Anda di halaman 1dari 22

PEMBAHASAN KASUS KASUS atau MASALAH BELAJAR DI

SEKOLAH dan ALTERNATIF PEMBELAJARAN

Makalah ini diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Belajar dan
Pembelajaran

DISUSUN OLEH :
WAHYU PUTRA PRATAMA
2286208020

DOSEN PENGAMPU :
Dr. HARVIUS, S.Pd.MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
LUBUK SIKAPING – PASAMAN
TAHUN 1444 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah belajar dan pembelajaran
tentang pembahasan kasus kasus atau masalah belajar di sekolah dan alternatif
pembelajaran. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang
digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun
guna perbaikan bagi kami dalam membuat makalah selanjutnya, akan kami terima
dengan senang hati. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan


makalah ini kami telah mencurahkan kemampuan, namun kami sangat menyadari
bahwa hasil penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan
data dan referensi maupun kemampuan kami. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga
makalah ini dapat memenuhi syarat proses kegiatan belajar kami dalam mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran dan apabila terdapat kejanggalan-kejanggalan
dalam penyusunan makalah ini. kami mohon maaf dan sekali lagi kami
mengucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
                                 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kemajuan zaman saat begitu sangat cepat, mulai dari perubahan-perubahan
dibidang ekonomi, sosial, teknologi sampai bidang pendidikan. Pendidikan di
Indonesia sudah mengalami kemajuan yang lebih modern dibandingkan dengan
zaman dahulu, karena proses perubahan ini didikung dari berbagai sisi positif juga
perang Guru serta Orang tua yang bekerja sama demi mencapai tujuan yang
sama.Belajar merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam
upaya meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh  perubahan dan 
peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri. Belajar
adalah salah satu aktivitas siswa yang terjadi di dalam lingkungan belajar. Belajar
diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah satu lembaga
pendidikan formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah dimana di dalamnya
terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan
siswa. Tujuan belajar siswa sendiri adalah untuk mencapai atau memperoleh
pengetahuan yang tercantum melalui hasil belajar yang optimal sesuai dengan
kecerdasan intelektual yang dimilikinya.
Pada dewasa ini banyak masalah yang timbul lebih cepat. Sebelum kita
dapat mengidentifikasi masalah itu, yang pasti tampak cara untuk memperoleh
kejelasan dan hal ini tidak dapat dipisahkan dengan masalah-masalah itu. Semakin
lama masalah itu menjadi sangat komplek. Juga dalam masalah-masalah itu selalu
terjadi perubahan terutama masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan.
Di era reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan kegiatan belajar
dan mengajar harus diupayakan secara maksimal agar mutu pendidikan
meningkat, hal ini dilakukan karena majunya pendidikan membawa implikasi
meluas terhadap pemikiran manusia dalam berbagai bidang sehingga setiap
generasi muda harus belajar banyak untuk menjadi manusia terdidik sesuai
dengan tuntunan zaman. Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung
bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa seorang guru dituntut
untuk teliti dalam memilih dan menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Akan tetapi dalam mencapai suatu

tujuan yang baik pasti ada kendala suatu masalah yang menghalangi dalam
pencapaian tujuan itu, seperti halnya dalam bidang pendidikan, pasti ada masalah-
masalah dalam pembelajaran siswa. Masalah yang timbul dalam proses belajar
mengajar disebabkan kurang hubungan komunikasi antara guru dan siswa serta
siswa dengan siswa yang lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum.
Untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat
dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pengajaran sehingga dalam
perbaikan proses pengajaran ini peranan guru sangat penting. Selaku pengelola
kegiatan siswa, guru juga diharapkan membimbing dan membantu siswa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian masalah belajar?
2.      Apa sajakah jenis masalah-masalah dalam pembelajaran?
3.      Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab masalah-masalah dalam
pembelajaran yang dihadapi siswa?
4.      Bagaimanakah prosedur atau langkah-langkah pemecahan masalah-masalah
dalam pebelajaran yang dihadapi siswa?

C.    Tujuan
1.      Mendeskripsikan pengertian masalah belajar,
2.      Mendeskripsikan jenis masalah-masalah dalam pembelajaran,
3.      Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab masalah-masalah dalam pembelajaran,
4.  Mendeskripsikan prosedur atau langkah-langkah pemecahan masalah-masalah
dalam belajar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Masalah Belajar


1.  Pengertian Belajar
Pengertian belajar bisa mempunyai arti yang luas, tergantung
kita sendiri memberikan arti untuk belajar. Karena segala sesuatu yang
kita kerjakan bisa mempunyai arti belajar, namun dalam hal ini saya
mengartikan belajar dalam hal mencari pengetahuan ilmu, atau biasa
kita jumpai pada proses pembelajaran anak dilingkungan sekolah.
Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a
process progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat
dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi
perilaku yang bersifat progresif. Skinner percaya bahwa proses
adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi
penguatan (reinforcement). Ini berarti bahwa belajar akan mengarah
pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu
belajar juga memebutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan
waktu untuk mencapai suatu hasil.
Jadi belajar adalah proses untuk perubahan prilaku dari yang
bersifat tidak baik menuju sifat yang baik dan lebih baik, karena
dengan sikap yang baik, orang yang mempunyai ilmu akan lebih
dihargai dari pada sifat yang kurang baik. Dalam mencapai tujuan
tersebut tentunya sangat membutuhkan waktu, sehingga pembelajaran
yang formal ada batasan-batasan yang membatasi waktu untuk
menempuh proses belajar itu. Dengan adanya kurikulum yang
mengatur proses pembelajaran, maka batasan-batasan tertentu sangat
membatasi adanya kaitan satu dengan yang lain.
Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi
belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “…
acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result
of practice and experience” (Belajar adalah perolehan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman). Rumusan keduanya adalah process of acquiring
responses as a result of special practice (Belajar ialah proses
memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus).
Seperti yang diungakapkan Skiner, menurut Chaplin ini juga
tidak jauh berbeda dengan ungkapan Skiner, Belajar adalah perubahan
tingkah laku, sebagai perbedaan antara orang yang berilmu dan tidak.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami secara
umum bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seseorang yang relatif menetap diberbagai
bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan
lingkungannya yang melibatkan proses kognitif.

2.       Pengertian Masalah Belajar


Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang
melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan
kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan
seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang
tidak mengenakan.
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu
yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan
atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.  “Belajar
adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu
dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat
diartikan atau didefinisikan sebagai berikut.“Masalah belajar adalah
suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat
kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”. Kondisi
tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan
yang tidak menguntungkan bagi dirinya.

Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-


siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa
siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal, pandai
atau cerdas. Masalah-masalah dalam pembelajaran ini adalah sesuatu
yang harus dipecahhkan oleh guru dan orang tua sehingga proses
belajar anak bisa sesuai dengan tujuan yang pertama yaitu
mencerdaskan anak bangsa yang berpendidikan dan mempunyai
tingkah laku yang baik. Tanggung jawab seorang guru dalam mendidik
anak bisa berjalan dengan baik jika masalah-masah dalam
pembelajaran bisa dipecahkan secara bersama-sama.

3.  Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks,
sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa
adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Proses
belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di
lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa adalah
keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau
hal-hal yang akan dijadikan bahan belajar.
Belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis suatu
keadaan sehingga terjadi perubahan perilaku, dan perubahan tersebut
tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika disebabkan oleh karena
pertumbuhan atau keadaan sementara. (Syaifuddin Iskandar, 2008:1).
Sedangkan pembelajaran atau instruksional adalah usaha
mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga memungkinkan siswa
melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu yang
akan mendukung pembelajaran itu nantinya.

B. Jenis-jenis masalah dalam Pembelajaran


Di dalam setiap kehidupan pasti akan ada yang namanya masalah ,
begitu juga masalah dalam pembelajaran yang membuat peserta didik
tidak dapat secara maksimal untuk menyerap ilmu yang telah di sampaikan
oleh tenaga didik.

Berikut akan kami sampaikan beberapa masalah dalam


pembelajaran yang perlu untuk ditanggulangi:
1. Berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau
berpartisipasi di dalam belajar;
2. Semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di
mulai;
3. Pada zaman yang berkembang ini juga banyak sekali perkelahian
muncul di kalangan antar pelajar;
4. Prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan nilai;
5.   Semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar.
Identifikasi penyebab masalah dalam pembelajaran mengenai kurangnya
motivasi belajar peserta didik di dalam melakukan pembelajaran antara lain
adalah :
1.      Kurangnya sekolah menentukan guru yang kompetitif di dalam melakukan
pembelajaran atau terlalu monotonnya proses pembelajaran di dalam sekolah;
2.      Kurangnya guru melakukan sebuah hubungan atau relasi dengan para murid
yang menjadi peserta didiknya;
3.      Kurang maksimalnya di dalam penggunaan alat ataupun media pembelajaran
yang menjadi pendukung di dalam aktivitas belajar mengajar;
4.      Tidak adanya sebuah ide atau motivasi untuk membuat kelas yang hidup dan
tidak berkesan kaku dan membosankan;
5.      Guru tidak melakukan upaya permasalahan kelas yang monoton yang membuat
peserta didik menjadi malas untuk datang ke kelas;
6.      Kurangnya kemampuan para peserta didik untuk bekerja di dalam kelompok-
kelompok kecil untuk melakukan diskusi ringan;
7.      Tidak adanya upaya para tenaga didik untuk memulai cara pembelajaran yang
baru supaya para peserta didik dapat lebih aktif di dalam lingkup
pembelajaran.Tidak adanya sebuah penghargaan ataupun imbalan yang di berikan
kepada peserta didik yang memiliki kemampuan yang lebih;

Diantara banyak peserta didik di sekolah ada siswa yang berprestasi, namun
banyak pula yang dijumpai siswa yang gagal. Secara umum, siswa-siswa yang
mengalami nilai dan angka rapor banyak rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian
akhir, dan sebagainya dapat dianggap sebagai siswa yang mengalami masalah
belajar. Seseorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang
bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu.
Selain masalah-masalah dalama pembelajaran yang telah diungkapkan
diatas, namun banyak sekali yang berbeda dan itu tergantung mereka menilai dari
sudut pandang yang berbeda juga. Prayitno (Herman dkk, 2006:149-150)
mengemukakan masalah belajar sebagai berikut :
1.      Keterampilan Akademik
Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi,
tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal. Seharusnya kegiatan exstra
harus dimanfa’atkan secara baik oleh guru dan orang tua, karena ketrampilan
setiap anak didik sangatlah berbeda-beda, sehingga bisa mengeluarkan dan
memulai ketrampilannya sejak dari kecil dan diharapkan bisa
mengembangkannya.
2.      Keterampilan dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan
tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang
amat tinggi. Ketrampilan dalam belajar bisa menunjang prestasi belajar siswa
karena siswa akan lebih banyak mendapatkan ilmu pengetahuan tambahan dari
proses pembelajaran yang semestinya.
3.      Sangat Lambat dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu
dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
Sebenarnya setiap siswa mempunyai akal yang sama, tetapi kemampuan setiap
siswa yang satu dengan siswa yang lain sangatlah berbeda dan disinalah letak
kerja exstra guru dalam memberikan pengajaran yang lebih agar siswa yang
kurang mampu dalam menerima pelajaran tidak terlihat sangat jauh tertinggal
dibandingkan dengan siswa yang penerimaan pelajarannya sangat cepat.

4.      Kurang Motivasi dalam Belajar


Keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah
tampak jera dan malas. Hal ini disebabkan dari beberapa sebab yang meliputi dari
lingkungan sekolah, keluarga maupun dari lingkungan pergaulan anak, jika
lingkungan anak memang sejak kecil diberi semangat belajar yang tinggi, pastinya
siswa tersebut bisa termotivasi untuk menjadi anak yang pintar, namun sebaliknya
kurangnya motivasi belajar siswa bisa mempengaruhi proses belajar dan akhirnya
menjadi salah satu dari sekian banyak masalah-masalah dalam pembelajaran.
5.      Bersikap dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar
Kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari
antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas,
mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak
diketahuinya dan sebagainya, maka sikap dan kebiasaan yang baik bisa
menunjang kelancaran proses belajar anak. Hal ini disebabkan anak akan
cenderung rajin belajar dari pada siswa yang mempunyai sikap dan kebiasaan
yang buruk.

C.    Faktor-faktor penyebab masalah-masalah dalam pembelajaran


1.      Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal)
Faktor yang bersumber dari diri pribadi sendiri yaitu :
a.      Faktor Psikologis
1)      Intelegensi
Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam
memahami pelajaran yang diberikan guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan
siswa-siswa yang berintelegensi rendah.
2)      Bakat
Apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan bakatnya maka
siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.
3)      Motivasi
Prestasi belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut tidak mempunyai
motivasi dalam belajar.

b.      Faktor Fisiologis
Gangguan-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat penglihatan
dan pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan belajar. Seperti gangguan
visual yang sering disertai dengan gejala pusing, mual, sakit kepala, malas, dan
kehilangan konsentrasi pada pelajaran.
2.      Faktor Eksternal
a.      Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah
1)      Metode mengajar
Apabila guru menggunakan metode yang sama untuk semua bidang studi
dan pada setiap pertemuan akan membosankan siswa dalam belajar.
2)      Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa
Dalam proses pendidikan, antar guru, guru dengan siswa, dan antar siswa
tidak terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk bekerja sama, maka siswa
akan mengalami kesulitan dalam belajar. Karena antar personal sekolah akan
saling menyebutkan kelemahan dari personal lain dan terjadinya persaingan yang
kurang sehat.
3)      Sarana dan prasarana
Alat-alat belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku sumber yang
diperlukan sulit didapatkan, ruang kelas, ruang kelas tidak mencukupi syarat
seperti terlalu panas, pengap, dan ruang kecil yang tidak sesuai dengan jumlah
siswa.

b.      Faktor Keluarga
1)      Keadaan ekonomi keluarga
Apabila anak hidup dalam keluarga yang miskin dan harus bekerja
membantu mencari tambahan ekonomi keluarga akan menimbulkan kesulitan bagi
anak, mungkin akan terlambat datang, tidak dapat membeli peralatan sekolah
yang dibutuhkan, tidak dapat memusatkan perhatian karena sudah lelah dan
sebagainya.

2)      Hubungan antar sesama anggota keluarga


Apabila hubungan antar keluarga tidak harmonis, seperti orang tua sering
bertengkar, orang tua otoriter, peraturan yang ketat, dan sebagainya, maka anak
tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar.
3)      Tuntutan orang tua
Tuntutan orang tua dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak apabila
tuntutan itu tidak sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat anak.

c.       Faktor Lingkungan Masyarakat


Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat yang dapat
menimbulkan kesulitan belajar adalah media cetak, komik, buku-buku pornografi,
media elektronik, TV, VCD, video, play station, dan sebagainya.

D.    Langkah-langkah Pemecahan Masalah-masalah dalam Pembelajaran


Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar
masalahnya tidak berlarut-larut nantinya dan siswa yang mengalami masalah
belajar ini dapat berkembang secara optimal. Masalah-masalah dalam
pembelajaran harus segera dipecahkan karena itu bisa menjadi titik kelemahan
lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidiakan di
Indonesia. Pemecahan masalah ini bisa dilihat dari faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya masalah-masalah tersebut.
Pembelajaran yang baik tentunya sangat memerlukan pengelolaan yang baik
juga, dan untuk mencapainya harus dengan selalu intropeksi pada hal-hal yang
menyebabkan timbulnya masalah itu. Dari uraian faktor yang ada diatas tadi,
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
Menurut Prayitno (Herman dkk, 2006:159-160) masalah pembelajaran siswa
dapat dientaskan melalui :
1.      Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan
kepada seseorang atau sekelompok siswa yang mengalami masalah-masalah
belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan
hasil belajar siswa. Dengan pengajaran perbaikan ini, diharapkan

bisa memecahkan masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran siswa untuk


meningkatkan prestasi siswa maupun prestasi sekolah tersebut. 
Saat ini, metode belajar yang populer di Indonesia yang dikenal dengan
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
Aktif artinya ketika proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Inovatif artinya bagaimana guru menciptakan
pembelajaran yang bisa membuat siswanya berpikir bahwa learning is fun,
sehingga tertanam didalam pikiran siswanya tidak akan ada lagi perasaan tertekan
dengan tenggat waktu pengumpulan tugas dan rasa bosan tentunya. Kreatif artinya
agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif artinya bagaimana guru mampu
menciptakan apa yang harus dikuasai oleh siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung tanpa menyia-nyiakan waktu. Dan Menyenangkan artinya suasana
belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”)
tinggi.

2.      Program Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada
seseorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Sebagai
seorang pendidik kita tidak harus memperhatikan siswa yang kurang mampu saja,
akan tetapi siswa yang cepat dalam belajar juga sangat penting untuk kita
perhatikan, hal ini nantinya tidak ada kesenjangan satu dengan yang lain,
harapannya siswa yang cepat dalam menerima pelajaran bisa mengimbangi dan
mungkin bisa membantu siswa yang kurang cepat dalam menerima pelajaran.

3.      Peningkatan Motivasi Belajar


Guru bidang studi, guru pembimbing, dan staf sekolah lainnya berkewajiban
membantu siswa meningkatkan motivasi dalam belajar. Salah satunya dengan cara
menyesuaikan pengajaran dengan bakat, minat, dan kemampuan. Peningkatan
motivasi belajar sangatlah penting untuk diberikan kepada semua siswa, hal ini
bisa memberikan semangat belajar yang tinggi
bagi semua siswa dalam hal mengeluarkan semua bakat dan minat siswa untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara individu maupun secara
kelompok.
Motivation is an essential condition of learning. Sehubungan dengan hal
tersebut ada tiga fungsi motivasi:
a.       Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b.      Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
c.       Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan
menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan
belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau
membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

4.      Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik


Setiap siswa diiharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang
efektif karena prestasi belajar yang baik diperoleh melalui usaha atau kerja keras.
Kebiasaan belajar yang baik sangat menunjang dalam segala aspek pembelajaran
siswa, ketika siswa sudah melaksanakan hal-hal yang baik, mulai dari
pengembangan sikap, disiplin, rajin dan ada tanggung jawab bersama, maka
proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan harapan bersama, dan bisa
memberikan pengaruh yang besar dalam peningktan prestasi siswa.
Mengajar sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan saja
tidak cukup, tetapi harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara tidak
langsung harus dapat membimbing siswa untuk melakukan dan menyadari etika,
budaya serta moral yang berlaku di tempat siswa tinggal. Guru bukan sebagai
pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa, melainkan guru
sebagai fasilitator, teman dan motivator. Oleh karena

itu, pengajaran minimal harus dipandang sebagai suatu proses sistematis dalam
merencanakan, mendesain, mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan pembelajaran secara efektif dalam jangka waktu yang layak.

5.      Layanan Konseling Individual


Dalam hubungan tatap muka antara konselor dengan klien (siswa) pada
kegiatan konseling diupayakan adanya pengentasan masalah-masalah klien yang
telah disampaikan pada konselor. Sebagai seorang konselor sebaiknya bisa
mengatasi masalah itu dari proses/sebab yang mempengaruhi adanya hal-hal yang
bisa menyebabkan masalah-masalah pembelajaran. Adanya masalah itu pasti juga
adanya sebab yang mempengaruhinya, maka layanan konseling diberikan kepada
setiap siswa yang merasa dirinya kurang dalam aspek-aspek yang ada pada proses
pembelajaran disekolah atau diri sendiri.
Guru Bimbingan Konseling juga memiliki peranan yang cukup besar dalam
hal memotivasi siswa, guru secara berkelanjutan memberikan penyuluhan dan
motivasi kepada siswa baik secara perorangan (individu) maupun secara
kelompok.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh siswa
sehingga dapat menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu ini
dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak merugikan
dan memberikan dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak
hanya dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan
tetapi juga dapat dialami oleh siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata
normal atau tinggi.
Pembelajaranadalah usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga
memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu
yang akan mendukung pembelajaran itu nantinya.
Masalah- masalah dalam pembelajaran antara lain :
1.      Berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau berpartisipasi di
dalam belajar;
2.      Semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di mulai;
3.      Banyak sekali perkelahian muncul di kalangan antar pelajar;
4.      Prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan nilai;
5.      Semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar.

Faktor-faktor penyebab masalah belajar dapat berasal dari dalam diri siswa
itu sendiri (internal) maupun dari luar diri siswa (eksternal).
1.      Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal)
a.       Faktor Psikologis
b.      Faktor Fisiologis
2.      Faktor Eksternal
a.       Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah :
b.      Faktor Keluarga
c.       Faktor Lingkungan Masyarakat

Pemecahan masalah-masalah pembelajaran antara lain:


1.      Pengajaran Perbaikan
2.      Program Pengayaan
3.      Peningkatan Motivasi Belajar
4.      Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
5.      Layanan Konseling Individual

B.     Saran
1.      Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan Makalah ini,
sangat diharapkan akan adanya perbaikan.
2.      Diharapkan kepada para Guru agar lebih menyelenggarakan pembelajaran yang
optimal terhadap anak didiknya dan memberikan pemahaman yang lebih luas
tentang arti belajar itu sendiri.
3.      Diharapkan kepada Guru selaku pendidik untuk tidak hanya memfokuskan
fungsinya selaku pengajar dan fasilitator, tetapi juga perannya selaku motivator
sehingga sukses dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, dkk., (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nirwana, Herman dkk. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Padang : FIP UNP.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai