosis) dan perencanaan pengobatan.

5. Surveilan status kesehatan penduduk.

6. Diagnosis komunitas dan perencanaan pelayanan kesehatan

7. Evaluasi pelayanan kesehatan dan intervensi kesehatan masyarakat.


Selain itu Beoglehole (WHO 1977) mengemukakan 4 peran utama epidemoogi yakni:

1. Mencari Kausa, faktor-faktor yang mempelajari derajat kesehatan yang menyebabkan

terjadinya penyakit.

2. Riwayat alamiah penyakit, perlangsungan penyakit, bisa sangat mendadak (emergency) akut

dan kronik.

3. Deskripsi status kesehatan masyarakat, menggambarkan proporsi menurut status kesehatan,

perubahan menurut waktu, perubahan menurut umur, dan lain-lain.

4. Evaluasi hasil intervensi , menilai bagaimana keberhasilan berbagai intervensi seperti promosi

kesehatan, upaya pencegahan dan pelayanan kesehatan.

Kalau ingin dikembangkan lebih lanjut maka peran epidemologi lainnya dapat mencukupi

hal-hal berikut:

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang utama yang dihadapi masyarakat.

2. Mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya maslah kesehatanatau penyakit dlam

masyarakat.

3. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan keputusan,

4. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.

5. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk

mengatasi atau menanggulanginya.


6. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu

dipecahkan.

Ruang Lingkup Epidemologi

Dari perngertian epidemologi dan metode epidemologi, maka bentuk kegiatan epidemologi

meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang berhubungan dengan bidang kesehatan

maupun diluar bidang kesehatan. Bebrbagai bentuk dan jenis kegiatan dalam epidemologi saling

berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga tidak jarang dijumpai suatu bentuk kegiatan

yang tumpah tindih. Bentuk kegiatan epidemiologi dasar yang paling sering digunakan adalah

bentuk bentyuk epidemologi deskriptif, yakni suatu bentuk kegiatan epidemologi yang

memberikan gambaran atau keterangan tentang keadaaan serta penyebaran tingkat derajat

kesehatan dan gangguan kesehatan maupun penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu

(terutama menurut sifat karakteristik orang, waktu dan tempat).

Bentuk kegiatan epidemologi yang erat hubungannya dengan deskriptif epidemologi

adalah menilai derajat kesehatan dan besar kecilnya maslah kesehatan yang ada dalam suatu

masyarakat tertentu. Bentuk kegiatan ini erat hubungannya dengan penyusunan perencanaan

kesehatan serta penilaian hasil kegiatan usaha pelayanan kesehatan pada penduduk tertentu.

Perkembangan bidang penelitian epidemiologi menunjukkan suatu konsep penelitian yang

memmiliki sasaran utamanya adalah kelompok penduduk tertentu. Walaupun pada dasarnya

bentuk penelitian ini dapat juga mengarahkan kepada berbagai penyakit dan gangguan kesehatan

pada umumya tetapi memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan penelitian klinik. pada

penelitian klilnik, sifat penyakit yang dianalisis berdasarkan individu sebagai suatu kesatuan unit
tersendiri, walupun pada penelitian tersebut melibatkan kelompok penderita tertentu dalam

masyarakat, sedangkan dalam penelitian epidemiologi suatu kelompok penduduk atau

masyarakat tertentu merupakan suatu kesatuan unit yang tidak terpisahkan walupun data

diperoleh dari tiap indvidu dalam kelompok tertentu.

Dewasa ini penelitian epidemiologi pada dasarnya dapat dibagi kedalam dua dua bentuk

dasar, yakni penelitian observasi atau pengamatan langsung terhadap kejadian alami dalam

masyarakat dalam mencari hubungan sebab akibat terjadinya gangguan keadaan normal dalam

masyarakat tersebut, serta penelitian eksperimental yang merupakan penelitian yang didasarkan

atas perlakuan tertentu terhadap objek untuk dapat memperoleh jawaban tentang pengaruh

perlakuan tersebut terhadap objek yang diteliti. Dalam hal tersebut, populasi sasaran ditentukan

secara cermat serta setiap perubahan yang timbul merupakan akibat dari perlakuan khusus oleh

pihal peneliti.

Dalam perkembangan selanjutnya, prinsip epidemiologi yang meliputi epidemiologi

deskriptif maupun penelitian epidemiologi, dikembangkan secara lebih luas sebagai suatu sistem

atau metode pendekatan dalam berbagai bidang kehidupan kemasyarakatan. Adapun ruang

epidemiologi yang disebutkan diatas termasuk berbagai masalah yang timbul dalam masyarakat,

baik yang berhubungan berat bidang kesehatan maupun dengan berbagai bidang kehidupan

sosial, telah mendorong perkembangan epidemiologi dalam berbagai bidang.

1. Epidemiologi Penyakit Menular.

Untuk ini telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan maupun

penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia dalam mengatasi berbagai


gangguan penyakit menuar dewasa ini merupakan salah satu hasil yang gemilang dari

epidemiologi. Peranan epidemiologi surveilan yang pada mulanya hanya ditujukan pada

pengamatan penyakit-penyakit menular secara seksama, ternyata telah memberikan hasil yang

cukup berarti dalam menanggulangi berbagai masalah penyakit menular dan penyakit tidak

menular.

2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Pada saat ini sedang berkembang pesat suatu usaha mencari berbagai faktor yang

memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti kanker,

penyakit sistemik serta berbagai penyakit menahun lainnya termasuk diantaranya masalah

meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan penyalagunaan obat-obat tertentu. Bidang ini mulai

banyak digunakan terutama dengan meningkatnya masalah kesehatan yang bertalian erat dengan

berbagai gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang

industri yang banyak mempengaruhi keadaan lingkungan termasuk lingkungan fisik, biologis

maupun lingkungan sosila budaya.

3. Epidemiologi Klinik

Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh

para klinisi yang bertujuan untuk dapat membekali para klinisi dan dokter tentang cara

pendekatan masalah melalui disiplin ilmu melalui epidemiologi. Dalam penggunaan

epidemiologi klinik sehari-hari, para petugas medis terutama para dokter sering menggunakan

prinsip epidemiologi dalam menangani kasus secara individual. Mereka lebih berorientasi pada

penyebab penyakit serta cara mengatasinya, terhadap kasus secara individu yang biasanya tidak
tertarik untuk mengetahui serta menganalisis sumber penyakit, cara penularannya maupun sifat

penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai hasil yang diperoleh dari para klinisi tersebut,

merupakan data informasi yang sangat berguna dalam analisis epidemiologi, tetapi harus pula

diingat bahwa epidemiologi bukanlah terbatas pada data dan informasi saja tetapi merupakan

suatu disiplin ilmu yang memiliki materi pendekatan maupun bentuk penerapannya secara

khusus. Dengan demikian maka sudah sewajarnyalah apabila setiap dokter yang akan bertugas,

dibekali pengetahuan dan keterampilan khusus tentang cara pendekatan epidemiologi.

Dewasa ini para dokter yang bekerja di puskesmas cukup banyak dibebani tugas ganda

yakni selain sebagai klinisi, mereka harus berfungsi sebagai pelaksana usaha kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya. Tugas utamanya adalah sebagai seoarng dokter akan terganggu

dengan berbagai tugas lain yang membutuhkan waktu dan tenaga, sehingga tidak jarang dijumpai

pelayanan pederita yang sangat bersifat kuratif saja, yakni mereka secara individu akan sembuh

setelah pengobatan, tetapi kemudian mereka kembali ke lingkungan yang sama dengan

kemungkinan menjadi sakit lagi.

4. Epidemiologi Kependudukan

Bentuk ini merupakan salah satu bentuk cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan

sistem pendekatan ilmu epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan

denan bidang demokrafi / kependudukan serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai

perubahan demografis yang terjadi dalam masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi

kependudukan tersebut tidak hanya memberikan analsisi tentang sifat karekteristik penduduk

secara demografis dalam hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam

masyarakat, tetapi juga sangat berperanan dalam berbagai aspek kependudukan serta keluarga
berencana. Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti

pendidikan, dan ketenagakerjaan, transportasi, kesejahteraan rakyat, kesempatan mendapatkan

kerja, kesehatan, pertanian maupun kepegawaian, sangat berkaitan dengan keadaan serta sifat

populasi yang dilayani. Dalam hal ini, peranan epidemiologi kependudukan sangat penting untuk

digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan dan dalam usaha menyusun perncanaan

yang baik. Dewasa ini sedang dikembangkan dan mulai dimanfaatkan suatu bentuk epidemiologi

sistem refroduksi yang erat kaitannya dengan gerakan keluarga berencana dan kependudukan .

5. Epidemiologi Pengelolaan Pelayanan Kesehatan

Untuk epidemiologi ini merupakan suatu sistem pendekatan manajemen dalam

menganalisis masalah, mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan

rencana pemecahan suatu masalah secara menyeluruh dan terpadu. Bentuk pendekatan

epidemiologi bidang manajemen dewasa ini semakin berkembang sesuai dengan pesatnya

perkembangan industri medis yang disertai dengan perkembangan dalam sistem manajemen

kesehatan dan ekonomi kesehatan termasuk sistem asuransi kesehatan.

Dalam alam kemajuan industri medis yang cukup banyak menyerap modal dan tenaga

kerja, perananan epidemiologi manajemen dalam menganalisis jumlah biaya pengobatan serta

biaya pelayanan kesehatan lainnya merupakan hal yang cukup penting. Para ahli epidemiologi

bersama-sama dengan ahli perencanaan yang pada umumnya berorientasi pada hasil luaran suatu

proses, dapat meryupakan suatu team yang serasi dalam menyusun suatu rencana pelayanan

kesehatan yang efektif dan efisien. Sistem pendekatan epidemiologi dalam perencanaan

kesehatan sudah cukup banyak digunakan oleh para perencana pelayanan kesehatan, baik dalam
bentuk analsis situasi dan penentuan prioritas, maupun dalam bentuk penilaian hasil suatu

kegiatan kesehatan yang bersifat umum maupun sasaran yang khusus.

6. Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan kerja

Bentuk ini (occupational and enviromental epidemiolgy) merupakan salah satu bagian

epidemiologi yang memperlajari serta menganalisi keadaan kesehatan tenaga kerja akbita

pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang bersifat fisik, kimiawi, biologis,

maupun sosial budaya serta kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam

analisis tingkat kesehatan pekerja serta untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja serta

penyakit akibat kerja.

7. Epidemiologi Kesehatan Jiwa

Bentuk ini merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa

dalam masyarakat, baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun

analisis berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.

Dengan meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat yang lebih banyak mengarah

masalah kejiwaan disertai dengan perubahan sosial masyarakat, menuntut suatu cara pendekatan

melalui epidemiologi sosial yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat pada

dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan masalah kesehatan individu saja,

tetapi merupakan masalah sosial masyarakat.

8. Epidemiologi Gizi
Dewasa ini banyak digunakan didalam analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah

ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup suatu masyarakat.

Pendekatan masalah gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis

berabagai faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang

bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat.

Penanggulangan masalah gizi masyarakat yang disertai dengan surveilan gizi lebih mengarah

kepada penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah tersebut

dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau lingkungan keluarga saja.

Dari berbagai contoh ruang lingkup penggunaan epidemiologi seperti tersebut diatas lebih

memperjelas bahwa disiplin ilmu epidemiologi sebagai dasar filosofi dalam usaha pendekata

analisis masalah yang timbul dalam masyarakat, baik yang berkaitan dengan bidang kesehatan

maupun masalah lain yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat secara umum

9. Epidemiologi Perilaku

Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam

menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat. Bahkan menurut Bloom, faktor perilaku

memberikan konstribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan individu maupun

masyarakat. Mengingat bahwa faktor penyebab penyakit lebih bersifat kompleks sehingga dalam

epidemiologi. Kita lebih banyak melakukan pendekatan faktor resiko, maka faktor perilaku

individu maupun masyarakat, seperti kebiasaan hidup sehat inidvidu dan kepercayaan

masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan, banyak memberikan nilai

resiko yang sering muncul dalam analisis epidemiologi tentang kejadian penyakit dalam
masyarakat. Bahkan perilaku sangat erat hubungannya dengan umur dan jenis kelamin, suku ras,

pekerjaan, status sosial dan ekonomi serta berbagai aspek kehiudapan lainnya.

Batasan epidemiologi mencakup 3 Elemen, yakni :

a. Mencakup Semua Penyakit

Epidemiologi mempelajarisemua penyakit, baik penyakit infeksi, maupun penyakit non

infeksi, seperti kanker, pen\yakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecalakaan lalu lintas, maupun

kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini

mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.

b. Populasi

Apabila kedokteran klinik baerorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit

individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada

populasi (masyarakat) atau kelompok.

c. Pendekatan Ekologi

Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji pada latar belakang pada kesehatan keseluruhan

lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang

dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan

total lingkungannya.

Manusia sebagai makhluk sosial sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial budaya

dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam hal ini manusia harus selalu
berusaha untuk mengatasi berbagai pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan ketiga faktor

tersebut dengan : (1) menyesuaikan kebutuhan hidupnya dengann keadaan lingkungan sekitarnya

terutama terhadap keadaan lingkungan yang sulit diubah, atau (2) berusaha mengubah

lingkungannya untuk disesuaikan dengan kebutuhannya, terutama keadaan lingkungan yang

dapat mengganggu ketentraman hidupnya

Dewasa in berbagai jenis penyakit menular dan tidak menular telah dapat di atasi terutama

pada negara-negar maju, tetapi sebagian besar penduduk dunia yang mendiami belahan dunia

yang sedang berkembang masih terancam dengan berbagai penyakit tertentu dalam hal ini maka

penyakit menular dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama yakni :

1. Penyakit yang sangat berbahaya karena kematiannya cukup tinggi

2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian atau cacat, walupun akibatnya

lebih ringa dibanding yang pertama.

3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian atau cacat, tetapi dapat mewadah

sehingga dapat menyebabkan kerugian waktu maupun materi/ biaya. (Hal. 10: 5)

Istilah penyakit tidak menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan sebutan :

a. Penyakit kronik

b. Penyakit non-infeksi

c. New communicable disease

d. Penyakit degeneratif
Kesamaan penyebutan ini tidaklah sepenuhnya memberikan kesamaan penuh antara satu

dengan lainnya. Penyakit kronik dapat dipakai untuk penyakit tidak menular karena

kelangsungan penyakit tidak menular biasanya bersifat kronik (menahun) atau lama . namun ada

juga penyakit menular yang kelangsungannya mendadak/ akut, misalnya keracunan.

Sebutan penyakit non-infeksi dipakai karena penyebab penyakti tidak menular biasanya

bukan oleh mikro-organisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan miro-organisme dalam

terjadinya penyakit tidak menular. Disebut juga sebagai penyakit degeneratif karena kejadiannya

bersangkutan dengan proses degenerasi atau ketuaan sehingga penyakit tidak menular banyak

ditemukan pada usia lanjut. Dan karena perlangsungannya yang lama itu pulalah yang

menyebabkan penyakit tidak menular berkaitan dengan proses degeneratif yang berlangsung

sesuai dengan waktu/ umur

Sementara itu ada yang secara populer ingin menyebutnya sebagai “new cummunicable

disease” karena penyakit ini dianggap dapat menular, melalui gaya hidup (life style). Gaya hidup

dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri, tidak seperti penularan klasik

penyakit menular yang lewat suatu rantai penularan terntentu. Gaya hidup didalamnya dapat

menyangkut pola makan, kehidupan seksual, dan komunikasi global. Perubahan pola makan

telah mendorong perubahan peningkatan penyakit jantung yang berkaitan dengan makanan yang

berlebihan atau berkolestrol tinggi.

Berbeda dengan penyakit yang menular, PTM mempunyai beberapa karakrestik tersendiri

seperti :

a. penularan penyakit tidak melalui sesuatu rantai penularan tertentu.


b. Masa inkubasi yang panjang

c. Berlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronik)

d. Banyak menghadapi kesulitan diagnosis

e. Mempunyai variasi yang luas

f. Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya penanggulangannya

g. Faktor penyebabnya bermacam-macam (multi kausal), bahkan tidak jelas.

http://arimasriadi.blogspot.com/2008/11/epidemiologi.html

Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti
bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam
perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi,
sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit
pada manusia di dalam konteks lingkungannya.
Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan
penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut
Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman
dahulu kala dan bahkan berkembang bersamaan  dengan ilmu kedokteran karena  kedua disiplin
ilmu ini berkaitan satu sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan
pemberantasan penyakit butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi
dan genetika.
Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara
penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi kasus
sedangkan epidemioogi menekankan pada kelmpok  individu. Oleh karena itu, selain
membutuhkan ilmu kedokteran, epidemiologi juga membutuhkan disiplin   lmu-ilmu lain seperti
demografi, sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi,  budaya dan statiska.   
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum
semua ahli bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini
disebabkan karena perbedaan paradigma dalam menangani masalah  kesehatan antara ahli
pengobatan dengan metode epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa 
penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan
terkenal di kala itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan  variolasi, Abad
ke 5 SM muncul  Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places,
selanjutnya Galen melengkapi dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi.
Abad 14 dan 15 terjjadi  karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan
Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662 John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan
mencatata kematian PES & data metriologi. Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan
analisis statistik, matematik dalam epidemiologi dengan mengembangkan sistem pengumpulan
data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan pola kematian antara orang-
orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya di inggris.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus
menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi program telah
mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.
Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam
menjawab epidemi cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah,
terakhir penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Perkembangan
epidemiologi surveilans setelah perang dunia II  disusul perkembangan epidemiologi khusus. hal
yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan  riset tentang 
masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle, robert koch, Pasteur mengembangkan teori
kontak penularan.
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih
berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:
1.      Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
2.      Penggunaan data kuantitatif dan statistik
3.      Penularan penyakit
4.      Eksprimen pada manusia
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup  sekurang-kurangnya 3
elemen, yakni :

1. Mencakup semua penyakit

Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non
infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun
kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini
mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.

1. Populasi

Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit


individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi
(masyarakat) atau kelompok.

1. Pendekatan ekologi

Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan
manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan
ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
http://epidemiolog.wordpress.com/2008/11/05/sejarah-epidemiologi-2/

Makalah SEJARAH PERKEMBANGAN DAN JANGKAUAN


EPIDEMIOLOGi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai ilmu mengenai epidemic. Hal ini berarti bahwa
epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja, tetapi dalam perkembangannya yang
selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga pada saat ini
epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai penyebaran penyakit pada manusia di dalam
konteks lingkunganya. Mencakup juga ilmu mengenai pola – pola penyakit serta pencarian determinan-
determinan penyakit tersebut. (Soekidjo,2003).
Perkembangan mengenai pengertian epidemiologi ini karena transisi pola penyakit yang terjadi pada
masyarakat, pergeseran pola hidup, peningkatan pola social ekonomi masyarakat dan semakin luasnya
jangkauan kesehatan masyarakat. Pergeseran pola penyakit dari penyakit – penyakit menular kearah
penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), penyakit
kanker dan penyakit gangguan jiwa yang banyak diderita masyarakat saat ini. Sehingga pengertian dari
epidemiologi yang pada mulanya hanyalah menekankan pada penyakit-penyakit menular ( pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular), kini berkembang mempelajari masalah-masalah kesehatan yang
terjadi pada masyarakat atau sekelompok manusia mengenai frekuensi, distribusi masalah kesehatan
dan factor-faktor yang mempengaruhinya ( Nasrul,1998).

B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami sejarah perkembangan epidemiologi.
2. Mengetahui dan memahami jangkauan epidemiologi.

BAB II
ISI

A. Sejarah Perkembangan Epidemiologi


1. Sejarah Perkembangan
Epidemiologi sebagai suatau ilmu berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini dilatar belakangi oleh
beberapa hal, diantaranya :
a. Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit.
Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah penyakit tidak menular dan epidemiologi tidak
hanya dihadapkan dengan masalah penyakit semata tetapi hal yang berkaitan langsung atau pun tidak
langsung dengan penyakit serta masalah kesehatan secara umum. Hal ini berbeda pada zaman John
Snow epidemiologi diarahkan untuk masalah penyakit tidak infeksi dan wabah saja.
b. Perkembangan ilmu pengetahuan lainya
Perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain seperti biostatistik, administrasi dan ilmu perilaku
yang berkembang pesat meniupkan angin kesegaran untuk perkembangan epidemiologi.
Dengan perkembangan tersebut para ahli kesehatan masyarakat dari masa ke masa juga mempunyai
perkembangan pandangan terhadap proses terjadinya penyakit yang dikemukakan dengan beberapa
konsep atau teori, diantaranya:

1).Contagion Theory
Teori ini mengemukakan bahwa terjadinya penyakit diperlukan adanya kontak antara satu person
dengan person lain. Teori ini di kembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa itu yang
kebanyakan adalah penyakit yang menular karena adanya kontak langsung.Teori ini bermula pada
pengamatan terhadap epidemic dan penyakit Lepra di Mesir.
2). Hippocratic Theory
Teori ini di pelopori oleh Hippocrates yang lebih mengarahkan kausa pada suatu factor
tertentu.Menurutnya bahwa kausa penyakit berasal dari alam : cuaca dan lingkungan. Teori ini mampu
menjawab masalah penyakit pada waktu itu dan di pakai hingga tahun 1800an dan teori ini ternyata
tidak mampu menjawab berbagai penyakit infeksi lain yang mempunyai rantai penularan yang lebih
berbelit-belit.
3). Miasmatic Theory
Teori ini menunjukan gas-gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit namun tidak dapat
menjawab pertanyaan tentang penyebab berbagai penyakit.
4). Epidemic Theory
Teori ini menghubungnkan terjadinya penyakit dengan cuaca dan factor geografis. Zat organic dari
lingkungan dianggap sebagai pembawa penyakit . Teori ini diterapkan oleh John Snow dalam
menganalisis diare di London.

5).Thery Kuman (Grem Theory).


Kuman (mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa penyakit . Kuman dianggap sebagai kausa tunggal
penyakit namun teori ini mendapat t antangan dari berbagai penyakit kronis misalnya jantung dan
kanker.
6). Theory Multi kausa
Teori ini disebut sebagai konsep multi factorial yang menekankan bahwa suatu penyakit terjadi sebagai
hasil dari interaksi berbagai factor misalnya interaksi lingkungan yang berupa factor biologis , kimiawi,
dan social memegang peranan dalam terjadinya penyakit.
2.Tokoh –tokoh Epidemiologi
a. Antonio Van Leeuwenhoek (1632-1732).
Dia seorang ilmuan yang menemukan Mikroskop, penemu bakteri dan parasit, penemu
spermatozoa.Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang berguna untuk analisis
epidemiologi selanjutnya.
b. Robert Koch
Dia memperkenalkan Tubekulin yang dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi Tuberkulosis
sebagai perangkap diagnosis tbc pada anak-anak.Dia juga terkenal dengan Postulac Koch yang
mengemukakan tentang konsep untuk menentukan kapan mikroorganisme dapat dianggap penyebab
suatu penyakit.

c). Max Van Patternkofer


Dia mengiden tifikasikan penyebab sebuah penyakit , dia ingin membuktikan bahwa vibrio bukanlah
penyebab kolera.
d). John Snow, 1854
Dia menggunakan pendekatan epidemiologi dengan menganalisis factor tempat orang dan waktu. Dia
dianggap sebagai The Father Of Epidemiology.
e). Percival Pott
Dia menganalisis tentang meningginya kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja pewmbersih
cerobong asap dan dia menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah yang menjadi
biang keladinya. Dia dianggap sebagai bapak epidemiologi modern.
f). James Lind, 1747
Dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu dalam suatu pelayaran panjang yang mengalami
Scurvy(kurang vitamin c)hal ini dikarenakan mereka semuanya memakan makanan kaleng. Dia dikenal
sebagai bapak Trial Klinik.
g). Dool dan Hill,1950
Mereka adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan
antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitia di bidang epidemiologi klinik.
(Bustan,1997).
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli
bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena
perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode
epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga
saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:
1) Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
2) Penggunaan data kuantitatif dan statistik
3) Penularan penyakit
4) Eksperimen pada manusia
Secara sederhana sejarah perkembangan epidemiologi dapat dibedakan atas empat tahap, yakni :
1. Tahap Pengamatan.
Cara awal untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan serta faktor-faktor
yang mempengaruhi ini dilakukan dengan pengamatan (observasi ). Hasil pengamatan hipocrates
berhasil menyimpulkan adanya hubungan antara timbul atau tidaknya penyakit dengan lingkungan
tetapi Hipocrates tidak berhasil membuktikan pendapatnya karena pengetahuan untuk itu belum
berkembang. Dari yang dikemukakan oleh Bapak ilmu kedokteran dipandang merupakan landasan
perkembangan epidemiologi. Tahap perkembangan epidemiologi ini dikenal dengan nama tahap
penyakit dan lingkungan.
2. Tahap Perhitungan
Tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi disebut dengan tahap perhitungan. Pada tahap ini
upaya untuk mengukur frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan dilakukan dengan bantuan
ilmu hitung. Jonh Graunt, menyimpulkan bahwa frekuensi dan penyebaran angka kematian ternyata
lebih tinggi pada bayi serta berbeda antara penduduk pria dan penduduk wanita.
3. Tahap Pengkajian
Tekhnik pengkajian pertama kali diperkenalkan oleh William Farr pada tahun 1839 yang melakukan
pengkajian terhadap data yang ada dan dari pengkajian ini berhasil dibuktikan adanya hubungan statistik
antara peristiwa kehidupan dengan keadaan kesehatan masyarakat, adanya hubungan antara angka
kematian dengan status perkawinan serta adanya hubungan antara tingkat social ekonomi dengan
tingkat kematian penduduk.
Dengan cara kerja yang sama John Snow pada tahun 1849 berhasil membuktikan adanya hubungan
antara timbulnya penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk.
Tekhnik yang dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan pengkajian data yang
telah ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah, bukan dari hasil percobaan, sehingga dikenal dengan
tahap eksperimen alamiah.
4. Tahap Uji coba
Cara kerja ini telah lama dikenal dikalangan kedokteran. Pada tahun 1774 Lind melakukan pengobatan
kekurangan vitamin C dengan pemberian jeruk. Jenner pada tahun 1796 juga melakukan uji coba klinis
terhadap vaksin cacar terhadap manusia. Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya
mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen yaitu:

1. Mencakup semua penyakit


Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti
kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa
dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan
kesehatan.
2. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka
epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi masyarakat atau
kelompok.
3.Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya
penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
(http://epidemiolog.wordpress.com/sejarah epidemiologi)

B.Jangkauan Epidemiologi
Seperti berbagai cabang ilmu lainnya, Epidemiologi juga mempunyai jangkauan kegiatan tersendiri yang
secara sederhana dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1) Subjek dan Objek Epidemiologi adalah masalah kesehatan
Pada tahap awal perkembangan epidemiologi masalah kesehatan yang dimaksud adalah penyakit infeksi
dan menular saja, karena pada waktu itu penyakit tersebut mempunyai frekuensi yang tinggi dan
menyebar secara meluas di masyarakat.
Pada tahap selanjutnya berdasarkan penelitian, akhirnya diketahui bahwa penyakit yang tidak bersifat
infeksi dan menular dapat pula berada dalam frekuensi tinggi serta menyebar secara meluas di
masyarakat. Perkembangan tersebut mendorong bertambahnya ruang lingkup Epidemiologi, yaitu mulai
pula mencakup penyakit-penyakit yang tidak bersifat infeksi dan menular yang ada di masyarakat.
Pada tahap perkembangan yang mutakhir,ruang lingkup epidemiologi makin lebih dikembangkan yakni
telah mencakup semua masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat termasuk masalah kesehatan
yang bukan penyakit, seperti program KB, program perbaikan lingkungan pemukiman,program
pengadaan tenaga dan sarana pelayanan kesehatan. Cara kerja yang ditempuh sama, yaitu meninjau
frekuensi, penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran yang
dimaksud.
2) Masalah kesehatan yang dimaksud menunjuk kepada masalah kesehatan yang ditemukan pada
sekelompok manusia.
Epidemiolog dalam mempelajari masalah kesehatan berupa penyakit tersebut, memanfaatkan data dari
kajian terhadap sekelompok manusia,untuk kemudian sesuai dengan penyebab yang ditemukan dan
disusun upaya untuk menanggulanginya.
2).Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan dimanfaatkan data tentang
frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan tersebut.
3) Dengan epidemiologi akan diketahui tentang suatu masalah kesehatan termasuk penyebab timbulnya
masalah kesehatan tersebut. Cara yang ditempuh adalah dengan menganalisa data tentang frekuensi
dan penyebaran masalah kesehatan yang ada di masyarakat.dengan memanfaatkan keterangan tentang
perbedaan frekuensi yang ditemukan di masyarakat kemudian dibantu berbagai macam uji statistik
dapat dirumuskan penyebab masalah kesehatan yang dimaksud (Azrul A,1988).
Di era perkembangan tekhnologi seperti saat ini memicu jangkauan epidemiologi semakin meluas.
Secara garis besar jangkauan epidemiologi meliputi:
1. Epidemiologi Penyakit Menular: Telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular tertentu.
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular : Memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah
penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit sisdtemik serta berbagai penyakit menahun lainya,
termasuk masalah meningkatnya kecelakaan lalulintas dan penyalah gunaan obat-obatan tertentu.
3. Epidemiologi Klinik: Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan
oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi /dokter tentang cara pendekatan masalah
melalui disiplin ilmu epidemiologi.
4. Epidemiologi kesehatan lingkungan dan Kesehatan Kerja :bentuk ini merupakan salah satu bagian
epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan kesehtan tenaga kerja akibat pengaruh
keterpaparan pada lingkungan kerja,serta kebiasaan hidup para pekerja.
5. Epidemiologi Kependudukan: merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan
system pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
bidang demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi
di dalam masyarakat.
6. Epidemiologi Kesehatan Jiwa: merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan
jiwa dalam masyarakat yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat
7. Epidemiologi Gizi: dewasa ini banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat dimana
masalah ini erat hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup masyarakat.
8. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan : Bentuk ini merupakan salaah satu system pendekatan
manajemen dalam menganalisis masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu masalah serta
penyusunana rencana pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
9. Epidemiologi Perilaku
10. Epidemiologi Genetik
11 Epidemiologi kesehatan Darurat
12. Epidemiologi Remaja
13. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
14. Epidemiologi Kausalitas
15. Epidemiologi Perencanaan . (http:// epidemiolog.wordpress.com)
Semakin luasnya jangkauan epidemiologi karena disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Kemajuan teknologi yang sangat pesat pada dasawarsa terakhir.
2. Kebutuhan dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kehidupan menjadi komplek
3. Metode yang digunakan untuk penyakit menular dapat digunakan untuk penyakit non infeksi dan non
penyakit.
4. Meningkatnya kebutuhan penelitian terhadap penyakit non infeksi dan non penyakit.
5. metode epidemiologi dapat digunakan untuk mempelajari asosiasi sebab akibat . missal asosiasi rokok
dengan karsinoma paru dan asosiasi pelayanan kesehatan kesehatan dengan status kesehatan
masyarakat.(http://epidemiolog.wordpress.com/deasar-dasar epidemiologi).

BAB III
KESIMPULAN
1 Sejarah perkembangan epidemiologi dilatar belakangi oleh:
a. Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola
penyakit.
b.Perkembangan ilmu pengetahuan lainya.
2. Teori- teori yang menjelaskan tentang proses terjadinuya suatu penyakit yaitu: Contagion Theory,
Hippocratic Theory, Miasmatic Theory, Epidemic Theory, Theory Kuman, Theory Multi kausa.
3. Tokoh-tokoh dalam sejarah perkembangan epidemiologi antara lain: Antonio Van Leeuwenhoek,
Robert Koch, Max Van Patternkofer, John Snow, Percival pott, James Lind, Dool dan Hill.
4. Ruang lingkup epidemiologi dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a. Subjek dan objek epidemiologi adalah masalah kesehatan
b. Masalah kesehatan yang dimaksud menunjuk kepada masalah kesehatan yang
ditemukan pada sekelompok manusia.
c. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan dimanfaatkan
data tentang frekwensi dan penyebaran masalah kesehatan tersebut.
5. Secara garis besar jangkauan epidemiologi antara lain:
a. Epidemiologi Penyakit Menular
b. Epidemiologi penyakit tidak menular
c. Epidemiologi Klinik
d. Epidemiologi Kependudukan
e. Epidemiologi pelayanan kesehatan
f. Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja
g. Epidemiologi Kesehatan Jiwa
h. Epidemiologi Gizi
i. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
j. Epidemiologi Perencanaan
k. Epidemiologi Perilaku
l. Epidemiologi Genetik
m. Epidemiologi Kesehatan Drurat
n. Epidemiologi Remaja
o. Epidemiologi Kausalitas

http://ikbalist.blogspot.com/2013/03/makalah-sejarah-perkembangan-dan.html

pdf

http://fkm.unair.ac.id/s2k3/files/mk/epidemiologi%20k3/EPIDEMIOLOGI-1%20K3.pdf

Sejarah perkembangan epidemiologi dapat dibedakan menjadi 4 tahap, yaitu :

1. Tahap pengamatan 
Tahap pengamatan  merupakan cara awal untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran suatu
masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari hasil pengamatan tersebut
Hippocrates (ahli epidemiologi pertama/460-377SM) berhasil menyimpulkan adanya hubungan
antara timbul atau tidaknya penyakit dengan lingkungan. Tahap perkembangan awal
epidemiologi dikenal dengan nama “Tahap Penyakit dan Lingkungan”. 

2. Tahap perhitungan 
Tahap perhitungan merupakan upaya untuk mengukur frekuensi dan penyebaran suatu
masalah kesehatan, tahap perhitungandilakukan dengan bantuan ilmu hitung. Ilmu hitung masuk
ke epidemiologi adalah berkat jasa Jonh Graunt (1662) melakukan pencatatan dan perhitungan
terhadap angka kematian yang terjadi di kota London. Tahap kedua perkembangan epidemiologi
ini dikenal dengan nama “Tahap Menghitung dan Mengukur”. 

3. Tahap pengkajian 
John Graunt berhasil memberikan gambaran tetang frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan, tetapi belum untuk faktor-faktor yang mempengaruhinya. Karena rasa  ketidak puasan
terhadap hasil yang diperoleh, John Graunt mengembangkan teknik yang lain yang dikenal
sebagai teknik pengkajian. Teknik pengkajian pertama kali diperkenalkan oleh William Farr
(1839) yang melakukan pengkajian data. Tahap perkembangan epidemiologi ini dikenal dengan
nama “Tahap Eksperimental Alamiah”. 

4. Tahap uji coba 


Cara kerja tahap uji coba tidak hanya sekedar mengkaji data alamiah saja, tetapi mengkaji
data yang diperoleh dari suatu uji coba yang dengan sengaja dilakukan.
http://rhilda.blogspot.com/2013/10/sejarah-epidemiologi_18.html

pendahuluan - sejarah perkembangan epidemiologi

Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi
hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya
epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat
diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.

Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran
penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut
Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman dahulu kala dan
bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu
sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi dan genetika.

Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah
kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemioogi
menekankan pada kelmpok individu. Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran,
epidemiologi juga membutuhkan disiplin lmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi,
lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan statiska.

Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli
bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena
perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode
epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.

Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan terkenal di kala
itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan variolasi, Abad ke 5 SM muncul
Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places, selanjutnya Galen melengkapi
dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14 dan 15 terjjadi karantina
berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662
John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatata kematian PES & data metriologi. Pada
tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik dalam epidemiologi dengan
mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan
pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis
pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan
penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi
program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.

Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam menjawab epidemi
cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah, terakhir penggunaan metode
epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Perkembangan epidemiologi surveilans setelah
perang dunia II disusul perkembangan epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin
Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan riset tentang masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle,
robert koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.

Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga
saat ini.Konsep-konsep tersebut antara lain:

1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit


2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik
3. Penularan penyakit
4. Eksprimen pada manusia

Sejarah perkembangan epidemiologi dapat dibedakan menjadi 4 tahap, yaitu :

1. Tahap pengamatan

Cara awal untuk mengetahui frekwensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan serta faktor-faktor
yang mempengaruhi ini dilakukan dengan pengamatan (observasi). Dari hasil pengamatan tersebut
Hippocrates (ahli epidemiologi pertama/460-377SM) lebih kurang 2400 tahun yang lalu berhasil
menyimpulkan adanya hubungan antara timbul atau tidaknya penyakit dengan lingkungan. Pendapt ini
dituliskannya dalam bukunya yang terkenal yakni : Udara, Air, dan Tempat. Sekalipun Hippocrates tidak
berhasil membuktikan pendapatnya tersebut, karena memang pengetahuan untuk itu belum
berkembang, tetapi dari apa yang dikemukakan oleh Bapak Ilmu Kedokteran ini di pandang telah
merupakan landasan perkembangan selanjutnya dari epidemiologi. Tahap perkembangan awal
epidemiologi yang seperti ini dikenal dengan nama “Tahap Penyakit dan Lingkungan”.

2. Tahap perhitungan

Tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi disebut dengan tahap perhitungan. Pada tahap ini
upaya untuk mengukur frekwensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan, dilakukan dengan bantuan
ilmu hitung. Ilmu hitung masuk ke epidemiologi adalah berkat jasa Jonh Graunt (1662) melakukan
pencatatan dan perhitungan terhadap angka kematian yang terjadi di kota London. John Graunt tidak
melanjutkan penelitiannya dalam epidemiologi, tetapi beralih kepada peristiwa-peristiwa kehidupan.
John Graunt lebih dikenal dengan sebutan Bapak Statistik Kehidupan. Tahap kedua perkembangan
epidemiologi yang seperti ini dikenal dengan nama “Tahap Menghitung dan Mengukur”.

3. Tahap pengkajian

John graunt memang berhasil memberikan gambaran tetang frekwensi dan penyebaran masalah
kesehatan, tetapi belum untuk faktor-faktor yang mempengaruhinya. Karena ktidak puasan terhadap
hasil yang diperoleh, maka dikembangkan teknik yang lain yang dikenal sebagai teknik pengkajian.

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh William Farr (1839) yang melakukan pengkajian data. Dari
pengkajian ini dibuktikan adanya hubungan statistik antara peristiwa kehidupan dengan keadaan
kesehatan masyarakat, seperti : adanya hubungan status pendidikan dengan tingkat sosial ekonomi
penduduk.
Cara kerja yang sama juga dilakukan secara terpisah oleh John Snow(1849) yang menemukan adanya
hubungan antara timbulnya penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk. John Snow
menganalisa pada dua perusahaan air minum di London yakni Lambeth Company dan Southwark &
Vauxhall Company.

Pekerjaan yang dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan pengkajian data yang
telah ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah, bukan dari data hasil percobaan. Karena pengkajian
data alamiah inilah, maka tahap perkembangan epidemiologi pada waktu itu dikenal dengan nama
“Tahap Eksperimental Alamiah”.

4. Tahap uji coba

Cara kerja uji coba tidak sekedar mengkaji data alamiah saja, tetapi mengkaji data yang diperoleh dari
suatu uji coba yang dengan sengaja dilakukan. Uji coba ini telah lama dikenal di kalangan kedokteran,
misalnya yang dilakukan oleh Lind (1774) yang melakukan pengobatan kekurangan Vitamin C dengan
pemberian jeruk. Atau yang dilakukan oleh Jenner (1796) yang melakukan uji coba vaksin cacar pada
manusia.

Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen,


yakni :

1. Mencakup semua penyakit

Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti
kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa
dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan
kesehatan.

2. Populasi

Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka
epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau
kelompok.

3. Pendekatan ekologi

Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya
penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

http://mulfihaidahmufidah.blogspot.com/p/blog-page_26.html

Anda mungkin juga menyukai