Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Wabah pes disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia Pestis. Bakteri ini dibawa
oleh kutu yang hidup pada tubuh tikus. Kutu menyebarkan penyakit ketika mengisap
darah tikus atau manusia. Wabah pes dikenal dengan maut hitam (black death) karena
menyebabkan tiga jenis wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya
menyerang sistem limfe tubuh, menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening, panas
tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada persendian. Wabah pneumonik juga
menyebabkan batuk lendir berdarah, wabah septikemik menyebabkan warna kulit
berubah menjadi merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian datang dengan cepat
dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan
100% bagi septikemik.
Bubonik adalah jenis penyakit pes yang memiliki gejala antara lain demam tinggi,
detak jantung menjadi cepat dan tekanan darah turun, terjadi pembesaran kelenjar getah
bening dilipat paha, ketiak atau leher. Pneumonik merupakan infeksi (masuk dan
berkembangnya bakteri ke dalam tubuh) pada paru-paru. Gejalanya antara lain batuk
dengan dahak berwarna merah dan berbusa, pernafasan menjadi cepat dan dangkal.
Septikemik merupakan infeksi yang menyebar kedarah. Penderita mengalami mual,
muntah, diare dan nyeri perut.
Malapetaka kesehatan yang terjadi di abad ke-14 ini adalah episode wabah paling
besar di sepanjang sejarah manusia. Para peneliti yakin mereka telah menemukan asal
muasal Wabah Hitam atau Black Death, lebih dari 600 tahun setelah wabah ini
menewaskan puluhan juta orang di Eropa, Asia, dan Afrika Utara.
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik
untuk mengangkat permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian mengenai
“Maut Hitam”.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pokok-pokok
permasalahan yang akan dilakukan pembahasan pada penelitian ini, yaitu :
a. Apa akibat dari wabah Maut Hitam tersebut?
b. Siapa tokoh yang terlibat dalam kejadian tersebut?
c. Kapan terjadinya Maut Hitam?
d. Dimana Maut Hitam terjadi?
e. Mengapa Maut Hitam terjadi?
f. Bagaimana wabah Maut Hitam berakhir?

1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui akibat dari terjadinya Maut Hitam.
b. Untuk mengetahui siapa saja tokoh yang terlibat dalam peristiwa Maut Hitam.
c. Untuk mengetahui kapan terjadinya peristiwa Maut Hitam.
d. Untuk mengetahui mengapa Maut Hitam ini bisa terjadi.
e. Untuk mengetahui bagaimana wabah Maut Hitam ini berakhir.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Maut Hitam

Maut Hitam, disebut juga Wabah Pes (Black Death), adalah suatu pandemi hebat
yang pertama kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14 (1347–
1351) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa. Pada saat yang
hampir bersamaan, terjadi pula epidemi di sebagian besar Asia dan Timur Tengah, yang
menunjukkan bahwa peristiwa di Eropa sebenarnya merupakan bagian dari pandemi
multiregional. Jika termasuk Timur Tengah, India, dan Tiongkok, Maut Hitam telah
merenggut sedikitnya 75 juta nyawa. Penyakit yang sama diduga kembali melanda
Eropa pada setiap generasi dengan perbedaan intensitas dan tingkat fatalitas yang
berbeda hingga tahun 1700-an. Beberapa wabah penting yang muncul kemudian antara
lain Wabah Italia (1629–1631), Wabah Besar London (1665–1666), Wabah Besar Wina
(1679), Wabah Besar Marseille (1720 –1722), serta wabah pada tahun 1771 di Moskwa.
Penyakit ini berhasil dimusnahkan di Eropa pada awal abad ke-19, tetapi masih
berlanjut di bagian lain dunia, seperti (Afrika Tengah dan Oriental, Madagaskar, Asia,
beberapa bagian Amerika Selatan).

Maut Hitam mengubah populasi Eropa serta mengubah struktur sosial Eropa secara
drastis. Wabah ini mengakibatkan perburuan dan pembunuhan terhadap kaum minoritas
seperti Yahudi, pendatang, pengemis, serta penderita lepra. Ketidakpastian untuk tetap

3
bertahan hidup menciptakan suatu kecenderungan yang tak sehat pada masyarakat untuk
hidup hanya untuk hari ini, seperti digambarkan oleh Giovanni Boccaccio pada The
Decameron (1353).

Kejadian awal di Eropa awalnya disebut sebagai "Mortalitas Besar" (Great


Mortality) oleh para penulis kontemporer. Nama "Maut Hitam" umumnya dianggap
berasal dari gejala khas dari penyakit ini, yang disebut acral necrosis, yaitu saat kulit
penderita menjadi menghitam karena perdarahan subdermal. Catatan sejarah telah
membuat sebagian besar ilmuwan meyakini bahwa Maut Hitam adalah suatu serangan
wabah bubonik yang disebabkan bakteri Yersinia pestis dan disebarkan oleh pinjal
dengan bantuan hewan seperti tikus rumah (Rattus rattus), walaupun ada juga kalangan
yang menyangsikan kebenaran hal ini.

2.2. Sejarah Maut Hitam

Selama ribuan tahun, tidak ada penyakit epidemi. Namun, ketika orang-orang mulai
tinggal di kota, infeksi bisa menyebar dengan lebih mudah. Ketika pedagang dan tentara
melakukan perjalanan dari kota ke kota, mereka membawa bakteri dan virus bersama
mereka dan menyebarkan infeksi ke populasi baru. Anak-anak dalam bahaya terbesar
karena hingga abad kesembilan belas, 50% anak meninggal sebelum usia lima tahun.

Terdapat beberapa hipotesis mengenai asal dari wabah ini. Salah satu hipotesis yang
paling tua adalah bahwa maut hitam berasal dari dataran stepa di Asia tengah. Dari
daerah ini, menyebar menuju Eropa melalui Jalur Sutra dibawa oleh tentara dan
pedagang Mongol. Wabah ini menyebar di Asia dan merebak di Provinsi Hubei, Cina.
Pada tahun 1334. Maut Hitam di Eropa pertama kali dilaporkan berada di Kota Caffa
yang berada di Krimea pada tahun 1347. Antara 1346 dan 1350 lebih dari sepertiga
penduduk Eropa tewas oleh wabah pes (Black Death).

4
2.3. Cara Penyebaran Maut Hitam

Wabah penyakit ini muncul melalui tiga varian penularan. Bentuk paling umum
berupa pembengkakan kelenjar getah bening (Bubo) yang muncul di leher, ketiak,
ataupun pangkal paha. Penyakit ini tumbuh dengan berbagai ukuran, dimulai dari
sebesar telur hingga sebesar apel. Meskipun beberapa orang selamat dari penderitaan,
wabah penyakit ini biasanya hanya memberikan harapan hidup satu minggu pada
korban. Penyebaran wabah pes bermula dari serangga (umumnya pinjal) yang terinfeksi
melalui kontak langsung dengan hewan pengerat termasuk di antaranya tikus dan
marmot yang terinfeksi wabah. Setelah tikus tersebut mati, pinjal menggigit tikus dan
menyebarkannya kepada manusia.

Varian kedua merupakan wabah pneumonia yang menyerang sistem pernapasan dan
disebarkan hanya dengan menghirup udara yang dihembuskan melalui korban. Wabah
penyakit ini jauh lebih mematikan dibanding wabah pes bubo, harapan hidup hanya
dapat diukur dalam satu atau dua hari. Varian ketiga merupakan bentuk septisemia yang
berdampak pada sistem peredaran darah. Berbeda dengan kedua wabah lainnya, varian
ini dapat menyebar melalui gigitan serangga atau hewan pengerat yang telah terinfeksi,
atau melalui kontak dengan manusia yang telah terinfeksi lainnya.

5
2.4. Akibat dari Wabah Maut Hitam

Tingkat kematian dari wabah ini sangat bervariasi di seluruh daerah dan berbeda
tergantung sumbernya. Diperkirakan wabah ini membunuh kurang lebih 200 juta orang
pada abad ke-14.

Wabah ini membunuh sekitar 40% populasi Mesir pada saat itu. Setengah populasi
penduduk Paris meninggal, Florence Italia kehilangan populasinya dari 110 ribu orang
pada tahun 1338, menjadi sekitar 50 ribu orang pada tahun 1351. 60% penduduk
Hamburg dan Bremen meninggal. Sebelum tahun 1350, terdapat sekitar 170.000
penduduk di Jerman, dan angka ini berkurang hampir 40.000 pada 1450. Pada tahun
1348 wabah ini menyebar dengan sangat cepat sebelum para dokter atau pemerintah
dapat mengetahui asal wabah tersebut, populasi Eropa telah berkurang sepertiganya.
Pada kota yang padat, sangat umum ketika setengah penduduknya meninggal karena
wabah. Orang Eropa yang tinggal di daerah yang terisolasi tidak mengalami kerugian
separah yang di kota. Salah satu pihak yang tingkat kematiannya juga tinggi adalah
rahib dan biarawan, karena biasanya mereka yang merawat korban Maut Hitam.

Di Kawasan Asia Tenggara termasuk di antaranya Indonesia, belum ditemukan


bukti terutama bukti tertulis mengenai keberadan Maut Hitam dan akibatnya kepada
populasi penduduk. Hal ini cukup mengherankan mengingat Asia Tenggara terutama
Indonesia, termasuk ke dalam jalur laut pada Jalur Sutra. Ramainya perdagangan antara
Arab, India, dan Cina, membuat Indonesia sangat berpotensi untuk terkena wabah ini.
Terdapat beberapa teori mengenai asal Maut Hitam yang berasal dari kawasan Asia
Tenggara, tetapi teori-teori ini belum dapat dibuktikan secara pasti.

Penelitian Sharon N DeWitte dari University of South Carolina telah memberi


dimensi baru dalam mempelajari wabah Maut Hitam dan memberi tampilan pertama
kehidupan perempuan dan anak-anak selama wabah melanda. Penelitian tentang Maut
Hitam jarang terjadi karena sampel yang digunakan sangat jarang, hanya beberapa
sampel besar yang jelas berasal dari abad ke-14 saat Maut Hitam terjadi. Menurut
analisis Sharon Dewitte, Maut Hitam yang terjadi pada abad ke-14 bukan wabah

6
pemusnah massal, melainkan ditujukan kepada orang yang lebih lemah dari segala sisi
termasuk usia dan fisik. Orang yang selamat dari Maut Hitam mengalami masa
perbaikan kesehatan dan berumur panjang dimana rata-rata tutup usia berkisar 70
hingga 80 tahun dibandingkan orang yang hidup sebelum wabah melanda. Kondisi fisik
membantu kelangsungan hidup pasca Maut Hitam, dimana kesehatan tidak selalu sama
tetapi menjelaskan kondisi daya tahan tubuh bertahan dalam melawan wabah penyakit
yang berulang. Secara langsung maupun tidak langsung, wabah Maut Hitam sangat kuat
membentuk pola kematian berkelanjutan selama beberapa generasi setelah berakhirnya
epidemi.

2.5. Bagaimana Maut Hitam Berakhir

Black Death tidak benar-benar berakhir. Wabah ini mereda setelah para pejabat
Pelabuhan melakukan upaya karantina atau isolasi guna memperlambat penyebaran.
Para pelaut yang mendarat di dermaga akan segera diisolasi sampai dinyatakan tidak
terjangkit wabah. Umumnya, masa karantina berjalan antara 30-40 hari. Setelah
merebak pertama kali pada pertengahan abad ke-14, Black Death sebenarnya muncul
kembali setiap beberapa generasi selama berabad-abad berikutnya. Namun, dampaknya
tidak sefatal kali pertama wabah ini muncul karena perhatian terhadap kesehatan yang
meningkat dan perkembangan di bidang kedokteran.

7
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Maut Hitam, disebut juga Wabah Pes (Black Death), adalah suatu pandemi hebat
yang pertama kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14 (1347–
1351) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa. Maut Hitam telah
merenggut sedikitnya 75 juta nyawa. Wabah ini mengakibatkan perburuan dan
pembunuhan terhadap kaum minoritas seperti Yahudi, pendatang, pengemis, serta
penderita lepra. Wabah pes karena menyebabkan tiga jenis wabah, yaitu bubonik,
pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang sistem limfe tubuh, menyebabkan
pembesaran kelenjar getah bening, panas tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada
persendian. Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk lendir berdarah, wabah
septikemik menyebabkan warna kulit berubah menjadi merah lembayung.

Black Death tidak benar-benar berakhir. Wabah ini mereda setelah para pejabat
Pelabuhan melakukan upaya karantina atau isolasi guna memperlambat penyebaran.
Para pelaut yang mendarat di dermaga akan segera diisolasi sampai dinyatakan tidak
terjangkit wabah. Umumnya, masa karantina berjalan antara 30-40 hari. Namun,
dampaknya tidak sefatal kali pertama wabah ini muncul karena perhatian terhadap
kesehatan yang meningkat dan perkembangan di bidang kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai