PAPER
OLEH:
RAHMI AWALIAH
70200117028
b) Pengalokasian dana
1) Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang-kurangnya
5% dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap
tahunnya.
2) Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk
UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan
kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam
program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.
c) Pembelanjaan
1) Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership
digunakan untuk membiayai UKM.
2) Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
3) Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan
kesehatan keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan wajib.
F. Penganggaran Kesehatan
1. Pengertian Anggaran
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematik
yang meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit
moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu yang akan datang.
Anggaran juga dimaksudkan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja
yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran finansial. Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan
sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam
perencanaan koordinasi dan pengawasan. (Winarno, 2013)
Anggaran dapat diinterprestasikan sebagai paket pernyataan
perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam
satu atau beberapa periode mendatang. Anggaran ini merupakan cerminan
dari apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, termasuk didalamnya
adalah kebijakan. Karena didalam anggaran terdiri dari pos penerimaan
dan pengeluaran yang berpengaruh terhadap masyarakat. (Trisugiarto,
2016)
2. Fungsi Anggaran
Secara lebih detail anggaran mempunyai beberapa, antara lain :
(Trisugiarto, 2016)
a. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
b. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa
mendatang.
c. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai
unit kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.
d. Anggaran sebagai pengendali unit kerja.
e. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien
dalam pencapain visi organisasi.
f. Anggaran merupakan intrumen politik.
g. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.
3. Tujuan Penganggaran
Tujuan penganggaran adalah penyusunan rencana keuangan untuk
operasi pemerintahan atau organisasi di masa depan. Selain itu, penganggaran
merupakan indikasi kebijakan fiskal organisasi untuk mencapai berbagai
tujuan meliputi ekonomi, sosial dan politik. Kita dapat mempertimbangkan
berbagai empat dimensi untuk setiap program anggaran, yaitu: (Nasab, 2016)
a. Prakiraan Laba dan sumber ekonomi lainnya.
b. Kumpulan kebijakan dan tujuan organisasi.
c. Rangkaian kegiatan dan tujuan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai
tujuan.
d. Mengantisipasi biaya dari aktivitas di masa depan.
C. Penganggaran Nasional
1. Peran Pemerintah dalam Penganggaran
Seiring dengan berjalannya reformasi di Indonesia, Pemerintah
mengeluarkan paket Undang-Undang di bidang keuangan negara yang meliputi
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara. (Trisugiarto, 2016)
Ketiga paket undang-undang ini menjadi tonggak reformasi pengelolaan
keuangan negara. Undang-undang Keuangan Negara Pasal 3 ayat 1 menyatakan
bahwa Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Hal ini mendorong Pemerintah agar
lebih profesional dalam pengelolaan keuangan. Banyak perubahan yang terjadi
dalam pengelolaan keuangan negara, mulai dari perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, sampai dengan pertanggungjawaban dan pemeriksaan oleh
pengawas. (Trisugiarto, 2016)
Sebelum reformasi di bidang keuangan, sistem perencanaan dan penggaran
yang berlaku menggunakan pendekatan line item dan incremental, dimana dalam
pendekatan line item lebih berorientasi pada input sedangkan pada pendekatan
incremental lebih pada perspektif tahunan. Setelah munculnya Undang-Undang
Keuangan Negara, sistem perencanaan dan penganggaran mengalami perubahan.
Ada 3 (tiga) jenis pendekatan yang dilakukan, yaitu Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (KPJM), Penganggaran Terpadu, dan Penganggaran Berbasis Kinerja
(PBK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang
merupakan amanat dari Undang-undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003.
(Trisugiarto, 2016)
2. Penganggaran dan Otonomi Daerah
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan otonomi daerah
dimana faktor-faktor tersebut sekaligus sebagai faktor yang sangat menentukan
prospek otonomi daerah untuk masa mendatang. Faktor pertama yang menentukan
prospek otonomi daerah adalah manusia sebagai subyek penggerak dalam
penyelengaraan otonomi daerah. Faktor manusia ini haruslah baik dalam
pengertian moral maupun kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah
daerah yang terdiri dari kepala daerah dan DPRD, aparatur daerah maupun
masyarakat daerah yang merupakan lingkungan tempat aktivitas pemerintah
daerah dilaksanakan. Kemampuan aparatur pemerintah daerah merupakan suatu
faktor yang menentukan apakah suatu daerah dapat atau mampu
menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri dengan baik atau tidak.
(Winarno, 2013)
Kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk
dilakukan dan tidak dilakukan, kebijakan publik adalah apa yang dibuat dan
dilakukan oleh pemerintah, bukan swasta. Kebijakan sebagai sebuah ”rationale”
sebuah manifestasi dari pilihan yang penuh pertimbangan. Sebuah kebijakan
adalah usaha untuk mendefinisikan dan menyusun basis rasional untuk melakukan
atau tidak melakukan suatu tindakan. (Winarno, 2013)
Proses kebijakan publik meliputi beberapa hal yaitu: identifikasi masalah
kebijakan, dilakukan melalui : (Winarno, 2013)
a. Identifikasi yang menjadi tuntutan (demands) atas tindakan pemerintah.
b. Penyusunan agenda (agenda setting) adalah memfokuskan perhatian atas
keputusan apa yang akan diputuskan terhadap masalah publik tertentu
c. Perumusan kebijakan (policy formulation) merupakan tahapan pengusulan
rumusan kebijakan melalui inisiasi dan penyusunan usulan kebijakan.
d. Pengesahan kebijakan (legitimating of policies) adalah pengesahan
kebijakan melalui tindakan politik oleh partai politik, kelompok penekan,
presiden dan kongres.
e. Implementasi kebijakan (policy implementation) adalah implementasi
kebijakan melelui birokrasi dan alat atau fasilitas lain. Pemikiran ini dapat
dijadikan sebagai dasar untuk melihat potensi yang merupakan input dari
suatu kebijakan.