Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Longsor adalah suatu pergerakan massa tanah pada bidang kelerengan, dari elevasi
rendah dalam suatu waktu (Yudianto, dalam Atmaja 2015). Bencana tanah longsor ini mampu
menelan korban jiwa dan meruntuhkan bangunan serta fasilitas umum, sehingga perlu dilakukan
analisis daerah rawan longsor.
Afriansyah (2015) telah melakukan pengukuran mikroseismik di Desa Kalibening,
Majatengah, dan Sidakangen, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegera. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan daerah rawan longsor di Desa Kalibening, Majatengah,
dan Sidakangen, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegera. Data tersebut diolah dengan
menggunakan metode HVSR hingga didapatkan nilai frekuensi dominan dan amplifikasi di
daerah tersebut. Dari nilai frekuensi dominan dan amplifikasi diperoleh nilai shear strain. Nilai
frekuensi tinggi (5,5 - 10,5) Hz yang tersebar pada bagian Utara, Timur, dan Selatan area
penelitian. Sedangkan nilai frekuensi rendah (0,5 - 4,5) Hz tersebar di bagian tengah area
penelitian. Nilai amplifikasi tinggi 7,5 - 12,5 berada di bagian Utara area. Adapun area dengan
nilai amplifikasi yang lebih rendah 2,5 - 5,5 tersebar cenderung lateral arah Timur-Barat. Nilai
shear strain tinggi yang tersebar di bagian Utara, tengah dan Selatan area penelitian dengan
interval nilai sekitar 0,01 - 0,018, dimana daerah yang memiliki nilai shear strain 0,01 maka
daerah tersebut berpotensi rawan longsor. Sedangkan area disekitarnya cenderung rendah dengan
interval nilai sekitar 0 - 0,006. Berdasarkan analisis nilai shear strain, kemiringian lereng, dan
tata guna lahan, didapatkan tiga area pada daerah penelitian yang tergolong dalam area rawan
longsor yaitu satu daerah pada bagian utara area penelitian dan dua daerah pada bagian selatan
dari area pengukuran.

Hadi (2016) melakukan penelitian tentang analisis potensi longsor menggunakan data
mikrotremor dan kemiringan di jalan utama Bengkulu-Kepahiang. Penelitian ini bertujuan untuk
memetakan tempat distribusi potensi rawan longsor dengan menggunakan metode horizontal to
vertical spectral ratio (HVSR). Akuisisi data mikrotremor dilakukan pada tanggal 21 sampai
dengan 26 Desember 2014 dengan jumlah titik 33.

4
Gambar 2.1 Peta titik pengukuran dan nilai GSS di daerah penelitian

Dalam penelitian ini, daerah potensi longsor yang tinggi berada dalam titik pengukuran d dengan
nilai GSS 1,15 10-2 dengan kemiringan lerengnya ( 15%). Menurut nilai ground shear strain
(GSS) = 10-2 dapat mengindikasikan deformasi tinggi sehingga dapat menyebabkan tanah
longsor.
Atmaja (2015) telah melakukan penelitian tentang Pemetaan titik rawan longsor dan
karakteristik biogeografisnya di kawasan wisata Pusuk. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh di lapangan
melalui dokumentasi dalam pengamatan langsung. Sedangkan data sekunder meliputi data
fisiografis daerah penelitian, kemiringan lereng, penggunaan lahan, curah hujan dan data lainnya.
Proses pemetaan dikerjakan dengan software Arc View 3.2 untuk menyajikan informasi visual
tentang sebaran titik-titik rawan longsor di Kawasan Wisata Pusuk, Kabupaten Lombok Utara
serta surfer untuk pemetaan kontur di lokasi penelitian. Titik rawan longsor di Kawasan Wisata
Pusuk berada di koordinat (9064525, 399632) dengan ketinggian muka tanah berada di
ketinggian 297 m di atas permukaan laut, serta memiliki kemiringan lereng terjal berbatu dengan
kemiringan di atas 60% dengan kondisi lapisan permukaan tanah yang tipis dan jenis tumbuhan
yang berupa semak.

Aryani (2011) telah melakukan penelitian tentang analisis situs efek lokal selama
gempabumi yang berpotensi longsor menggunakan mikrotremor (studi kasus Kemuning Lor,

5
Kabupaten Jember- Indonesia). Struktur geologi dan topografi pada gerakan tanah selama gempa
yang berpotensi longsor menggunakan metode HVSR (horizontal to vertikal spectra ratio).
Pengukuran mikrotremor dilakukan di daerah berpotensi longsor pada 82 titik pengukuran. Nilai
faktor amplifikasi (A) berkisar 2 - 7, dan frekuensi dominan (f) berkisar (1 3) Hz. Nilai faktor
amplifikasi tertinggi berada pada kemiringan lereng curam dan di daerah yang memiliki gradien
topografi tinggi. Nilai indeks kerentanan seismik (Kg) bernilai (2,6 34,6) s2/m dan nilai shear
strain () bervariasi dari 500 x10-6 - 6700 x 10-6. Daerah yang memiliki nilai shear strain 10-2
adalah daerah yang berpotensi rawan longsor.

Anda mungkin juga menyukai