T.A 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kita semua menyadari bahwa ada satu hal di dunia ini yang tidak pernah berubaah yaitu
perubahan itu sendiri. Perubahan-perubahan yang berlangsung begitu cepat menuntut kita
untuk dapat mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan itu. Oleh karena itu, jika kita
tidak ingin ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain maka pendidikan mutlak kita butuhkan
untuk mengembangkan potensi anak di dalam negeri yang berperan sebagai aset negara yakni
melalui proses pembelajaran.
Sesuai dengan Undang-Undang Dasar pasal 31 ayat 3 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Tujuan di atas dapat dicapai salah
satunya dengan mengembangkan dan meningkatkan mutu serta daya saing dalam
pembelajaran di sekolah-sekolah. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran bagi guru-guru di
sekolah yang di lakukan harus selalu mengacu pada tujuan undang-undang dengan
memperhatikan karakteristik siswa sebagai penerus bangsa.
Sunarto (1994:1) menyatakan bahwa : Manusia adalah makhluk yang dapat di pandang
dari berbagai sudut pandang. Sebagai mana di kenal adanya manusia sebagai makhluk yang
berpikir atau homo sapien, makhluk yang berbuat atau homofaber dan mahkluk yang dapat
dididik atau homo educandum, merupakan pandangan-pandangan tentang manusia yang
dapat di gunakan untuk menetapkan cara pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia
tersebut. “setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan karakteristik
yang di dapat dari pengaruh lingkungan” (Sunarto, 1994:4). Seorang guru setiap tahun ajaran
baru selalu menghadapi siswa-siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang ada
didalam kelas, tidak seorangpun yang sama. Mungkin dua orang kelihatannya hampir sama,
akan tetapi pada kenyataannya jika diamati keduanya tentu terdapat perbedaan.
Untuk itu di perlukan guru-guru yang berkualitas, yang menguasai pendekatan, strategi,
model dan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat mengelola kegiatan
pembelajaran dua macam kelas yang optimal pada berbagai situasi siswa dan materi
pembelajaran. Namun karena berbagai sebab, kenyataan di lapangan sering tidak sesuai
dengan harapan para guru di sekolah-sekolah yang menerapkan metode pembagian dua kelas.
Sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran tertentu.
Hal ini mungkin di sebabkan oleh pendekatan, strategi, model, atau metode yang diterapkan
oleh guru kurang sesuai, juga kemampuan guru serta sarana pembelajaran yang meliputi
media, alat peraga dan buku pegangan siswa yang terbatas atau sebab lain yang tidak
diketahui.
Keadaan ini mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian tentang pembelajaran di
sekolah, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya peningkatan
prestasi belajar siswa dan peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Hasil observasi terhadap kualitas proses pembelajaran dan penelitian disekolah SMP
Negeri 1 Selesai maka masalah yang akan dijawab melalui pemecahan dua sub masalah di
bawah ini, yaitu:
1. Bagaimana sistem pembelajaran disekolah SMP Negeri 1 Selesai?
2. Bagaimana pengaruh budaya terhadap pembelajaran disekolah SMP Negeri 1 Selesai
3. Apakah anak didik merasakan pengetahuan sebagai kebutuhan atau orang tua/guru
yang memaksakan kebutuhan
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian tentang pembelajaran di sekolah ini adalah untuk melihat
proses pembelajaran kelas yang di jabarkan dalam tujuan khusus yaitu:
1. Untuk mengetahui Bagaimana sistem pembelajaran disekolah SMP Negeri 1 Selesai?
2. Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh budaya terhadap pembelajaran disekolah SMP
Negeri 1 Selesai
3. Untuk mengetahui Apakah anak didik merasakan pengetahuan sebagai kebutuhan atau
orang tua/guru yang memaksakan kebutuhan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
C. Pengertian Kebudayaan
Kata ”kebudayaan” berasal dari (bahasa Sansekerta) buddayah yang merupakan bentuk
jamak dari kata “budhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal
yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Menurut Koentjaraningrat , kebudayaan adalah
keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar, dan
semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat. Senada dengan Koentjaraningrat adalah apa
yang didefinisikan oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi, dia merumuskan
kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material
culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Menurut R Linton dalam bukunya The Cultural Background of Personality, ( dalam
harsojo.1986) bahwa kebudayaan, adalah konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil
tingkah laku yang unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat
tertentu. “Kebudayaan” dalam bahasa Inggris disebut culture. Sebuah istilah yang relatif baru
karena istilah ‘culture’ sendiri dalam bahasa Inggris baru muncul pada pertengahan abad ke-
19. Sebelum tahun 1843 para ahli anthropologi memberi arti kebudayaan sebagai cara
mengolah tanah, usaha bercocok tanam, sebagaimana tercermin dalam istilah agriculture dan
holticulture. Hal ini dapat dimengerti karena istilah culture berasal dari bahasa Latin colere
yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah pertanian. Dalam arti kiasan kata itu juga diberi
arti “pembentukan dan pemurnian jiwa”.
Susanna K. Langer (dalam Jusuf Amir Feisal.1995) menyatakan apa yang dimaksud
dengan kebudayaan adalah ekspresi simbolis dari kebiasaan atau perkembangan rasa. Yang
dimaksud rasa disini bukan hanya rasa senang dan tidak senang, tetapi meliputi emosi,
sensasi, maupun segala sesuatu yang dapat dirasakan, seperti irama perhatian dan tegang
tidaknya pikiran, ketegangan dan kesantaian badaniah yang dapat dikurangi oleh sikap mental
dan berbagai macam kegiatan gambaran (imagination), rasa humor yang terdapat pada
seseorang dan sebagainya. Dengan kata lain kebudayaan merupakan ekspresi pola rasa yang
merupakan hasil keseluruhan budi dan daya masyarakat yang bersifat simbolis.
Hendropuspito mengemukakan bahwa kebudayaan ialah keseluruhan pola kelakuan lahir dan
batin yang memungkinkan hubungan sosial diantara anggota suatu masyarakat .
Dari berbagai pengertian kebudayaan tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
arti kebudayaan adalah keseluruhan kelakuan manusia secara lahir dan batin yang
pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu melalui proses
pembelajaran sehingga terjadi hubungan sosial diantara anggota suatu masyarakat dan
menghasilkan ekspresi simbolis dari kebiasaan sosial mereka.
BAB III
METODE PENGAMATAN
A. Teknik Pengamatan
Untuk mengetahui kualitas proses kegiatan pembelajaran maka dilakukan observasi
untuk mengetahui tingkat peran aktif guru selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.
Peneliti melakukan observasi di salah satu sekolah dengan langkah-langkah yang ditempuh
untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam bentuk wawancara yang
ditujukan pada sebagian guru dan penyebaran angket pada siswa.
Angket siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap kinerja guru dalam
penerapan model pembelajaran yang di terapkan di SMP Negeri 1 Selesai. Sedangkan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh budaya terhadap proses sisteam pembelajaran di sekolah
SMP Negeri 1 Selesai melalui kegiatan wawancara. Wawancara terutama dilakukan terhadap
guru-guru yang memiliki tugas ganda mengajar di banyak macam kelas yang berbeda, untuk
mengetahui sistem pembelajaran yang terjadi disekolah tersebut
B. Saran
Idealnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru benar-benar sesuai dengan
apa yang di harapkan oleh siswa dan juga sesuai dengan kondisi siswa
Daftar Pustaka
http://jenemeks .blogspot.com/2012/04/pembentukan-kepribadian.html.
Suharsini Arikunto,Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta:Rineka Cipta,1990)
Subyantoro, Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang:Unnes Press,2012)
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Arruzz, 2008)