Anda di halaman 1dari 16

MODUL DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI

(KSM233)

MODUL PERTEMUAN KE-2


SEJARAH EPIDEMIOLOGI

DISUSUN OLEH
Ira Marti Ayu, S.K.M.,M.Epid

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
SEJARAH EPIDEMIOLOGI

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu Menguraikan
tentang sejarah epidemiologi

B. Uraian dan Contoh


Perkembangan sejarah epidemiologi berlangsung hampir 400 tahun dan
masih terus berkembang hingga saat ini.
a) Pada zaman dahulu
Epidemiologi dalam pengertiannya dewasa ini ,merupakan ilmu yang
relatif baru. Namun, demikian, sejarah epidemiologi tidak dapat
dipisahkan dengan masa ketika manusia mengenal penyakit menular.
Walaupun pada saat itu sumber dan penyebab penyakit masih dianggap
berasal dari kekuatan gaib dan roh jahat, tetapi cukup banyak usaha
pada zaman purba yang dapat dianggap sebagai usaha untuk melawan
epidemi.

b) Hippocrates (kira-kira sebelum 400 sebelum masehi)


Hipokrates (460-377SM) saat menyaksikan pasiennya meninggal,
pasti merasa frustasi dan putus asa sebagai seorang dokter. Hipocrates
dikenal dengan bapak kedokteran.
Kontribusi Hippocrates pada bidang kesehatan masyarakat memang
penting karena ia adalah ahli epidemiologi yang tercatat pertama
kalinya. Observasinya tentang penyebab dan penyebaran penyakit di
populasi dalam beberapa hal ternyata lebih akurat dibandingkan dengan
beberapa observasinya tentang pengobatan medis terhadap penyakit.
Pikiran-pikirannya dituliskan dalam 3 buah buku : Epidemic I, Epidemic
II, dan On Airs, Waters, and Place.
 Diajukan konsep tentang hubungan penyakit dengan faktor tempat
(geografi), penyediaan air, iklim, kebiasaan makan dan perumahan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
 Memperkenalkan konsep epidemi dan endemi
 Hiprocrates mengatakan postulatnya bahwa ada tubuh manusia
tersusun atas 4 jenis cairan yaitu phlegm, blood (darah), yellow bile
(empedu kuning), and black bile (empedu hitam).
 Ketidakseimbangan antara keempat faktor ini yang menyebabkan
timbulnya penyakit
 Konsep ini dipengaruhi oleh pikiran Greek

c) Galen (129-199) Galen-Teori Miasma


 Ahli bedah tentara RomawiThe Father of Experimental Physiology
 Miasma partikel yang ada dalam udara
 Miasma yang buruk (seperti penguapan dari sampah, air yang macet,
pembusukan binatang) dipikirkan sebagai penyebab penyakit
 Mengajukan konsep bahwa status kesehatan berkaitan dengan
temperament
 Penyakit berhubungan dengan personality type dan life style factors

d) Teori Kontagious
Seseorang dapat tertular penyakit jika ada kontak dengan penderita
- Veronese Fracastorius (1483-1553)penyakit ditularkan dari orang ke
orang melalui partikel yang sangat kecil
- Thomas Sydenham (1624-1689)walaupun lulusan Oxford medical
school, tidak langsung mempraktikkan ilmunya; ia masuk angkatan
militer dan memegang jabatan sebagai administrator kampus. Saat
bergabung dengan all Souls College, ia berkenalan dengan Robert
Boyle, seorang rekan yang membuat Sydenham tertarik pada penyakit
dan epidemi. Sydenham kemudian berupaya untuk mendapatkan izin
praktiknya dan mengutarakan pentingnya pendekatan empiris yang kuat
di bidang kedokteran dan observasi yang cermat terhadap penyakit.
Sydenham mempublikasikan hasil observasinya dalam sebuah buku di
tahun 1676 dengan judul Observational Medicae.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
Salah satu karya terbesar Sydenham adalah klasifikasi demam
yang menyerang London di tahun 1660-1n dan 1670-an. Dr
Sydenham mengelompokkan tiga tingkatan atau kelas demam
(kontinyu, intermitten dan smallpox. Sydenham dikatakan English
Hipocrates karena pernyataannya menghidupkan kembali konsep
Hipocrates di tanah Inggris dan menambahkan pentingnya merinci
konsep faktor lingkungan (atmosfer) dari Hipocrates

e) Antonie van Leeuwenhoek (1632-1723)


 Warga negara Belanda
 Ilmuwan amatir yang menemukan mikroskop, penemu bakteri dan
parasit (1674) dan penemu spermatozoa (1677)

f) John Graunt (1662)


Perkembangan sistem untuk mengumpulkan penyebab kematian
berdasarkan populasi merupakan kunci perkembangan dari epidemiologi.
Penghitungan tanggal kematian berawal dari merajalelanya “black death”
atau wabah pes, ketika pada abad 14 dan 15 pejabat di Florence dan
Venesia mulai mencatat jumlah orang yang meninggal, penyebab
kematian, seperti pes atau tidak.
Di Inggris, pengumpulan sertifikat kematian dimulai di paroki-
paroki yang terpilih pada tahun 1592. Namun, baru pada pertengahan abad
ke-17 hal seperti ini mulai dilakukan dengan cara epidemiogi oleh seorang
penjual pakaian bernama John Grant (haberdasher) yang secara
intelektual ingin tahu. Graunt menghitung statisik kematian dan membuat
interpretasi berdasarkan perhitungan ini dalam publikasinya yang berjudul
Natural And Political Observations Mentioned In A Following Index And
Made Upon The Bills Of Mortality (1662).
Diantara banyak pengamatannya, Graunt mencatat perbedaan
kematian berdasarkan regional, angka kematian yang tinggi pada
anak-anak (sepertiga dari populasi meninggal sebelum berusia 5 tahun),

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
dan kematian yang lebih besar pada laki-laki dibandingkan
perempuan meskipun angka kunjungan ke dokter lebih tinggi pada
perempuan (dan fenomena ini masih ada sampai saat ini). Graunt mencatat
bahwa lebih banyak anak laki-laki yang lahir dibandingkan anak
perempuan.
Ini merupakan kontribusi besar pertama dalam hal pemeliharaan
catatan tentang suatu populasi dan merupakan awal aspek data statistik
vital di bidang epidemiologi. Graunt merupakan orang yang pertama
melakukan kuantifikasi atas kejadian kematian dan kesakitan.

g) James Lind (1753)


Lind adalah seorang ahli bedah yang jeli, menyadari bahwa ketika
berada dalam pelayaran yang panjang pelaut mungkin akan menderita
sakit akibat skorbut (kekurangan vitamin C). Ia menyadari bahwa skorbut
mulai menyebar setelah empat minggu sampai enam minggu berlayar.
Ketika Lind mulai mengamati makanan pelaut, ia mulai membuat
terobosan epidemiologi terbesarnya.
Menurut pengamatannya, makanan selama pelayaran sangat kasar,
kental, dan keras untuk saluran pencernaan. Karena prihatin dengan
tingkat keparahan penyakit yang dialami oleh sebagian besar pelaut.
Kemudian Lind melakukan eksperimen pada pelaut tersebut. Ia memilih
12 penderita yang mengalami semua gejala klasik penyakit skorbut. Begitu
selesai mengkaji makanan harian yang dikonsumsi pelaut tersebut, ia
membagi mereka ke dalam 6 kelompok beranggota dua orang dan
memverifikasi makanan setiap kelompok.
Dua pelaut diberi dua buah orange dan satu lemon setiap hari.
Keduanya makan dengan rakus, meskipun dengan perut yang kosong.
Pengaruh baik yang paling jelas dan tiba-tiba, terlihat pada mereka yang
mengkonsumsi orange dan lemon. Dalam enam hari, kedua orang yang
makan jeruk tersebut sudah siap bertugas. Sementara lainnya masih
mengalami sariawan, bercak-bercak, kelesuan, dan lemah lutut. Semua

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
gejala tersebut lenyap pada kedua orang yang memakan jeruk dan mereka
diminta untuk merawat lainnya yang masih sakit. Menurut observasi Dr.
Lind, dari semua eksperimen yang dilakukannya, eksperimen dengan
orange dan lemon merupakan obat yang paling efektif untuk skorbut yang
terjadi dalam pelayaran. Berkaitan dengan eksperimen yang dilakukannya
Lind dikenal dengan Bapak Trial Klinik.

h) Benjamin Jetsy (pertengahan tahun 1700-an)


Benjamin Jesty, Seorang petani/ peternak susu di pertengahan tahun
pada pertengahan tahun 1700-an. Benjamin Jetsy tinggal di Yetminster dan
kemudian pindah ke Downshay (Inggris). Pada tahun 1774, penyakit
smallpox (cacar) terjadi di Inggris. Jetsy memiliki dua orang pekerja
pemerah susu sapi, Ann Notley and Mary Read, dimana keduanya
mengujungi saudara laki-laki dan keponakannya yang terkena smallpox.
Keduanya tidak ada yang tertular penyakit meskipun sudah kontak dekat
dengan penderita. Hal ini karena keduanya sudah terinfeksi oleh cowpox
(cacar sapi)
Jetsy mengetahui bahwa tetangganya Tn. Elford dari Chittenhall
memiliki beberapa sapi yang terkena cowpox. Kemudian dia membawa
istri dan kedua putranya, Robert usia 2 tahun dan Benyamin 3 tahub ke
peternakan Tuan Elford. Dengan menggunakan jarum rajut istrinya, Jetsy
mengambil bekas cacar yang ada di sapi dengan jarum tersebut lalu
menggoreskan bekas cacar tersebut di salah satu lengan diatas siku
putranya dan pada istrinya juga tepatnya di bawah siku. Jetsy sendiri tidak
melakukan hal yang sama karena dia sudah pernah terkena cacar sapi dan
yakin bahwa dia sudah terlindungi. Putra-putranya memberikan reaksi
lokal karena goresan tersebut dan lengan istrinya mengalami inflamasi.
Tetapi semua selamat dari percobaan tersebut dan terhindar dari penyakit
cacar.
Ringkasnya, Benjamin Jetsy, mengamati perlindungan yang diberikan
kepada pemerah susu yang diperoleh dari cacar sapi, kemudian ia

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
menginokulasikan istri dan putra-putranya dengan bahan dari cacar sapi.
Karena metode ini berhasil akhirnya ia menggunakan teknik ini kepada
orang lain.
Metode yang dikembangkan oleh Benjamin jetsy menjadi dasar bagi
Edward Jenner dalam menemukan vaksin cacar.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
i) John Snow (1813-1858)
Snow hidup di abad ke-19 dan
dikenal sebagai ahli anestesi
yang memberikan klorofom
kepada Ratu Victoris selama
proses persalinan. Namun cinta
sejati Snow adalah epidemiologi
kolera, suatu penyakit yang
merupakan masalah paling
utama di Inggris pada
pertengahan abad 19.

Pada minggu pertama bulan September 1854, diperkirakan 600 orang


yang tinggal di beberapa blok di Broad Street pump di London meninggal
karena kolera. Pada saat itu William Farr menjabat sebagai Jendral
pencatatan. Snow dan Farr memiliki perbedaan pendapat tentang penyebab
kolera. Farr menyatakan kalau penyebab kolera disebut dengan teori
miasa. Teori ini mneyatakan bahwa penyakit ditularkan oleh miasma atau
awan, yang menempel rendah pada permukaan bumi. Menurut teori ini,
yang biasa. Sehingga orang-orang yang tidnaggal di dataran rendah akan
berisiko lebih besar tertular penyakit karena awan tersebut dibandingkan
orang yang tinggal di tempat yang tinggi.
Farr mengumpulkan data untuk mendukung hipotesisnya. Data ini
cukup konsisten dengan hipotesisnya: yaitu semakin rendah ketinggian,
semakin tinggi tingkat kematian dari kolera. Snow tidak setuju dengan
penemuan Farr. Snow percaya bahwa kolera ditularkan melalui air yang
terkontaminasi. Di London pada waktu itu, air diperoleh dengan
mendaftar di salah satu perusahaan penyedia air. Asupan air untuk
perusahaan air minum sangat banyak berasal dari Sungai Thames yang
sudah tercemar. Pada saat itu, salah satu perusahaan, Lambeth Company,
karena alasan teknis, yang tidak berhubungan dengan kesehatan,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
menggesernya asupan air ke hulu Sungai Thames dimana bagian hulu
dianggap tingkat tercemarnya lebih sedikit. Sementara itu perusahaan
lainnya tidak melakukan memindahkan asupan airnya seperti Lambeth
Company. Alasan Snow berdasarkan hipotesisnya bahwa air yang
terkontaminasi tersebutlah yang menyebabkan kolera. Angka kematian
karena kolera lebih rendah pada orang-orang yang mendapatkan supply air
dari Lambeth Company dibandingkan perusahaan lainnya.
Dia melakukan yang disebut dengan “shoe-leather epidemiology” yang
artinya mengunjungi rumah ke rumah, menghitung semua kematian karena
kolera di masing-masing rumah, dan menetukan perusahaan penyedia air
di masing-masing rumah.
Dr snow meneliti penyakit kolera disepanjang karir medisnya. Dari
penelitiannya ia mengembangkan metodologi epidemiologi yang logis dan
berguna. Ia mengobeservasi dan mencatat faktor-faktor penting yang
berkaitan dengan perjalanan penyakit, penyebab, penularan dan sumber
kolera. Ia melakukan dua penelitian yang berkaitan tentang Kejadian Luar
Biasa Kolera (KLB) kolera yang terjadi di distrik SoHo London dalam
daerah Broad street. Ia juga meneliti epidemi kolera dengan
memperbandingkan angka kematian akibat kolera berdasarkan sumber air
dari dua perusahaan air yang berbeda di London. Dalam analisis masalah
penyakit kolera menggunakan pendekatan epidemiologi dengan
menganalisis faktor tempat, orang dan waktu. John Snow dianggap Father
of Epidemiology.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
j) William Farr (1800)
Sudah hampir dua abad
sejak observasi John Graunt,
Parlemen Inggris menciptakan
sistem registrasi terpusat untuk
informasi kelahiran, kematian,
dan pernikahan. Pada tahun 1839,
William Farr ditunjuk untuk
menjadi kepala cabang di
kantornya yang terlibat dengan
statistik.

Selama masa jabatannya, Farr mendirikan sistem registrasi


nasional untuk pengumpulan, klasifikasi, analisis dan pelaporan statistik
kematian, sehingga dianggap sebagai bapak statistik vital modern dan
surveilans, mengembangkan banyak praktik dasar yang digunakan saat ini
dalam statistik vital dan klasifikasi penyakit.
William Farr membuat banyak kemajuan dalam Epidemiologi
lapangan di pertengahan tahun 1800. Saat ini dia dianggap sebagai penemu
Epidemiology Modern ,

k) Teori Germ (kuman)abad 17


Gagasan agent hidup sebagai penyebab penyakit telah ada sejak
zaman kuno. Contohnya, penyair Romawi Lucretius (sekitar 100 SM)
merujuk pada benih penyakit yang berpindah dari individu yang sehat ke
orang sakit dalam puisi De Rerum Natura. Namun Teori kuman yang
meyakinkan pertama kali dipresentasikan oleh Girolamo Fracastoro pada
1546 (Saracci, 2001).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
Terlepas dari teori penularan awal, teori epidemi yang berlaku di
abad 19 diungkapkan dengan istilah „„spontaneous generation‟‟ and
„„miasma atmospheres.‟‟ Cara berpikir ini mulai berubah di abad
pertengahan tahun 1840 ketika Jakob Henle (1809-1885) menyajikan
dalam bukunya tentang “the contagium animatum” yang mana ia berteori
bahwa suatu zat hidup berkembang biak di dalam tubuh dimana
dikeluarkan oleh individu yang sakit dan dipindahkan ke individu yang
sehat.
Di era yang sama, John Snow secara independen mengembangkan
ide yang sama tentang penularan, mendasarkan teorinya pada epidemiologi
dan patofisiologi kolera.
Ahli kimia Louis Pateur (1822-1859) pada akhirnya meletakkan
suatu doktrin dengan menggambarkan bahwa fermentasi dan pembusukan
organik dihasilkan oleh mikroorganisme. Pasteur juga yang pertama kali
mengisolasi agent yang bertanggung jawab untuk terjadinya epidemi (pada
ulat sutra tahun 1865), ditemukan bahwa septikemia disebabkan oleh
bakteri anaerob dan mengembangkan proses membunuh bakteri dengan
pemanasan yang disebut dengan pasteurisasi.
Robert Koch, murid dari Henle, (1843-1910) membuat terobosan
ketika memutuskan untuk mewarnai mikroba dengan pewarna, yang
memampukannya untuk memvisualisasikan mikroba yang menyebabkan
tuberkulosis pada tahun 1882 dan basil kolera tahun 1883. Sehingga
Robert Koch dikenal dengan penemu basil TB. Koch juga dikenal karena
postulat yang dikembangkannya pada tahun 1890 tentang cara menentukan
kapan mikroorganisme dapat dianggap sebagai suatu penyebab penyakit.
Sampai ditemukannya penularan arthropoda (insect borne) dari demam
sapi Texas, satu-satunya cara penularan yang diketahui untuk agen infeksi
adalah melalui air dan udara.
Pada tahun 1882, Daniel E. Salmon (1850-1914) menyadari bahwa
demam sapi Texas menghadirkan sesuatu yang tidak biasa — penyakit ini
bertahan di bawah garis geografis yang meluas melalui Amerika Serikat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
bagian selatan dan Meksiko dan tidak dibawa dari sapi ke sapi secara
langsung atau melalui atmosfer. Menggunakan berbagai epidemiologi dan
metode laboratorium, ia dan tim pekerja di Departemen Pertanian A.S.
melakukan serangkaian percobaan yang menunjukkan penularan penyakit
melalui vektor.
Ini adalah demonstrasi pertama dari jaringan sebab-akibat (web of
causation) yang kompleks yang melibatkan agen (Babesia bigeminal)
ditransmisikan ke inang (host) mamalia (sapi) melalui vektor invertebrata
(kutu Boophilus angulatus). Penemuan vektor invertebrata untuk penyakit
lain (mis. malaria, demam kuning) kemudian ditemukan.

l) Ignaz Semmelweis dan Childbed Fever


Ignas Semmelweis
dilahirkan pada tahaun 1818 dan
mulai sebagai mahasiswa
hukum sampai ia meninggalkan
studinya untuk mengikuti
pelatihan medis. Spesialisasinya
adalah di bidang kebidanan dan
menjadi tertarik pada masalah
klinis dan kesehatan masyarakat
seperti demam nifas
(nifas=periode setelah
persalinan) .

Pada awal abad ke-19, demam anak adalah penyebab utama untuk
kematian pada wanita tak lama setelah melahirkan, dengan angka
kematian akibat demam nifas sebesar 25%. Banyak teori tentang penyebab
demam nifas yang populer saat itu, termasuk racun yang ada di atmosfer,
konstitusi epidemi pada beberapa wanita, udara busuk atau pengaruh
matahari dan magnet. Periode ini merupakan waktu berkembangnya

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
ketertarikan terhadap anatomi patologi. Karena penyebab demam nifas
masih menjadi misteri, ketertarikan yang besar muncul dalam mengaitkan
temuan pada otopsi wanita yang meninggal karena demam nifas dengan
manifestasi klinis yang merupakan ciri-ciri yang dialami wanita tersebut
setelah persalinannya.
Semmelweis ditugaskan di First Obstetrical Clinic di Allgemeine
Krankenhaus (Rumah sakit umum) di Vienna, Juli 1846. Pada waktu ada 2
klinik obstetrik, yang pertama dan kedua. Wanita hamil akan dirawat
karena akan bersalin di klinik pertama atau di klinik kedua secara
bergantian selama 24 jam. Staf di klinik pertama yaitu dokter dan
mahasiswa kedokteran dan klinik kedua adalah bidan. Dokter dan
mahasiswa kedokteran memulai harinya dengan melakukan autopsi pada
wanita yang meninggal karena demam nifas, kemudian melanjutkan untuk
memberikan perawatan klinis untuk wanita yang dirawat di Rumah Sakit
di Klinik Pertama untuk persalinan. Bidan yang bekerja di Klinik Kedua
tidak melakukan otopsi. Semmelweis terkesan dengan angka kematian
pada kedua klinik tersebut pada tahun 1842. Angka kematian di klinik
pertama 2 kali lebih tinggi dibandingkan klinik kedua.
Semmelweis menduga bahwa mortalitas lebih tinggi pada Klinik
Pertama daripada di Klinik Kedua karena para dokter dan mahasiswa
kedokteran setelah dari otopsi langsung memeriksa pasien yang akan
bersalin di klinik pertama. Banyak wanita dalam persalinan memiliki
beberapa pemeriksaan oleh dokter dan oleh mahasiswa kedokteran yang
belajar kebidanan. Seringkali pemeriksaan manual ini membuat trauma
(luka) pada jaringan vagina dan rahim. Semmelweis menyarankan bahwa
tangan dokter dan mahasiswa kedokteran mentransmisikan partikel
penyebab penyakit yang berasal dari mayat wanita yang akan melahirkan
sewaktu mereka melakukan autopsi.
Kecurigaannya dikonfirmasi pada tahun 1847 ketika teman dan
koleganya, Jakob Kolletschka, meninggal karena infeksi ketika ia secara
tidak sengaja tertusuk pisau saat melakukan otopsi dengan seorang

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
mahasiswa kedokteran. Otopsi pada Kolletschka menunjukkan patologi
yang sangat mirip dengan para wanita yang sekarat karena demam saat
melahirkan. Semmelweis menyimpulkan bahwa dokter dan mahasiswa
kedokteran membawa infeksi dari ruang otopsi kepada pasien di Klinik
Pertama dan ini merupakan penyebab tingginya angka kematian demam
anak di Klinik Pertama. Angka kematian di Klinik Kedua tetap rendah
karena bidan tidak ada kontak dengan ruang otopsi.
Semmelweis kemudian mengembangkan dan
mengimplementasikan kebijakan untuk dokter dan mahasiswa kedokteran
di Klinik pertama untuk mencegah demam nifas. Dia meminta dokter dan
mahasiswa kedokteran untuk mencuci tangan dan menyikat kuku setelah
selesai melakukan otopsi. Angka kematian di klinik pertama menuurun
dibandingkan dengan dengan klinik kedua pada tahun kedua. Ketika
Semmelweis kemudian digantikan oleh ahli obstetri yang tidak menganut
teori Semmelweis dan menghilangkan kebijakan cuci tangan, maka angka
kematian demam nifas meningkat kembali di klinik pertama.

m) Max van PatternkoferJerman


 Membuktikan jalan pikirannya dengan memakai dirinya sebagai
kelinci percobaan
 Menelan 1.00 cm3 kultur vibrio untuk menantang terori yang
sedang berkembang waktu itu yang menyatakan vibrio adalah
penyebab kolera
 Dia minum segelas air berisi basil kolera dan ternyata (kebetulan)
dia tidak jatuh sakitkemungkinan karena dosis yang
diminumnya terlalu kecil mengingat dibutuhkan jumlah vibrio
yang banyak untuk selamat dari keasaman lambung

n) Abad ke-19 dan 20


Pertengahan dan akhir abad 1800, metode epidemiologi mulai
diaplikasikan dalam investigasi kejadian penyakittetapi fokus pata

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
penyakit infeksi akut. Tahun 1930 dan 1940-anahli epidemiologi
memperluas metode ke penyakit non infeksi. Periode sejak terjadinya
perang dunia ke II sebagai suatu ledakan dalam perkembangan metode
penelitian dan dasar-dasaa teoritis epidemiologi. Epidemiologi
dikembangkan terhadap seluruh outcome yang berkaitan dengan
kesehatan, perilaku, bahkan pengetahuan dan sikap.
Studi Doll dan Hill yang menghubungkan merokok dengan kanker
paru dan studi penyakit kardiovaskular pada penduduk Framingham,
Massachusetts, merupakan dua contoh bagaimana peneliti perintis telah
menerapkan metode epidemiologi untuk penyakit kronis seja perang dunia
II.
Selama tahun 1960 dan awal 1970-an pekerja kesehatan
mengaplikasikan metode epidemiologik untuk mengeradikasi secara alami
kejadian smallpox di dunia

Latihan
Apakah perbedaan sejarah epiemiologi di awal sejarah dan sampai saat ini?

Jawaban
Diawal sejarah epidemiologi penyakit dianggap penyebabnya adalah kekuatan
gaib dan roh jahat, kemudian perkembang bahwa penyakit disebabkan oleh
mikroorganisme. Inilah menjadi dasar berkembangnya penyebab penyakit
menular. Kemudian epidemiologi juga berkembang ke penyakit yang non infeksi
seperti penyakit tidak menular.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
Daftar Pustaka
Aschengrau, Ann dan Seage, George R. 2014.USA : Jones & Barlett Learning
Beaglehole, R; Bonita, R; dan Kjellstrom.1997. Dasar-Dasar Epidemiologi.
Gadjah Mada University Press
Bustan, M Nadjib. 2012. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta
CDC. 2012. Principles of Epidemiology in Public Health Practice Third
Edition.
Gordis, Leon. 2009. Epidemiology 4th Edition. Philadelphia: Saunders
Elsevier
Kestenbaum, Bryan. 2009. Epidemiology and Biostatistic : An Introduction to
clinical research. New York : Springer
Noor, Nur Nasri. 2014. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta
Timrmreck, Thomas C, 2005, Epidemiologi, Suatu Pengantar, Jakarta: EGC

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai