BLOK I
MENGAMATI PROSES PEMBELAJARAN LKK DI FK UMP
Kelompok 1
Dosen Pembimbing : dr. Yesi Astri M.kes
Anisa 702015001
Thesa Lonica 702015002
Sri Nurheppi 702015003
Delis Qurrota A’yun 702015004
Chintya Cinta Kasih 702015005
Elva Diana Miswandi 702015006
Abdurrahman Hakim 702015007
M. Dzaky Jalaluddin 702015008
M. Putra Nur Cahya 702015009
Olive Mutiara Alzena 702015010
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2015/2016
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
Ketrampilan Klinis. Salawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita,
Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini
BAB I
2
PENDAHULUAN
3
Adapun rumusan masalah pada pelaksanaan TPP pada BLOK 1 ini adalah:
Bagaimana proses pembelajaran Latihan Keterampilan Klinik di FK UMP?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam pelaksanaan TPP ini adalah mengamati
proses pembelajaran latihan keterampilan klinik (LKK) di FK UMP.
1.4 Manfaat
Melalui pelaksanaan TPP ini diharapkan memberikan manfaat:
1. Mengetahui pelaksanaan latihan keterampilan klinik
2. Dapat melaksanakan kegiatan latihan keterampilan klinik dengan baik
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-
tidaknya sebagian besar tujuh puluh lima persen peserta didik terlibat secara aktif,
di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang
besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif
pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar tujuh
puluh lima persen. (Mulyasa, 2009)
2. Kepribadian guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat, adil, obyektif
dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan
dalam proses belajar mengajar. Artinya guru menciptakan suasana akrab dengan
anak didik dengan selalu menunjukan antusias pada tugas serta pada kreativitas
semua anak didik tanpa pandang bulu.
6
3. Pengetahuan guru
Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah pengelolaan dan
pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis,
sudah barang tentu akan menghambat perwujudan pengelolaan kelas dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas
sangat diperlukan.
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik
dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk
dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya. Karena
pengelolaan pusat belajar harus disesuaikan dengan minat, perhatian dan bakat
para siswa, maka siswa yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata dan
lamban memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya. Semua
hal diatas member petunjuk kepada guru bahwa dalam proses belajar mengajar
diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan siswa satu sama lain (Wijaya dan
Rusyan, 1994).
4. Peserta didik
Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam
suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya
sebagai bagian dari suatu kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus tahu
akan kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain dan teman-
teman sekelasnya. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran yang tinggi dari peserta
didik akan hak serta kewajibannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
5. Keluarga
Tingkah laku peserta didik didalam kelas merupakan pencerminan
keadaan keluarganya. Sikap otoriter dari orang tua akan tercermin dari tingkah
laku peserta didik yang agresif dan apatis. Problem klasik yang dihadapi guru
memang banyak yang berasal dari lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang
baik dari lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin,
7
kebebasan yang berlebihan atau terlampau terkekang merupakan latar belakang
yang menyebabkan peserta didik melanggar di kelas.
6. Fasilitas
Fasilitas yang ada merupakan factor penting upaya guru memaksimalkan
programnya, fasilitas yang kurang lengkap akan menjadi kendala yang berarti bagi
seorang guru dalam beraktifitas. Kendala tersebut ialah:
1. Jumlah peserta didik didalam kelas yang sangat banyak
2. Besar atau kecilnya suatu ruangan kelas yang tidak sebanding dengan jumlah
siswa
3.Keterbatasan alat penunjang mata pelajaran (Nasution, 2005).
8
2.7 Metode Latihan Keterampilan Klinik
Observasi merupakan metode untuk menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu/kelompok secara langsung. Cara tersebut dilakukan
dengan pengamatan tentang apa yang benar-benar dilakukan individu dan
membuat pencatatan-pencatatan secara objektif mengenai apa yang diamati.
Purwanto (2008)
BAB III
METODE PELAKSANAAN
9
3.1 Lokasi Pelaksanaan
Tugas Pengenalan Profesi dengan judul “Mengamati Proses Pembelajaran
LKK” di Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang.
10
11 September 2014 - 17 Oktober 2014
(Blok 1)
No Jenis Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
I II III IV V VI VII-
selesai
1 Penentuan judul
2 Penyusunan
proposal
3 Pengambilan
data/wawancara
4 Pembahasan
5 Penyusunan
laporan
6 Pleno
BAB IV
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada Tahap Pengenalan Profesi ini, kami berkesempatan mengamati
proses pembelajaran Latihan Keterampilan Klinik yang diikuti oleh mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang angkatan 2012 dan
angkatan 2013. Kegiatan dilakukan dengan mengamati proses dari kelas besar
hingga kelas-kelas kecil dengan menempatkan satu anggota kelompok kami ke
dalam tiap-tiap kelompok yang diamati.
Pada angkatan 2013, blok XIV, kami mengamati Latihan Keterampilan
Klinik 3 mengenai Tes Neuropsikiatrik yang dengan materi MMSE (Mini-Mental
State Exammation) dan MoCAINA (Montreal Cognitive Assessment Indonesian
Version). Adapun sasaran LKK Tes Neuropsikiatrik setelah kegiatan ini
mahasiswa diharapkan mampu:
a. Melakukan penilaian fungsi kognitif dengan tes neuropsikiatrik, yaitu tes
MMSE dan MoCA-Ina.
b. Menginterpretasikan hasil tes MMSE dan MoCA-Ina.
Pada LKK 3, blok XIV, angkatan 2013 melaksanakan kegiatan LKK
dengan media pembelajaran sebagai berikut
a. Penuntun LKK 3 Blok XIV FK UMP
b. Ruang periksa dokter
c. Pasien simulasi atau probandus
d. Kuesioner MMSE dan MoCA-Ina
Dengan langkah sebagai berikut :
1. Mengucapkan salam kepada pasien.
12
masker, melakukan teknik cuci tangan bedah, mengeringkan tangan, melakukan
pemakaian baju operasi, melakukan pemakaian sarung tangan bedah, dan
melakukan antiseptik daerah pembedahan.
13
4. Memakai baju operasi
5. Memakai sarung tangan
Pada proses Latihan Keterampilan Klinik, mahasiswa dibagi menjadi
beberapa kelompok yang tediri dari 10 orang per kelompok. Setiap kelompok
memiliki dosen pembimbing yang akan menilai proses LKK tiap-tiap mahasiswa.
Pada awal proses, mahasiswa diberikan kuliah pengantar berupa ulasan materi
mengenai kegiatan LKK dalam satu kelas besar. Kemudian, mahasiswa masuk ke
dalam ruang kelas kecil yang telah ditentukan sesuai dengan kelompoknya
masing-masing dan melakukan LKK dengan media pembelajaran yang telah
disediakan.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, Latihan Keterampilan Klinik
merupakan metode mempraktikkan kegiatan klinik secara bersama-sama dengan
seorang pembimbing yang menilai tiap-tiap kegiatan yang telah dilakukan oleh
mahasiswa. Hal ini sesuai dengan definisi yang telah kami uraikan pada bab
sebelumnya, bahwa Latihan Keterampilan Klinik merupakan metode berupa
latihan keterampilan melakukan tindakan secara bersama – sama kemampuan
kognitif, psokomotor, dan afektif menggunakan sarana laboratorium. Kegiatan ini
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi yang
berhubungan dengan materi blok yang sedang berjalan.(Buku pedoman akademik,
2015)
Proses pembelajaran skill laboratory menurut Nurini, dkk (2002) bisa
dilakukan dengan cara ; 1) Mahasiswa sebelum praktik mempelajari teori
yang berkaitan dengan keterampilan yang akan dipelajari dan melihat
demonstrasi yang diperagakan oleh instruktur atau melihat audio visual. 2)
Mahasiswa berlatih dengan temannya mengenai prosedur yang sederhana dan
tidak menimbulkan resiko. 3) Beberapa keterampilan dilakukan pada manekin
misalnya pemasangan kateter, pemasangan NGT, dan lain-lain. 4) Pada
tingkat yang lebih lanjut dapat dilakukan pada pasien simulasi yang
14
telah dididik sebelumnya. 5) Apabila memungkinkan mahasiswa dapat
dihadapkan pada pasien dengan keadaan yang tidak berisiko.
BAB V
15
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
16
Burton, William H. 1952. The Guidance of Learning Activities. Boston: Allyn
Bacon.
Wijaya dan Rusyan. 1994. Kemampuan Dasar Guru. Jakarta: Rineka Cipta.
17
Situasi melakukan pemakaian baju operasi dan sarung tangan
18
Situasi LKK dalam kelas besar
19