Anda di halaman 1dari 5

Tugas Tambahan Epidemiologi

Oleh M Raja Pangestu (J410170018)

A. Sejarah Epidemiologi
1. Periode I: Zaman Mesir Kuno
Pada zaman Mesir Kuno, para ahli pengobatan telah mulai mencoba
mengenali penyakit secara klinis dengan upaya untuk melakukan deskripsi,
diferensiasi, dan kategorisasi gejala penyakit. Dalam zaman ini telah dikenal
pula bahaya penyakit menular, antara lain kusta, dan telah ada upaya isolasi
dan karantina untuk menghambat dan mencegah penularannya. Salah satu
tokoh ilmu pengobatan yang terkenal pada masa ini adalah Imhotep (2600
SM), yang selain sebagai ahli pengobatan juga terkenal sebagai arsitek dan
pematung.
2. Periode II: Zaman Yunani Kuno
Tokoh ilmu pengobatan pada zaman Yunani Kuno ialah Hippokrates
(abad 4 SM), yang dikenal sebagai ‘Bapak Ilmu Kedokteran’. Hippokrates
mengembangkan metode pengamatan, pencatatan, dan refleksi hasil
pengamatan sesuai ide dan konsep pikir pengamat. Penyebab epidemi dicari
dengan mempelajari riwayat alamiah penyakit serta menghubungkan
kejadian penyakit dengan waktu dan tempat kejadian. Konsepkonsep
pemikiran Hippokrates ini dituangkannya dalam buku “On Airs, Waters,
and Places”.
3. Masa Transisi
Setelah era Hippokrates, terdapat masa transisi panjang yang
ditandai dengan sangat lambatnya perkembangan Epidemiologi. Periode-
periode terpenting selama masa transisi antara lain adalah: Zaman Romawi
Kuno: Tokoh ilmu pengobatan utama pada zaman ini ialah Galen (abad ke-
2), yang berupaya menghidupkan kembali doktrin Hippokrates, namun
lebih menonjolkan aspek filosofisnya, sehingga alirannya dikenal sebagai
“arm chair epidemiology”. Zaman Reneisans (Reneisance): Fracostorius
(abad ke-16), seorang ahli Biologi, mencetuskan konsep bahwa penyakit
disebabkan oleh benih yang dinamakannya semenaria, yang pada masa kini
dapat dianggap kurang lebih sama dengan mikroorganisme.
4. Periode III
Periode dimulai pada abad ke-17 dengan berkembangnya teori
miasma (miasmatic theory), yang menyatakan bahwa selain faktor hospes
dan lingkungan (Hippokrates), ada faktor ketiga yang menimbulkan
penyakit yang dinamakan miasma, yaitu benda-benda yang kotor dan tidak
sehat. Atas dasar teori ini telah dikembangkan berbagai upaya kesehatan
dalam bentuk perbaikan hygiene dan sanitasi yang antara lain dipelopori
oleh Edwin Chadwick di Inggris serta Max von Pattenkofer di Jerman.
Perkembangan epidemiologi selanjutnya dalam periode ini ditandai
dengan upaya untuk melakukan kuantifikasi kejadian epidemiologi. John
Graunt mencoba menginterpretasikan mortalitas sebagai fungsi umur dan
tempat, sedangkan William Farr mengembangkan prosedur matematik
untuk meneliti epidemi pes pada ternak serta metode statistik untuk
peramalan waktu epidemi penyakit menular. John Graunt dikenal sebagai
‘Bapak Epidemiologi dan Demografi’.
Pada abad ke-19, mulai dikembangkan patologi geografi dan
historik, yaitu identifikasi kelompok-kelompok faktor waktu, tempat, dan
orang yang mempengaruhi kejadian penyakit. Penyelidikan lapangan yang
terkenal antara lain dilakukan oleh John Snow (1813-1858), yang melihat
sangat tingginya frekuensi kematian karena penyakit muntaber (kolera)
pada distrikdistrik di London yang sumber airnya dikotori oleh limbah.
Penyelidikan John Snow berhasil membuktikan bahwa wabah kolera
tersebut berasal dari salah satu pompa air, walaupun pada masa itu bakteria
belum dikenal.
Selama periode ini juga tercapai kemajuan penting di bidang
mikrobiologi, antara lain oleh Jacob Henle yang menulis makalah “On
Miasmata and Contagia”. Dalam makalah tersebut dikemukakannya teori
berdasarkan pemikiran deduktif dan argumentasi logis, bahwa
mikroorganisme yang diramalkannya akan ditemukan kemudian dengan
menggunakan mikroskop merupakan penyebab penyakit infeksi. Robert
Koch (1843-1910) selanjutnya berhasil menemukan basil tuberkulosis
penyebab Koch Pulmonum.
5. Periode IV
Dalam periode ini berkembang paradigma bahwa kesehatan dan penyakit
merupakan proses biologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan.
Konsekuensi paradigma ini ialah pendapat bahwa semua penyakit yang
menyerang manusia mempunyai hukum yang sama, yang berlaku bagi
penyakit infeksi maupun penyakit non-infeksi (Johan Harlan, 2008).
B. Definisi Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi
penyakit dan determinannya pada manusia (MacMahon & Pugh, 1970).
Distribusi penyakit dapat dideskripsikan menurut faktor orang (usia, jenis
kelamin, ras), tempat (penyebaran geografis), dan waktu, sedangkan
pengkajian determinan penyakit mencakup penjelasan pola distribusi
penyakit tersebut menurut faktor-faktor penyebab-nya. Istilah epidemiologi
berasal dari kata 'epi' (atas), 'demos' (rakyat; penduduk), dan 'logos' (ilmu),
sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai 'ilmu yang mempelajari
tentang hal-hal yang terjadi/menimpa penduduk'. Epidemiologi tidak
terbatas hanya mempelajari tentang epidemi (wabah).
Menurut sejarah perkembangan, epidemiologi dibedakan atas:
1. Epidemiologi klasik: terutama mempelajari tentang penyakit menular
wabah serta terjadinya penyakit menurut konsep epidemiologi klasik.
2. Epidemiologi modern: merupakan sekumpulan konsep yang digunakan
dalam studi epidemiologi yang terutama bersifat analitik, selain untuk
penyakit menular wabah dapat diterapkan juga untuk penyakit menular
bukan wabah, penyakit tidak menular, serta masalah-masalah kesehatan
lainnya. Menurut bidang penerapannya, epidemiologi modern dibagi atas:
(a) Epidemiologi lapangan
(b) Epidemiologi komunitas
(c) Epidemiologi klinik
Menurut metode investigasi yang digunakan, epidemiologi dibedakan
atas:
1. Epidemiologi deskriptif: mempelajari peristiwa dan distribusi penyakit
2. Epidemiologi analitik: mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
distribusi penyakit ('determinan'-nya)
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian epidemiologi mencakup:
1. Penyakit menular wabah
2. Penyakit menular bukan wabah
3. Penyakit tidak menular
4. Masalah kesehatan lainnya
Secara praktis ruang lingkup epidemiologi lapangan dan komunitas
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu studi mengenai fenomena dan
studi mengenai penduduk , sedangkan ruang lingkup epidemiologi klinik
yang mempelajari mengenai peristiwa klinik serta kaitannya dengan riwayat
alamiah penyakit.
Keunikan Epidemiologi jika dibandingkan dengan cabang-cabang
lain Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ialah:
1. Epidemiologi tidak mempelajari individu, melainkan kelompok orang.
2. Epidemiologi memperbandingkan satu kelompok dengan kelompok
lainnya dalam masyarakat.
3. Epidemiologi mempelajari apakah kelompok dengan kondisi tertentu
lebih sering memiliki suatu karakteristik tertentu daripada kelompok tanpa
kondisi tersebut. Kelompok yang lebih sering memiliki karakteristik
tertentu tersebut dinamakan kelompok berisiko tinggi (Bustan, M. N, 2006).
D. Tujuan Epidemiologi
Dibawah ini merupakan tujuan epidemiologi didalam
kehidupan masyarakat diantaranya sebagai berikut:
1. Apabila pada saat masyarakat itu sedang mengalami kondisi keracunan
massal, dengan menerapkan ilmu epidemiologi ini dapat di selidiki
penyebab keracunan tersebut.
2. Untuk mencari tahu hubungan antara karsinoma paru-paru serta asbes,
Merokok dan juga penyakit jantung serta hubungan penyakit dan pada
masalah-masalah kesehatan lainnya.
3. Untuk dapat menentukan apakah hipotesis awal percobaan hewan tetap
konsisten dengan data-data epidemiologis.
4. Memperoleh informasi serta juga pengetahuan yang digunakan sebagai
bahan pertimbangan didalam menyusun suatu perencanaan,
penanggulangan dalam masalah kesehatan, serta juga menentukan prioritas
kesehatan masyarakat.
Tujuan Epidemiologi Menurut Risser (2000)
Menurut Risser pada tahun 2000, tujuan epidemiologi antara lain sebagai
berikut :
1. Untuk dapat menjelaskan penyebaran, riwayat rekam medis alamiah pada
suatu penyakit maupun pada suatu keadaan kesehatan masyarakat.
2. Menjelaskan serta juga mensimulasikan etiologi penyakit.
3. Meramalkan prediksi kejadian pada suatu penyakit.
4. Mengendalikan penyebaran penyakit serta juga masalah kesehatan populasi.

E. Kegunaan Epidemiologi
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program kesehatan
dan keluarga berencana adalah sebagai tool dansebagai metode atau
pendekatan. Epidemiologi sebagai a;at diartikan bahwadalammelihat suatu
masalah selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana san
bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut
terjadi?
Demikin pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu
dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana
penyebaran masalah serta bilamana masalah tersebut terjadi. Kegunan lain
dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-
ukuran epidemiologi seperti, prevalensi, point of prevalence, dan
sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan: prevalensi,
kasus baru, case fatality rate, dan sebgainya (Soekidjo, 2011).
Daftar Pustaka

Alhamda, S. & Sriani, Y. (2015). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat


(IKM). Yogyakarta: Deepublish.
Bustan, M. N. (2006). Pengantar Epidemiologi. Jakarta:Rineka Cipta.
Harlan, Johan. (2008). Epidemiologi Kebidanan Edisi 2. Jakarta:
Gunadarma
MacMahon, B., TF.Pugh. (1970). Epidemiology: Principles and Methods.
Little Brown and Company.
Notoatmojo, Soekidjo. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni edisi
revisi 2011. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai