Anda di halaman 1dari 52

Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi.

Hal ini berarti bahwa epidemiologi


hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya
epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat
diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.

Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran
penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut

Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman dahulu kala dan
bahkan berkembang bersamaan  dengan ilmu kedokteran karena  kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu
sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi dan genetika.

Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah
kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemioogi
menekankan pada kelmpok  individu. Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran,
epidemiologi juga membutuhkan disiplin   lmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi,
geologi, lingkungan fisik, ekonomi,  budaya dan statiska.   

Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli
bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena
perbedaan paradigma dalam menangani masalah  kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode
epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa  penyakit disebabkan oleh roh jahat.

Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan terkenal di kala
itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan  variolasi, Abad ke 5 SM
muncul  Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places, selanjutnya Galen
melengkapi dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14 dan 15
terjjadi  karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya
pada tahun 1662 John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatata kematian PES & data
metriologi. Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik dalam
epidemiologi dengan mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab
kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja
yang berbeda jenis pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem
pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan
evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.

Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam menjawab epidemi
cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah, terakhir penggunaan metode
epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Perkembangan epidemiologi surveilans setelah
perang dunia II  disusul perkembangan epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin
Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan  riset tentang  masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle,
robert koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga
saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:

1.      Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit

2.      Penggunaan data kuantitatif dan statistik

3.      Penularan penyakit

4.      Eksprimen pada manusia

Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup  sekurang-kurangnya 3 elemen,


yakni :

1. Mencakup semua penyakit

Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti
kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa
dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan
kesehatan.

1. Populasi

Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka
epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau
kelompok.

1. Pendekatan ekologi

Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya
penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

Referensi :

1. Budiarto,  Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

2. Bustan MN ( 2002 ).  Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta

3. Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi

4. Arsip mata kuliah FKM UNHAS 2006

Referensi kaitan
Indan Entjang ( 1979 ). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Penerbit Alumni

Azrul Azwar ( 1999 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Binarupa Aksara.

Bhisma Murti ( 2003 ). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press.
BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar  Belakan

Di dalam mengikuti perkuliahan Epidemiologi ada beberapa Bab pembahasan yang perlu diperhatikan
diantaranya yang penting adalah pembahasan tentang Perkembangan Epidemiologi. Epidemiologi
sebagai suatu ilmu berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan itu dilaterbelakangi oleh beberapa
hal :

1. Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit. Sewaktu
zaman John Snow, epidemiologi mengarahkan dirinya untuk masalah penyakit infeksi dan
wabah. Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah penyakit tidak menular, dan
epidemiologi tidak hanya dihadapkan dengan masalah penyakit semata tetapi hal-hal baik yang
berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan penyakit, serta masalah kesehatan secara
umum.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Pengetahuan kedokteran klinik berkembang begitu


pesat disamping perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti biostatistik, administrasi dan ilmu
perilaku. Perkembangan ilmu-ilmu ini juga membuat ilmu epidemiologi semakin berkembang.

Dengan demikian, terjadilah perubahan dan perkembangan dasar berpikir para ahli kesehatan
masyarakat, khususnya epidemiologi dari masa ke masa sesuai dengan kondisi zaman dimana mereka
berada.

B.  Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan epidemiologi, kegunaan epidemiologi , transisis


epidemiologi,peristiwa epidemiologi , epidemiologi dalam kesehatan masyarakat. Dan  hal-hal apa saja
harus diperhatikan oleh masyarakat dan juga oleh para tenaga kesehatan didalam mengaplikasikan ilmu
kesehatannya sehari-hari di masyarakat agar tidak terjadi kesalahan ataupun meminimalisasi kesalahan-
kesalahan prosedur.Untuk selanjutnya di dalam melakukan penyuluhan kesehatan oleh para lulusan
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat agar dapat menjadi acuan yang berguna dikemudian hari.

BAB III

PEMBAHASAN

A.  Perkembangan Epidemiolog.

Pada awalnya masyarakat memandang penyakit terjadi karena adanya pengaruh roh jahat dan kekuatan
supranatural. Lalu konsep ini berkembang, yang ditandai dengan adanya pemikiran-pemikiran dari
Hipocrates - seorang ahli filsafat dan juga tabib Yunani (460-377 SM). Dalam bukunya , dia mengajukan
konsep tentang hubungan penyakit dengan faktor tempat (geografi), penyediaan air, iklim, kebiasaan
makan dan perumahan. Selain itu, Hipocrates juga menyebutkan teorinya bahwa tubuh manusia terdiri
dari empat substansi yang disebut humours (cairan). Cairan tersebut yaitu darah, lendir, empedu kuning,
dan empedu hitam. Jika terjadi ketidakseimbangan antara keempat substansi ini, maka dapat
menyebabkan terjadinya penyakit.

Selanjutnya muncul teori Gallen (melanjutkan teori Hipocrates) - dokter Romawi, lahir 130 M - yang
melihat faktor kepribadian seseorang sebagai penentu rentan atau tidaknya terhadap penyakit.
Contohnya, seseorang yang kelebihan empedu hitam akan bersifat melankonis, cenderung merasa
sedih, depresi, dan badannya terlihat kurus.

Pada abad ke-14 dan 15 terjadi epidemik sampar, cacar, dan demam tifus di Eropa. Hal ini mendorong
lahirnya teori Seminaria Contagium oleh Girilamo Fracastoro (1478 – 1553 M) yang menyebutkan bahwa
penyakit ditularkan dari seorang pengidap kepada orang lain yang sehat melalui contagion (kontak).
Terdapat tiga jenis contagion. Pertama, bentuk dasar yang ditularkan lewat kontak langsung. Kedua,
ditularkan lewat perantara seperti pakaian, bahan kayu dan barang lainnya. Ketiga, ditularkan dari jarak
jauh. Namun, dalam teori ini belum dapat dijelaskan mengapa kontak antara penderita dan orang sehat
dapat menyebabkan penyakit, karena belum seorang pun dapat membuktikan atau melihat benda kecil
penyebab penyakit.

Kemudian, sejak ditemukannya mikroskop oleh Antonie van Leeuwenhoek (1632-1723), muncul teori
jasad renik atau mikroorganisma (kuman). Kuman inilah yang dianggap sebagai penyebab tunggal
penyakit. Lalu pada abad 18 terjadi revolusi industri dan kapitalisme sehingga perkembangan ilmu
pengetahuan termasuk epidemiologi berkembang dengan pesat. Namun di pihak lain, struktur sosial
ekonomi yang baru membawa implikasi berupa letusan wabah infeksi usus, demam tifus dan
tuberculosis di daerah kumuh perkotaan. Di Eropa pun juga muncul penyakit baru, seperti kolera dan
demam kuning.

Munculah tokoh John Snow (1813-1858) - seorang dokter dan ahli anastesi – yang mulai mempelajari
wabah kolera yang terjadi di daerah Square kota London. Dia melakukan pengamatan terhadap tiga
perusahaan air minum di London (Lambeth, Southwark dan Vauxhall) dan menyimpulkan bahwa
penyebab kolera bukan faktor udara, tetapi air minum yang dikonsumsi. Yang perlu dicatat di sini adalah
bahwa John Snow dalam menganalisis masalah penyakit kolera, mempergunakan pendekatan
epidemiologi dengan menganalisis faktor tempat, orang, dan waktu. Dia dianggap sebagai the Father of
Field Epidemiology.
Pengaruh teori kuman sebagai agen penyakit begitu kuat sampai beberapa dasawarsa, dimana para
peneliti berpikiran bahwa pengetahuan tentang mikroorganisma dapat dipakai untuk menjelaskan
etiologi semua penyakit. Lalu pada tahun 1950, teori kuman yang berlebihan mendapat kritik. Hal ini
karena tidak semua penyakit, yaitu berbagai penyakit kronik, disebabkan oleh kuman, seperti penyakit
jantung dan kanker.

Epidemiologi modern berkembang tidak hanya berdasarkan teori kuman, tetapi juga teori-teori yang
diangkat dari berbagai disiplin Ilmu: sosial, biomedik, kuantitatif (Kleinbaum et all, 1982).

1.    Epidemiologi, Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan

Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Epi = upon, pada atau tentang; demos = people,
masyarakat, penduduk; logia = knowledge, ilmu. Epidemiologi berarti ilmu yang berhubungan tentang
apa yang terjadi pada masyarakat atau penduduk.

Epidemiologi sendiri berasal dari dua asumsi yang berkembang. Pertama, penyakit pada populasi
manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak. Kedua, penyakit pada manusia sesungguhnya
mempunyai faktor penyebab dan faktor pencegah yang dapat diidentifikasi melalui penelitian secara
sistematik pada berbagai populasi, tempat dan waktu.

Epidemiologi adalah Ilmu yang mempelajari distribusi dan faktor-faktor diterminan frekuensi penyakit
pada manusia (Mac Mahon & Pugh, 1970).

Epidemiologi adalah studi distribusi dan determinan kesehatan yang berhubungan dengan negara dan
peristiwa dalam populasi, dan aplikasi penelitian ini untuk mengendalikan masalah kesehatan (Last,
1983).

Epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor penentu) masalah
kesehatan untuk development (perencanaan) dari penanggulangan masalah kesehatan (M.N. Bustan,
2006).

Epidemiologi berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Perannya dalam memberikan informasi tentang
distribusi, determinan dan frekuensi penyakit sangat mambantu dalam mengatasi masalah kesehatan.
Terdapat 7 peran utama epidemiologi menurut Valanis, yaitu:

1.            Investigasi etiologi penyakit

2.            Identifikasi faktor penyakit

3.            Identifikasi sindrom dan klasifikasi penyakit


4.            Melakukan diagnosis banding dan perencaan pengobatan

5.            Surveilan status kesehatan penduduk

6.            Diagnosis komunitas dan perencanaan pelayanaan kesehatan

7.            Evaluasi pelayanan kesehatan dan intervensi kesehatan masyarakat

Dalam perkembangannya, epidemiologi mengalami transisi atau perubahan, baik pada ditribusi maupun
faktor-faktor penyebab terkait yang melahirkan masalah epidemiologi yang baru. Perubahan ini ditandai
dengan menurunnya penyakit menular (infeksi)  dan meningkatnya penyakit tidak menular. Ada
beberapa penyebab terjadinya transisi epidemiologi, seperti perkembangan demografi, ekonomi, dan
era globalisasi terkait gaya hidup. Selain itu, transisi ini juga disebabkan karena berkembangnya
teknologi medis, peningkatan taraf hidup, kelahiran yang terkontrol, peningkatan gizi, pengontrolan
sanitasi dan vektor, serta perbaikan dalam gaya hidup. Sebagai contoh, peningkatan taraf hidup setiap
orang menyebabkan semakin baik pola hidupnya, gizi tercukupi dan aktivitas yang dijalani lebih
kompleks. Hal ini telah membuat umur harapan hidup mereka lebih panjang. Namun, seiring
berjalannya waktu terjadi penurunan fungsi tubuh atau dapat juga disebabkan oleh perubahan gaya
hidup sehingga mereka terserang penyakit tidak menular seperti Diabetes Melitus, penyakit jantung
koroner, dan kanker.

2.    Penggunaan Epidemiologi

Fungsi utama epidemiologi:

-Menerangkan besarnya masalah serta penyebarannya.

-Menyiapkan data dan informasi untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program
kesehatan

-Mengidentifikasi faktor yang menjadi penyebab masalah dan faktor yang berhubungan terjadinya
masalah tersebut 

Penggunaan epidemiologi adalah tindakan terhadap penyakit pada suatu kelompok secara sistematis &


logis:

1. Penyelidikan terhadap lingkungan yang berkaitan degan penyakit dalam kelompok


2. Mengamati sifat penyakit diantara kelompok2 hewan untuk mengetahui penyebab & faktor
determinant penyakit

3. Perencanaan & evaluasi terhadap pencegahan / pengendalian penyakit

4. Mencari metode baru untuk penyidikan terhadap penyakit dan pengendaliannya

5.    Penanggulangan terhadap suatu penyakit

1. Sebagai diagnostic discipline

–        Clinical diagnosis

–        Pathology diagnosis

–        Epidemiology diagnosis

2 cara diagnosis epidemiologi

–        Intensive follow up

–        Surveillance

3.      Transisi Epidemiologi

Pada abad ke-19, penyakit yang banyak berkembang di masyarakat merupakan penyakit menular atau
disebut penyakit infeksi. Yang menjadi penyebabnya merupakan mikroorganisme seperti bakteri, virus,
maupun parasit. Cara penularannya dari suatu individu kepada individu lain dapat melalui media
tertentu seperti udara (contohnya penyakit TBC dan infulenza), konsumsi makanan dan minuman yang
kurang bersih pencuciannya (hepatitis dan typhoid/tifus), maupun dari jarum suntik dan transfusi darah
(HIV AIDS, hepatitis).

Di Indonesia, meskipun masih banyak penyakit menular seperti TBC dan malaria menjadi penyebab
kematian yang utama tetapi pada abad ke-20 tren penyakit mulai diambilalih oleh penyakit tidak
menular, seperti stroke, serangan jantung dan kanker. Perubahan pola penyakit ini dikenal sebagai
transisi epidemiologi.

Ada 3 Model Transisi Epidemiologi

         Model klasik, seperti yang terjadi di Eropa Barat

         Model di percepat, seperti yang terjadi di Jepang

         Model lambat, seperti yang terjadi di negara-negara berkembang.

4.Sejarah Epidemiologi dan Peristiwa Epidemiologi


Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi
hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya
epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat
diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.
       Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran
penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.

Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman dahulu kala dan
bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu
sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi dan genetika.

Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah
kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemioogi
menekankan pada kelmpok individu. Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran,
epidemiologi juga membutuhkan disiplin lmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi,
lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan statiska.
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli
bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena
perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode
epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.

Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan terkenal di kala
itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan variolasi, Abad ke 5 SM muncul
Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places, selanjutnya Galen melengkapi
dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14 dan 15 terjjadi karantina
berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662
John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatata kematian PES & data metriologi. Pada
tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik dalam epidemiologi dengan
mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan
pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis
pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan
penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi
program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.
Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam menjawab epidemi
cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah, terakhir penggunaan metode
epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Perkembangan epidemiologi surveilans setelah
perang dunia II disusul perkembangan epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin
Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan riset tentang masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle,
robert koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga
saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:

1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit

2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik

3. Penularan penyakit

4. Eksprimen pada manusia

Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen,


yakni :

1.      Mencakup semua penyakit

Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti
kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa
dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan
kesehatan.

1.      Populasi

Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka
epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau
kelompok.

2. Pendekatan ekologi

Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya
penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

         Peristiwa Epidemiologi

Dalam sejarah manusia, telah terjadi banyak wabah besar atau pandemi yang cukup signifikan. Penyakit
dalam wabah-wabah tersebut biasanya merupakan penyakit yang ditularkan hewan (zoonosis) yang
terjadi bersama dengan domestikasi hewan—seperti influensa dan tuberkulosa. Berikut ini adalah
beberapa contoh wabah besar yang pernah tercatat dalam sejarah:

  Pes
  Plague of Justinian ("wabah Justinian"), dimulai tahun 541, merupakan wabah pes bubonik yang
pertama tercatat dalam sejarah. Wabah ini dimulai di Mesir dan merebak sampai Konstantinopelpada
musim semi tahun berikutnya, serta (menurut catatan Procopius dari Bizantium) pada puncaknya
menewaskan 10.000 orang setiap hari dan mungkin 40 persen dari penduduk kota tersebut. Wabah
tersebut terus berlanjut dan memakan korban sampai seperempat populasi manusia
di Mediterania timur.

  The Black Death, dimulai tahun 1300-an. Delapan abad setelah wabah terakhir, pes bubonik merebak
kembali di Eropa. Setelah mulai berjangkit di Asia, wabah tersebut mencapai Mediterania dan Eropa
barat pada tahun 1348 (mungkin oleh para pedagang Italia yang mengungsi dari perang di Crimea), dan
menewaskan dua puluh juta orang Eropa dalam waktu enam tahun, yaitu seperempat dari seluruh
populasi atau bahkan sampai separuh populasi di daerah perkotaan yang paling parah dijangkiti.

  Kolera

  pandemi pertama, 1816–1826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada daerah anak benua India,
dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar India pada tahun 1820. Penyebarannya sampai keRepublik
Rakyat Cina dan Laut Kaspia sebelum akhirnya berkurang.

  Pandemi kedua (1829–1851) mencapai Eropa, London pada tahun 1832, Ontario Kanada dan New


York pada tahun yang sama, dan pesisirAA Pasifik Amerika Utara pada tahun 1834.

  Pandemi ketiga (1852–1860) terutama menyerang Rusia, memakan korban lebih dari sejuta jiwa.

  Pandemi keempat (1863–1875) menyebar terutama di Eropa dan Afrika.

  Pandemi keenam (1899–1923) sedikit memengaruhi Eropa karena kemajuan kesehatan masyarakat,
namun Rusia kembali terserang secara parah.

  Pandemi ketujuh dimulai di Indonesia pada tahun 1961, disebut "kolera El Tor" (atau "Eltor") sesuai
dengan nama galur bakteri penyebabnya, dan mencapai Bangladesh pada tahun 1963, Indiapada tahun
1964, dan Uni Soviet pada tahun 1966.

BAB III

PENUTUP

.      A.  Kesimpulan

Epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang seberapa sering penyakit dialami oleh suatu
kelompok orang yang berbeda dan mencari tahu bagaimana bisa terjadi

Manfaat dari mempelajari Epidemiologi :


a) Membantu pekerjaan administrasi kesehatan.

b) Dapat menerangkan penyebabab suatu masalah kesehatan.

c) Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit.

d) Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan

2. Saran dan Kritik

Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari banyak sekali kekurangan. Untuk itu kami mohon 

saran dankritik yang membangun.      

http://skmtugsnrisepraman.blogspot.co.id/2013/09/contoh-makalah-epidemiologi-dasar.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Epidemiologi berasal dari perkataan Yunani, dimana epi- yang berarti ”permukaan, diatas,
menimpa, atau tentang”, demos yang berarti ”orang, populasi, penduduk, manusia ” serta
ologi berarti “ilmu tentang”. Secara etimologis, epidemiologi berarti ilmu mengenai kejadian
yang menimpa penduduk. Epidemiologi lahir berdasarkan dua asumsi dasar. Pertama,
penyakit pada populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak. Kedua,
penyakit pada manusia sesungguhnya mempunyai faktor penyebab dan faktor preventif
yang dapat diidentifikasi melalui penelitian sistematik pada berbagai populasi, tempat, dan
waktu. Berdasarkan asumsi tersebut, epidemiologi dapat didefinisikan sebagai ” ilmu yang
mempelajari distribusi dan determinan – determinan frekuensi penyakit dan status
kesehatan pada populasi manusia.
Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa epidemiologi pada dasarnya merupakan ilmu
empirik kuantitatif, yang banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran yang sistematik
tentang frekuensi penyakit dan sejumlah faktor-faktor yang dipelajari hubungannya dengan
penyakit. Tujuan akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit, mengurangi
dampak penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia. Sasaran epidemiologi
adalah populasi manusia, bukan individu. Ciri-ciri ini yang membedakan epidemiologi dari
ilmu kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik, yang lebih memusatkan perhatiannya
kepada individu, jaringan, atau organ.
Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari tindakan pengendalian
kesehatan masyarakat, program pencegahan, intervensi klinis dan pelayanan kesehatan
terhadap penyakit atau mengkaji dan menjelaskan faktor lain yang berdampak pada status
kesehatan penduduk. Epidemiologi penyakit juga daapt menyertakan deskripsi
keberadaannya di dalam populasi dan faktor – faktor yang mengendalikan ada atau
tidaknya penyakit tersebut.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui defenisi,konsep,macam,tujuan dan penerapan, peranan, ruang
lingkup,pengukuran epidemiologi.
b. Untuk mengetahui riwayat penyakit alamiah dan upaya pencegahannya.

BAB II
PEMBAHASAN
DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI
2.1 PENGERTIAN
Epidemiologi adalah suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan penyebaran
berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab
timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun
penanggulangannya. Epidemiologi merupakan disiplin ilmu-ilmu kesehatan termasuk
kedokteran, yakni suatu proses yang logis antara proses fisik, biologis dan fenomena social
yang berhubungan erat dengan derajat kesehatan, kejadian penyakit maupun gangguan
kesehatan lainnya.
Metode epidemiologi merupakan cara pendekatan ilmiah dalam mencari factor penyebab
serta hubungan sebab akibat terjadinya peristiwa tertentu pada suatu kelompok penduduk
tertentu. Dalam hal ini istilah penduduk dapat berarti sekelompok objek tertentu baik yang
bersifat organisme hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan maupun yang bersifat
benda/ material hasil produk industri serta benda lainnya. Dengan demikian tidaklah
mengherankan bila metode epidemiologi tidak terbatas pada bidang kesehatan saja tetapi
pada bidang lainnya termasuk bidang manajemen. Oleh sebab itu dalam penggunaannya,
epidemiologi sangat erat hubungannya dengan berbagai disiplin ilm diluar kesehatan, baik
disiplin ilmu eksata maupun ilmu social. Epidemilogi merupakan ilmu yang kompleks dan
senantiasa berkembang. Oleh karena itu, tidak mudah untuk menentukan suatu batasan
yang baku. Hal ini tmpak dengan berbagai batasan yang dinyatakan oleh para ahli
epidemiologi sebagai berikut:
1. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi penyakit dan determinan yang
mempengaruhi frekuensi penyakit pada kelompok manusia (Mac Mahon, B & Pugh, T.F.,
1970)
2. Epidemilogi adalah suatu studi tentang factor yang menentukan frekuensi dan distribusi
penyakit pada populasi manusia (Lowe C.R& Koestrzewski. J, 1973)
3. Epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan ruda
paksa pada populasi manusia (Mausner J. S & Bahn, 1974)
4. Epidemiologi adalah ilmu yng mempelajri distribusi penyakit atau keadaan fisiologis pada
penduduk dan determinan yang mempengaruhi distribusi tersebut (Lilienfeld A.M & D. E
Lilienfeld, 1980)
5. Epidemiologi ialah suatu studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada populasi
manusia (Barker, D. J.P, 1982)
Dari batasan tersebut terdapat persaman yaitu semua menyatakan epidemiologi ialah ilmu
yang mempelajari distribusi frekuensi penyakit beserta determinannya, hanya terdapat dua
perbedaan yaitu tambahan fenomena fisiologis (Lilienfeld & Lilienfeld) dan ruda paksa
(Mausner & Bhan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa epidemiologi ialah ilmu yang
mempelajari penyakit, ruda paksa, dan fenomena fisiologis tentang frekuensi distribusi dan
determinannya pada kelompok manusia.
Pengertian epidemiologi ditinjau dari berbagai aspek adalah:
a. Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi berarti analisis dta kesehatan, social ekonomi, dan
kecenderungan yang terjadi untuk mengadakan identifikasi dan interpretasi perubahan-
perubahan keadaan kesehatan yang terjadi atau akan terjdi dimasyarakat umum atau
kelompok penduduk tertentu.
b. Aspek Klinis
Epidemiologi berarti suatu usaha untuk mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau
prevalensi melalui penemuan klinis atau laboratories pada awal kejadian luar biasa atau
timbulnya penyakit baru seperti, karsinoma vagina pada gadis remaja atau AIDS yang
awalnya ditemukan secara klinisi.
c. Aspek Praktis
Epidemiologi dari aspek praktis adalah ilmu yang ditujukan pada upaya pencegahan
penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok atau masyarakat umum.
Dalam hal ini, penyebab penyakit tidak harus diketahui secara pasti, tetapi diutamakan
pada cara penularan, infetivitas, menghindarkan agen yang diduga sebagai penyebab,
toksin atau lingkungan dan membentuk kekebalan untuk menjamin kesehatan manusia.
Misalnya:
a) Ditemukannya efek samping obat iodokloroquinolin yang serius diJepang, walaupun saat
itu mekanismenya belum diketahui dengan jelas dan di Indonesi belum ditemukan adanya
efek samping tersebut, tetapi pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah
melarang beredarnya obat tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran efek
samping obat tersebut masuk ke Indonesia

b) Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), walaupun cara perlindungan dan


pengobatan belum diketahui, tetapi telah dilakukan berbagai upaya untuk mencegah
penyebaran penyakit tersebut, misalnya harus ada keterangan bebas AIDS untuk dapat
masuk suatu Negara, screening pada donor darah, pengawasan terhadap homoseks, dan
lain-lain.
2.2 KONSEP EPIDEMIOLOGI
Konsep-konsep epidemiologi yang masih berlaku saat ini adalah antara lain:
a) Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
b) Penggunaan data kuantitatif dan statistic
c) Penularan penyakit
d) Eksprimen pada manusia
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya
3 elemen, yakni :
a) Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non
infeksi.seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun
kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi
ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
b.) Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit
individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada
populasi (masyarakat) atau kelompok.
c.) Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan
manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud
pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total
lingkungannya.
2.3 MACAM-MACAM EPIDEMIOLOGI
1) Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi yang hanya menggambarkan besarnya masalah kesehatan yg terjadi di
masyarakat. Besarnya masalah kesehatan digambarkan dalam 3 variabel epidemiologi yaitu
orang (person), tempat (place) dan waktu (time).Cara menggambarkan masalah kesehatan
dapat dalam bentuk: narasi, tabel, grafik atau gambar/peta.
2) Epidemiologi Analitik
Epidemiologi yang selain menggambarkan besarnya masalah kesehatan, juga mencari
faktor yang menyebabkan masalah kesehatan tersebut di masyarakat. Epidemiologi analitik
selain menggambarkan besarnya masalah dengan 3 variabel epidemiologi juga mencari
faktor penyebab masalah kesehatan tsb.Cara mencari faktor penyebab dengan melakukan
penelitian
2.4 TUJUAN DAN PENERAPAN EPIDEMIOLOGI
2.4.1 Tujuan Epidemiologi
Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam mempelajari
epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi distribusi dan determinan penyakit atau
fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Data yang diperoleh dapat
digunakan untuk memperoleh informasi tentang penyebab penyakit, misalnya:
1. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat keracunan
makanan dapat digunakan untuk mengungkapkan makanan yang tercemar dan menemukan
penyebabnya.
2. Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara karsinoma paru-
paru dengan asbes.
3. Menetukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaabn hewan konsisten dengan
data epidemiologis. Misalnya, percobaan tentang terjadinya karsinoma kandung kemih pada
hewan yang diolesi tir. Untuk mengetahui apakah hasil percobaan hewan konsisten dengan
kenyataan pada manusia, dilakukan analisis terhadap semua penderita karsinoma kandung
kemih lebih banyak terpajan oleh rokok dibandingkan dengan bukan penderita.
4. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun perencanaan, penanggulangan masalah kesehatan, serta menentukan prioritas
masalah kesehatan masyarakat; misalnya:

a. Data frekuensi distribusi berbagai penyakit yang terdapat dimasyarakat dapat digunakan
untuk
menyusun rencana kebutuhan pelayanan kesehatan disuatu wilayah dan menentukan
prioritas masalah.
b. Bila dari hasil penelitian epidemiologis diperoleh bahwa insidensi tetanus neonatorum
disuatu wilayah cukup tinggi maka data tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi
yang efektif dan efisien dalam menggulangi masalah tersebut, misalnya dengan mengirirm
petugas lapangan untuk memberikan penyuluhan pada ibu-ibu serta mengadakan imunisasi
pada ibu hamil.
2.4.2 Penerapan Epidemiologi
1. Pengamatan Epidemiologi (surveilance epidemiologi) adalah pengamatan akan tanda-
tanda munculnya wabah penyakit di masyarakat.
2. Kegiatan surveilance dilakukan dengan pengumpulan data, kemudian mencatat dan
menganalisa akan munculnya kejadian-kejadian penyakit.
3. Penelitian Epidemiologi: bersifat lebih mendalam dan mengadakan analisis serta
kesimpulan.
4. Penelitian bertujuan mencari faktor penyebab penyakit atau membuktikan hipotesa yang
telah dibuat berdasarkan kajian masalah yang telah terjadi.
2.5 PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM KESEHATAN
Dalam bidang kesehatan msyarkat, epidemiologi mempenyai tiga fungsi utama:
1. Menerangkn tentang besarnya masalah dan ganggun kesehatan (termasuk penyakit)
serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
2. Menyiapkan data/ informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan
rogram, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik
yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta
menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi penyebab masalah atau factor yang
berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, para ahli epidemiologi lebih memusatkan
perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu seperti
sifat karakteristik biologis, sosio ekonomis, demografis, kebiasaan individu serta sifat
genetic. Pada berbagai sifat karakteristik tersebut, akan memberi gambaran tentang sifat
permasalahan yang ada dalam masyarakat serta kemungkinan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2.6 RUANG LINGKUP
Dari pengertian epidemiologi dan metode epidemiologi, maka bentuk kegiatan epidemiologi
meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang berhubungan dengan bidang
kesehatan maupun diluar bidang kesehatan. Berbagai bentuk dan jenis kegiatan dalam
epidemiologi saling berhubungan satu dengan lainny sehingga tidak jarang dijumpai bentuk
kegiatan yang tumpang tindih. Bentuk kegiatan epidemiologi dasar yang paling sering
digunakan adalah bentuk epidemiologi deskriptif yakni bentuk kegiatan epidemiologii yang
memberikan gambaran atau keterangan tentang keadaan serta sifat penyebaran status
kesehatan dan gangguan kesehatan maupun penyakit pada suatu kelompok penduduk
tertentu (terutama menurut sifat karakteristik orang, waktu, dan tempat)
Bentuk kegiatan epidemiologi ang erat hubungannya dengan deskriptif epidemiologi adalah
dalam menilai derajat kesehatan dan besar kecilnya masalah kesehatan yang ada dalam
suatu masyarakat tertentu. Bentuk kegiatan ini erat hubungannya dengan penyusunan
perencanaan kesehatan masyarakat serta penilaian hasil kegiatan usaha pelayanan
kesehatan pada penduduk tertentu.
Dewasa ini penelitian epidemiologi pada dasarnya dapat dibagi dlam dua bentuk dasar yakni
penelitian observasi atau pengamatan terhadap kejadian alami dalam masyarakat untuk
mencari hubungan sebab akibat terjadinya gangguan keadaan normal dalam masyarakat
tersebut, serta penelitian eksperimental yang merupakan penelitian yang didasarkan pada
perlakuan tertentu terhadap objek untuk dpat memperoleh jawaban tentang pengaruh
perlakuan tersebut terhadap objek yang diteliti. Dalam hal ini, populasi sasaran dientukan
secara cermat serta setiap perubahan yang timbul merupakan akibat dari perlakuan khusus
oleh pihak peneliti. Dalam perkembangan selanjutnya maka prinsip epidemiologi yang
meliputi epidemiologi deskriptif maupun penelitian epidemiologi dikembangkan lebih luas
sebagai suatu system pendekatan didalam berbagai kehidupan kemasyarakatan
Adapun ruang lingkup epidemiologi seperti disebutkan diatas termasuk barbagai masalah
yang timbul dalam masyarakat, baik yang berhubungan erat dengan bidang kesehatan
maupun dengan berbagai kehidupan social, telah mendorong perkembangan epidemiologi
dalam berbagai bidang:

1. Epidemiologi penyakit menular


Bentuk ini yang telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia mengatasi berbagai
gangguan penyakit menular dewasa ini merupakan salah satu hasil yang gemilang dari
epidemiologi. Peranan epidemiologi surveilans pada mulanya hanya ditujukan pada
pengamatan penyakit menular secara seksama, ternyata telah memberikan hasil yang
cukup berarti dalam menangulangi berbagai masalah penyakit menular dan juga penyakit
tidak menular.
2. Epidemiologi penyakit tidak menular
Pada saat ini sedang berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai factor yang
memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti
kanker, penyakit sistemik serta berbagai penyakit menahun lainnya, termasuk masalah
meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan penyalahgunaan obat-obatan tertentu. Bidang ini
banyak digunakan terutama dengan meningkatnya masalah kesehatan yang bertalian erat
dengan berbagai gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai bidang industri
yang banyak mempengaruhi keadaan lingkungan, termasuk lingkungan fisik, biologis,
maupun lingkungan social budaya.
3. Epidemiologi klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh para
klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi/ dokter tentang cara pendekatan
masalah melalui disilin ilmu epidemiologi. Dalam penggunaan epidemiologi klinik sehari-
hari, para petugas medis terutama para dokter sering menggunakan prinsip=prinsip
epidemiologi dalam menangani kasus secara individual. Mereka lebih berorientasi pada
penyebab dan cara mengatasinya terhadap kasus secara individu dan biasanya tidak
tertarik unutk mengetahui serta menganalisis sumber penyakit, cara penularan dan sifat
penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai hasil yang diperoleh dari para klinisi tersebut,
merupakan data informasi yng sanat berguna dalam analisis epidemiologi tetapi harus pula
diingat bahwa epidemiologi bukanlah terbatas pada data dan informasi saja tetapi
merupakan suatu disiplin ilmu yang memeliki metode pendekatan serta penerapannya
secara khusus
4. Epidemiologi kependudukan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiolgi yang menggunakan system pendekatan
epidemiolgi dalam menganalisi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang
demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang
terjadi didalam masyarakat.
Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak hanya memberikan analisis tentang
sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya dengan masalah
kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi juga sangat berperan dalam berbagai
aspek kependudukan serta keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa, yang erat
hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan, kesejahteraan rakyat, kesempatan
kepegawaian, sangat berkaitan dengan keadaan serta sifat populasi yang dilayani. Dalam
hal ini peranan epidemiologi kependudukan sangat penting untuk digunakan sebagai dasar
dalam/ mengambil kebijakn dan dalam menyusun perencanaan yang baik. Juga sedang
dikembangkan epidemiologi system reproduksi yang erat kaitannya dengan gerakan
keluarga berencana kependudukan.
5. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
Bentuk ini merupakan salah satu system pendekatan manajemen dalam menganalis
masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu maslah serta penyusunan pemecahan
masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu. Sisem pendekatan epidemiologi dalam
perencanaan kesehatan cukup banyak digunakan oleh para perencana kesehatan baik
dalam bentuk analisis situasi, penetuan prioritas maupun dalam bentuk penilaian hasil suatu
kegiatan kesehatan yang bersifat umum maupun dengan sasaran khusus.
6. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemioloi yang mempelajari serta mnganalisis
keadaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkubngan kerja,
baik yang bersifat fisik kimiawo biologis maupun social budaya, serta kebiasaan hidup para
pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam analisis tingkat kesehatan ekerja serta untuk
menilai keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja.
7. Epidemiologi kesehatan jiwa
Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam
masyarakat, baik mengenai keadan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun
analisis berbagai factor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
Dengan meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat ang lebih banyak mengarh ke
masalah kejiwaan disertai dengan perubahan social masyarakat menuntut suatu car
pendekatan melalui epidemilogi social masyarakat menuntu suatu cara pendekatan melalui
epidemiologi social yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat bahwa
dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan masalah kesehaan individu saja,
tetau telah merupakan masalah social masyarakat.
8. Epidemiologi gizi
Dewasa ini banyak digunakan dalm analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah ini
erat hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup masyarakat.
Pendekatan masalah gizi masyarakat melaui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis
berbagai factor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik
yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan social masyarakat.
Penanggulangan maslah gizi masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi lebih
mengarah kepad penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya
masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau
lingkungan kerja saja.
2.7 RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :
a. Pre Patogenesis
Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini
terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan
belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda
penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan
ini disebut sehat.
b. Tahap inkubasi (sudah masuk Patogenesis)
Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum
nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Kolera 1-2 hari, yang
bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.
c. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit. pada tahap ini penjamu
sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila
penyakit segera diobati mungkin bisa sembuh tetapi jika tidak bisa bertambah parah. Hal ini
terganting daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti memperbaiki pola makan, istirahat
dan perawatan yang baik di rumah (self care).

d. Tahap penyakit lanjut


Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati atau pengobatan yang tidak
teratur atau tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit sejak dini,
maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi
melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang
intensif.
e. Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
1. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan
sebelumnya atau bebas dari penyakit)
2. Sembuh tapi cacat , penyakit penjamu berakhir atau bebas dari penyakit, tapi
kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan
sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
3. Karier , pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti karena gejala penyakit tak
tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit yang pada suatu
saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kambuh kembali. Keadaan ini tak
hanya membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain atau
masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir).
4. Kronis , pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit
tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini
penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.
5. Meninggal , Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi,
sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini
bukanlah keadaan yang diinginkan.
2.8 UPAYA PENCEGAHAN DAN UKURAN FREKUENSI PENYAKIT
Dalam kesehatan masyarakat ada 5 tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell and
Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa sebelum sakit dan point 3,4,5 dilakukan
pada masa sakit.
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
• Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
• Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan
sampah, pembuangan tinja dan limbah.
• Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk kalangan menengah ke atas di
negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.
• Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
• Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.
• Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
• Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit.
• Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung.
• Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja.
• Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun
maupun alergi.
• Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
• Mencari kasus sedini mungkin.
• Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan
darah, rontgent paru.
• Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular untuk
diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.
• Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
• Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
• Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi
komplikasi.
• Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
• Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan
perawatan yang lebih intensif.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
• Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
• Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan
dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
• Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah
cacat mampu mempertahankan diri.
• Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia
sembuh dari suatu penyakit.
Ukuran frekuensi penyakit menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan yang
terdapat pada kelompok manusia atau masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan masalah
penyakit menunjukkan banyaknya kelompok masyarakat yang terserang penyakit. Untuk
mengetahui frekuensi masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok orang/masyarakat
dilakukan langkah-langkah :
a. Menemukan masalah kesehatan, dengan cara mengambil data penderita yang datang ke
puskesmas, laporan dari masyarakat yang datang ke puskesmas.
b. Research atau survei kesehatan , misalnya : Survei Kesehatan Rumah Tangga
c. Studi kasus , misalnya : kasus penyakit pasca bencana tsunami.
2.9 PENELITIAN DAN VARIABEL EPIDEMIOLOGI
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study atau studi potong lintang atau studi
prevalensi atau survei.
2. Epidemiologi analitik, terdiri dari :
a. Non eksperimental
 Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartikan
sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
 Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor
penyebab penyakit.
 Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan
secara empiris faktor resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di
masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota
besar.
b. Eksperimental.
 Clinical Trial
 Community Trial.
VARIABEL EPIDEMIOLOGI
1. Variabel Orang
 Umur
 Jenis Kelamin
 Jenis Peketjaan
 Pengahasilan
 Golongan etik
 Status Perkawinan
2. Variabel Tempat
3. Variabel Waktu
 Jangka Pendek
 Perubahan secara Status
 Perubahan-perubahan angka kesakitan
2.10 PENGUKURAN EPIDEMIOLOGI
Pengukuran epidemiologi penyakit dibagi manjadi 2 yaitu:
1. Insiden
Insiden adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu waktu tertentu di dalam kelompok masyarakat. Untuk dapat menghitung angka
insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang :
 Data tentang jumlah penderita baru.
 Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Incidence Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu
tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Rumus yang digunakan:
Jumlah Penderita Baru
Insiden rate = −−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−− x K
Jumlah penduduk yg mungkin terkena Penyakit tersebut pada pertengahan tahun
K = Konstanta ( 100%, 1000 ‰) X K

Manfaat Incidence Rate adalah :


– Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
– Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
– Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan
kesehatan.
b. Attack Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat dibandingkan
dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.
Manfaat Attack Rate adalah :
– Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit.
Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan Penularan penyakit tersebut.
Rumus yang digunakan :
Jumlah Penderita Baru dlm Satu Saat
Attack rate =−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−xK
Jumlah Penduduk yg. Mungkin terkena Penyakit Tersebut pd. Saat yg. Sama.
c. Secondary Attack Rate
Jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua dibandingkan
dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada
serangan pertama. Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu
populasi yang kecil ( misalnya dalam Satu Keluarga ).
Rumus yang digunakan :
Jumlah Penderita Baru pd. Serangan Kedua
SAR = −−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−xK
(Jml. Penddk – Pendd. Yg. Terkena Serangan Pertama )

2. Prevalen
Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka Prevalensi,
digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal
atau Pendeuduk dengan Resiko (Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa
Angka Prevalensi sebenarnya BUKAN-lah suatu RATE yang murni, karena Penduduk yang
tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan. Secara umum nilai
prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Period Prevalen Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu
tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang
bersangkutan Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit
diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.
Rumus yang digunakan :
Jumlah penderita lama & baru
Periode Prevalen Rate = −−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−xK
Jumlah penduduk pertengahan

b) Point Prevalen Rate


Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah
penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan.
Rumus :
Jumlah Penderita lama & baru Saat itu
Point Prevalen Rate = −−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−xK
Jumlah Penduduk Saat itu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Epidemiologi lahir berdasarkan dua asumsi dasar. Pertama, penyakit pada populasi manusia
tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak. Kedua, penyakit pada manusia
sesungguhnya mempunyai faktor penyebab dan faktor preventif yang dapat diidentifikasi
melalui penelitian sistematik pada berbagai populasi, tempat, dan waktu. Berdasarkan
asumsi tersebut, epidemiologi dapat didefinisikan sebagai ” ilmu yang mempelajari distribusi
dan determinan – determinan frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi
manusia.
Tujuan akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit, mengurangi dampak
penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia. Sasaran epidemiologi adalah
populasi manusia, bukan individu. Ciri-ciri ini yang membedakan epidemiologi dari ilmu
kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik, yang lebih memusatkan perhatiannya kepada
individu, jaringan, atau organ.
3.2 Saran
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari
tentang epidemiologi. Dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis
tetapi juga berguna bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini
kurang sempurna penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

https://viniekaputri29.wordpress.com/2015/03/30/makalah-dasar-dasar-epidemiologi/

pendahuluan - sejarah perkembangan epidemiologi

Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa
epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan
selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini
epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam
konteks lingkungannya. 

Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran
penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut 
Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman dahulu kala dan
bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu
sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi dan genetika. 

Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah
kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemioogi
menekankan pada kelmpok individu. Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran,
epidemiologi juga membutuhkan disiplin lmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi,
geologi, lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan statiska. 
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli
bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena
perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode
epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat. 

Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan terkenal di
kala itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan variolasi, Abad ke 5 SM muncul
Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places, selanjutnya Galen
melengkapi dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14 dan 15 terjjadi
karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada
tahun 1662 John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatata kematian PES & data
metriologi. Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik dalam
epidemiologi dengan mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab
kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara
pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah dilakukan untuk
mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu
untuk perencanaan dan evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of
modern epidemiology. 

Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam menjawab
epidemi cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah, terakhir
penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Perkembangan epidemiologi
surveilans setelah perang dunia II disusul perkembangan epidemiologi khusus. hal yang sama juga
dilakukan Edwin Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan riset tentang masalah sanitasi di inggeris,
serta Jacob henle, robert koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan. 

Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku
hingga saat ini.Konsep-konsep tersebut antara lain: 

1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit 


2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik 
3. Penularan penyakit 
4. Eksprimen pada manusia 

Sejarah perkembangan epidemiologi dapat dibedakan menjadi 4 tahap, yaitu : 

1. Tahap pengamatan 

Cara awal untuk mengetahui frekwensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan serta faktor-faktor
yang mempengaruhi ini dilakukan dengan pengamatan (observasi). Dari hasil pengamatan tersebut
Hippocrates (ahli epidemiologi pertama/460-377SM) lebih kurang 2400 tahun yang lalu berhasil
menyimpulkan adanya hubungan antara timbul atau tidaknya penyakit dengan lingkungan. Pendapt
ini dituliskannya dalam bukunya yang terkenal yakni : Udara, Air, dan Tempat. Sekalipun Hippocrates
tidak berhasil membuktikan pendapatnya tersebut, karena memang pengetahuan untuk itu belum
berkembang, tetapi dari apa yang dikemukakan oleh Bapak Ilmu Kedokteran ini di pandang telah
merupakan landasan perkembangan selanjutnya dari epidemiologi. Tahap perkembangan awal
epidemiologi yang seperti ini dikenal dengan nama “Tahap Penyakit dan Lingkungan”. 

2. Tahap perhitungan 

Tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi disebut dengan tahap perhitungan. Pada tahap
ini upaya untuk mengukur frekwensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan, dilakukan dengan
bantuan ilmu hitung. Ilmu hitung masuk ke epidemiologi adalah berkat jasa Jonh Graunt (1662)
melakukan pencatatan dan perhitungan terhadap angka kematian yang terjadi di kota London. John
Graunt tidak melanjutkan penelitiannya dalam epidemiologi, tetapi beralih kepada peristiwa-
peristiwa kehidupan. John Graunt lebih dikenal dengan sebutan Bapak Statistik Kehidupan. Tahap
kedua perkembangan epidemiologi yang seperti ini dikenal dengan nama “Tahap Menghitung dan
Mengukur”. 

3. Tahap pengkajian 

John graunt memang berhasil memberikan gambaran tetang frekwensi dan penyebaran masalah
kesehatan, tetapi belum untuk faktor-faktor yang mempengaruhinya. Karena ktidak puasan terhadap
hasil yang diperoleh, maka dikembangkan teknik yang lain yang dikenal sebagai teknik pengkajian. 

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh William Farr (1839) yang melakukan pengkajian data. Dari
pengkajian ini dibuktikan adanya hubungan statistik antara peristiwa kehidupan dengan keadaan
kesehatan masyarakat, seperti : adanya hubungan status pendidikan dengan tingkat sosial ekonomi
penduduk. 

Cara kerja yang sama juga dilakukan secara terpisah oleh John Snow(1849) yang menemukan adanya
hubungan antara timbulnya penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk. John Snow
menganalisa pada dua perusahaan air minum di London yakni Lambeth Company dan Southwark &
Vauxhall Company. 

Pekerjaan yang dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan pengkajian data yang
telah ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah, bukan dari data hasil percobaan. Karena pengkajian
data alamiah inilah, maka tahap perkembangan epidemiologi pada waktu itu dikenal dengan nama
“Tahap Eksperimental Alamiah”. 

4. Tahap uji coba 

Cara kerja uji coba tidak sekedar mengkaji data alamiah saja, tetapi mengkaji data yang diperoleh dari
suatu uji coba yang dengan sengaja dilakukan. Uji coba ini telah lama dikenal di kalangan kedokteran,
misalnya yang dilakukan oleh Lind (1774) yang melakukan pengobatan kekurangan Vitamin C dengan
pemberian jeruk. Atau yang dilakukan oleh Jenner (1796) yang melakukan uji coba vaksin cacar pada
manusia. 

Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen,


yakni : 

1. Mencakup semua penyakit 

Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti
kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit
jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan
pelayanan kesehatan. 

2. Populasi 

Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu


maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat)
atau kelompok. 

3. Pendekatan ekologi 

Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya
penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada  Tuhan YME yang telah memberikan rahmat, karunia, serta hidayah-
Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Epidemiologi dengan judul “Sejarah dan
Perkembangan Konsep Epidemiologi” dengan sebaik-baiknya.

Makalah ini kami susun untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai Definisi, sejarah dan
perkembangan, peristiwa bersejarah dalam epidemiologi, teori perkembangan epidemiologi, tujuan dan
jenis-jenis epidemiologi, ruang lingkup epidemiologi dan konsep epidemiologi keperawatan. Disamping
itu penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Keperawatan di
STIKES Cendekia Utama Kudus, prodi keperawatan semester III.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh


kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Dalam penyusunan makalah ini
banyak pihak-pihak yang telah membantu di dalamnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih,kepada :

1.      Bapak dr.Muchtadi,M.Sc.,selaku ketua STIKES Cendekia Utama Kudus.

2.      Ibu Ns.Biyanti Dwi Winarsih,S.Kep,M.Kes,. selaku ketua prodi keperawatan

3.      Ibu Ns. Sri Hartini,S.Kep.,. selaku dosen pengampau mata kuliah Epidemiologi Keperawatan.

4.      Pihak-pihak lain yang belum disebut namanya.

Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan  kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar penulisan makalah ini bisa lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah yang
sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi mahasiswa keperawatan khususnya agar
mengetahui pentingnya mengetahui dan memahami sejarah dan perkembangan konsep epidemiologi
keperawatan.

Kudus, Oktober  2012

DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1

1.2  Tujuan penulisan .................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1  Definisi Epidemiologi ......................................................................................... 1

2.2  Sejarah dan Perkembangan Epidemiologi ........................................................... 5

2.3  Peristiwa Bersejarah Epidemiologi ...................................................................... 2

2.4  Teori Perkembangan Epidemiologi ..................................................................... 3

2.5  Tujuan Epidemiologi ........................................................................................... 4

2.6  Jenis – jenis epidemiologi .................................................................................... 5

2.7  Ruang Lingkup Epidemiologi ............................................................................. 6

2.8  Konsep Epidemiologi .......................................................................................... 7

BAB IV PENUTUP

4.1  Simpulan ............................................................................................................ 18

4.2  Saran .................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

 Seiring kemajuan zaman yang semakin berkembang maka berimbas pula pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. Dimana untuk menjadi seorang sarjana keperawatan dituntut untuk
kematangan dalam segi materi maupun skill (ketrampilan) di ilmu keperawatan. Dalam ilmu
keperawatan terdapat banyak sekali ilmu pengetahuan yang dipelajari. Dimana diantaranya
mempelajari tentang epidemiologi dalam keperawatan.

Epidemiologi tidak berkembang dalam ruang hampa. Aneka ilmu dan peristiwa, seperti kedokteran,
kedokteran sosial, revolusi mikrobiologi, demografi, sosiologi, ekonomi, statistik, fisika, kimia, biologi
molekuler, dan teknologi komputer, telah mempengaruhi perkembangan teori dan metode
epidemiologi. Demikian pula peristiwa besar seperti The Black Death (wabah sampar), pandemi cacar,
revolusi industri (dengan penyakit okupasi), pandemi Influenza Spanyol (The Great Influenza)
merupakan beberapa contoh peristiwa epidemiologis yang mempengaruhi filosofi manusia dalam
memandang penyakit dan cara mengatasi masalah kesehatan populasi.

Harapan kami, setelah makalah yang bertema pendidikan ini telah tersusun dapat menambah wawasan
mahasiswa. Sehingga, mahasiswa mengetahui bahwasanya Sejarah epidemiologi perlu dipelajari agar
orang mengetahui konteks sejarah, konteks sosial, kultural, politik, dan ekonomi yang melatar belakangi
perkembangan epidemiologi, sehingga konsep, teori, dan metodologi epidemiologi dapat diterapkan
dengan tepat.

1.2  Tujuan penulisan

1.2.1        Tujuan umum

Untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah dan perkembangan konsep Epidemiologi.

1.2.2        Tujuan khusus

Tujuan kami dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Menambah pengetahuan tentang definisi epidemiologi.

2.      Untuk mengetahui bagaimana Sejarah dan Perkembangan Konsep Epidemiologi.

3.      Untuk mengetahui bagaimana peristiwa bersejarah  dalam Epidemiologi.

4.      Untuk mengetahui bagaimana Teori Perkembangan Epidemiologi.

5.      Untuk mengetahui bagaimana Tujuan Epidemiologi.

6.      Untuk mengetahui bagaimana Jenis – jenis epidemiologi.

7.      Untuk mengetahui Ruang Lingkup Epidemiologi.

8.      Untuk mengetahui bagaimana Konsep Epidemiologi.


BAB II
TINJAUAN TEORI

      2.1 Definisi Epidemiologi

                        Kata Epidemiologi berasal dari bahasa yunani yaitu Epi (Pada / di antara), Demos
(Penduduk/Rakyat) dan Logos (Ilmu/Doktrin) sehingga epidemiologi berarti ilmu pada penduduk. Jika
menurut asal katanya epidemiologi berarti ilmu yang digunakan untuk mencari pemecahan masalah
yang terjadi pada penduduk/masyarakat.

                        Wade Hampton Frost (1972) Guru besar Epidemiologi di School of hygiene, University
Johns Hopkins mendefisinikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena massal
penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah penyakit menular. Disini tampak bahwa pada waktu itu
penekanan perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang mengenai
massa (masyarakat).

                        Greenwood (1934) professor di school of hygiene and tropical medicine, London
mengemukakan batasan yang lebih luas dimana dikatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang
penyakit dan segala macam kejadian penyakit yang mengenai kelompok penduduk.

             Kemudian Brian MacMahon (1970) pakar epidemiologi di amerika serikat yang bersama Thomas
F. Pugh menulis buku Epidemiologi yang berjudul Principles and Methods menyatakan bahwa
epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab kejadian penyakit pada manusia dan
mengapa terjadi distribusi semacam itu. Walaupun definisinya cukup sederhana, disini tampak bahwa
macMahon menekankan epidemiologi sebagai suatu pendekatan metodologik dalam menentukan
distribusi penyakit dan mencari penyebab mengapa terjadi distribusi sedemikian dari suatu penyakit.

                        Gary D. friedman (1974) dalam bukunya Primer of Epidemiologi menuliskan bahwa
epidemiology is the study of disease occurance in human populations. Batasan ini lebih sederhana dan
tampak senapas dengan apa yang telah dikemukakan macMahon.

            Anders Ahlbom & Staffan Norel (1989) dalam bukunya introduction of Modern Epidemiology.
Dikatakan bahwa epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi
manusia.

                        Setelah membaca berbagai macam definisi epidemiologi diatas senada dengan kesimpulan
dari Last, J.M, Ed (1988) yang mengatakan epidemiologi adalah Ilmu tentang distribusi dan faktor-faktor
determinan yang mempengaruhi status kesehatan atau menyebabkan terjadinya penyakit atau
gangguan kesehatan pada kelompok masyarakat tertentu dan penggunaan study tersebut untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
2.2  Sejarah dan Perkembangan Epidemiologi

          Epidemiologi  sudah cukup lama dikenal atau diperkenalkan dalam dunia kesehatan dan
kedokteran. Dikenal beberapa orang yang telah mematok sejarah penting dalam perkembangan
epidemiologi.

1.       Hippocrates (377-260 SM).

Hippocrates adalah seorang filsuf dan dokter Yunani pasca- Socrates, yang dikenal sebagai Bapak
Kedokteran Modern. Hippocrates telah membebaskan hambatan filosofis cara berpikir orang-orang
pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul) dalam memandang kejadian penyakit.

Hippocrates memberikan kontribusi besar dengan konsep kausasi penyakit yang dikenal dalam
epidemiologi dewasa ini, bahwa penyakit terjadi karena interaksi antara = host-agent-environment‘
(penjamu - agen- lingkungan). Dalam bukunya yang "On Airs, Waters and Places" (¯Tentang Udara, Air,
dan Tempat.) yang diterjemahkan Francis Adam, Hipoccrates mengatakan, penyakit terjadi karena
kontak dengan jazad hidup, dan berhubungan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.

2.      John Graunt (1662)

Merupakan orang pertama melakukan kuantifikasi atas kejadian kesakitan dan kematian dengan
menganalisis laporan mingguan kelahiran dan kematian di kota London.

3.      William Farr (1839)

Orang pertama yang menganalisis statistik kematian untuk mengevaluasi masalah kesehatan. Ia juga
yang mengembangkan beberapa metode penting dalam epidemiologi seperti definisi populasi berisiko,
populasi pembanding,dll.

4.      Antonio Van Leeuwenhoek (1632-1732).

Dia seorang ilmuan yang menemukan Mikroskop, penemu bakteri dan parasit, penemu spermatozoa.
Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang berguna untuk analisis epidemiologi
selanjutnya.

5.      Robert Koch
Dia memperkenalkan Tubekulin yang dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi Tuberkulosis
sebagai perangkap diagnosis TBC pada anak-anak. Dia juga terkenal dengan Postulac Koch yang
mengemukakan tentang konsep untuk menentukan kapan mikroorganisme dapat dianggap penyebab
suatu penyakit.

6.      Max Van Patternkofer

Dia mengidentifikasikan penyebab sebuah penyakit, dia ingin membuktikan bahwa vibrio bukanlah
penyebab kolera.

7.      Jhon Snow (1854)

Orang pertama yang mengembangkan metode investigas wabah yang dapat mengantarkan penyelidikan
kea rah penyebab.

8.      Percival Pott

Dia menganalisis tentang meningginya kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja pembersih
cerobong asap dan dia menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah yang menjadi
biang keladinya. Dia dianggap sebagai bapak epidemiologi modern.

9.      James Lind, 1747

Dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu dalam suatu pelayaran panjang yang mengalami Scurvy
(kurang vitamin c) hal ini dikarenakan mereka semuanya memakan makanan kaleng. Dia dikenal sebagai
bapak Trial Klinik.

10.  Dool dan Hill,1950

Mereka adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan
antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitian di bidang epidemiologi klinik.

2.3  PERISTIWA BERSEJARAH EPIDEMIOLOGI

Cukup banyak peristiwa-peristiwa penting bersejarah sepanjang perjalanan waktu epidemiologi dari
masa kemasa. Sebagian diantaranya dapat disebutkan disini, yaitu :

1.      The Black Death

Pada abad ke 13-14 terjadi epidemi penyakit dengan mortalitas tinggi di seluruh dunia, disebut The
Black Death (penyakit sampar, pes, Bubonic plague). Penyakit sampar atau pes disebabkan oleh Yersinia
pestis yang menginfeksi rodensia (terutama tikus), lalu menular ke manusia melalui gigitan kutu (flea).
Penyakit sampar menyebabkan demam, pembengkakan kelenjar limfe, dan bercak-bercak merah di
kulit, sehingga wabah sampar disebut Bubonic Plague ( bubo‘ artinya inflamasi dan pembengkaan
kelenjar limfe). The Black Death membunuh hampir 100 juta penduduk di seluruh dunia dalam tempo
300 tahun. Hampir sepertiga populasi Eropa (sekitar 34 juta) meninggal karena penyakit tersebut.
Kematian dalam jumlah serupa terjadi pada penduduk China dan India. Timur Tengah dan benua Afrika
juga mengalami epidemic tersebut. Meskipun jumlah total tidak diketahui, outbreak 1348 - 1349
diperkirakan telah membunuh 400,000 orang di Suriah .

Secara tradisi The Black Death diyakini disebabkan oleh salah satu dari tiga bentuk Yersinia pestis
(bubonik, pnemonik, dan spetikemik). Tetapi beberapa ilmuwan dewasa ini menduga, penyakit itu
disebabkan suatu virus yang menyerupai Ebola atau antraks. Dua peneliti biologi molekuler dari
Universitas Liverpool, Profesor Christopher Duncan dan Susan Scott, menganalisis sejarah Bubonic
Plague dan menerapkan biologi molekuler dengan modeling menggunakan komputer. Berdasarkan
analisis, Duncan dan Scott mengemukakan teori bahwa agen penyebab wabah sampar bukan suatu
bakteri melainkan filovirus yang ditularkan langsung

dari manusia ke manusia.

Menurut Profesor Duncan, gejala The Black Death ditandai oleh demam mendadak, nyeri, perdarahan
organ dalam, dan efusi darah ke kulit yang menimbulkan bercak-bercak di kulit, khususnya sekitar dada.
Karena itu Duncan dan Scott menamai epidemi penyakit sampar =wabah hemoragis‘ (haemmorhagic
plague), bukan Bubonic Plague yang lebih menonjolkan aspek pembesaran kelenjar limfe.

2.      Cacar dan Vaksinasi Edward Jenner (1749–1823).

Edward Jenner adalah penemu metode pencegahan cacar yang lebih aman, disebut vaksinasi. Cacar
merupakan sebuah penyakit menular yang menyebabkan manifestasi klinis berat dan sangat fatal.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Variola major atau Variola minor. Cacar disebut Variola atau Variola
vera, berasal dari kata Latin = varius‘ yang berarti bercak, atau =varius‘ yang berarti gelembung kulit.
Terma =smallpox‘ dalam bahasa Inggris digunakan pertama kali di Eropa pada abad ke 15 untuk
membedakan cacar dengan =great pox‘ (sifilis). Masa inkubasi sekitar 12 hari. Virus cacar menempatkan
diri di dalam pembuluh darah kecil di bawah kulit, mulut dan tenggorokan. Pada kulit penyakit ini
menyebabkan keropeng (ruam) berbentuk makulopapular, kemudian membentuk gelembung kulit berisi
cairan. Penderita cacar mengalami keropeng kulit, sehingga disebut =speckled monster‘ (monster
bernoda). Selain itu cacar menyebabkan kebutaan karena ulserasi kornea dan infertilitas pada penderita
pria. Variola major lebih sering dijumpai, menyebabkan bentuk klinis yang berat, dengan lebih banyak
keropeng kulit, panas yang lebih tinggi, dengan case fatality rate 30-35%. Angka kematian karena Variola
major pada anak bisa mencapai 80%. Variola minor memberikan manifestasi klinis yang lebih ringan
disebut alastrim, lebih jarang terjadi, dengan angka kematian sekitar 1% dari korban.

3.      Wabah Kolera
Pada 1816-1826 terjadi pandemi pertama kolera di berbagai bagian dunia. Penyakit itu menyerang
korban dengan diare berat, muntah, sering kali berakibat fatal. Pandemi dimulai di Bengal (India), lalu
menyebar melintasi India tahun 1820. Sebanyak 10,000 tentara Inggris dan tak terhitung pada penduduk
India meninggal selama pandemi tersebut. Pandemi kolera meluas ke China, Indonesia (lebih dari
100,000 orang meninggal di pulau Jawa saja), dan Laut Kaspia, sebelum akhirnya mereda. Kematian di
India antara 1817-1860 diperkirakan mencapai lebih dari 15 juta jiwa. Sebanyak 23 juta jiwa lainnya
meninggal antara 1865-1917. Kematian penduduk di Rusia pada periode yang sama mencapai lebih dari
2 juta jiwa. Pandemi kolera kedua terjadi 1829-1851, mencapai Rusia, Hungaria (sekitar 100,000 orang
meninggal) dan Jerman pada 1831, London pada 1832 (lebih dari 55,000 orang meninggal di Inggris),
Perancis, Kanada (Ontario), dan Amerika Serikat (New York) pada tahun yang sama, pantai Pasifik
Amerika Utara pada 1834. Outbreak selama dua tahun terjadi di Inggris dan Wales pada 1848 dan
merenggut nyawa 52,000 jiwa.

4.      Influenza Besar (1918 - 1919 )

Pada Maret 1918 hingga Juni 1920 terjadi pandemi luar biasa yang disebut Influenza Besar (Flu Spanyol,
The Great Influenza). Peristiwa itu dianggap pandemi yang paling mematikan dalam sejarah
kemanusiaan. Penderita flu meninggal dalam tempo beberapa hari atau beberapa jam sejak gejala klinis.
Virus influenza strain subtipe H1N1 yang sangat virulen diperkirakan menyerang 500 juta orang di
seluruh dunia dan membunuh 50 hingga 100 juta orang hanya dalam waktu 6 bulan. Tidak seperti
outbreak influenza lainnya, wabah Flu Spanyol tidak hanya menyerang orang dewasa tetapi juga anak-
anak. Sebuah studi mengatakan, wabah itu menyerang 8-10 persen dari semua dewasa muda.

2.4  TEORI PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi sebagai suatau ilmu berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini dilator belakangi oleh
beberapa hal, diantaranya :

1.      Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit. Dewasa ini
telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah penyakit tidak menular dan epidemiologi tidak hanya
dihadapkan dengan masalah penyakit semata tetapi hal yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung
dengan penyakit serta masalah kesehatan secara umum. Hal ini berbeda pada zaman John Snow
epidemiologi diarahkan untuk masalah penyakit tidak infeksi dan wabah saja.

2.      Perkembangan ilmu pengetahuan lainya. Perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain
seperti biostatistik, administrasi dan ilmu perilaku yang berkembang pesat meniupkan angin kesegaran
untuk perkembangan epidemiologi.

Dengan perkembangan tersebut para ahli kesehatan masyarakat dari masa ke masa juga mempunyai
perkembangan pandangan terhadap proses terjadinya penyakit yang dikemukakan dengan beberapa
konsep atau teori, diantaranya:
a.       Contagion Theory.

Teori ini mengemukakan bahwa terjadinya penyakit diperlukan adanya kontak antara satu person
dengan person lain. Teori ini di kembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa itu yang
kebanyakan adalah penyakit yang menular karena adanya kontak langsung. Teori ini bermula pada
pengamatan terhadap epidemic dan penyakit Lepra di Mesir.

b.      Hippocratic Theory.

Teori ini di pelopori oleh Hippocrates yang lebih mengarahkan kausa pada suatu factor tertentu.
Menurutnya bahwa kausa penyakit berasal dari alam, cuaca dan lingkungan. Teori ini mampu menjawab
masalah penyakit pada waktu itu dan di pakai hingga tahun 1800an dan teori ini ternyata tidak mampu
menjawab berbagai penyakit infeksi lain yang mempunyai rantai penularan yang lebih berbelit-belit.

c.       Miasmatic Theory

Teori ini menunjukan gas-gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit namun tidak dapat
menjawab pertanyaan tentang penyebab berbagai penyakit.

d.      Epidemic Theory

Teori ini menghubungnkan terjadinya penyakit dengan cuaca dan factor geografis, Zat organic dari
lingkungan dianggap sebagai pembawa penyakit . Teori ini diterapkan oleh John Snow dalam
menganalisis diare di London.

e.       Thery Kuman (Grem Theory).

Kuman (mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa penyakit . Kuman dianggap sebagai kausa tunggal
penyakit namun teori ini mendapat tantangan dari berbagai penyakit kronis misalnya jantung dan
kanker.

f.       Theory Multi kausa

Teori ini disebut sebagai konsep multi factorial yang menekankan bahwa suatu penyakit terjadi sebagai
hasil dari interaksi berbagai factor misalnya interaksi lingkungan yang berupa factor biologis, kimiawi,
dan social memegang peranan dalam terjadinya penyakit.

2.5  TUJUAN EPIDEMIOLOGI

Di dalam definisi-definisi epidemiologi yang diutarakan para ahli diatas, tersirat beberapa tujuan
epidemiologi, yaitu :

1)      Mengumpulkan fakta dan data tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat.

2)      Menjelaskan sifat dan penyebab masalah kesehatan  tersebut.

3)      Menemukan/merencanakan pemecahan masalah serta mengevaluasi aktivitas pelaksanaanya.


4)      Menggambarkan status kesehatan penduduk, untuk menetapkan prioritas masalah dalam
perencanaan.

5)      Mempelajari riwayat alamiah suatu penyakit atau masalah kesehatan, petunjuk bagi upaya
pencegahan dan mekanisme pengendalian.

6)      Mempelajari penyebab / faktor risiko suatu penyakit / masalah kesehatan.

7)      Mengembangkan system pengendalian dan pemberantasan penyakit dalam suatu system


administrasi.

Menurut Lilienfeld ada tiga tujuan umum studi epidemiologi, yaitu :

1)        Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu penyakit atau sekelompok
penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom, atau kematian melalui analisis terhadap
data medis dan epidemiologi dengan menggunakan manajemen informasi sekaligus informasi yang
berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial/perilaku.

2)        Untuk menentukan apakah data epidemiologi yanga ada memang konsisten dengan hipotesis
yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan, ilmu perilaku, dan ilmu biomedis yang terbaru.

3)        Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah – langkah pengendalian dan prosedur
pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko, dan untuk pengembangan langkah – langkah dan
kegiatan kesehatan masyarakat yang dipelukan, yang kesemuanya itu akan digunakan untuk
mengevaluasi keberhasilan langkah – langkah , kegiatan, dan program entervensi.

2.6  JENIS-JENIS  EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi menekankan upaya menerangkan bagaimana distribusi penyakit dan bagaimana  berbagai
komponen menjadi faktor penyebab penyakit tersebut. Untuk mengungkapkan dan menjawab masalah
tersebut, epidemiologi melakukan berbagai cara yang selanjutnya menjadikan epidemiologi dapat dibagi
dalam beberapa metode.

Pada dasarnya metode epidemiologi dibagi 3, yaitu :

1)      Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif mempelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu masalah kesehatan dalam
masyarakat. Keterangan tentang frekuensi dan distribusi suatu penyakit atau masalah kesehatan
menunjukan tentang besarnya masalah itu dalam pertanyaan mengenai faktor who (siapa), where
(dimana),dan when (kapan).

a.       Siapa

Merupakan pertanyaan tentang faktor orang yang akan di jawab dengan mengemukakan perihal mereka
yang terkena masalah. Bisa mengenai variable umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan,
dan pendapatan. Faktor-faktor ini biasa disebut sebagai variable epidemiologi/demografi. Kelompok
orang yang potensial atau punya peluang untuk menderita sakit atau mendapatkan resiko, biasanya
disebut population at risk (populasi berisiko).

b.      Dimana

Pertanyaan ini mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau bekerja atau dimana saja ada
kemungkinan mereka menghadapi masalah kesehatan. Faktor tempat ini dapat berupa kota (urban), dan
desa (rural), pantai dan pegunungan, daerah pertanian, industry, tempat bermukim atau bekerja.

c.       Kapan

Kapan kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Faktor waktu ini dapat berupa jam, hari,
minggu, bulan, dan tahun, musim hujan dan musim kering.

Contoh :

“Banyaknya penderita TBC di daerah Sulawesi selatan  adalah 25.000 lelaki pada tahun 1992. ”

2)      Epidemiologi Analitik

Epidemiologi Analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis faktor penyebab
(determinant) msalah kesehatan. Disini  diharapkan epidemiologi mampu menjawab pertanyaan kenapa
(why) apa penyebab  terjadinya masalah itu.

Contoh :

“setelah ditemukan secara deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita kanker paru , maka perlu
dianalisis lebih lanjut apakah rokok itu merupakan faktor determinant/penyebab terjadinya kanker
paru.”

3)      Epidemiologi Eksperimental

Salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai penyebab
terjadinya suatu luaran (output = penyakit), adalah diuji kebenaranya dengan percobaan (eksperimen).

Contoh :

“jika rokok dianggap sebagai penyebab kanker paru maka perlu dilakukan eksperimen jika rokok
dikurangi maka kanker paru akan menurun atau sebaliknya. Untuk ini dilakukan perbandingan antara
kelompok orang yang merokok dengan orang yang tidak merokok,kemudian dilihat jumlah penderita
penyakit kanker paru untuk masing-masing kelompok. Dari perbedaan yang ada dapat disimpulkan ada
atau tidaknya pengaruh rokok terhadap penyakit kanker paru tersebut.

Ketiga jenis epidemiologi ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainya saling berkaitan dan
mempunyai peranan masing-masing sesuai tingkat kedalaman pendekatan epidemiologi yang dihadapi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pengungkapan dan pemecahan masalah epidemiologi dimulai
dengan epidemiologi deskriptif, lalu diperdalam  dengan epidemiologi analitik dan disusul dengan
melakukan epidemiologi eksperimental.

Jenis-jenis epidemiologi dapat juga dilihat dari aspek  lain sehingga ditemukan berbagai jenis
epidemiologi lainya . misalnya ada epidemiologi penyakit menular, kependudukan, kesehatan
reproduksi, statistik, farmasi,dll.

2.7  RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI

Pada awalnya epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang bersifat menular/infeksi dan akut. Pada
perkembangan lebih lanjut, epidemiologi juga mempelajari penyakit tidak menular juga kronis, masalah
sosial/prilaku, penilaian terhadap pelayanan kesehatan, serta diluar bidang kesehatan.

Jadi ruang lingkup epidemiologi diantaranya adalah :

1.      Epidemiologi Penyakit Menular:

Telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
tertentu.

2.      Epidemiologi Penyakit Tidak Menular :

Memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit
sistemik serta berbagai penyakit menahun lainya, termasuk masalah meningkatnya kecelakaan lalulintas
dan penyalah gunaan obat-obatan tertentu.

3.      Epidemiologi Klinik:

Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh para klinisi yang
bertujuan untuk membekali para klinisi/dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu
epidemiologi.

4.      Epidemiologi kesehatan lingkungan dan Kesehatan Kerja :

bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan
kesehtan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja,serta kebiasaan hidup para
pekerja.

5.      Epidemiologi Kependudukan:

merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan system pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi serta factor-faktor
yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi di dalam masyarakat.
6.      Epidemiologi Kesehatan Jiwa:

merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat yang
mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.

7.      Epidemiologi Gizi:

dewasa ini banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah ini erat
hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup masyarakat.

8.      Epidemiologi Pelayanan Kesehatan :

Bentuk ini merupakan salaah satu system pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah, mencari
factor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunana rencana pemecahan masalah tersebut
secara menyeluruh dan terpadu.

2.8  KONSEP EPIDEMIOLOGI

Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli
bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena
perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode
epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.

Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga
saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain.

a.Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit


           b. Penggunaan data kuantitatif dan statistic

c. Penularan penyakit.

d. Eksperimen pada manusia

Secara sederhana sejarah perkembangan epidemiologi dapat dibedakan atas empat tahap, yakni :

1.      Tahap Pengamatan.

Cara awal untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan serta faktor-faktor
yang mempengaruhi ini dilakukan dengan pengamatan (observasi ). Hasil pengamatan hipocrates
berhasil menyimpulkan adanya hubungan antara timbul atau tidaknya penyakit dengan lingkungan
tetapi Hipocrates tidak berhasil membuktikan pendapatnya karena pengetahuan untuk itu belum
berkembang. Dari yang dikemukakan oleh Bapak ilmu kedokteran dipandang merupakan landasan
perkembangan epidemiologi. Tahap perkembangan epidemiologi ini dikenal dengan nama tahap
penyakit dan lingkungan.

2.      Tahap Perhitungan Tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi disebut dengan tahap
perhitungan. Pada tahap ini upaya untuk mengukur frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan
dilakukan dengan bantuan ilmu hitung. Jonh Graunt, menyimpulkan bahwa frekuensi dan penyebaran
angka kematian ternyata lebih tinggi pada bayi serta berbeda antara penduduk pria dan penduduk
wanita.

3.      Tahap Pengkajian Tekhnik pengkajian pertama kali diperkenalkan oleh William Farr pada tahun
1839 yang melakukan pengkajian terhadap data yang ada dan dari pengkajian ini berhasil dibuktikan
adanya hubungan statistik antara peristiwa kehidupan dengan keadaan kesehatan masyarakat, adanya
hubungan antara angka kematian dengan status perkawinan serta adanya hubungan antara tingkat
social ekonomi dengan tingkat kematian penduduk. 
Dengan cara kerja yang sama John Snow pada tahun 1849 berhasil membuktikan adanya hubungan
antara timbulnya penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk.  Tehnik yang dilakukan oleh
William Farr dan John Snow ini hanya melakukan pengkajian data yang telah ada dalam arti yang terjadi
secara alamiah bukan dari hasil percobaan sehingga dikenal dengan tahap eksperimen alamiah.

4.      Tahap Uji coba Cara kerja ini telah lama dikenal dikalangan kedokteran. Pada tahun 1774 Lind
melakukan pengobatan kekurangan vitamin C dengan pemberian jeruk. Jenner pada tahun 1796 juga
melakukan uji coba klinis terhadap vaksin cacar terhadap manusia. Di dalam perkembangan batasan
epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen yaitu:

1.        Mencakup semua penyakit Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi
maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu
lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi
ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.

2.        Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka
epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi masyarakat atau
kelompok.

3.        Pendekatan ekologi Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan
lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan
ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

BAB III

PENUTUP

3.1  SIMPULAN

1. Sejarah perkembangan epidemiologi dilatar belakangi oleh:


a. Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit.

b. Perkembangan ilmu pengetahuan lainya.

2. Teori- teori yang menjelaskan tentang proses terjadinuya suatu penyakit yaitu:

Contagionn Theory, Hippocratic Theory, Miasmatic Theory, Epidemic Theory, Theory Kuman, Theory
Multi kausa.

3. Tokoh-tokoh dalam sejarah perkembangan epidemiologi antara lain:

Antonio Van Leeuwenhoek, Robert Koch, Max Van Patternkofer, John Snow, Percival pott, James Lind,
Dool dan Hill.

4. Ruang lingkup epidemiologi dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

a.     Subjek dan objek epidemiologi adalah masalah kesehatan

b.    Masalah kesehatan yang dimaksud menunjuk kepada masalah kesehatan yang ditemukan pada
sekelompok manusia.

c.     Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan dimanfaatkan 


data tentang frekwensi dan penyebaran masalah kesehatan tersebut.

5. Secara garis besar jangkauan epidemiologi antara lain:

a.    Epidemiologi Penyakit Menular

b.   Epidemiologi penyakit tidak menular

c.    Epidemiologi Klinik

d.   Epidemiologi Kependudukan

e.    Epidemiologi pelayanan kesehatan

f.    Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja

g.   Epidemiologi Kesehatan Jiwa

h.   Epidemiologi Gizi

i.     Epidemiologi Kesehatan Reproduksi

j.     Epidemiologi Perencanaan

k.   Epidemiologi Perilaku

l.     Epidemiologi Genetik
m. Epidemiologi Kesehatan Drurat

n.    Epidemiologi Remaja

o.    Epidemiologi Kausalitas

4.2 SARAN

 Setelah makalah yang bertema pendidikan ini dapat menambah wawasan mahasiswa. Sehingga
mahasiswa tidak hanya tahu tetapi juga dapat memahami sejarah dan perkembangan konsep
epidemiologi keperawatan serta dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari.

http://mahfudalqudsybersholawat.blogspot.co.id/2013/01/sejarah-dan-perkembangan-konsep.html

Life-course epidemiology (epidemiologi sepanjang hayat) adalah ilmu yang mempelajari efek jangka
panjang paparan fisik dan sosial selama gestasi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa muda, dewasa tua,
terhadap risiko mengalami penyakit kronis. Epidemiologi sepanjang hayat mempelajari mekanisme
biologis, perilaku, dan psikososial yang beroperasi lintas perjalanan hidup individu, bahkan lintas
generasi, untuk mempengaruhi terjadinya penyakit kronis di usia dewasa (Ben-Shlomo dan Kuh, 2002;
Kuh et al., 2003). Pendekatan sepanjang hayat memberikan cara baru mengkonseptualisasi pengaruh
determinan sosial dan lingkungan yang dialami pada berbagai fase perjalanan hidup terhadap
perkembangan terjadinya penyakit kronis yang diperantarai oleh proses biologis spesifik proksimal
(misalnya, hiperkolesterolemia, hiperurisemia). Pendekatan sepanjang hayat epidemiologi
menggunakan perspektif multi disipliner – baik biologi, perilaku, sosial, maupun psikologi – untuk
memahami pentingnya waktu dan timing terjadinya paparan, seperti pertumbuhan fisik, reproduksi,
infeksi, mobilitas sosial, transisi perilaku, dan sebagainya, terhadap perkembangan terjadinya penyakit
kronis pada level individu dan populasi (Lynch dan Smith, 2005).

Pendekatan sepanjang hayat sesungguhnya bukan merupakan gagasan yang sama sekali baru. Pada
1667 penyair John Milton menulis dalam buku kumpulan puisinya Paradise Lost, ―The childhood shows
the man.. As the morning shows the day. Tetapi apresiasi terhadap pendekatan life course epidemiology
baru muncul kembali sejak publikasi Barker pada awal 1980an. Profesor David Barker, seorang peneliti di
University of Southhampton, Inggris, dan kawan-kawannya, memperkenalkan HIPOTESIS BARKER,
disebut juga ―Fetal Origins hypothesis, atau ―Thrifty Phenotype hypothesis. Hipotesis itu menyatakan
bahwa berkurangnya pertumbuhan fetus berhubungan kuat dengan terjadinya beberapa penyakit
degeneratif kronis di usia dewasa, khususnya penyakit jantung koroner (PJK), stroke, diabetes melitus
(DM), hipertensi, dan COPD (PPOK). Organisme memiliki kelenturan (plastisitas) selama perkembangan
awal, sehingga dapat dibentuk oleh lingkungan. Menurut hipotesis Barker, paparan lingkungan yang
buruk (misalnya, kekurangan gizi) pada periode kritis pertumbuhan dan perkembangan di dalam uterus
memiliki efek jangka panjang terhadap terjadinya penyakit kronis di usia dewasa dengan cara
―pemrograman struktur atau fungsi organ, jaringan, atau sistem tubuh. Adaptasi struktur, fisiologis,
dan metabolis di awal kehidupan membantu kelangsungan hidup janin dengan cara memilih trayek
(jalur) pertumbuhan yang tepat di masa mendatang. Tetapi ketika terdapat lingkungan yang tidak
menguntungkan di awal kehidupan (misalnya, kurang nutrisi), maka fetus terpaksa berkompromi– yaitu
beradaptasi pada keadaan yang tidak menguntungkan – dan memilih trayek yang sesuai (tetapi salah),
yaitu melakukan ―trade off dengan mengurangi perkembangan organ yang relatif ―non-esensial
seperti ginjal (massa nefron) dan pankreas (massa sel beta), demi berkembangnya organ yang lebih
esensial seperti otak, dan menyebabkan efek yang salah terhadap kesehatan di usia dewasa (Hales dan
Barker, 1992; Godfrey dan Barker, 2001; Rasmussen, 2001; Kuh et al., 2003).

Terma periode kritis merujuk kepada periode waktu perkembangan biologis tertentu yang krusial di
mana paparan yang terjadi pada periode itu akan memberikan dampak jangka panjang pada struktur
anatomis dan fungsi fisiologis yang akhirnya bisa menyebabkan penyakit. Paparan infeksi atau obat-
obatan prenatal (misalnya, penggunaan talidomid) yang terjadi pada periode kritis dapat memberikan
dampak hebat berupa kelainan perkembangan yang permanen (misalnya, cacat anggota badan). Tetapi
jika paparan itu terjadi beberapa hari sebelumnya atau sesudahnya, maka paparan itu tidak memberikan
dampak jangka panjang. Berbeda dengan periode kritis, periode sensitif merujuk kepada periode di
mana paparan yang terjadi pada periode itu memberikan efek yang lebih besar daripada paparan yang
sama terjadi pada periode lainnya. Pengaruh paparan yang berlangsung pada periode kritis maupun
periode sensitif dapat dimodifikasi (diubah) oleh paparan di usia dewasa (Lynch dan Smith, 2005).

Tidak hanya mempelajari efek jangka panjang paparan biologi dan sosial in utero, epidemiologi
sepanjang hayat juga mempelajari efek faktor biologi dan sosial lintas generasi. Tulis Lynch dan Smith
(2005), ―… More ambitiously, a life course approach also attempts to understand how such temporal
processes across the life course of one cohort occur in previous and subsequent birth cohorts and are
manifested in disease trends that are observed over time at the population level. Sebagai contoh,
keadaan nutrisi, kesehatan, dan perkembangan yang buruk pada gadis dan wanita muda menyebabkan
perubahan fisiologi dan metabolisme yang permanen jangka panjang lintas generasi, menyebabkan
fetus harus berkompromi dan memilih trayek yang salah untuk kelangsungan hidupnya, sehingga
menyebabkan terjadinya penyakit dan kematian karena penyakit kardiovaskuler di usia dewasa (Hales
dan Barker, 1992; Rasmussen, 2001; Kuh et al., 2003).

Pendekatan epidemiologi sepanjang hayat bisa digunakan untuk mempelajari efek jangka panjang
paparan agen infeksi dan agen non-infeksi pada berbagai tahap kehidupan terhadap risiko terjadinya
penyakit infeksi di usia dewasa, melalui dua mekanisme: (1) akumulasi risiko, dan (2) ―pemrograman.
Model akumulasi risiko mempelajari efek dari total jumlah paparan atau total sekuensi paparan yang
terakumulasi sepanjang waktu selama perjalanan hidup. Model akumulasi risiko dapat menunjukkan
hubungan ―dosis-respons, di mana kerusakan kesehatan meningkat dengan bertambahnya durasi atau
jumlah paparan yang merugikan (Hall et al., 2002; Lynch dan Smith, 2005)).

Berbagai studi di berbagai negara telah memberikan bukti empiris yang mendukung hipotesis Barker
tentang adanya hubungan terbalik antara berat badan bayi lahir prematur ataupun aterm dan
peningkataan insidensi hipertensi, PJK, gangguan toleransi glukose, resistensi insulin, dan DM tipe 2.
Hubungan tersebut tampaknya bukan merupakan hasil variabel-variabel perancu (confounding
variables). Berdasarkan data baru yang dihasilkan dari riset lainnya, Barker memperluas hipotesisnya
dengan membuat perbedaan yang lebih spesifik efek kompromi pertumbuhan fetus pada berbagai
periode gestasi. Menurut Barker, kompromi pertumbuhan fetus pada trimester pertama kehamilan
menghasilkan stroke hemoragis via peningkatan tekanan darah; pada trimester kedua menghasilkan
penyakit jantung koroner (PJK) via resistensi atau defisiensi insulin; pada trimester ketiga menghasilkan
PJK dan stroke trombosis via resistensi atau defisiensi hormon pertumbuhan.
(Rasmussen, 2001, Godfrey dan Barker, 2001)

Sumber: http://rumahmaya-idn.blogspot.com

SEJARAH EPIDEMIOLOGI

05NOV20087 Komentar

by  Andika Wirawan  in  DASAR DASAR EPIDEMIOLOGI  Tag:Add new tag,EPIDEMIOLOGI,  Sejarah
Epidemiologi

Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi
hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya
epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat
diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.

Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran
penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut

Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman dahulu kala dan
bahkan berkembang bersamaan  dengan ilmu kedokteran karena  kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu
sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi dan genetika.

Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah
kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemioogi
menekankan pada kelmpok  individu. Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran,
epidemiologi juga membutuhkan disiplin   lmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi,
geologi, lingkungan fisik, ekonomi,  budaya dan statiska.   

Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli
bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena
perbedaan paradigma dalam menangani masalah  kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode
epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa  penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan terkenal di kala
itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan  variolasi, Abad ke 5 SM
muncul  Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places, selanjutnya Galen
melengkapi dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14 dan 15
terjjadi  karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya
pada tahun 1662 John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatata kematian PES & data
metriologi. Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik dalam
epidemiologi dengan mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab
kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja
yang berbeda jenis pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem
pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan
evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.

Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam menjawab epidemi
cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah, terakhir penggunaan metode
epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Perkembangan epidemiologi surveilans setelah
perang dunia II  disusul perkembangan epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin
Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan  riset tentang  masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle,
robert koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.

Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga
saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:

1.      Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit

2.      Penggunaan data kuantitatif dan statistik

3.      Penularan penyakit

4.      Eksprimen pada manusia

Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup  sekurang-kurangnya 3 elemen,


yakni :

1. Mencakup semua penyakit

Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti
kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa
dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan
kesehatan.

1. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka
epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau
kelompok.

1. Pendekatan ekologi

Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya
penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

Referensi :

1. Budiarto,  Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

2. Bustan MN ( 2002 ).  Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta

3. Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi

4. Arsip mata kuliah FKM UNHAS 2006

Referensi kaitan

Indan Entjang ( 1979 ). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Penerbit Alumni

Azrul Azwar ( 1999 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Binarupa Aksara.

Bhisma Murti ( 2003 ). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press.

SEJARAH EPIDEMIOLOGI

14MEI20083 Komentar

by  Andika Wirawan  in  Bahan Kuliahku  Tag:fatality rate,  prevalens,  Sejarah Epidemiologi,  ukuran-
ukuran epidemiologi

Sesuai dengan pengalaman dan yang saya dapatkan dalam bangku perkuliahan tentang Prinsip-prinsip
dasar epidemiologi dan berbagai sumber lain, maka dapat saya simpulkan tentang sejarah, pengertian,
dan peranan epidemiologi sebagai beikut

Epidemiologi pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa
epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan
selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini
epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks
lingkungannya.

Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran
penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.

Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :

a. Mencakup semua penyakit

Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti
kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa
dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan
kesehatan.

b. Populasi

Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka
epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau
kelompok.

c. Pendekatan ekologi

Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya
penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

1. Penyebaran Penyakit

Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu direnungkan yakni :


1. Siapa (who), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang
yang terkena penyakit.
2. Di mana (where), di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
3. Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.

Jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan faktor-faktor yang menentukan


terjadinya suatu penyakit. Dengan perkataan lain terjadinya atau penyebaran suatu penyakit ditentukan
oleh 3 faktor utama yakni orang, tempat dan waktu.

2. Kegunaan

Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga Berencana adalah
sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa
dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan
bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi.
Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau
dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi. Kegunaan
lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti
prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan :
prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya.

https://epidemiolog.wordpress.com/tag/sejarah-epidemiologi/

Anda mungkin juga menyukai