Anda di halaman 1dari 1

Implikasi Perkembangan Otak terhadap Pendidikan

Otak anak memang mempunyai kemampuan besar untuk menyusun ribuan sambungan
antarneutron. Namun, kemampuan itu berhenti pada usia 10-11 tahun jika tidak dikembangkan
dan digunakan. Oleh sebab itu, untuk terus meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif
anak, proses pematangan otak harus diiringi dengan peluang-peluang untuk mengalami suatu
dunia yang makin luas. Dalam hal ini, pendidikan harus memberikan lebih banyak kesempatan
kepada peserta didik untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang memungkinkan otaknya
berkembang.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, proses pembelajaran seharusnya lebih
mendorong anak untuk mencari dan meneliti apa yang dikehendakinya, baik di museum, rumah
dan sekolah, di buku-buku, majalah dan gambar, serta di alam sekitarnya, sehingga ia
memperoleh apa yang dikehendakinya. Pembelajaran seperti ini akan mendorong anak untuk
berpikir, mengamati, merenungkan dan menemukan secara kreatif.
Sebaliknya, proses pembelajaran harus jauh dari upaya menjejalkan pengetahuan ke
dalam otak anak. Penjejalan pengetahuan secara berlebihan justru akan menggangu pemahaman
dan melelahkan otak anak. Menjejali otak anak dengan sejumlah besar informasi dan
pengetahuan malah akan mematikan kecerdasan. Otak adalah mata air yang seharusnya
dialirkan secara berangsur-angsur, bukan wadah yang harus langsung diisi penuh, demikian kata
Gabriel Camyer. Bahkan Mahmud Mahdi Al-Istanbuli (2006) mengatakan otak yang bagus
bukanlah otak yang penuh sesak, tetapi otak yang sehat. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya
merupakan upaya mengembangkan segala potensi anak, melatih pengamatan dan pengambilan
keputusan, merangsang pemikiran dan imajinasi, memperdalam pemahaman dan memperkuat
konsentrasi.

Anda mungkin juga menyukai