MATA KULIAH
PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
( R E S U M E PERTEMUAN 1 – 5 )
DOSEN PENGAMPU :
BAMBANGN SUPRAPTONO,S.K.M, M.Kes
DI SUSUN OLEH :
SUMARMI
NIM : 20022018
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas Berkat dan
Rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan resume mata kuliah Penyakit Berbasis Lingkungan
sebagai syarat penugasan dengan tepat waktu.
Resume ini telah diselesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini. Diluar itu,
penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dalam resume ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu
dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.
Semoga resume yang sederhana ini dapat bermanfaat utk kita semua, terima
kasih.
Penulis
Resume Pertemuan 1
SEJARAH EPIDEMIOLOGI
Aristoteles (384-322 SM). Aristoteles adalah seorang filsuf dan ilmuwan Yunani, berasal
dari Stagira. Dia mengkompilasi dan memperluas karya para filsuf alam Yunani sebelumnya,
dan merumuskan hipotesis bahwa materi mati dapat ditransformasikan secara spontan oleh
alam menjadi binatang hidup, dan proses itu bisa terjadi di mana saja dalam kehidupan
sehari-hari. Teori itu disebut Generasi Spontan (―spontaneous generation‖, ―equivocal
generation‖, abiogenesis), yang bertolak belakang dengan teori ―univocal generation‖ (teori
reproduksi, biogenesis) bahwa kehidupan berasal dari reproduksi benda hidup. Sampai
duaratus tahun yang lampau sebagian ilmuwan klasik percaya kepada vitalisme, suatu
gagasan bahwa materi mati seperti kotoran, rumput mati, daging yang membusuk, memiliki
vitalitas di dalamnya, yang memungkinkan terciptanya kehidupan ―sederhana‖ secara
spontan (Genesis Park, 2001; Wikipedia, 2010aris). Setelah bertahan berabad-abad lamanya,
akhirnya hipotesis generasi spontan digerus oleh bukti empiris baru yang membuktikan
bahwa hipotesis itu salah. Pada abad ke 17 Francisco Redi melakukan eksperimen yang
memeragakan bahwa larva terjadi bukan dari daging, melainkan karena lalat yang meletakkan
telurnya di atas daging. Pada 1858 Rudolf Virchow memperkuat kesimpulan itu dalam
publikasi epigramnya berjudul ―Omnis cellula e cellula‖ ("setiap sel berasal dari sel lainnya
yang serupa‖). Pada 1860 Louis Pasteur melakukan sterilisasi nutrien dan menyimpannya ke
dalam botol bersegel, ternyata tidak terjadi kuman. Temuan itu memeragakan bahwa ―hanya
kehidupan yang bisa menghasilkan kehidupan‖ (omne vivum ex ovo‖), disebut hukum
biogenesis (Genesis Park, 2001; Wikipedia, 2010aris; Wikipedia, 2010rv).
Humoralisme. Humoralisme atau Humorisme adalah teori yang menjelaskan bahwa tubuh
manusia diisi atau dibentuk oleh empat bahan dasar yang disebut humor (cairan). Keempat
humor itu adalah empedu hitam, empedu kuning, flegma (lendir), dan darah. Dewasa ini sains
kedokteran modern memandang doktrin patologi humoral keliru. Meskipun demikian
keberadaan humoralisme dalam sejarah telah memberikan kontribusi dari kedokteran
berdasarkan tahayul menuju kedokteran modern. Sejak timbulnya teori humoral, para
ilmuwan kedokteran mulai mencari kausa biologis penyakit dan memberikan pengobatan
secara biologis ketimbang mencari solusinya pada ranah supernatural
Hippocrates (377-260 SM). Hippocrates adalah seorang filsuf dan dokter Yunani
pascaSocrates, yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern. Pandangan Hippocrates
tentang kausa penyakit dipengaruhi oleh filsafat Empat Elemen dan Humoralisme Yunani
kuno. Hippocrates mengemukakan teori ‗miasma‘, bahwa suatu materi bisa
mengkontaminasi udara dan jika materi itu memasuki tubuh manusia, maka akan terjadi
penyakit. Miasma atau miasmata berasal dari kata Yunani yang berarti something dirty
(sesuatu yang kotor) atau bad air‘ (udara buruk). Kontribusi Hippocrates untuk epidemiologi
tidak hanya berupa pemikiran tentang kausa penyakit tetapi juga riwayat alamiah sejumlah
penyakit. Dia mendeskripsikan perjalanan hepatitis akut pada bukunya About Diseases
ikterus akut dengan cepat menyebar…urine menunjukkan warna agak kemerahan…panas
tinggi, rasa tidak nyaman. Pasien meninggal dalam waktu 4 hingga 10 hari (Bannis &
Assocatiates, 2001; Grammaticos dan Diamantis, 2003).
Era Romawi. Temuan sejarah menunjukkan, pada abad ketiga, sekitar 800 tahun pasca
Hippocrates, orang-orang Romawi telah membuat cacah jiwa tentang kehidupan mereka.
Catatan kuantitatif cacah jiwa tersebut dapat dipandang merupakan prekursor tabel hidup (life
table) dalam bentuk yang paling primitif. Tabel hidup dalam arti yang sesungguhnya, yaitu
tabel yang berisi proporsi (probabilitas) orang untuk melangsungkan hidupnya pada tiap-tiap
umur, baru diciptakan 13 abad kemudian oleh John Graunt di Inggris (Rockett, 1999).
The Black Death .Pada abad ke 13-14 terjadi epidemi penyakit dengan mortalitas tinggi di
seluruh dunia, disebut The Black Death (penyakit sampar, pes, Bubonic plague). Penyakit
sampar atau pes disebabkan oleh Yersinia pestis yang menginfeksi rodensia (terutama tikus),
lalu menular ke manusia melalui gigitan kutu (flea). Penyakit sampar menyebabkan demam,
pembengkakan kelenjar limfe, dan bercak-bercak merah di kulit, sehingga wabah sampar
disebut Bubonic Plague bubo‘ artinya inflamasi dan pembengkaan kelenjar limfe. Secara
tradisi The Black Death diyakini disebabkan oleh salah satu dari tiga bentuk Yersinia pestis
(bubonik, pnemonik, dan spetikemik). Tetapi beberapa ilmuwan dewasa ini menduga,
penyakit itu disebabkan suatu virus yang menyerupai Ebola atau antraks. Menurut Profesor
Duncan, gejala The Black Death ditandai oleh demam mendadak, nyeri, perdarahan organ
dalam, dan efusi darah ke kulit yang menimbulkan bercak-bercak di kulit, khususnya sekitar
dada. Karena itu Duncan dan Scott menamai epidemi penyakit sampar ‗wabah hemoragis‘
(haemmorhagic plague), bukan Bubonic Plague yang lebih menonjolkan aspek pembesaran
kelenjar limfe. Hasil riset Scott dan Duncan dipublikasikan dalam buku ‗Biology of Plagues‘,
diterbitkan oleh Cambridge University Press (Connor, 2001; University of Liverpool, 2005).
Pandemi Cacar. Cacar merupakan sebuah penyakit menular yang menyebabkan manifestasi
klinis berat dan sangat fatal. Penyakit ini disebabkan oleh virus Variola major atau Variola
minor. Masa inkubasi sekitar 12 hari. Virus cacar menempatkan diri di dalam pembuluh
darah kecil di bawah kulit, mulut dan tenggorokan. Pada kulit penyakit ini menyebabkan
keropeng (ruam) berbentuk makulopapular, kemudian membentuk gelembung kulit berisi
cairan. Penderita cacar mengalami keropeng kulit, sehingga disebut ‗speckled monster‘
(monster bernoda). Setelah keberhasilan kampanye vaksinasi abad ke 19 dan 20, WHO
menyatakan terbasminya cacar pada 1979. Dewasa ini cacar merupakan satusatunya penyakit
infeksi pada manusia yang telah terbasmi penuh dari alam.
Edward Jenner (1749–1823). Edward Jenner adalah penemu metode pencegahan cacar yang
lebih aman, disebut vaksinasi. Prosedur vaksinasi kemudian diterapkan secara luas di Inggris
dan banyak negara lain. Meskipun mendapat pengakuan dan kehormatan di seluruh dunia,
Jenner tidak mencoba memperkaya diri dengan penemuannya. Dia dedikasikan waktunya
untuk meneliti vaksin cacar dan melayani vaksinasi gratis bagi orang miskin yang
dilakukannya pada gubuk ‗Temple of Vaccinia‘ di tempat praktik di kota kelahirannya
Berkeley. Dia meninggal 26 Januari 1823. Berangsur-angsur vaksinasi menggantikan
variolasi di Inggris dan dunia. Di India vaksinasi diperkenalkan pada 1802 oleh seorang
dokter, Jean de Carro, untuk menggantikan variolasi. Variolasi dilarang dilakukan di Inggris
pada 1840 (Riedel, 2005, BBC, 2010; The College of Physicians of Philadelphia, 2010). Pada
akhir abad ke 19 disadari bahwa vaksinasi tidak memberikan imunitas seumur hidup,
sehingga diperlukan revaksinasi.
Pandemi Kolera
Pada 1816-1826 terjadi pandemi pertama kolera di berbagai bagian dunia. Penyakit itu
menyerang korban dengan diare berat, muntah, sering kali berakibat fatal. Pandemi dimulai
di Bengal (India), lalu menyebar melintasi India tahun 1820.
Influenza Besar (1918 - 1919 ). Pada Maret 1918 hingga Juni 1920 terjadi pandemi luar
biasa yang disebut Influenza Besar (Flu Spanyol, The Great Influenza)
John Graunt (1620-1674). Graunt mempublikasikan karyanya dalam ―Natural and Political
Observations … Made upon the Bills of Mortality‖ pada 1662. Ahli epidemiologi
menggunakan tabel hidup untuk menghitung harapan hidup waktu lahir (life expectancy at
birth) sebagai salah satu indikator utama status kesehatan populasi. Tabel hidup juga
digunakan untuk menganalisis probabilitas kelangsungan hidup seorang pasien dengan suatu
diagnosis penyakit dengan atau tanpa pengobatan. Karena penemuannya yang signifikan di
bidang statistik vital, maka John Graunt disebut ―Columbus biostatistik‖(Rocket, 1999;
Saracci, 2010; Answers Corporation, 2010; Videojug, 2010).
Epidemiologi Modern
John Snow (1813-1858). Bersama dengan seorang dokter Inggris lainnya, William Farr, dan
seorang dokter Hungaria, Ignaz Semmelweis, John Snow dipandang sebagai pendiri
epidemiologi modern. Ketiga tokoh bersama-sama membawa epidemiologi dari ‗sekedar‘
berfungsi untuk mendeskripsi distribusi penyakit dan kematian pada populasi, menjadi
epidemiologi yang berfungsi untuk menganalisis dan menjelaskan kausa distribusi penyakit
dan kematian pada populasi. Kontribusi epidemiologis ketiga tokoh tersebut mencakup
konsep pengujian hipotesis, suatu metode ilmiah yang diperlukan untuk memajukan sains
apapun (Rockett, 1999; Wikipedia, 2010.
William Farr (1807-1883). Tahun 1839-1880 seorang dokter bernama William Farr
mendapat tugas sebagai Kepala Bagian Statistik pada General Register Office (Kantor
Registrasi Umum) di Inggris dan Wales. William Farr hidup sezaman dengan John Snow. Di
London waktu itu tengah dilanda epidemi kolera. Seperti halnya Snow, Farr melakukan
analisis data epidemi kolera. Dia mengemukakan teori bahwa epidemi disebabkan oleh
―miasma‖ yang artinya ―udara buruk‖. Farr mengemukakan ―hukum epidemi‖ (Farr‘s law
of epidemics) bahwa risiko kolera berhubungan terbalik dengan ketinggian. Penduduk yang
bermukim di tempat rendah (yaitu, tempat yang berkualitas udara lebih buruk) berisiko lebih
besar untuk terkena kolera (dan kematian karena kolera) daripada tempat tinggi (udara lebih
baik). Farr mengumpulkan data. Data menunjukkan terdapat korelasi kuat antara kejadian
kolera yang teramati dan diprediksi berdasarkan tingkat elevasi di atas Sungai Thames.
Teori Kuman (The Germ Theory, Pathogenic Theory of Medicine ) adalah teori yang
menyatakan bahwa beberapa penyakit tertentu disebabkan oleh invasi mikroorganisme ke
dalam tubuh. Abad ke 19 merupakan era kejayaan Teori Kuman di mana aneka penyakit yang
mendominasi rakyat berabad-abad lamanya diterangkan dan diperagakan oleh para ilmuwan
sebagai akibat dari mikroba.
Anton van Leeuwenhoek (1632-1723). Figur yang berjasa bagi kemanusiaan karena
menemukan mikroskop adalah Anton van Leeuwenhoek
Louis Pasteur (1822 – 1895). Louis Pasteur adalah ahli kimia dan mikrobiologi dari
Perancis, lahir di Dole. Dia dikenang karena terobosannya monumental di bidang kausa dan
pencegahan penyakit.
Robert Koch (1843-1910). Robert Koch adalah serorang ahli bakteriologi Jerman. Pada
1890 Robert Koch dan Friedrich Loeffler pada 1884 merancang empat kriteria untuk
menentukan hubungan kausal antara suatu mikroba kausal dan penyakit, disebut Postulat
Koch.
Ilya Ilyich Mechnikov (1845 – 1916). Ilya Ilyich Mechnikov adalah seorang ahli biologi,
zoologi, protozoologi, dan fisiologi Rusia, lahir di Ivanovka dekat Kharkoff, Rusia/ Ukraina
(Gambar 15). Mechnikov dikenal sebagai perintis riset sistem imun dan penerima Hadiah
Nobel bidang Kedokteran pada 1908 bersama dengan Paul Ehrlich untuk karyanya dalam
riset imunologi, khususnya penemuan fagositosis.
Pada pertengahan abad ke 20, morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi mengalami
penurunan signifikan di negara-negara Barat, khususnya di Amerika Serikat (AS) dan
Inggris. Tetapi masalah morbiditas dan mortalitas beralih ke penyakit kardiovaskuler.
epidemiologi penyakit kronis merupakan bidang baru riset pada pertengahan abad ke 20
(Richmond, 2006; Slomski, 2008; Framingham Heart Study, 2010).
Framingham Heart Study. Dengan latar belakang masalah meningkatnya kejadian penyakit
kronis, khususnya penyakit kardiovaskuler, Pemerintah AS cq US Public Health Service
menginstruksikan National Heart, Lung, and Blood Institute (pendahulu National Institute of
Health), untuk memulai suatu projek riset yang disebut Framingham Heart Study (FHS). FHS
merupakan sebuah studi kohor multi-generasi yang terlama dan paling komprehensif di dunia
yang dimulai tahun 1948 pada penduduk sebuah kota kecil dekat Boston, Massachussettes,
bernama Framingham.
Richard Doll (1912- 2004). Richard Doll, lengkapnya Sir William Richard Shaboe Doll,
adalah seorang dokter, ahli fisiologi, dan ahli epidemiologi terkemuka di Inggris. Pada 1981
Doll menerima penghargaan Edward Jenner Medal dari Royal Society of Medicine.
Penghargaan internasional meliputi Presidential Award dari New York Academy of Sciences,
dan United Nations Award dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), atas riset terkemuka
tentang kausa dan pengendalian kanker (Kinlen, 2005; Wikipedia, 2010bds).
Bradford Hill (1897-1991). Bradford Hill, lengkapnya Sir Austin Bradford Hill, adalah
seorang statistikawan kedokteran yang brilian, ahli epidemiologi, dan ahli kesehatan
masyarakat. Pada 1965 Hill mengemukakan ―kriteria Bradford Hill‖, yaitu sekelompok
kondisi untuk menentukan hubungan kausal. Daftar kriteria itu sebagai berikut: (1) Kekuatan
asosiasi; (2) Konsistensi; (3) Spesifisitas; (4) Hubungan temporal; (5) Gradien biologis
(hubungan dosis-respons); (6) Masuk akal secara biologis; (7) Koherensi; (8) Eksperimen;
(9) Analogi (pertimbangan tentang penjelasan alternatif).
Richard Peto (1943-). Richard Peto, lengkapnya Sir Richard Peto, adalah Profesor Statistik
Kedokteran dan Epidemiologi pada Universitas Oxford. Bersama dengan berbagai peneliti
lainnya, Peto mempublikasikan banyak sekali hasil riset tentang merokok dan kanker paru,
aneka kanker lainnya (kanker okupasi, kanker leher rahim, kanker payudara), efek
betakaroten dan radioterapi terhadap kanker, penyakit kardiovaskuler.
Epidemiologi Sosial
"epidemiologi sosial" itu sendiri baru diperkenalkan pertengahan abad ke20 oleh Alfred
Yankauer dalam artikel yang diterbitkan oleh American Sociological Review tahun 1950,
bertajuk "The relationship of fetal and infant mortality to residential segregation: an inquiry
into social epidemiology" (Krieger, 2001). Topik hangat lainnya dari epidemiologi sosial
adalah pengaruh modal sosial (social capital) terhadap kesehatan. Pengaruh modal sosial
terhadap kesehatan individu dapat diterangkan dengan Teori Budaya/ Perilaku maupun Teori
Materialis/ Strukturalis.
Epidemiologi Molekuler
Kata epidemiologi molekuler sesungguhnya telah digunakan untuk pertama kali pada 1973
oleh Kilbourne dalam artikel bertajuk The molecular epidemiology of influenza". Terma itu
kemudian dipopulerkan oleh buku Molecular Epidemiology: Principles and Practice" yang
ditulis Schulte and Perera. Intinya buku itu mengulas pentingnya untuk mengukur dan
mengekploitasi petanda (biomarker) sebagai alat ukur vital dalam upaya untuk memahami
mekanisme terjadinya penyakit pada populasi. Epidemiologi molekul dapat digunakan untuk
mempelajari efek interaksi lingkungan-gen terhadap terjadinya penyakit, karena memiliki
sejumlah kemampuan sebagai berikut (Schulte, dikutip Spitz dan Bondy, 2010): (1)
Mengidentifikasi peristiwa pada awal riwayat alamiah penyakit; (2) Mengidentifikasi dan
merekonstruksi dosis paparan; (3) Mengurangi misklasifikasi variabel; (5) Mengidentifikasi
mekanisme paparan-penyakit.
Life-Course Epidemiology
Tradisi kolaborasi antara para ahli epidemiologi dan ahli statistika makin kental mulai awal
abad ke-20. Statistik merupakan alat penting dalam epidemiologi (Clayton dan Hills, 1998).
Tetapi jika statistik sebagai alat dalam penelitian digunakan secara salah (misuse) atau
disalahgunakan (abuse), maka nilai dan kegunaan penelitian akan rusak.
Epidemiologi klinik
Epidemiologi tidak hanya bermanfaat untuk upaya peningkatan kesehatan masyarakat tetapi
juga berguna dalam praktik individual kedokteran klinis. Penerapan konsep dan metode-
metode yang logis dan kuantitatif dari epidemiologi untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam pelayanan klinis kepada pasien, baik masalah diagnostik, prognostik,
terapetik, maupun preventif, disebut epidemiologi klinik
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan
waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan
agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa
terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik (CDC, 2010c). Riwayat alamiah
penyakit merupakan salah satu elemen utama epidemiologi deskriptif (Bhopal, 2002, dikutip
Wikipedia, 2010).
Periode waktu sejak infeksi hingga terdeteksinya infeksi melalui tes laboratorium/ skrining
disebut “window period”. Waktu yang diperlukan mulai dari paparan agen kausal hingga
timbulnya manifestasi klinis disebut masa inkubasi (penyakit infeksi) atau masa laten
(penyakit kronis). Pada fase ini penyakit belum menampakkan tanda dan gejala klinis, disebut
penyakit subklinis (asimtomatis). Masa inkubasi bisa berlangsung dalam hitungan detik pada
reaksi toksik atau hipersentivitas. Penyakit penyerta yang mempengaruhi fungsi individu,
akibat penyakit, kelangsungan hidup, alias prognosis penyakit, disebut ko-morbiditas
(Mulholland, 2005). Contoh, TB dapat menjadi ko-morbiditas HIV/AIDS yang meningkatkan
risiko kematian karena AIDS pada wanita dengan HIV/AIDS (Lopez-Gatell et al., 2007).
KARAKTERISTIK AGEN
Ukuran yang menunjukkan kemampuan agen penyakit untuk mempengaruhi riwayat alamiah
penyakit sebagai berikut: (1) infektivitas, (2) patogenesitas, dan (3) virulensi.
Pencegahan primer. Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau
mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis, dilakukan
pada tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda
terjadinya kasus baru penyakit (AHA Task Force, 1998).
Pencegahan tersier. Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan progresi penyakit ke arah
berbagai akibat penyakit yang lebih buruk, dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien.
Resume Pertemuan 2
Beberapa metoda yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah kesehatan,
yaitu :
1. Metoda Matematika
Metoda Delbeque adalah metoda kualitatif dimana prioritas masalah penyakit ditentukan
secara kualitatif oleh panel expert. Dalam metoda Delphi sejumlah pakar (panel expert)
melakukan diskusi terbuka dan mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masing-
masing mengajukan pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan prioritas.
3. Metoda Estimasi
Bebari Kerugian (Disease Burden) MetodaEstimasiBebanKerugian dari segi teknik
perhitungannya lebih canggih dan sulit, karena memerlukan data dan perhitungan hari
produktif yang hilang yang disebabkan oleh masing masing masalah.
4. Metoda Perbandingan antara Target dan Pencapaian Metoda penetapan prioritas
masalah kesehatan berdasarkan pencapaian program tahunan yang dilakukan adalah
dengan membandingkan antara target yang ditetapkan dari setiap program dengan hasil
pencapaian dalam suatu kurun waktu 1 tahun.
B. Metoda Penetapan Prioritas Alternatif/Pilihan Pemecahan Masalah untuk
Intervensi
Metoda yang lazim digunakan dalam penetapan prioritas alternative pemecahan masalah
untuk intervensi ,dalam penetapan pilihan bentuk intevensi yaitu metoda Analisis
Pembiayaan yang lebih dikenal cara efektifitas dan efisiensi dan metoda Hanlon.
Metoda yang dapat dipilih dalam penetapan prioritas masalah kesehatan atau penyakit
yang akan ditanggulangi yaitu (1) Metoda matematika (2) metoda Delbeque dan Delphi (3)
metoda Estimasi BebanKerugian (desease burden) (4) metoda perbandingan antara
pencapaian dengan target yang ditetapkan untuk setiap program. Ada 2 metoda yang dapat
dipakai dalam penetapan prioritas alternatif program intervensi yaitu metoda analysis
pambiayaan (efektif dan efisiensi)dan metoda Hanlon.
Skala Likert adalah sebuah tipe skala psikometri yang menggunakan angket dan
menggunakan skala yang lebih luas dalam penelitian survei. Metode rating yang dijumlahkan
(summated rating) popular juga dengan nama penskalaan model Likert. Metode Likert
merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons
sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Dalam pendekatan ini tidak diperlukan adanya
kelompok panel penilai (Judging Group) dikarenakan nilai skala setiap pernyataan tidak akan
ditentukan oleh derajat favorabelnya masing-masing, akan tetapi ditentukan oleh distribusi
respons setuju atau tidak setuju dari sekolompok responden yang bertindak sebagai kelompok
uji coba.
Prosedur penskalaan dengan metode Likert didasari oleh dua asumsi yaitu: 1. Setiap
pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang
favorable atau pernyataan yang tidak favorable. 2. Untuk pernyatataan positif, jawaban yang
diberikan oleh individu yang memiliki sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih
tinggi dari jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negative.
Biasanya dalam skala Likert terbagi dalam lima kategori yang digunakan, tetapi
banyak pakar psikometri menggunakan tujuh sampai sembilan kategori. Skala Likert adalah
metode skala bipolar, menentukan positif atau negatif respon pada sebuah pernyataan.
Penyusunan skala Likert diawali dengan membuat table spesifikasi sebagai pedoman dalam
merangkai pernyataan-pernyataan.
Edward (1957) dalam Azwar telah meramu berbagai saran dan petunjuk para ahli menjadi
semacam pedoman penuisan pernyataan yang diebutnya sebagai criteria informal penulisan
pernyataan., yaitu
a. Jangan menulis pernyataan yang membicarakan mengenai kejadian yang telah lewat
kecuali kalau objek sikapnya bekaiatan dengan masa lalu.
b. Jangan menuliskan pernyataan yang berupa fakta atau dapat ditafsirkan sebgai fakta
c. Jangan menuliskan pernyataan yang dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran.
d. Jangan menulis pernyataan yang tidak relevan dengan objek psikologisnya
e. Jangan menuliskan pernyataan yang sangat besar kemungkinannya akan disetujui oleh
hampir semua orang bahkan hampir tak seorang pun yang akan menyetujuinya.
f. Pilihlah pernyataan-pernyatan yang diperkirakan akan mencangkup keseluruhan
liputan skala afekif yang diinginkan.
g. Usahakan agar setiap pernyataan ditulis dalam bahasa yang sederhana, jelas dan
langsung. Jangan menuliskan pernyataan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang
rumit.
h. Setiap pernyataan hendaknya ditulis rinkas dengan meghindari katakata yang tidak
diperlukan dan yang tidak akan mempejelas isi pernyataan.
i. Setiap pernyataan harus berisi hanya satu ide (gagasan yang lengkap).
j. Pernyataan yang berisi unsur universal seperti “tidak pernah”, “semuanya”, “selalu”,
“tak seorangpun” dan semacamnya, seringkali menimbulkan penafsiran yang
berbeda-beda dan karenanya sedapat mungkin hendaklah dihindari.
k. Kata-kata seperti “hanya”, “sekedar”, “semata-mata”, dan semacamnya harus
digunakan seperlunya saja dan dengan hati-hati agar tidk menimbulkan kesalahan
penafsiran isi pernyataan.
l. Jangan menggunakan kata atau istilah yang mungkin tidak dapat dimengerti oleh para
responden.
m. Hindari pernyataan yang berisi kata negative ganda.
Teknik Pengukuran
1. Validitas
Validitas merujuk kepada sejauhmana hasil evaluasi suatu instrument dapat
ditafsirkan terhadap atribut yang diukur, sedangkan validitas konstruk merupakan tipe
validitas yang menunjukkan sejauhmana instrument mengungkap suatu treat atau
konstruk teoritik yang hendak diukurnya
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi suatu instrument mengukur suatu yang hendak diukur
3. Model Rasch
politomi Rasch model juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang
mencerminkan peningkatan pada perilaku (sikap).
4. Bias (prasangka)
Walau sebuah tes itu dinyatakan valid dan dapat dipercaya, namun belum ada jaminan
bahwa tes tersebut lepas dari prasangka atau perlawanan. Sebuah tes dianggap aneh
jika sistematikanya dibawah atau diatas dari nilai yang sebenarnya.
KESIMPULAN
Deteksi dini klb keracunan pangan Pertama kali saat terdeteksinya atau terlaporkannya suatu
KLB keracunan pangan, biasanya berupa laporan adanya sejumlah orang sakit diare atau
gangguan fungsi pencernaan lainnya, yang masih belum jelas karena penyakit menular,
infeksi, keracunan, atau keracunan pangan.
Pengertian KLB keracunan pangan yang dirumuskan penjelasan PP 28, 2004 adalah adanya 2
orang penderita atau lebih dengan gejala-gejala yang sama dan adanya dugaan pangan
sebagai sumber keracunan yang dibuktikan secara epidemiologis. Berdasarkan ketentuan
peraturan tersebut diatas, maka peristiwa “KLB Keracunan pangan di Puskesmas Sehat”
tersebut diatas, sejak informasi awal jam 13.30, sudah dapat dinyatakan telah terjadi KLB
keracunan pangan, sehingga tindakan penyelidikan dan penanggulangan sudah dimulai
karena :
Penetapan adanya suatu KLB keracunan pangan adalah jika memenuhi 3 persyaratan:
“Kasus” bisa diartikan sebagai penyakit yang sudah jelas, misalnya Clostridium perfringens,
asam bongkrek, dsb, dan kasus disebut sebagai kasus keracunan pangan Clostridium
perfringens. Langkah-langkah Penetapan KLB
1. Tentukan diagnosis etiologi awal, waktu dan tempat sumber keracunan, buat definisi
operasional kasus (DO), dan daftar pertanyaan (identitas, gejala, lokasi dan waktu
sumber keracunan dicurigai)
2. Rekam kasus-kasus (sesuai DO & daftar pertanyaan)
3. Hitung jumlah orang yang makan sumber keracunan (populasi berisiko, ciri
epidemiologi
4. Buat epidemiologi deskriptif (kurva epidemi, attack rate, map)
5. Evaluasi DO (definsisi operasional kasus)
6. Menentukan sumber keracunan pangan itu sendiri memerlukan metode epidemiologi
analitik untuk memastikan adanya hubungan sebab (makanan) dan adanya akibat
(menderita keracunan), dan kepastian bahan beracun yang ada pada makanan adalah
sama dengan diagnosis etiologi KLB keracunan pangan tersebut
7. Penetapan KLB KP Final
Diagnosis etiologi KLB keracunan pangan adalah berdasar adanya sejumlah orang
sebagai satu kesatuan epidemiologis yang menderita keracunan pangan sebagaimana tersebut
diatas dan atau terbukti penderita-penderita tersebut berhubungan secara epidemiologi
terhadap makanan tertentu yang merupakan sumber terjadinya keracunan.
Bahan Racun (Etiologi) Bahan racun pangan terdiri dari jenis kuman bakteri, virus, parasit,
jamur dan jenis kimiawi.
Sumber dan Cara Terjadinya Keracunan Pangan Pangan yang tercemar bahan racun dan
menyebabkan timbulnya korban keracunan disebut sumber keracunan. Cara makan atau
minum makanan tercemar bahan racun disebut cara terjadinya keracunan atau cara keracunan
Jika sekelompok orang yang menderita keracunan pangan yang sama (KLB keracunan
pangan), maka terdapat sejumlah orang menunjukkan gejala lengkap, sejumlah lain hanya
menunjukkan sebagian gejala. Berdasarkan situasi seperti itu, maka pada sekelompok orang
yang mendapat bahan racun yang sama dapat menunjukkan gambaran distribusi gejala dan
tanda. Atau sebaliknya, jika sekelompok orang menderita keracunan pangan, dapat
diidentifikasi etiologinya berdasarkan gambaran distribusi gejala dan tanda yang ada pada
kasus-kasus.
Masa Inkubasi Bahan Racun – Masa Inkubasi & Periode KLB Keracunan Pangan
Pada suatu KLB Keracunan Pangan, masa inkubasi KLB keracunan pangan atau nanti juga
ditulis menjadi masa inkubasi (bahan racun) KLB keracunan pangan adalah waktu antara
makan makanan sebagai sumber keracunan (tercemar bahan beracun) sampai timbulnya
gejala sakit keracunan pada korban KLB keracunan pangan. Rentang waktu antara makan
sampai timbulnya gejala keracunan pertama diantara korban-korban yang terpendek disebut
masa inkubasi KLB keracunan pangan terpendek, dan sebaliknya rentang waktu antara
makan sampai timbulnya gejala keracunan diantara korban yang tepanjang disebut masa
inkubasi KLB keracunan pangan terpanjang.
Penentuan awal dan akhir KLB keracunan pangan ditetapkan berdasarkan tanggal
mulai sakit pada kasus awal dan kasus terakhir KLB, tetapi cara terbaik adalah berdasar pada
awal kurva epidemi dan akhir kurva epidemi
1. Etiologi KLB-KP, gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium pada kasus. Penetapan
definisi operasional kasus
2. Sumber keracunan umum (lokasi dan waktu kejadian) dan spesifik makanan tertentu
KLB.
B. Pelaksanaan Kegiatan
1. Investigasi Penetapan Etiologi dan Sumber Keracunan
2. Investigasi Epidemiologi Deskriptif Unit Pelayanan
3. Investigasi Epidemiologi Deskriptif Komunitas
C. Pembuatan laporan
D. Mengkomunikasikan hasil Investigasi
Foodborne disease oleh virus umumnya disebabkan karena adanya transmisi virus
dari tangan maupun alat masak dan alat makan. Sementara parasit yang umum dijumpai pada
makanan adalah jenis cacing dan protozoa. Bakteri patogen yang sering ditemukan pada
penderita foodborne disease di negara berkembang seperti Indonesia di antaranya E. coli (15-
20%), Shigella sp.(5-15%), Salmonella sp. (15%), Vibrio colerae (5-10%), Campylobacter
jejuni (15-20%). Terdapat juga parasit cacing seperti Fasciola hepatica dan protozoa seperti
Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, serta berbagai virus rota (15-20%)[8].
Campylobacter jejuni adalah bakteri Gram negatif yang sangat produktif tumbuh di
lingkungan dengan suhu 42-45⁰C[1]. Menariknya, bakteri ini merupakan penyebab utama
diare pada anak, melebihi diare akibat Salmonella sp. C. jejuni biasa ditemukan pada daging
sapi dan ayam yang belum matang serta susu yang disimpan terlalu lama. Seseorang yang
terinfeksi C. jejuni akan mengalami demam, malaise, nyeri perut, dan diare yang dapat
disertai darah. Namun seperti bakteri pada umumnya, C. jejuni akan mati pada proses
pemanasan atau pasteurisasi sehingga foodborne akibat C. jejuni dapat ditangani dengan
pemanasan makanan yang cukup atau pasteurisasi. Bakteri penyebab foodborne disease
lainnya yang cukup marak diberitakan adalah E.coli. Bakteri Gram negatif ini sebenarnya
merupakan salah satu mikroflora dalam saluran pencernaan manusia yang tumbuh optimum
pada suhu 37⁰C [1]. Artinya bakteri tersebut memang berkembang secara alami pada usus
manusia. Namun E. coli bersifat patogen oportunistik oleh karena itulah kasus diare yang
disebabkan oleh E.coli hanya terjadi saat pertahanan tubuh seseorang sedang melemah atau
karena jumlah bakteri E. coli pada tubuh melebihi batas normal.
beberapa langkah umum untuk mengurangi risiko terjadinya foodborne disease, diantaranya:
1. Peningkatan sanitasi
2. Pemanasan makanan mentah
3. Kondisi penyimpanan yang tepat
4. Pemberantasan hospes intermediet
5. Penyuluhan dan edukasi terhadap masyarakat
Perilaku buruk yang dimiliki penjaja makanan jajanan tentang pemeliharaan kebersihan
lingkungan sarana dan fasilitas, pengendalian hama, sanitasi tempat, dan peralatan
disebabkan oleh pengetahuan penyakit akibat pencemaran makanan penjaja yang kurang.
Penyebabnya disamping pengetahuan kemungkinan masih ada faktor lain yang berpengaruh
lebih kuat seperti kebiasaan dari penjaja makanan yang belum memperhatikan hygiene dalam
mengolah makanan, lingkungan yang tidak mendukung, pengalaman penjaja makanan yang
masih sedikit dalam mengolah makanan.
Dalam penelitian ini, sikap keamanan pangan mempengaruhi perilaku penjaja makanan
jajanan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan pengetahuan
dan sikap keamanan pangan dengan perilaku penjaja makanan jajanan anak sekolah dasar di
Watukumpul Kabupaten Pemalang disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap keamanan
pangan berhubungan dengan perilaku penjaja makanan jajanan anak dalam keamanan
pangan.
Resume Pertemuan 4
Dalam memenuhi kebutuhan akan air, manusia selalu memperhatikan aspek kualitas dan
kuantitas. Khusus untuk aspek kualitas bahwa air yang tercemar dapat menimbulkan penyakit
yang dapat menyerang manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit yang
ditularkan melalui air disebut dengan waterborne diseases atau water related diseases (Lud
Waluyo,2005). Berdasarkan Permenkes RI Nomor : 416/Menkes/Per/ IX/1990, bahwa yang
dimksud dengan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan baik fisik, kimia dan bakteriologis dan dapat
diminum apabila telah dimasak (Depkes, 1990)
Salah satu sarana air bersih yang sebagian besar masih dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia adalah air sumur gali, kontruksi sumur gali yang tidak memenhui syarat kesehatan
seperti jarak sumur gali kurang dari 11 meter dari sumber pencemar dapat menyebabkan air
sumur gali terkontaminasi oleh kotoran manusia (tinja) yang mengandung bakteri patogen
yaitu Escherichia coli (E.coli) yang dapat menyebabkan penyakit bawaan air (water borne
diseases)
METODE PELAKSANAAN
Hubungan Antara Kualitas Bakteriologis Air Sumur dengan Kejadian Waterborne Disease
Tidak ada hubungan antara kualitas bakteriologis air sumur dengan kejadian waterborne
disease, berarti belum tentu air sumur yang kualitas bakteriologisnya tidak memenuhi syarat
air bersih dapat menyebabkan waterborne disease berupa diare, Hal ini dapat disebabkan
karena kebiasaan mereka yang selalu memasak air sampai mendidih sebelum dikonsumsi.
air yang direbus suhu 70°C akan mematikan kuman patogen khususnya Escherichia coli
sehingga tidak mungkin air yang digunakan untuk minum dan memasak tersebut berpengaruh
terhadap terjadinya diare.
Tidak ada hubungan antara perilaku sehat dengan kejadian waterborne disease.
Resume Pertemuan 5
Airborne disease berarti penyakit yang menyebar lewat udara atau ditularkan melalui udara.
Penyakit ini disebabkan oleh patogen yang bisa menyebar melalui udara dari waktu ke waktu
dengan partikel yang berukuran kecil.
Patogen atau penyebab penyakit ini bisa dalam bentuk virus, bakteri, atau jamur. Ada
beberapa kategori penyebaran airborne meliputi airborne aerosol, debu, atau cairan.
Beberapa contoh penyakit yang menular lewat udara antara lain flu, tbc, demam, cacar,
antrax, campak dan lainnya.
Patogen atau alergen yang ditularkan melalui udara sering menyebabkan peradangan di
hidung, tenggorokan, sinus, dan paru-paru. Ini disebabkan oleh inhalasi patogen yang
memengaruhi sistem pernapasan seseorang.
Dalam mempelajari faktor risiko penularan TB paru di industri dapat dianalisis dari tiga
aspek, yaitu aspek pekerja itu sendiri selaku host , aspek agent penyakit penyebab TB dan
aspek lingkungan kerja. Ketiga aspek tersebut sesuai dengan konsep epidemiologi.14 Dari
aspek pekerja menitikberatkan pada perilaku yang tidak sehat yaitu perilaku merokok.
2. Kelembaban kabin
3. Dehidrasi.
Untuk menyiasati tindakan pencegahan dan manajemen faktor-faktor risiko yang dapat terjadi
pada daerahwisata,maka kita dapat melakukanpendckatan teori Simpul. Ke-4 simpulyang ada
dapat dijadikan tuntutan dalam mengidentiftkasi populasiyangberisiko. Teori simpul dari
Untar Fahmi Ahmadi, Pada simpul pcrtama dari sumber yang ada misalnya
hewan,tumbuhan,manusia,virus,bakteri,cacing, parasit, dapat dikenali jenis-jenis sumber
yang dapat membahayakan atau berpotensimenjadi sumber penularan
penyakitpadadaerahwisata. Kondisidaerahyangmenjadi tujuan wisata haruslah melcngkapi
diri dengan informasi yangjelas mengenai penyakit endemik, kondisi wabah/ KLB yang
terakhir serta hal-hal penting yang harus diperhatikan parawisatawan atau calon wisatawan
berkenaan dengan pencegahan. Sedangkan pada simpul2 yang merupakan media perantara,
dapat berupa udara, air, tanah, makanan, minuman, serangga, atau vektor. Sehingga penyakit
penyakit yang memakai media penularan tersebut dapat dikontrol melalui media
perantaranya, misalnya kegiatan Inject Control yang secara rutin, inspeksi sanitasi,
monitoring kualitas udara,tanah, dan air. Untuk simpul 3, yang menunjukkan kelompok
orang-orang yang berada padakondisi sehat dan menjadi populasiyang berisiko. Pemeriksaan
prakunjungan atau pasca mengunjungidaerah wisata dengan peringatan akan adanya resiko
suatu penyakit, dengan pemeriksaan bio markerpada darah, urin, tinja, atau tindakan
pencegahan melalui vaksinasi. Adanya nota atau tanda bukti kelengkapan melakukan
vaksinasi yang dilegitimasi melalui peraturan internasional dapat menjadi syarat tertentu,
misalnya : Vaksinasi terhadap Campak, Yellow Fever.
TUGAS MANDIRI
( R E S U M E PERTEMUAN 6 – 15 )
Vektor adalah hewan avertebrata yang bertindak sebagai penular penyebab penyakit
(agen) dari host pejamu yang sakit ke pejamu lain yang rentan. Vector digolongkan menjadi 2
(dua) yaitu vector mekanik dan vector biologic. Vector mekanik yaitu hewan avertebrata
yang menularkan penyakit tanpa agen tersebut mengalami perubahan, sedangkan dalam
vector biologic agen mengalami perkembangiakan atau pertumbuhan dari satu tahap ke tahap
yang lebih lanjut. Sebagai contoh Aedes aegypti bertindak sebagai vector demam berdarah.
Reservoir adalah manusia, hewan, tumbuhan tanah atau zat organic (seperti tinja dan
makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak agen.
Walaupun ada berbagai definisi vector dan reservoir menurut para ahli, tetapi ada
definisi yang dapat digunakan sebagai rujukan yakni Internasional Health Regulation (IHR)
menyebutkan definisi vektor adalah serangga atau hewan lain yang biasanya membawa
kuman penyakit yang merupakan suatu resiko bagi kesehatan masyarakat sedangkan reservoir
adalah hewan, rumbuhan atau benda dimana bibit penyakit biasanya hidup Sebagai contoh
penyakit menular yang penularannya terutama oleh vektor adalah nyamuk (mosquito borne
diseases) sebagai contoh penyakit DBD Demam Berdarah Dengue yang di sebabkan oleh
Virus Dengue yang berasal dari nyamuk Aedes Aegypte ataupun Aedes Albopictus. Infeksi
karena dengue menunjukkan gejala seperti flu, nyeri otot dan sendi diikuti mual dan muntah.
Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat berkembang menjadi penyakit perdarahan
yang dapat mengancam kehidupan. Demam berdarah sangat umum ditemui di Indonesia.
Lingkungan alam tropis, sanitasi buruk berpotensial sebagai sarang nyamuk, dan rendahnya
kesadaran masyarakat menjadi alasan utama berkembangnya penyakit ini.
Penyebaran DBD dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, mobilitas dan kepadatan
penduduk, keberadaan container buatan maupun alami di tempat pembuangan akhir sampah
(TPA) ataupun ditempat sampah lainnya, perilaku masyarakat maupun kegiatan
pemberantasan yang dilakukan oleh masyarakat. Intervensi lingkungan yang harus dilakukan
oleh masyarakat adalah Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN), kegiatan ini sering dinamakan
gerakan 3M PLUS Menguras,Menutup, Mengubur PLUS membubuhkan larvasida,
memelihara ikan, menggunakan kelambu menyemprot atau Fogging.
Resume Pertemuan 7
Pemetaan penyakit berbasis lingkungan telah lama dianggap sebagai salah satu
langkah penting dalam perencanaan program penanggulangan penyakit. Peta sketsa penyakit
sederhana dapat mengungkap wilayah mana yang berisiko penyakit yang tinggi dan di
wilayah mana penularan cenderung terjadi, dan di wilayah mana penularan tidak terjadi.
Pemetaan penyakit berbasis lingkungan mencakup: pemetaan risiko penyakit, pemetaan
berseri dan peta stratifikasi.
Pemetaan risiko penyakit. Peta risiko penyakit ini memuat informasi yang diperlukan
oleh pengguna untuk menemukan kejadian kasus dan populasi berisiko di tingkat desa. Peta
risiko penyakit terbagi dalam dua bentuk, peta titik yang menunjukkan penyebaran kasus
penyakit dan chloropleth map (peta wilayah) yang menunjukkan populasi berisiko penyakit
di desa-desa.
Pemetaan penyakit berseri. Kita dapat mencermati dinamika penularan penyakit di
suatu wilayah dengan cara melakukan pemetaan insiden penyakit dalam kurun waktu tertentu
atau pada bulan-bulan berbeda dalam satu tahun. Analisis ini digunakan untuk menilai
apakah pola penyakit konsisten dari waktu ke waktu di kabupaten yang bersangkutan. Jika
ternyata konsisten, hal ini menunjukkan agar kegiatan penanggulangan penyakit difokuskan
pada wilayah dengan risiko lebih tinggi. Pemetaan ini juga membantu mengidentifikasi fokus
penularan setempat, juga untuk menilai efektifitas program penanggulangan penyakit dengan
cara mengevaluasi variasi intensitas penularan.
Resume Pertemuan 10
Water-food borne disease mencakup spektrum yang luas dari penyakit dan masalah
kesehatan masyarakat yang berkembang di seluruh dunia. Mereka adalah hasil dari kontak
dengan air dan konsumsi bahan makanan yang terkontaminasi dengan mikroorganisme atau
bahan kimia. Kontaminasi makanan dapat terjadi pada setiap tahap dalam proses dari
produksi pangan untuk konsumsi dan dapat hasil dari pencemaran lingkungan, termasuk
polusi air, tanah atau udara (World Health Organization, 2015).
World Health Organization (2014), mendefinisikan water-food borne disease, atau
penyakit yang ditularkan melalui air dan makanan, adalah penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen yang paling sering ditularkan di air tawar yang terkontaminasi.
Mikroorganisme dapat berupa protozoa, parasit, bakteri, virus, dan alga. Berikut ini akan
digambarkan berbagai penyakit, penyebab, dan manifesitasi kliniknya.
Menurut WHO (2001), masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia adalah
penyakit dan kematian dini yang disebabkan oleh faktor-faktor biologi di lingkungan manusia
seperti di air, makanan, udara, dan tanah Penyebab tersebut dapat mengakibatkan kematian
dini atas jutaan orang khususnya pada bayi dan anak-anak . Pengelolaan air yang aman dan
penyimpanannya ditingkat rumah tangga dapat mengurangi angka kejadian water borne
disease.
Air merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri, kontaminasi mudah
terjadi apabila higenitas dan sanitasi kurang diperhatikan. Penggunaan sumber air yang tidak
baik dapat meningkatkan risiko terjadinya diare. Diare merupakan salah satu penyakit
berbasis lingkungan yang menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian. Desa Kampung
Baru berada di sekitar Kali Jagir Surabaya, sebagian besar masyarakat berada pada tingkat
sosial ekonomi menengah ke bawah. Pola hidup sebagian besar masyarakat juga kurang
memperhatikan higenitas dan sanitasi lingkungan sehingga dapat menimbulkan pencemaran
air yang dapat meningkatkan resiko kejadian diare.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare dengan menggunakan
air yang bersih dan air yang terlindungi dari kontaminasi mulai dari sumber sampai
penyimpanan. Oleh karena itu, diperlukan adanya peningkatan pengawasan petugas
kesehatan untuk melakukan inspeksi sanitasi sarana air bersih dan penyuluhan kepada
masyarakat untuk memperhatikan sumber air yang digunakan.
Resume Pertemuan 11
Pengaruh lingkungan pada air born deseases yang berdampak terhadap kesehatan
manusia tidak dapat dibantah lagi baik polusi udara yang terjadi di alam bebas (Outdoor air
pollution) ataupun yang terjadi di dalam ruangan (indoor air pollution), polusi yang terjadi
diluar ruangan terjadi karena bahan pencemar yang berasal dari industry transportasi,
sementara polusi yang terjadi di dalam ruangan dapat berasal dari asap rokok dan gangguan
sirkulasi udara.
Pandangan bahwa masalah pencemaran udara semata mata hanya merupakan masalah
urban telah berubah setelah terjadinya hujan asam dan pencemaran regional lainya di
beberapa Negara. Atmosfir sebagai tempat pembuangan bahan sisa sisa aktifitas manusia
bertindak sebagai reactor kimia yang kompleks yang akan merubah zat zat pencemar yang
berinteraksi dengan substansi lain, seperti uap air dan sinar matahari. Pada kondisi tertentu
oksida sulfur dan oksida nitrogen dari hasil pembakaran bahan bakar fosil akan berubah
secara kimiawi di atmosfir, menjadi asam sulfat dan asam nitrat, kedua bentuk asam tersebut
tercuyci dan terlarut dalam hujan, yang berakibat buruknya mutu kualitas air hujan sehingga
dapat terjadinya hujan asam). Dampak hujan asam terhadap lingkungan sangat penting dan
perlu mendpat perhatian serius karena hujan asam berdanpak negatif pada lingkungan seperti
terjadinya kerusakan kerusakan pada bangunan dan benda benda yang terbuat dari logam dan
juga pengasaman danau danau dan sungai.
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap,
tergantung pada suhu udara, tekanan udara, danlingkungan sekitarnya. Apabila susunan
udaramengalami perubahan dari susunan keadaannormal dan mengganggu kehidupan
manusia,hewan, dan tumbuhan maka berarti udara telah tercemar. Salah satu teknologi yang
menyebabkan pencemaran udara adalah kendaraan bermotor. Sebagian besar polusi udara
disebabkan oleh kegiatan transportasi.
Dari lima kelompok polutan yaitu karbon monoksida, nitrogen dioksida, hidrokarbon,
sulfur oksida, dan partikel, yang tingkat toksisitasnya paling tinggi adalah partikulat atau
debu disusul nitrogen dioksida. Nitrogen dioksida (NO2) termasuk polutan yang diemisikan
dari berbagai sumber di suatu kawasan terutama sektor transportasi.
Hadirnya pencemar udara seperti NO2,SO2 Pb dan logam berat lainya sebagai produk
samping aktivitas manusia ataupun aktifitas alamiah pada tingkat tertentu mempunyai
pengaruh dan dapak yang sangat buruk terhadap lingkungan baik untuk kesehatan manusia
hewan, tumbuhan dan lingkungan alam itu sendiri.
Peningkatan aktivitas industri dan transportasi menjadi pemicu timbulnya potensi
pencemaran udara yang berdampak pada kesehatan masyarakat, terutama di sekitar wilayah
industri dan kota-kota besar. Pengenalan daerah yang rawan terhadap pemaparan konsentrasi
pencemar udara maksimum perlu dilakukan untuk mengantisipasi dampak terhadap
kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Pengelolaan serta pengendalian pencemaran udara sangat diperlukan agar dampak
pencemaran udara tidak terlalu parah. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
mengenali daerah-daerah yang rawan terhadap pemaparan konsentrasi pencemar yang
maksimum, terutama di wilayah yang padat industri dan transportasi.
Resume Pertemuan 12
Mengingat kegiatan yang sifatnya kecil-kecilan sarat dengan ketersediaan tenaga dan uang
untuk melaksanakannya. Namun langkah-langkah akademis harus tetap dipertahankan. Untuk
itu beberapa metode dalam mengumpulkan informasi dapat dilakukan dengan cara seperti
berikut:
1. Metode Case-Control
Metode Case-control sering dinyatakan dalam literature sebagai metode control-
designed. Prinsip dasar dari metode ini adalah dengan mengumpulkan berbagai set indikator
dari sample yang memperoleh treatment atau memperoleh beneficiary atau manfaat.
Kemudian dengan pemilihan pengamatan, sample ini kemudian dibandingkan indikatornya
dengan pasangan sample yang karakternya adalah relatif sama.
Kekuatan dari metode ini adalah kita dapat membandingkan antara kelompok pengamatan
yang menerima program dibandingkan dengan mereka yang tidak menerima. Kesulitannya
adalah kalau sebuah program cakupannya luas, maka mereka yang tidak menerima program
adalah sulit dilakukan. Dalam kaitan ini kesulitan dalam memperoleh pasangan sample yang
benar benar sama tidaklah mudah dilakukan, karena banyak pertimbangan yang perlu
dilakukan. Diantaranya adalah kesamaan karakter daerah, kesamaan relative latar belakang
social-ekonomi. Ini dimaksudkan agar perbandingan nantinya memperoleh hasil isolasi faktor
kebijakan semakin pasti dideteksi pengaruhnya.
2. Metode Follow-Up
Metode ke dua lazim juga digunakan oleh mereka yang sering menilai dampak dari suatu
proyek. Metode follow-up lebih kepada metode yang melihat bagaimana perubahan yang
terjadi dari mulai dilakukan proyek dan dibandingkan dengan waktuwaktu sesudah proyek
dilaksanakan.
Metode follow-up nantinya dapat mengungkapkan bagaimana perubahan antar waktu
objek yang memperoleh manfaat dari suatu program. Cara seperti ini sering dilakukan untuk
menemukan berbagai persoalan yang terkait dengan managemen kegiatan, coverage kegiatan,
pemanfaatan kegiatan, biaya kegiatan. Termasuk kajian kajian yang menilai seberapa tepat
dan efektif dari suatu proyek dilaksanakan.
3. Metode Retrospektif (Before-After)
Metode retrospektif lebih kepada mencoba membandingkan aspek-aspek yang digali,
kemudian dibandingkan dengan keadaan sebelum dilaksanakannya kegiatan. Misalnya
melihat dampak dari suatu pelaksanaan proyek sebelum dan sesudah proyek dilaksanakan.
Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam mendesain dengan metoda ini adalah upayakan
referensi waktu yang akan digunakan tidak jauh dari survey dilaksanakan. Jika semakin jauh,
maka disanksikan responden akan mengingatnya.
4. Metode Prospektif
Metode prospektif berbeda dengan metode retrospektif. Pada metode prospektif unsur-
unsur yang dikaji adalah bagaimana harapan ke depan dari aspek aspek yang ingin kita gali.
Dapat saja kita ingin menggali opini masyarakat jika pemerintah ingin melakukan suatu
kegiatan.jadi unsur yang paling penting untuk digali adalah aspek kualitatif dari penerapan
proyek dan perkiraanperkiraan yang akan diberikan oleh calon responden.
Program kesehatan yang telah dijalankan diharapkan memberi dampak yang positif bagi
kualitas hidup masyarakat terutama kualitas kesehatan. Manajer program kesehatan dapat
mengukur dampak kesehatan dengan menggunakan metode pengukuran epidemiologi atau
metode evaluasi ekonomis.
Pelaksanaan evaluasi program kesehatan merupakan model evaluasi yang berjalan secara
siklus (tidak berhenti di satu titik, tetapi terus berjalan) dan komponen masing-masing tahap
evaluasi tidak berdiri sendiri atau saling bergantung dan saling mempengaruhi.
Resume Pertemuan 14
Resume Pertemuan 15