A. DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu secara harfiah terdiri dari Epi
(pada/tentang), Demos (penduduk) dan Logos (Ilmu). Jadi Epidemiologi dapat diartikan
sebagai suatu ilmu tentang penduduk.
Beberapa definisi Epidemiologi berdasarkah tokoh-tokoh Epidemiologi :
a. Hirach (1883)
Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, distribusi, dan tipe penyakit manusia
b. Frost (1927)
Epidemiologi adalah suatu ilmu induktif yang tidak hanya mendeskripsikan distribusi
penyakit, melainkan kesesuaiannya dalam suatu filosofi yang konsisten
c. Greewood (1934)
Epidemiologi adalah suatu penyakit sebagai fenomena massal
d. Lilienfeld (1957)
Epidemiologi adalah studi distribusi suatu penyakit atau kondisi dalam populasi dan
faktor yang mempengaruhi distribusi
e. Taylor (1963)
Epidemiologi adalah studi kesehatan atau penyakit dalam populasi
f. McMahon, Pugh & Ipsen (1970)
Epidemiologi adalah studi distribusi dan determinan frekuensi penyakit pada manusia
g. Last, 1988
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari penyebaran dan penentu dari
keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan dalam suatu populasi
tertentu dan penerapan dari hasil studi tersebut untuk penanggulangan masalah
kesehatan
h. Noor Nasri Noor, 1997
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari, menganalisis serta berusaha
memecahkan berbagai masalah kesehatan pada suatu populasi tertentu
i. Mac Mahon, 1970 ; Omran, 1974
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan status
kesehatan dan kejadiannya dalam suatu populasi.
j. Azrul Azwar, 1988
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya
Epidemiologi adalah suatu ilmu dasar dari kedokteran pencegahan dan kesehatan
masyarakat yang mempelajari :
a. Penyakit (status kesehatan)
b. Frekuensi (enumerasi jumlah yang ada atau tingkat perkembangan dalam
periode waktu spesifik)
c. Determinan (faktor yg mempengaruhi distribusi)
d. Metode (proses yg dilakukan untuk mendeskripsikan frekuensi & distribusi,
rasional ilmiah yang digunakan untuk menentukan kausal distribusi penyakit dalam
populasi)
e. Populasi (populasi manusia tertentu)
Menurut WHO mendefinisikan epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
epidemiologi dan determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang
berhubungan dengan kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat serta
menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.
Adapun definisi Epidemiologi menurut CDC 2002, Last 2001, Gordis 2000
menyatakan bahwa EPIDEMIOLOGI adalah : “Studi yang mempelajari Distribusi dan
Determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi serta penerapannya untuk
pengendalian masalah-masalah kesehatan”
B. SEJARAH PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI
a. Hippocrates 460 – 377 SM (Ahli epidemiologi pertama)
1) Ahli Epidemiologi yang pertama yang menjelaskan terjadinya penyakit
dari dasar yang rasional. Buku yang ditulis: Epidemic I, Epidemic II, On Airs,
Waters, and Places. Memperkenalkan istilah epidemic dan endemic
2) Menyatakan bahwa “Proses penularan penyakit berkaitan dengan
faktor lingkungan”. Tertuang dalam tulisan “Epidemics” dan catatan “Airs,
Waters and Places”.
3) Masalah penyakit di masyarakat dan berbagai teori tentang hubungan
sebab akibat terjadinya penyakit di masyarakat Konsep epidemiologi pertama
b. Galen 129 – 199 M
1) Ahli bedah tentara romawi dan Bapak “Fisiologi Eksperimental” dan
pencetus teori miasma yang menjelaskan faktor prokatartik (cara hidup orang)
dan temperamen mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Teori miasma menjelaskan bahwa penyakit timbul akibat sisa dari mahluk hidup
yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran / polusi udara dan lingkungan.
2) Menyatakan bahwa pengaruh lingkungan (geografi dan iklim) disebut
miasma (istilah umum untuk partikel dalam udara). Contoh : Malaria udara
buruk.
c. Thomas Sydenham (1624 – 1689)
Dikenal sebagai “Hippocrates Inggris” dan Bapak Epidemiologi. Menjelaskan bahwa
atmosfer mengakibatkan perubahan konstitusi epidemik
d. Noah Webster (1758 – 1843)
Pengumpul American Dictionary. Menjelaskan bahwa epidemik berkaitan dengan
faktor lingkungan
e. Pengembang Konsep Kontagion dan Teori Germ Penyakit
Teori kontagion menjelaskan tentang suatu penyakit terjadi karena terjadi proses
kontak atau bersinggungan dengan sumber penyakit. Dengan kata lain sebagai suatu
penularan penyakit atau zat penular. Contoh : bersentuhan, berciuman, hubungan
seksual, pemakaian jarum sunti bersamaan, handuk dan alat makan, dll.
Sedangkan teori germ (teori jasad renik) dikenal karena pengaruh ditemukannya
mikroskop sebagai suatu alat yang bisa melihat kuman (mikroorganisme) yang
dianggap sebagai timbulnya suatu penyakit.
1) Hieronymous Frascastorius (1478 – 1553)
Seorang sastrawan dan dokter dari Italia. Menjelaskan bahwa penyakit
disebabkan oleh “germ”. Penyakit ditransmisikan dari orang ke orang melalui
suatu partikel yang sangat kecil
2) Igmatz Semmelweis (1818 – 1865)
Seorang Ahli Obstetri dari Hungaria. Menjelaskan bahwa demam nifas dapat
direduksi jika para dokter mencuci tangan sebelum menolong persalinan
3) Edward Jenner
Seorang penemu vaksin cacar )di akhir tahun 1700). Mendukung teori
Fracastorius dan menerima teori germ penyakit
4) Louis Pasteur
Berkontribusi dalam menguatkan teori germ penyakit dengan mendemonstrasikan
efektivitas imunisasi pada pencegahan rabies dalam tahun 1885. Namun belum
mampu mengisolasi virus rabies menghalau teori miasma
f. Tokoh Kelahiran Vital Statistik
1) John Graunt (1662)
Seseorang yang melakukan analisis data mortalitas dalam tahun 1662. Dia juga
melakukan kuantifikasi yang pertama dari pola kelahiran, kematian dan kejadian
penyakit. Selain itu, mencatat perbedaan laki-laki dan perempuan, kematian bayi
yang tinggi, perbedaan urban-rural, dan variasi musiman.
2) Willian Farr (1839)
Seseorang yang melakukan pengumpulan data secara sistematik dan statistik
kematian di Inggris. Dia dikenal sebagai Bapak Statistik vital moderen dan
surveilens. Dia memperluas analisis data morbiditas dan mortalitas epidemiologi
serta melihat efek status perkawinan, pekerjaan dan ketinggian
g. Tokoh pada Studi Epidemiologi Klasik Awal
1) James Lind
Seseorang yang melakukan studi epidemiologi ekperimen pada etiologi dan
pengobatan scurvy (1753) dengan hasil bahwa dengan memakan jeruk merupakan
obat untuk scurvy
2) P L Panum
Seseorang yang mempelajari studi epidemiologi klasik tentang penyakit campak
di pulau Faroe (1875)
3) John Snow (1813 – 1858)
Sebagai ahli anestesi dan melakukan serial investigasi kolera di London. Dikenal
sebagai Bapak Epidemiologi Lapangan yang melakukan studi epidemik kolera
(1854).
Melakukan penelitian tentang penyebab kematian karena kolera di London 1848-
1849 dan 1853-1854). Menjelaskan bahwa terdapat asosiasi antara sumber air
minum dan kematian akibat kolera, dimana penyakit kolera menyebar karena
adanya air yang terkontaminasi.
4) Doll and Hill dkk ( 1950-an)
Mempelajari huungan. antara merokok dan kanker paru dan melakukan studi
follow-up jangka panjang terhadap para dokter di Inggris. Dengan hasil bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara kebiasaan merokok dan perkembangan
kanker paru. Pelopor epidemiologi klinik.
5) (Dawber, Kannel, dan Lyell, 1963. Gordon, Castelli, Hjortland,
Kannel, dan Dawber, 1977)
Melakukan riset epidemiologi pada penyakit kronik
6) (Freedman, Chear, Srinivasan, Webber, dan Berenson, 1985)
Bogalusa Heart Study
7) (Stamler, Wentworth, dan Neaton, 1986)
Multiple Risk Factor Intervention Trial
C. TUJUAN
Tujuan dari epidemiologi dalam kehidupan bermasyarakat antara lain yaitu:
Untuk mencari tahu hubungan antara karsinoma paru-paru dan asbes. Merokok
dan penyakit jantung dan hubungan penyakit dan masalah-masalah kesehatan
lainnya.
Menentukan apakah hipotesis awal percobaan hewan tetap konsisten dengan data-
data epidemiologis.
Mendapatkan informasi dan pengetahuan untuk dipakai sebagai bahan
pertimbangan dalam membuat perencanaan, penanggulangan masalah kesehatan,
dan penentuan prioritas kesehatan masyarakat.
KEPUSTAKAAN :
https://www.academia.edu/8383221/Pengantar_Epidemiologihttps://www.seputarpengeta
huan.co.id/2018/08/pengertian-epidemiologi-tujuan-manfaat-peran-terlengkap.html
http://prasko17.blogspot.com/2013/03/metode-metode-epidemiologi.html
BAB II KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT
Segitiga Epidemiologi
Interaksi Host, Agent, dan Lingkungan
1. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan
Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan terjadi
pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit.
Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di
ruang pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan.
2. Interaksi antara Host dan Lingkungan
Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada fase pre-
patogenesis.
Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.
3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit
Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat merangsang
manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit.
Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan, atau
mekanisme pertahanan tubuh lainnya.
Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau
kematian.
4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan
Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling
mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga memudahkan agen
penyakit baik secara langsung atau tidak langsungmasuk ke dalam tubuh manusia.
Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water
Borne Disease
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN TERJADINYA PENYAKIT
Prosesnya diawali dari keadaan keterpaparan dan penjamu harus dalam keadaan
kerentanan sehingga dapat memproses sakit.
a. Keterpaparan dan Kerentanan
Sehat-sakit mempunyai batas tidak jelas. Melalui proses yang didahului oleh
keterpaparan terhadap suatu unsur tertentu serta host dalam kondisi
kerentanan tertentu untuk menjadi sakit.
b. Keterpaparan
Suatu keadaan dimana host berada pada pengaruh atau berinteraksi dengan
unsur penyebab primer maupun sekunder atau dengan unsur lingkungan yang
dapat mendorong proses terjadinya penyakit.
c. Kerentanan
Suatu keadaan dimana host mempunyai kondisi yang mudah dipengaruhi
atau berinteraksi dengan unsur penyebab sehingga memungkinkan timbulnya
penyakit.
D. INFERENS KAUSAL PENYAKIT
a) Kausa Mutlak : suatu penyebab yang pasti akan menimbulkan penyakit.
b) Kausa Esensial : suatu penyebab yang harus ada untuk memungkinkan terjadinya
suatu penyakit.
c) Kausa Sufisien : suatu penyebab yang umumnya terdiri dari beberapa penyebab, yang
secara bersama-sama saling mempengaruhi untuk terjadinya penyakit.
E. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Riwayat Alamiah adalah Proses Perjalanan suatu penyakit yang alami (tanpa adanya
intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan terencana) sejak dari
keadaan yang sehat hingga timbulnya akibat penyakit.
a) Patogenik
Pada keadaan ini seseorang yang pada mulanya sehat menjadi sakit yang
disebabkan intervensi yang dilakukan oleh alam atau oleh orang yang
bersangkutan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Intervensi Alam: Bencana alam, banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi.
Intervensi orang yang bersangkutan : Disengajakan: Kebiasaan merokok,
minum alcohol. Tidak disengajakan: Termakan atau terminum makananan
atau minuman yang sudah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang dapat
menimbulkan penyakit.
b) Patogresif
Eksperiment alamiah yang bersifat patogresif merupakan perjalanan klinis suatu
penyakit.
Keadaan awal pada patogresif adalah orang itu sakit dan menunjukkan gejala klinis
yang diikuti perkembangannya.
Leavell dan Clark menggambarkan riwayat perjalan penyakit seperti berikut :
Prapatogenesis: Periode saat orang mulai terinfeksi tanpa gejala klinis (masa tunas)
dan ini berbeda pada tiap penyakit tergantung pada sifat bakteri (patogenitas,
virulensi, juml.bakteri, dan lain-lain)
Patogenesis : periode pada awalnya seseorang telah sakit dan timbul gejala yang
mengikuti.
Perjalanan penyakit dikembangkan menjadi 4 fase/tahap, yaitu:
1. Tahap Rentan/peka
Tahap berlangsungnya proses etiologik, dimana faktor penyebab pertama untuk
pertama kalinya bertemu penjamu. Disini faktor penyebab pertama belum
menimbulkan penyakit, tetapi telah mulai meletakkan dasar-dasar bagi penyakit
nantinya. Faktor penyebab pertama termasuk juga faktor resiko, yaitu faktor yang
kehadirannya meningkatkan probabilitas kejadian penyakit.
2. Tahap Presimptomatik/Pra gejala
Tahap berlangsungnya proses perubahan patologik yang diakhiri dengan keadaan
ireversibel (manifestasi penyakit tidak dapat dihindari lagi). Disini belum terjadi
manifestasi penyakit, tetapi telah terjadi tingkat perubahan patologik yang siap untuk
dideteksi tanda dan gejalanya pada tahap berikutnya.
3. Tahap Klinis
Tahap dimana perubahan patologik pada organ telah cukup banyak, sehingga tanda
dan gejala penyakit mulai dapat dideteksi. Disini telah terjadi manifestasi klinik
penyakit.
4. Tahap Ketidakmampuan/terminal
Tahap dimana mulai terlihat akibat dari penyakit akibat penyakit mungkin sembuh
spontan, sembuh dengan terapi, remisi (kambuh), perubahan beratnya penyakit,
kecacatan atau kematian.
KEPUSTAKAAN: http://fadhilabdillahpratama.blogspot.com/2016/09/makalah-
pengorganisasi-dan-konsep-dasar.html
BAB III UKURAN KESEHATAN DALAM POPULASI
A. PENGANTAR
Ilmu kependudukan dan demografi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang struktur
dan proses penduduk di suatu wilayah tertentu (Mantra, 2000). Struktur masyarakat tersebut
meliputi jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur tersebut akan selalu berubah
oleh proses demografi yang meliputi fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi
(perpindahan penduduk). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun
1992, yang dimaksud dengan penduduk adalah orang yang dalam matranya sebagai pribadi,
anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang
bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.
Ilmu kependudukan sangatlah penting untuk dipelajari. Hal tersebut disebabkan karena
ilmu kependudukan mampu menjawab pertanyaan sosial “mengapa” keadaan kependudukan
yang diperkirakan terjadi. Ilmu tersebut juga mampu menghubungkan antara penduduk
dengan sistem sosial yang nantinya digunakan untuk menjawab pertanyaan dasar masalah
masyarakat seperti kemiskinan, masalah kesehatan, kesenjangan pendidikan, dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan unsur demografi masyarakat.
Dalam perjalanan hidupnya, manusia tidak akan lepas dari kejadian penyakit
(morbiditas) dan kematian (mortalitas). Setiap individu pasti pernah mengalami suatu
penyakit dan nantinya setiap manusia ditakdirkan untuk mengalami kematian. Kedua unsur
tersebut di atas merupakan ranah ilmu dari demografi dan kependudukan. Namun, di sisi
lain, ilmu kependudukan bukan hanya digunakan untuk memahami struktur dan proses
kependudukan masyarakat di suatu wilayah melalui demografi, namun juga melihat dari
faktor sosial budaya. Kekompleksan cakupan masalah yang dipelajari dengan ilmu
kependudukan mampu menambah pengertian tentang masyarakat melalui proses analisis
kependudukan. Oleh karena itu, analisis kependudukan harus kita pahami bersama, sehingga
nantinya diharapkan kita mampu mengenal dan memahami masyarakat, segala masalah yang
sedang terjadi di dalam masyarakat, serta dapat mencari solusi untuk masalah tersebut
dengan memegang teguh prinsip ilmu kependudukan. Dan melalui karya tulis ini, penulis
memfokuskan pada analisis kependudukan terkait mortalitas dan morbiditas.
B. FREKUENSI
Menurut perkembangan epidemiologi, upaya melakukan pengukuran terhadap frekuensi
masalah kesehatan, bukanlah merupakan hal yang baru.Pekerjaan ini telah di lakukan oleh
john graunt sejak tahun 1662, dan pada saat ini makin berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu hitung dan ilmu kesehatan masyarakat.
Frekuensi masalah kesehatan kesehatan adalah keterangan tentang banyaknya suatu
masalah kesehatan yang ditemukan dalam sekelompok manusia dengan dinyatakan angka
mutlak, rate atau ratio. Berdasarkan batasan sederhana tersebut, terlihat dalam melakukan
pengukuran masalah kesehatan yang merupakan epidemiologi deskriptif ini, ada beberapa
hal pokok yang harus diperhatikan, yakni:
1. Mengupayakan agar masalah kesehatan yang diukur hanya masalah yang
dimaksudkan.
Jika saudara ingin mengukur kejadian anemia pada ibu hamil, haruslah dapat diyakini
bahwa masalah yang diukur tersebut hanya anemia pada ibu hamil. Apabila penyakit
atau masalah kesehatan yang lain masuk dalam pengukuran, tentu saja data yang
diperoleh tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
2. Mengupayakan agar semua masalah kesehatan yang akan diukur dapat masuk dalam
pengukuran.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam mengukur masalah kesehatan adalah
kelengkapan data yang tersedia. Jika data tidak lengkap, dalam arti ada sebagian dari
masalah kesehatan yang luput dari pengukuran, maka hasil yang diperoleh juga tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
3. Mengupayakan agar penyajian hasil pengukuran adalah dalam bentuk yang
memberikan keterangan yang optimal.
Untuk menjelaskan suatu keadaan, maka penyajian hasil haruslah dapat dilakukan
sedemikian rupa sehingga memberikan keterangan yang optimal secara umum, bentuk
penyajian yang dimaksud dapat dibedakan atas 4 macam yakni:
a. Angka mutlak
Merupakan bentuk penyajian data menggunakan angka mutlak, apa adanya.
Contoh penyajian dalam bentuk angka mutlak adalah dari hasil pengukuran
anemia pada ibu hamil dari suatu daerah ditemukan jumlah penderita anemia
sebanyak 31 orang.
Segera dapat dilihat bahwa keeterangan yang dimilikinya sangat terbatas,
sehingga data yang diperoleh kurang dirasakan manfaatnya.
b. Rate
Rate adalah perbandingan suatu peristiwa(event) dibagi dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena peristiwa yang dimaksud (population at risk)
dalam waktu yang sama yang dinyatakan dalam persen atau permil. Rumus
yang digunakan untuk menghitung rate ialah:
C. PENGUKURAN KESAKITAN
Morbiditas (kesakitan) merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu
populasi. Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera
atau keberadaan suatu kondisi sakit.
Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan yaitu jumlah orang yang sakit
dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat
atau kelompok yang beresiko.Ukuran morbiditas dapat digunakan untuk menggambarkan
keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberhasilan program pemberantasan penyakit
dan sanitasi lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan penduduk terhadap
pelayanan kesehatan.
Angka kesakitan / morbiditas merupakan indeks kesehatan yang penting untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat.
2. Proporsi
Adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari
penyebut. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variable dalam populasi.
3. Angka
Merupakan proporsi dalam bentuk khusus, perbandingan antara pembilang dengan
penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu.Dalam epidemiologi, angka adalah ukuran
dari seberapa sering terjadinya peristiwa dalam populasi tertentu selama periode waktu
tertentu.
Angka yang diatas disebut dengan numerator, dan angka yang dibawah disebut
denominator. Numerator angka adalah jumlah kejadian tertentu yang terjadi selama waktu
tertentu. Denominator adalah jumlah populasi rata-rata selama periode waktu yang sama.
Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai
risiko kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian
tertentu di masyarakat.
Di dalam Epidemiologi, Ukuran Utama Morbiditas adalah Angka Insidensi & Angka
Prevalensi dan berbagai Ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian
penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan angka insidensi dan angka
prevalensi.
a. Insidensi
Insidensi adalah gambaran frekuensi penderita baru suatu penyakit (penyakit yang
baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah penyakit) yang ditemukan dalam
masyarakat di suatu tempat / wilayah pada suatu waktu tertentu. Angka insiden hanya dapat
dihitung pada suatu penelitian longitudinal saja, karena untuk menentukan insiden diperlukan
dua angka yaitu :
1) Jumlah penderita baru
Untuk menghitung jumlah penderita baru, harus diketahui kapan mulai sakitnya orang
tersebut atau pada saat orang tersebut didiagnosa secara pasti menderita penyakit tertentu.
Untuk menentukan siapa sebenarnya yang dimaksud dengan penderita baru, ada dua cara
yang digunakan :
ü Lebih mementingkan jumlah orang yang terkena penyakit (penderita)
ü Lebih mementingkan jumlah peristiwa penyakitnya (kasus)
2) Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru (population at risk) adalah jumlah
seluruh penduduk dikurangi dengan jumlah penduduk yang kebal.
Untuk menghitung angka insidensi hendaknya mempertimbangkan beberapa hal berikut :
1) Pengetahuan tentang status kesehatan populasi studi
Kelompok individu dalam populasi harus ditentukan status kesehatannya dan diklasifikasikan
menjadi sehat atau tidak sakit
2) Menentukan waktu awal penyakit
3) Spesifikasi penyebut
4) Spesifikasi pembilang
5) Periode pengamatan
Secara umum, angka insiden dapat dibedakan atas 3 macam :
1. Incidence Rate
Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu
tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Manfaat incidence rate
a) Untuk mengukur angka kejadian suatu penyakit
b) Untuk mencari adanya hubungan sebab akibat
c) Untuk perbandingan antara berbagai populasi dengan pemaparan yang berbeda
d) Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan oleh determinan tertentu
Suatu populasi yang mempunyai angka insiden yang lebih tinggi dibanding populasi lain, berarti
populasi tersebut mempunyai peluang (risk) yang lebih tinggi untuk sakit dibanding populasi
yang lain
k = konstanta (100, 1000)
2. Attack Rate (Nilai Serangan)
Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada satu saat
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat
yang sama.Nilai serangan digunakan untuk memperkirakan derajat serangan atau penularan
suatu penyakit. Makin tinggi nilai Attack Rate, maka penyakit tersebut makin memiliki
derajat serangan atau penularan yang tinggi pula.Angka serangan biasanya diterapkan
terhadap populasi / kelompok masyarakat terbatas dan pada suatu periode, misalnya dalam
suatu peristiwa luar biasa atau wabah
Rumus yang digunakan :
b. Prevalensi
Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru (baik yang
baru memasuki fase klinik atau beberapa waktu berkembang sepanjang fase klinik) yang
ditemukan dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah pada waktu tertentu.
Pada perhitungan angka prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa
memperhitungkan orang/penduduk yang kebal atau penduduk dengan risiko (population at
risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa angka prevalensi sebenarnya bukanlah suatu Rate
yang murni karena penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam
perhitungan.Angka prevalensi tidak dapat digunakan untuk menentukan penyebab,
penggunaannya lebih banyak untuk perencanaan dan evaluasi program.
Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunakan untuk :
a) Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit
b) Penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan
c) Menyatakan banyaknya kasus yang didiagnosis
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat prevalensi :
a) Keganasan suatu penyakit, bila banyak orang yang meninggal dari suatu penyakit maka
prevalensinya menurun
b) Durasi dari suatu penyakit, bila suatu penyakit hanya berlangsung dalam waktu yang singkat
maka tingkat prevalensinya lebih rendah dibanding bila penyakit tersebut berlangsung dalam
waktu yang lama
c) Jumlah kasus baru, bila banyak orang yang menderita suatu penyakit maka tingkat
prevalensinya lebih tinggi dibanding bila yang menderita penyakit tersebut hanya beberapa
orang saja
Prevalensi dinaikkan oleh :
a. Durasi penyakit yang lebih lama
b. Pemanjangan usia penderita tanpa pengobatan
c. Peningkatan kasus-kasus baru
d. Migrasi ke luar dari orang-orang yang sehat
e. Migrasi ke dalam dari orang-orang yang rentan
f. Peningkatan sarana diagnostic (pelaporan yang lebih baik)
Prevalensi diturunkan oleh :
a. Durasi penyakit yang lebih pendek
b. Meningkatnya tingkat fasilitas kasus akibat dari penyakit
c. Menurunnya kasus-kasus baru
d. Migrasi ke dalam orang-orang yang sehat
e. Migrasi ke luar dari orang-orang yang rentan
f. Meningkatnya tingkat kesembuhan dari suatu penyakit
Jika nilai prevalens di suatu daerah tinggi, maka berarti mutu pelayanan di daerah tersebut
buruk. Namun jika nilai prevalen di suatu daerah buruk, belum tentu mutu pelayanan
kesehatannya baik
Secara umum, nilai prevalensi dibedakan atas dua macam :
1. Period prevalence rate
Ialah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang
bersangkutan. Nilai period prevalence hanya dipergunakan untuk suatu penyakit yang sulit
diketahui saat munculnya seperti penyakit kanker atau penyakit kelainan jiwa
Rumus yang digunakan :
2. Point prevalence rate
Ialah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan
jumlah penduduk pada satu saat itu.Point prevalence rate sering disebut nilai prevalensi .
Nilai ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
Rumus yang digunakan :
Insiden dan prevalens mempunyai hubungan yang erat. Angka prevalensi dipengaruhi
oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit. Lamanya sakit adalah suatu periode mulai dari
didiagnosanya suatu penyakit hingga berakhirnya penyakit tersebut (sembuh, kronis, atau
mati).
Perubahan prevalensi pada satu titik waktu ke titik waktu lainnya adalah refleksi
perubahan laju insidens, durasi penyakit atau kedua-duanya.
Hubungan ketiga hal tersebut dapat dinyatakan dengan rumus :
Rumus hubungan insidensi dan prevalensi tersebut hanya berlaku jika dipenuhi 2 syarat
yaitu :
1. Nilai insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan, tidak menunjukkan
perubahan yang mencolok
2. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil, tidak menunjukkan perubahan yang
terlalu mencolok, tidak ada perubahan waktu yang besar sejak penyakit terdiagnosa secara
kliniksampai terjadi kesembuhan atau kematian.
d. Transisi Epidemiologi Angka Kesakitan / Morbiditas di Indonesia
Transisi epidemiologi adalah perubahan distribusi dan faktor-faktor penyebab terkait
melahirkan masalah epidemiologi yang baru, yang ditandai dengan perubahan pola frekuensi
penyakit, pertama kali dikeluarkan oleh seorang pakar demografi Abdoel Omran pada tahun
1971.
Model transisi epidemiologis untuk Negara berkembang adalah “The age of triple
health burden” yang ditandai dengan 3 hal :
a. Masalah kesehatan klasik yang belum terselesaikan (penyakit menular)
b. Munculnya masalah kesehatan yang baru
c. Pelayanan kesehatan yang tertinggal
D. PENGUKURAN KEMATIAN
Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk kematian.
Ukuran kematian merupakan angka atau indeks, yang di pakai sebagai dasar untuk
menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu penduduk. Ada berbagai macam
ukuran kematian, mulai dari yang paling sederhana sampai yang cukup kompleks. Namun
demukian perlu di catat bahwa keadaan kematian suatu penduduk tidaklah dapat diwakili
oleh hanya suatu angka tunggal saja. Biasanya berbagai macam ukuran kematian di pakai
sekaligus guna mencerminkan keadaan kematian penduduk secara keseluruhan. Hampir
semua ukuran kematian merupakan suatu “rate” atau “ratio”.
Rate merupakan suatu ukuran yang menunjukkan terjadinya suatu kejadian (misalnya:
kematian, kelahiran, sakit, dan sebagainya) selama peroide waktu-waktu tertentu.
Kematian (mortalitas) adalah peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara
permanen yang bisa terjadi tiap saat setelah kelahiran hidup. (Budi Utomo, 1985).
Dikalangan masyarakat kita, ada 3 hal umum yang menyebabkan kematian, yaitu
1) Degenerasi Organ Vital & Kondisi terkait,
2) Status penyakit,
3) Kematian akibat Lingkungan atau Masyarakat (Bunuh diri,
Kecelakaan, Pembunuhan, Bencana Alam, dsb.)
Ukuran-Ukuran Mortalitas
1. Case Fatality Rate (CFR/Angka kefatalan kasus)
CFR adalah perbandingan antara jumlah kematian terhadap penyakit tertentu yang
terjadi dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit
tersebut pada tahun yang sama.
Rumus:
Perhitungan ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penyakit dengan tingkat kematian
yang tinggi. Rasio ini dapat dispesifikkan menjadi menurut golongan umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan dan lain-lain.
2. Crude Death Rate (CDR/Angka Kematian Kasar)
Angka keamtian kasar adalah jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun per 1000
penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Disebut kasar karena angka ini dihitung secara
menyeluruh tanpa memperhatikan kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi denga
tingkat kematian yang berbeda-beda.
Rumus:
Manfaat CDR:
· Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat,
· Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat,
· Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi,
· Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologis,
· Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk.
3. Age Spesific Death Rate (ASDR)
Angka kematian menurut golongan umur. Angka kematian menurut golongan umur
adalah perbandingan antara jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada penduduk
golongan umur x dengan jumlah penduduk golongan umur x pada pertengahan tahun.
Rumus:
Angka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan masyarakat
karena angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk status kesehatan bayi dan anak.