Anda di halaman 1dari 25

DEFINISI EPIDEMIOLOGI

Sebagai ilmu yang selalu berkembang, epidemiologi juga mengalami perkembangan


pengertian/definisi baik yang dikemukakan oleh para pakar atau tokoh penting. Beberapa tokoh dalam
epidemiologi tersebut antara lain;
1. John Graunt, 1662
Menganalisa laporan mingguan kelahiran dan kematian di London, dalam bukunya “The
Nature and Political Observations Made Upon the Bills of Mortality”. Inilah untuk pertama kalinya
pola penyakit penduduk diukur. Ia mencatat besarnya perbedaan kelahiran dan kematian antara laki-
laki dan perempuan, besarnya kematian bayi menurut musim, menekankan pentingnya pengumpulan
data penyakit secara rutin, yang menjadi dasar bentuk epidemiologi modern. Ia juga sebagai pencipta
dua prosedur dasar biostatistik, yaitu estimasi populasi dan konstruksi tabel kehidupan. John Graunt
merupakan orang yang pertama melakukan kuantifikasi atas kejadian kematian dan kesakitan.
2. Antonio van Leeuwenhoek (1632-1723)
Leeuwenhoek adalah seorang warga negara Belanda, dilahirkan di Delft, 24 Oktober 1632 dan
meninggal pada tanggal 24 Agustus 1723. Dia seorang ilmuwan amatir yang menemukan mikroskop,
penemu bakteri dan parasit (1674), penemu spermatozoa (1677). Penemuan bakteri telah membuka
tabir suatu penyakit yang akan sangat berguna untuk analisis epidemiologi selanjutnya.
3. Robert Koch
Nama Robert Koch tidak asing lagi jika dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis pada tahun
1882. Selain itu Koch berperan memperkenalkan tuberkulin pada tahun 1890 yang dianggapnya
sebagai suatu cara pengobatan TBC. Konsep tes tuberkulin selanjutnya dikembangkan oleh Von
Pirquet di tahun 1906 dan PPD diperkenalkan oleh siebart pada tahun 1931. Dewasa ini tes tuberkulin
dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi tuberkulosis sebagai perangkat diagnosis TBC pada
anak-anak. Selain itu Koch juga terkenal dengan Postulat Koch, yang mengemukakan konsep tentang
cara menentukan kapan mikroorganisme dapat dianggap sebagai penyebab suatu penyakit.
4. Greenwood ( 1934 )
Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian
yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk. Kelebihannya adalah adanya penekanan pada kelompok
penduduk yang mengarah kepada distribusi suatu penyakit.
5. Max van Patternkofer
Orang Jerman ini memberikan kesan tersendiri dalam sejarah epidemiologi khususnya
berkaitan dengan upaya mengidentifikasikan penyebab suatu penyakit. Untuk membuktikan jalan
pikirannya dia tidak segan-segan memakai dirinya sebagai kelinci percobaan. Dan konon beberapa
muridnya bersedia juga menuruti caranya. Dia menelan1,00 cm3 kultur vibrio untuk menentang teori
yang sedang berkembang saat itu yang menyatakan vibrio adalah penyebab kolera. Dia ingin
membuktikan bahwa vibrio bukanlah penyebab kolera. Dia minum segelas air berisi baksil kolera, dan
ternyata memang (kebetulan) dia tidak jatuh sakit. Salah satu kemungkinannya karena dosis yang
diminumnya terlalu kecil mengingat dibutuhkan jumlah vibrio yang banyak untuk selamat dari
keasaman lambung.
6. William Fair, 1839
Mengembangkan pengumpulan data rutin kematian dan penyebabnya. Merupakan orang
pertama menganalisis statistik kematian untuk mengevaluasi masalah kesehatan
7. John Snow, 1854
Namanya sudah tidak asing dalam dunia kesmas dalam upaya yang sukses mengatasi kolera
yang melanda London. Yang perlu dicatat disini bahwa John Snow, dalam analisis masalah penyakit
kolera, mempergunakan pendekatan epidemiologi dengan menganalisis faktor tempat, orang, dan
waktu. Dia dianggap The Father of Epidemiology.
8. Pervical Pott
Dia adalah seorang ahli bedah yang melakukan pendekatan epidemiologis dalam
menganalisis meningginya kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja pembersih cerobong asap.
Dia memikirkan bahwa tentu ada suatu faktor tertentu yang berkaitan dengan kejadian kanker
skrotum di kalangan pembersih cerobong asap. Dengan analisis epidemiologinya, dia berhasil
menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah yang menjadi penyebabnya. Dia
dianggap sebagai Bapak Epidemiologi Modern.
9. James Lind, 1747
Dia berhubungan dengan sejarah hubungan kekurangan vitamin C dengan scurvy (kekurangan
vitamin C). cerita penemuannya sederhana, dimana dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu
dari mereka yang dalam pelayanan dengan kapal yang mereka tumpangi dalam suatu pelayaran
panjang yang mengalami scurvy. Mereka menderita kekurangan vitamin C karena mereka semuanya
memakan makanan kaleng. Dia dikenal sebagai bapak Trial Klinik.

SEJARAH EPIDEMIOLOGI

Sejarah Perkembangan epidemiologi

Epidemiologi sebagai suatau ilmu berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini dilatar belakangi oleh
beberapa hal, diantaranya :

 Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit.
Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah penyakit tidak menular dan epidemiologi
tidak hanya dihadapkan dengan masalah penyakit semata tetapi hal yang berkaitan langsung atau pun
tidak langsung dengan penyakit serta masalah kesehatan secara umum. Hal ini berbeda pada zaman
John Snow epidemiologi diarahkan untuk masalah penyakit tidak infeksi dan wabah saja.
 Perkembangan ilmu pengetahuan lainya
Perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain seperti biostatistik, administrasi dan ilmu perilaku
yang berkembang pesat meniupkan angin kesegaran untuk perkembangan epidemiologi. Dengan
perkembangan tersebut para ahli kesehatan masyarakat dari masa ke masa juga mempunyai
perkembangan pandangan terhadap proses terjadinya penyakit yang dikemukakan dengan beberapa
konsep atau teori, diantaranya:
1. Contagion Theory
Teori ini mengemukakan bahwa terjadinya penyakit diperlukan adanya kontak antara
satu person dengan person lain. Teori ini di kembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa
itu yang kebanyakan adalah penyakit yang menular karena adanya kontak langsung.Teori ini
bermula pada pengamatan terhadap epidemic dan penyakit Lepra di Mesir.
2. Hippocratic Theory
Teori ini di pelopori oleh Hippocrates yang lebih mengarahkan kausa pada suatu factor
tertentu.Menurutnya bahwa kausa penyakit berasal dari alam : cuaca dan lingkungan. Teori ini
mampu menjawab masalah penyakit pada waktu itu dan di pakai hingga tahun 1800an dan teori
ini ternyata tidak mampu menjawab berbagai penyakit infeksi lain yang mempunyai rantai
penularan yang lebih berbelit-belit.
3. Miasmatic Theory
Teori ini menunjukan gas-gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit namun
tidak dapat menjawab pertanyaan tentang penyebab berbagai penyakit.
4. Epidemic Theory
Teori ini menghubungnkan terjadinya penyakit dengan cuaca dan factor geografis. Zat
organic dari lingkungan dianggap sebagai pembawa penyakit . Teori ini diterapkan oleh John Snow
dalam menganalisis diare di London.
5. Thery Kuman (Grem Theory).
Kuman (mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa penyakit . Kuman dianggap sebagai
kausa tunggal penyakit namun teori ini mendapat t antangan dari berbagai penyakit kronis
misalnya jantung dan kanker.

Secara sederhana sejarah perkembangan epidemiologi dapat dibedakan atas empat tahap, yakni

1) Tahap Pengamatan.
Cara awal untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan serta faktor-
faktor yang mempengaruhi ini dilakukan dengan pengamatan (observasi ). Hasil pengamatan
hipocrates berhasil menyimpulkan adanya hubungan antara timbul atau tidaknya penyakit
dengan lingkungan tetapi Hipocrates tidak berhasil membuktikan pendapatnya karena
pengetahuan untuk itu belum berkembang. Dari yang dikemukakan oleh Bapak ilmu kedokteran
dipandang merupakan landasan perkembangan epidemiologi. Tahap perkembangan
epidemiologi ini dikenal dengan nama tahap penyakit dan lingkungan.
2) Tahap Perhitungan
Tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi disebut dengan tahap perhitungan. Pada
tahap ini upaya untuk mengukur frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan dilakukan
dengan bantuan ilmu hitung. Jonh Graunt, menyimpulkan bahwa frekuensi dan penyebaran angka
kematian ternyata lebih tinggi pada bayi serta berbeda antara penduduk pria dan penduduk
wanita.
3) Tahap Pengkajian
Tekhnik pengkajian pertama kali diperkenalkan oleh William Farr pada tahun 1839 yang
melakukan pengkajian terhadap data yang ada dan dari pengkajian ini berhasil dibuktikan adanya
hubungan statistik antara peristiwa kehidupan dengan keadaan kesehatan masyarakat, adanya
hubungan antara angka kematian dengan status perkawinan serta adanya hubungan antara
tingkat social ekonomi dengan tingkat kematian penduduk.
Dengan cara kerja yang sama John Snow pada tahun 1849 berhasil membuktikan adanya
hubungan antara timbulnya penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk.
Tekhnik yang dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan pengkajian data
yang telah ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah, bukan dari hasil percobaan, sehingga
dikenal dengan tahap eksperimen alamiah.
4) Tahap Uji coba
Cara kerja ini telah lama dikenal dikalangan kedokteran. Pada tahun 1774 Lind melakukan
pengobatan kekurangan vitamin C dengan pemberian jeruk. Jenner pada tahun 1796 juga
melakukan uji coba klinis terhadap vaksin cacar terhadap manusia.
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen
yaitu:
1. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non
infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun
kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini
mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
2. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit
individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi
masyarakat atau kelompok
3. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan
manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan
ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
JANGKAUAN EPIDEMIOLOGI
Di era perkembangan tekhnologi seperti saat ini memicu jangkauan epidemiologi semakin meluas. Secara
garis besar jangkauan epidemiologi meliputi:
1. Epidemiologi Penyakit Menular: Telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan
dan penanggulangan penyakit menular tertentu.
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular : Memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah
penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit sisdtemik serta berbagai penyakit menahun
lainya, termasuk masalah meningkatnya kecelakaan lalulintas dan penyalah gunaan obat-obatan
tertentu.
3. Epidemiologi Klinik: Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang
dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi /dokter tentang cara
pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
4. Epidemiologi kesehatan lingkungan dan Kesehatan Kerja :bentuk ini merupakan salah satu bagian
epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan kesehtan tenaga kerja akibat
pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja,serta kebiasaan hidup para pekerja.
5. Epidemiologi Kependudukan: merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang
menggunakan system pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan
yang berkaitan dengan bidang demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai
perubahan demografis yang terjadi di dalam masyarakat.
6. Epidemiologi Kesehatan Jiwa: merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah
gangguan jiwa dalam masyarakat yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam
masyarakat
7. Epidemiologi Gizi: dewasa ini banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat dimana
masalah ini erat hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup masyarakat.
8. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan : Bentuk ini merupakan salaah satu system pendekatan
manajemen dalam menganalisis masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu masalah
serta penyusunana rencana pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
9. Epidemiologi Perilaku
10. Epidemiologi Genetik
11. Epidemiologi kesehatan Darurat
12. Epidemiologi Remaja
13. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
14. Epidemiologi Kausalitas
15. Epidemiologi Perencanaan . \
Semakin luasnya jangkauan epidemiologi karena disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Kemajuan teknologi yang sangat pesat pada dasawarsa terakhir.
b. Kebutuhan dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kehidupan menjadi
komplek
c. Metode yang digunakan untuk penyakit menular dapat digunakan untuk penyakit non infeksi
dan non penyakit.
d. Meningkatnya kebutuhan penelitian terhadap penyakit non infeksi dan non penyakit.
e. metode epidemiologi dapat digunakan untuk mempelajari asosiasi sebab akibat . missal
asosiasi rokok dengan karsinoma paru dan asosiasi pelayanan kesehatan kesehatan dengan
status kesehatan masyarakat
TOKOH-TOKOH EPIDEMIOLOGI
1. Antonio Van Leeuwenhoek (1632-1732).
Dia seorang ilmuan yang menemukan Mikroskop, penemu bakteri dan parasit, penemu
spermatozoa.Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang berguna untuk analisis
epidemiologi selanjutnya.
2. Robert Koch
Dia memperkenalkan Tubekulin yang dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi
Tuberkulosis sebagai perangkap diagnosis tbc pada anak-anak.Dia juga terkenal dengan Postulac
Koch yang mengemukakan tentang konsep untuk menentukan kapan mikroorganisme dapat
dianggap penyebab suatu penyakit.
3. Max Van Patternkofer
Dia mengiden tifikasikan penyebab sebuah penyakit, dia ingin membuktikan bahwa vibrio
bukanlah penyebab kolera.
4. John Snow, 1854
Dia menggunakan pendekatan epidemiologi dengan menganalisis factor tempat orang dan waktu.
Dia dianggap sebagai The Father Of Epidemiology.
5. Percival Pott
Dia menganalisis tentang meningginya kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja pewmbersih
cerobong asap dan dia menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah yang
menjadi biang keladinya. Dia dianggap sebagai bapak epidemiologi modern.
6. James Lind, 1747
Dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu dalam suatu pelayaran panjang yang mengalami
Scurvy (kurang vitamin c) hal ini dikarenakan mereka semuanya memakan makanan kaleng. Dia
dikenal sebagai bapak Trial Klinik.
7. Dool dan Hill ,1950
Mereka adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya
hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitia di bidang
epidemiologi klinik.(Bustan,1997).
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua
ahli bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan
karena perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan
dengan metode epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa penyakit
disebabkan oleh roh jahat.
PENGERTIAN PENYEBAB PENYAKIT
Penyakit adalah kondisi yang berubah dari keadaan sehat atau penyakit adalah sekumpulan reaksi
individu baik fisik maupun mental terhadap bibit penyakit (penyebab = agent) yaitu bakteri, jamur,
protozoa, virus, dan racun, yang masuk atau mengganggu individu; trauma, kelainan metabolik,
kekurangan gizi, proses degenerasi, atau kelainan sejak lahir (kongenital).
Kajian utama epidemiologi adalah hubungan kasus klasik dengan masalah kesehatan masyarakat,
karena epidemiologi tidak mempelajari tentang rasa sakit tetapi mempelajari tentang penyakit. Jadi
penyebab penyakit adalah kejadian, kondisi, sifat ataupun kombinasi dari faktor-faktor tersebut diatas
yang berperan penting dalam kejadian penyakit.
Pemahaman tentang konsep penyebab timbulnya penyakit perlu dimiliki untuk dapat
menjelaskan bagaimana mekanisme terjadinya dan penyebarannya. Banyak model konsep penyebab
penyakit yang dikembangkan oleh para ahli, dari zaman generasi pertama Hipocrates dengan
konsep “Airs, Waters and Places”, Galen dengan konsep “Experimental Medicine”, dan Hieronymous
Fracastorius (1478-1553) dan Igmatz Semmelweis (1818-1865) dengan konsep “Contagion Germ”.
Menjelang akhir abad ke-19, para pakar mengklasifikasi penyebab timbulnya penyakit menjadi
dua yaitu single causation (penyebab tunggal) dan multiple causation (penyebab majemuk). Pemikiran
para ahli pada waktu itu menuntut bahwa tiap penyakit harus dapat ditemukan penyebabnya (kuman)
yang spesifik untuk penyakit yang diderita seseorang. Para ahli perintis teori kuman (bakteriologi) seperti
Robert Koch atau Louis Pasteur mulai mengidentifikasi jenis kuman untuk tiap jenis penyakit menular.
bahwa berkembangnya penyakit tidak dapat dijelaskan hanya dengan mengenali jenis penyebabnya saja
yang spesifik.
PROSES TRANSMISI PENYAKIT
Dinamika penularan penyakit merupakan suatu proses transmisi (perpindahan) penyakit dari
sumber (resource) penular atau sering disebut dengan reservoar ke reservoar lainnya. Manusia sebagai
reservoar adalah penyakit yang berasal dari manusia yang sedang mengalami infeksi dan dapat berupa
hanya sebagai pembawa (carrier). Penularan penyakit didukung dengan keberadaan agen (penyebab
penyakit) dan lingkungan.
Ruang lingkup bahasan dinamika penularan penyakit akan membahas beberapa aspek, antara lain:
1. Model-model penularan penyakit (mode of transmission)
2. Aspek penularan langsung (direct transmission)
3. Aspek penularan tidak langsung (in-direct transmission)
4. Pencegahan penyakit menular
Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting yang dapat terjadi setiap saat,
terutama di negara berkembang khususnya Indonesia. Dinamika penularan penyakit tetap urgen
dipelajari karena penyakit meular masih mempunyai angka kematian (mortality) yang cukup tinggi, angka
kesakitan (morbidity) dan kecacatan (disability) yang tinggi dan penyakit menular mempunyai kehilangan
ekonomi (economic-loss) yang cukup tinggi.
Secara umum dinamika penularan penyakit dapat didekati dengan mengidentifikasi cara penularan
penyakit (mode of transmission), penyakit dapat ditularkan kepada manusia yang rentan melalui
beberapa cara, baik terjadi secara langsung maupun tidak lansung dari orang ke orang lain dan
penyebarannya di masyarakat, ditinjau dari aspek epidemiologi dapat bersifat lokal, regional maupun
internasional. Penularan langsung dari orang ke orang lain adalah agen penyakit ditularkan langsung dari
seorang infektious ke orang lain melalui hubungan intim (kontak seks), penyakit yang bisa ditimbulkan
antara lain GO, syphilis, HIV. Penularan penyakit tidak langsung yakni penyakit menular dari orang ke
orang lain dengan perantaraan media. Menular melalui media udara, penyakit yang bisa ditimbulkan
adalah seperti TB, rubella, diphteria, influenza. Menular melalui media air, penyakit yang bisa ditimbulkan
antara lain diare, kolera, typhes. Menular melalui media tanah, penyakit yang bisa ditimbulkan antara lain
cacing. Menular melalui vektor, penyakit yang bisa ditimbulkan antara lain malaria, filariasis, demam
berdarah.
KONSEP TERJADINYA PENYAKIT MODEL RODA, KERANGKA SEBAB AKIBAT DAN SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI ( MULTIPLE CAUSATION)
Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab
akibat kesuatu proses kejadian penyakit yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai
sifatnya (biologis, Fisiologis, Psikologis, Sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta
dengan lingkungan (enviroment).
1. Segitiga Epidemiologi

Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran tentang
hubungan antara tiga faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan
lainnya. Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host(penjamu), Agent (penyebab)
dan Environment (lingkungan).Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host,
Agent danEnvironment akan menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di
masyarakat
2. Jaring-jaring Sebab Akibat
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri
melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka
timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai
titik.
3. Model Lingkaran atau Roda

Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari
berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan
pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan.

KONSEP PENCEGAHAN PENYAKIT


1. Pengertian Pencegahan
Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih dahulu
sebelum kejadian, dengan didasarkan pada data / keterangan yang bersumber dari hasil analisis
epidemiologi atau hasil pengamatan / penelitian epidemiologi (Nasry, 2006). Pencegahan
merupakan komponen yang paling penting dari berbagai aspek kebijakan publik (sebagai contoh
pencegahan kejahatan, pencegahan penyalahgunaan anak, keselamatan berkendara), banyak
juga yang berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung untuk kesehatan.
Konsep pencegahan adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi, melindungi, dan
mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu (National Public Health
Partnership, 2006).
2. Tingkat Pencegahan
Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah untuk dipakai
dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan. Artinya, dengan mengetahui perjalanan
penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan yang terjadi di setiap masa/fase, dapat dipikirkan
upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga penyakit itu dapat
dihambat perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan dapat disembuhkan.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan patologis penyakit
itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai
dengan perjalanan penyakit.
Ada empat tingkat utama dalam pencegahan penyakit, yaitu :
1. Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
 Pemantapan status kesehatan (underlying condition)
2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
 Promosi kesehatan (health promotion)
 Pencegahan khusus
3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
 Diagnosis awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
 Pembatasan kecacatan (disability limitation)
4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
 Rehabilitasi (rehabilitation).

Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam
tahap prepatogenesis, sedangkan pencegahan tingkat kedua dan ketiga sudah berada dalam keadaan
pathogenesis atau penyakit sudah tampak.

Salah satu teori public health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya penyakit dikenal
dengan istilah 5 Level Of Prevention Against Diseases. Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive
Medicine For The Doctor In His Community mengemukakan adanya tiga tingkatan dalam proses
pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit. Kedua tingkatan utama tersebut meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1) Fase sebelum sakit
Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut pencegahan primer (primary
prevention). Fase ini ditandai dengan adanya keseimbangan antara agent (kuman penyakit/
penyebab),host (pejamu) dan environtment (lingkungan).
2) Fase selama proses sakit
Fase pathogenesis, terbagi dalam 2 tingkatan pencegahan yang disebut pencegahan sekunder
(secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary prevention). Fase ini dimulai dari pertama kali
seorang terkena sakit yang pada akhirnya memiliki kemungkinan sembuh atau mati.

Tingkat pencegahan penyakit:


1. Pencegahan tingkat Dasar (Primordial Prevention)
Pencegahan tingkat dasar merupakan usaha mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan
keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum.
Tujuan primordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup social-
ekonomi dan cultural yang mendorong peningkatan risiko penyakit . upaya ini terutama sesuai untuk
ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular yang dewasa ini cenderung menunjukan
peningkatannya.
Pencegahan ini meliputi usaha memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau pola hidup yang
sudah ada dalam masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya risiko terhadap penyakit dengan
melestarikan pola atau kebiasaan hidup sehat yang dapat mencegah atau mengurangi tingkat risiko
terhadap penyakit tertentu atau terhadap berbagai penyakit secara umum. Contohnya seperti
memelihara cara makan, kebiasaan berolahraga, dan kebiasaan lainnya dalam usaha mempertahankan
tingkat risiko yang rendah terhadap berbagai penyakit tidak menular.
Selain itu pencegahan tingkat dasar ini dapat dilakukan dengan usaha mencegah timbulnya
kebiasaan baru dalam masyarakat atau mencegah generasi yang sedang tumbuh untuk tidak melakukan
kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan risiko terhadap berbagai penyakit seperti kebiasaan merokok,
minum alkhohol dan sebagainya. Sasaran pencegahan tingkat dasar ini terutama kelompok masyarakat
usia muda dan remaja dengan tidak mengabaikan orang dewasa dan kelompok manula. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pencegahan awal ini diarahkan kepada mempertahankan kondisi
dasar atau status kesehatan masyarakat yang bersifat positif yang dapat mengurangi kemungkinan suatu
penyakit atau factor risiko dapat berkembang atau memberikan efek patologis. Factor-faktor itu
tampaknya banyak bersifat social atau berhubungan dengan gaya hidup atau pola makan. Upaya awal
terhadap tingkat pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi kesehatan yang
positif yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan kondisi kesehatan yang sudah baik.
Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa usaha pencegahan primordial ini sering kali disadari
pentingnya apabila sudah terlambat. Oleh karena itu, epidemiologi sangat penting dalam upaya
pencegahan penyakit.

2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)


Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar
tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit (Eko budiarto, 2001). Pencegahan tingkat
pertama (primary prevention) dilakukan dengan dua cara :
1. menjauhkan agen agar tidak dapat kontak atau memapar penjamu,
2. menurunkan kepekaan penjamu. Intervensi ini dilakukan sebelum perubahan patologis terjadi
(fase prepatogenesis). Jika suatu penyakit lolos dari pencegahan primordial, maka giliran
pencegahan tingkat pertama ini digalakan. Kalau lolos dari upaya maka penyakit itu akan segera
dapat timbul yang secara epidemiologi tercipta sebagai suatu penyakit yang endemis atau yang
lebih berbahaya kalau tumbuldalam bentuk KLB.
Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu usaha pencegahan penyakit melalui usaha-usaha
mengatasi atau mengontrol faktor-faktor risiko dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha
peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus
terhadap penyakit tertentu. Tujuan pencegahan tingkat pertama adalah mencegah agar penyakit tidak
terjadi dengan mengendalikan agent dan faktor determinan. Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan
pada hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab (agent atau pemapar), lingkungan
(environtment) dan proses kejadian penyakit.
Usaha pencegahan penyakit tingkat pertama secara garis besarnya dapat dibagi dalam usaha
peningkatan derajat kesehatan dan usaha pencegahan khusus. Usaha peningkatan derajat kesehatan
(health promotion) atau pencegahan umum yakni meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan
masyarakat secara optimal, mengurangi peranan penyebab dan derajat risiko serta meningkatkan
lingkungan yang sehat secara optimal. contohnya makan makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat,
meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit misalnya, menghilangkan tempat
berkembang biaknya kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat
berkembang biaknya vektor penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya
nyamuk Aedesatau terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotic untuk
membunuh kuman.
Adapun usaha pencegahan khusus (specific protection) merupakan usaha yang ter-utama
ditujukan kepada pejamu dan atau pada penyebab untuk meningkatkan daya tahan maupun untuk
mengurangi risiko terhadap penyakit tertentu. Contohnya yaitu imunisasi atau proteksi bahan industry
berbahaya dan bising, melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan Flour untuk mencegah
terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit misalnya mencuci tangan dengan larutan
antiseptic sebelum operasi untuk mencegah infeksi, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk
mencegah penyakit diare.
Terdapat dua macam strategi pokok dalam usaha pencegahan primer, yakni :
1. strategi dengan sasaran populasi secara keseluruhan
2. strategi dengan sasaran hanya terbatas pada kelompok risiko tinggi. Strategi pertama memiliki
sasaran lebih luas sehingga lebih bersifat radikal, memiliki potensi yang besar pada populasi dan
sangat sesuai untuk sasaran perilaku. Sedangkan pada strategi kedua, sangat mudah diterapkan
secara individual, motivasi subjek dan pelaksana cukup tinggi serta rasio antara manfaat dan
tingkat risiko cukup baik.
Pencegahan pertama dilakukan pada masa sebelum sakit yang dapat berupa :
a. Penyuluhan kesehatan yang intensif.
b. Perbaikan gizi dan penyusunan pola menu gizi yang adekuat.
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita khususnya anak-anak, dan remaja
pada umumnya.
d. Perbaikan perumahan sehat.
e. Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan pengembangan kesehatan
mental maupu sosial.
f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
g. Pengendalian terhadap faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu penyakit.
h. Perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.
Pencegahan primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan sebelum kita jatuh sakit dan ini
adalah sesuai dengan “konsep sehat” yang kini dianut dalam kesehatan masyarakat modern.

3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)


Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita
penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status patogeniknya serta pemberian
pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk
mencegah meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut, mencegah
komplikasi hingga pembatasan cacat. Usaha pencegahan penyakit tingkat kedua secara garis besarnya
dapat dibagi dalam diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and promt treatment) serta
pembatasan cacat.
Tujuan utama dari diagnosa dini ialah mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan
penyakit menular, dan tujuan utama dari pengobatan segera adalah untuk mengobati dan menghentikan
proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat. Cacat yang
terjadi diatasi terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan
terjadinya kecacatan yang lebih baik lagi.
Salah satu kegiatan pencegahan tingkat kedua adalah menemukan penderita secara aktif pada
tahap dini. Kegiatan ini meliputi :
1. pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu seperti pegawai negeri, buruh/ pekerja
perusahaan tertentu, murid sekolah dan mahasiswa serta kelompok tentara, termasuk
pemeriksaan kesehatan bagi calon mahasiswa, calon pegawai, calon tentara serta bagi mereka
yang membutuhkan surat keterangan kesehatan untuk kepentingan tertentu ;
2. penyaringan (screening) yakni pencarian penderita secara dini untuk penyakit yang secara klinis
belum tampak gejala pada penduduk secara umum atau pada kelompok risiko tinggi
3. surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan sacara teratur dan terus-
menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses penyakit yang ada dalam masyarakat,
termasuk keterangan tentang kelompok risiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita atau pemberian
kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses patogenesis termasuk mereka dari kelompok
risiko tinggi penyakit menular tertentu.

4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)


Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah
penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah
terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuan utamanya adalah mencegah proses penyakit lebih
lanjut, seperti pengobatan dan perawatan khusus penderita kencing manis, tekanan darah tinggi,
gangguan saraf dan lain-lain serta mencegah terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab
tertentu, serta usaha rehabilitasi.
Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin
yang meliputi rehabilitasi fisik/medis (seperti pemasangan protese), rehabilitasi mental
(psychorehabilitation) dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap individu dapat menjadi anggota masyarakat
yang produktif dan berdaya guna.

TAHAPAN RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT


Tahapan perjalanan penyakit secara umum ada 3, yaitu :
a. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu (host) dengan bibit penyakit (agent).
Tetapi interaksi ini masih di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh
manusia dan belum masuk ke dalam tubuh penjamu. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya
tanda – tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak
penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
Jika interaksi host, agent dan environment (lingkungan) berubah, maka host jadi lebih
rentan atau agent jadi lebih virulen, kemudian agent masuk ke host (memasuki tahap
patogenesis).
b. Tahap Patogenesis
Pada tahap patogenesis ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh penjamu (host), tetapi
gejala- gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang
berbeda. Ada yang bersifat seperti influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2
hari, penyakit Polio mempunyai masa inkubasi 7 - 14 hari, tetapi ada juga yang bersifat
menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.
Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang mengakibatkan
terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh. Pada suatu saat penyakit makin
bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya.
2. Tahap Penyakit Dini
Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini
penjamu (host) sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya penderita masih
dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi
yang datang berobat umumnya tidak memerlukan perawatan, karena penyakit masih dapat
diatasi dengan berobat jalan.
Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan masyarakat,
terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh masih kuat mereka tidak
datang berobat, yang akan mendatangkan masalah lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit
yang di derita, sehingga saat datang berobat sering sudah terlambat.
3. Tahap Penyakit Lanjut
Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit lanjut.
Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika datang berobat,
umumnya telah memerlukan perawatan.
Bila penyakit penjamu (host) bertambah parah, karena tidak diobati atau tidak tertangani
serta tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit
masuk pada tahap lanjut. Penjamu (host) terlihat tak berdaya dan tidak sanggup lagi
melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu (host) memerlukan perawatan dan pengobatan yang
intensif.
Tahap penyakit telah berkembang pesat dan menimbulkan kelainan patologis dan
gejalanya.
c. Tahap Postpatogenesis
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir.Berakhirnya perjalanan penyakit tersebut
dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
1. Sembuh Sempurna
Penyakit berakhir karena penjamu (host) sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan
fungsi tubuh penjamu (host) kembali kepada keadaan sebelum menderita penyakit. Agent
hilang, host pulih, dan sehat kembali.
2. Sembuh Tetapi Cacat
Penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh. Sayangnya kesembuhan tersebut
tidak sempurna, karena ditemukan cacat pada penjamu. Adapun yang dimaksudkan dengan
cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat
mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.
3. Karier
Pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala penyakit
memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri penjamu (host) masih ditemukan bibit penyakit
yang pada suatu saat, misalnya jika daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul
kembali. Keadaan karier ini tidak hanya membahayakan diri penjamu (host) sendiri, tetapi
juga masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan.
4. Kronis
Perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah, dalam arti
tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja
tidak menggembirakan, karena pada dasarnya penjamu (host) tetap berada dalam keadaan
sakit.
5. Meninggal Dunia
Berhentinya perjalanan penyakit di sini, bukan karena sembuh, tetapi karena penjamu
(host) meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran
dan keperawatan.
5 TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT
1. Promosi kesehatan ( health promotion)
Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam peningkatan gizi,
kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah tangga yang baik,
perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex
education, persiapan memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan menopause.
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
Beberapa usaha di antaranya :
 Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
 Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air rumah tangga yang
baik,perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.
 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
 Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.
2. Perlindungan khusus (specific protection)
Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan kesehatan
sangat diperlukan terutama di Negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat
tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun
anak-anaknya masih rendah. Selain itu pendidikan kesehatan diperlukan sebagai pencegahan
terjadinya kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun tempat kerja.
Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS, penggunaan sarung tangan
dan masker saat bekerja sebagai tenaga kesehatan
Beberapa usaha lain di antaranya :
 Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.
 Isolasi penderitaan penyakit menular .
 Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Bahkan
kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat
menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatn yang layak. Oleh sebab itu
pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini.
Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara mendeteksi dini penyakit
kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka segera dilakukan pemeriksaan diagnostic
untuk memastikan diagnosa seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi atau kolposcopy
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
 Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit
sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
 Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
 Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
Beberapa usaha deteksi dini di antaranya :
 Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam pemeriksaan : misalnya
pemeriksaan darah,roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan
pengobatan
 Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit yang telah
berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar
derita penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan lain
yang perlu misalnya isolasi,desinfeksi dan sebagainya.
 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit
pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa
berhasil atau tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis
obat serta keahlian tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada kapan
pengobatan itu diberikan.
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :
 Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit,bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi
misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.
 Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
 Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
 Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.
4. Pembatasan cacat (disability limitation)
Oleh karena kurangnyaa pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata
lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat
atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi menjegah
terjadinya infertilitas.
5. Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk
memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-
latihan yang dianjurkan. Disamping itu oorang yang cacat stelah sembuh dari penyakit, kadang-
kadang malu untik kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima
mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan
pada masyarakat.
KONSEP AGENT, HOST DAN LINGKUNGAN DALAM EPIDEMIOLOGI
Dengan menggunakan paradigma epidemiologi klasik yang menganggap terjadinya penyakit atau
masalah kesehatan sebgai hasil akhir dari interaksi pejamu (host), agent (bibit penyakit) dan lingkungan
(environment).
A. Pejamu (Host)
Adalah faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta
perjalanan suatu penyakit. Macam-macam faktor pejamu, antala lain :
a. Faktor keturunan
Dalam dunia kedokteran dikenal dengan berbagai penyakit yang dapat diturunkan seperti riwayat
alergis, kelainan jiwa dan beberapa penyakit kelainan darah.
b. Mekanisme pertahanan tubuh
Jika pertahahn tubuh baik maka dalam batas-batas tertentu jenis penyakit akan dapat diatasi.
c. Umur
Pada saat ini dikenal penyakit tertentu yang hanya menyerang golongan umur tertentu. Misalnya
penyakit campak, polio dan difteri yang banyak ditemukan pada anak-anak.
d. Jenis kelamin
Beberapa penyakit tertentu hanya pada jenis kelamin tertentu saja. Misalnya tumor leher Rahim
e. Ras
Beberapa ras tertentu diduga lebih sering menderita beberapa penyakit tertentu. Misalnya
penyakit hemofili yang lebih banyak ditemukan pada orang barat.
f. Status perkawinan
g. Pekerjaan
Melihat dari tingkat stress dan beban masalah yang dihadapi, serta kejiwaanya.
h. Kebiasaan hidup
B. Bibit penyakit (agent)
Suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau ketidakhadirannya dapat
menimbulkan atau mempengaruhi penyakit.
Agent adalah faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan. Dan
penyebab agent menurut model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan abiotis.
a. Biotis, khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan
1. Protozoa : misalnya Plasmodium, amodea
2. Metazoa : misalnya arthopoda , helminthes
3. Bakteri : misalnya Salmonella, meningitis
4. Virus misalnya : dengue, polio, measies, lorona
5. Jamur Misalnya : candida, tinia algae, hystoples osis
b. Abiotis, terdiri dari
1. Nutrient Agent, misalnya kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak, mineral,
protein dan vitamin).
2. Chemical Agent, misalnya pestisida, logam berat, obat-obatan
3. Physical Agent, misalnya suhu, kelembaban panas, kardiasi, kebisingan.
4. Mechanical Agent, misalnya pukulan tangan kecelakaan, benturan, gesekan, dan getaran
5. Psychis Agent, misalnya gangguan phisikologis stress depresi
6. Phycologis Agent, misalnya gangguan genetik.
C. Lingkungan (environment)
Adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan
dan perkembangan suatu organisme.
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya sifat
karakteristik individu sebagai pejamu dan itu memegang peranan dalam proses kejadian penyakit.
1. Lingkungan Biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi :
a. Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak pathogen
b. Vektor pembawa infeksi
c. Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik
sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun
sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia)
d. Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama
penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang penting
dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur
lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun yang
mengancam kehidupan / kesehatan manusia.
2. Lingkungan Fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung,
maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk
unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
a. Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
b. Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air, dan
c. Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.
Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul
akibat manusia sendiri.
3. Lingkungan Sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta
instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat
tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :
a. Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang
berlaku;
b. Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
c. Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat, dan
d. Kebiasaan hidup masyarakat
e. Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan sosial
lainnya.
INTRAKSI AGENT, HOST DAN LINGKUNGAN
Segitiga Epidemiologi, dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran tentang
hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan
lainnya
2. Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab) dan
Environment (lingkungan)
3. Keadaan di masyarakat dikatakan menghadapi masalah kesehatan jika terjadi ketidakseimbangan
antara Host, Agent dan Environment
4. Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan menimbulkan
penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat
 Faktor Host
1. Adalah faktor yang melekat pada Host
2. Genetik: DM, asma, hipertensi
3. Umur: osteoporosis, campak, polio, ca servix, ca mammae
4. Jenis kelamin: ca servik, BPH, ca paru
5. Suku/ras/warna kulit: negro lebih kuat dari kulit putih
6. Fisiologis: kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, kurang gizi
7. Imunologis: ASI, imunisasi, sakit
8. Perilaku: gaya hidup, personal higienis, HAM, rekreasi, merokok, napza

 Faktor Agent
1. Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan
2. Gizi: kurang gizi, vitamin, mineral, kelebihan gizi
3. Kimia: pengawet, pewarna, asbes, cobalt, racun, antigen
4. Fisik: radiasi, trauma, suara, getaran
5. Biologis: amoeba, bakteri, jamur, riketsia, virus, plasmodium, cacing

 Faktor Environment
1. Faktor lingkungan ang mempengaruhi Host dan Agent
2. Fisik: iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan), demografis (kota dan desa)
3. Biologis: flora dan fauna
4. Sosial: migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, bencana alam, perang, banjir
PENGARUH DAN PERAN WAKTU, TEMPAT DAN ORANG TERHADAP PENYEBAB, EFEK, PENYEBARAB
PENYAKIT DALAM KELOMPOK DAN POPULASI
Dalam studi epidemiologi, ada dua kegiatan pokok dan terpisah yang harus dilakukan. Pertama,
adalah studi terhadap jumlah dan distribusi penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, dan kematian
dalam populasi. Untuk melakukan studi ini, ahli epidemiologi harus mengakaji semua aspek waktu,
tempat, dan orang. Pengkajian rinci terhadap setiap elemen tersebut dilakukan dan dianalisis dalam studi
epidemiologi deskriptif.
1. Person (Orang)
Banyak fokus kita ketahui bahwa epidemiologi yang ditujukan pada aspek orang dalam hal
penyakit, ketidakmampuan, cedera, dan kematian. Studi epidemiologi umumnya berfokus pada
beberapa karakteristik demografi utama dari aspek manusia yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnik, status
perkawinan, pekerjaan, dan lain-lain.
 Usia
Variabel usia merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan rate mortalitas yang
dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan usia. Usia termasuk variabel penting dalam
mempelajari suatu masalah kesehatan karena:
1. Ada kaitannya dengan daya tahan tubuh
Pada umumnya daya tahan tubuh orang dewasa lebih kuat daripada bayi dan anak-anak.
2. Ada kaitannya dengan ancaman terhadap kesehatan
Orang dewasa yang karena pekerjaannya ada kemungkinan menghadapi ancaman penyakit lebih
berat dari pada ank-anak.
3. Ada kaitannya dengan kebiasaan hidup
Dibandingkan anak-anak, orang dewasa yang karena kebiasaan hidupnya ada kemungkinan
terkena penyakit akibat kesalahan kebiasaan hidup tersebut.
Adanya perbedaan penyebaran penyakit di setiap kelompok usia disebabkan oleh:
1. Adanya faktor tertentu pada kelompok usia tersebut yang menyebabkan mereka mudah
terserang. Misalnya, campak pada anak-anak. Kesimpulannnya anak-anak tidak mempunyai
kekebalan terhadap campak.
2. Adanya faktor tertentu pada kelompok usia lain yang menyebabkan mereka sulit terserang.
Misalnya campak jarang ditemkan pada orang dewasa. Kesimpulannnya orang dewasa
mempunyai kekebalan terhadap campak.
3. Adanya peristiwa tertentu yang pernah dialami oleh kelompok umur tertentu. Misalnya TBC paru
banyak ditemukan pada penduduk berumur 20 tahun ke atas. Kesimpulannya imunisasi BCG baru
berjalan baik sejak 20 tahun yang lalu.
 Jenis Kelamin
Hubungan Penyakit Dengan Jenis Kelamin
Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan,
tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Hal ini
antara lain disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, kesadaran berobat, perbedaan
kemampuan atau kriteria diagnostik beberapa penyakit, genetika atau kondisi fisiologis. Penyakit-
penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki antara lain:
1. Tireotoksikosis
2. Diabetes mellitus
3. Obesitas
4. Kolesisitis
5. Rematoid artritis
Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang perempuan, yaitu penyakit yang
berkaitan dengan organ tubuh perempuan seperti karsinoma uterus, karsinoma mamae, karsinoam
serviks, kista ovarii, dan adneksitis. Penyakit-penyakit yang lebih banyak menyerang laki-laki
daripada perempuan antara lain:
1. Penyakit jantung coroner
2. Infark miokard
3. Karsinoma paru
4. Hernia inguinalis
Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang laki-laki seperti karsinoma penis, orsitis,
hipertrofi prostat, dan karsinoma prostat.
 Suku Bangsa
Suku bangsa atau golongan etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu populasi yang memiliki
kebiasaan atau sifat biologis yang sama. Walaupun klasifikasi penyakit berdasarkan suku bangsa sulit
dilakukan baik secara praktis maupun secara konseptual, tetapi karena terdapat perbedaan yang
besar dalam frekuensi dan beratnya penyakit diantara suku bangsa maka dibuat klasifikasi walaupun
kontroversi. Pada umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku bangsa berkaitan dengan
faktor genetik atau faktor lingkungan, misalnya:
a. Penyakit sickle cell anemia
b. Hemofilia
c. Kelainan biokimia sperti glukosa 6 fosfatase
d. Karsinoma lambung
Disamping ketiga fakor yang telah diuraikan di atas terdapat pula faktor-faktor lain yang berkaitan
dengan variabel “orang”, yaitu:
a. Sosial ekonomi
b. Budaya/agama
c. Pekerjaan
d. Status marital
e. Golongan darah
f. Infeksi alamiah
g. Kepribadian
 Sosial ekonomi
Terdapatnya perbedaan penyebaran masalah kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor:
1. Perbedaan kemampuan ekonomi dalam mencegah atau mengobati penyakit.
2. Perbedaan sikap hidup dan perilaku yang dimiliki.
Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi frekuensi distribusi penyakit
tertentu, misalnya TBC, infeksi akut gastrointestinal, ISPA, anemia, melnutrisi, dan penyakit parasit
yang banyak terdapat pada penduduk golongan sosial ekonomi rendah. Penyakit jantung koroner,
hipertensi, obesitas, kadar kolesterol tinggi, dan infark miokard yang banyak terdapat pada
penduduk golongan sosial ekonomi yang tinggi.
 Budaya/agama
Dalam beberapa hal terdapat hubungan antara kebudayaan masyarakat atau agama dengan
frekuensi penyakit tertentu, misalnya:
1. Balanitis, karsnoam penis banyak terdapat pada orang yang tidak melakukan sirkumsisi disertai
dengan higiene perorangan yang jelek.
2. Trisinensis jarang terdapat pada orang Islam dan orang Yahudi karena mereka tidak memakan
babi.
3. Kelainan fungsi hati jarang ditemukan pada pemeluk agama islam karena ajaran agama islam
tidak membenarkan meminum alkohol.
 Pekerjaan
Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan distirbusi penyakit. Hal ini
disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan dengan berbagai suasana dan
lingkungan yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang berhubungan dengan bahan fisika, panas, bising,
dan kimia seperti pekerja pabrik asbes yang banyak menderita karsinoma paru dan gastrointestinal
serta mesotelioma, sedangkan fibrosis paru banyak terdapat pada pekerja yang terpapar oleh silikon
bebas, atau zat radioaktif seperti petugas di bagian radiologi dan kedokteran nuklir.
Pekerja di bidang pertambangan, konstruksi bangunan atau pertanian, dan pengemudi kendaraan
bermotor mempunyai risiko yang lebih beasr untuk mengalami trauma atau kecelakaan
dibandingkan dengan pekerja kantor.
Pada dasarnya hubungan antara pekerjaan dengan masalah kesehatan disebabkan oleh:
1. Adanya risiko pekerjaan
Setiap pekerjaan mempunyai risiko tertentu dan karena itulah macam penyakit yang
dideritanya akan berbeda pula. Misalnya buruh berisiko lebih besar terkena penyakit silikosis.
2. Adanya seleksi alamiah dalam memilih pekerjaan
Seseorang yang betrubuh lemah secara naluriah menghindari macam pekerjaan fisik yang
berat, demikian sebaliknya yang bertubuh kuat.
3. Adanya perbedaan status sosial ekonomi
Perbedaan pekerjaan menyebabkan perbedaan status sosial ekonomi sehigga menyebabkan
perbedaan penyakit yang dideritanya.
 Status Marital
Adanya hubungan antara status marital dengan frekuensi distribusi morbiditas telah lama
diketahui, tetapi penyebab pastinya belum diketahui. Ada yang berpendapat bahwa hubungan status
marital dengan morbiditas dikaitkan dengan faktor psikis, emosional, dan hormonal atau berkaitan
dengan kehidupan seksual, kehamilan, melahirkan, dan laktasi.
Lebih banyak ditemukan pada perempuan yang tidak menikah dibandingkan dengan perempuan
yang menikah, sebaliknya karsinom serviks lebih banyak ditemukan pada perempuan yang menikah
daripada yang tidak menikah atau menikah pada usia yang sangat muda atau sering berganti
pasangan. Kehamilan dan persalinan merupakan merupakan faktor risiko terjadinya eklamsia dan
praeklamsia yang dapat menyebabkan kematian ibu. Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup
tinggi dibandingkan dengan negara lain.

2. Time (Waktu)
Variabel waktu merupakan faktor kedua yang harus diperhatikan ketika melakukan analisis
morbiditas dalam studi epideiologi karena pencatatan dan laporan insidensi dan prevalensi penyakit
selalu didasarkan waktu, apakah mingguan, bulanan atau tahunan.
Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi karena didasarkan
pada kejadian yang nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau estimasi. Selain itu dengan
pencatatan dan laporan morbiditas dapat diketahui adanya perubahan-perubahan insidensi dan
prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan
penanggulangan masalah kesehatan.
Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui hubungan antara
waktu dan insiden penyakit atau fenomena lain, misalnya penyebaran penyakit saluran pernapasan
yang terjadi pada waktu malam hari karena terjadinya perubahan kelembaban udara atau
kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar terjadi pada waktu malam hari.
Pengetahuan tentang penyebaran masalah kesehatan menurut waktu akan membantu dalam
memahami:
1. Kecepatan perjalanan penyakit
Apabila suatu penyakit dalam waktu yang singkat menyebar dengan pesat, berarti perjalanan
penyakit tersebut berlangsung cepat.
2. Lama terjangkitnya suatu penyakit
Lama terjangkitnya suatu penyakit dapat pula diketahui dari penyebaran penyakit menurut
waktu, yakni dengan memanfaatkan keterangan tentang waktu terjangkitnya penyakit dan
keterangan tentang waktu lenyapnya penyakit tersebut.

Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:

1. Sifat penyakit yang ditemukan


Secara umum disebutkan bahwa penyakit infeksi lebih cepat menyebar daripada penyakit
bukan infeksi. Hal yang berperan di sini adalah sifat bibit penyakit yang ditemukan yang dibedakan
atas patogenisiti, virulensi, antigenisiti, dan infektiviti.
2. Keadaan tempat terjangkitnya penyakit
Untuk penyakit infeksi keadaan yang paling penting adalah yang menyangkut ada
tidaknya reservoir bibit penyakit, yang jika dikaitkan dengan keadaan tempat terjangkitnya
penyakit disebut dengan nama environmental reservoir yakni lingkungan alam di sekitar manusia.
3. Keadaan penduduk
Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu juga dipengaruhi oleh keadaan
penduduk, baik yang menyangkut ciri-ciri manusianya dan ataupun yang menyangkut jumlah dan
penyebaran penduduk tersebut.
4. Keadaan pelayanan kesehatan yang tersedia
Jika keadaan pelayanan kesehatan baik, maka penyebaran suatu masalah kesehatan
dapat dicegah sehingga waktu terjangkitnya penyakit dapat diperpendek.
Fluktuasi insiden penyakit yang diketahui terdiri dari:

 Variasi Jangka Pendek


1. Sporadis
Kejadian ini relatif berlangsung singkat, umumnya berlangsung di beberpa tempat,
dan pada waktu pengamatan masing-masing kejadian tidak saling berhubungan, misalnya
dalam proses penyebarannya. Contoh: penyebaran penyakit DHF
2. Endemis
Penyakit menular yang terus menerus terjadi di suatu tempat atau prevalensi suatu
penyakit yang biasanya terdapat di suau tempat.
3. Pandemis
Penyakit yang berjangkit/menjalar ke beberapa negara atau seluruh benua. Misalnya:
Flu (1914), Kholera (1940), AIDS (1980), SARS (2003).
4. Epidemis
Kenaikan kejadian suatu penyakit yang berlangsung secara cepat dan dalam jumlah
yang secara bermakna melebihi insidens yang diperkirakan.

 Variasi Berkala
1. Kecendrungan sekuler (secular trend)
Kecendrungan sekuler ialah terjadinya perubahan penyakit atau KLB dalam waktu
yang lama. Lamanya waktu dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa.
Kecendrungan sekuler dapat terjadi pada penyakit menular maupun penyakit infeksi
nonmenular. Misalnya, terjadinya pergeseran pola penyakit menular ke penyakit yang
tidak menular yang terjadi di negara maju pada beberapa dasawarsa terakhir.
Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam penilaian
keberhasilan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecendrungan sekuler
juga dapat digunakan unuk mengetahui perubahan yang terjadi pada mortalitas.
Dalam mempelajari kecendrungan sekuler tentang mortalitas, harus dikaitkan
dengan sejauh mana perubahan insiden dan sejauh mana perubahan
tersebut menggambarkan kelangsungan hidup penderita.
Angka kematian akan sejalan dengan angka insiden (insidence rate) pada penyakit
yang fatal dan bila kematian terjadi tidak lama setelah diagnosis, misalnya karsinoma
paru-paru, karena memenuhi kriteria di atas.
2. Variasi siklik
Variasi siklik ialah terulangnya kejadian penyakit setelah beberapa tahun,
tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya epidemi campak biasanya berulang setelah
2-3 tahun kemudian. Variasi siklik biasanya terjadi pada penyakit menular karena penyakit
noninfeksi tidak mempunyai variasi siklik.
3. Variasi musim
Variasi musim ialah terulangnya perubahan frekuensi insidensi dan prevalensi
penyakit yang terjadi dalam 1 tahun. Dalam mempelajari morbiditas dan mortalitas,
variasi musim merupakan salah satu hal yang sangat penting karena siklus penyakit terjadi
sesuai dengan perubahan musim dan berulang setiap tahun.
Variasi musim sangat penting dalam menganalisis data epidemiologi tentang
kejadian luar biasa untuk menentukan peningkatan insidensi suatu penyakit yang
diakibatkan variasi musim atau memang terjadinya epidemi. Bila adanya variasi musim
tidak diperhatikan, kita dapat menarik kesimpulan yang salah tentang timbulnya KLB.
Disamping itu, pengetahuan tentang variasi musim juga dibutuhkan pada penelitian
epidemiologi karena penelitian yang dilakukan pada musim yang berbeda akan
menghasilkan frekuensi distribusi penyakit yang berbeda pula. Penyakit-penyakit yang
mempunyai variasi musim antara lain: diare, influenza, dan tifus abdominalis.
Beberapa ahli memasukkan variasi musim ke dalam variasi siklik karena terjadinya
berulang, tetapi di sini dipisahkan karena pada variasi musim, terulangnya perubahan
insidensi penyakit dalam waktu yang pendek sesuai dengan perubahan musim,
sedangkan pada variasi siklik fluktuasi perubahan insiden penyakit terjadi lebih lama yaitu
suatu penyakit dapat terulang 1 atau 2 tahun sekali.
4. Variasi random
Variasi random diartikan sebagai terjadinya epidemi yang tidak dapat diramalkan
sebelumnya, misalnya epidemi yang terjadi karena adanya bencana alam seperti banjir
dan gempa bumi.

3. Place (Tempat)
Variabel tempat merupakan salah satu variabel penting dalam epidemiologi deskriptif karena
pengetahuan tentang tempat atau lokasi KLB atau lokasi penyakit- penyakit endemis sangat
dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran berbagai penyakit di suatu
wilayah sehingga dari keterangan yang diperoleh akan diketahui:
 Jumlah dan jenis masalah kesehatan yang ditemukan di suatu daerah.
 Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan di suatu daerah.
 Keterangan tentang faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan di suatu daerah.

Batas suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan:

 Geografis
Ditentukan berdasarkan alamiah, administratif atau fisik, institusi, dan instansi. Dengan
batas alamiah dapat dibedakan negara yang beriklim tropis, subtropis, dan negara dengan
empat musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan tersebut mengakibatkan
perbedaan dalam pola penyakit baik distribusi frekuensi penyakit maupun jenis penyakit. Dari
batas administratif dapat ditentukan batas propinsi, kabupaten, kecamatan atau desa dengan
sungai, jalan kereta api, jembatan dan lainnya sebagai batas fisik.
 Batas institusi
Dapat berupa industri, sekolah atau kantor, dan lainnya sesuai dengan timbulnya masalah
kesehatan.

Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat, secara umum terdiri dari:

 Penyebaran satu wilayah


Masalah kesehatan hanya ditemukan di satu wilayah saja. Batasan wilayah yang
dimaksudkan tergantung dari sistem kepemerintahan yang dianut. Misalnya satu kecamatan
saja, satu kelurahan saja, dsb. Pembagian menurut wilayah yang sering dipergunakan adalah
desa dan kota.
 Penyebaran beberapa wilayah
Penyebaran beberapa wilayah tergantung dari sistem kepemerintahan yang dianut.
Misalnya beberapa kecamatan saja, beberapa kelurahan saja, dsb.
 Penyebaran satu negara (nasional)
Masalah kesehatan ditemukan di semua wilayah negara tersebut.
 Penyebaran beberapa negara (regional)

Masalah kesehatan dapat menyebar ke beberapa negara. Masuk atau tidaknya suatu penyakit ke
suatu negara dipengaruhi oleh faktor:

1. Keadaan geografis negara tersebut dalam arti apakah ditemukan keadaan-keadaan geografis
tertentu yang menyebabkan suatu penyakit dapat terjangkit atau tidak di negara tersebut.
2. Hubungan komunikasi yang dimiliki, dalam arti apakah letak negara tersebut berdekatan
dengan negara yang terjangkit penyakit, bagaiman sistem transportasi antar negara,
hubungan antar penduduk, apakah egara tersebut terbuka untuk penduduk yang berkunjung
dan menetap, dsb.
3. Peraturan perundangan yang berlaku, khususnya dalam bidang kesehatan.

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

Mengukur kejadian penyakit, cacad ataupun kematian pada populasi. Merupakan dasar dari
epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati diukur dengan menggunakan Prevalens dan
Incidens. Ukuran-ukuran frekuensi penyakit menggambarkan karakteristik kejadian (“occurrence”) suatu
penyakit atau masalah kesehatan didalam populasi.

Ada tiga macam ukuran yang digunakan dalam epidemiologi

 Ukuran frekuensi penyakit : Mengukur kejadian penyakit, cacad ataupun kematian pada populasi.
Merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati diukur dengan
menggunakan Prevalens dan Incidens
 Ukuran dari akibat pemaparan : Mengukur keeratan hubungan statistik antara faktor tertentu dengan
kejadian penyakit yang diduga merupakan akibat pemaparan tersebut. Hubungan antara pemaparan
dan akibatnya diukur dengan menggunakanRelative Risk atau Odds Ratio
 Ukuran dari potensi dampak : Menggambarkan kontribusi dari faktor yang diteliti terhadap kejadian
suatu penyakit dalam populasi tertentu. Ukuran yang digunakan adalah Attributable Risk
Percent dan Population Attributable Risk. Ukuran ini berguna untuk
meramalkan efficacy atau effectiveness suatu pengobatan dan strategi intervensi pada populasi
tertentu.

Untuk mengukur frekuensi kejadian penyakit pada suatu populasi, digunakan salah satu dari tiga bentuk
pecahan, yaitu

 Proporsi
 Ratio
 Rate
1. Proporsi adalah bentuk pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebutnya. Bentuk
ini sering dinyatakan dalam persen, yaitu dengan mengalikan pecahan ini dengan 100% .
Ciri dari Proporsi:
1. Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari pembilang dan penyebutnya sama,
sehingga saling meniadakan.
2. Nilainya antara 0 dan 1
2. Ratio adalah pecahan yang pembilangnya bukan merupakan bagian dari penyebutnya. Ini yang
membedakannya dengan proporsi. Ratio menyatakan hubungan antara pembilang dan penyebut
yang berbeda satu dengan yang lain.
Ada dua jenis ratio:
1) Ratio yang mempunyai satuan, misalnya
a. Jumlah dokter per 100.000 penduduk
b. Jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran hidup.
2) Ratio yang tidak mempunyai satuan oleh karena pembilang dan penyebutnya mempunyai satuan
yang sama, misalnya

Ratio antara satu proporsi dengan proporsi lain atau ratio antara satu rate dengan rate yang lain,
contohnya Relative Risk dan Odds Ratio

3. Rate merupakan konsep yang lebih kompleks dibandingkan dengan dua bentuk pecahan yang
terdahulu. Rate yang sesunguhnya merupakan kemampuan berubah suatu kuantitas bila terjadi
perubahan pada kuantitas lain. Kuantitas lain yang digunakan sebagai patokan ini biasanya adalah
kuantitas waktu. Bentuk ukuran ini sering dicampur adukkan penggunaannya dengan proporsi.
Ciri dari Rate:
a. Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu
b. Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya terbentang antara 0 sampai tak terhingga.

Anda mungkin juga menyukai