Anda di halaman 1dari 33

JURNAL MKMI, Vol. 13 No.

4, Desember 2017

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL MEDAH


ANALISIS JURNAL (PICOT)

OLEH
Dewa Ayu Rolya Dewi
219012657

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2021

1
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017

PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP KADAR


KOLESTEROL TOTAL

The Influence of Diet to Total Cholesterol Levels


Alodiea Yoeantafara1, Santi Martini2
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
1

2
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
(alodiieafara09@yahoo.co.id, santi-m@fkm.unair.ac.id)
ABSTRAK
Kadar kolesterol total di dalam darah sangat berpengaruh terhadap pembentukan plak pada dinding
pembuluh darah. Kadar kolesterol yang melebihi batas normal akan memicu terjadinya proses aterosklerosis.
Aterosklerosis merupakan manifestasi klinis dari Penyakit Jantung Koroner. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis hubungan antara pola makan dengan kadar kolesterol total. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik, menggunakan desain penelitian case control. Sampel penelitian ini sebesar 56 orang yang
terdiri dari 28 kasus dan 28 kontrol. Sampel diambil secara acak menggunakan simple random sampling.
Analisis data menggunakan uji statistik dan perhitungan OR dengan Epi Info. Hasil penelitian besar risiko kadar
kolesterol total adalah usia (p=1,00; OR=1,2;95% CI=0,36<OR<3,92), pola makan tinggi lemak (p=0,285;
OR=2,06;95%CI=0,7<OR<5,98),
pola makan tinggi serat (p=0,030;OR=4;95%CI=1,28<OR<12,4). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola
makan tinggi serat memiliki OR yang bermakna sedangkan usia dan pola makan tinggi lemak tidak signifikan.
Sebaiknya diberikan tambahan informasi yang diberikan kepada masyarakat peduli tentang faktor-faktor risiko
tingkat kolesterol total yang mencakup makan pola diet tinggi lemak, rendah serat.
Kata kunci: Pola makan tinggi serat, pola makan tinggi lemak, kadar kolesterol total

ABSTRACT
Levels of total cholesterol in the blood are very influential towards the formation of plaque in blood
vessel walls.. Cholesterol levels that exceeded the normal limit will trigger the onset of the process of
atherosclerosis, atherosclerosis is the clinical manifestation of coronary heart disease. The purpose of this
research was to analyze the relationship between food pattern and cigarette smoke exposure with total
cholesterol levels. The definition of food pattern was diet in high fat and high fiber. This research was an
observational analytic study, with case-control design. The sample were 56 persons that consisting 28 cases and
28 controls. Sampel taken by simple random sampling. The results of this research were the risk of total
cholesterol levels was age (p=1,00;OR=1,2;95% CI=0,36<OR<3,92), hight fat diet
(p=0,285;OR=2,06;95%CI=0,7<OR<5,98), high fiber diet (p= 0,030 OR=4;95%CI=1,28<OR<12,4). The
conclusion of this research was a diet high in fiber have OR that meaningful while age and high-fat diet have no
significant.We recommended additional information given to the public to care about the risk factors of total
cholesterol levels which includes eating pattern high-fat, high-fiber diet.
Keywords: Diet in high fiber, diet in high fat, levels of total cholesterol

30
PENDAHULUAN di Indonesia sebesar 1,5% pada laki-laki dan 2,2
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan pada perempuan.4 Hasil Riskesdas tahun 2013
salah satu masalah kesehatan yang telah menjadi pro- porsi penduduk Indonesia dengan kadar
perhatian nasional maupun global. Morbiditas kolesterol di atas normal lebih tinggi pada
dan Mortalitas PTM semakin meningkat di perempuan yaitu sebesar 39,6% jika dibandingkan
Indonesia. Data kematian menurut World Health dengan laki-laki sebesar 30%. Beberapa faktor
Organiza- tion (WHO) menunjukkan bahwa dari yang memengaruhi kadar kolesterol total adalah
57 juta ke- matian di dunia pada tahun 2008, pola makan tinggi serat, pola makan tinggi lemak,
sebanyak 36 juta disebabkan oleh PTM. Penyakit kebiasaan mero- kok, jenis kelamin, obesitas dan
kardiovaskular merupakan PTM penyebab aktifitas fisik.3
kematian terbesar yai- tu sebesar 39%. Kematian Konsumsi serat dapat membantu menurun-
akibat PTM akan terus meningkat di seluruh kan absorpsi lemak dan kolesterol di dalam da-
dunia. Peningkatan terbesar akan terjadi di negara rah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet
menengah dan miskin. Se- besar 70% dari serat dengan cara mengkonsumsi makanan tinggi
populasi global akan meninggal akibat PTM kacang polong, termasuk kacang merah, mam-
seperti jantung, stroke, diabetes mel- litus, pu menurunkan kadar kolesterol di dalam darah
kanker.1 hingga 10% pada penderita hiperkolesterolemia.
Transisi epidemiologi penyakit menular Selain itu serat larut air yang difermentasi dalam
menjadi penyakit tidak meular akan terlihat jelas usus besar akan menghasilkan asam-asam lemak
pada tahun 2030. Jumlah kesakitan akibat penya- rantai pendek yang dapat menghabiskan sintesis
kit tidak menular dan kecelakaan akan kolesterol hati.5
meningkat, sedangkan penyakit menular akan Seringnya mengkonsumsi makanan tinggi
menurun. Pe- ningkatan kejadian PTM ini lemak menjadi penyebab utama meningkatnya ka-
berhubungan dengan faktor risiko akibat adanya dar kolesterol total di dalam darah. Hasil
perubahan gaya hi- dup seiring dengan penelitian Sulastri menunjukkan kadar kolesterol
perkembangan yang semakin moderen, akan berku- rang seiring dengan rendahnya
pertumbuhan populasi dan peningkatan usia asupan makanan berlemak.6 Kadar kolesterol
harapan hidup.2 yang melebihi batas normal akan memicu
Tingginya kadar kolesterol di dalam da- terjadinya proses ateros- kle- rosis. Aterosklerosis
rah merupakan permasalahan yang serius karena merupakan proses terjadi- nya penyempitan
merupakan salah satu faktor risiko dari berbagai pembuluh darah oleh lemak. Aterosklerosis
macam penyakit tidak menular seperti jantung, merupakan manifestasi klinis dari penyakit
stroke, dan diabetes mellitus. Bedasarkan peneli- jantung. Penelitian ini bertujuan menge- tahui
tian-penelitian yang telah dilakukan risiko terjadi- hubungan pola makan tinggi lemak dan serat
nya ateroklerosis yang merupakan penyebab PJK dengan kadar kolesterol total.
akan meningkat apabila kadar kolesterol total di
dalam darah melebihi batas normal.3 BAHAN DAN METODE
Kadar kolesterol yang berlebih dalam da- Jenis penelitian yang digunakan adalah
rah akan akan mudah melekat pada dinding sebe- observasional yang bersifat analitik karena ingin
lah dalam pembuluh darah. LDL yang berlebih menganalisis hubungan antar variabel. Desain
melalui proses oksidasi akan membentuk gum- yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus
palan yang jika gumpalan semakin membesar kontrol. Populasi kasus dalam penelitian ini ada-
akan membentuk benjolan yang akan mengakibat- lah seluruh pasien yang memiliki kadar kolester-
kan penyempitan saluran pembuluh darah. Proses ol total tinggi, sedangkan populasi kontrol adalah
ini biasanya disebut dengan atheroklerosis.3 seluruh pasien yang memiliki kadar kolesterol
Prevalensi hiperkolesterolemia di Indone- nor- mal. Untuk menentukan populasi penelitian
sia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga dan sampel penelitian terdapat kriteria inklusi dan
(SKRT) tahun 2004 pada kelompok usia 25-34 ek- slusi. Kriteria inklusi yang dierapkan adalah:
tahun adalah 9,3% dan meningkat seiring betam- Pa- sien berumur ≥40 tahun. Sedangkan kriteria
bahnya usia pada kelompok usia 53-64 tahun eks- lusi yang diterapkan adalah pasien dengan
sebe- sar 15,5%.Untuk prevalensi obesi- tas, pasien yang melakukan olahraga scara
hiperkolesterolemia rutin 5
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017

hari dalam seminggu selama 30 menit.. Bedasar- Tabel 1. Variabel Penelitian


kan perhitungan sampel untuk desain penelitian Variabel n = 56 %
kasus kontrol, didapatkan jumlah sampel sebanyak Pola Makan Tinggi Lemak
56 responden.7 Dengan jumlah sampel kasus se- Sering 29 51,8
banyak 28 responden dan untuk sampel kontrol Jarang 27 48,2
sebanyak 28 responden. Pola Makan Tinggi Serat
Sering 33 58,9
Jarang 23 41,1
Sumber: Data Primer, 2017

Cara yang digunakan untuk pengambilan sia >45 sampai 75 tahun (73,2%). Sisanya sebesar
sampel adalah menggunakan metode simple ran- 26,8% responden berusia 40-45 tahun. Pola
dom sampling. Pengambilan sampel dilakukan makan responden tinggi lemak dikategorikan
menggunakan nomor undian hingga mendapat- sering jika hasil skor pada Food Frequency
kan jumlah yang sesuai dengan besar sampel Questionnaire ≥ mean (1,47) , sedangkan
yang dib- utuhkan dari masing-masing kelompok. dikategorikan jarang jika skor < mean. Sebagian
Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas besar responden memiliki pola makan tinggi
Mulyorejo dan rumah masing-masing responden. lemak dengan kategori sering (51,8%), untuk
Waktu peneli- tian bulan Mei-Juli 2017. Sumber persentase kategori jarang sebesar 48,2%. Pola
data yang digu- nakan dalam penelitian ini adalah makan responden tinggi serat dikat- egorikan
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh sering jika hasil skor pada Food Fre- quency
melalui wa- wan- cara kepada responden dengan Questionnaire ≥ mean (2,37), sedangkan
menggunakan kue- sioner, untuk data sekunder dikategorikan jarang jika skor < mean. Sebagian
diperoleh dari data ha- sil rekam medik besar responden memiliki pola makan tinggi serat
responden di Puskesmas Mulyo- rejo. Kuesioner dengan kategori jarang (58,9%), untuk persentase
yang digunakan dalam penelitian ini adalah FFQ kategori sering sebesar 41,1% (Tabel 1).
(Food Frequency Questionnaire). FFQ digunakan Hubungan variabel usia dengan kadar
untuk mengukur frekuensi pola makan tinggi koles- terol total menunjukkan sebagian besar
lemak dan serat responden. Pola makan responden yang memiliki kadar kolesterol total
responden tinggi lemak dan serat dikate- gorikan tinggi adalah kelompok usia ≥45 tahun (75%).
sering jika hasil skor pada Food Frequency Bedasarkan ha- sil uji statistik diperoleh hasil uji
Questionnaire ≥ mean, sedangkan dikategorikan chi-square deng- an nilai p=1 (p>0,05) berarti
jarang jika skor < mean. Analisis data dilakukan tidak ada hubungan antara usia dengan kadar
menggunakan software SPSS dan Epi Info. Untuk kolesterol total. Per- hitungan besar risiko
melihat besar hubungan pola makan dan paparan kelompok yang berada pada rentang usia tertua
asap rokok dengan kadar kolesterol total menggu- >45 tahun dan usia termuda
nakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan ≤45 tahun, diperoleh OR sebesar 1,2 dengan nilai
0,05. Apabila persyaratan tabel 2x2 memenuhi 95% CI sebesar 0,36<OR<3,92. Nilai OR mele-
maka hasil uji chi-square yang dibaca adalah con- wati angka 1 menunjukkan bahwa nilai OR tidak
tinuity correction, tetapi apabila tabel 2x2 tidak signifikan secara statistik sehingga tidak terdapat
memenuhi syarat yang dibaca adalah Fisher’s Ex- perbedaan risiko yang bermakna antara kelompok
act Test. Untuk menghitung besar risiko menggu- responden yang berusia >45 tahun dan ≤45 tahun
nakan nilai Odd Ratio (OR) pada 95% (Tabel 2).
Confidence Interval (CI) pada statcalc Epi Info. Hubungan variabel pola makan tinggi le-
mak dengan kadar kolesterol total menunjukkan
HASIL sebagian besar responden yang memiliki ka-
Hasil penelitian di Puskesmas Mulyorejo dar kolesterol total tinggi adalah yang memiliki
pada bulan Juli tahun 2017 menununjukkan pola makan tinggi lemak dalam kategori sering
bahwa karakteristik responden bedasarkan usia (60,71%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh
pada sam- pel penelitian ini, sebagian besar chi-square dengan nilai p=0,285 (p>0,05) berar-
responden beru- ti tidak ada hubungan antara pola makan tinggi

30
Tabel 2. Fakto yang Berhubungan dengan Kadar Kolesterol Total
Kadar Kolesterol Tinggi
Variabel OR
Tinggi Normal p (95%CI)
n % n %
Usia (tahun)
> 45- 75 21 75 20 71,43 1,000 1,2
40 - 45 7 25 8 28,57 0,36<OR<3,92
Pola Makan Tinggi Lemak
Sering 17 60,71 12 42,86 0,285 2,06
Jarang 11 39,29 16 57,14 0,7<OR<5,98
Pola Makan Tinggi Serat
Jarang 21 75 12 42,86 0,030 4
Sering 7 25 16 57,14 1,28<OR<12,4

Sumber: Data Primer, 2017

lemak dengan kadar kolesterol total. Untuk hasil PEMBAHASAN


perhitungan besar risiko diperoleh OR sebesar Bedasarkan penelitian yang telah
2,06 dengan nilai 95% CI sebesar 0,7<OR<5,98. dilakukan, didapatkan hasil bahwa tidak ada
Nilai OR melewati angka 1 menunjukkan bahwa hubungan antara usia dengan kadar kolesterol
nilai OR tidak signifikan secara statistik sehingga total (p>0,05). Ba- nyak peneliti menyimpulkan
tidak terdapat perbedaan risiko yang bermakna bahwa semakin ber- tambahnya usia kemampuan
antara kelompok responden yang memiliki pola reseptor LDL akan menurun sehingga kadar LDL
makan tinggi lemak dalam kategori sering dengan di dalam darah akan meningkat dan akan
kelompok responden yang memiliki pola makan berdampak pada proses terjadi- nya penyumbatan
tinggi lemak dalam kategori jarang (Tabel 2). pada pembuluh darah koroner.8 Kemampuan
Hubungan variabel antara pola makan reseptor akan berkurang seiring deng- an
tinggi serat dengan kadar kolesterol total bertambahnya usia. Sedangkan LDL reseptor
menunjukkan sebagian besar responden yang merupakan faktor penghambat (inhibitor) sintesis
memiliki kadar kolesterol total tinggi adalah yang kolesterol di dalam tubuh, menurunnya aktivitas
memiliki pola makan tinggi serat dalam kategori reseptor LDL akan meningkatkan sintesis koles-
jarang (75%). Bedasarkan hasil uji statistik chi- terol sehingga kadar kolesterol akan meningkat.9
square diperoleh nilai p=0,030 (p<α) berarti ada Usia diatas 45 tahun adalah rentang usia yang be-
hubungan antara pola makan tinggi serat dengan risiko untuk menderita hiperkolesterolemia. 10 Se-
kadar kolesterol total. Untuk hasil perhitungan hingga penelitian ini tidak sesuai dengan peneli-
besar risiko diper- oleh OR sebesar 4 dengan nilai tian yang dilakukan Cooper Clinic, USA menge-
95% CI sebesar 1,28<OR<12,4. Nilai OR tidak nai hubungan usia dengan profil lemak dalam da-
melewati angka 1 menunjukkan bahwa nilai OR rah membuktikan bahwa terdapat kenaikan kadar
signifikan secara statistik sehingga terdapat kolesterol pada pria seiring dengan bertambahnya
perbedaan risiko yang bermakna antara kelompok usia seseorang. Hasil dari penelitian Aulia
responden yang memi- liki pola makan tinggi menun- jukkan bahwa kadar kolesterol total yang
serat dalam kategori sering dengan kelompok tinggi (≥200 mg/dl) lebih banyak di alami pada
responden yang memiliki pola makan tinggi serat respon- den yang lebih tua (>45 tahun)
dalam kategori jarang. Sedang- kan nilai OR dibandingkan deng- an responden dengan usia
menujukkan bahwa responden yang memiliki muda (≤ 45 tahun).11
pola makan tinggi serat dalam kategori jarang Pola makan tinggi lemak dalam penelitian
berisiko 4 kali mempunyai kadar koleste- rol ini adalah frekuensi responden dalam mengkon-
tinggi dibandingkan dengan responden yang sumsi makanan yang tinggi akan kandungan le-
memiliki pola makan tinggi serat dalam kategori mak. Makanan tinggi lemak pada penelitian ini
sering (Tabel 2). meliputi sumber makanan lemak hewani (daging
sapi, ayam goreng, daging kambing, ikan mujair,
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017

jeroan sapi, ayam, telur ayam dan telur bebek), sumsi makanan yang tinggi akan kandungan
ser- ta produk olahan lainnya (lemak babi, serat. Makanan tinggi serat pada penelitian ini
margarine, mentega, gorengan, santan, coklat meliputi sumber makanan kacang-kacangan,
batang, es krim dan susu). Menggunakan uji sayur-sayuran (wortel, tomat, ketimun, bayam,
statistik chi square diperoleh p=0,285 (p>0,05) kangkung, selada, kacang panjang, terong dan
hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan daun singkong), serta buah-buahan (pisang, salak,
antara pola makan ting- gi lemak dengan kadar jeruk, apel, pepaya, nanas, mangga).
kolesterol total. Menggunakan uji statistik chi- square diperoleh
Teori menurut Sastriamidjojo menyebut- p=0,030 ( p<0,05) hal ini menun- jukkan terdapat
kan bahwa konsumsi makanan yang tinggi lemak hubungan antara pola makan ting- gi serat dengan
dan kolesterol akan meningkatkan kadar koleste- kadar kolesterol total.
rol total dan kadar LDL. 12 Hati akan mempunyai Hasil Penelitian ini sesuai dengan teori
cukup kadar kolesterol dan akan menghentikan dari Sulistijani lactobacillus memfermentasikan
pengambilan LDL yang dapat meningkatkan ka- serat menjadi asam lemak rantai pendek dan gas,
dar kolesterol total. Hasil penelitian Nurrahmani asam lemak rantai pendek mampu mengikat asam
menyatakan orang yang berisiko memiliki kadar empedu sehingga kadar asam empedu menurun.17
kolesterol tinggi adalah mereka yang menerapkan Berkurangnya asam empedu dapat memperlambat
pola makan yang mengandung kadar lemak jenuh penyerapan lemak sehingga serat berperan dalam
yang tinggi.13 Lemak jenuh (ditemukan pada da- penurunan kadar kolesterol dalam darah. Hal ini
ging, mentega, keju dan krim) dapat meningkat- sejalan dengan penelitian Shreya terdapat
kan kadar kolesterol LDL dalam darah. hubung- an antara asupan serat makanan dengan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian kadar ko- lesterol total dan LDL. 18 Seseorang
yang dilakukan Hamiid yang menyatakan bahwa yang kurang mengkonsumsi serat (<29 g/hari)
asupan makanan dari lemak tidak berpengaruh mempunyai risiko 38% dan 43% lebih tinggi
pada kadar kolesterol total, HDL rendah meru- untuk meng- alami hiperkolesterolemia dan
pakan faktor risiko penting yang menyebabkan mempunyai kadar LDL yang tinggi dibanding
infark miokard akut dan tidak dipengaruhi oleh dengan yang meng- konsumsi serat (>29 g/hari).
asupan lemak dalam makanan. 14 Hasil penelitian Sifat fisiko kimia dari serat mengubah jalur
Gayet-Boyer menemukan tidak ada hubungan metabolisme kolesterol hati dan metabolisme
liniear antara konsumsi lemak trans dengan HDL, lipoprotein, yang mengaki- batkan penurunan
LDL dan kadar kolesterol total.15 Hal ini berbeda kolesterol LDL plasma.19 Hasil dari penelitian
dengan penelitian Kusuma yang menunjukkan Quan Zhou juga menunjukkan bah- wa
ada hubungan antara pola makan (makanan meningkatnya konsumsi serat akan menurunk- an
berlemak) dengan kadar kolesterol total.18 kadar kolesterol total dan LDL. 20 Bila asupan serat
Tidak ada hubungan antara pola makan makanan rata-rata meningkat dari <18 g/hari
tinggi lemak dengan kadar kolesterol di Puskes- menjadi >30 g/hari, tingkat kolesterol HDL ra- ta-
mas Mulyorejo bukan berarti pola makan tinggi rata meningkat sebesar 10,1%, sedangkan kadar
lemak diabaikan begitu saja. Bedasarkan data dari kolesterol total dan LDL akan menurun sebesar
penelitian, diduga bahwa pola makan tinggi 14,4% untuk laki-laki dan sebesar 11,1% untuk
lemak dapat menjadi faktor risiko dari perempuan.
seseorang yang mempunyai kadar kolesterol
yang tinggi, karena menurut data penelitian KESIMPULAN DAN SARAN
sebagian besar responden yang memiliki kadar Hasil dari penelitian mengenai pengaruh
kolesterol tinggi mempunyai pola makan tinggi pola makan dengan kadar kolesterol total yang
lemak dalam kategori sering yaitu sebanyak 17 dilakukan di Puskesmas Mulyorejo Surabaya
responden. Hal ini menunjuk- kan berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
terdapat kecenderungan bahwa respon- den yang hubungan antara usia dengan kadar kolesterol
sering mengkonsumsi makanan berle- mak total yang di- tunjukkan dengan hasil analisis
mempunyai kadar kolesterol total yang tinggi. statistik yaitu p=1 (p>0,05). Kemudian untuk
Pola makan tinggi serat dalam penelitian variabel pola makan tinggi lemak tidak terdapat
ini adalah frekuensi responden dalam mengkon- hubungan antara pola makan tinggi lemak
dengan kadar kolesterol to-
30
tal yang ditunjukkan dengan hasil analisis yaitu p=0,285 (p>0,05). Sedangkan untuk variabel pola
makan tinggi serat menunjukkan terdapat hubung- an antara pola makan tinggi serat dengan kadar
kolesterol total yang ditunjukkan bedasarkan hasil analisis statistik yaitu p=0,030 (p>0,05) dengan besar
risiko OR=4. Saran bagi responden sebaik- nya melakukan pemeriksaan rutin kadar koleste- rol total
minimal 6 bulan sekali. Sedini mungkin melakukan pengaturan pola makan yang seim- bang.
Menghimbau masyarakat untuk meningkat- kan konsumsi serat. Puskesmas hendaknya mem- berikan
tambahan informasi dan menghimbau kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo
Surabaya untuk peduli terhadap fak- tor risiko dari kadar kolesterol total yang meliputi pola makan
tinggi lemak, pola makan tinggi serat, dan paparan asap rokok. Hal ini dilakukan karena kadar
kolesterol total merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit tidak menular seperti jantung koroner
dan stroke.

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Noncommunicable Disease Country
Profiles Geneva: WHO Press; 2011.
2. Kementrian K. Profil Kesehatan Dasar Ta- hun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2014.
3. Annies. Kolesterol dan Penyakit Jantung Koroner Jogjakarta: Ar-Ruzz Media; 2015.
4. Kemenkes RI. Survei Kesehatan Rumah Tang- ga. Jakarta: Badan Litbangkes Kemenkes RI; 2004.
5. Khomsan A. Sehat dengan Makanan Berkha- siat Jakarta: PT Kompas Media Nusantara; 2007.
6. Sulastri, Delmi, Rahayuningsih S, Pur- wantyastuti. Pola Asupan Lemak, Antioksi- dan, serta
Hubungannya dengan profil Lipid pada Laki-laki Etnik Minangkabau. Majalah Kedokteran
Indonesia. 2005; 55.
7. Sastroasmoro S, Ismael L. Dasar-Dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Askara; 1995.
8. Soeharto I. Pencegahan dan Penyumbatan Penyakit Jantung Koroner Jakarta: PT Grame- dia
Pustaka Utama; 2002.
9. Murray R, Granner D, Mayes P&R. Biokimia Herper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017

ECG; 2000.
10. Sayeed M. Prevalence and Risk Factor of Cor- onary Heart Disease In Rural Population of Bagladesh.
Ibrahim Med Coll J. 2004; 4.
11. Aulia A. Hubungan Pola Konsumsi Makan, Status Gizi, Stress Kerja dan Faktor Lain de- ngan
Hiperkolesterolemia pada Karyawan PT Semen Padang Tahun 2012. Jakarta: Univer- sitas Indonesia,
Gizi Kesehatan Masyarakat; 2012.
12. Sastromidjodjo. Peganga Penatalaksana Nut- risi Pasien Jakarta: Binarupa Askara; 2000.
13. Nurrahmani U. Stop! Kolesterol Tinggi. Jog- jakarta: Group Relasi Inti Media; 2012.
14. Hamiid M, Abdul R, Rehan R, Nadeem HM. Relation of Cholesterol Level to Dietary Fat Intake in
Patients of Ischemic Heart disease. Cardiovascular Pharmacology. 2015; 4.
15. Gayet B, Tenenhaus A, Prunent C. Is There Linier Realtionship Betwee Dose of Rumi- nant Trans-Fatty
Acid and Cadiovascular Risk Markers in healthy Subject: Resul Fro- ma Systemaic review and Meta-
Reression of Randomised Clinical trial. British Journals of Nutritions. 2014; 112.
16. Ira M. Hubungan Pola Makan dengan Pening- katan Kadar Kolesterol Pada Lansiadi Jebres Surakarta.
Jurnal Keperawatan 17 Surakarta. 2014.
17. Sulistijani D. Sehat dengan Men Berserat. Ja- karta: Trubus Agriwidya; 2002.
18. Shreya N, Nagarajan L, Ruch V, Mookambika R, Vasudevan S, Kamala K, et al. Association of Dietary
Fiber Intake with Serum Total Cho- lesterol and Low Density Lipoproein Choles- terol Levels in Urban
Asia-Indian Adults with Type 2 Diabetes. Indian Journal of Endocri- nology and Metabolism. 20014
Sempetm- ber-October; 18.
19. Fernandez M. Soluble Fiber and NonDisgest- ible Carbohydrate Effect On Plasma Lipid and
Cardiovascular Risk. Curr Opin Lipidol. ; 12.
20. Zhou Q, Jiang W, Jie T, Jia-Ji W, Chu-Hong L, Pei-Xi W. Benefical Effect of Higher Di- etary Fiber
Intake on Plasma HDL-C and TC/ HDL-C Ratio among Chinese Rural-to-Urban Migrant Workers.
International Journal of Environtmental Research and Public Health. 2015; 12.

Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol Masyarakat Di


Kota Bandar Lampung
Dwijowati Asih Saputri1 Aulia
Novitasari 2
1,2
Pendidikan Biologi, UIN Raden Intan Lampung
31
1
dwijowatiasihsaputri@radenintan.ac.id ,2aulianovitasari@radenintan.ac.id.

ABSTRAK
Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor pemicu penyakit jantung, stroke, arteri perifer,
hipertensi, dan diabetes melitus. Kadar kolesterol yang berlebih dalam darah akan dengan mudah
menempel pada dinding bagian dalam pembuluh darah. Konsumsi makanan tinggi kolesterol dan
lemak jenuh merupakan penyebab utama peningkatan kadar kolesterol. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kadar kolesterol pada masyarakat di Bandar
Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Kota Bandar Lampung, dengan teknik
pengambilan sampel yaitu stratified random sampling yang berjumlah 400 responden. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner pola makan dan kadar kolesterol darah. Hasil
dari penelitian ini adalah ada hubungan pola makan dengan kadar kolesterol pada masyarakat di
Bandar Lampung baik pada kategori remaja, dewasa dan lanjut usia, serta kategori jenis kelamin
perempuan dan laki- laki.
Kata kunci: Pola konsumsi, Kadar kolesterol

ABSTRACT
High cholesterol levels are a trigger factor for heart disease, stroke, peripheral arteries, hypertension,
and diabetes mellitus. Excess cholesterol levels in the blood will easily adhere to the inner walls of
blood vessels. Consumption of foods high in cholesterol and saturated fat is the main cause of
increased cholesterol levels. The purpose of this study was to determine the relationship between diet
and cholesterol levels in the community in Bandar Lampung. This research is a quantitative study
with a cross sectional design. The population in this study were all people in the city of Bandar
Lampung, with the sampling technique, namely stratified random sampling, amounting to 400
respondents. Data collection techniques in this study were dietary questionnaires and blood
cholesterol levels. The results of this study are that there is a relationship between diet and cholesterol
levels in the community in Bandar Lampung, both in the category of adolescent, adult and old age
groups, as well as categories of female and male gender.
Key words: consumption pattern, cholesterol level
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446

PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi kebutuhan
pokok setiap individu. Tubuh sehat dapat mendukung seseorang untuk melakukan aktivitas tanpa
hambatan, pola pikir yang lebih positif, konsentrasi yang baik, dan mampu mempertahankan
fleksibilitas tubuh (Miko, 2016). Status gizi masih menjadi masalah utama dalam kesehatan
(Joshi, 2011), salah satu faktor yang berpengaruh terhadap satus gizi adalah pola konsumsi
makan (Tahir, 2013).
Pola konsumsi yang baik penting dalam penerapan gaya hidup sehat . Makanan yang
dikonsumsi harus jelas kuantitas dan kualitasnya, sehingga indikator sehat dan status gizi yang
baik dapat terpenuhi (Praja, 2014). Frekuensi makan sangat berkaitan erat dengan keadaan lapar
dan keinginan untuk mengkonsumsi makanan, jika frekuensi makan meningkat maka jumlah zat
gizi di dalam tubuh juga akan mengalami peningkatan, dengan kata lain, kurang mengkonsumsi
makanan dengan jumlah dan jenis tertentu akan berakibat pada kurangnya daya tahan tubuh.
Prinsip terpenting yang diajarkan Rasulullah adalah apa yang dimakan haruslah seimbang,
sederhana, dan tidak berlebihan, lambung diisi dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman,
dan sepertiga lagi untuk udara. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al-A'raf [7] : 31

۞‫ِر ِفن‬
‫َل ي ا ْل‬ h‫نَّه‬ ۚ ‫و ِرفُوا‬ ‫واش‬ ‫وا‬hُh‫ُ كل‬ ‫هس‬ ‫ْن‬ ‫خذ زينََت ُك‬ ‫َ ِني آد َم‬
‫س‬
‫ِحب ُو‬ ‫تُس‬ ‫ََل‬ ‫وا‬hُ‫َرب‬ ‫و‬ ‫ِج ٍد‬ ‫ِّل‬ َ‫د‬ ‫ْن‬ ‫وا‬ ‫يا‬
‫ك‬ ‫ع‬

Artinya: "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap hendak memasuki masjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan."(Q. S. al-A'raf [7]: 31).
Fakta bahwa Rasulullah SAW yang jarang sakit bisa menjadi cermin untuk mengubah
paradigma atau pola konsumsi sehat. Rasulullah SAW melarang menggabungkan susu dan ikan,
antara cuka dan susu, antara buah dengan susu, antara kubis dengan ikan, bawang putih dengan
bawang merah yang lama dan baru, asam dengan pedas, antara cuka dan ikan, cuka dengan nasi,
delima dengan tepung, makanan dingin dengan panas, menghindari bahan almunium untuk
menyimpan cuka dan minyak, keju dan makanan panas, selain menghindari makanan tersebut,
Rasulullah SAW memiliki pola konsumsi untuk menjaga tubuh tetap sehat, pada pagi hari beliau
menggunakan siwak untuk membersihkan mulut dan gigi kemudian membuka menu sarapan
dengan segelas air dingin yang dicampur dengan sesendok madu asli, masuk waktu dhuha beliau
memakan tujuh butih kurma ajwa’ yang sudah masak, menjelang sore hari mengkonsumsi cuka
dan minyak zaitun, pada malam hari mengkonsumsi sayur-sayuran. Rasulullah SAW tidak
langsung tidur setelah makan malam, tidak begadang, dan juga rutin berolahraga. Pola konsumsi
Rasullullah SAW ternyata sesuai dengan siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh ahli
kesehatan disebut circadian rhytme atau irama biologis (Sapie, 2017).
Pola konsumsi sehat akan membantu mengoptimalkan perolehan nutrisi ke dalam tubuh
sehingga mampu memperkuat daya tahan tubuh. Pola konsumsi yang tidak sesuai dengan kaidah
hidup sehat dapat menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan. Rasulullah SAW telah
memberi contoh pola konsumsi yang baik yang seharusnya diterapkan oleh umat Islam, tetapi
pada kenyataannya pola konsumsi masyarakat tidak sesuai dengan petunjuk yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Pola konsumsi saat ini adalah pola konsumsi yang kurang sehat sebagai
dampak dari gaya

3
1
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

hidup dan kemajuan teknologi, misalnya junk food yang berkadar garam dan gula tinggi, serta
mengandung sedikit nutrisi protein, vitamin, dan mineral (Prabawa, 2018) Kebiasaan makan
yang tidak sesuai dengan kaidah hidup sehat dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan
kesehatan.
Pola konsumsi tidak sehat berkontribusi terhadap kematian tertinggi di seluruh dunia
yang disebabkan oleh penyakit pemicu, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes
(Kemenkes, 2012). hal ini didukung dengan data penyakit di Indonesia pada tahun 2018 yang
disebabkan oleh pola konsumsi yang kurang baik yaitu sebanyak 1,09% menderita stroke, 2%
menderita penyakit diabetes melitus, 1,5% menderita penyakit jantung, dan 8,4% menderita
hipertensi (Riskesdas, 2018).
Tingginya kadar kolesterol dalam darah merupakan faktor utama pemicu penyakit
jantung, stroke, arteri perifer, hipertensi, dan diabetes melitus. Kadar kolesterol yang berlebih
dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. LDL yang
berlebih melalui proses oksidasi akan membentuk gumpalan yang jika gumpalan semakin
membesar akan membentuk benjolan yang akan mengakibatkan penyempitan saluran pembuluh
darah (Yoeantafara, 2017).
Konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh menjadi penyebab kadar
kolesterol meningkat, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakuakan oleh Prabowo,
Hastuti dan Kesuma (2013) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pola
konsumsi dengan kadar kolesterol yakni semakin tinggi makanan berlemak semakin tinggi pula
kadar kolesterol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi dengan
kadar kolesterol masyarakat di kota bandar lampung

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain Cross
Sectional. Penelitian ini menggunakan data primer untuk mengetahui hubungan pola konsumsi
dengan kadar kolesterol masyarakat di kota Bandar Lampung. Variabel independen adalah pola
konsumsi, sedangkan variabel dependen adalah kadar kolesterol.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di kota Bandar Lampung,
dengan teknik pengambilan sampel yaitu stratified random sampling dengan terlebih dahulu
membuat penggolongan atau pengelompokkan populasi dari karakteristik tertentu (Sampel yang
diambil ditetapkan sebanyak 0,05%). Penelitian ini mengambil sampel dengan karakteristik
populasi yang di inginkan oleh peneliti, yaitu dengan kriteria usia (remaja, dewasa, dan tua) dan
jenis kelamin (perempuan dan laki- laki). Penelitian ini dilakukan di 20 kecamatan. dengan
jumlah penduduk kelompok umur 10-64 tahun yakni 867.024 jiwa, yang dibagi berdasarkan
jenis kelamin dan kedalam kategori remaja, dewasa, dan tua. Untuk kategori batasan umur
remaja dalam hal ini adalah 10-24 tahun, yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 140.752 jiwa
dan perempuan 142.259 jiwa, sedangkan batasan umur dewasa dalam hal ini adalah 25-44 tahun,
yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 166.426 jiwa dan perempuan 221.296 jiwa, dan
batasan umur Tua dalam hal ini adalah 45-64 tahun, yang memiliki jumlah penduduk laki-laki
99.214 jiwa dan perempuan 97.077 jiwa. Jadi, total jumlah keseluruhan sampel jenis kelamin
perempuan dan laki-laki adalah 385 jiwa (400 jiwa).
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah angket yang sebelumnya di validasi
terlebih dahulu oleh ahli gizi dan observasi pemeriksaan sampel darah

10
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446

menggunakan multicare 3 in 1 yaitu kolesterol. Angket pada penelitian ini digunakan untuk
memperoleh data tentang pola konsumsi sehari-hari. Angket ini akan diisi oleh Masyarakat di
Kota Bandar Lampung. Angket ini akan dibagikan ke 400 responden yang akan di kadar
kolesterolnya. Skala pengukuran yang akan digunakan dalam angket ini adalah skala Likert yaitu
selalu, sering, kadang – kadang, jarang, dan tidak pernah dengan kriteria yaitu angket jenis
makanan yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif yang akan diisi responden dengan nilai
pernyataan negatif yaitu Selalu: 0, Sering: 1, Kadang-kadang: 2, Jarang: 3, Tidak Pernah: 4,
sedangkan nilai pernyataan
positif Selalu: 4, Sering: 3, Kadang-kadang: 2, Jarang: 1, dan Tidak Pernah: 0, angket jenis
makanan disesuaikan dengan pengukuran kadar kolesterol dengan skor kategori jenis makanan
yaitu 0 – 30 = Tidak Baik, dan 31 – 60 = Baik, angket frekuensi makanan yang terdiri dari 6
pernyataan positif dan negatif yang akan di isi oleh responden dengan nilai pernyataan negatif
yaitu Iya : 0, tidak: 1, sedangkan untuk pernyataan positif yaitu Iya: 1, Tidak: 0 dengan kategori
0-3= Tidak baik, dan 4 - 6= Baik, angket porsi makanan terdiri dari 5 pernyataan positif yang
akan di isi oleh responden dengan nilai yaitu Iya : 1 dan Tidak: 0, dengan kategori 0-2= Tidak
baik, dan 3 - 5= Baik.
Analisis data menggunakan 2 tahap uji statistik yaitu analisis univariat dan bivariat.
Analisis unvariat berupa tabel distribusi pola konsumsi secara deskriptif, yang terdiri dari
frekuensi makan, jenis makan, porsi makan, dan kadar kolesterol, sedangkan analisis bivariat
dengan menggunakan korelaasi pearson dengan tingkat kemaknaan P ≤
0.05 yang dilakukan pada dua variabel yaitu pola konsumsi (frekuensi makan, jenis makan, dan
porsi makan) dan kadar kolesterol (usia dan jenis kelamin).

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 400 responden terkait pola konsumsi
dan kadar kolesterol dalam darah, diperoleh hasil analisis univariat yang terdiri dari jenis
kelamin, usia, jenis makanan, frekuensi makanan, porsi makanan, dan kadar kolesterol,
sedangkan analisis bivariat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan pola konsumsi
dengan kadar kolesterol masyarakat di kota Bandar Lampung.

Analisis Univariat
Hasil Penelitian responden terhadap jenis kelamin ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel
1. Responden Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (n) %
Perempuan 200 50
Laki-Laki 200 50
Total 400 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui dari 400 responden sebanyak 50% (n=200) responden
laki-laki dan 50% (n=200) responden perempuan.

11
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

Hasil penelitian terhadap responden berdasarkan usia ditunjukkan dalam Tabel


2.
Tabel 2. Responden Menurut Usia
Usia Jumlah (n) %
10-24 Tahun (Remaja) 160 40
25-44 Tahun (Dewasa) 160 40
45-65 Tahun (Tua) 80 20
Total 400 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 400 responden sebanyak 40% (n=160)
responden termasuk dalam kategori remaja, sebanyak 40% (n=160) responden termasuk dalam
kategori dewasa, sisanya 20% (n=80) responden termasuk dalam kategori tua.
Hasil penelitian responden berdasarkan frekwensi makan ditunjukkan dalam Tabel 3.
Tabel 3.Responden Frekuensi Makan
Frekuensi Makan n %
Tidak Baik 145 36
Baik 255 64
Total 400 100

Berdasarkan data pada tabel 3 menunjukkan bahwa dari 400 responden sebanyak 36%
(n=145) responden memiliki frekuensi makan tidak baik, sisanya sebanyak 64% (n=255)
responden memiliki frekuensi makan yang baik.
Hasil penelitian responden berdasarkan Jenis makan ditunjukkan dalam Tabel 4. Tabel
4. Responden Menurut Jenis Makan

Angket Jenis Kriteria


Makanan Baik Tidak Baik
312
Kolesterol 88 (22%)
(78%)

Berdasarkan data pada tabel 4, dari 400 responden pada angket kolesterol menunjukkan
bahwa sebanyak 22% (n=88) responden memiliki kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan tidak
baik, sisanya sebanyak 78% (n=312) responden memiliki kebiasaan mengkonsumsi jenis
makanan yang baik.
Hasil penelitian responden berdasarkan porsi makan ditunjukkan dalam Tabel 5.

12
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446

Tabel 5. Responden Menurut Porsi Makan

Porsi Kriteria
Makanan Baik Tidak Baik
Kolesterol 299 (75%) 101 (25%)

Berdasarkandata yang tertera pada tabel 5 dari 400 responden pada angket kolesterol
sebanyak 25% (n=101) responden memiliki kebiasaan porsi makan tidak baik, sisanya sebanyak
75% (n=299) responden memiliki kebiasaan porsi makan yang baik.
Hasil penelitian responden berdasarkan kadar kolesterol ditunjukkan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Responden Kadar Kolesterol
Kadar Kolesterol Jumlah (n) %
Normal 311 78
Batas Tinggi 72 18
Tinggi 17 4
Total 400 100

Berdasarkan tabel 6 dari 400 responden sebanyak 311 responden (78%), yang memiliki
kadar kolesterol di batas tinggi sebanyak 72 responden (18%), dan sedangkan responden yang
memiliki kadar kolesterol tinggi sebanyak 17 responden (4%).

Analisa Bivariat
Analisis bivariat ini menjabarkan hasil penelitian hubungan antara variabel bebas yaitu pola
konsumsi dengan variabel terikat yaitu kadar kolesterol, yakni menggunakan korelasi pearson,
dapat disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 7. Hubungan Pola konsumsi dengan Kadar Kolesterol Masyarakat Kota Bandar
Lampung (Laki-laki)
Kadar Kolesterol p
Pola
Usia
konsumsi Normal Batas Tinggi Tinggi

Baik 22 4 2 -0,53
Tua
Tidak Baik 8 3 1 -0,10
Baik 36 6 0 -0,44
Dewasa
Tidak Baik 23 12 3 0,04
Baik 41 6 1 -0,40
Remaja
Tidak Baik 18 13 11 -0,01

13
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

Berdasarkan tabel 7 dari 200 responden jenis kelamin laki-laki, pada usia tua yang memiliki
hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 2 responden (1%),
kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 1 responden (0,5%) kolesterol
batas tinggi dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 4 (2%), kolesterol batas tinggi dengan
pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 3 (1,5%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang
baik sebanyak 22 responden (11%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang tidak baik
sebanyak 8 responden (4%). Hasil analisis data menggunakan korelasi pearson pada pola
konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,53, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada laki - laki usia tua masyarakat di kota
Bandar Lampung, pada pola konsumsi tidak baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,10, sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada laki - laki
usia tua masyarakat di kota Bandar Lampung.
Pada usia dewasa yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola konsumsi
yang baik sebanyak 0 responden (0%), kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik 3
responden (1,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 6 (3%),
kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 12 (6%), kolesterol
normal dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 36 responden (18%), kolesterol normal
dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 23 responden (11,5%). Hasil analisis data
menggunakan korelasi pearson pada pola konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,44,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada
laki - laki usia dewasa masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola konsumsi tidak baik
diperoleh sig 0,04 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi
dengan kadar kolesterol pada laki - laki usia dewasa masyarakat di kota Bandar Lampung.
Pada usia remaja yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola konsumsi
yang baik sebanyak 1 responden (0,5%), kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik
1 responden (0,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 6
responden (3%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 13
responden (6,5%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 41 responden
(20,5%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 18 responden (9%),
Hasil analisis data menggunakan korelasi pearson pada pola konsumsi baik diperoleh nilai
pearson sebesar
-0,40, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol
pada laki - laki usia remaja masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola konsumsi tidak baik
diperoleh nilai pearson sebesar -0,01, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola
konsumsi dengan kadar kolesterol pada laki - laki usia remaja masyarakat di kota Bandar
Lampung.

14
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446

Tabel 8. Hubungan Pola konsumsi dengan Kadar Kolesterol Masyarakat Kota Bandar
Lampung (Perempuan)
Kadar Kolesterol p
Pola
Usia
konsumsi Normal Batas Tinggi Tinggi

Baik 23 5 1 -0,66
Tua
Tidak Baik 8 2 1 -0,46
Baik 43 6 2 -0,45
Dewasa
Tidak Baik 21 5 3 -0,29
Baik 53 5 1 -0,24
Remaja
Tidak Baik 19 2 0 -0,54

Berdasarkan tabel 8 dari 200 responden dengan jenis kelamin perempuan, pada usia tua
yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 1
responden (0,5%), kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 1 responden
(0,5%) kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 5 (2,5%), kolesterol
batas tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 2 (1%), kolesterol normal dengan
pola konsumsi yang baik sebanyak 23 responden (11,5%), kolesterol normal dengan pola
konsumsi yang tidak baik sebanyak
8 responden (4%). Hasil analisis data menggunakan korelasi pearson pada pola konsumsi baik
diperoleh nilai pearson sebesar -0,6, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola
konsumsi dengan kadar kolesterol pada perempuan usia tua masyarakat di kota Bandar
Lampung, pada pola konsumsi tidak baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,46, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada perempuan usia
tua masyarakat di kota Bandar Lampung.
Pada usia dewasa yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola konsumsi
yang baik sebanyak 2 responden (1%), kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik 3
responden (1,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 6 (3%),
kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 5 (2,5%), kolesterol
normal dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 43 responden (21,5%), kolesterol normal
dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 21 responden (10,5%). Hasil analisis data
menggunakan korelasi pearson pada pola konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,45,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada
perempuan usia dewasa masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola konsumsi tidak baik
diperoleh nilai pearson sebesar -0,29, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola
konsumsi dengan kadar kolesterol pada perempuan usia dewasa masyarakat di kota Bandar
Lampung.
Pada usia remaja yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola konsumsi
yang baik sebanyak 1 responden (0,5%), kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik
0 responden (0%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 5 responden
(2,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 2 responden
(1%), kolesterol normal dengan pola

15
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

konsumsi yang baik sebanyak 53 responden (26,5%), kolesterol normal dengan pola konsumsi
yang tidak baik sebanyak 19 responden (9,5%). Hasil analisis data menggunakan korelasi
pearson pada pola konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar
-0,24, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol
pada perempuan usia remaja masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola konsumsi tidak
baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,54, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada perempuan usia remaja masyarakat di kota Bandar
Lampung.

PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait pola konsumsi dan kadar kolesterol,
diperoleh hasil analisis univariat yang terdiri dari jenis kelamin, usia, jenis makanan, frekuensi
makanan, porsi makanan, dan kadar kolesterol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat di kota Bandar Lampung, dengan teknik pengambilan sampel yaitu stratified random
sampling dengan terlebih dahulu membuat pengelompokkan populasi dari karakteristik tertentu
(sampel yang diambil ditetapkan sebanyak 0,05%). Penelitian ini mengambil sampel dengan
karakteristik populasi yang di inginkan oleh peneliti, yaitu dengan kriteria usia (remaja, dewasa,
dan tua) dan jenis kelamin (perempuan dan laki- laki). Penelitian ini dilakukan di 20 kecamatan
se Kota Bandar Lampung. Berdasarkan data Badan Pusat Statisik tahun 2018, jumlah penduduk
kelompok umur 10-64 tahun yakni 867.024 jiwa, yang dibagi berdasarkan jenis kelamin dan
kategori remaja, dewasa, dan tua. Untuk kategori batasan umur remaja dalam hal ini adalah 10-
24 tahun, yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 140.752 jiwa dan perempuan 142.259 jiwa,
sedangkan batasan umur dewasa dalam hal ini adalah 25-44 tahun, yang memiliki jumlah
penduduk laki-laki 166.426 jiwa dan perempuan 221.296 jiwa, dan batasan umur tua dalam hal
ini adalah 45-64 tahun, yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 99.214 jiwa dan perempuan
97.077 jiwa. Jadi, total jumlah keseluruhan sampel jenis kelamin perempuan dan laki-laki adalah
400 jiwa yang terdiri dari 50% responden laki laki dan 50 responden perempuan dari 3 kelompok
umur.
Kelompok umur responden pada penelitian ini didasarkan pada standar departemen
kesehatan RI tahun 2009. Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009) yaitu masa balita 0-5
tahun, masa kanak- kanak 5-11 tahun, masa remaja awal 12-16 tahun, masa remaja akhir 17-25
tahun, masa dewasa awal 26-35 tahun, masa dewasa akhur 36-45 tahun, masa lansia awal 46-55
tahun, masa lansia akhir 56-65 tahun, masa manula > 65 tahun. Responden yang digunakan
sebagai sampel dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu remaja dengan rentang umur antara 12-
25 tahun, dewasa dengan rentang umur 26-45 tahun dan kelompok orang tua dengan rentang
umur 45 -65 tahun. Menurut MENKES remaja mengalami masa growth spurt atau pertumbuhan
dan pubertas. Pada fase tersebut, terjadi pertumbuhan fisik disertai perkembangan mental
kognitif, psikis, dan terjadi proses tumbuh kembang reproduksi yang mengatur fungsi
seksualitas. sehingga bisa dikatakan bahwa masa remaja seringkali dianggap sebagai periode
hidup yang paling sehat. Pola konsumsi remaja yang tergambar dari data Global School Health
Survey tahun 2015 yaitu tidak selalu sarapan (65,2%), sebagian besar remaja kurang
mengonsumsi serat sayur buah (93,6%), sering mengkonsumsi makanan berpenyedap (75,7%),
dan kurang melakukan aktifitas fisik (42,5%). Apabila cara

16
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446

konsumsi ini berlangsung secara terus menerus dan menjadi kebiasaan pola konsumsi tetap para
remaja, maka akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit tidak menular (Kemkes 2018). Pada
manusia dewasa terjadi puncak perkembangan performa fisik, namun pada masa akhir dewasa
awal mulai terjadi penurunan. Orang dewasa umumnya mengerti cara mencegah dan upaya
untuk meningkstksn kesehatan, tetapi sayangnya tidak menerapkan pada diri sendiri. Kebiasaan
buruk yang merugikan kesehatan yang sudah terbentuk pada masa remaja, semakin melekat pada
masa dewasa (Ajhuri, 2019). Ketika masa dewasa awal beberapa individu berhenti memikirkan
gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan dimasa mendatang. Pada masa dewasa awal manusia
tidak memikirkan pola konsumsi yang teratur, makan berlebihan, kebiasaan merokok dan minum
beralkohol serta kurang berolahraga, perilaku- perilaku tersebut akan memberikan dampak pada
kesehatan yang tidak baik. Orang dewasa umumnya akan mulai mengalami obesitas. Obesitas
berkaitan dengan resiko terserang berbagai penyakit, misalnya hipertensi, diabetes dan penyakit
cardiovaskuler (Psikologi, 2018). Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan
mengalami penurunan derajat kesehatan secara alami (degenerasi) maupun sebagi akibat
penyakit yang di derita (Infodatin, 2014), Menurut Informasi dari badan Pusat Statistik tahun
2012, estimasi jumlah masyarakat Lansia Indonesia sebesar lebih dar 7%. Berdasarkan informasi
tersebut, maka pada tahun 2020 Indonesia tergolong negara berstruktur tua (Ageing population)
(Infodatin, 2014).
Pola konsumsi masyarakat di Kota Bandar Lampung diukur menurut frekuensi makan, jenis
makanan dan porsi makan. Pola konsumsi merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Pola konsumsi yang baik berpedoman pada pola gizi seimbang
(Kemkes, 2014).Pola konsumsi yang baik juga dicontohkan oleh rasulullah SAW, pola konsumsi
akan mempengaruhi status gizi seseorang, yang pada akhirnya akan mempengaruhi aktifitas
metabolisme tubuh, terutama pada sistem hormonal (Ayu & Santoso, 2017).
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari baik kualitatif maupun kuantitatif.
Frekuensi makan yang tidak memenuhi standar akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit,
misalnya penyakit gastritis yang menyerang saluran pencernaan (Shobach, 2019). Frekuensi
makan yang berlebih akan menyebabkan gizi lebih, yang akan berimbas pada obesitas (Anis,
Diffah, & Budiyanti, 2014). Jenis makanan yang disantap mempengaruhi pola konsumsi. Jenis
makanan yang dikonsumsi akan menentukan pola konsumsi seseorang, bila jenis makanan yang
dikonsumsi sesuai dengan pola gizi seimbang dan sesuai dengan pola konsumsi Rasulullah
SAW, maka pola konsumsi seseorang akan menjadi baik. tetapi sebaliknya, jika makanan yang
dikonsumsi tidak memenuhi pola gizi seimbang, maka pola konsumsi seseorang akan tergolong
buruk. Berdasarkan hasil analisis angket kadar kolesterol yang berkaitan dengan jenis makanan,
sebagian besar masyarakat kota Bandar Lampung memiliki pola konsumsi yang baik. Jenis
makanan yang kurang baik akan menyebabkan terjadinya obesitas dan berbagai penyakit
degeneratif lainnya, terutama pada kelompok usia dewasa dan tua (Azkia dan Wahyono, 2019)
Porsi makan akan menentukan jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh, apabila porsi
makan seseorang berlebihan, maka jumlah asupan kalori yang didapatkan juga tinggi yang akan
menimbulkan gizi berlebihan dan munculnya berbagi masalah kesehatan. Porsi makan akan
memepengaruhi asupan makan, yang berimbas pada

17
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

pemenuhan gizi. Porsi makan yang tepat akan mempengaruhi status kesehatan (Cendanawangi,
Tjaronosari, & Palupi, 2016). Berdasarkan data 400 responden dari seluruh kecamatan di kota
Bandar lampung menunjukkan hanya 22% yang memiliki kadar kolesterol pada batas tinggi dan
tinggi, hal ini terjadi karena hasil analisis terhadap angket pola konsumsi menunjukkan sebagian
besar masyarakat kota Bandar Lampung memiliki pola konsumsi yang baik, yaitu lebih dari
50%. Pola konsumsi akan menentukan kesehatan seseorang, jika pola konsumsi baik, maka
kesehatan akan terjaga, sebaliknya jika pola konsumsi tidak benar atau tidak baik maka
kemungkinan besar akan terkena berbagai penyakit. Ada pepatah yang megatakan bahwa
kesehatan terletak pada perut yang berarti bila makanan yang masuk ke dalam perut adalah
makanan yang sehat, baik, dan halal, maka tubuh juga akan menjadi sehat (Fauziah, 2015).

Analisa Bivariat
Analisis bivariat untuk melihat ada atau tidaknya hubungan pola konsumsi dengan kadar
kolesterol masyarakat di Kota Bandar Lampung.Analisa dilakukan menurut kelompok usia yaitu
remaja, dewasa, dan tua. Kelompok usia tersebut dipisahkan berdasarkan jenis kelaminnya.
Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson. Nilai korelasi pearson
digunakan untuk menilai ada atau tidaknya hubungan atau korelasi antara pola konsumsi dengan
status kesehatan masyarakat. Sejumlah penulis statistik membuat interval kategorisasi kekuatan
hubungan korelasi. Menurut (Sarwono, 2009), nntuk membuat kesimpulan hubungan antara dua
variabel di atas, harus memenuhi kriteria yaitu 0,00 – 0,199 hubungan korelasinya sangat lemah,
0,20 – 0,399 hubungan korelasinya lemah, 0,40 – 0,599 hubungan korelasinya sedang, 0,60 –
0,799 hubungan korelasi kuat, 0,80 – 1,0 hubungan korelasinya sangat kuat, dan untuk korelasi
negatif (-) interpretasi adalah sama.

Hubungan pola konsumsi dengan kolesterol pada responden laki - laki


Analisis bivariat pada responden laki – laki kelompok umur tua, dewasa, maupun remaja
menunjukkan adanya hubungan antara pola konsumsi dengan kadar kolesterol darah. Pada pola
konsumsi baik memiliki nilai korelasi sedang ( = 0,40 - -0,59) dengan kadar kolesterol darah,
sedangkan pada pola konsumsi yang itdak baik terdapat korelasi yang sangat lemah antara (=
0,00 – 0,199) dengan kadar kolesterol darah, dari semua kategori umur dan pola konsumsi,
korelasi antara kadar kolesterol darah dengan pola konsumsi yang tertinggi adalah pola konsumsi
baik pada responden laki laki tua. Kadar kolesterol tinggi merupakan faktor pemicu hipertensi
dan stroke. Hasil penelitian Soleha (2012) menunjukkan bahwa usia merupakan salah satu faktor
yang mneyebabkan tingginya kadar kolesterol dalam darah (hyperkolesteromia), semakin tinggi
usia, maka persentase responden dengan kolesteol tinggi semakin meningkat. Persentase
kolesterol tinggi diperoleh pada responden dengan usia 60-69 tahun dengan dengan resiko relatif
sebebsar 1, 91%. (Soleha, 2012). Pada orang tua, meskipun memiliki pola konsumsi baik, ada
kemungkinan memiliki kadar kolesterol tinggi, hal ini disebabkan karena menurunnya fungsi
hati dalam metabolisme kolesterol (Kartika, 2014), selain makanan, ada beberapa faktor
penyebab kolesterol tinggi yang tidak dapat dikendalikan yaitu: (1) faktor genetik, seseorang
dapat mewarisi kolesterol tinggi dari orang tuanya, disebut dengan hiperkolesteromia familial,
(2) usia dan jenis kelamin, kadar kolesterol cenderung meningkat seiring bertambah usia yakni
laki-laki di atas 45

18
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446

tahun dan perempuan diatas 55 tahun, (3) etnis, Beberapa etnis di dunia memeiliki kadar
kolesterol tinggi. Di Asia, sejumlah etnis secara alami memiliki kolesterol tinggi yaitu India,
Pakistan dan Srilangka.

Hubungan Pola konsumsi dengan kadar Koleterol pada responden perempuan


Hasil Analis bivariat pada responden perempuan menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara pola konsumsi dan kadar koleaterol pada semua kelompok umur, baik pada responden
dengan pola konsumsi baik maupun responden dengan pola konsumsi tidak baik. Korelasi
tertinggi terdapat pada responden perempuan tua dengan pola konsumsi baik ( = -0,66
(hubungan korelasi kuat) diikuti oleh kelompok remaja dengan pola konsumsi tidak baik,
perempuan tua dengan pola konsumsi tidak baik dan dewasa dengan pola konsumsi baik dengan
kriteria hubungan korelasi sedang ( = 0,40
– 0,599). Pada kelompok dewasa dengan pola konsumsi tidak baik dan kelompok remaja dengan
pola konsumsi baik terdapat hubungan yang lemah (= 0,20 – 0,399). Korelasi kuat antara pola
konsumsi baik dengan kadar koleterol pada responden perempuan yang diduga terjadi karena
adanya penurunan fungsi hati dalam melaksanakan metabolisme lemak, terutama kolesterol.
Hasil penelitian (Sugiarti & Latifah, 2011) menunjukkan bahwa responden dengan kadar
kolesterol tinggi adalah wanita, terutama pada kelompok umur diatas 40 tahun. Pada penelitian
ini juga ditemukan responden dengan kadar kolestrol yang tinggi pada usia remaja, dan juga
dewasa. Usia dewasa adalah usia produktif yang menuntut banyak gerakan fisik untuk bekerja
jadi semestinya kadar kolesterol pada kelompok usia ini rendah. Pola konsumsi memegang peran
penting pada kadar kolesterol kelompok usia dewasa. Pola konsumsi yang tidak baik
menyebabkan asupan kalori tidak seimbang dengan jumlah kalori yang digunakan sehingga
kelebihan kalori akan tersimpan dalam bentuk lemak di dalam tubuh. Hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pada kelompok remaja juga memiliki hubungan yang sedang antara pola
konsumsi dengan kadar kolesterol diduga disebabkan karena remaja yang memiliki pola
konsumsi tidak baik disebabkan karena mengikuti gaya hidup anak muda masa kini, lebih suka
dengan fast food dan junk food yang memiliki nilai gizi yang rendah dengan kadar lemak yang
tinggi. Penelitian ini memiliki pola yang sama dengan hasil penelian (Septiana, Nugroho, &
Wilujeng, 2018) yang menjelaskan bahwa frekuensi konsumsi junk food pada remaja di Malang
adalah tinggi dengan alasan rasanya yang enak. Pada penelitian ini remaja juga sering
mengkonsumsi Fried chiken dengan alasan mudah didapat. Gaya hidup remaja saat ini yang
didominasi oleh bermain gadget menyebabkan kurangnya geraka tubuh yang menyebabkan
penggunaan kalori yang semakin berkurang. Remaja cenderung senang menggunakan gadget
secara intens tanpa memperhitungkan ruang dan waktu (Sa'adah, 2015). Penelitian ini juga
dilakukan saat pandemi COVID-19, dimana remaja yang menjadi responden adalah remaja usia
sekolah. Saat pandemi kegiatan pembelajaran sekolah dilakukan secara daring atau dikenal
dengan istilah BDR (Belajar dari rumah) yang menyebabkan aktifitas remaja menjadi sangat
kurang, ditambah lagi dengan anjuran untuk stay at home, untuk mengurangi penyebaran
pandemi COVID-19 tersebut.
Tingginya kadar kolesterol dalam darah merupakan salah satu pemicu munculnya penyakit
jantung, stroke, dan diabetes mellitus. Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan risiko
terjadinya ateroklerosis yang merupakan penyebab penyakit tidak

19
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

menular yaitu (jantung, stroke, dan juga diabetes akan menjadi tinggi kadarnya apabila kadar
kolesterol yang ada di dalam melebihi batas normal (Warganegara, 2016). Kadar kolesterol yang
berlebihan yang ada dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh
darah. kolesterol tersebut akan melalui proses oksidasi dan menjadi gumpalan yang berakibat
pada penyempitan saluran pembuluh darah (Yoeantafara, 2017). Konsumsi serat secara teratur
dapat membantu menurunkan kadar kolesterol di dalam darah. Pada beberapa penelitian
menunjukkan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti kacang polong, kacang merah,
dapat menurunkan kadar kolesterol, hal ini dikarenakan serat larutair yang difermentasikan
didalam usus besar akan menghasilkan asam lemak yang berantai pendek dapat menghambat
sintesis kolesterol (Khomsa, 2007). Teori menurut Sastriamidjojo (2000), konsumsi makanan
yang tinggi lemak dan kolesterol menjadi penyebab tingginya kadar kolesterol di dalam darah.
Hati sebenarnya memiliki kontrol terhadap kolesterol, jika hati memiliki cukup kadar kolesterol,
maka akan dilakukan mekanisme penghentian pengambilan LDL yang berpengaruh terhadap
peningkatan kadar kolesterol.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurrahmani (2012) diperoleh hasil Mereka yang
memiliki risiko tinggi terhadap kadar kolesterol yang besar adalah orang – orang yang sering
mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi contohnya daging,
mentega, keju, dan juga krim.
Rasulullah SAW telah mencontohkan pada hambanya pola konsumsi yang baik, salah
satunya adalah mengkonsumsi buah anggur, buah anggur merupakan salah satu buah yang
menjadi kesukaan Rasulullah SAW, anggur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, anggur
mengandung vitamin c yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Sapie, 2017), hal ini sesuai
dengan firman ALLAH SWT dalam surat Ar- ra’d ayat 4 yang berbunyi

Artinya, dan di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun - kebun anggur,
tanaman - tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak bercabang; disirami dengan
air yang sama, tetapi Kami lebihkan tanaman yang satu dari yang lainnya dalam hal rasanya.
Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda kebesaran Allah SWT bagi hamba nya yang
memahami.
Buah kegemaran Rasulullah SAW ini mengandung substansi pterostilbene dan trigliserida
yang dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah, kinerja buah anggur ini sama efektifnya
dengan obat penurun kolesterol. Hasil uji laboratorium menunjukkan kandungan enzim yang ada
di dalam buah anggur sama seperti kinerja obat ciprofibrate yang digunakan untuk menurunkan
kolesterol jahat yang ada di dalam tubuh (Narita,2015).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
pola konsumsi dengan kadar koleterol masyarakat di Kota Bandar Lampung, baik kategori
kelompok umur remaja, dewasa, dan tua, maupun kategori jenis kelamin perempuan dan laki –
laki.

20
Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446

DAFTAR RUJUKAN
Ajhuri, F. K. (2019). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan,. (Lukman, Ed.) (1st ed.). Jogjakarta: Penebar Media Pustaka.
Anis, P., Diffah, H., & Budiyanti, W. (2019). Hubungan Frekuensi Makan di luar
Rumah dan Jumlah Uang Jajan dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswi di
Surakarta. Jurnal Gizi Dan Kesehatan. Journal Nutrition and Healt, I(2), 138–
149.
Ayu, D., Santoso, S. (2017). Hubungan Pola konsumsi (Jumlah , Jenis dan Frekwensi) Status
Gizi (Antropometri dan Survey Konsumsi) dengan Keteraturan Haid pada Renmaja Putri
di SMA Negeri 51 Jakarta Timur tahun 2015. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1), 83–92.
Azkia, F., Wahyono, T. (2018). Hubungan Pola Konsumsi Makanan beresiko dengan obesitas
sentral pada wanita usia 25-65 tahun di Bogor tahun 2011-2012. Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Indonesia, 2(1), 11–18.
Azkia, F., & Wahyono M.T. (2019). Hubungan Pola Konsumsi Makanan beresiko dengan
obesitas sentral pada wanita usia 25-65 tahun di Bogor tahun 2011-2012. Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 2(1), 11–18.
Cendanawangi, D., Tjaronosari, & Palupi, I. (2016). Ketepatan Porsi berhubngan dengan
Asupan Makan pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur, Bantul
Yogyakarta. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia, 4(1), 6–18.
Fauziah, A. (2015). Hubungan Pola konsumsi Dengan Frekuensi Kekambuhan Nyeri
Pasien Gout Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember , Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Jember: Universitas
Jember.
Infodatin. (2014). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Retrieved from www. Kemkes go.id
Joshi HS. (2011). Determinants of nutritional status of school children. A cross.
Sectional study in the western region of Nepal. Journal NJIRM, 2(1), 10–15.
Kartika, U. (2014). Pola konsumsi Sehat tetapi Kolesterol Tetap TinggiNo Title. Kompas.Com.
Retrieved from
https://health.kompas.com/read/2014/05/10/1206535/Pola.Makan.Sehat.tetapi.Kol
esterol.Tinggi.Kenapa.Diakses Juli 2020
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Strategi Nasional, Penerapan Pola Konsumsi
Makanan dan Aktifitas Fisik,untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular. Jakarta.
Kemkes. Permenkes No. 41 Tahun 2014 tentaang Pedoman Gizi Seimbang (2014).
Kemkes. (2018). Remaja Indoneia Harus sehat-Sehat Negriku. Retrieved from Kemkes go.id
Khomsan, A. (2007). Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Litbangkes Kementrian Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan Dasar 1028. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_218/Ha sil
Riskesdas 2018.pdf.Diakses Agustus 2019.
Miko, & Ampera. (2016). Hubungan Pola konsumsi Pagi dengan Status Gizi Pada
Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Aceh. Aceh: Politeknik Kesehatan Kemenkes
Aceh.

Narita, E. (2015). Bay Leaf In Dyslipidemia Therapy. Lampung University. Faculty of


Medicine. Lampung University.
Nurrahmani U. (2012). Stop! Kolesterol Tinggi. Jogjakarta: Group Relasi Inti Media.
Prabawa, D. . (2018). Perancangan Pusat Terapi Diabetes. Malng: Fakulltas Sain dan
Teknologi UniversitasIslam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
21
Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

Prabowo, A., Hastuti, W., & Kesuma, I. M. (2013). Hubungan Pola Makan dengan Peningkatan
Kadar Kolesterol Pada Lansiadi Jebres Surakarta. Motorik, 8(17), 57– 62.
Praja, & Indra, D. (2014). Islamic Food Combining Menu Sehat Nabi Muhammad.
Yogyakarta: Garudhawaca.
Sa’adah. (2015). Dampak Penggunaan Gadget terhadap Perilaku Sosial di MAN
Cirebon I Kabupaten Cirebon. Cirebon: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
IAIN Syeh Nurdjati Cirebon.
Sapie, M. J. B. (2017). Konsep Pola konsumsi Sehat Dalam Perspektif Hadis Dalam
Kitab Musnad Ahmad. Medan: Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, Universitas
Islam Negeri Sumatera Utasa.
Sarwono, J. (2009). Statistik itu Mudah: Panduan Lengkap Untuk Belajar Komputasi
Statistik Menggunkan SPSS 16. Jogjakarta: Universitas Atmajaya.
Sastromidjodjo, S. (2000). Pegangan Penata laksana Nutrisi Pasien. Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
Septiana, P., Nugroho, F., & Wilujeng, C. (2018). Konsumsi Junk food dan Serat pada Remaja
Putri Overweight dan Obesitas yang Indekos. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 30(1), 61–
67.
Shobach, N. K. (2019). Hubungan Frekuensi Makan dengan Kejadian Gastritis Santriwati
Pondok Pesantren Nurul Madinah Bangil Pasuruan. Sport and Nutrition Journal, 1(2),
58–62.
Soleha, M. (2018). Kadar Kolesterol Tinggi dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh
terhadap Kadar Koleterol Darah. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 1(2), 85–92.
Sugiarti, L., & Latifah. (2011). Hubungan Obesitas, Umur dan Jenis Kelamin terhadap
Kadar Kolesterol Darah. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa, 1(1), 73–
80.
Tahir, N. H., Ernawati, E., & Bennu, M. (2013). Faktor - Faktor yang berhubungan dengan
Status Gizi Anak Umur 6 – 12 Tahun di SDN Wilayah Kerja Puskesmas Bungi Pinrang.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 2(4), 7–15.
Universitas Psikologi. (n.d.). Perkembangan Fisik dan Kognitif yang Terjadi pada Dewasa
Awal.
Warganegara, E., & Nur, N. N. (2016). Faktor Risiko Perilaku Penyakit Tidak Menular.
Majority, 5(2), 88–94. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1082
Yoeantafara, A., & M. Santi. (2017). Pengaruh Pola Makan Terhadap Kadar Kolesterol
Total. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 13(4), 304.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v13i4.2132

22
Jurnal Keperawatan Galuh, Vol.2 No.1 (2020)

Serambi Saintia Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952
Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/JKG

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN KOLESTROL PADA LANSIA


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBAKSARI

Cicih Suarsih
Unit Pelaksana Teknis Dinas Puskesmas Tambaksari, Indonesia
(Sejarah artikel: Diserahkan Februari 2019, Diterima Desember 2019, Diterbitkan Maret 2020)

ABSTRAK
Sumber daya manusia yang prima menjadi target pembangunan nasional jangka panjang, sehingga
perhatian terhadap setiap perkemmbangan dan pertumbuhan generasi peerus sangat menjadi perhatian untuk
mempersiapkan generasi-generasi penerus yang sehat yang dapat meneruskan pembangunan bangsa dengan
penuh semangat dan inovatif, persiapan fisik yang sehat melalui pola hidup sehat, termasuk pola makan yang
seimbang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus kolestrol tinggi di seluruh dunia
mencapai 16-33 juta Insiden kolestrol tinggi (Hypercholestrolomia) di Indonesia diperkirakan paling tinggi
di dunia yaitu 350-810 kasus per 100.000 penduduk. Data yang dirilis oleh Yayasan Kolestrol Indonesia
sungguh membuat kita khawatir. Dinyatakan bahwa kasus kolestrol tinggi di Indonesia menagalami kenaikan
jumlah dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus kolestrol tinggi yang diperiksa terus meningkat.
Sejumlah penelitian di layanan kesehatan mulai tahun 2004 sampai tahun 2016 menemukan kenaikan
penederita hiperkolestero dari 23.636 orang melonjak menjadi 100.231 orang. Metode atau desain potong
lintang (cross sectional) diguakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian Uji statistik didapatkan bahwa Ada
hubungan Pola makan dengan kejadian hiperkolestrol di Posbindu Karangpaningal dengan p-value sebesar
0.000.

Kata Kunci: cross sectional, pola makan, kolesterol

PENDAHULUAN Berlebihan dalam mengkonsumsi dari salah satu


Sumber daya manusia yang prima menjadi suber lemak akan mengakibatkan kelebihan
target pembangunan nasional jangka panjang, kolesterol karena semua sumber energy yang
sehingga perhatian terhadap setiap perkemmbangan berlebihan akan disimpan dalam bentuk kolesterol.
dan pertumbuhan generasi peerus sangat menjadi Pada hakekatnya lemak memiliki manfaat
perhatian untuk mempersiapkan generasi-generasi sangat tinggi bagi tubuh manusia, lemak merupakan
penerus yang sehat yang dapat meneruskan sumber energy terbesar yaitu sebesar 9 kalori/gram,
pembangunan bangsa dengan penuh semangat dan lemak dapat melarutkan vitamin A, D, E, K, dan
inovatif, persiapan fisik yang sehat melalui pola menyediakan asam lemak esensial.
hidup sehat, termasuk pola makan yang seimbang. Setelah ada hasil penelitian yang menyatakan
adanya keterkaitan pada penyebab kematian pasien
Sumber makanan seimbang dibutuhkan oleh jantung coroner dengan kadar lemak dalam darah,
tubuh untuk mempertahankan metabolism seimbang maka lemak dianggap berbahaya dalam tubuh jika
dalam menghasilkan energy, sumber energy yang dikonsumsi secara berlebihan.
dibutuhkan adalah sumber energy yang berasal dari Kolesterol adalah lemak berbentuk seperti
lemak, karbohidrat, protein, air, mineral, tubuh lilin berwarna keputihan yang diproduksi dalam
memerlukan sejumlah kalori sesuai dengan berat jumlah besar oleh hati.
badan sesorang.

Alamat Korespondensi:
eISSN: 2656-4122
Unit Pelaksana Teknis Dinas Puskesmas Tambaksari, Indonesia
Email: cicihsuarsih@gmail.com
Itulah sebabnya hati dan jerohan mengandung
Namun jika memiliki kehidupan yang sehata
kolesterol tinggi. Kolesterol diperlukan tubuh untuk
minum-minuman keras, narkoba, rokok dan seks
memproduksi hormon dan membran sel. kelebihan
bebas, besar kemungkinan baginya untuk terkena
kolesterol dalam darah dapat menyebabkan
penyakit termasuk penyakit kolestrol tinggi.
penyempitan arteri dan dapat dipastikan akan
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyebabkan serangan jantung. Lemak jenuh sering
memperkirakan jumlah kasus kolestrol tinggi di
menjadi biang keladi tingginya kolesterol.
seluruh dunia mencapai 16-33 juta Insiden kolestrol
Kadar lemak inggi dapat menyebabkan aliran
tinggi (Hypercholestrolomia) di Indonesia
daran melambat dan memudahkan penempelan
diperkirakan paling tinggi di dunia yaitu 350-810
lemak di dinding pembeuluh darah (penimbunan
kasus per 100.000 penduduk.
plaq) dan dapat menyebabkan pembuluh darah
Data yang dirilis oleh Yayasan Kolestrol
menyempit (atherosclerosis), hal ini dapa
Indonesia sungguh membuat kita khawatir.
tmenimbulkan resiko berbagai penyakit yaitu
Dinyatakan bahwa kasus kolestrol tinggi di
gangguan pembuluh darah/jantung jantu coroner,
Indonesia pada setiap tahunnya mengalami
gangguan aliran darah ke otak/stroke, gangguan
peningkatan. Setelah tahun 2000 kasus kolestrol
darah ke ginjal/CKD dan gangguan pembuluh darah
tinggi yang terdeteksi terus melonjak. Pada tahun
perifer. kadar lemak yang tinggi merupaka pemicu
2004, beberapa penelitian di sejumlah rumah sakit
timbulnya penyakit kardiovaskular dan
menemukan berjumlah 23.636 orang sampai dengan
memperberat penyakit degenerative. Gaya hidup
tahun 2016 melonjak menjadi 100.231 orang.
terutama pola makan sangat berhubungan dengan
Posbindu di wilayah kerja puskesmas
perubahan kadar kolesterol atau lemak, dan hal ini
Tambaksari sebnyak 6 posbindu salahsatunya
sebenarnya nmerupaka faktor yang dapat
berada di Desa Karangpaningal, jumlah pengunjung
dikendalikan dan dapat dirubah.
Posbindu selama 2 tahun berjumlah 180 orang
Kolesterol tinggi pasti berhubungan dengan
dengan bermacam keluhan dan penyakit,
penyakit jantung pada pria, tetapi tidak selalu untuk
diantaranya hipertensi, DM, asam urat. Berdasarkan
wanita. Hal itu bahkan bukan masalah besar.
data dari Posbindu Karangpanilngal jumlah
Banyak dokter kemudian merekomendasikan pola
penderita hiperkolestrol dari tahun ke tahun
makan rendah lemak bagi wanita yang memiliki
mengalami peningkatan, pada tahun 2017 sebanyak
kolesterol tinggi yang juga memiliki kecenderungan
35 orang sedangkan pada tahun 2018 meningkat
memiliki gangguan penyakit kardiovaskular lainnya.
menjadi 57 orang (Rekam Medik Posbindu
Gaya hidup yang harus diperbaiki untuk
Karangpaningal, 2018).
menghindari penyakit kardiovaskular adalah
Studi pendahuluan dilakukan peneliti pada
mengatur pola hidup yang seimbang, mulai dar
bulan Desember 2018 dengan cara wawancara pada
keseimbangan antara gerak dan imobilitas, aktivitas
6 orang pengunjung posbindu, 4 orang mengatakan
dan tidur, keseimbangan makan dan olah raga.
bahwa sudah 2 bulan ini kolestrolnya mengalami
Merupakan akar dari permasalahan gangguan
kenaikan, mereka mengatakan tidak mampu
kesehatan lain.
mengontrol makanan dan tidak tau pola makan yang
Hingga saat ini penyakit kolestrol tinggi
baik,
masih menjadi masalah kesehatan bagi negara kita
2 diantaranya mengatakan bahwa mereka selalu
Indonesia. Beberapa faktor yang mempengaruhi
mengontrol makanan sehingga sudah 3 bulan
kejadian penyakit ini, yaitu kelebihan berat badan,
koletsrolnya selalu stabil dengan nilai normal 160-
aktivitas tubuh, pola makan serta sosial ekonomi.
200 mg/dl.
Orang yang memiliki pengetahuan dan perilaku
hidup sehat dengan makanan seimbang, kebersihan
tangan sebelum makan, gosok gigi dengan teratur. METODE PENELITIAN
Maka besar kemungkinan akan memiliki kesehatan Metode atau desain yang digunakan dalam
fisik yang tangguh pula. penelitian ini adalah desain penelitian potong
lintang (cross sectional) yaitu peneliti hanya
melakukan observasi dan pengukuran variabel paa
satu saat tertentu saja.

26
Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada yaitu 34 orang (53,1%) dan sehat sebanyak 30
satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna orang (46,9%).
bahwa setiap subjek hanya dikenai satu kali Tabel 2
pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau Distribusi Frekuensi kejadian hiperkolestrol
pengulangan pengukuran. Studi potong lintang Posbindu Karangpaningal
dapat diterapkan pada penelitian klinis maupun kejadian
lapangan, baik deskriptif maupun analitik. Populasi hiperkolestrol F %
dalam penelitian ini adalah semua peserta Posbindu Hiperkolestrol 35 54.7
Karangpaningal pada tahun 2019 yang berjumlah Tidak hiperkoletrol 29 45.3
180 orang. Total 64 100.0
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari
persiapan penelitian dan proposal diajukan pada Tabel 2 menunjukan bahwa kejadian
bulan Februari - Maret 2019, dan pengumpulan data hiperkolestrol responden paling banyak
dilaksanakan pada bulan maret sampai dengan bulan termasuk hiperkolestrol yaitu 35 orang (54,7%)
April 2019. Dalam penelitian ini proses dan tidak hiperkolestrol yaitu 29
pengembalian dan pengumpulan data diperoleh dari orang (45,3%).
data primer dan sekunder. Data primer didapatkan
2. Hasil Bivariat
dengan cara wawancara langsung terhadap
Tabel 3
responden menggunakan kuesioner dan daftar tilik
Tabulasi Silang Antara hubungan Pola makan
berdasarkan variabel-variabel yang diteliti,
dengan kejadian hiperkolestrol di Posbindu
sedangkan Data sekunder diperoleh dari Posbindu
Karangpaningal
Karangpaningal dan penelusuran berbagai literatur
Kejadian Tota
buku penunjang sesuai dengan kebutuhan peneliti.
hiperkolestrol l
Variable dalam penelitian ini adalah variable
indevenden (bebas) yaitu pola makan, variable Tidak
Pola Makan Hiper P
devenden nya (terkait) yaitu kejadian hiperkolestrol. hiper
kolest
Peroses pengumpulan data dilakukan selama kurang kolestr
rol
lebih empat minggu dengan berkoordinasi dengan ol
Pola Sehat 2 28 30
pihak penanggung jawab program posbindu.
Analisa data dilakukan secara univariat, mak
bivariate, dengan menggunakan uji staistik Chi- an 6.7 93.3 100.
% 0
square.
Tidak 33 1 34
sehat 0,00
HASIL PENELITIAN DAN 97.1 2.9 100.
PEMBAHASAN % 0
0
A. Hasil Penelitian Tot 35 29 64
1. Hasil Univariat al
Tabel 1 54.7 45.3 100.
Distribusi Frekuensi Status pola makan di % 0
Posbindu Karangpaningal
Pola makanF % Tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa
sehat 30 46.9 responden yang mempunyai pola makan sehat yaitu
Tidak sehat34 53.1 30 orang lebih banyak yang tidak hiperkoletrol
Total 64 100.0 yaitu 28 orang (30,0%), dan
hiperkolestrol yaitu 2 orang (6,7%), dan. Responden
Tabel 1 menunjukan bahwa pola makan yang mempunyai pola makan tidak sehat yaitu
responden paling banyak termasuk tidak sehat sebanyak 34 orang lebih banyak yang hiperkolestrol
yaitu sebanyak 33 orang (51,6%) dan tidak
hiperkolestrol sebanyak 1
orang (2,9%).
Hasil analisis data dengan menggunakan
statistik uji chi-square diperoleh nilai p-value
sebesar 0.000. karena p-value < dari alpha 0.05

27
maka menerima Ha, sehingga dapat dikatakan
Berdasarkan data pada tabel 2 terlihat bahwa
bahwa ada hubungan Pola makan dengan kejadian
kejadian hiperkolestrol responden paling banyak
hiperkolestrol di Posbindu Karangpaningal.
termasuk hiperkolestrol yaitu 35 orang (54,7%) dan
tidak hiperkolestrol yaitu 29 orang (45,3%)
B. Pembahasan Dari hasil penelitan terhadap pola makan
Dari tabel 1 terlihat bahwa pola makan
terlebihnya responden sering kali mengonsumsi
responden paling banyak termasuk tidak sehat yaitu
lemak yang mengandung lemak hewani. Dilihat dari
34 orang (53,1%) dan sehat sebanyak 30
jenis kelamin terbesar dialami pada perempuan
orang (46,9%).
(64,1%) karena, wanita lebih tinggi dari laki-laki
Lemak adalah zat nutiri yang sangat
disebabkan faktor hormonal, wanita lebih tinggi
dibutuhkan oleh tubuh baik esensial maupun non
mengonsumsi makanan mengandung lemak lebih
esensial yang semuanya ada di alam dan mudah
terjangkau dan lebih enak.
larut dalam pelarut organic tetpi tidak mudah laur
Kolesterol adalah suatu subtansi seperti lilin
dalam air. Suatu lemak didefinisikan sebagai
yang berwarna putih, secara alami ditemukan
senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak
didalam tubuh kita. Kolesterol merupakan salah
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
jenis lemak dan merupakan zat gizi yang dibutuhkan
nonpolar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter
oleh tubuh sebagi sumber energy i samping zat gizi
(Nurrahmani, 2012)
yang lain, seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan
Ada beberapa sumber utama lemak makanan
mineral. Lemak merupakan salah satu sumber energi
adalah lemak yang tidak terlihat adalah lemak yang
yang diperlukan oleh tubuh kita yang memberikan
secara alamiah terdapat dalam bahan makanan.
kalori paling tinggi. Selain sebagai sumber energy
Bahan makanan sumber energy protein protein tidak
lemak juga berperan pening dalam pembentukan
terlihat adalah daging, telur, biji-bijian dan kacang-
dinding-diding sel dalam tubu manusiaterutama
kacangan, lemak kasat mata yaitu lemak yang
untuk untuk ..
terlihat oleh mata biasanya seperti minyak goreng,
Kolesterol adalah zat sejenis lemak putih.
gajih, atau jeroan, margarin, dan lemak yang
Kolesterol dapat kita temukan dalam sebagian jenis
ditambahkan; lemak komersial ditambahakan
makanan yang kita konsumsi. Kolesterol juga dibuat
kedalam makanan seperti : pie, ice cream, kue dan
melalui perantara semua sel-sel tubuh. Tetapi
makanan yang digoreng (Nurrahmani, 2012). Dalam
paling penting adalah sel liver. Sebagian jenis
hal pemilihan makanan dan waktu makan manusia
kolesterol merupakan kebutuhan pokok untuk
dipengaruhi salah satunya adalah usia. Di posbindu
kesehatan tubuh. Kolesterol tidak hanya berperan
tawalian rata-rata usia responden paling banyak
sebagai materi pembentuk dinding sel, tetapi juga
yaitu usia < 65 tahun sebanyak 35 orang (54,7%).
menjadi kebutuhan pokok sekresi hormon- hormon
Nutrisi sangat berguna untuk menjaga
tertentu. Pada umumnya hati manusia memproduksi
kesehatan dan mencegah penyakit. Masalah
sekitar 70%-75% kolesterol dalam darah.
kelainan gizi bukan hanya kekurangan nutrisi tetapi
Sedangkan untuk 25%-30% kebutuhan lainnya
dapat juga berupa kelebihan nutrisi atau makan-
dipenuhi oleh nutrisi yang kita makan sehari- hari.
makanan yang kurang seimbang. Bahkan, saat ini
Kolersterol yang dikonsumsi secara seimbang sesuai
banyak kejadian penyakit yang diakibatkan oleh
porsi tubh akan memberikan manfaat yang baik bagi
ketidaksesuaian pola makan yang seimbang.
tubuh , namun bila dikonsumsi secara berlebihan
Dimana sebagian besar di posbindu tawalian pola
akan menimbulkan berbaga penyakit (Bull, 2007).
makannya tidak sehat dikarenakan akhir-akhir ini
Kagar kolesterol darah yang tinggi
banyaknya orang lebih senang mengkomsumsi
menyebabkan kekentalan dara meningkat, aliran
makanan yang instan tanpa memperhatikan
darah melambat dan aliran oksigen juha menurun.
keseimbangan gizi pada makanan yang dikomsumsi.
Gejala yang timbul dari hiperkolesterol biasanya
sama dengan gejala

28
kurang oksigen seperti sakit kepala dan pegal- sesuai target yang disarankan dalam panduan
pegal. Banyak juga di antara orang-orang yang pengobatan. Di Indonesia, kegagalan ini bahkan
mengalami kolesterol tinggi tanpa gejala. Apabila mencapai 70%. Jumlah yang sangat besar. Tidak
kolesterol tidak normal akan terjadi penumpukan mengherankan jika penyakit- penyakit seperti
plaq dalam dinding pembuluh darah akibat jantung koroner dan stroke masih menjadi salah satu
kolesterol penyakit kardiovaskular dan penurunan faktor terbesar terjadinya kematian di Indonesia
suplay darah ke otak akan terjadi.. Tidak hanya (Misnadiarly, 2007).
kedua penyakit mematikan tersebut, ternyata Rendang, gulai otak sapi, telur balado,
pembuluh darah yang terganggu juga dapat tongseng kambing adalah contoh menu-menu
menyebabkan impotensi. Selain memicu terjadinya masakan asli Indonesia yang terkenal kelezatannya.
penyakit Namun, menyantap hidangan berprotein hewani
- penyakit yang mematikan tersebut, biasanya tersebut sering dibayangi risiko kenaikan kolesterol
orang-orang yang mengalami kolesterol tinggi juga tinggi. Terutama bagi mereka yang frekuensi
cenderung mudah sakit. Tanpa sebab mereka sering makannya sangat sering dan tidak diimbangi dengan
diserang sakit kepala, badan pegal-pegal tanpa pola hidup yang sehat. Kuning telur, otak sapi,
sebab, atau bahkan sesak napas (Nurrahmani, 2012). daging sapi, daging kambing dan udang adalah
Hasil analisis data dengan menggunakan sederetan produk hewani yang jika dikonsumsi
statistik uji chi-square diperoleh nilai p-value berlebihan dapat meningkatkan risiko kolesterol
sebesar 0.000. karena p-value < dari alpha 0.05 tinggi (Bull, 2007).
maka menerima Ha, sehingga dapat dikatakan Kolesterol merupakan zat di dalam tubuh
bahwa ada hubungan Pola makan dengan kejadian yang berguna untuk membantu pembentukan
hiperkolestrol di Posbindu Karangpaningal. Hal ini dinding sel, garam empedu, hormon, dan vitamin D
juga dapat disebabkan oleh Faktor gaya hidup serta sebagai penghasil energi. Sumber utamanya
seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, kurang berasal dari organ hati (sekitar 70%) dan sisanya
olahraga serta makanan-makanan yang banyak bersumber dari makanan yang masuk ke dalam
mengandung lemak. tubuh. Kolesterol dalam kadar normal jelas
dimana semakin banyak makan makanan berdampak positif bagi tubuh. Namun, bila sudah
berlemak, maka semakin tinggi pula kadar melewati batas normal maka akan timbul dampak
kolesterol dalam darah. Hal ini sesuai dengan negatif bagi kesehatan, terutama dalam jangka
pendapat Nurrahmani, (2012) yang menyatakan panjang.
orang yang beresiko memiliki kadar kolesterol Penyebab utama penyakit hiperkolestrol di
tinggi adalah mereka yang menerapkan pola makan posbindu tawalian adalah responden mengkonsumsi
yang mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi. gula dan lemak terlalu banyak, malas bergerak.
Lemak jenuh (ditemukan di daging, mentega, keju Kondisi ini diperparah lagi dengan kebiasaan
dan krim). Meningkatkan kadar kolesterol LDL manusia zaman sekarang yang maunya serba praktis
dalam darah. Namun, pola makan yang sehat dapat sehingga cenderung tidak aktif dan sedikit bergerak
menurunkan kadar kolesterol sekitar 5- 10%, Upaya menekan angka penderita
bahkan lebih Mengurangi asupan lemak jenuh hiperkolestrol ditempuh melalui penanganan tepat,
(menggantinya dengan lemak tak jenuh tunggal dan yang meliputi diet (pengaturan makan), olahraga
lemak tak jenuh ganda ) dan makan lebih banyak terukur, dan pengobatan di bawah pengawasan
buah, salad, sterol tumbuhan dan kedelai juga dapat dokter. Selain menurunkan kadar kolesterol,
membantu. Cara memasak seperti memanggang pengobatan dapat mencegah serangan jantung atau
yang lebih sehat daripada menggoreng juga dapat stroke.
dilakukan.
Survei terkini di 8 negara Asia melaporkan,
SIMPULAN
50% penduduk Asia gagal menurunkan kadar
Pola makan responden paling banyak
kolesterol jahat mereka
termasuk tidak sehat yaitu 34 orang (53,1%).
Kejadian hiperkolestrol paling banyak termasuk
hiperkolestrol yaitu 35 orang (54,7%)
Ada hubungan Pola makan dengan kejadian
hiperkolestrol di Posbindu Karangpaningal dengan p-
value sebesar 0.000.

29
DAFTAR PUSTAKA
Bull E, Archad. 2007. Nyeri Punggung. Jakart:
Erlangga
Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko
Beberapa Penyaki. Jakarta: Pustaka.
Nurrahmani, Ulfah. 2012. Stop Hipertensi.
Yogyakarta: Familia

30
ANALISIS JURNAL

PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL


Nama Populasi Intervensi Perbandingan Hasil Waktu
Peneliti
Alodiea Populasi dalam Pada Dalam jurnal Berdasarkan Penelitian
Yoeantafara penelitian ini penelitian ini utama pengaruh pola ini
adalah seluruh peneliti pengaruh pola makan dilakukan
pasien yang melakukan makan terhadap kadar Puskesma
memiliki kadar observasiona terhadap kolesterol di s Mulyo
kolesterol total l yang kadar dapatkan hasil rejo.
tinggi, bersifat kolesterol bahwa terdapat
sedangkan analitik total. Peneliti hubungan
populasi karena ingin melakukan konsumsi pola
kontrol adalah menganalisis observasional makan dengan
seluruh pasien hubungan yang bersifat kadar
yang memiliki antar analitik kolesterol
kadar variabel. kepada pasien menjadi tinggi.
kolesterol Desain yang kolesterol
normal. digunakan tinggi dan
Sampel dalam kolesterol
diambil secara penelitian ini normal.
acak adalah case Peneliti
menggunakan control. mendapatkan
simple random hasil pola
sampling. makan tinggi
Untuk serat memiliki
menentukan OR yang
populasi bermakna
penelitian dan sedangkan
sampel usia dan pola
penelitian makan tinggi
terdapat lemak tidak
kriteria inklusi signifikan.
dan ekslusi. Dalam
Kriteria inklusi penelitian
yang jurnal
diterapkan pembanding
adalah pasien kajian
berumur ≥40 hubungan
tahun. pola
Sedangkan konsumsi
kriteria ekslusi dengan kadar
yang kolesterol
diterapkan masyarakat di
adalah pasien kota Bandar
dengan lampung.
obesitas, Populasi
pasien yang dalam
melakukan penelitian ini
olahraga scara adalah
rutin 5 hari seluruh
dalam masyarakat
seminggu yang ada di
selama 30 Kota Bandar
menit. Lampung,
dengan teknik
pengambilan
sampel yaitu
stratified
random
sampling.Dan
didapatkan
hasil bahwa
bahwa
terdapat
hubungan
konsumsi
pola makan
dengan kadar
koleterol
masyarakat di
Kota Bandar
Lampung,bai
k kategori
kelompok
umur remaja,
dewasa, dan
tua, maupun
kategori jenis
kelamin
perempuan
dan laki– laki.
Dalam
penelitian
jurnal
pembanding
kajian
hubungan
pola makan
dengan
kejadian
kolesterol
pada lansia di
wilayah kerja
puskesmas
tambak sari.
Metode atau
desain yang
digunakan
dalam
penelitian ini
adalah desain
penelitian
potong
lintang (cross
sectional)
yaitu peneliti
hanya
melakukan
observasi dan
pengukuran
variabel pada
saat tertentu
saja. Dan
didapatkan
hasil bahwa
bahwa
terdapat
hubungan
konsumsi
pola makan
dengan kadar
koleterol.

Anda mungkin juga menyukai