SEJARAH EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi sebagai suatau ilmu berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini dilatar belakangi oleh
beberapa hal, diantaranya :
Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit.
Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah penyakit tidak menular dan epidemiologi
tidak hanya dihadapkan dengan masalah penyakit semata tetapi hal yang berkaitan langsung atau pun
tidak langsung dengan penyakit serta masalah kesehatan secara umum. Hal ini berbeda pada zaman
John Snow epidemiologi diarahkan untuk masalah penyakit tidak infeksi dan wabah saja.
Perkembangan ilmu pengetahuan lainya
Perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain seperti biostatistik, administrasi dan ilmu perilaku
yang berkembang pesat meniupkan angin kesegaran untuk perkembangan epidemiologi. Dengan
perkembangan tersebut para ahli kesehatan masyarakat dari masa ke masa juga mempunyai
perkembangan pandangan terhadap proses terjadinya penyakit yang dikemukakan dengan beberapa
konsep atau teori, diantaranya:
1. Contagion Theory
Teori ini mengemukakan bahwa terjadinya penyakit diperlukan adanya kontak antara
satu person dengan person lain. Teori ini di kembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa
itu yang kebanyakan adalah penyakit yang menular karena adanya kontak langsung.Teori ini
bermula pada pengamatan terhadap epidemic dan penyakit Lepra di Mesir.
2. Hippocratic Theory
Teori ini di pelopori oleh Hippocrates yang lebih mengarahkan kausa pada suatu factor
tertentu.Menurutnya bahwa kausa penyakit berasal dari alam : cuaca dan lingkungan. Teori ini
mampu menjawab masalah penyakit pada waktu itu dan di pakai hingga tahun 1800an dan teori
ini ternyata tidak mampu menjawab berbagai penyakit infeksi lain yang mempunyai rantai
penularan yang lebih berbelit-belit.
3. Miasmatic Theory
Teori ini menunjukan gas-gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit namun
tidak dapat menjawab pertanyaan tentang penyebab berbagai penyakit.
4. Epidemic Theory
Teori ini menghubungnkan terjadinya penyakit dengan cuaca dan factor geografis. Zat
organic dari lingkungan dianggap sebagai pembawa penyakit . Teori ini diterapkan oleh John Snow
dalam menganalisis diare di London.
5. Thery Kuman (Grem Theory).
Kuman (mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa penyakit . Kuman dianggap sebagai
kausa tunggal penyakit namun teori ini mendapat t antangan dari berbagai penyakit kronis
misalnya jantung dan kanker.
Secara sederhana sejarah perkembangan epidemiologi dapat dibedakan atas empat tahap, yakni
1) Tahap Pengamatan.
Cara awal untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan serta faktor-
faktor yang mempengaruhi ini dilakukan dengan pengamatan (observasi ). Hasil pengamatan
hipocrates berhasil menyimpulkan adanya hubungan antara timbul atau tidaknya penyakit
dengan lingkungan tetapi Hipocrates tidak berhasil membuktikan pendapatnya karena
pengetahuan untuk itu belum berkembang. Dari yang dikemukakan oleh Bapak ilmu kedokteran
dipandang merupakan landasan perkembangan epidemiologi. Tahap perkembangan
epidemiologi ini dikenal dengan nama tahap penyakit dan lingkungan.
2) Tahap Perhitungan
Tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi disebut dengan tahap perhitungan. Pada
tahap ini upaya untuk mengukur frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan dilakukan
dengan bantuan ilmu hitung. Jonh Graunt, menyimpulkan bahwa frekuensi dan penyebaran angka
kematian ternyata lebih tinggi pada bayi serta berbeda antara penduduk pria dan penduduk
wanita.
3) Tahap Pengkajian
Tekhnik pengkajian pertama kali diperkenalkan oleh William Farr pada tahun 1839 yang
melakukan pengkajian terhadap data yang ada dan dari pengkajian ini berhasil dibuktikan adanya
hubungan statistik antara peristiwa kehidupan dengan keadaan kesehatan masyarakat, adanya
hubungan antara angka kematian dengan status perkawinan serta adanya hubungan antara
tingkat social ekonomi dengan tingkat kematian penduduk.
Dengan cara kerja yang sama John Snow pada tahun 1849 berhasil membuktikan adanya
hubungan antara timbulnya penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk.
Tekhnik yang dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan pengkajian data
yang telah ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah, bukan dari hasil percobaan, sehingga
dikenal dengan tahap eksperimen alamiah.
4) Tahap Uji coba
Cara kerja ini telah lama dikenal dikalangan kedokteran. Pada tahun 1774 Lind melakukan
pengobatan kekurangan vitamin C dengan pemberian jeruk. Jenner pada tahun 1796 juga
melakukan uji coba klinis terhadap vaksin cacar terhadap manusia.
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen
yaitu:
1. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non
infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun
kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini
mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
2. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit
individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi
masyarakat atau kelompok
3. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan
manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan
ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
JANGKAUAN EPIDEMIOLOGI
Di era perkembangan tekhnologi seperti saat ini memicu jangkauan epidemiologi semakin meluas. Secara
garis besar jangkauan epidemiologi meliputi:
1. Epidemiologi Penyakit Menular: Telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan
dan penanggulangan penyakit menular tertentu.
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular : Memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah
penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit sisdtemik serta berbagai penyakit menahun
lainya, termasuk masalah meningkatnya kecelakaan lalulintas dan penyalah gunaan obat-obatan
tertentu.
3. Epidemiologi Klinik: Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang
dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi /dokter tentang cara
pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
4. Epidemiologi kesehatan lingkungan dan Kesehatan Kerja :bentuk ini merupakan salah satu bagian
epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan kesehtan tenaga kerja akibat
pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja,serta kebiasaan hidup para pekerja.
5. Epidemiologi Kependudukan: merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang
menggunakan system pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan
yang berkaitan dengan bidang demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai
perubahan demografis yang terjadi di dalam masyarakat.
6. Epidemiologi Kesehatan Jiwa: merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah
gangguan jiwa dalam masyarakat yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam
masyarakat
7. Epidemiologi Gizi: dewasa ini banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat dimana
masalah ini erat hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup masyarakat.
8. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan : Bentuk ini merupakan salaah satu system pendekatan
manajemen dalam menganalisis masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu masalah
serta penyusunana rencana pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
9. Epidemiologi Perilaku
10. Epidemiologi Genetik
11. Epidemiologi kesehatan Darurat
12. Epidemiologi Remaja
13. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
14. Epidemiologi Kausalitas
15. Epidemiologi Perencanaan . \
Semakin luasnya jangkauan epidemiologi karena disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Kemajuan teknologi yang sangat pesat pada dasawarsa terakhir.
b. Kebutuhan dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kehidupan menjadi
komplek
c. Metode yang digunakan untuk penyakit menular dapat digunakan untuk penyakit non infeksi
dan non penyakit.
d. Meningkatnya kebutuhan penelitian terhadap penyakit non infeksi dan non penyakit.
e. metode epidemiologi dapat digunakan untuk mempelajari asosiasi sebab akibat . missal
asosiasi rokok dengan karsinoma paru dan asosiasi pelayanan kesehatan kesehatan dengan
status kesehatan masyarakat
TOKOH-TOKOH EPIDEMIOLOGI
1. Antonio Van Leeuwenhoek (1632-1732).
Dia seorang ilmuan yang menemukan Mikroskop, penemu bakteri dan parasit, penemu
spermatozoa.Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang berguna untuk analisis
epidemiologi selanjutnya.
2. Robert Koch
Dia memperkenalkan Tubekulin yang dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi
Tuberkulosis sebagai perangkap diagnosis tbc pada anak-anak.Dia juga terkenal dengan Postulac
Koch yang mengemukakan tentang konsep untuk menentukan kapan mikroorganisme dapat
dianggap penyebab suatu penyakit.
3. Max Van Patternkofer
Dia mengiden tifikasikan penyebab sebuah penyakit, dia ingin membuktikan bahwa vibrio
bukanlah penyebab kolera.
4. John Snow, 1854
Dia menggunakan pendekatan epidemiologi dengan menganalisis factor tempat orang dan waktu.
Dia dianggap sebagai The Father Of Epidemiology.
5. Percival Pott
Dia menganalisis tentang meningginya kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja pewmbersih
cerobong asap dan dia menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah yang
menjadi biang keladinya. Dia dianggap sebagai bapak epidemiologi modern.
6. James Lind, 1747
Dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu dalam suatu pelayaran panjang yang mengalami
Scurvy (kurang vitamin c) hal ini dikarenakan mereka semuanya memakan makanan kaleng. Dia
dikenal sebagai bapak Trial Klinik.
7. Dool dan Hill ,1950
Mereka adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya
hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitia di bidang
epidemiologi klinik.(Bustan,1997).
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua
ahli bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan
karena perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan
dengan metode epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa penyakit
disebabkan oleh roh jahat.
PENGERTIAN PENYEBAB PENYAKIT
Penyakit adalah kondisi yang berubah dari keadaan sehat atau penyakit adalah sekumpulan reaksi
individu baik fisik maupun mental terhadap bibit penyakit (penyebab = agent) yaitu bakteri, jamur,
protozoa, virus, dan racun, yang masuk atau mengganggu individu; trauma, kelainan metabolik,
kekurangan gizi, proses degenerasi, atau kelainan sejak lahir (kongenital).
Kajian utama epidemiologi adalah hubungan kasus klasik dengan masalah kesehatan masyarakat,
karena epidemiologi tidak mempelajari tentang rasa sakit tetapi mempelajari tentang penyakit. Jadi
penyebab penyakit adalah kejadian, kondisi, sifat ataupun kombinasi dari faktor-faktor tersebut diatas
yang berperan penting dalam kejadian penyakit.
Pemahaman tentang konsep penyebab timbulnya penyakit perlu dimiliki untuk dapat
menjelaskan bagaimana mekanisme terjadinya dan penyebarannya. Banyak model konsep penyebab
penyakit yang dikembangkan oleh para ahli, dari zaman generasi pertama Hipocrates dengan
konsep “Airs, Waters and Places”, Galen dengan konsep “Experimental Medicine”, dan Hieronymous
Fracastorius (1478-1553) dan Igmatz Semmelweis (1818-1865) dengan konsep “Contagion Germ”.
Menjelang akhir abad ke-19, para pakar mengklasifikasi penyebab timbulnya penyakit menjadi
dua yaitu single causation (penyebab tunggal) dan multiple causation (penyebab majemuk). Pemikiran
para ahli pada waktu itu menuntut bahwa tiap penyakit harus dapat ditemukan penyebabnya (kuman)
yang spesifik untuk penyakit yang diderita seseorang. Para ahli perintis teori kuman (bakteriologi) seperti
Robert Koch atau Louis Pasteur mulai mengidentifikasi jenis kuman untuk tiap jenis penyakit menular.
bahwa berkembangnya penyakit tidak dapat dijelaskan hanya dengan mengenali jenis penyebabnya saja
yang spesifik.
PROSES TRANSMISI PENYAKIT
Dinamika penularan penyakit merupakan suatu proses transmisi (perpindahan) penyakit dari
sumber (resource) penular atau sering disebut dengan reservoar ke reservoar lainnya. Manusia sebagai
reservoar adalah penyakit yang berasal dari manusia yang sedang mengalami infeksi dan dapat berupa
hanya sebagai pembawa (carrier). Penularan penyakit didukung dengan keberadaan agen (penyebab
penyakit) dan lingkungan.
Ruang lingkup bahasan dinamika penularan penyakit akan membahas beberapa aspek, antara lain:
1. Model-model penularan penyakit (mode of transmission)
2. Aspek penularan langsung (direct transmission)
3. Aspek penularan tidak langsung (in-direct transmission)
4. Pencegahan penyakit menular
Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting yang dapat terjadi setiap saat,
terutama di negara berkembang khususnya Indonesia. Dinamika penularan penyakit tetap urgen
dipelajari karena penyakit meular masih mempunyai angka kematian (mortality) yang cukup tinggi, angka
kesakitan (morbidity) dan kecacatan (disability) yang tinggi dan penyakit menular mempunyai kehilangan
ekonomi (economic-loss) yang cukup tinggi.
Secara umum dinamika penularan penyakit dapat didekati dengan mengidentifikasi cara penularan
penyakit (mode of transmission), penyakit dapat ditularkan kepada manusia yang rentan melalui
beberapa cara, baik terjadi secara langsung maupun tidak lansung dari orang ke orang lain dan
penyebarannya di masyarakat, ditinjau dari aspek epidemiologi dapat bersifat lokal, regional maupun
internasional. Penularan langsung dari orang ke orang lain adalah agen penyakit ditularkan langsung dari
seorang infektious ke orang lain melalui hubungan intim (kontak seks), penyakit yang bisa ditimbulkan
antara lain GO, syphilis, HIV. Penularan penyakit tidak langsung yakni penyakit menular dari orang ke
orang lain dengan perantaraan media. Menular melalui media udara, penyakit yang bisa ditimbulkan
adalah seperti TB, rubella, diphteria, influenza. Menular melalui media air, penyakit yang bisa ditimbulkan
antara lain diare, kolera, typhes. Menular melalui media tanah, penyakit yang bisa ditimbulkan antara lain
cacing. Menular melalui vektor, penyakit yang bisa ditimbulkan antara lain malaria, filariasis, demam
berdarah.
KONSEP TERJADINYA PENYAKIT MODEL RODA, KERANGKA SEBAB AKIBAT DAN SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI ( MULTIPLE CAUSATION)
Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab
akibat kesuatu proses kejadian penyakit yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai
sifatnya (biologis, Fisiologis, Psikologis, Sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta
dengan lingkungan (enviroment).
1. Segitiga Epidemiologi
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran tentang
hubungan antara tiga faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan
lainnya. Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host(penjamu), Agent (penyebab)
dan Environment (lingkungan).Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host,
Agent danEnvironment akan menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di
masyarakat
2. Jaring-jaring Sebab Akibat
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri
melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka
timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai
titik.
3. Model Lingkaran atau Roda
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari
berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan
pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan.
Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam
tahap prepatogenesis, sedangkan pencegahan tingkat kedua dan ketiga sudah berada dalam keadaan
pathogenesis atau penyakit sudah tampak.
Salah satu teori public health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya penyakit dikenal
dengan istilah 5 Level Of Prevention Against Diseases. Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive
Medicine For The Doctor In His Community mengemukakan adanya tiga tingkatan dalam proses
pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit. Kedua tingkatan utama tersebut meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1) Fase sebelum sakit
Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut pencegahan primer (primary
prevention). Fase ini ditandai dengan adanya keseimbangan antara agent (kuman penyakit/
penyebab),host (pejamu) dan environtment (lingkungan).
2) Fase selama proses sakit
Fase pathogenesis, terbagi dalam 2 tingkatan pencegahan yang disebut pencegahan sekunder
(secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary prevention). Fase ini dimulai dari pertama kali
seorang terkena sakit yang pada akhirnya memiliki kemungkinan sembuh atau mati.
1. Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran tentang
hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan
lainnya
2. Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab) dan
Environment (lingkungan)
3. Keadaan di masyarakat dikatakan menghadapi masalah kesehatan jika terjadi ketidakseimbangan
antara Host, Agent dan Environment
4. Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan menimbulkan
penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat
Faktor Host
1. Adalah faktor yang melekat pada Host
2. Genetik: DM, asma, hipertensi
3. Umur: osteoporosis, campak, polio, ca servix, ca mammae
4. Jenis kelamin: ca servik, BPH, ca paru
5. Suku/ras/warna kulit: negro lebih kuat dari kulit putih
6. Fisiologis: kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, kurang gizi
7. Imunologis: ASI, imunisasi, sakit
8. Perilaku: gaya hidup, personal higienis, HAM, rekreasi, merokok, napza
Faktor Agent
1. Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan
2. Gizi: kurang gizi, vitamin, mineral, kelebihan gizi
3. Kimia: pengawet, pewarna, asbes, cobalt, racun, antigen
4. Fisik: radiasi, trauma, suara, getaran
5. Biologis: amoeba, bakteri, jamur, riketsia, virus, plasmodium, cacing
Faktor Environment
1. Faktor lingkungan ang mempengaruhi Host dan Agent
2. Fisik: iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan), demografis (kota dan desa)
3. Biologis: flora dan fauna
4. Sosial: migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, bencana alam, perang, banjir
PENGARUH DAN PERAN WAKTU, TEMPAT DAN ORANG TERHADAP PENYEBAB, EFEK, PENYEBARAB
PENYAKIT DALAM KELOMPOK DAN POPULASI
Dalam studi epidemiologi, ada dua kegiatan pokok dan terpisah yang harus dilakukan. Pertama,
adalah studi terhadap jumlah dan distribusi penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, dan kematian
dalam populasi. Untuk melakukan studi ini, ahli epidemiologi harus mengakaji semua aspek waktu,
tempat, dan orang. Pengkajian rinci terhadap setiap elemen tersebut dilakukan dan dianalisis dalam studi
epidemiologi deskriptif.
1. Person (Orang)
Banyak fokus kita ketahui bahwa epidemiologi yang ditujukan pada aspek orang dalam hal
penyakit, ketidakmampuan, cedera, dan kematian. Studi epidemiologi umumnya berfokus pada
beberapa karakteristik demografi utama dari aspek manusia yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnik, status
perkawinan, pekerjaan, dan lain-lain.
Usia
Variabel usia merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan rate mortalitas yang
dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan usia. Usia termasuk variabel penting dalam
mempelajari suatu masalah kesehatan karena:
1. Ada kaitannya dengan daya tahan tubuh
Pada umumnya daya tahan tubuh orang dewasa lebih kuat daripada bayi dan anak-anak.
2. Ada kaitannya dengan ancaman terhadap kesehatan
Orang dewasa yang karena pekerjaannya ada kemungkinan menghadapi ancaman penyakit lebih
berat dari pada ank-anak.
3. Ada kaitannya dengan kebiasaan hidup
Dibandingkan anak-anak, orang dewasa yang karena kebiasaan hidupnya ada kemungkinan
terkena penyakit akibat kesalahan kebiasaan hidup tersebut.
Adanya perbedaan penyebaran penyakit di setiap kelompok usia disebabkan oleh:
1. Adanya faktor tertentu pada kelompok usia tersebut yang menyebabkan mereka mudah
terserang. Misalnya, campak pada anak-anak. Kesimpulannnya anak-anak tidak mempunyai
kekebalan terhadap campak.
2. Adanya faktor tertentu pada kelompok usia lain yang menyebabkan mereka sulit terserang.
Misalnya campak jarang ditemkan pada orang dewasa. Kesimpulannnya orang dewasa
mempunyai kekebalan terhadap campak.
3. Adanya peristiwa tertentu yang pernah dialami oleh kelompok umur tertentu. Misalnya TBC paru
banyak ditemukan pada penduduk berumur 20 tahun ke atas. Kesimpulannya imunisasi BCG baru
berjalan baik sejak 20 tahun yang lalu.
Jenis Kelamin
Hubungan Penyakit Dengan Jenis Kelamin
Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan,
tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Hal ini
antara lain disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, kesadaran berobat, perbedaan
kemampuan atau kriteria diagnostik beberapa penyakit, genetika atau kondisi fisiologis. Penyakit-
penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki antara lain:
1. Tireotoksikosis
2. Diabetes mellitus
3. Obesitas
4. Kolesisitis
5. Rematoid artritis
Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang perempuan, yaitu penyakit yang
berkaitan dengan organ tubuh perempuan seperti karsinoma uterus, karsinoma mamae, karsinoam
serviks, kista ovarii, dan adneksitis. Penyakit-penyakit yang lebih banyak menyerang laki-laki
daripada perempuan antara lain:
1. Penyakit jantung coroner
2. Infark miokard
3. Karsinoma paru
4. Hernia inguinalis
Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang laki-laki seperti karsinoma penis, orsitis,
hipertrofi prostat, dan karsinoma prostat.
Suku Bangsa
Suku bangsa atau golongan etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu populasi yang memiliki
kebiasaan atau sifat biologis yang sama. Walaupun klasifikasi penyakit berdasarkan suku bangsa sulit
dilakukan baik secara praktis maupun secara konseptual, tetapi karena terdapat perbedaan yang
besar dalam frekuensi dan beratnya penyakit diantara suku bangsa maka dibuat klasifikasi walaupun
kontroversi. Pada umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku bangsa berkaitan dengan
faktor genetik atau faktor lingkungan, misalnya:
a. Penyakit sickle cell anemia
b. Hemofilia
c. Kelainan biokimia sperti glukosa 6 fosfatase
d. Karsinoma lambung
Disamping ketiga fakor yang telah diuraikan di atas terdapat pula faktor-faktor lain yang berkaitan
dengan variabel “orang”, yaitu:
a. Sosial ekonomi
b. Budaya/agama
c. Pekerjaan
d. Status marital
e. Golongan darah
f. Infeksi alamiah
g. Kepribadian
Sosial ekonomi
Terdapatnya perbedaan penyebaran masalah kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor:
1. Perbedaan kemampuan ekonomi dalam mencegah atau mengobati penyakit.
2. Perbedaan sikap hidup dan perilaku yang dimiliki.
Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi frekuensi distribusi penyakit
tertentu, misalnya TBC, infeksi akut gastrointestinal, ISPA, anemia, melnutrisi, dan penyakit parasit
yang banyak terdapat pada penduduk golongan sosial ekonomi rendah. Penyakit jantung koroner,
hipertensi, obesitas, kadar kolesterol tinggi, dan infark miokard yang banyak terdapat pada
penduduk golongan sosial ekonomi yang tinggi.
Budaya/agama
Dalam beberapa hal terdapat hubungan antara kebudayaan masyarakat atau agama dengan
frekuensi penyakit tertentu, misalnya:
1. Balanitis, karsnoam penis banyak terdapat pada orang yang tidak melakukan sirkumsisi disertai
dengan higiene perorangan yang jelek.
2. Trisinensis jarang terdapat pada orang Islam dan orang Yahudi karena mereka tidak memakan
babi.
3. Kelainan fungsi hati jarang ditemukan pada pemeluk agama islam karena ajaran agama islam
tidak membenarkan meminum alkohol.
Pekerjaan
Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan distirbusi penyakit. Hal ini
disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan dengan berbagai suasana dan
lingkungan yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang berhubungan dengan bahan fisika, panas, bising,
dan kimia seperti pekerja pabrik asbes yang banyak menderita karsinoma paru dan gastrointestinal
serta mesotelioma, sedangkan fibrosis paru banyak terdapat pada pekerja yang terpapar oleh silikon
bebas, atau zat radioaktif seperti petugas di bagian radiologi dan kedokteran nuklir.
Pekerja di bidang pertambangan, konstruksi bangunan atau pertanian, dan pengemudi kendaraan
bermotor mempunyai risiko yang lebih beasr untuk mengalami trauma atau kecelakaan
dibandingkan dengan pekerja kantor.
Pada dasarnya hubungan antara pekerjaan dengan masalah kesehatan disebabkan oleh:
1. Adanya risiko pekerjaan
Setiap pekerjaan mempunyai risiko tertentu dan karena itulah macam penyakit yang
dideritanya akan berbeda pula. Misalnya buruh berisiko lebih besar terkena penyakit silikosis.
2. Adanya seleksi alamiah dalam memilih pekerjaan
Seseorang yang betrubuh lemah secara naluriah menghindari macam pekerjaan fisik yang
berat, demikian sebaliknya yang bertubuh kuat.
3. Adanya perbedaan status sosial ekonomi
Perbedaan pekerjaan menyebabkan perbedaan status sosial ekonomi sehigga menyebabkan
perbedaan penyakit yang dideritanya.
Status Marital
Adanya hubungan antara status marital dengan frekuensi distribusi morbiditas telah lama
diketahui, tetapi penyebab pastinya belum diketahui. Ada yang berpendapat bahwa hubungan status
marital dengan morbiditas dikaitkan dengan faktor psikis, emosional, dan hormonal atau berkaitan
dengan kehidupan seksual, kehamilan, melahirkan, dan laktasi.
Lebih banyak ditemukan pada perempuan yang tidak menikah dibandingkan dengan perempuan
yang menikah, sebaliknya karsinom serviks lebih banyak ditemukan pada perempuan yang menikah
daripada yang tidak menikah atau menikah pada usia yang sangat muda atau sering berganti
pasangan. Kehamilan dan persalinan merupakan merupakan faktor risiko terjadinya eklamsia dan
praeklamsia yang dapat menyebabkan kematian ibu. Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup
tinggi dibandingkan dengan negara lain.
2. Time (Waktu)
Variabel waktu merupakan faktor kedua yang harus diperhatikan ketika melakukan analisis
morbiditas dalam studi epideiologi karena pencatatan dan laporan insidensi dan prevalensi penyakit
selalu didasarkan waktu, apakah mingguan, bulanan atau tahunan.
Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi karena didasarkan
pada kejadian yang nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau estimasi. Selain itu dengan
pencatatan dan laporan morbiditas dapat diketahui adanya perubahan-perubahan insidensi dan
prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan
penanggulangan masalah kesehatan.
Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui hubungan antara
waktu dan insiden penyakit atau fenomena lain, misalnya penyebaran penyakit saluran pernapasan
yang terjadi pada waktu malam hari karena terjadinya perubahan kelembaban udara atau
kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar terjadi pada waktu malam hari.
Pengetahuan tentang penyebaran masalah kesehatan menurut waktu akan membantu dalam
memahami:
1. Kecepatan perjalanan penyakit
Apabila suatu penyakit dalam waktu yang singkat menyebar dengan pesat, berarti perjalanan
penyakit tersebut berlangsung cepat.
2. Lama terjangkitnya suatu penyakit
Lama terjangkitnya suatu penyakit dapat pula diketahui dari penyebaran penyakit menurut
waktu, yakni dengan memanfaatkan keterangan tentang waktu terjangkitnya penyakit dan
keterangan tentang waktu lenyapnya penyakit tersebut.
Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
Variasi Berkala
1. Kecendrungan sekuler (secular trend)
Kecendrungan sekuler ialah terjadinya perubahan penyakit atau KLB dalam waktu
yang lama. Lamanya waktu dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa.
Kecendrungan sekuler dapat terjadi pada penyakit menular maupun penyakit infeksi
nonmenular. Misalnya, terjadinya pergeseran pola penyakit menular ke penyakit yang
tidak menular yang terjadi di negara maju pada beberapa dasawarsa terakhir.
Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam penilaian
keberhasilan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecendrungan sekuler
juga dapat digunakan unuk mengetahui perubahan yang terjadi pada mortalitas.
Dalam mempelajari kecendrungan sekuler tentang mortalitas, harus dikaitkan
dengan sejauh mana perubahan insiden dan sejauh mana perubahan
tersebut menggambarkan kelangsungan hidup penderita.
Angka kematian akan sejalan dengan angka insiden (insidence rate) pada penyakit
yang fatal dan bila kematian terjadi tidak lama setelah diagnosis, misalnya karsinoma
paru-paru, karena memenuhi kriteria di atas.
2. Variasi siklik
Variasi siklik ialah terulangnya kejadian penyakit setelah beberapa tahun,
tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya epidemi campak biasanya berulang setelah
2-3 tahun kemudian. Variasi siklik biasanya terjadi pada penyakit menular karena penyakit
noninfeksi tidak mempunyai variasi siklik.
3. Variasi musim
Variasi musim ialah terulangnya perubahan frekuensi insidensi dan prevalensi
penyakit yang terjadi dalam 1 tahun. Dalam mempelajari morbiditas dan mortalitas,
variasi musim merupakan salah satu hal yang sangat penting karena siklus penyakit terjadi
sesuai dengan perubahan musim dan berulang setiap tahun.
Variasi musim sangat penting dalam menganalisis data epidemiologi tentang
kejadian luar biasa untuk menentukan peningkatan insidensi suatu penyakit yang
diakibatkan variasi musim atau memang terjadinya epidemi. Bila adanya variasi musim
tidak diperhatikan, kita dapat menarik kesimpulan yang salah tentang timbulnya KLB.
Disamping itu, pengetahuan tentang variasi musim juga dibutuhkan pada penelitian
epidemiologi karena penelitian yang dilakukan pada musim yang berbeda akan
menghasilkan frekuensi distribusi penyakit yang berbeda pula. Penyakit-penyakit yang
mempunyai variasi musim antara lain: diare, influenza, dan tifus abdominalis.
Beberapa ahli memasukkan variasi musim ke dalam variasi siklik karena terjadinya
berulang, tetapi di sini dipisahkan karena pada variasi musim, terulangnya perubahan
insidensi penyakit dalam waktu yang pendek sesuai dengan perubahan musim,
sedangkan pada variasi siklik fluktuasi perubahan insiden penyakit terjadi lebih lama yaitu
suatu penyakit dapat terulang 1 atau 2 tahun sekali.
4. Variasi random
Variasi random diartikan sebagai terjadinya epidemi yang tidak dapat diramalkan
sebelumnya, misalnya epidemi yang terjadi karena adanya bencana alam seperti banjir
dan gempa bumi.
3. Place (Tempat)
Variabel tempat merupakan salah satu variabel penting dalam epidemiologi deskriptif karena
pengetahuan tentang tempat atau lokasi KLB atau lokasi penyakit- penyakit endemis sangat
dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran berbagai penyakit di suatu
wilayah sehingga dari keterangan yang diperoleh akan diketahui:
Jumlah dan jenis masalah kesehatan yang ditemukan di suatu daerah.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan di suatu daerah.
Keterangan tentang faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan di suatu daerah.
Geografis
Ditentukan berdasarkan alamiah, administratif atau fisik, institusi, dan instansi. Dengan
batas alamiah dapat dibedakan negara yang beriklim tropis, subtropis, dan negara dengan
empat musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan tersebut mengakibatkan
perbedaan dalam pola penyakit baik distribusi frekuensi penyakit maupun jenis penyakit. Dari
batas administratif dapat ditentukan batas propinsi, kabupaten, kecamatan atau desa dengan
sungai, jalan kereta api, jembatan dan lainnya sebagai batas fisik.
Batas institusi
Dapat berupa industri, sekolah atau kantor, dan lainnya sesuai dengan timbulnya masalah
kesehatan.
Masalah kesehatan dapat menyebar ke beberapa negara. Masuk atau tidaknya suatu penyakit ke
suatu negara dipengaruhi oleh faktor:
1. Keadaan geografis negara tersebut dalam arti apakah ditemukan keadaan-keadaan geografis
tertentu yang menyebabkan suatu penyakit dapat terjangkit atau tidak di negara tersebut.
2. Hubungan komunikasi yang dimiliki, dalam arti apakah letak negara tersebut berdekatan
dengan negara yang terjangkit penyakit, bagaiman sistem transportasi antar negara,
hubungan antar penduduk, apakah egara tersebut terbuka untuk penduduk yang berkunjung
dan menetap, dsb.
3. Peraturan perundangan yang berlaku, khususnya dalam bidang kesehatan.
Mengukur kejadian penyakit, cacad ataupun kematian pada populasi. Merupakan dasar dari
epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati diukur dengan menggunakan Prevalens dan
Incidens. Ukuran-ukuran frekuensi penyakit menggambarkan karakteristik kejadian (“occurrence”) suatu
penyakit atau masalah kesehatan didalam populasi.
Ukuran frekuensi penyakit : Mengukur kejadian penyakit, cacad ataupun kematian pada populasi.
Merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati diukur dengan
menggunakan Prevalens dan Incidens
Ukuran dari akibat pemaparan : Mengukur keeratan hubungan statistik antara faktor tertentu dengan
kejadian penyakit yang diduga merupakan akibat pemaparan tersebut. Hubungan antara pemaparan
dan akibatnya diukur dengan menggunakanRelative Risk atau Odds Ratio
Ukuran dari potensi dampak : Menggambarkan kontribusi dari faktor yang diteliti terhadap kejadian
suatu penyakit dalam populasi tertentu. Ukuran yang digunakan adalah Attributable Risk
Percent dan Population Attributable Risk. Ukuran ini berguna untuk
meramalkan efficacy atau effectiveness suatu pengobatan dan strategi intervensi pada populasi
tertentu.
Untuk mengukur frekuensi kejadian penyakit pada suatu populasi, digunakan salah satu dari tiga bentuk
pecahan, yaitu
Proporsi
Ratio
Rate
1. Proporsi adalah bentuk pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebutnya. Bentuk
ini sering dinyatakan dalam persen, yaitu dengan mengalikan pecahan ini dengan 100% .
Ciri dari Proporsi:
1. Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari pembilang dan penyebutnya sama,
sehingga saling meniadakan.
2. Nilainya antara 0 dan 1
2. Ratio adalah pecahan yang pembilangnya bukan merupakan bagian dari penyebutnya. Ini yang
membedakannya dengan proporsi. Ratio menyatakan hubungan antara pembilang dan penyebut
yang berbeda satu dengan yang lain.
Ada dua jenis ratio:
1) Ratio yang mempunyai satuan, misalnya
a. Jumlah dokter per 100.000 penduduk
b. Jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran hidup.
2) Ratio yang tidak mempunyai satuan oleh karena pembilang dan penyebutnya mempunyai satuan
yang sama, misalnya
Ratio antara satu proporsi dengan proporsi lain atau ratio antara satu rate dengan rate yang lain,
contohnya Relative Risk dan Odds Ratio
3. Rate merupakan konsep yang lebih kompleks dibandingkan dengan dua bentuk pecahan yang
terdahulu. Rate yang sesunguhnya merupakan kemampuan berubah suatu kuantitas bila terjadi
perubahan pada kuantitas lain. Kuantitas lain yang digunakan sebagai patokan ini biasanya adalah
kuantitas waktu. Bentuk ukuran ini sering dicampur adukkan penggunaannya dengan proporsi.
Ciri dari Rate:
a. Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu
b. Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya terbentang antara 0 sampai tak terhingga.