Anda di halaman 1dari 12

Tugas MID

Prof. Dr. Effendi Napitupulu, M. Pd.

TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI


DALAM PEMBELAJARAN
OLEH:
KELOMPOK V

AZIZ BATU BARA : 8156122033

MAHA DEWI SITORUS : 8156122019

HUSNA LUBIS : 8156122011

NUR AFNY : 8156122023

PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

T.A 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kita semua menyadari bahwa ada satu hal di dunia ini yang tidak pernah berubaah yaitu
perubahan itu sendiri. Perubahan-perubahan yang berlangsung begitu cepat menuntut kita
untuk dapat mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan itu. Oleh karena itu, jika kita
tidak ingin ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain maka pendidikan mutlak kita butuhkan
untuk mengembangkan potensi anak di dalam negeri yang berperan sebagai aset negara yakni
melalui proses pembelajaran.
Sesuai dengan Undang-Undang Dasar pasal 31 ayat 3 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Tujuan di atas dapat dicapai salah
satunya dengan mengembangkan dan meningkatkan mutu serta daya saing dalam
pembelajaran di sekolah-sekolah. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran bagi guru-guru di
sekolah yang di lakukan harus selalu mengacu pada tujuan undang-undang dengan
memperhatikan karakteristik siswa sebagai penerus bangsa.
Sunarto (1994:1) menyatakan bahwa : Manusia adalah makhluk yang dapat di pandang
dari berbagai sudut pandang. Sebagai mana di kenal adanya manusia sebagai makhluk yang
berpikir atau homo sapien, makhluk yang berbuat atau homofaber dan mahkluk yang dapat
dididik atau homo educandum, merupakan pandangan-pandangan tentang manusia yang
dapat di gunakan untuk menetapkan cara pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia
tersebut. “setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan karakteristik
yang di dapat dari pengaruh lingkungan” (Sunarto, 1994:4). Seorang guru setiap tahun ajaran
baru selalu menghadapi siswa-siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang ada
didalam kelas, tidak seorangpun yang sama. Mungkin dua orang kelihatannya hampir sama,
akan tetapi pada kenyataannya jika diamati keduanya tentu terdapat perbedaan.
Untuk itu di perlukan guru-guru yang berkualitas, yang menguasai pendekatan, strategi,
model dan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat mengelola kegiatan
pembelajaran dua macam kelas yang optimal pada berbagai situasi siswa dan materi
pembelajaran. Namun karena berbagai sebab, kenyataan di lapangan sering tidak sesuai
dengan harapan para guru di sekolah-sekolah yang menerapkan metode pembagian dua kelas.
Sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran tertentu.
Hal ini mungkin di sebabkan oleh pendekatan, strategi, model, atau metode yang diterapkan
oleh guru kurang sesuai, juga kemampuan guru serta sarana pembelajaran yang meliputi
media, alat peraga dan buku pegangan siswa yang terbatas atau sebab lain yang tidak
diketahui.
Keadaan ini mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian tentang pembelajaran di
sekolah, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya peningkatan
prestasi belajar siswa dan peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Hasil observasi terhadap kualitas proses pembelajaran dan penelitian disekolah SMP
Negeri 1 Selesai maka masalah yang akan dijawab melalui pemecahan dua sub masalah di
bawah ini, yaitu:
1. Bagaimana sistem pembelajaran disekolah SMP Negeri 1 Selesai?
2. Bagaimana pengaruh budaya terhadap pembelajaran disekolah SMP Negeri 1 Selesai
3. Apakah anak didik merasakan pengetahuan sebagai kebutuhan atau orang tua/guru
yang memaksakan kebutuhan

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian tentang pembelajaran di sekolah ini adalah untuk melihat
proses pembelajaran kelas yang di jabarkan dalam tujuan khusus yaitu:
1. Untuk mengetahui Bagaimana sistem pembelajaran disekolah SMP Negeri 1 Selesai?
2. Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh budaya terhadap pembelajaran disekolah SMP
Negeri 1 Selesai
3. Untuk mengetahui Apakah anak didik merasakan pengetahuan sebagai kebutuhan atau
orang tua/guru yang memaksakan kebutuhan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas


Kelas merupakan sarana atau tempat penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang
paling dini, bahkan sampai perguruan tinggi. Dalam pembelajaran di kelas, “belajar itu akan
lebih berhasil apabila sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Cita-cita di masa yang akan
datang merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhan siswa untuk
belajar” (Sunarto, 1994:159).
Sebagian besar guru tidak menyadari akan pengalaman pembelajaran di kelas pada
umumnya yang masih bersifat tradisional. Kebanyakan guru di kelas hanya berceramah
menerangkan konsep, memberikan contoh soal dan latihan soal, kemudian mengadakan
ulangan harian tanpa harus memperhatikan kebutuhan siswa dalam belajar.
Guru mengajar seperti hanya menyuapi makanan kepada siswanya. Siswa harus
menerima suapan itu tanpa ada perlawanan, tanpa aktif berfikir, orang yang belajar dianggap
sebagai individu yang pasif tanpa bisa memberikan kritik apakah pengetahuan yang di
terimanya benar atau tidak. Akibatnya siswa menjadi sangat pasif, tidak kreatif dan tidak
produktif. Bila hal ini tidak segera diatasi maka tidak heran bila pemahaman siswa terhadap
pelajaran masih belum maksimal.

B. Pembelajaran Berdasarkan Teori Behavioristik


Salah satu faktor yang mendasari perlunya perubahan praktek pembelajaran di kelas
yang masih sangat tradisional adalah faktor psikologis yang di tandai dengan munculnya teori
belajar yang dikenal dengan behavioristik. “Gage dan Berliner menyatakan bahwa menurut
teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”
(Maziatul, 2009). Pada intinya, teori behavioristik menekankan pada pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Seorang siswa dianggap telah belajar sesuatu jika siswa yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya. Menurut teori ini kegiatan belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus atau apa saja yang diberikan guru kepada siswa
dan output yang berupa respon atau reaksi/tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut.
Teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran di aplikasikan dari beberapa hal
seperti tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya. Pembelajaran yang berpedoman
pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah tersusun dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar
atau siswa. “Siswa di harapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya, apa yang di pahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus di
pahami oleh murid” Degeng dalam (Maziatul, 2009).
Pengaruh bagi guru adalah bahwa mengajar merupakan kegiatan pemindahan
pengetahuan dari benak guru ke otak siswa. Oleh karena itu peran guru sebagai pendidik
harus mengembangkan kurikulum yang terancang dengan menggunakan standart-standart
tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Karena teori
behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka
siswa harus di hadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara
ketat.
Pembiasaan dan disiplin menjadi pegangan dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. kegagalan dalam penambahan pengetahuan di
kategorikan sebagai kesalahan yang perlu di hukum dan keberhasilan belajar di kategorikan
sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. “Siswa adalah obyek yang berperilaku
sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus di pegang oleh sistem yang berada diluar
diri siswa. Demikian juga, ketaatan pada aturan juga di pandang sebagai penentu keberhasilan
belajar” Degeng dalam (Maziatul, 2009).

C. Pengertian Kebudayaan
Kata ”kebudayaan” berasal dari (bahasa Sansekerta) buddayah yang merupakan bentuk
jamak dari kata “budhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal
yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Menurut Koentjaraningrat , kebudayaan adalah
keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar, dan
semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat. Senada dengan Koentjaraningrat adalah apa
yang didefinisikan oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi, dia merumuskan
kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material
culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Menurut R Linton dalam bukunya The Cultural Background of Personality, ( dalam
harsojo.1986) bahwa kebudayaan, adalah konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil
tingkah laku yang unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat
tertentu. “Kebudayaan” dalam bahasa Inggris disebut culture. Sebuah istilah yang relatif baru
karena istilah ‘culture’ sendiri dalam bahasa Inggris baru muncul pada pertengahan abad ke-
19. Sebelum tahun 1843 para ahli anthropologi memberi arti kebudayaan sebagai cara
mengolah tanah, usaha bercocok tanam, sebagaimana tercermin dalam istilah agriculture dan
holticulture. Hal ini dapat dimengerti karena istilah culture berasal dari bahasa Latin colere
yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah pertanian. Dalam arti kiasan kata itu juga diberi
arti “pembentukan dan pemurnian jiwa”.
Susanna K. Langer (dalam Jusuf Amir Feisal.1995) menyatakan apa yang dimaksud
dengan kebudayaan adalah ekspresi simbolis dari kebiasaan atau perkembangan rasa. Yang
dimaksud rasa disini bukan hanya rasa senang dan tidak senang, tetapi meliputi emosi,
sensasi, maupun segala sesuatu yang dapat dirasakan, seperti irama perhatian dan tegang
tidaknya pikiran, ketegangan dan kesantaian badaniah yang dapat dikurangi oleh sikap mental
dan berbagai macam kegiatan gambaran (imagination), rasa humor yang terdapat pada
seseorang dan sebagainya. Dengan kata lain kebudayaan merupakan ekspresi pola rasa yang
merupakan hasil keseluruhan budi dan daya masyarakat yang bersifat simbolis.
Hendropuspito mengemukakan bahwa kebudayaan ialah keseluruhan pola kelakuan lahir dan
batin yang memungkinkan hubungan sosial diantara anggota suatu masyarakat .
Dari berbagai pengertian kebudayaan tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
arti kebudayaan adalah keseluruhan kelakuan manusia secara lahir dan batin yang
pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu melalui proses
pembelajaran sehingga terjadi hubungan sosial diantara anggota suatu masyarakat dan
menghasilkan ekspresi simbolis dari kebiasaan sosial mereka.
BAB III
METODE PENGAMATAN

A. Teknik Pengamatan
Untuk mengetahui kualitas proses kegiatan pembelajaran maka dilakukan observasi
untuk mengetahui tingkat peran aktif guru selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.
Peneliti melakukan observasi di salah satu sekolah dengan langkah-langkah yang ditempuh
untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam bentuk wawancara yang
ditujukan pada sebagian guru dan penyebaran angket pada siswa.
Angket siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap kinerja guru dalam
penerapan model pembelajaran yang di terapkan di SMP Negeri 1 Selesai. Sedangkan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh budaya terhadap proses sisteam pembelajaran di sekolah
SMP Negeri 1 Selesai melalui kegiatan wawancara. Wawancara terutama dilakukan terhadap
guru-guru yang memiliki tugas ganda mengajar di banyak macam kelas yang berbeda, untuk
mengetahui sistem pembelajaran yang terjadi disekolah tersebut

B. Teknik Analisis Data


Data yang berupa kalimat-kalaimat yang dikumpulkan melalui observasi dengan
penyebaran angket pada siswa, wawancara pada sebagian guru diolah dan di analisis supaya
menghasilkan kesimpulan yang valid. Pengamatan menggunakan dua komponen pokok
dalam tahap analisis, yaitu data reduksi dan penguraian data. Data reduksi merupakan proses
seleksi pemfokusan data yang ada dalam angket dan juga dalam bentuk recording. Proses
pemfokusan ini bagian dari analisis yang mempertegas, memperpendek, dan membuang hal
yang tidak penting. Proses ini berlangsung sepanjang pelaksanaan pengamatan dan saat
pengumpulan data, setelah data yang dikumpulkan lebih fokus pada permasalahan.
Selanjutnya pada tahap penguraian data peneliti menjabarkan permasalahan sehingga
kesimpulan akhir dapat diperoleh.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Permasalahan
1. Sistem pembelajaran disekolah SMP Negeri 1 Selesai
Data yang telah terkumpul, kebanyakan permasalahan yang timbul di sekolah ialah
kurangnya sistem pembelajaran yang terbangun dari segi siswa terhadap motivasi belajar bagi
siswa dan penegasan dari guru dalam melaksanakan kewajibannya. Akibat yang ditimbulkan
siswa menjadi bosan, mengantuk dan malas mengikuti mata pelajaran yang berlangsung.
Memotivasi siswa dalam belajar menjadi kewajiban utama bagi guru di SMP Negeri 1
Selesai. Sesuai pengamatan terhadap tingkah laku yang tidak di inginkan dalam proses
pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkah laku siswa selama KBM
berlangsung. Selama pembelajaran berlangsung, ketika guru menjelaskan materi yang akan
disampaikan, ditemukan bahwa rata-rata siswa di kelas memperlihatkan tingkah laku yang
tidak di inginkan, yaitu mendengarkan musik ketika guru menjelaskan pembelajaran, bicara
dengan teman sebangku, melamun dan bahkan ada yang tidur di saat KBM berlangsung.
Setelah menerapkan aturan-atauran kelas kepada siswa, kebanyakan guru mengabaikan
tingkah laku siswa yang mengacau dan memuji tingkah laku siswa yang memberi kesempatan
guru untuk mengajar.
Keluhan siswa mengenai cara mengajar atau metode pembelajaran yang diberikan guru
di sekolahnya, kebanyakan mereka menuntut sistem pembelajaran yang menyenangkan dan
dapat menghidupkan suasana kelas dan juga tidak ambigu. Siswa hanya dituntut untuk
mendengarkan ceramah dari guru dan apabila siswa tidak memahami, guru menjelaskan
kembali sampai siswa tersebut benar-benar mengerti dan memahami apa yang dimaksud sang
guru.
Pendidik di sini terkesan lebih mementingkan masukan atau input yaitu berupa stimulus
dan siswa harus memahami serta mendapatkan apa yang diberikan oleh guru yakni berupa
respon atau output. Guru berasumsi intinya bahwa semua hasil belajar yang berupa
perubahan tingkah laku yang bisa diamati atau jelas adanya, itu yang di dapatkan dari hasil
belajar siswa. Juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya,
bahwa apa yang terjadi diantara input dan output itu dianggap tidak penting di
perhatikan sebab tidak bisa diamati. Siswa memahami penjelasan yang di sampaikan guru, di
sini siswa telah dianggap belajar tanpa memperhatikan apakah yang diberikan guru dan
diterima oleh siswa itu berpengaruh bagi proses belajar siswa dalam memahami pelajarannya.
Demikian yang diperoleh dari salah satu angket siswa yang di sebarkan peneliti pada dua
kelas yang berbeda, sebagai sampel untuk mengetahui proses pembelajaran di SMP NEGERI
1 SELESAI yang menerapkan model pembagian dua kelas yakni kelas MBI (Madrasah
Berstandart Internasional) dan kelas reguler.
Permasalahan guru sendiri, dari hasil wawancara terhadap sebagian guru-guru yang
mengajar di SMP Negeri 1 Selesai, kesulitan guru dalam pembelajaran kebanyakan
minimnya metode yang di gunakan pendidik dalam menghadapi peserta didik yang memiliki
pola belajar yang beragam dan minimnya pengetahuan guru mengenai apa-apa yang di
butuhkan siswa dalam pembelajaran. Demikian permasalahan yang dapat ditemukan peneliti
di lapangan, dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa masalah yang dihadapi guru dalam
penerapan model pembelajaran dua macam kelas di SMP Negeri 1 Selesai yang di jabarkan
dalam dua sub masalah di bawah ini, yaitu:
 Minimnya pemahaman guru mengenai karakteristik siswa atau apa yang siswa
butuhkan dan minimnya metode atau keterbatasan guru dalam hal mengelola dua
macam kelas seperti yang diterapkan di sekolah itu.
 Kurangnya penegasan dan rasa sebagai pemotivator dari diri pendidik dalam usahanya
meningkatkan hasil belajar siswa dan penggunaan metode yang terlalu ambigu yang
dapat menurunkan nafsu belajar siswa.

2. Pengaruh Budaya Terhadap Pembelajaran Disekolah SMP Negeri 1 Selesai


Proses pembelajaran erat sekali kaitannya dengan lingkungan atau suasana di mana
proses itu berlangsung. Meskipun prestasi belajar juga dipengaruhi oleh banyak aspek seperti
gaya belajar, fasilitas yang tersedia, pengaruh budaya akademik masih sangat penting. Hal ini
beralasan karena ketika para peserta didik belajar di ruangan kelas, lingkungan kelas, baik itu
lingkungan fisik maupun non fisik kemungkinan mendukung mereka atau bahkan malah
mengganggu mereka. Budaya akademik yang kondusif antara lain dapat mendukung:
interaksi yang bermanfaat di antara peserta didik memperjelas pengalaman-pengalaman guru
dan peserta didik. Sesuai dengan tekni pengumpulan data dengan cara ceramah maka dapat di
simpulkan dari hasil tersebut, budaya sangat mempengaruhi sistem pendidikan yang terjadi
disekolah tersebut. Namun budaya yang di anut disekolah tersebut sangat mengedepankan
perilaku islami yang sangat kental dan identik. Namun proses pembelajaran yang terjadi tetap
mengedepankan perkembangan budaya dan teknologi yang terbaru. Namun teknologi yang
digunakan belum sampai tingkat yang baik, seperti membuat media pelajaran matematika
sudah menggunakan softwer MSC. Power Point namun belum dirangkum menjadi media
yang menarik namun hanya sekedar menggunakan saja.

3. Anak Didik Merasakan Pengetahuan Sebagai Kebutuhan Atau Orang Tua/Guru


Yang Memaksakan Kebutuhan?
Sesuai dari penyebaran angket dan wawancara secara langsung dengan siswa dan guru
dapat disimpulkan siswa yang sebenarnya membutuhkan pendidikan. Karena dari
pengamatan siswa sangat tidak senang dan tidak merasakan pembelajaran yang baik yang di
akibatkan sistem yang dilakukan oleh guru. Ini membuktikan sebenarnya siswa yang
meharapkan proses pembelajaran karena mereka merasakan pengetahuan merupakan
kebutuhan namun guru tidak merasakan keinginan siswa yang membutuhkan penegtahuan
terhadap kebutuhan mereka, sehingga guru dalam proses pembelajarannya tidak
menggunakan proses yang baik dengan mengedepankan media, model dan strategi yang baik
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan pemaparan permasalahan yang di temukan di lapangan dan dapat di simpulkan
bahwa permasalahan yang menghambat keefektifan pelaksanaan pembelajaran di SMP
NEGERI 1 SELESAI ialah minimnya pemahaman guru mengenai kebutuhan siswa serta
kurangnya partisipasi siswa terhadap proses belajar di kelas.

B. Saran
Idealnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru benar-benar sesuai dengan
apa yang di harapkan oleh siswa dan juga sesuai dengan kondisi siswa
Daftar Pustaka

http://jenemeks .blogspot.com/2012/04/pembentukan-kepribadian.html.
Suharsini Arikunto,Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta:Rineka Cipta,1990)
Subyantoro, Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang:Unnes Press,2012)
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Arruzz, 2008)

Anda mungkin juga menyukai