Nim : 01202203010
Prodi : S1 Gizi
2. Black Death
Black Death disebut juga Wabah Hitam adalah suatu pandemi hebat yang
pertama kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14
(1347–1351) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi
Eropa. Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi pula epidemi di
sebagian besar Asia dan Timur Tengah, yang menunjukkan bahwa
peristiwa di Eropa sebenarnya merupakan bagian dari pandemi
multiregional. Jika termasuk Timur Tengah, India, dan Tiongkok, Maut
Hitam telah merenggut sedikitnya 75 juta nyawa. Penyakit ini berhasil
dimusnahkan di Eropa pada awal abad ke-19, tetapi masih berlanjut di
bagian lain dunia, seperti (Afrika Tengah dan Oriental, Madagaskar,
Asia, beberapa bagian Amerika Selatan).
3. John Graunt
Perkembangan sistem untuk mengumpulkan penyebab kematian
berdasarkan populasi merupakan kunci perkembangan dari epidemiologi.
Penghitungan tanggal kematian berawal dari merajalelanya “blak death”
ketika pada abad 14 dan 15 pejabat di Florence dan Venesia mulai
mencatat jumlah orang yang meninggal, penyebab kematian, seperti pes
atau tidak. Di Inggris, pengumpulan sertifikat kematian dimulai di
parokiparoki yang terpilih pada tahun 1592. Namun, baru pada
pertengahan abad ke-17 hal seperti ini mulai dilakukan dengan cara
epidemiogi oleh seorang penjual pakaian bernama John Grant
(haberdasher) yang secara intelektual ingin tahu. Graunt menghitung
statisik kematian dan membuat interpretasi berdasarkan perhitungan ini
dalam publikasinya yang berjudul Natural And Political Observations
Mentioned In A Following IndexAnd Made Upon The Bills Of Mortality
(1662). Diantara banyak pengamatannya, Graunt mencatat perbedaan
kematian berdasarkan regional, angka kematian yang tinggi pada anak-
anak (sepertiga dari populasi meninggal sebelum berusia 5 tahun), dan
kematian yang lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan
meskipun angka kunjungan ke dokter lebih tinggi pada perempuan (dan
fenomena ini masih ada sampai saat ini). Graunt mencatat bahwa lebih
banyak anak lakilaki yang lahir dibandingkan anak perempuan. Ini
merupakan kontribusi besar pertama dalam hal pemeliharaan catatan
tentang suatu populasi dan merupakan awal aspek data statistik vital di
bidang epidemiologi. Graunt merupakan orang yang pertama melakukan
kuantifikasi atas kejadian kematian dan kesakitan.
6. William Farr
Sudah hampir dua abad sejak observasi John Graunt, Parlemen Inggris
menciptakan sistem registrasi terpusat untuk informasi kelahiran,
kematian, dan pernikahan. Pada tahun 1839, William Farr ditunjuk untuk
menjadi kepala cabang di kantornya yang terlibat dengan statistik. Selama
masa jabatannya, Farr mendirikan sistem registrasi nasional untuk
pengumpulan, klasifikasi, analisis dan pelaporan statistik kematian,
sehingga dianggap sebagai bapak statistik vital modern dan
surveilans, mengembangkan banyak praktik dasar yang digunakan saat
ini dalam statistik vital dan klasifikasi penyakit.William Farr membuat
banyak kemajuan dalam Epidemiologi lapangan di pertengahan tahun
1800. Saat ini dia dianggap sebagai penemu Epidemiology Modern.
7. Epidemi Snow
Tahun 1800, London merupakan salah satu kota terbesar dengan
penduduk terpadat. Sayangnya, kebesaran Kota London tidak diiringi
dengan sanitasi yang bagus, infrastruktur kesehatan yang memadai,
banyak penduduknya yang tidak memiliki toilet dan merusak 'kebesaran'
Kota London adalah kolera, khususnya di tahun 1832. Tahun 1982-1884,
kolera merebak dan pemeriksaan sepuluh hingga dua puluh ribu orang
meninggal. Penderita kolera selama dua hari dapat kehilangan 20% dari
berat badannya. Penderita kolera akan kehilangan banyak cairan dalam
tubuhnya, menyebabkan: kulit menjadi kasar, mata menjadi biru, dan
wajah menjadi pucat pasi ( John Snow – The Father of Epidemiology , no
date).
John Snow adalah salah seorang dokter dan peneliti yang terkenal. Saat
itu, John Snow percaya bahwa penyakit kolera disebabkan oleh udara.
Pada saat itu, kolera merupakan penyebab kematian tertinggi setelah
Black Death Sebelumnya saat itu orang-orang mengira bahwa kolera
disebabkan oleh miasma (semacam udara buruk). Hingga tahun 1854
teori miasma dipatahkan karena ditemukannya bakteri penyebab kolera
yaitu: Cholera bacillus , oleh Filippo Pacini(Wayne Melville and Xavier
E Fazio, 2007).Pada catatan Bapak Epidemiologi Modern: John Snow
Tentang Cara Komunikasi Kolera (1855), terdapat catatan mengenai
pamflet yang menunjukkan kualitas dan ketajaman prinsip penjelasan
ilmiah John Snow terhadap kolera.
11.Epid Modern
John Snow dikenal sebagai Bapak Epidemiologi Modern sejak
kepiawaiannya dalam menginvestigasi penyakit kolera pada abad ke-18.
Di sisi lain, John Snow dikenal sebagai dokter terkenal dan pelopor
anestesi. Dalam surat kabar Hospital Doctor Inggris (Grant 2003) , John
Snow dinobatkan sebagai dokter terhebat sepanjang masa. John Snow
Tentang Cara Komunikasi Kolera (1855), terdapat catatan mengenai
pamflet yang menunjukkan kualitas dan ketajaman prinsip penjelasan
ilmiah John Snow terhadap kolera. Poin penting dalam pamflet adalah
diskusi John Snow seputar komunikasi dan patologi kolera, serta bagian
yang fokus pada hubungan antara udara tercemar dan kolera. Pemikiran
dan pendekatan inovatif Bapak Epidemiologi Modern: John Snow untuk
mengendalikan penyakit mematikan ini tetap valid dan dianggap sebagai
teladan bagi ahli epidemiologi di seluruh dunia. Prestasi lain dari John
Snow dalam anestesiologi, khususnya dalam hal pengetahuannya tentang
eter dan kloroform, cukup besar, sehingga John Snow diminta untuk
memberikan kloroform kepada Ratu Victoria ketika dia melahirkan
Pangeran Leopold pada tahun 1853 dan pada tahun 1857 oleh Putri
Beatrice. Sayangnya pada tanggal 16 Juni 1858, Bapak Epidemiologi
Modern ini wafat karena stroke di usianya yang ke 45 tahun (Ralph
Frerichs, 2009).
12.Epid Klinik
Epidemiologi klinik adalah penerapan dari prinsip-prinsip dan metode-
metode epidemiologi ke dalam praktek kedokteran klinik. R.Doll dan
A.B.Hill adalah dua nama yang berkaitan dengan cerita hubungan
merokok dan kanker paru. Keduanya adalah peneliti pertama yang
mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan antara
rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitian di bidang
Epidemiologi Klinik. Epidemiologi klinik dikembangkan dengan tujuan
membekali para klinisi/ dokter tentang cara pendekatan masalah melalui
disiplin ilmu epidemiologi
13.Epid Molekuler
Epidemiologi molekuler merupakan cabang epidemiologi yang
mempelajari kontribusi faktor risiko genetik dan lingkungan pada level
molekuler dan biokimia, terhadap etiologi, distribusi, dan pengendalian
penyakit dalam populasi. Epidemiologi Molekular memiliki manfaat
diantaranya, Mendeteksi sensitivitas individu terhadap bahan kimiawi,
mengindentifikasi pajanan pada skala kecil dan kejadian lebih dini dalam
kerangka riwayat alamiah penyakit, serta meningkatkan kemampuan
epidemiologi untuk memahami penyakit, menilai kerentanan penanda,
hingga memperkuat stategi pencegahan (preventif) di populasi.
Epidemiologi molekuler tekanan mempengaruhi masing-masing faktor
genetik dan lingkungan yang mempengaruhi proses penyakit pada tingkat
molekuler. Epidemiologi molekuler berisi penjelasan etiologi penyakit,
pola distribusi dan penetrasi dalam keluarga dan populasi.Bidang ini
terdiri dari biologi molekuler dan epidemiologi dasar dan dengan deteksi
dan identifikasi jalur molekuler dan gen spesifik yang berperan dalam
risiko penyakit, membantu kita memahami patogenesis penyakit.