Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MANAJEMEN PEMBELAJARAN EFEKTIF


“Analisis Kasus Pembelajaran di Sekolah”

Oleh Kelompok 9 :

Meilani Miswandi 18004194

Fifi Miftahur Rahmi 18004170

Imam Wahyudi 18004178

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan nama Allah Swt. Yang Maha Pemurah, lagi Maha
Penyayang. Puji dan syukur dengan hati yang tulus kami mempersembahkan
kehadirat Allah Swt., karena atas berkat taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat mempersembahkan makalah tepat pada waktunya. Tak lupa pula shalawat dan
shalam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad
Saw, sang pahlawan revolusioner Islam, yang telah membebaskan kita dari zaman
kebodohan (jahilia), menuju zaman yang kita nikmati saat ini.

Penulisan makalah ini, dibuat untuk menambah khasanah berfikir kita


tentang materi “Analisis kasus pembelajaran di sekolah”. Sehingga dengan
pemikiran tersebut, kita dapat mengerti dan memahami serta mengaplikasikan
dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian, maka kami sangat
mengharapkan sumbang fikiran berupa saran, kritik atau masukan yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini, agar dapat berguna bagi kita semua,
dan demi kesempurnaan makalah ini di masa hadapan. Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Penulis

Padang , Oktober 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan zaman saat begitu sangat cepat, mulai dari perubahan-perubahan
dibidang ekonomi, sosial, teknologi sampai bidang pendidikan. Pendidikan di
Indonesia sudah mengalami kemajuan yang lebih modern dibandingkan dengan
zaman dahulu, karena proses perubahan ini didikung dari berbagai sisi positif juga
perang Guru serta Orang tua yang bekerja sama demi mencapai tujuan yang
sama.Belajar merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam
upaya meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh  perubahan dan 
peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri. Belajar adalah
salah satu aktivitas siswa yang terjadi di dalam lingkungan belajar. Belajar
diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah satu lembaga
pendidikan formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah dimana di dalamnya
terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan
siswa. Tujuan belajar siswa sendiri adalah untuk mencapai atau memperoleh
pengetahuan yang tercantum melalui hasil belajar yang optimal sesuai dengan
kecerdasan intelektual yang dimilikinya.
Pada dewasa ini banyak masalah yang timbul lebih cepat. Sebelum kita dapat
mengidentifikasi masalah itu, yang pasti tampak cara untuk memperoleh kejelasan
dan hal ini tidak dapat dipisahkan dengan masalah-masalah itu. Semakin lama
masalah itu menjadi sangat komplek. Juga dalam masalah-masalah itu selalu terjadi
perubahan terutama masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan.
Di era reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan kegiatan belajar
dan mengajar harus diupayakan secara maksimal agar mutu pendidikan meningkat,
hal ini dilakukan karena majunya pendidikan membawa implikasi meluas terhadap
pemikiran manusia dalam berbagai bidang sehingga setiap generasi muda harus
belajar banyak untuk menjadi manusia terdidik sesuai dengan tuntunan zaman.
Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung bagaimana proses belajar mengajar
yang dialami oleh siswa seorang guru dituntut untuk teliti dalam memilih dan
menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Akan
tetapi dalam mencapai suatu tujuan yang baik pasti ada kendala suatu masalah yang
menghalangi dalam pencapaian tujuan itu, seperti halnya dalam bidang pendidikan,
pasti ada masalah-masalah dalam pembelajaran siswa. Masalah yang timbul dalam
proses belajar mengajar disebabkan kurang hubungan komunikasi antara guru dan
siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya sehingga proses interaksi menjadi
vakum.
Untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat
dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pengajaran sehingga dalam perbaikan
proses pengajaran ini peranan guru sangat penting. Selaku pengelola kegiatan siswa,
guru juga diharapkan membimbing dan membantu siswa.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penyusun membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian masalah belajar?
2. Apa sajakah jenis masalah-masalah dalam pembelajaran?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab masalah-masalah dalam
pembelajaran yang dihadapi siswa?
4. Bagaimanakah prosedur atau langkah-langkah pemecahan masalah-masalah
dalam pebelajaran yang dihadapi siswa?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mendeskripsikan pengertian masalah belajar,
2. Mendeskripsikan jenis masalah-masalah dalam pembelajaran,
3. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab masalah-masalah dalam pembelajaran,
4. Mendeskripsikan prosedur atau langkah-langkah pemecahan masalah-masalah
dalam belajar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masalah Belajar


1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar bisa mempunyai arti yang luas, tergantung kita sendiri
memberikan arti untuk belajar. Karena segala sesuatu yang kita kerjakan bisa mempunyai
arti belajar, namun dalam hal ini saya mengartikan belajar dalam hal mencari pengetahuan
ilmu, atau biasa kita jumpai pada proses pembelajaran anak dilingkungan sekolah.
Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive
behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu
merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Skinner percaya bahwa
proses adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguatan
(reinforcement). Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik
dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga memebutuhkan proses yang berarti
belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.
Jadi belajar adalah proses untuk perubahan prilaku dari yang bersifat tidak baik
menuju sifat yang baik dan lebih baik, karena dengan sikap yang baik, orang yang
mempunyai ilmu akan lebih dihargai dari pada sifat yang kurang baik. Dalam mencapai
tujuan tersebut tentunya sangat membutuhkan waktu, sehingga pembelajaran yang formal
ada batasan-batasan yang membatasi waktu untuk menempuh proses belajar itu. Dengan
adanya kurikulum yang mengatur proses pembelajaran, maka batasan-batasan tertentu
sangat membatasi adanya kaitan satu dengan yang lain.
Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua
rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “…acquisition of any relatively permanent change
in behavior as a result of practice and experience” (Belajar adalah perolehan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman). Rumusan
keduanya adalah process of acquiring responses as a result of special practice (Belajar
ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus).
Seperti yang diungakapkan Skiner, menurut Chaplin ini juga tidak jauh berbeda
dengan ungkapan Skiner, Belajar adalah perubahan tingkah laku, sebagai perbedaan antara
orang yang berilmu dan tidak.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami secara umum bahwa belajar
adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang yang
relatif menetap diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus
dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif.

2. Pengertian Masalah Belajar


Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak
terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal
yang tidak mengenakan.
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai
adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu
dihilangkan.
Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
“Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau
didefinisikan sebagai berikut.“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami
oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat
berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja
dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang memiliki kemampuan
diatas rata-rata normal, pandai atau cerdas. Masalah-masalah dalam pembelajaran ini
adalah sesuatu yang harus dipecahhkan oleh guru dan orang tua sehingga proses belajar
anak bisa sesuai dengan tujuan yang pertama yaitu mencerdaskan anak bangsa yang
berpendidikan dan mempunyai tingkah laku yang baik. Tanggung jawab seorang guru
dalam mendidik anak bisa berjalan dengan baik jika masalah-masah dalam pembelajaran
bisa dipecahkan secara bersama-sama.

3. Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan,
maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidak
terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada
di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa adalah keadaan alam, benda-
benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang akan dijadikan bahan belajar.
Belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis suatu keadaan sehingga
terjadi perubahan perilaku, dan perubahan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai hasil
belajar jika disebabkan oleh karena pertumbuhan atau keadaan sementara. (Syaifuddin
Iskandar, 2008:1).
Sedangkan pembelajaran atau instruksional adalah usaha mengorganisasikan
lingkungan belajar sehingga memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar
tertentu yang akan mendukung pembelajaran itu nantinya.

B. Jenis-jenis masalah dalam Pembelajaran


Di dalam setiap kehidupan pasti akan ada yang namanya masalah , begitu juga masalah
dalam pembelajaran yang membuat peserta didik tidak dapat secara maksimal untuk
menyerap ilmu yang telah di sampaikan oleh tenaga didik.
Berikut akan kami sampaikan beberapa masalah dalam pembelajaran yang perlu untuk
ditanggulangi:
1. Berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau berpartisipasi di dalam belajar
2. Semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di mulai
3. Pada zaman yang berkembang ini juga banyak sekali perkelahian muncul di kalangan antar
pelajar
4. Prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan nilai
5. Semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar.
Identifikasi penyebab masalah dalam pembelajaran mengenai kurangnya motivasi belajar
peserta didik di dalam melakukan pembelajaran antara lain adalah :
1.Kurangnya sekolah menentukan guru yang kompetitif di dalam melakukan pembelajaran
atau terlalu monotonnya proses pembelajaran di dalam sekolah
2. Kurangnya guru melakukan sebuah hubungan atau relasi dengan para murid yang menjadi
peserta didiknya
3. Kurang maksimalnya di dalam penggunaan alat ataupun media pembelajaran yang menjadi
pendukung di dalam aktivitas belajar mengajar
4. Tidak adanya sebuah ide atau motivasi untuk membuat kelas yang hidup dan tidak berkesan
kaku dan membosankan
5. Guru tidak melakukan upaya permasalahan kelas yang monoton yang membuat peserta
didik menjadi malas untuk datang ke kelas
6. Kurangnya kemampuan para peserta didik untuk bekerja di dalam kelompok-kelompok
kecil untuk melakukan diskusi ringan;
7. Tidak adanya upaya para tenaga didik untuk memulai cara pembelajaran yang baru supaya
para peserta didik dapat lebih aktif di dalam lingkup pembelajaran.Tidak adanya sebuah
penghargaan ataupun imbalan yang di berikan kepada peserta didik yang memiliki
kemampuan yang lebih;
Diantara banyak peserta didik di sekolah ada siswa yang berprestasi, namun banyak pula
yang dijumpai siswa yang gagal. Secara umum, siswa-siswa yang mengalami nilai dan angka
rapor banyak rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya dapat dianggap
sebagai siswa yang mengalami masalah belajar. Seseorang siswa dapat diduga mengalami
kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil
belajar tertentu.
Selain masalah-masalah dalama pembelajaran yang telah diungkapkan diatas, namun
banyak sekali yang berbeda dan itu tergantung mereka menilai dari sudut pandang yang
berbeda juga. Prayitno (Herman dkk, 2006:149-150) mengemukakan masalah belajar sebagai
berikut :
1. Keterampilan Akademik
Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak
dapat memanfaatkannya secara optimal. Seharusnya kegiatan exstra harus dimanfa’atkan
secara baik oleh guru dan orang tua, karena ketrampilan setiap anak didik sangatlah
berbeda-beda, sehingga bisa mengeluarkan dan memulai ketrampilannya sejak dari kecil
dan diharapkan bisa mengembangkannya.
2. Keterampilan dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-
tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi.
Ketrampilan dalam belajar bisa menunjang prestasi belajar siswa karena siswa akan lebih
banyak mendapatkan ilmu pengetahuan tambahan dari proses pembelajaran yang
semestinya.
3. Sangat Lambat dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu
dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Sebenarnya
setiap siswa mempunyai akal yang sama, tetapi kemampuan setiap siswa yang satu dengan
siswa yang lain sangatlah berbeda dan disinalah letak kerja exstra guru dalam memberikan
pengajaran yang lebih agar siswa yang kurang mampu dalam menerima pelajaran tidak
terlihat sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan siswa yang penerimaan pelajarannya
sangat cepat.
4. Kurang Motivasi dalam Belajar
Keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak
jera dan malas. Hal ini disebabkan dari beberapa sebab yang meliputi dari lingkungan
sekolah, keluarga maupun dari lingkungan pergaulan anak, jika lingkungan anak memang
sejak kecil diberi semangat belajar yang tinggi, pastinya siswa tersebut bisa termotivasi
untuk menjadi anak yang pintar, namun sebaliknya kurangnya motivasi belajar siswa bisa
mempengaruhi proses belajar dan akhirnya menjadi salah satu dari sekian banyak masalah-
masalah dalam pembelajaran.
5. Bersikap dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar
Kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic
dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci
guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya, maka
sikap dan kebiasaan yang baik bisa menunjang kelancaran proses belajar anak. Hal ini
disebabkan anak akan cenderung rajin belajar dari pada siswa yang mempunyai sikap dan
kebiasaan yang buruk.

C. Faktor-faktor penyebab masalah-masalah dalam pembelajaran


1. Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal)
Faktor yang bersumber dari diri pribadi sendiri yaitu :
a. Faktor Psikologis
1) Intelegensi
Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam
memahami pelajaran yang diberikan guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan
siswa-siswa yang berintelegensi rendah.
2) Bakat
Apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan bakatnya maka
siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.
3) Motivasi
Prestasi belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut tidak mempunyai
motivasi dalam belajar.
b. Faktor Fisiologis
Gangguan-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat penglihatan dan
pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan belajar. Seperti gangguan visual yang
sering disertai dengan gejala pusing, mual, sakit kepala, malas, dan kehilangan
konsentrasi pada pelajaran.

2. Faktor Eksternal
a. Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah
1) Metode mengajar
Apabila guru menggunakan metode yang sama untuk semua bidang studi
dan pada setiap pertemuan akan membosankan siswa dalam belajar.
2) Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa
Dalam proses pendidikan, antar guru, guru dengan siswa, dan antar siswa
tidak terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk bekerja sama, maka siswa
akan mengalami kesulitan dalam belajar. Karena antar personal sekolah akan
saling menyebutkan kelemahan dari personal lain dan terjadinya persaingan yang
kurang sehat.
3) Sarana dan prasarana
Alat-alat belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku sumber yang
diperlukan sulit didapatkan, ruang kelas, ruang kelas tidak mencukupi syarat
seperti terlalu panas, pengap, dan ruang kecil yang tidak sesuai dengan jumlah
siswa.

b. Faktor Keluarga
1) Keadaan ekonomi keluarga
Apabila anak hidup dalam keluarga yang miskin dan harus bekerja
membantu mencari tambahan ekonomi keluarga akan menimbulkan kesulitan bagi
anak, mungkin akan terlambat datang, tidak dapat membeli peralatan sekolah
yang dibutuhkan, tidak dapat memusatkan perhatian karena sudah lelah dan
sebagainya.
2) Hubungan antar sesama anggota keluarga
Apabila hubungan antar keluarga tidak harmonis, seperti orang tua sering
bertengkar, orang tua otoriter, peraturan yang ketat, dan sebagainya, maka anak
tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar.
3) Tuntutan orang tua
Tuntutan orang tua dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak apabila
tuntutan itu tidak sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat anak.

c. Faktor Lingkungan Masyarakat


Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat yang dapat menimbulkan
kesulitan belajar adalah media cetak, komik, buku-buku pornografi, media elektronik,
TV, VCD, video, play station, dan sebagainya.

Masalah yang ditemukan di SMA 1 Sungai Tarab.

1. Terbatasnya akses ke perangkat komputer dan smartphone.


Karena Masih banyaknya pelajar di Indonesia yang tidak memiliki akses ke
perangkat komputer dan juga smartphone. Hal ini biasa dialami oleh pelajar yang
berasal dari keluarga menengah ke bawah. Kondisi ini menyebabkan tidak
meratanya akses pembelajaran daring di sekolah.
2. Jaringan internet yang lambat.
karena pada saat pembelajaran daring membutuhkan jaringan internet yang
cukup kuat mengingat media yang digunakan berupa Zoom, Google Meet, Skype
dan aplikasi lainnya untuk menghadiri video conference.
Aplikasi-aplikasi untuk menghadiri video conference tersebut membutuhkan
jaringan internet yang kuat agar proses pembelajaran tetap lancar dan tidak
terkendala video yang tiba-tiba berhenti atau suara yang putus-putus.
Permasalahan teknis seperti suara yang putus-putus dan video yang berhenti
menyebabkan pembelajaran tidak efektif dan murid tidak dapat menyerap
informasi yang disampaikan guru secara utuh.
3. Harga kuota internet yang mahal.
Selain jaringan internet yang sangat lambat, tantangan dan halangan belajar
online selanjutnya adalah harga kuota internet yang terlalu mahal bagi sebagian
besar orang.
Apalagi paket internet yang mahal tersebut seringkali dibatasi untuk besaran
kuota tertentu saja yang tentunya tidak cukup untuk kebutuhan para siswa
menjalankan video conference dengan gurunya. Seperti yang kita ketahui bahwa
kuota yang dibutuhkan untuk video conference tentu saja sangat besar.
Sementara rata-rata harga paket internet dari provider tergolong cukup mahal
terutama untuk rata-rata pendapatan masyarakat di daerah ini. Ditambah lagi
paket internet tersebut hanya bisa digunakan oleh satu orang untuk satu
perangkat dan tidak untuk seluruh anggota keluarga.
4. Guru dan Pelajar Masih Belum Lihai Menggunakan Teknologi Digital
Selama ini, masyarakat hanya mengenal proses belajar secara tatap muka. Proses
pembelajaran secara daring masih sangat langka dilakukan di Indonesia sehingga
perubahan sistem belajar dari tatap muka menjadi daring membuat banyak pihak
harus segera beradaptasi dengan teknologi digital.
Penggunaan teknologi digital yang harus dipelajari mulai dari perangkat keras
hardware hingga software atau aplikasi. Banyak pihak seperti guru hingga
pelajar yang tidak terlalu paham menjalankan fitur tertentu di dalam software
sehingga pembelajaran tidak maksimal.
5. Sulit untuk interaktif.
Meski hal ini tidak selalu terjadi, namun umumnya proses belajar mengajar yang
dilakukan secara online menyebabkan proses pembelajaran tidak dapat
berlangsung secara interaktif. Banyak siswa yang merasa bingung dengan suatu
materi namun kesulitan untuk bertanya kepada guru.
Hal ini terkadang juga disebabkan oleh guru yang menyampaikan materi secara
satu arah saja dan tidak memberi kesempatan murid untuk bertanya. Apalagi di
beberapa kasus, guru seringkali tidak mengadakan video conference dan hanya
memberikan materi tertulis dan video penjelasan saja kepada siswa.
Hal ini tentu menyulitkan para siswa untuk memahami dan bertanya terkait
materi tertentu kepada guru. Alhasil proses belajar mengajar menjadi tidak
efektif untuk siswa.
6. Siswa bermain-main
Banyak siswa yang bermain-main ketika belajar online karena merasa tidak
diawasi oleh guru secara langsung. Para guru pun kesulitan untuk memantau
perkembangan siswa. Oleh karena itu dibutuhkan koordinasi yang baik antara
guru dan wali murid.

D. Langkah-langkah Pemecahan Masalah-masalah dalam Pembelajaran


Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya
tidak berlarut-larut nantinya dan siswa yang mengalami masalah belajar ini dapat
berkembang secara optimal. Masalah-masalah dalam pembelajaran harus segera dipecahkan
karena itu bisa menjadi titik kelemahan lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas pendidiakan di Indonesia. Pemecahan masalah ini bisa dilihat dari faktor-
faktor yang mempengaruhi adanya masalah-masalah tersebut.
Pembelajaran yang baik tentunya sangat memerlukan pengelolaan yang baik juga, dan
untuk mencapainya harus dengan selalu intropeksi pada hal-hal yang menyebabkan
timbulnya masalah itu. Dari uraian faktor yang ada diatas tadi, langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :
Menurut Prayitno (Herman dkk, 2006:159-160) masalah pembelajaran siswa dapat
dientaskan melalui :
1. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada
seseorang atau sekelompok siswa yang mengalami masalah-masalah belajar dengan
maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa.
pembelajaran siswa untuk meningkatkan prestasi siswa maupun prestasi sekolah
tersebut. 
Saat ini, metode belajar yang populer di Indonesia yang dikenal dengan PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Aktif artinya ketika
proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa
aktif untuk bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif artinya
bagaimana guru menciptakan pembelajaran yang bisa membuat siswanya berpikir bahwa
learning is fun, sehingga tertanam didalam pikiran siswanya tidak akan ada lagi perasaan
tertekan dengan tenggat waktu pengumpulan tugas dan rasa bosan tentunya.
Kreatif artinya  agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif artinya bagaimana guru mampu
menciptakan apa yang harus dikuasai oleh siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung tanpa menyia-nyiakan waktu. Dan Menyenangkan artinya suasana belajar-
mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh
pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.

2. Program Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada
seseorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Sebagai seorang
pendidik kita tidak harus memperhatikan siswa yang kurang mampu saja, akan tetapi
siswa yang cepat dalam belajar juga sangat penting untuk kita perhatikan, hal ini nantinya
tidak ada kesenjangan satu dengan yang lain, harapannya siswa yang cepat dalam
menerima pelajaran bisa mengimbangi dan mungkin bisa membantu siswa yang kurang
cepat dalam menerima pelajaran.

3. Peningkatan Motivasi Belajar


Guru bidang studi, guru pembimbing, dan staf sekolah lainnya berkewajiban
membantu siswa meningkatkan motivasi dalam belajar. Salah satunya dengan cara
menyesuaikan pengajaran dengan bakat, minat, dan kemampuan. Peningkatan motivasi
belajar sangatlah penting untuk diberikan kepada semua siswa, hal ini bisa memberikan
semangat belajar yang tinggi
bagi semua siswa dalam hal mengeluarkan semua bakat dan minat siswa untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara individu maupun secara kelompok.
Motivation is an essential condition of learning. Sehubungan dengan hal tersebut
ada tiga fungsi motivasi:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuannya.
c.  Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan
menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar
dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik,
sebab tidak serasi dengan tujuan.

   4. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik


Setiap siswa diiharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif
karena prestasi belajar yang baik diperoleh melalui usaha atau kerja keras. Kebiasaan
belajar yang baik sangat menunjang dalam segala aspek pembelajaran siswa, ketika
siswa sudah melaksanakan hal-hal yang baik, mulai dari pengembangan sikap,
disiplin, rajin dan ada tanggung jawab bersama, maka proses pembelajaran akan
berjalan sesuai dengan harapan bersama, dan bisa memberikan pengaruh yang besar
dalam peningktan prestasi siswa.
Mengajar sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan saja tidak
cukup, tetapi harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara tidak langsung harus
dapat membimbing siswa untuk melakukan dan menyadari etika, budaya serta moral
yang berlaku di tempat siswa tinggal. Guru bukan sebagai pemberi informasi
sebanyak-banyaknya kepada para siswa, melainkan guru sebagai fasilitator, teman dan
motivator. Oleh karena
itu, pengajaran minimal harus dipandang sebagai suatu proses sistematis dalam
merencanakan, mendesain, mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan pembelajaran secara efektif dalam jangka waktu yang layak.

5. Layanan Konseling Individual


Dalam hubungan tatap muka antara konselor dengan klien (siswa) pada kegiatan
konseling diupayakan adanya pengentasan masalah-masalah klien yang telah
disampaikan pada konselor. Sebagai seorang konselor sebaiknya bisa mengatasi masalah
itu dari proses/sebab yang mempengaruhi adanya hal-hal yang bisa menyebabkan
masalah-masalah pembelajaran. Adanya masalah itu pasti juga adanya sebab yang
mempengaruhinya, maka layanan konseling diberikan kepada setiap siswa yang merasa
dirinya kurang dalam aspek-aspek yang ada pada proses pembelajaran disekolah atau diri
sendiri.
Guru Bimbingan Konseling juga memiliki peranan yang cukup besar dalam hal
memotivasi siswa, guru secara berkelanjutan memberikan penyuluhan dan motivasi
kepada siswa baik secara perorangan (individu) maupun secara kelompok.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh siswa sehingga dapat
menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu ini dapat berkenaan dengan keadaan
dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan
lingkungan yang tidak merugikan dan memberikan dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah
belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan
tetapi juga dapat dialami oleh siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata normal atau
tinggi.
Pembelajaranadalah usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga memungkinkan
siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan
berbagai media dan sumber belajar tertentu yang akan mendukung pembelajaran itu nantinya.
Masalah- masalah dalam pembelajaran antara lain :
1.   Berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau berpartisipasi di dalam
belajar;
2.  Semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di mulai;
3.  Banyak sekali perkelahian muncul di kalangan antar pelajar;
4.  Prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan nilai;
5.  Semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar.

Faktor-faktor penyebab masalah belajar dapat berasal dari dalam diri siswa itu sendiri
(internal) maupun dari luar diri siswa (eksternal).
1.      Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal)
a.       Faktor Psikologis
b.      Faktor Fisiologis
2.      Faktor Eksternal
a.       Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah :
b.      Faktor Keluarga
c.       Faktor Lingkungan Masyarakat
Pemecahan masalah-masalah pembelajaran antara lain:
1.      Pengajaran Perbaikan
2.      Program Pengayaan
3.      Peningkatan Motivasi Belajar
4.      Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
5.      Layanan Konseling Individual

B.     Saran
1.      Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan Makalah ini, sangat diharapkan
akan adanya perbaikan.
2.      Diharapkan kepada para Guru agar lebih menyelenggarakan pembelajaran yang optimal
terhadap anak didiknya dan memberikan pemahaman yang lebih luas tentang arti belajar itu
sendiri.
3.      Diharapkan kepada Guru selaku pendidik untuk tidak hanya memfokuskan fungsinya selaku
pengajar dan fasilitator, tetapi juga perannya selaku motivator sehingga sukses dalam proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, dkk., (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nirwana, Herman dkk. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Padang : FIP UNP.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai