Anda di halaman 1dari 8

GURU DAN INOVASI PENDIDIKAN

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat akibat


berkembangnya teknologi telah menuntut pendidikan sebagai sesuatu yang dipercaya dan
diandalkan dalam mempersiapkan manusia yang siap dan mampu menghadapi berbagai
perubahan yang terjadi dengan cepat. Oleh karena itu Pendidikan sebagai suatu bagian dari
kehidupan masyarakat harus siap menghadapi berbagai perubahan yang terjadi, secara
proaktif dan inovatif, agar dapat mempersiapkan manusia dalam menghadapi perubahan tidak
mungkin dapat dilaksanakan dengan baik.
Hal ini disebabkan karena Pendidikan memiliki karakteristik sebagai bagian dari
kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi dengan lingkungan, baik itu lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial, baik dalam lingkup lokal, regional, nasional maupun lingkungan
global. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003  Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
 
Dr. Husein Alatas dalam artikelnya yang berjudul “ Pendidikan Sebagai agen Perubahan :
http://alatas.staff.ipb.ac.id/2012/03/11/) menyatakan bahwa Pendidikan sejatinya harus
dipandang sebagai dan diarahkan untuk menjadi agen perubahan yang mampu
menghantarkan orang menemukan potensi dirinya sendiri dan memfasilitasi mereka untuk
mencapai kepercayaan diri dalam mengembangkannya. Kemampuan bertahan hidup, yang
diantaranya adalah kemampuan untuk memperoleh pekerjaan atau penghasilan yang layak
hendaknya dipandang sebagai satu konsekuensi alami dari keberhasilan penemuan dan
pengembangan potensi dan kepercayaan diri tersebut. Dari sini jelas, semakin banyaknya
orang yang dapat menemukan potensinya masing-masing akan berdampak pada terciptanya
sebuah masyarakat dengan karakter high–trust dan lebih mengedepankan ciri kolektivitas
dalam berpikir dan bertindak. 
Oleh sebab itu,  suatu keharusan bagi dunia pendidikan untuk selalu mencermati
perubahan-perubahan yang terjadi agar dapat merespon perubahan tersebut dengan baik dan
menghasilkan kebijakan yang selaras. Dalam merespon perubahan -perubahan ini
membutuhkan Inovasi dalam Pendidikan yang dapat diaplikasikan dan dikomunikasikan pada
seluruh unsur yang terlibat dalam Pendidikan. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan
sikap inovatif di lingkungan Pendidikan yang signifikan, dan menghasilkan lulusan yang
mandiri, kompetitif dan tidak tergantung pada pihak lain.
 
Menurut Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa Inovasi pendidikan adalah inovasi
dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi
pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang
baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil intervensi
(penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan nasional . Dengan demikian inovasi
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan/pembelajaran, ini berarti bahwa inovasi
apapun yang tidak dapat meningkatkan  kualitas pendidikan/pembelajaran tidak patut untuk
diadopsi, dan dalam konteks ini peran guru akan sangat menentukan dalam adopsi inovasi
pada proses pendidikan/pembelajaran Oleh karena itu dalam menyikapi suatu inovasi,
diperlukan suatu pemahaman yang baik tentang substansi inovasinya itu sendiri, hal ini
dimaksudkan agar inovasi dapat benar-benar memberi nilai tambah bagi kehidupan.
Dengan mengingat hal tersebut, maka dunia pendidikan sebagai suatu sub sistem
kehidupan masyarakat perlu menyikapi dengan terbuka berbagai inovasi yang ada dalam
dunia pendidikan, maupun yang terjadi dalam bidang kehidupan lainnya untuk berupaya
mengintegrasikannya agar dapat dicapai suatu kondisi pendidikan yang tidak tertinggal
dengan perubahan yang terjadi di masyarakat sebagai akibat akumulasi inovasi.
Dalam implementasinya, kebijakan yang inovatif dalam bidang pendidikan, sangat
ditentukan oleh kompetensi pelaku pendidikan dalam melaksanakan program/kebijakan
tersebut. Inovasi dan sikap serta kinerja inovatif dari pendidik dan tenaga kependidikan
sangat diperlukan dalam menentukan keberhasilan adopsi dan implementasi inovasi
Pendidikan, maka perubahan sikap, norma, karakter pendidikan amat diperlukan agar sekolah
dapat benar-benar berorientasi pada  perubahan dan kondusif bagi inovasi Pendidikan.
                Guru memiliki peran yang penting bagi pelaksanaan pendidikan yaitu
pembelajaran, perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat dan kemajuan teknologi
harus disikapi dengan bijak dan cerdas. Hasil penelitian yang dilakukan SMASSE INSET
(www.adeanet.org, 2005) menyimpulkan bahwa ketidak efektifan praktek pembelajaran di
kelas disebabkan salah satunya oleh faktor Guru yaitu Kurangnya penguasaan isi materi
pembelajaran, ketrampilan dan keinovatifan menunjukan masih perlunya upaya peningkatan
kualitas pendidik, ini memerlukan sikap guru positif terhadap Perubahan dalam
melaksanakan tugasnya, proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas mesti diperbaiki
terus menerus, sehingga pola kerja rutin perlu ditingkatkan menjadi pola kerja yang inovatif
sebagai upaya untuk menghadapi dan mengantisipasi perubahan global yang juga menerpa
dunia pendidikan. Peningkatan kualitas kinerja guru menjadi inovatif akan mendorong pada
proses pembelajaran yang inovatif pula, sehingga para siswa pun akan menjadi orang yang
mampu menyesuaikan diri secara terus menerus dengan lingkungan yang berubah cepat,
kemampuan ini jelas amat penting bagi siswa/output pendidikan dalam meningkatkan
kapabilitas bersaing, kerena “survival in the fast changing world may well depend on the
ability of pupils to develop skills in adaptation, flexibility, cooperation and
imagination”(Whitaker, 1993:5).  
Dengan demikian, peran guru dalam melaksanakan tugasnya perlu memasukan
kemampuan inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, sehinggan hasil pendidikan
akan mampu dalam menghadapi era global yang penuh persaingan. Dengan merujuk pada
pendapat Pullias dan Young, Mannan serta Yelon dan Weinstein, Mulyasa (2005:87)
mengidentifikasi  peran guru sebagai berikut, yaitu: Pendidik, Pengajar, Pembimbing, Pelatih,
Penasehat, pembaharu (inovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas,
Pembangkit pandangan, Pekerja rutin, Pemindah kemah, Pembawa cerita, Aktor,
Emansipator, Evaluator, Pengawet, dan kulminator. Masuknya peran innovator di atas
menggambarkan bahwa guru tidak cukup hanya menjalankan tugasnya secara rutin, namun
pembaharuan/inovasi menjadi tuntutan yang harus terus dikembangkan.
Sementara itu menurut Moh Surya (2004:5-6), tantangan globalisasi dalam tingkatan
operasional pendidikan menuntut peningkatan kualitas profesi guru sebagai pelaku
pendidikan yang berada di front terdepan melalui interaksinya dengan peserta didik. Untuk
itu guru harus profesional dalam menjalankan tugasnya. Dan profesionalisme guru akan
tercermin dalam perwujudan kinerjanya yang secara ideal. 
 
Menurut Makagiansar (1996) memasuki abad 21 pendidikan akan mengalami pergeseran
perubahan paradigma yang meliputi pergeseran paradigma: (1) dari belajar terminal ke
belajar sepanjang hayat, (2) dari belajar berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik,
(3) dari citra hubungan guru-murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan,
(4) dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan
keseimbangan fokus pendidikan nilai, (5) dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye
melawan buta teknologi, budaya, dan komputer, (6) dari penampilan guru yang terisolasi ke
penampilan dalam tim kerja, (7) dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja
sama. Dengan memperhatikan pendapat ahli tersebut nampak bahwa pendidikan dihadapkan
pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam
menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif.
Galbreath, dalam Ani M. Hasan (2003) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran
yang digunakan pada abad pengetahuan (globalisasi) adalah pendekatan campuran yaitu
perpaduan antara pendekatan belajar dari guru, belajar dari siswa lain, dan belajar pada diri
sendiri. Praktek pembelajaran di abad pengetahuan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

 Guru sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan 


 Guru sebagai kawan belajar 
 Belajar diarahkan oleh siswa kulum.  
 Belajar secara terbuka, ketat dgn waktu yang terbatas fleksibel sesuai keperluan 
 Terutama berdasarkan proyek dan masalah 
 Dunia nyata, dan refleksi prinsip dan survei 
 Penyelidikan dan perancangan 
 Penemuan dan penciptaan 
 Colaboratif 
 Berfokus pada masyarakat 
 Hasilnya terbuka 
 Keanekaragaman yang kreatif 
 Komputer sebagai peralatan semua jenis belajar 
 Interaksi multi media yang dinamis 
 Komunikasi tidak terbatas ke seluruh dunia 
 Unjuk kerja diukur oleh pakar, penasehat, kawan sebaya dan diri sendiri.

 
Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa;  di abad
pengetahuan menginginkan paradigma belajar melalui proyek-proyek dan permasalahan-
permasalahan, inkuiri dan desain, menemukan dan penciptaan. praktik pembelajaran Abad
Pengetahuan memerlukan upaya perubahan/reformasi pembelajaran, melalui cara-cara baru
pembelajaran yang akan lebih efektif. Praktek pembelajaran di Abad Pengetahuan
(Knowledge society)  nampaknya lebih sesuai dengan arah yang diinginkan oleh sistem
Pendidikan nasional, meskipun bukan dengan mengganti cara yang positif yang sudah
dijalankan dewasa ini, dan disinilah peran kreativitas guru untuk melaksanakan kinerja
inovatif dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Memang diakui bahwa pada Abad dan masyarakat Pengetahuan nampaknya praktek
pembelajaran cenderung banyak menggunakan piranti-piranti pengetahuan modern yakni
komputer dan telekomunikasi, namun demikian,  Meskipun teknologi informasi dan
telekomunikasi merupakan katalisator yang penting yang membawa kita pada cara
pembelajaran di  Abad Pengetahuan, tapi yang perlu menjadi perhatian utama adalah
bagaimana hasilnya dan bukan alatnya. Guru dapat melengkapi pelaksanaan proses
pendidikan/pembelajaran dengan teknologi canggih tanpa sedeikitpun membawa dampak
pada hasil pendidikan yang diperoleh peserta didik, di sini yang penting adalah bagaimana
pelaksanaan peran dan tugas guru dapat memberikan nuansa baru bagi pengembangan dan
peningakatan peroses pendidikan dengan atau tanpa bantuan teknologi modern, dan ini jelas
memerlukan kreativitas dan kinerja inovatif dari Guru dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan/pembelajaran tersebut.
Berdasarkan gambaran pembelajan di abad pengetahuan di atas, nampak bahwa
pentingnya pengembangan profesi guru dalam menghadapi berbagai tantangan ini, maka
pengembangan Profesionalisme Guru merupakan suatu keharusan, sehingga dengan
berlakunya UU No 14 tahun 2005 dapat dipandang sebagai upaya untuk lebih meningkatkan
profesionalisme pendidik serta memposisikan profesi pendidik/guru dalam status terhormat
dan setara dengan profesi lainnya. Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada
penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.
Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi
dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari
seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah
laku yang dipersyaratkan.
Tuntutan profesionalisme guru memerlukan upaya untuk terus mengembangkan sikap
profesional, melalui peningkatan kapasits guru agar makin mampu mengembangkan
profesinya dalam menjalankan tugarnya di sekolah. Menurut Roland S. Barth (1990:49)
 
”The crux of teachers’ professional growth, I feel, is the development of a capacity to
observe and analyze the consequences for students of different teaching behaviour and
materials, and to learn to make continous modification of teaching on the basis of cues
student convey”
 
Pengembangan kemampuan untuk terus melakukan modifikasi dalam pembelajaran
menuntut pada pengembangan profesional guru yang terus menerus, serta kinerja inovatif,
sehinggan guru dapat berperan sebagai agen pembelajar dalam konteks pelaksanaaan
tugasnya di sekolah. Pengembangan ini mensyaratkan perlunya guru punya kualifikasi dan
kompetensi yang dapat menunjang proses tersebut, serta didukung oleh situasi organisasi
sekolah yang kondusif, sehinggan pengembangan tersebut tidak hanya berdimensi pribadi
guru itu sendiri namun juga di dukung oleh manajemen yang kuat dan kondusif bagi
pengembangan profesi tersebut serta bagi tumbuhnya iklim inovasi dalam proses pendidikan
di sekolah.
Kinerja seseorang akan nampak  pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Kinerja dapat
dilihat dalam aspek ciri-ciri kegiatan dalam menjalankan tugas dan cara melaksanakan
melaksanakan kegiatan/tugas tersebut. Dalam aplikasi prinsip kualitas, produk (barang atau
jasa) dapat dilihat dari sudut ciri-ciri (kondisi/keadaan) dan kualitas seperti yang
dikemukakan oleh Robert (1995:21) sebagai berikut :
“in the application of quality principles, it is important to distinguish between the concept
of features and quality. Features are what you put into the product to distinguish it from
other product and to appeal the people for whom the product  is intended. ...... quality,  on the
other hand, has to do with the way the feature are dilivered”
dengan mengacu pada pendapat di atas, maka yang dimaksud kinerja inovatif (Innovative
Performance) adalah kinerja yang dalam melaksanakannya disertai dengan keinovatifan, ciri
kinerja atau tugas-tugas yang harus dikerjakan menggambarkan ciri/feature kinerja,
sedangkan keinovatifan merupakan sifat atau kualitas bagaimana pelaksanaan tugas/kinerja
dijalankan dengan inovatif atau dengan memanfaatkan serta mengaplikasikan hal-hal baru,
baik berupa ide, metode, maupun produk baru dalam meningkatkan kinerja.
                Kinerja inovatif bagi guru perlu di dorong, dengan mengingat berbagai tuntutan
perubahan yang makin meningkat, menurut Liikanen (2004) “To improve productivity we
need to address the key issues of innovative performance, the application of new
technologies, reengeneering organisations and developing the necessary skills”. Penerapapan
teknologi baru, rekayasa organisasi serta pengembangan keterampilan  dapat menjadi
cerminan dari kinerja inovatif, yang dalam konteks individu sekaligus juga menggambarkan
kreativitas individu itu sendiri dalam menjalankan peran dan tugasnya, yang dalam konteks
pendidikan berarti pelaksanaan peran dan tugas guru secara kreatif.
Kegiatan/Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan
pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya Kinerja adalah akumulasi dari tiga elemen yang saling berkaitan yaitu
keterampilan, upaya, dan sifat-sifat keadaan eksternal. Keterampilan dasar yang dibawa
seseorang ke tempat pekerjaan  dapat berupa pengetahuan, kemampuan,    kecakapan   
interpersonal   dan     kecakapan teknis. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa
kinerja merupakan prestasi kerja, yakni hasil yang ditunjukkan dari perilaku. Prestasi kerja
tersebut ditentukan oleh interaksi seseorang terhadap kemampuannya bekerja. Persoalan
tersebut jelas menuntut adanya wawasan pengetahuan  yang memadai tentang program kerja
secara menyeluruh.
Dengan pemahaman mengenai konsep kinerja sebagaimana dikemukakan di atas,
maka akan nampak jelas apa yang dimaksud dengan kinerja guru. Kinerja guru pada dasarnya
merupakan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang
pengajar dan pendidik di sekolah yang dapat menggambarkan mengenai prestasi kerjanya
dalam melaksanakan semua itu, dan hal ini  jelas bahwa pekerjaan sebagai guru tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang, tanpa memiliki keahlian dan kwalifikasi tertentu sebagai
guru.
Uraian di atas menunjukan betapa besar peranan kinerja seorang guru dalam upaya
mencapai proses belajar mengajar yang efektif dan fungsional bagi kehidupan seorang siswa.
Sehubunagn dengan hal tersebut perlu dikaji berbagai faktor yang mungkin turut
mempengaruhi kinerja seorang guru.
Seperti disebutkan terdahulu bahwa sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya
terdapat kerja sama kelompok orang (kepala sekolah, guru, Staf dan siswa) yang secara
bersama-sama ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Semua komponen
yang ada di sekolah merupakan bagian yang integral, artinya walaupun dalam kegiatannya
melakukan pekerjaan sesuai dengan fungsi masing-masing tetapi secara keseluruhan
pekerjaan mereka diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi sekolah.
Seorang mau menerima sebuah pekerjaan, jika ia mempersiapkan bahwa ia
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan yang ditetapkan
tata tertib sekolah. Pada hakikatnya kinerja guru adalah prilaku yang dihasilkan seorang guru
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas,
sesuai dengan kriteria tertentu.
Tanpa mengurangi dan meniadakan peran serta fungsi yang lain, kinerja guru
merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam keberhasilan
pendidikan. Karena apapun tujuan-tujuan dan putusan-putusan penting tentang pendidikan
yang dibuat oleh para pembuat kebijakan sebenarnya dilaksanakan dalam situasi belajar
mengajar di kelas (Somantri Manaf, 1988:106).
Di samping itu, pengajaran yang menghasilkan peserta didik memperoleh pengalaman
belajar dengan baik bukanlah sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Belajar tidak tejadi
karena adanya ilmu yang dimiliki oleh seorang guru yang baik, melainkan dapat terjadi
karena para guru yang berhasil baik memiliki kemampuan tentang dasar-dasar mengajar
dengan baik. Kinerja adalah aktivitas atau perilaku yang dilaksanakan oleh guru dalam
melaksanakan tugas/pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kinerja guru merupakan suatu
hal yang essensial terhadap keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu kinerja guru yang baik
perlu diciptakan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan optimal. Agar kinerja guru
dapat tercipta dengan baik maka guru perlu mengetahui tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya.
Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis
pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan. Tugas
guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mengajar berarti meneruskan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan yang diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam
menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, dengan mengingat tantangan pendidikan yang terus berubah, maka kenerja
guru perlu dilakukan secara inovatif
Seorang guru hendaknya berperilaku yang mempunyai pola interaksi di dalam proses
belajar secara efektif, apabila mereka memiliki keinginan untuk memahami peserta didik
sesuai dengan kebutuhannya. Kemampuan berinteraksi dari guru tidak akan berarti apa-apa
seandainya mereka memiliki motivasi yang rendah, terhadap penyesuaian dengan
lingkungan, baik terhadap kebijakan dan tujuan atau strategi pengajaran tersebut..
Dengan mengingat bahwa keadaan lingkungan  tidak mudah terkontrol, maka seorang guru
harus terbuka, penuh dengan pertimbangan, mampu mendengar, dan bijaksana. Menyikapi
hal tersebut maka guru senantiasa mampu memodifikasi perilaku terhadap tuntutan yang ada
atau timbul, terutama dalam proses belajar mengajar, ke arah pemberian harapan yang positif
untuk peningkatan motivasi belajar.
Seperti dijelaskan di atas, tugas guru dalam meningkatkan mutu serta produktifitas
tidak dapat terpisahkan dari keseluruhan tugas dalam operasionalisasi  pendidikan di sekolah.
Dengan demikian, keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tidaklah hanya
menggantungkan diri pada usaha pemberian program pengajaran semata-mata. Program
tersebut perlu didukung oleh motivasi, system pengelolaan, administrasi dan supervisi
pendidikan. Dan sehubungan dengan hal tersebut, penyelenggaraan proses pendidikan dapat
mencapai hasil yang optimal bila perhatian pimpinan lebih banyak dipusatkan kepada guru.
Guru dalam hal ini hanya merupakan pelaksana operasionalisasi program pendidikan, namun
demikian dalam berkinerja, guru dapat mengembangkan inovasi dalam melaksanakan
tugasnya, ini berarti kinerja inovatif merupakan hal yang penting.
Pihak manapun mengakui bahwa di dalam sistem persekolahan, kurikulum,  sarana
dan prasarana merupakan faktor-faktor penting yang tidak bisa kita abaikan dalam suatu
proses pendidikan/pembelajaran.  Akan tetapi tanpa kehadiran guru yang bermutu, inovatif,
berdedikasi tinggi dan berwibawa, semua yang tersebut di atas tidaklah berarti banyak.
Sementara itu tugas/kewajiban Guru menurut Undang-Undang No 14 tahun 2005 pasal 20
adalah sebagai berikut:

1. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta


menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
2. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
3. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran
4. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta
nilai-nilai agama dan etika; dan
5. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Kutipan  Undang-undang tersebut menunjukan bahwa kewajiban guru pada dsarnya


merupakan kegiatan yang harus dilakukan guru dalam menjalankan peran dan tugasnya di
sekolah, dimana aspek pembelajaran merupakan hal yang utama yang harus dilaksanakan
oleh guru, yang berarti menunjukan kinerja yang harus dilakukan oleh guru di sekolah.
Dalam konteks tersebut maka kinerja inovatif guru merupakan kinerja guru dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik dengan selalu berupaya
mengembangkan dan menerapkan hal-hal baru dalam upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan, yang didasari dengan sikap kreatif dan terbuka terhadap perubahan
Dengan demikian, upaya mengembangkan cara baru baik pada tataran institusi,
manajerial dan operasional, jelas akan menentukan keberhasilan pelaksanaan setiap program
pendidikan secara inovatif, terlebih lagi dalam situasi perubahan yang sangat cepat, meskipun
begitu diperlukan kepemimpinan Kepala Sekolah yang inovatif dan juga motivasi dari guru
sendiri dalam melaksanakan kewajibannya. Kepemimpinan Kepala Sekolah mutlak
diperlukan  dalam memimpin organisasi bekerja, karena sikap kepemimpinan kepala Sekolah
dapat mempengaruhi kinerja guru. Pada akhirnya kelak kinerja guru dapat ditingkatkan dan
pencapaian tujuan pendidikan dapat dengan mudah terlaksana dengan karakteristik yang
antisipatif dan proaktif terhadap perubahan, sehingga terwujudnya manusia cerdas
komprehensif dan kompetitif sebagai dampak dari kinerja inovatif guru akan dapat benar-
benar terwujud sebagai hasil dari suatu proses pendidikan/pembelajaran dalam bingkai
organisasi yang inovatif yang didukung oleh seluruh SDM Pendidikan yang kreatif..
 
DAFTAR PUSTAKA

Alatas.staff.ipb.ac.id.2012.03 November. Pendidikan Sebagai Agen Perubahan.


Diakses 16 Oktober 2021 dari
http://alatas.staff.ipb.ac.id/2012/03/11/pendidikan-sebagai-agen-perubahan/

Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan, Ditjen Dikti, Depdikbud, Jakarta


Manaf, somantri. 1988. Perencanaan dan managemen Pendidikan. Bogor. IPB Press

Publikasiilmiah.ums.sc.id.2012. Inovasi Pendidikan Lesson Study.


Diakses 16 Oktober 2021 dari
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3012/BUKU%20INOVASI
%20PENDIDIKANLesson%20Study.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Roberts, Edwards B. 2002. Innovation, Driving Product, Process, and Market Change. San
Francisco : Jossey – Bass.

Undang-Undang No. 25 Thn. 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.


Bandung : Fokus Media.

Wikipedia.org.id.2021.19 Juni. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional


Diakses tanggal 16 Oktober 2021 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Sistem_Pendidikan_Nasional

Anda mungkin juga menyukai