Anda di halaman 1dari 17

INOVASI PEMBELAJARAN

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Pendidikan dan Promosi Kesehatan

Dosen Pengampu: Desak Nyoman Sithi, SKp, MARS

Disusun oleh:
Kania Cherrymoon R. 1810711067
Zahrah Rasyida 1810711091
Elfrida Juniartha 1810711093
Novia Ramadhani 1810711100
Dina Krismayanti 1810711103
Rahmadia 1810711107

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
S1 KEPERAWATAN
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas kehendaknya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini berjudul Inovasi Pembelajaran. Makalah ini akan membahas


beberapa hal yang berkenaan dengan judul tersebut.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis makalah menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas
telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, makalah masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran.

Jakarta, 5 Maret 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini arus informasi berkembang begitu pesat sehingga


menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi,
misi, tujuan, dan strateginya agar sesuai dengan kebutuhan
dan tidak ketinggalan zaman. Penyesuaian tersebut secara
langsung mengubah tatanan dalam sistem makro, mikro
maupun meso, demikian halnya dengan pendidikan. Sistem
pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik  di
tingkat local, nasional, atau global.

Salah satu komponen dari sistem pendidikan adalah


kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen
pendidikan yang dijadikan acuan oleh penyelenggara,
khususnya oleh guru dan kepala sekolah karena kurikulum
sebagai acuan harus mampu berkembang mengimbangi
perubahan zaman. Beberapa tahun ke belakang, telah terjadi
beberapa kali pergantian kurikulum pendidikan, semata mata
bertujuan untuk menyesuaikan dengan perkembangan masa.
Pergantian tersebut sebagai wujud inovasi dalam kurikulum,
agar substansi substansi yang terkait mengalami peningkatan
mutu yang lebih baik dari sebelumnya.

Kurikulum dan pembelajaran dimaksudkan sebagai suatu


idea, gagasan atau tindakan tertentu dalam bidang kurikulum
dan pembelajaran yang diangap baru untuk  memecahkan
masalah pendidikan. Masalah-masalah inovasi kurikulum
berkaitan dengan azas relevansi antara bahan pembelajaran
dengan kebutuhan siswa, antara kualitas pembelajaran di
sekolah dengan pengguna lulusan di lapangan pekerjaan dll.
Berkaitan  dengan mutu secara kognitif, afektif, dan
psikomotorik, sedangkan pemerataan yang berhubungan
dengan kesempatan dan peluang, kemudian efisiensi dari segi
internal dan  eksternal.

Munculnya suatu inovasi mempunyai alasan yang beragam,


Hamalik (l992) menjelaskan bahwa:
1) Ada inovasi  yang dikembangkan untuk menjawab
permasalahan relevansi seperti program muatan lokal dalam
kurikulum sekolah dasar dan sekolah lanjutan

2) Ada inovasi yang diarahkan untuk menjawab tantangan


pemerataan pendidikan seperti Universitas terbuka, SMP
Terbuka dan Program Paket B pada pendidikan luar sekolah.

3) Inovasi yang lebih  dititik beratkan pada upaya


menanggulangi permasalahan kurang memadainya mutu
lulusan, seperti KBK, sistem Modul

4) Inovasi yang berkaitan pada misi utamanya adalah


menjawab permasalahan efesiensi pendidikan seperti sistem
maju berkelanjutan dan sistem sekolah kecil.

Selain itu, Adapun masalah pendidikan yang menjadi latar


belakang inovasi, yaitu:

1. Masalah relevansi pendidikan

Yaitu bagaimana menyesuaikan pendidikan dengan tuntutan,


baik itu tuntutan masyarakat maupun dunia kerja. Misalnya,
pendidikan yang didapatakan siswa harus sesuai dengan
keadaan masyrakatnya, kalau masyarakatnya berada
dipsesisir, maka siswa dibekali dengan ilmu yang berkaitan
dengan ilmu yang menunjang didaerah pesisir, maka
kurikulum memasukkan mata pelajaran muatan local.
Pendidikan juga harus sesuai dengan tuntutan pada masa
yang akan datang yaitu mengenai dunia kerja, dalam hal in,
diperlukan inovasi dengan memberikan keahlian tertentu
kepda siswa yang menunjang dalam dunia kerja

 2. Masalah kualitas pendidikan

Rendahnya kualitas pendidikan merupakan masalah yang


harus dipecahkan. Rendahnya kualitas pendidikan dapat
dilihat dari dua segi, yaitu segi proses dan segi hasil. Dalam
segi proses yang menjadi masalah adalah, guru menjadikan
murid sebagai objek. Artinya guru memberikan beberapa
materi pelajaran yang harus dihafal oleh murid, tidak ada
kreatifitas murid dalam mengembangkan kualitas dirinya,
maka diperlukan inovasi untuk memecahkan masalh ini
dengan melakukan sisitem pembelajaran, bukan belajar
mengajar, karena dalam belajar mengajar, seorang murid
hanya sebatas mendengar saja, beda halnya dengan
pembelajaran yang lebih mengedepankan keaktifan murid
dalam proses pembelajaran, sementara guru hanya sebagai
fasilitator saja.

3. Masalah efektifitas dan efesiensi

Efektifitas berhubungan dengan tingkat keberhasilan


mencapai tujuan pembelajaran. Dalam konteks kurikulum
dikatakan memiliki tingkat efektifitas apabila program dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi permasalahan dan
usaha untuk mencapai tujuan pendidikan dapat menjadi
sumber inovasi seseorang. Efesiensi berhubungan dengan
waktu dan biaya yang digunakan untuk mencapai tujuan,
dikatan efesien bila dengan biaya minimal dapat mencapai
tujuan maksimal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan inovasi pembelajaran?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan?
3. Apa saja landasan pengembangan kurikulum?
4. Apa saja macam-macam inovasi pembelajaran?

C. Tujuan Pembelajaran
Untuk memahami tentang inovasi pembelajaran dan aspek-
aspek di dalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INOVASI 
Inovasi menurut Schumpeter memiliki arti, usaha mengkreasikan dan
mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi sehingga,
dengan inovasiseseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan,
proses kerja, dan kebijakan pendidikan tidak hanya bagi lembaga pendidikan
tapi juga Stakeholder dan masyarakat.           

Wina Sanjaya dalam bukunya kurikulum dan pembelajaran, inovasi diartikan


sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu dan digunakan untuk
menjawab atau memecahkan suatu permasalahan.
Secara harfiah inovasi / innovation berasal dari kata to innovate yang
mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang
baru,inovasi kadang diartikan sebagai penemuan namun, maknanya berbeda
dengan penemuan dalam arti discovery atau Invention. Discovery mempunyai
makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sudah ada sebelumnya, misalnya
penggunaan model pembelajaran inkuiri dalam matapelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam, untuk meningkatka kualitas pembelajaran tersebut di
Indonesia baru – baru ini dikembangkan, sebenarnya model pembelajaran
tersebut sudah dilaksanakan di negara – negara lain, atau model pembelajaran
melalui jaringan internet. Sedangkan Invantion ,memiliki pengertian
penemuan yang benar – benar baru belum tercipta sebelumnya.

Penerapan metode atau pendekatan pembelajaran yang benar- benar baru di


daerah tersebut, tetapi pada dasarnya sudah pernah diterapkan di daerah
ataupun Negara lain dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pembelajaran. Misalnya, seiring dengan kemajuan teknologi kita
dapat mendesain pembelajaran melalui hand phone  atau melalui Games  yang
belum ada sebelumnya.

Dari beberapa pengertian tersebut inovasi dapat diartikan sebagai wujud baru


berupa ide, gagasan, atau tindakan . Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu
yang baru itu bisa benar – benar baru, belum tercipta sebelumnya yang
disebut invention, atau dapat juga tidak benar – benar baru sebab, sebelumnya
sudah ada dalam konteks sosial yang berbeda, kemudian dikenal dengan
istilahdiscovery.

Jadi inovasi bisa terjadi dalam segala bidang termasuk di dalamnya


pendidikan. Inovasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Khususnya
dalam bidang pendidikan, inovasi biasanya muncul dari adanya keresahan dan
keinginan dari pihak –pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan.
Misalnya, keresahanguru tentang proses belajar mengajar yang dianggap
kurang berhasil, keresahan pihak administrator pendidikan tentang kinerja
guru, atau mungkin keresahan masyarakat terhadap kinerja dan hasil, bahkan
sistem pendidikan. Keresahan – keresahan itu pada akhirnya membentuk
permasalahan – permasalahan yang menuntut penanganan dengan segera.
Upaya untuk memecahkan masalah tersebut maka, munculah ide – ide baru
atau gagasan sebagai suatu inovasi. Begitu juga dengan keinginan dari Guru,
dan administrator sekolah akan adanya sekolah yang lebih maju dan bermutu,
sehingga menarik minat masyarakat untuk memilihnya sebagai tujuan anaknya
bersekolah.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa inovasi akan ada karena adanya


masalah yang dirasakan, hampir tidak mungkin inovasi muncul tanpa adanya
masalah.

B. PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Menurut Hera Lestari Mikarsa ( 2007 : 73 ), ada dua istilah yang berkaitan
erat dengan pembelajaran, yaitu pendidikan dan pelatihan.Pendidikan lebih
menitik beratkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi
mengandung pengertian yang lebih luas. Sedangkan pelatihan lebih
menekankan pada pembentukan keterampilan. Pendidikan dilaksanakan dalam
lingkungan sekolah, sedangkan pelatihan umumnya dilaksanakan dalam
lingkungan industri.Namun demikian, pendidikan kepribadian saja kurang
lengkap. Para siswa perlu juga memiliki keterampilan agardapat bekerja,
berproduksi, dan menghasilkan berbagai hal yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhannya. Olehkarena itu, kedua istilah tersebut hendaknya tidak
dipertentangkan melainkan perlu dipadukan dalam suatu sistemproses yang
lazim disebut pengajaran.

Menurut Oemar Hamalik, 1999 (dalam Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 73 )


dalam pengajaran, perumusan tujuan pembelajaran merupakan hal yang utama
dan setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Untuk itu, proses pengajaran harus direncanakan agar
dapat dikontrol sejauh mana tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
tersebut. Itulah sebabnya, suatu sistem pengajaran selalu mengalami dan
mengikutitiga tahap, yakni : a) Tahap analisis untuk menentukan dan
merumuskan tujuan, b) Tahap sintesis, yaitu tahap perencanaan proses yang
akan ditempuh, c) Tahap evaluasi untuk menilai tahap pertama dan kedua.

Makna pembelajaran merupakan suatu sistem yang tersusun dari unsur-unsur


manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibatdalam
sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
laboratorium. Material yangmeliputi buku-buku, papan tulis dan kapur,
fotografi, slide dan film, audio dan video tape, serta material lainnya.(Oemar
Hamalik, 1999, dalam Hera Lestari Mikarsa 2007 : 7.3 )
Rumusan makna pembelajaran tersebut mengandung isyarat bahwa proses
pembelajaran adalah sebuah kegiatan penyampaian ilmu pengetahuan dari
seorang tenaga pendidik kepada para peserta didiknya, tidak
terbatasdilaksanakan dalam ruangan saja, melainkan dapat dilaksanakan
disembarang tempat dengan cara membacabuku, informasi melalui film, surat
kabar, televisi, internet tergantung kepada organisasi dan interaksi
berbagaikomponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan siswa.

C. PENGERTIAN INOVASI PEMBELAJARAN


Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi batasan, inovasi sebagai pemasukan
atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang
sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya baik berupa gagasan,metode
atau alat (KBBI, 1990 : 330). Dari pengertian ini nampak bahwa inovasi itu
identik dengan sesuatu yangbaru, baik berupa alat, gagasan maupun metode.

Dari uraian di atas, maka inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu


upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai
metode, pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuktercapainya
tujuan pembelajaran. Hasbullah, 2001 berpendapat bahwa
“baru”dalam inovasi itu merupakan apa saja yang belum dipahami, diterima
atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi.

Dapat juga dikatakan bahwa inovasi pembelajaran merupakan sebuah upaya


pembaharuan terhadapberbagai komponen yang diperlukan dalam
penyampaian materi pelajaran berupa ilmu pengetahuandari tenaga pendidik
kepada para peserta didik dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikanyang berlangsung.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inovasi Pendidikan


Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan,
meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan
demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode yang ada
seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan
efektivitas pembelajaran.Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu
diperhatikan mengingat banyak hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk
teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi
pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan, yaitu :

1. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan
pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar.
Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan
proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus
pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada
beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah
penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan
situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa
maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses
pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha
serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu
sendiri.

Dengan demikian, dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru


mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan
dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan
suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat
mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada
mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap
inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus
dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu
ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu
inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru
mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai
teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya. (Wright
1987)

2. Siswa
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar
mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses
belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui
penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan
komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bias
terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan,
walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada
perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,
sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama
yang harus dilaksanakan dengan konsekwen.

Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan


peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran,
pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan
sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan
sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga
mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi
juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.

3. Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi
program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu
kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan
inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama
dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan
tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi
pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.

Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya


sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti
dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-
duanya akan berjalan searah.unsur-unsur lain dalampendidikan. Tanpa
adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di
dalamya, maka inovasi pendidikantidak akan berjalan sesuai dengan
tujuan inovasi itu sendiri. Olehkarena itu, dalam pembahruan pendidikan,
perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau
perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak
mustahil perubahan darikedua-duanya akan berjalan searah.
4. Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisadiabaikan
dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar.
Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakanhal yang
ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan.
Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bias
dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas
belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan
perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam
menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan.
Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya.
5. Lingkup Sosial Masyarakat.
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara
langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa
dampak,baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaanpembahruan
pendidikan.Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja
maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin
dilakukandalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi
lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa
melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan
terganggu, bahkan bias merusak apabila mereka tidak diberitahu
ataudilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan
sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam
melaksanakan inovasi pendidikan.

E. Landasan Pengembangan Kurikulum


Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh
terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum
dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak
dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan
landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada
landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu
sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses
pengembangan manusia.

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan


memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang
masing-masing satuan pendidikan. (Bab IX, Ps.37). Pengembangan kurikulum
berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar
untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi
landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik
perkembangan peserta didik.
4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi
(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan
lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).
5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di
bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan
sistem nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.

F. Inovasi dalam Pembelajaran


Pembelajaran sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar
dapat mencapai tujuan pembelajaran secara aktif, efektif, dan inovatif.
Pembelajaran merupakan sesuatu yang kompleks, artinya segala sesuatu yang
terjadi pada proses pembelajaran harus merupakan sesuatu yang sangat berarti
baik ucapan, pikiran maupun tindakan.

1. Inovasi Pembelajaran Kuantum


Pembelajaran kuantum dikembangkan oleh Bobby DePorter (1992) yang
beranggapan bahwa metode belajar ini sesuai dengan cara kerja otak
manusia dan cara belajar manusia pada umumnya. Pembelajaran kuantum
mengkonsep tentang “menata pentas lingkungan belajar yang tepat”,
maksudnya bagaimana upaya penataan situasi lingkungan belajar yang
optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan
belajar sedemikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah
pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.
Tujuan pokok pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi
siswa, melalui penggubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat
belajar, meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa kebersamaan,
meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan kehalusan perilaku.

Pembelajaran kuantum memiliki lima prinsip (Bobby DePorter, l992)


sebagai berikut:
1. Segalanya berbicara,
Maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang
untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa,
ini berarti rancangan kurikulum dan rancangan pembelajaran guru,
informasi, bahasa tubuh, kata-kata, tindakan, gerakan, dan seluruh
kondisi lingkungan haruslah dapat berbicara membawa pesan-pesan
belajar bagi siswa.
2. Segalanya bertujuan,
Maksudnya semua penggubahan pembelajaran tanpa terkecuali harus
mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber dan
fasilitas yang terlibat dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya untuk
membantu perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama,
Maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama (mendefinisikan,
mengkonseptualisasi, membedakan, mengkatagorikan) hendaknya
telah memiliki pengalaman informasi yang terkait dengan upaya
pemberian nama tersebut.
4. Mengakui setiap usaha,
Maksudnya semua usaha belajar yang telah dilakukan siswa harus
memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya. Pengakuan ini penting
agar siswa selalu berani melangkah ke bagian berikutnya dalam
pembelajaran.
5. Merayakan keberhasilan,
Maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran
pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan
motivasi untuk kemajuan dan peningkatan hasil belajar berikutnya.

Bobby DePorter (l992), mengembangkan strategi pembelajaran kuantum


melalui istilah TANDUR, yaitu:
a. Tumbuhkan, yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga
sejak awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar dan
memahami Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK).
b. Alami, berikan pengalaman nyata kepada setiap siswa untuk mencoba.
c. Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan
metode lainnya.
d. Demonstrasikan, sediakan kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan kemampuannya.
e. Ulangi, beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah
dipelajarinya, sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana
kesulitan akhirnya datang kesuksesan, kami bisa bahwa kami memang
bisa.
f. Rayakan, dimaksudkan sebagai respon pengakuan yang proporsional.

2. Inovasi Pembelajaran Kompetensi


Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar yang dapat
dilakukan oleh siswa pada tahap pengetahuan, keterampilan dan bersikap.
Kemampuan dasar ini akan dijadikan sebagai landasan melakukan proses
pembelajaran dan penilaian siswa. Kompetensi merupakan target, sasaran,
standar sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Benyamin S. Bloom
(1964) dan Gagne (1979) dalam teori-teorinya, bahwa menyampaikan
materi pelajaran kepada siswa penekanannya adalah tercapai sasaran atau
tujuan pembelajaran (instruksional).

Pembelajaran kompetensi memiliki sembilan kompetensi yang bersifat


strategis (Yamin, 2005), diantaranya:
a. Menyadari bahwa setiap orang merupakan mahluk Tuhan Yang Maha
Esa dan memiliki keyakinan sesuai dengan agama yang dianutnya.
b. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan
mengkomunikasikangagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi
dengan orang lain.
c. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep numerik dan
spesial, serta mampu mencari dan menyusun pola, struktur dan
hubungan.
d. Menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan, ditemukan dan
diperoleh dari berbagai sumber dalam kehidupan serta mampu menilai
kebermanfaatan.
e. Memahami dan menghargai dunia fisik, mahluk hidup dan teknologi,
dan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai untuk
mengambil keputusan yang tepat.
f. Memahami kontek budaya geografi, sejarah, dan memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk berpartisipasi aktif
dalam kehidupan, serta berinteraksi dan berkontribusi dalam
masyarakat dan budaya global.
g. Berpartisipasi dalam kegiatan kreatif dan lingkungan untuk saling
menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta menerapkan
nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju
masyarakat beradab.
h. Menunjukkan kemampuan berfikir konsekuen, berfikir literal, berfikir
kritis, memperhitungkan peluang dan potensi, serta siap untuk
menghadapi berbagai kemungkinan.
i. Menunjukkan motivasi dan percaya diridalam belajar, mampu bekerja
mandiri, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.

3. Inovasi Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka (Sanjaya, 2005).

Terdapat lima karakteristik penting dalam menggunakan proses


pembelajaran kontekstual yaitu:
a. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan
yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang
memiliki keterkaitan satu sama lain.
b. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh
dan menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara
deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari
secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
c. Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan
untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara
meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang
diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
d. Memperaktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan
perilaku siswa.
e. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal
ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan strategi.

G. Pembelajaran Aktif (Active Learning) sebagai sebuah Inovasi dalam


kurikulum dan pembelajaran.
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua
anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif
(active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik
agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang


bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan
bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40%
dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie
(1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa
dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20
menit terakhir. Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering
terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi
kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di
ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan
visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk
dilupakan.

Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak


kiri dan kanan sangat dipentingkan. Thorndike (Bimo Wagito, 1997)
mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :

1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat


memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.

2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu


dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi
lancer

3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi
lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal
ini cenderung akan selalu diulang.

Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang
membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning
(belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka,
sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan
sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.

Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru
harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada
sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu
menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik
mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:24).
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu upaya baru dalam proses
pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana dan
suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi pendidikan diantaranya guru, siswa,
kurikulum, fasilitas dan lingkup sosial masyarakat. Terdapat beberapa macam
inovasi dalam pembelajaran, diantaranya inovasi pembelajaran kuantum,
kompetensi dan kontekstual.

B. Saran
Sebagai mahasiswa, kami sangat menyadari bahwa makalah yang dibuat ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengaharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun, karena itu dapat bermanfaat bagi kami untuk
memperbaiki dan lebih memperdalam materi ini.
Daftar Pustaka

Wina, Sanjaya. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Edisi Pertama, Cetakan ke I. Jakarta: Prenada Media.

Yamin, Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta:


Gaung Persada Press.

Anggun. (2013, 13 Desember). Inovasi dalam Kurikulum dan Pembelajaran.


Dikutip pada 5 Maret 2019 dari https://goenable.wordpress.com/tag/inovasi-
pembelajaran/

Rijal. (2016, 23 Juni). Inovasi Pembelajaran. Dikutip pada 5 Maret 2019 dari
https://www.rijal09.com/2016/06/inovasi-pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai