Anda di halaman 1dari 7

KEMAS 9 (1) (2013) 37-43

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

OBESITAS SENTRAL DAN KADAR KOLESTEROL DARAH TOTAL

Aulia Dewi Listiyana, Mardiana, Galuh Nita Prameswari

Pelayanan Kesehatan Aisyah Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Obesitas sentral/abdominal dapat diketahui melalui indikator rasio lingkar pinggang
Diterima 4 Januari 2013 dan panggul (RLPP). Obesitas sentral sangat erat hubungannya dengan terjadinya
Disetujui 25 Februari 2013 sindroma metabolik yang salah satu tandanya adalah peningkatan kolesterol darah total.
Dipublikasikan Juli 2013
Masalah Penelitian adalah bagaimana hubungan obesitas sentral dengan kadar kolesterol
Keywords: darah total pada wanita usia 45 - 54 tahun. Tujuan penelitian untuk mengetahui
Cholesterol; hubungan obesitas sentral dengan kadar kolesterol darah total pada wanita usia 45 -
Central Obesity; 54 tahun. Metode penelitian explanatory research dengan pendekatan cross sectional.
Women. Populasi dalam penelitian ini adalah 276 wanita di Kelurahan Plalangan Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified
random sampling, dengan jumlah sampel 81. Teknik analisis data yang digunakan adalah
uji Chi-Square dengan = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,7% sampel
mengalami obesitas sentral dan 16% sampel mempunyai kadar kolesteol darah total
termasuk hiperkolesterolemia. Hasil analisis data menunjukkan ada hubungan antara
obesitas sentral dengan kadar kolesterol darah total (p=0,001). Simpulan penelitian, ada
hubungan antara obesitas sentral dengan kadar kolesterol darah total.

CENTRAL OBESITY AND TOTAL BLOOD CHOLESTEROL LEVELS

Abstract
Central obesity/abdominal can be seen in the ratio of waist and hip circumference (RLPP).
Central obesity is closely related to the occurrence of metabolic syndrome, one sign is an
increase in total blood cholesterol. Research problem was how the relationship of central
obesity with total blood cholesterol levels in women aged 45-54 years. Research purpose to
determine the relationship of central obesity with total blood cholesterol levels in women aged
45-54 years. Explanatory research methods with cross sectional approach. The population
in this study were 276 women in Plalangan village, Gunungpati District of Semarang, used
stratified random sampling, amounts 81. The data analysis technique used Chi-Square test
with = 0.05 . The results showed that 61.7% of samples had central obesity and 16% of
samples having total blood kolesteol levels including hypercholesterolemia. The results of
data analysis showed no association between central obesity with total blood cholesterol
levels (p=0.001). The conclusions, there was no association between central obesity with
total blood cholesterol levels.

2013 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196


Jalan Graha Mukti Raya Semarang
E-mail: auliadewilistiyana@hotmail.com
Aulia Dewi Listiyana, Mardiana, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 9 (1) (2013) 37-43

Pendahuluan Obesitas yang menetap selama periode waktu


tertentu, kilokalori yang masuk melalui
Obesitas telah menjadi masalah makanan lebih banyak dapat menyebabkan
kesehatan dan gizi masyarakat dunia, baik di terjadinya gangguan sistem metabolik berupa
negara maju maupun negara berkembang. Di hiperkolesterolemia.
Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar Pengaturan metabolisme kolesterol akan
(Riskesdas) tahun 2007 melaporkan bahwa berjalan normal apabila jumlah kolesterol
11,7% orang dewasa berumur 18 tahun dalam darah mencukupi kebutuhan dan tidak
mengalami obesitas dan berdasarkan Riset melebihi jumlah normal yang dibutuhkan.
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 Namun pada obesitas dikatakan dapat
meningkat 11,65%. terjadinya gangguan pada regulasi asam lemak
Obesitas merupakan suatu kondisi yang akan meningkatkan kadar trigliserida dan
ketidakseimbangan antara tinggi badan dan ester kolesteril (Brunner, 2007; Sniderman,
berat badan akibat jumlah jaringan lemak 2007). Orang yang mempunyai berat badan
tubuh yang berlebihan, umumnya ditimbun lebih seringkali mempunyai kadar kolesterol
dalam jaringan subkutan, sekitar organ tubuh darah yang lebih tinggi bila dibandingkan
dan kadang terjadi infiltrasi ke dalam organ dengan orang yang berat badannya normal.
tubuh. Obesitas terdiri dari 2 macam yaitu Peningkatan kolesterol darah juga dapat
obesitas umum dan obesitas sentral/abdominal. disebabkan oleh kenaikkan kolesterol yang
Obesitas umum dapat diketahui melalui terdapat pada verylow- density lipoprotein
indikator IMT 30,0 34,9 (Susce, 2005; Tarpey, dan lowdensity lipoprotein sekunder karena
2007; Appleton, 2006), sedangkan obesitas peningkatan trigliserida yang besar dalam
sentral/abdominal dapat diketahui melalui sirkulasi apabila terjadi penumpukan lemak
indikator rasio lingkar pinggang dan panggul berlebihan di dalam tubuh (Santos, 2005; Thais,
(RLPP). Menurut WHO (2008) batasan RLPP 2011).
untuk obesitas sentral negara Asia termasuk Kolesterol adalah zat alamiah dengan
Indonesia pada laki-laki adalah > 0,90 dan pada sifat fisik berupa lemak tetapi memiliki
perempuan > 0,85. rumus steroida. Kolesterol merupakan bahan
Prevalensi obesitas sentral di Indonesia pembangun esensial bagi tubuh untuk sintesis
sebesar 7,2% pada laki-laki dan 46,3% pada zat-zat penting seperti membran sel dan bahan
perempuan (Farida et al, 2010). Riskesdas isolasi sekitar serat saraf, begitu pula hormon
tahun 2007 di Jawa Tengah melaporkan kelamin, dan anak ginjal, vitamin D, serta
prevalensi obesitas sentral pada penduduk asam empedu. Namun, apabila dikonsumsi
umur 15 tahun keatas sebesar 18,4%. dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan
Prevalensi obesitas sentral di Kota Semarang peningkatan kolesterol dalam darah yang
sebesar 21,1%. Obesitas sentral tertinggi pada disebut hiperkolesterolemia, bahkan dalam
kelompok umur 45-54 tahun (25,1%), umur jangka waktu yang panjang bisa menyebabkan
35-44 tahun (22,8%), umur 25-34 (16,7%), dan kematian. Kadar kolesterol darah cenderung
terendah pada kelompok umur 15-24 tahun meningkat pada orang-orang yang gemuk,
(8,1%), seperti halnya dengan obesitas umum, kurang berolahraga, dan perokok (Iman, 2004;
prevalensi obesitas sentral tertinggi terjadi Beydaun, 2008).
pada perempuan (28,4%) dibandingkan laki- Kolesterol secara normal diproduksi
laki (7,2%). sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat.
Prevalensi obesitas sentral di Kelurahan Tetapi ia bisa meningkat jumlahnya karena
Plalangan Kecamatan Gunungpati Kota asupan makanan yang berasal dari lemak
Semarang pada wanita kelompok umur 35- hewani seperti daging ayam, usus ayam, telur
65 tahun sebesar 64,4%. Penelitian Wira ayam, burung dara, telur puyuh, daging bebek,
(2006) menyebutkan bahwa obesitas sentral telur bebek, daging kambing, daging sapi, sosis
mempunyai hubungan dengan tekanan darah, daging, babat, ampela, paru, hati, bakso sapi,
kadar glukosa darah, kadar trigliserid yang gajih sapi, susu sapi, ikan air tawar, kepiting,
tinggi, kolesterol dan kadar adiponektin. udang, kerang, belut, cumi-cumi (Welborn,

38
Aulia Dewi Listiyana, Mardiana, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 9 (1) (2013) 37-43

Tabel 1. Obesitas Sentral


No. Status Obesitas Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Obesitas Sentral 50 61,7
2 Tidak Obesitas Sentral 31 38,3
Total 81 100

2007; Wang, 2005). kolesterol darah, dan pola makan. Analisis


Penyakit yang disebabkan tingginya data dilakukan dengan analisis univariat dan
kadar kolesterol diantaranya aterosklerosis abivariat menggunakan program SPSS 17.
(penyempitan pembuluh darah), penyakit Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan
jantung koroner, stroke, dan tekanan darah antara obesitas sentral dengan kadar kolesterol
tinggi. Kadar kolesterol total darah sebaiknya darah total menggunakan uji Chi-Square .
adalah < 200 mg/dl, bila 200 mg/dl berarti
risiko untuk terjadinya penyakit jantung Hasil dan Pembahasan
meningkat. Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan bahwa Hasil dari penelitian pada wanita usia 45-
kelompok usia 45-54 tahun beresiko tinggi 54 tahun di Kelurahan Plalangan Kecamatan
terkena penyakit serangan jantung atau stroke. Gunungpati Kota Semarang menunjukan
Studi pendahuluan pada 10 wanita yang bahwa 61,7% (50 orang) mengalami obesitas
berusia 45-54 tahun di Kelurahan Plalangan sentral. Responden yang tidak mengalami
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, obesitas sentral sebanyak 38,3% (31 orang).
diperoleh hasil sebanyak 6 wanita (60%) Obesitas sentral terjadi jika selama
mengalami obesitas sentral dengan kadar periode tertentu, energi yang masuk melalui
kolesterol darah total 200 mg/dl sebanyak 3 makanan lebih banyak daripada energi yang
wanita (50%), dan kadar kolesterol darah total < digunakan untuk menunjang kebutuhan energi
200 mg/dl sebanyak 3 wanita (50%), sedangkan tubuh, yang kemudian disimpan menjadi
4 wanita yang tidak mengalami obesitas sentral lemak. Kelebihan lemak disimpan dalam
dengan kadar kolesterol darah total 200 bentuk trigliserid di jaringan lemak, selain itu,
mg/dl sebanyak 1 wanita (25 %) dan kadar modernisasi gaya hidup, tingginya asupan-
kolesterol darah total < 200 mg/dl sebanyak asupan kalori, rendahnya aktivitas fisik juga
3 wanita (75%). Berdasarkan latar belakang merupakan akibat dari meningkatnya obesitas
tersebut, maka ingin diteliti hubungan antara sentral (Andriani, 2012).
obesitas sentral dengan kadar kolesterol total Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP)
pada wanita usia 45 54 tahun. merupakan salah satu indikator adanya obesitas
sentral. Obesitas sentral merupakan bagian dari
Metode suatu keadaan obesitas umum, World Health
Organization (WHO) tahun 2006 menyatakan
Jenis penelitian ini adalah observasional bahwa obesitas merupakan suatu kondisi
analitik, dengan rancangan cross sectional. yang berisiko terhadap munculnya penyakit
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh degeratif. Obesitas sentral dapat terjadi pada
wanita usia 45-54 tahun di Kelurahan Plalangan laki-laki atau perempuan. Keadaan obesitas
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang sentral dipengaruhi oleh tidak seimbangnya
berjumlah 276 orang. Pengambilan sampel asupan energi dan kurangnya aktivitas fisik
dalam penelitian ini menggunakan teknik sehingga akumulasi lemak lebih banyak terjadi
stratified random sampling. Sampel penelitian di bagian perut karena sel lemak di bagian
berjumlah 81 wanita usia 45-54 tahun yang perut lebih besar (Pusparini, 2007).
sehat, tidak dalam keadaan sakit. Penelitian yang sama juga dilakukan
Pengumpulan data dengan mengukur oleh Adam di Teheran pada tahun 2004.
lingkar pinggang dan lingkar panggul, kadar Dalam penelitian yang melibatkan 4449

39
Aulia Dewi Listiyana, Mardiana, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 9 (1) (2013) 37-43

Tabel 2. Kadar Kolesterol Darah Total


No. Kadar Kolesterol Darah Total Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Hiperkolesterolemia (>240 mg/dl) 13 16
2 Perbatasan Hingga Tinggi (200-239 mg/dl) 22 27,2
3 Normal (< 200 mg/dl) 46 56,8
Total 81 100

Tabel 3. Pola Makan


No Pola Makan Frekuensi (n) Persentase(%)
1 Tinggi ( 300 mg/hari) 45 55,6
2 Baik ( < 300mg/hari) 36 44,4
Total 81 100

wanita berusia 18-74 tahun didapatkan hasil darah, meningkatkan kesegaran jasmani.
bahwa RLPP merupakan indikator yang Peningkatan kadar kolesterol darah total
paling baik yang digunakan untuk screening pada responden selain dipengaruhi dengan
risiko penyakit kardiovaskular yang meliputi adanya obesitas sentral juga dipengaruhi oleh
hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes beberapa faktor antara lain asupan tinggi
mellitus dan dislipidemia dibandingkan dengan kolesterol, merokok dan kurangnya aktivitas
antropometri lainnya seperti IMT dan lingkar olah raga (Iman, 2004). Jika kadar kolesterol
pinggang atau lingkar perut saja (Septina, dkk, darah tidak dijaga melalui pola hidup yang
2010). sehat dan mengatur pola makan yang baik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa maka akan terjadi peningkatan kadar kolesterol
sebagian besar responden mempunyai kadar darah yang disebut hiperkolesterolemia.
kolesterol darah total termasuk dalam kategori Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan
normal, yaitu sebanyak 56,8% (46 orang), dimana kadar kolesterol tinggi dalam darah.
responden dengan kadar kolesterol darah total Keadaan ini bukanlah suatu penyakit tetapi
yang termasuk kategori perbatasan hingga gangguan metabolik yang bisa menyumbang
tinggi sebanyak 27,2% (22 orang) dan kategori dalam terjadinya berbagai penyakit terutama
hiperkolesterolemia sebanyak 16% (13 orang). penyakit kardiovaskuler.
Responden mempunyai kadar kolesterol Hasil wawancara menggunakan food
darah total dalam kategori normal dikarenakan frequency semi quantitative pada 81 responden
konsumsi kolesterol dari mereka dalam berdasarkan batas konsumsi kolesterol per hari
kategori baik dan sebagian dari mereka teratur dapat disajikan pada tabel 3 distribusi frekuensi.
mengikuti senam aerobik setiap 2 kali seminggu Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dan ada yang mengikuti senam lansia setiap sebanyak 55,6% (45 orang) responden memiliki
hari minggu. Olah raga yang cukup minimal pola makan tinggi kolesterol, sedangkan
3 kali dalam seminggu dengan lama waktu 44,4% (36 orang) responden yang memiliki
45 menit. Olahraga yang dianjurkan adalah pola makan dalam kategori baik. Keadaan
olahraga yang melibatkan otot-otot besar tubuh tersebut disebabkan karena pola makan dan
seperti paha, lengan atas serta pinggul, seperti pemilihan makanan responden yang kurang
senam aerobik, jalan kaki, berenang, jogging tepat dan kurang sehat seperti makanan siap
atau bersepeda. Manfaat olahraga yang teratur saji dan sering mengkonsumsi makanan
dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol, tinggi kolesterol serta kurangnya aktivitas
memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 fisik sehari-hari yang dapat menyebabkan
ke miokard, menurunkan berat badan sehingga penimbunan lemak tubuh penyebab risiko
lemak tubuh yang berlebihan berkurang penyakit degeneratif. Konsumsi kolesterol yang
bersama-sama dengan menurunkan LDL dianjurkan adalah 300 mg sehari (Almatsier,
kolesterol, membantu menurunkan tekanan 2002). Kolesterol dapat membahayakan tubuh

40
Aulia Dewi Listiyana, Mardiana, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 9 (1) (2013) 37-43

jika jumlahnya berlebihan. Bila terdapat dalam hormon kelamin, dan anak ginjal, vitamin D,
jumlah yang terlalu banyak di dalam darah, serta asam empedu (Iman, 2004). Agar dapat
kolesterol dapat membentuk endapan pada befungsi dengan baik, tubuh membutuhkan
dinding pembuluh darah. Endapan tersebut asupan kolesterol < 300 mg/hari (Almatsier,
dapat menyebabkan penyempitan pembuluh 2002). Apabila makanan sumber kolesterol
darah yang dinamakan aterosklerosis. dikonsumsi dalam jumlah berlebih dapat
Hasil wawancara menggunakan food menyebabkan peningkatan kolesterol dalam
frequency (FFQ) semi kuantitatif yaitu jenis darah yang disebut hiperkolesterolemia,
sumber kolesterol yang sering dikonsumsi bahkan dalam jangka waktu yang panjang bisa
responden berasal dari lemak hewani seperti menyebabkan kematian (Iman, 2004).
daging ayam, usus ayam, telur ayam, burung Peningkatan kadar kolesterol darah
dara, telur puyuh, daging bebek, telur bebek, total tidak hanya dipengaruhi oleh obesitas
daging kambing, daging sapi, sosis daging, sentral saja, namun juga dipengaruhi oleh pola
babat, ampela, paru, hati, bakso sapi, gajih makan yang tinggi kolesterol yang setiap hari
sapi, susu sapi, ikan air tawar, kepiting, udang, dikonsumsi juga bisa menjadi faktor pendukung
kerang, belut, cumi-cumi. meningkatnya kadar kolesterol darah total
Hasil penelitian Rustika tahun 2007 karena jika asupan kolesterol dikonsumsi
melaporkan bahwa dalam kehidupan sehari- secara berlebihan secara terus menerus akan
hari, pada umumnya masyarakat menggunakan mengakibatkan penimbunan lemak tubuh
minyak goreng untuk mengolah makanan, baik yang bisa menganggu sensitivitas insulin dalam
untuk lauk-pauk maupun untuk makanan kecil, tubuh jika tidak diimbangi dengan aktivitas
hasil olahannya disebut makanan gorengan. fisik dan olah raga yang teratur.
Makanan gorengan yang digoreng dengan Berdasarkan tabel 4, didapatkan nilai p
minyak yang mengandung asam lemak jenuh value 0,001 (p < 0,05) artinya ada hubungan
jika dikonsumsi akan dimetabolisme, yang pada antara obesitas sentral dengan kadar kolesterol
akhirnya akan membentuk kolesterol dalam darah total pada wanita usia 45-54 tahun di
darah. Penambahan 1% asam lemak jenuh dari Kelurahan Plalangan Kecamatan Gunungpati
makanan gorengan mengandung 2,17 mg/dl kota Semarang. Keadaan tersebut karena
kolesterol total dan 2,38 mg/dl kolesterol LDL. sebagian besar responden terkena obesitas
Jika makanan gorengan dikonsumsi secara sentral. Selain itu, pola makan dan pemilihan
berlebihan, di dalam tubuh akan menyebabkan makanan responden yang kurang tepat
penimbunan lemak dan bisa meningkatkan dan kurang sehat seperti makanan siap saji
kadar kolesterol dalam tubuh. dan sering mengkonsumsi makanan tinggi
Kolesterol adalah zat alamiah dengan kolesterol serta kurangnya aktivitas fisik sehari-
sifat fisik berupa lemak tetapi memiliki hari yang dapat menyebabkan penimbunan
rumus steroida. Kolesterol merupakan bahan lemak tubuh penyebab risiko penyakit
pembangun esensial bagi tubuh untuk sintesis degeneratif.
zat-zat penting seperti membran sel dan Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP)
bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu pula yang melebihi normal adalah penanda adanya

Tabel 4. Hubungan Obesitas Sentral dengan Kadar Kolesterol Darah Total


Kadar Kolesterol
Perbatasan p
Normal Hiperkolesterolemia Total
Hingga Tinggi
N % N % N %
Obesitas Sentral 21 45,7 19 86,4 11 84,6 51
Tidak Obesitas
25 54,3 3 13,6 2 15,4 30 0,001
Sentral
Jumlah 46 100 22 100 13 100 81

41
Aulia Dewi Listiyana, Mardiana, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 9 (1) (2013) 37-43

obesitas sentral yang merupakan salah 45-54 tahun sebagai sampel penelitian.
satu komponen risiko terjadinya sindroma
metabolik (SM) yang salah satunya adalah Daftar Pustaka
terjadinya peningkatan kadar kolesterol darah
total. Seseorang dengan obesitas mempunyai Almatsier, S, 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta :
risiko tinggi mengalami retensi insulin dan PT. Gramedia Pustaka Utama
komplikasi metabolik seperti diabetes mellitus Andriani, E. & Sofwan, I. 2012. Determinan Status
Gizi pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kemas.
tipe 2, hipertrigliseridemia, dan penurunan
7 (2): 122-126
kolesterol HDL (high density lipoprotein), Appleton, S.L. 2006. Central obesity is associated
hipertensi serta penyakit kardiovaskular with nonatopic but not atopic asthma in a
(Pusparini, 2007). representative population sample. Journal
Obesitas sentral yang menetap selama of Allergy and Clinical Immunology, 118(6):
periode waktu tertentu, kilokalori yang 12841291
masuk melalui makanan lebih banyak dapat Beydoun, M.A. 2008. Ethnic differences in dairy
menyebabkan terjadinya gangguan metabolik and related nutrient consumption among
yang berupa hiperkolesterolemia. Pengaturan US adults and their association with obesity,
metabolisme kolesterol akan berjalan normal central obesity, and the metabolic syndrome.
Am J Clin Nutr., 87(6): 1914-1925
apabila jumlah kolesterol darah mencukupi
Brunner, E.J. 2007. Prospective Effect of Job Strain
kebutuhan dan tidak melebihi dari jumlah on General and Central Obesity in the
normal yang dibutuhkan. Namun pada Whitehall II Study. Am. J. Epidemiol., 165(7):
obesitas sentral dikatakan dapat terjadinya 828-837
gangguan pada regulasi asam lemak yang akan Farida et al. 2010. Hubungan Diabetes Mellitus
meningkatkan kadar trigliserida dan ester dengan Obesitas Berdasarkan Indeks Masa
kolesteril. Peningkatan kolesterol darah juga Tubuh dan Lingkar Pinggang. Buletin
dapat disebabkan oleh kenaikkan kolesterol Penelitian Kesehatan. 38 (1): 32-42.
yang terdapat pada verylow-density lipoprotein Iman, S. 2004. Serangan Jantung dan Stroke
dan lowdensity lipoprotein sekunder karena Hubungannya dengan Lemak & Kolesterol.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
peningkatan trigliserida yang besar dalam
Pusparini. 2007. Obesitas Sentral, Sindroma
sirkulasi apabila terjadi penumpukan lemak Metabolik dan Diabetes Melitus tipe 2.
berlebihan didalam tubuh. Universa Medicina, 28(4): 195-204
Riskesdas. 2007. Prevalensi obesitas, diabetes dan
Penutup obesitas sentral menurut kelompok umur 15
tahun di Jawa tengah. Balitbangkes Depkes
Ada hubungan antara obesitas sentral 2008.
dengan kadar kolesterol darah total pada Santos, A.C. 2005. Central obesity as a major
wanita usia 45-54 tahun di Kelurahan Plalangan determinant of increased high-sensitivity
Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. C-reactive protein in metabolic syndrome.
International Journal of Obesity, 29: 1452
Sebagian besar responden yang mengalami
1456
obesitas sentral memiliki pola makan tinggi Septina, T. dkk. 2010. Studi Validitas Indeks masa
kolesterol (7300 mg/hari). Hal tersebut Tubuh dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
dikarenakan pola makan dan pemilihan (RLPP) Terhadap Profil Lipid pada Pasien
makanan responden yang kurang tepat dan Rawat Jalan di Poli Jantung RSUP Dr. Sardjito
kurang sehat, seperti makanan siap saji dan Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 7
makanan tinggi kolesterol (1): 34-40.
Sniderman, A.D. 2007. Why might South Asians
Ucapan Terimakasih be so susceptible to central obesity and its
atherogenic consequences? The adipose
tissue overflow hypothesis. Int. J. Epidemiol.,
Peneliti mengucapkan terimakasih atas
36(1): 220-225
kesediaan dan kerjasama kepada masyarakat Susce, M.T. 2005. Obesity and associated
Kelurahan Plalangan Kecamatan Gunungpati complications in patients with severe mental
Kota Semarang, terutama wanita yang berusia illnesses: a cross-sectional survey. The Journal

42
Aulia Dewi Listiyana, Mardiana, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 9 (1) (2013) 37-43

of Clinical Psychiatry, 66(2): 167-173 2 diabetes among men. Am J Clin Nutr.,


Tarpey, P.S. 2007. Mutations in CUL4B, Which 81(3): 555-563
Encodes a Ubiquitin E3 Ligase Subunit, Welborn, T.A. 2007. Preferred clinical measures
Cause an X-linked Mental Retardation of central obesity for predicting mortality.
Syndrome Associated with Aggressive European Journal of Clinical Nutrition, 61:
Outbursts, Seizures, Relative Macrocephaly, 13731379
Central Obesity, Hypogonadism, Pes Cavus,
Wira, G. dkk. 2006. Hubungan Antara Obesitas
and Tremor. AJHG, 80(2): 345-352
Sentral dengan Adiponektin pada Pasien
Thais, C. 2011. A Systematic Review of the Literature
and Collaborative Analysis With Individual Geriatri dengan Penyakit Jantung Koroner.
Subject Data. J Am Coll Cardiol., 57(19): Jurnal penyakit dalam, 7(2)
1877-1886 World Health Organization. 2008. Waist
Wang, Y. 2005. Comparison of abdominal adiposity Circumference And Waist-Hip Ratio. Report
and overall obesity in predicting risk of type of a WHO Expert Consultation, Geneva.

43

Anda mungkin juga menyukai