Anda di halaman 1dari 10

Sejarah penemuan bakteri

Pada abad ke-17 ditemukan salah satu musuh terbesar tubuh manusia: bakteri.
Penemuan ini pada akhirnya membuat orang sadar bahwa paparan terhadap
mikroorganisme tertentu dapat menyebabkan penyakit. Penemuan ini juga mendasari
teori baru tentang antiseptik yang secara dramatis berhasil menekan angka kematian
akibat pembedahan.
Antoni van Leeuwenhoek, seorang penjaga gedung paruh waktu dan penjual kain yang
bekerja di Delft, Belanda, menemukan bakteri dan mikroorganisme lain dengan
menggunakan mikroskop yang ia kembangkan sendiri. Lewat pengaruh temannya,
seorang dokter berkebangsaan Belanda, dia diminta untuk menulis surat ke Royal
Society di London, sebuah perkumpulan yang didedikasikan untuk kemajuan ilmu
pengetahuan. Surat ini diterjemahkan dari bahasa Belanda ke bahasa Inggris dan
dipublikasikan dalam jurnal Philosophical Transactions.

Surat Leeuwenhoek yang paling terkenal dipublikasikan pada tanggal 16 Maret 1677.
Dalam surat tersebut dia menggambarkan penglihatannya pada setetes air hujan lewat
mikroskop. Air itu diambil dari wadah di mana air tersebut telah tergenang selama
beberapa hari. Yang mengagetkan, dia melihat suatu hewan yang sangat kecil, yang
sekarang dikenal sebagai protozoa, sedang berenang di dalam air. Dia juga mengamati
hewan lain yang tidak bergerak sama sekali, yang sekarang disebut bakteri. Tidak ada
seorang pun di Royal Society yang tahu tentang binatang-binatang kecil tersebut, yang
oleh Leeuwenhoek disebut animalcules. Atas permintaan anggota Royal Society,
beberapa penduduk Delft yang paling disegani diminta untuk memverifikasi penemuan
Leeuwenhoek. Mereka membenarkannya, dan pada 1680, Leeuwenhoek dipilih sebagai
anggota Royal Society.

Penemuan-penemuan selanjutnya membuktikan betapa pentingnya hasil kerja


Leeuwenhoek, terutama sebuah temuan hebat dari ilmuwan Jerman, Robert Koch pada
1876. Koch menemukan bahwa bakteri anthrax bacillus dapat menyebabkan penyakit
yang serius pada manusia. Sebelum penemuan Koch, banyak ilmuwan meragukan
bahwa makhluk-makhluk mikroskopik dapat membahayakan hewan yang jauh lebih
besar dan juga manusia. Pada 1882, Koch menunjukkan bahwa jenis lain bakteri,
tubercle bacillus, menyebabkan tuberculosis, penemuan yang membuatnya
memenangkan hadiah Nobel pada tahun 1905.

Tidak seperti Koch yang merupakan seorang dokter ketika dia menemukan temuannya,
Louis Pasteur, seorang ahli kimia dan biologi berkebangsaan Prancis, sangat membenci
dokter. Oleh karena itu, dia tidak mempekerjakan seorang dokter pun di
laboratoriumnya. Meskipun begitu, dia sangat tertarik terhadap berbagai macam
penyakit. Pasteur menemukan bahwa pembusukan disebabkan oleh mikroorganisme
yang mengambang di air. Pasteur mempelajari bahwa dia dapat mencegah proses
pembusukan dengan cara memanaskan substansi organik pada suhu sedang, suatu
proses yang dikenal sebagai pasteurization.

Pada tahun 1865, Joseph Lister, seorang ahli bedah berkebangsaan Inggris, membaca
penelitian Pasteur mengenai pembusukan. Lister pun teringat bahwa jika patah tulang
ringan hampir selalu dapat disembuhkan, tidak demikian halnya dengan compound
fractures (patah tulang yang menembus kulit) yang hampir selalu akan membusuk.
Lister yakin bahwa proses infeksi yang berbahaya ini disebabkan oleh mikroorganisme
jahat yang telah Pasteur gambarkan. Untuk menguji teori tersebut, Lister menutup luka
pasiennya yang mengalami compound fractures, yang sebelumnya terpapar ke udara,
dengan kain katun yang telah direndam ke dalam asam karbolat/fenol. Dia percaya
bahwa asam karbolat dapat membunuh mikrorganisme yang ditularkan lewat udara.
Lister mengobati compound fractures dan luka pembedahan yang terbuka dengan asam
karbolat selama 9 bulan dan dia mengamati bahwa tidak ada infeksi pada pasien
bedahnya. Hasil penelitiannya yang dipublikasikan pada 1867, mendorong lahirnya
antiseptik untuk pembedahan. Meskipun teknik antiseptik dari Lister ini pada awalnya
ditentang oleh dokter-dokter lain, tetapi teknik tersebut segera meluas dan diterima
banyak pihak, yang pada akhirnya berhasil secara drastis menurunkan angka kematian
karena infeksi di ruang bedah.

Iklan
Sejarah Bakteri

Sejarah
Abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama
bakteri  mulai berkembang. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai hal tentang
bakteri telah berhasil ditelusuri. Akan tetapi,
perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan
berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van
Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch. Istilah
bacterium diperkenalkan di kemudian hari
oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari
kata Yunaniβακτηριον (bakterion) yang memiliki arti
"batang-batang kecil".Pengetahuan tentang bakteri
berkembang setelah serangkaian percobaan yang
dilakukan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang
ilmu mikrobiologi. Bakteriologi adalah cabang
mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.
Robert Hooke (1635-1703), seorang ahli matematika dan
sejarahwan berkebangsaan Inggris, menulis sebuah buku
yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang berisi
hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan
mikroskop sederhana. Akan tetapi, Robert Hooke masih
belum dapat menumukan struktur bakteri. Dalam
bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya
mengenai tubuh buahkapang. Walau demikian, buku
inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari
mikroorganisme.
Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang
sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan
mikroskop masih sangat sederhana. Terinspirasi dari
kerja Robert Hooke, ia membuat mikroskop
rancangannya sendiri dengan sangat baik untuk
mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai
media alami pada tahun1684.Antoni van Leeuwenhoek
berhasil menemukan bakteri untuk pertama kalinya di
dunia pada tahun 1676. Hasil temuannya dikirimkan
ke Royal Society of London yang kemudian
dipublikasikan pada tahun 1684. Penemuan ini segera
mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya. Sejak
saat itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga
mikroorganisme pada umumnya pun mulai berkembang.
Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis
berkebangsaan Breslau (sekarang Polandia.Hasil
penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang
resisten terhadap panas. Ketertarikannya pada kelompok
bakteri ini mengarahkannya pada penemuan kelompok
bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu
tinggi. Ferdinand Cohn juga berhasil menjelaskan siklus
hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan
mengapa bakteri ini bersifat tahan panas. Selanjutnya, ia
juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan
mengembangkan beberapa metode untuk
mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti
penggunaan kapas sebagai penutup pada labu takar,
erlenmeyer, dan tabung reaksi. Metode ini kemudian
digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.
 Robert Koch (1843-1910), seorang
ahli fisika berkebangsaan Jerman, banyak melakukan
penelitian mengenai penyakit yang disebabkan
olehinfeksi bakteri. Ilmuwan pada awalnya mempelajari
penyakit antraksyang banyak menyerang hewan ternak.
Penyakit ini disebabkan olehBacillus anthracis, salah satu
bakteri penghasil endospora. Robert Koch juga
merupakan orang pertama yang berhasil mendapatkan
isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri
penyebab penyakittuberkulosis. Berdasarkan dua
penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch berhasil
membuat Postulat Koch, sebuah teori mengenai
mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang
spesfik.Beliau juga berhasil menemukan metode untuk
mendapatkan isolat murni dari bakteriPenemuan lainnya
adalah penggunaan media kultur padat untuk
menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya. Pada
awalnya ia menggunakan potongan kentang dan
kemudian dikembangkan dengan menggunakan
nutrien gelatin. Penggunaan nutrien gelatin masih
memiliki banyak kekurangan yang pada akhirnya
penggunaanya digantikan dengan agar
(sejenis polisakarida) yang dgagas oleh istriWalter
Hesse yang juga bekerja bersama Robert Koch.
Sejarah, Ciri, dan Karakteristik
Bakteri (Bacteria/Eubacteria)
Entri ini telah di terbitkan di  BiologiSMA Kelas 10  dan telah ditandai  BacteriaEnrico Libert  on November 17,
2015 sebesar Tentorku

Laman ini adalah tampilan standar. Akses versi seluler cepat laman ini di: Sejarah, Ciri, dan
Karakteristik Bakteri (Bacteria/Eubacteria) (untuk menghemat pemakaian data).
FacebookTwitterGoogle+PinItShortURL

Kali ini kita akan membahas Bakteri sejati (en: Bacteria atau Eubacteria). Bakteri merupakan
domain besar mikroorganisme prokariotik yang merupakan salah satu bentuk kehidupan
pertama yang ada di Bumi. Bakteri memiliki berbagai bentuk, mulai dari bola sampai batang
dan spiral, serta dapat hidup di berbagai tempat, seperti tanah, air, sumber air panas, limbah
radioaktif, dan bagian dalam kerak bumi. Selain itu, Bakteri juga hidup dalam hubungan
simbiosis dengan tumbuhan dan hewan.

Daftar isi

Bab ini membahas (1) sejarah evolusi Bakteri; (2) ciri-ciri Bakteri; dan (3) karakteristik


Bakteri (Bacteria/Eubacteria).

Sejarah Penemuan Bakteri


Bakteri pertama kali diamati oleh ahli mikroskop dari Belanda, Antonie van
Leeuwenhoek pada tahun 1676, menggunakan mikroskop lensa tunggal buatannya sendiri. Ia
menyebut Bacteria sebagai “animalcules” yang berarti hewan kecil. Barulah pada tahun
1828 Christian Gottfried Ehrenberg memperkenalkan kata “bacterium” yang berarti
tongkat, karena “bacterium” tersebut adalah genus yang terdiri dari kelompok bakteri yang
berbentuk tongkat. Sebuah langkah maju yang besar dalam studi Bakteri datang pada tahun
1977 ketika Carl Woese menyadari bahwa Arkea memiliki garis keturunan evolusi yang
terpisah dari Bakteri. Taksonomi filogenetik baru ini bergantung pada urutan RNA ribosom
16S, dan membagi Prokariota menjadi dua domain evolusi (Bacteria dan Archaea), sebagai
bagian dari sistem tiga-domain (Bacteria, Archaea, dan Eukarya).  [1]
Animalcules | Photo by Anton van Leeuwenhoek is not licensed (Public Domain)

Ciri-Ciri Bakteri
Ciri-ciri Bakteri adalah:

1. Sel tunggal (uniseluler) tanpa nukleus.

2. Sel Bakteri tidak memiliki organel yang terbungkus membran, seperti mitokondria dan nukleus
pada Eukariota (ciri 1 & 2 adalah ciri organisme Prokariota).

3. Bakteri berukuran kecil, umumnya berukuran satu mikron. [2] Atau bervariasi 0,5–5,0 mikron [1]

4. Kebanyakan Bakteri memiliki dinding sel yang kaku, dinding ini penting untuk mencegah sel
bakteri (isi sel) berhamburan keluar. Dinding sel juga dapat menentukan bentuk sel, biasanya
salah satu dari tiga bentuk dasar Bacteria adalah: bulat, batang dan spiral.

5. Bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan pembelahan biner.


Keterangan: pembelahan biner adalah pembelahan sel menjadi dua bagian atau lebih dan
meregenerasi bagian-bagian tersebut ke dalam sel-sel terpisah. Pembelahan biner
menghasilkan dua sel terpisah, sedangkan pembelahan berganda (banyak) menghasilkan lebih
dari dua sel.   Pembelahan biner adalah bentuk reproduksi aseksual pada Prokariota. Setelah
[3]

membuat “copy” yang identik dari materi genetiknya, sel induk membelah menjadi dua sel
anak yang hampir sama ukurannya.  [4]

Karakteristik Bakteri
1. Respirasi Bakteri
Terdapat dua kelompok besar Eubacteria berdasarkan respirasinya, yaitu Bakteri anaerob dan
aerob. Bakteri aerob adalah Eubacteria yang memerlukan oksigen untuk tumbuh,
sedangkan Bakteri anaerob adalah Eubacteria yang tidak memerlukan oksigen untuk
tumbuh. Bakteri anaerob ini dapat bereaksi negatif dan mati apabila terpapar oksigen.
Terdapat tiga kategori pada organisme anaerob, yaitu:  [5]

 Anaerob obligat, yang bereaksi negatif pada adanya oksigen. Contoh: Actinomyces, Bacteroides,
Clostridium, Fusobacterium, Peptostreptococcus, Porphyromonas, Prevotella, dan Veillonella.

 Autotoleran, yang tidak dapat menggunakan oksigen untuk tumbuh, tetapi dapat menoleransi
keberadaan oksigen.

 Anaerob fakultatif, yang dapat tumbuh tanpa oksigen, tetapi menggunakan oksigen apabila
tersedia. Contoh: Staphylococcus spp., Streptococcus spp., Escherichia coli, Listeria spp.,
dan Shewanella oneidensis.

2. Cara Bakteri Memperoleh Makanan


Berdasarkan cara memperoleh makanan, Eubacteria dapat dibedakan menjadi Bakteri
autotrof dan Bakteri heterotrof. Bakteri autotrof adalah bakteri yang menghasilkan senyawa
organik kompleks (seperti karbohidrat, lemak, dan protein) dari zat-zat sederhana yang ada di
sekitarnya, umumnya menggunakan energi dari cahaya (fotosintesis) atau reaksi kimia
anorganik (kemosintesis). Autotrof dapat mereduksi karbon dioksida untuk membuat
senyawa organik untuk biosintesis dan juga membuat simpanan energi kimia. Kebanyakan
autotrof menggunakan air sebagai zat pereduksi, tetapi beberapa dapat menggunakan
senyawa hidrogen lain seperti hidrogen sulfida.
Berdasarkan sumber energinya autotrof bisa dibedakan menjadi dua, yaitu fotoautotrof dan
kemoautotrof. Fotoautotrof menggunakan cahaya sebagai sumber energi, sedangkan
kemoautotrof memanfaatkan donor elektron sebagai sumber energi, baik dari sumber organik
atau anorganik; Namun dalam kasus autotrof, donor elektron ini berasal dari sumber kimia
anorganik. Kemoautotrof disebut juga litotrof, karena litotrof menggunakan senyawa
anorganik, seperti hidrogen sulfida, unsur sulfur, amonium dan besi, sebagai zat pereduksi
untuk biosintesis dan penyimpanan energi kimia.  [6]

Apabila Anda menyukai artikel Tentorku, bantu Tentorku untuk tumbuh di


www.facebook.com/tentorku/

 Contoh Bakteri fotoautotrof: Cyanobacteria, Green sulfur bacteria, Chloroflexi, atau Purple


bacteria.

 Contoh Bakteri kemoautotrof: Thermodesulfobacteria, Hydrogenophilaceae, atau Nitrospirae.

Bakteri heterotrof adalah Eubacteria yang tidak dapat mengikat karbon sehingga


menggunakan karbon organik untuk tumbuh. Bakteri heterotrof memiliki dua kelompok
besar, yaitu Bakteri saprofit dan Bakteri parasit. Bakteri saprofit hidup pada sisa-sisa
organisme lain, seperti bangkai dan kotoran, sedangkan Bakteri parasit mengambil makanan
dari inangnya, misalnya Bakteri patogen pada manusia.

3. Reproduksi Bakteri
Kebanyakan Bacteria bereproduksi secara aseksual dengan membelah menjadi dua, proses ini
disebut dengan pembelahan biner. Kedua sel-sel baru tumbuh dan kemudian masing-masing
membelah lagi untuk membentuk dua sel baru, sehingga menghasilkan total empat sel dengan
DNA yang identik dari sel induk tunggal. Beberapa spesies membagi hanya setiap 16 jam
atau lebih. Pada Bakteri yang dapat tumbuh dengan cepat, pembelahan dapat terjadi setiap 15
menit, sehingga menghasilkan miliaran bakteri dengan DNA yang identik hanya dalam waktu
24 jam.
Pembelahan biner | Photo by Ecoddington14 is licensed under CC-BY-SA-3.0

Beberapa Bacteria dapat bertukar materi genetik horizontal sebelum menjalankan proses
pembelahan. Pada spesies ini, struktur seperti tabung terbentang di antara dua sel bakteri,
proses kontak antar sel ini disebut konjugasi. Saat konjugasi, Bakteri donor mengirimkan
bagian dari DNA-nya ke Bakteri penerima. Hal ini memungkinkan Bakteri untuk
mengirimkan sifat genetik tertentu, seperti resistensi obat pada Bakteri lain dalam populasi
mereka. [7]

Transfer gen horizontal | Photo by 2013MMG320B is licensed under CC-BY-SA-3.0

Proses transfer gen horizontal juga dapat terjadi melalui transformasi dan transduksi,
walaupun proses ini tidak melibatkan kontak antar sel. Transformasi adalah perubahan
genetik dari sel yang dihasilkan dari penyerapan langsung dan penggabungan materi genetik
eksogen (DNA eksogen) dari lingkungan (luar)-nya yang diambil melalui membran
sel.  Transduksi adalah proses dimana DNA ditransfer dari satu Bakteri ke Bakteri lain
[8]

dengan virus. [9]

Anda mungkin juga menyukai