Anda di halaman 1dari 17

PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN

PAPER

Paper ini disusun untuk memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan

OLEH:

RAHMI AWALIAH
70200117028

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019/2020
A. Definisi Pembiayaan Kesehatan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai
upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Dari batasan ini segera terlihat bahwa biaya kesehatan dapat
ditinjau dari dua sudut yakni :
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut penyedia
pelayanan (health provider) adalah besarnya dana yang harus disediakan
untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Pemakai Jasa Pelayanan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa
pelayanan (health consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan
untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan

B. Sumber Biaya Kesehatan


1. Bersumber dari anggaran pemerintah
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah.
2. Bersumber dari anggaran masyarakat
Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini
mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri
dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Contohnya CSR atau
Corporate Social Reponsibility) dan pengeluaran rumah tangga baik yang
dibayarkan tunai atau melalui sistem asuransi.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan
penyakit-penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak
lain, misalnya oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain.
Misalnya bantuan dana dari luar negeri untuk penanganan HIV dan virus
H5N1 yang diberikan oleh WHO kepada negara-negara berkembang
(termasuk Indonesia).
4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat
Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena
dapat mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber
pembiayaan kesehatan sebelumnya.

C. Macam Biaya Kesehatan


1. Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang dibutuhkan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran,
yakni yang tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan penderita.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya yang dibutuhkan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan
masyarakat yakni yang tujuan utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.

D. Syarat Pokok dan Fungsi Pembiayaan Kesehatan


Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa
syarat pokok yakni :
1. Jumlah. Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah
yang cukup. Yang dimaksud cukup adalah dapat membiayai
penyelenggaraan semua upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak
menyulitkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
2. Penyebaran. Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan
kebutuhan. Jika dana yang tersedia tidak dapat dialokasikan dengan baik,
niscaya akan menyulitkan penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
3. Pemanfaatan. Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika
pemanfaatannya tidak mendapat pengaturan yang optimal, niscaya akan
banyak menimbulkan masalah, yang jika berkelanjutan akan menyulitkan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Fungsi pembiayaan kesehatan antara lain :
a) Penggalian dana
1) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber
dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun
daerah, melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta
berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan
masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta dihimpun
dengan menerapkan prinsip public-private patnership yang didukung
dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana
yang disumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif
oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan masyarakat,
misalnya dalam bentuk dana sehat atau dilakukan secara pasif yakni
menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana yang
sudah terkumpul di masyarakat, contohnya dana sosial keagamaan.
2) Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal dari
masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat
rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah
melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.

b) Pengalokasian dana
1) Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang-kurangnya
5% dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja setiap
tahunnya.
2) Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk
UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan
kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam
program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.
c) Pembelanjaan
1) Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership
digunakan untuk membiayai UKM.
2) Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
3) Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan
kesehatan keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan wajib.

E. Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan dan Upaya Penyelesaiannya


1. Kurangnya dana yang tersedia
2. Penyebaran dana yang tidak sesuai
3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat
4. Pengelolaan dana yang belum sempurna
5. Biaya kesehatan yang makin meningkat

Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin


meningkatnya biaya pelayanan kesehatan itu sendiri. Banyak penyebab yang
berperanan di sini, beberapa yang terpenting adalah (Cambridge Research
Institute, 1976; Sorkin, 1975 dan Feldstein, 1988)
1. Tingkat inflasi. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh
tingkat inflasi yang terjadi di masyarakat. Apabila terjadi kenaikan harga
di masyarakat, maka secara otomatis biaya investasi dan biaya operasional
pelayanan kesehatan masyarakat akan meningkat.
2. Tingkat permintaan. Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi
oleh tingkat permintaan yang ditemukan di masyarakat. baik pula. Kedua
keadaan yang seperti ini, tentu akan besar penga ruhnya pada peningkatan
biaya kesehatan.
3. Kemajuan ilmu dan teknologi. Meningkatnya biaya kesehatan sangat
dipengaruhi oleh pemanfaatan berbagai ilmu dan teknologi, yang untuk
pelayanan kesehatan ditandai dengan makin banyaknya dipergunakan
berbagai peralatan modern dan canggih.
4. Perubahan pola penyakit. Meningkatnya biaya kesehatan sangat
dipengaruhi oleh terjadinya perubahan pola penyakit dimasyarakat. Jika
dahulu banyak ditemukan berbagai penyakit yang bersifat akut, maka pada
saat ini telah banyak ditemukan berbaga penyakit yang bersifat kronis.
5. Perubahan pola pelayanan kesehatan. Meningkatnya biaya kesehatan
sangat dipengaruhi oleh perubahan pola pelayanan kesehatan. Pada saat ini
sebagai akibat dari perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi
menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak (fragmented
health services) dan satu sama lain tidak berhubungan.

Untuk mengatasi berbagai masalah sebagaimana dikemukakan, telah


dilakukan berbagai upaya penyelesaian yang memungkinkan. Berbagai upaya
yang dimaksud secara sederhana dapat dibedakan atas beberapa macam yakni :
1. Upaya meningkatkan jumlah dana
a. Terhadap pemerintah, meningkatkan alokasi biaya kesehatan dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara.
b. Terhadap badan-badan lain di luar pemerintah, menghimpun dana dari
sumber masyarakat serta bantuan luar negri.
2. Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana
a. Penyempurnaan sistem pelayanan, misalnya lebih mengutamakan
pelayanan kesehatan masyarakat dan atau melaksanakan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.
b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola.
3. Upaya mengendalikan biaya kesehatan
a. Memperlakukan peraturan sertifikasi kebutuhan, dimana penambahan
sarana atau fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan jika dibuktikan
dengan adanya kebutuhan masyarakat. Dengan diberlalukannya peraturan
ini maka dapat dihindari berdiri atau dibelinya berbagai sarana kesehatan
secara berlebihan
b. Memperlakukan peraturan studi kelayakan, dimana penambahan sarana
dan fasilitas yang baru hanya dibenarkan apabila dapat dibuktikan bahwa
sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dapat menyelenggarakan
kegiatannya dengan tarif pelayanan yang bersifat sosial.
c. Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana, dimana
penambahan sarana dan fasilitas kesehatan hanya dapat dibenarkan apabila
sesuai dengan rencana pengembangan yang sebelumnya telah disetujui
pemerintah
d. Menetapkan standar baku pelayanan, diman pelayanan kesehatan hanya
dibenarkan untuk diselenggarakan jika tidak menyimpang dari standar
baku yang telah ditetapkan.
e. Menyelenggarakan program menjaga mutu.
f. Menyelenggarakan peraturan tarif pelayanan.
g. Asuransi kesehatan.

F. Penganggaran Kesehatan
1. Pengertian Anggaran
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematik
yang meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit
moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu yang akan datang.
Anggaran juga dimaksudkan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja
yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran finansial. Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan
sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam
perencanaan koordinasi dan pengawasan. (Winarno, 2013)
Anggaran dapat diinterprestasikan sebagai paket pernyataan
perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam
satu atau beberapa periode mendatang. Anggaran ini merupakan cerminan
dari apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, termasuk didalamnya
adalah kebijakan. Karena didalam anggaran terdiri dari pos penerimaan
dan pengeluaran yang berpengaruh terhadap masyarakat. (Trisugiarto,
2016)
2. Fungsi Anggaran
Secara lebih detail anggaran mempunyai beberapa, antara lain :
(Trisugiarto, 2016)
a. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
b. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa
mendatang.
c. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai
unit kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.
d. Anggaran sebagai pengendali unit kerja.
e. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien
dalam pencapain visi organisasi.
f. Anggaran merupakan intrumen politik.
g. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

3. Tujuan Penganggaran
Tujuan penganggaran adalah penyusunan rencana keuangan untuk
operasi pemerintahan atau organisasi di masa depan. Selain itu, penganggaran
merupakan indikasi kebijakan fiskal organisasi untuk mencapai berbagai
tujuan meliputi ekonomi, sosial dan politik. Kita dapat mempertimbangkan
berbagai empat dimensi untuk setiap program anggaran, yaitu: (Nasab, 2016)
a. Prakiraan Laba dan sumber ekonomi lainnya.
b. Kumpulan kebijakan dan tujuan organisasi.
c. Rangkaian kegiatan dan tujuan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai
tujuan.
d. Mengantisipasi biaya dari aktivitas di masa depan.

4. Pendekatan Sistem Penganggaran


Dalam sistem perencanaan dan penganggaran terdapat tiga (3)
pendekatan yaitu penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja, dan
kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM). (Permnkes RI No. 7 Tahun
2014)
a. Pendekatan Penganggaran Terpadu
Merupakan penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan
secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan
pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi
dana. Penganggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh
proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan
Kementerian/Lembaga (K/L) untuk menghasilkan Rencana Kerja
Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dengan klasifikasi anggaran
menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau keterpaduan
proses perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi
duplikasi dalam penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi
maupun untuk keperluan biaya operasional. Perencanaan dan
penganggaran disusun secara terpadu dan menyeluruh dengan
memperhatikan berbagai sumber dana yaitu APBN, termasuk PNBP dan
P/HLN, serta APBD. (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)
b. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja
Merupakan suatu pendekatan dalam sistem perencanaan dan
penganggaran yang menunjukkan secara jelas keterkaitan antara alokasi
anggaran dengan kinerja yang dihasilkan, serta memperhatikan efisiensi
dalam pencapaian kinerja. Kinerja yang dimaksud adalah prestasi kerja
yang berupa keluaran dari kegiatan atau hasil dari program dengan kualitas
dan kuantitas yang terukur. (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)
c. KPJM
KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan
kebijakan dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi
anggaran dalam kurun waktu lebih dari satu tahun anggaran. Pendekatan
tersebut sangat bermanfaat dalam mengelola keuangan negara dalam
rangka pelaksanaan pembangunan nasional. Adapun manfaat dari KPJM
tersebut antara lain: (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)
1) Memelihara kelanjutan fiskal dan meningkatkan disiplin fiskal.
2) Meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.
3) Mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis.
4) Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan
pemberian pelayanan yang optimal.

B. Konsep Penggaran Kesehatan


1. Sistem Anggaran Negara
a. Penganggaran Tradisional
Penganggaran tradisional yaitu sistem anggaran tradisional (line-
item budgeting system) adalah sistem anggaran yang berdasarkan obyek
pengeluaran, dengan titik berat pada segi pelaksanaan dan pengawasan
anggaran. (Winarno, 2013)
b. Penganggaran Kinerja
Penganggaran kinerja disebut juga dengan performance budgeting
system, merupakan penyempurnaan dari sistem anggaran tradisional, yang
menekankan pada manajemen anggaran yaitu dengan memperhatikan baik
segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran. (Winarno, 2013)
c. Penganggaran Program
Penganggaran program merupakan gabungan dari kedua sistem di
atas, lebih menekankan pada segi perencanaan anggaran dan bukan pada
pengendalian anggaran. (Winarno, 2013)

2. Alokasi Dana Kesehatan


Besarnya alokasi dana untuk kesehatan tergantung pada beberapa kondisi, yaitu
sebagai berikut : (Winarno, 2013)
a. Besarnya pendapatan daerah yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
b. Kemampuan dinas kesehatan menyusun program dan anggaran yang
realistis.
c. Visi Pemda dan DPRD tentang kedudukan sektor kesehatan dalam konteks
pembangunan daerah relatif terhadap kesehatan.
d. Kemampuan Dinas Kesehatan untuk melakukan advokasi kepada pemda dan
DPRD.
3. Langkah-Langkah Penganggaran
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penganggaran adalah sebagai berikut :
(Winarno, 2013)
a. Penetapan tujuan
b. Pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia
c. Negoisasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka anggaran
d. Persetujuan akhir
e. Pendistribusian anggaran yang disetujui.

C. Penganggaran Nasional
1. Peran Pemerintah dalam Penganggaran
Seiring dengan berjalannya reformasi di Indonesia, Pemerintah
mengeluarkan paket Undang-Undang di bidang keuangan negara yang meliputi
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara. (Trisugiarto, 2016)
Ketiga paket undang-undang ini menjadi tonggak reformasi pengelolaan
keuangan negara. Undang-undang Keuangan Negara Pasal 3 ayat 1 menyatakan
bahwa Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Hal ini mendorong Pemerintah agar
lebih profesional dalam pengelolaan keuangan. Banyak perubahan yang terjadi
dalam pengelolaan keuangan negara, mulai dari perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, sampai dengan pertanggungjawaban dan pemeriksaan oleh
pengawas. (Trisugiarto, 2016)
Sebelum reformasi di bidang keuangan, sistem perencanaan dan penggaran
yang berlaku menggunakan pendekatan line item dan incremental, dimana dalam
pendekatan line item lebih berorientasi pada input sedangkan pada pendekatan
incremental lebih pada perspektif tahunan. Setelah munculnya Undang-Undang
Keuangan Negara, sistem perencanaan dan penganggaran mengalami perubahan.
Ada 3 (tiga) jenis pendekatan yang dilakukan, yaitu Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (KPJM), Penganggaran Terpadu, dan Penganggaran Berbasis Kinerja
(PBK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang
merupakan amanat dari Undang-undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003.
(Trisugiarto, 2016)
2. Penganggaran dan Otonomi Daerah
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan otonomi daerah
dimana faktor-faktor tersebut sekaligus sebagai faktor yang sangat menentukan
prospek otonomi daerah untuk masa mendatang. Faktor pertama yang menentukan
prospek otonomi daerah adalah manusia sebagai subyek penggerak dalam
penyelengaraan otonomi daerah. Faktor manusia ini haruslah baik dalam
pengertian moral maupun kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah
daerah yang terdiri dari kepala daerah dan DPRD, aparatur daerah maupun
masyarakat daerah yang merupakan lingkungan tempat aktivitas pemerintah
daerah dilaksanakan. Kemampuan aparatur pemerintah daerah merupakan suatu
faktor yang menentukan apakah suatu daerah dapat atau mampu
menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri dengan baik atau tidak.
(Winarno, 2013)
Kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk
dilakukan dan tidak dilakukan, kebijakan publik adalah apa yang dibuat dan
dilakukan oleh pemerintah, bukan swasta. Kebijakan sebagai sebuah ”rationale”
sebuah manifestasi dari pilihan yang penuh pertimbangan. Sebuah kebijakan
adalah usaha untuk mendefinisikan dan menyusun basis rasional untuk melakukan
atau tidak melakukan suatu tindakan. (Winarno, 2013)
Proses kebijakan publik meliputi beberapa hal yaitu: identifikasi masalah
kebijakan, dilakukan melalui : (Winarno, 2013)
a. Identifikasi yang menjadi tuntutan (demands) atas tindakan pemerintah.
b. Penyusunan agenda (agenda setting) adalah memfokuskan perhatian atas
keputusan apa yang akan diputuskan terhadap masalah publik tertentu
c. Perumusan kebijakan (policy formulation) merupakan tahapan pengusulan
rumusan kebijakan melalui inisiasi dan penyusunan usulan kebijakan.
d. Pengesahan kebijakan (legitimating of policies) adalah pengesahan
kebijakan melalui tindakan politik oleh partai politik, kelompok penekan,
presiden dan kongres.
e. Implementasi kebijakan (policy implementation) adalah implementasi
kebijakan melelui birokrasi dan alat atau fasilitas lain. Pemikiran ini dapat
dijadikan sebagai dasar untuk melihat potensi yang merupakan input dari
suatu kebijakan.

3. Analisis Program Penganggaran


Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui program-program yang
dijadikan prioritas pemerintah daerah sesuai urutan berdasarkan indikator
pencapaian visi misi kepala daerah dan program prioritas arahan pemerintah
pusat. Melalui teknik ini diketahui bagaimana program kesehatan berkontribusi
terhadap tujuan pembangunan daerah beserta penganggarannya. Analisis ini
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : (Prabowo, 2016)
a. Tahap Pertama. Pada tahap ini akan di analisis program-program berdasarkan
kriteria pencapaian output visi misi pemerintah daeran. Pada matriks prioritas
ini akan dihasilkan pengurutan prioritas program sesuai dengan total hasil
penjumlahan mulai dari nilai tertinggi hingga terendah. Selanjutnya akan
dipilih program-program dengan nilai total di atas rata-rata jumlah total.
(Prabowo, 2016)
b. Tahap Kedua. Pada tahap selanjutnya, akan di analisis kembali urutan
program-program yang memiliki nilai di atas rata-rata sebagaimana
dihasilkan pada tahap pertama. Analisis tahap kedua ini merupakan
penentuan prioritas utama program yang akan menghasilkan urutan program
terpenting dari program yang terpilih. (Prabowo, 2016)
c. Tahap Ketiga. Sedangkan tahap ketiga ini akan dibandingkan secara bersama,
bagaimana setiap program yang terpilih dari proses pertama dan kedua di atas
memiliki kesesuaian. Kesesuaian sebagaimana dimaksud adalah
perbandingan antara ururtan kebujakan alokasi anggaran setiap program
dengan urutan prioritas program berdasarkan pencapaian visi misi kepala
daerah (RPJMD). (Prabowo, 2016)
Kriteria yang digunakan untuk memberi bobot pada program SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah) di bidang kesehatan adalah sebagai berikut : (Prabowo, 2016)
a. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
b. Efisiensi biaya
c. Efektivitas pencapaian visi misi daerah

D. Anggaran Pelayanan Kesehatan


1. Kebutuhan Anggaran Kesehatan
Kebutuhan layanan kesehatan penduduk secara regional spesifik di
kebanyakan negara. Sistem kesehatan nasional dihadapkan pada dilema
mengalokasikan sumber daya ke wilayah ini untuk memperhitungkan kebutuhan.
Meskipun sistem historis dan inkremental merupakan norma di masa lalu, negara-
negara semakin memanfaatkan informasi mengenai kebutuhan lokal untuk
mempengaruhi alokasi ini. (Firdaus, 2012)
Di Indonesia, ketidaksetaraan pola pendanaan bersejarah diperburuk oleh
dampak undang-undang desentralisasi yang diberlakukan pada tahun 1999 dan
direvisi pada tahun 2001 yang menempatkan sebagian besar layanan kesehatan di
bawah tanggung jawab pemerintah kabupaten. (Firdaus, 2012)
Dinas Kesehatan Kabupaten sekarang harus bersaing dengan sektor lain
untuk pendanaan. Tinjauan pengeluaran publik baru-baru ini menunjukkan bahwa
pengeluaran kesehatan lokal sebagian besar terkait dengan pendapatan kabupaten
daripada kebutuhan populasi. Ketidakadilan di tingkat kabupaten cenderung
berkontribusi terhadap ketidakadilan di tingkat individu : studi penelitian
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki salah satu distribusi sumber daya
kesehatan masyarakat paling miskin di wilayah ini.
(Firdaus, 2012)

2. Alokasi Dana Kesehatan


Dinas Kesehatan memiliki pengaruh terhadap sistem kesehatan dengan
mewajibkan pemerintah daerah untuk menyediakannya paket layanan minimal
(Standar Pelayanan Minimal atau SPM) untuk populasi mereka. SPM terdiri dari
perawatan ibu dan bayi, keluarga berencana, bayi dan kesehatan anak (termasuk
pemeriksaan kesehatan rutin dan merawat anak-anak yang menderita kekurangan
gizi, diare dan infeksi pernafasan) dan prioritasnya menular penyakit
(tuberkulosis, malaria dan demam berdarah). Itu SPM menetapkan target tingkat
cakupan yang relevan kelompok penduduk mulai dari sekitar 75% (cakupan kasus
malaria) sampai 95% (asuhan antenatal). Paket mencakup perawatan kesehatan
pribadi dan kesehatan masyarakat tindakan (misalnya penyemprotan demam
berdarah). Paketnya juga mendefinisikan dukungan untuk perawatan kesehatan
pribadi yang lebih luas untuk orang miskin termasuk perawatan dasar dan rujukan.
Layanan ini tidak didefinisikan dengan baik dan dalam tulisan ini kita membatasi
perhatikan biaya layanan universal yang ada ditentukan untuk diberikan kepada
seluruh populasi. (Firdaus, 2012)

3. Alokasi Sumber Daya


Tahap kedua dari proses alokasi sumber daya adalah sebuah keputusan
tentang tingkat sumber daya untuk mengalokasikan untuk diukur kebutuhan
masing-masing sub kelompok dan populasi. Di sistem kesehatan yang mapan
adalah metode yang biasa asumsikan satuan sumber daya adalah total anggaran
yang tersedia dan mengalokasikannya berdasarkan kebutuhan pembobotan.
Dimana disana tidak ada anggaran yang mapan alternatifnya adalah membangun
sumber daya persyaratan dengan melihat layanan individual berdasarkan data
epidemiologi dan biaya normatif pengobatan. (Firdaus, 2012)
Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis kebutuhan untuk layanan
angina dan infark miokard menggunakan data pasien di Wales. Kompleksitas yang
universal kebutuhan paket di sebagian besar negara OECD membatasi sejauh
mana metodologi ini dapat diterapkan paling banyak jasa. Sebaliknya, rendahnya
tingkat sumber daya dan niat untuk mengarahkan mereka ke kebutuhan prioritas
berarti banyak yang rendah dan Middle Income Countries (LMICs) bertujuan
untuk fokus kepada publik pendanaan untuk perawatan kesehatan pada rentang
intervensi yang terbatas yang terbukti efektivitas biaya. Paket manfaat dasar
pendekatan, dengan fokus pada jangkauan sempit yang sebagian besar menular
penyakit dan kesehatan ibu dan anak menjadi ciri umum strategi sektoral di
Indonesia banyak LMICs. Pendekatannya sangat penting bagi internasional
inisiatif advokasi lebih banyak tapi lebih tepat sasaran belanja untuk perawatan
kesehatan. Pendekatan bottom up, pendekatan untuk kebutuhan alokasi sumber
daya mungkin praktis untuk terbatasnya layanan yang dibiayai oleh negara seperti
itu negara dan lebih spesifik terhadap kebutuhan daripada rumus umum. (Firdaus,
2012)

E. Solusi Pemecahan Masalah


Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penganggaran kesehatan,
maka kita terlebih dahulu harus mengetahui apa yang dimaksud dengan anggaran
dan penganganggaran kesehatan. Anggaran merupakan estimasi kinerja yang
hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran
finansial. Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis dari
pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam perencanaan koordinasi dan
pengawasan. (Winarno, 2013)
Penganggaran kesehatan adalah suatu rencana yang disusun secara
sistematis yang meliputi seluruh kegiatan kesehatan, yang dinyatakan dalam unit
(kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan
datang. Konsep penganggaran kesehatan terdiri dari Penganggaran Tradisional,
Penganggaran Kinerja dan Penganggaran Program. Konsep penganggaran tersebut
termasuk dalam Sistem Anggaran Negara. (Winarno, 2013)
Penganggaran tradisional merupakan sistem anggaran yang berdasarkan
obyek pengeluaran, dengan titik berat pada segi pelaksanaan dan pengawasan
anggaran. Kemudian penganggaran tradisional disempurnakan menjadi
penganggaran kinerja, yang menekankan pada manajemen anggaran yaitu dengan
memperhatikan baik segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran.
Sedangkan penganggaran program merupakan gabungan dari penganggaran
tradisional dan penganggaran kinerja, yang lebih menekankan pada segi
perencanaan anggaran dan bukan pada pengendalian anggaran. (Winarno, 2013).
Peran pemerintah dalam penganggaran kesehatan yaitu mengalokasikan
dana kesehatan melalui APBN dan APBD untuk diteruskan ke instansi-instansi
kesehatan yang telah ditentukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan
mempermudah dalam melakukan kegiatan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pemerintah juga bertugas mengawasi agar dana yang sudah
diberikan dapat digunakan sesuai dengan tujuannya. (Trisugiarto, 2016)

Anda mungkin juga menyukai