Anda di halaman 1dari 2

Contoh kasus AD ART/PERSAGI

Seorang ahli gizi yang bekerja di Rumah Sakit Swasta bertugas di


ruang perawatan intensif (ICU) merawat seorang pasien kritis yang
mendapat makanan lewat sonde (NGT) sebanyak 6 kali pemberian dalam
sehari. Setelah 3 hari dirawat pasien meninggal dunia, kebetulan pada saat
pasien meninggal ahli gizi sedang tidak bertugas. Dokter menyatakan pasien
meninggal karena “overfeeding”. Maka dilakukan penelitian secara
mendalam dan ternyata penyebabnya adalah karena makanan sonde
diberikan lebih dari 7 kali, sehingga terjadi keadaan yang fatal tersebut.
Akibat dari kejadian ini maka ahli gizi RS Swasta tersebut harus berulang
kali diperiksa dan ini sangat mengganggu pekerjaan dan kehidupan
pribadinya. Hasil penyelidikan menyimpulkan kesalahan ahli gizi RS karena
tidak melakukan monitoring dan koordinasi dengan cermat.
27
Ahli gizi pada kasus tersebut tidak sesuai dengan pasal 3 ayat 1 yang
terdapat di dalam AD/ART PERSAGI mengenai Kewajiban Anggota yang
berbunyi : “Anggota PERSAGI mempunyai kewajiban : Mematuhi
“AD/ART dan kode etik ahli gizi serta keputusan-keputusan yang
dikeluarkan oleh PERSAGI”. Sebagai ahli gizi yang terdaftar sebagai
anggota PERSAGI, maka ahli gizi seharusnya melaksanakan kewajiban
tersebut.
Namun pada kenyataannya, ahli gizi pada kasus tersebut melanggar
peran dari PERSAGI yang disebutkan pada AD PERSAGI Pasal 10 Ayat 2
yaitu “Peningkatan keadaan gizi perorangan dan masyarakat” serta
melanggar Kode Etik Ahli Gizi yang secara otomatis juga melanggar ART
PERSAGI Pasal 3 Ayat 1 yang telah disebutkan diatas. Seharusnya, ahli gizi
pada kasus tersebut dapat meningkatkan keadaan gizi kliennya di Rumah
Sakit, bukan menghilangkan nyawa kliennya tersebut.
Apabila ahli gizi pada kasus tersebut mematuhi, melaksanakan, serta
berpedoman teguh pada Kode Etik Ahli Gizi seperti contoh pada Bab II
mengenai Kewajibab Terhadap Klien ayat 1 yaitu “Ahli Gizi berkewajiban
sepanjang waktu senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan status
gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di masyarakat
umum” serta ayat 4 yaitu “Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan
pelayanan gizi prima, cepat dan akurat” dan ayat 6 yang berbunyi “Ahli Gizi
dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam
memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk
28
kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian”, maka kecil kemungkinan
untuk terjadinya keteledoran sehingga dapat merugikan bahkan
menghilangkan nyawa dari kliennya tersebut.
Selain itu, ahli gizi tersebut dapat diberhentikan dari keanggotaan
PERSAGI seperti yang disebutkan pada ART PERSAGI Pasal 5 mengenai
Pemberhentian Anggota yang berbunyi sebagai berikut :
1. Pemberhentian anggota atas permintaan sendiri hanya dapat
dilakukan dengan pemberitahuan secara tertulis kepada Dewan Pimpinan
Cabang.
2. Seseorang anggota dapat dikenakan pemberhentian sementara oleh
Dewan Pimpinan Cabang apabila melanggar ketentuan organisasi.
3. Paling lama 6 bulan sesudah pemberhentian sementara Dewan
Pimpinan Cabang dapat merehabilitasi atau mengusulkan pemberhentian
kepada Dewan Pimpinan Pusat untuk dikukuhkan melalui DPD.
4. Dalam hal-hal luar biasa, Dewan Pimpinan Pusat dapat melakukan
pemberhentian langsung, dan memberitahukannya kepada Dewan Pimpinan
Daerah.

Anda mungkin juga menyukai