Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa; di abad
pengetahuan menginginkan paradigma belajar melalui proyek-proyek dan permasalahan-
permasalahan, inkuiri dan desain, menemukan dan penciptaan. praktik pembelajaran Abad
Pengetahuan memerlukan upaya perubahan/reformasi pembelajaran, melalui cara-cara baru
pembelajaran yang akan lebih efektif. Praktek pembelajaran di Abad Pengetahuan
(Knowledge society) nampaknya lebih sesuai dengan arah yang diinginkan oleh sistem
Pendidikan nasional, meskipun bukan dengan mengganti cara yang positif yang sudah
dijalankan dewasa ini, dan disinilah peran kreativitas guru untuk melaksanakan kinerja
inovatif dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Memang diakui bahwa pada Abad dan masyarakat Pengetahuan nampaknya praktek
pembelajaran cenderung banyak menggunakan piranti-piranti pengetahuan modern yakni
komputer dan telekomunikasi, namun demikian, Meskipun teknologi informasi dan
telekomunikasi merupakan katalisator yang penting yang membawa kita pada cara
pembelajaran di Abad Pengetahuan, tapi yang perlu menjadi perhatian utama adalah
bagaimana hasilnya dan bukan alatnya. Guru dapat melengkapi pelaksanaan proses
pendidikan/pembelajaran dengan teknologi canggih tanpa sedeikitpun membawa dampak
pada hasil pendidikan yang diperoleh peserta didik, di sini yang penting adalah bagaimana
pelaksanaan peran dan tugas guru dapat memberikan nuansa baru bagi pengembangan dan
peningakatan peroses pendidikan dengan atau tanpa bantuan teknologi modern, dan ini jelas
memerlukan kreativitas dan kinerja inovatif dari Guru dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan/pembelajaran tersebut.
Berdasarkan gambaran pembelajan di abad pengetahuan di atas, nampak bahwa
pentingnya pengembangan profesi guru dalam menghadapi berbagai tantangan ini, maka
pengembangan Profesionalisme Guru merupakan suatu keharusan, sehingga dengan
berlakunya UU No 14 tahun 2005 dapat dipandang sebagai upaya untuk lebih meningkatkan
profesionalisme pendidik serta memposisikan profesi pendidik/guru dalam status terhormat
dan setara dengan profesi lainnya. Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada
penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.
Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi
dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari
seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah
laku yang dipersyaratkan.
Tuntutan profesionalisme guru memerlukan upaya untuk terus mengembangkan sikap
profesional, melalui peningkatan kapasits guru agar makin mampu mengembangkan
profesinya dalam menjalankan tugarnya di sekolah. Menurut Roland S. Barth (1990:49)
”The crux of teachers’ professional growth, I feel, is the development of a capacity to
observe and analyze the consequences for students of different teaching behaviour and
materials, and to learn to make continous modification of teaching on the basis of cues
student convey”
Pengembangan kemampuan untuk terus melakukan modifikasi dalam pembelajaran
menuntut pada pengembangan profesional guru yang terus menerus, serta kinerja inovatif,
sehinggan guru dapat berperan sebagai agen pembelajar dalam konteks pelaksanaaan
tugasnya di sekolah. Pengembangan ini mensyaratkan perlunya guru punya kualifikasi dan
kompetensi yang dapat menunjang proses tersebut, serta didukung oleh situasi organisasi
sekolah yang kondusif, sehinggan pengembangan tersebut tidak hanya berdimensi pribadi
guru itu sendiri namun juga di dukung oleh manajemen yang kuat dan kondusif bagi
pengembangan profesi tersebut serta bagi tumbuhnya iklim inovasi dalam proses pendidikan
di sekolah.
Kinerja seseorang akan nampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Kinerja dapat
dilihat dalam aspek ciri-ciri kegiatan dalam menjalankan tugas dan cara melaksanakan
melaksanakan kegiatan/tugas tersebut. Dalam aplikasi prinsip kualitas, produk (barang atau
jasa) dapat dilihat dari sudut ciri-ciri (kondisi/keadaan) dan kualitas seperti yang
dikemukakan oleh Robert (1995:21) sebagai berikut :
“in the application of quality principles, it is important to distinguish between the concept
of features and quality. Features are what you put into the product to distinguish it from
other product and to appeal the people for whom the product is intended. ...... quality, on the
other hand, has to do with the way the feature are dilivered”
dengan mengacu pada pendapat di atas, maka yang dimaksud kinerja inovatif (Innovative
Performance) adalah kinerja yang dalam melaksanakannya disertai dengan keinovatifan, ciri
kinerja atau tugas-tugas yang harus dikerjakan menggambarkan ciri/feature kinerja,
sedangkan keinovatifan merupakan sifat atau kualitas bagaimana pelaksanaan tugas/kinerja
dijalankan dengan inovatif atau dengan memanfaatkan serta mengaplikasikan hal-hal baru,
baik berupa ide, metode, maupun produk baru dalam meningkatkan kinerja.
Kinerja inovatif bagi guru perlu di dorong, dengan mengingat berbagai tuntutan
perubahan yang makin meningkat, menurut Liikanen (2004) “To improve productivity we
need to address the key issues of innovative performance, the application of new
technologies, reengeneering organisations and developing the necessary skills”. Penerapapan
teknologi baru, rekayasa organisasi serta pengembangan keterampilan dapat menjadi
cerminan dari kinerja inovatif, yang dalam konteks individu sekaligus juga menggambarkan
kreativitas individu itu sendiri dalam menjalankan peran dan tugasnya, yang dalam konteks
pendidikan berarti pelaksanaan peran dan tugas guru secara kreatif.
Kegiatan/Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan
pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya Kinerja adalah akumulasi dari tiga elemen yang saling berkaitan yaitu
keterampilan, upaya, dan sifat-sifat keadaan eksternal. Keterampilan dasar yang dibawa
seseorang ke tempat pekerjaan dapat berupa pengetahuan, kemampuan, kecakapan
interpersonal dan kecakapan teknis. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa
kinerja merupakan prestasi kerja, yakni hasil yang ditunjukkan dari perilaku. Prestasi kerja
tersebut ditentukan oleh interaksi seseorang terhadap kemampuannya bekerja. Persoalan
tersebut jelas menuntut adanya wawasan pengetahuan yang memadai tentang program kerja
secara menyeluruh.
Dengan pemahaman mengenai konsep kinerja sebagaimana dikemukakan di atas,
maka akan nampak jelas apa yang dimaksud dengan kinerja guru. Kinerja guru pada dasarnya
merupakan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang
pengajar dan pendidik di sekolah yang dapat menggambarkan mengenai prestasi kerjanya
dalam melaksanakan semua itu, dan hal ini jelas bahwa pekerjaan sebagai guru tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang, tanpa memiliki keahlian dan kwalifikasi tertentu sebagai
guru.
Uraian di atas menunjukan betapa besar peranan kinerja seorang guru dalam upaya
mencapai proses belajar mengajar yang efektif dan fungsional bagi kehidupan seorang siswa.
Sehubunagn dengan hal tersebut perlu dikaji berbagai faktor yang mungkin turut
mempengaruhi kinerja seorang guru.
Seperti disebutkan terdahulu bahwa sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya
terdapat kerja sama kelompok orang (kepala sekolah, guru, Staf dan siswa) yang secara
bersama-sama ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Semua komponen
yang ada di sekolah merupakan bagian yang integral, artinya walaupun dalam kegiatannya
melakukan pekerjaan sesuai dengan fungsi masing-masing tetapi secara keseluruhan
pekerjaan mereka diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi sekolah.
Seorang mau menerima sebuah pekerjaan, jika ia mempersiapkan bahwa ia
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan yang ditetapkan
tata tertib sekolah. Pada hakikatnya kinerja guru adalah prilaku yang dihasilkan seorang guru
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas,
sesuai dengan kriteria tertentu.
Tanpa mengurangi dan meniadakan peran serta fungsi yang lain, kinerja guru
merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam keberhasilan
pendidikan. Karena apapun tujuan-tujuan dan putusan-putusan penting tentang pendidikan
yang dibuat oleh para pembuat kebijakan sebenarnya dilaksanakan dalam situasi belajar
mengajar di kelas (Somantri Manaf, 1988:106).
Di samping itu, pengajaran yang menghasilkan peserta didik memperoleh pengalaman
belajar dengan baik bukanlah sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Belajar tidak tejadi
karena adanya ilmu yang dimiliki oleh seorang guru yang baik, melainkan dapat terjadi
karena para guru yang berhasil baik memiliki kemampuan tentang dasar-dasar mengajar
dengan baik. Kinerja adalah aktivitas atau perilaku yang dilaksanakan oleh guru dalam
melaksanakan tugas/pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kinerja guru merupakan suatu
hal yang essensial terhadap keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu kinerja guru yang baik
perlu diciptakan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan optimal. Agar kinerja guru
dapat tercipta dengan baik maka guru perlu mengetahui tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya.
Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis
pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan. Tugas
guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mengajar berarti meneruskan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan yang diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam
menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, dengan mengingat tantangan pendidikan yang terus berubah, maka kenerja
guru perlu dilakukan secara inovatif
Seorang guru hendaknya berperilaku yang mempunyai pola interaksi di dalam proses
belajar secara efektif, apabila mereka memiliki keinginan untuk memahami peserta didik
sesuai dengan kebutuhannya. Kemampuan berinteraksi dari guru tidak akan berarti apa-apa
seandainya mereka memiliki motivasi yang rendah, terhadap penyesuaian dengan
lingkungan, baik terhadap kebijakan dan tujuan atau strategi pengajaran tersebut..
Dengan mengingat bahwa keadaan lingkungan tidak mudah terkontrol, maka seorang guru
harus terbuka, penuh dengan pertimbangan, mampu mendengar, dan bijaksana. Menyikapi
hal tersebut maka guru senantiasa mampu memodifikasi perilaku terhadap tuntutan yang ada
atau timbul, terutama dalam proses belajar mengajar, ke arah pemberian harapan yang positif
untuk peningkatan motivasi belajar.
Seperti dijelaskan di atas, tugas guru dalam meningkatkan mutu serta produktifitas
tidak dapat terpisahkan dari keseluruhan tugas dalam operasionalisasi pendidikan di sekolah.
Dengan demikian, keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tidaklah hanya
menggantungkan diri pada usaha pemberian program pengajaran semata-mata. Program
tersebut perlu didukung oleh motivasi, system pengelolaan, administrasi dan supervisi
pendidikan. Dan sehubungan dengan hal tersebut, penyelenggaraan proses pendidikan dapat
mencapai hasil yang optimal bila perhatian pimpinan lebih banyak dipusatkan kepada guru.
Guru dalam hal ini hanya merupakan pelaksana operasionalisasi program pendidikan, namun
demikian dalam berkinerja, guru dapat mengembangkan inovasi dalam melaksanakan
tugasnya, ini berarti kinerja inovatif merupakan hal yang penting.
Pihak manapun mengakui bahwa di dalam sistem persekolahan, kurikulum, sarana
dan prasarana merupakan faktor-faktor penting yang tidak bisa kita abaikan dalam suatu
proses pendidikan/pembelajaran. Akan tetapi tanpa kehadiran guru yang bermutu, inovatif,
berdedikasi tinggi dan berwibawa, semua yang tersebut di atas tidaklah berarti banyak.
Sementara itu tugas/kewajiban Guru menurut Undang-Undang No 14 tahun 2005 pasal 20
adalah sebagai berikut:
Roberts, Edwards B. 2002. Innovation, Driving Product, Process, and Market Change. San
Francisco : Jossey – Bass.