Abstract
Central obesity/abdominal can be seen in the ratio of waist and hip circumference (RLPP).
Central obesity is closely related to the occurrence of metabolic syndrome, one sign is an
increase in total blood cholesterol. Research problem was how the relationship of central
obesity with total blood cholesterol levels in women aged 45-54 years. Research purpose to
determine the relationship of central obesity with total blood cholesterol levels in women aged
45-54 years. Explanatory research methods with cross sectional approach. The population
in this study were 276 women in Plalangan village, Gunungpati District of Semarang, used
stratified random sampling, amounts 81. The data analysis technique used Chi-Square test
with = 0.05 . The results showed that 61.7% of samples had central obesity and 16% of
samples having total blood kolesteol levels including hypercholesterolemia. The results of
data analysis showed no association between central obesity with total blood cholesterol
levels (p=0.001). The conclusions, there was no association between central obesity with
total blood cholesterol levels.
38
Aulia Dewi Listiyana, Mardiana, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 9 (1) (2013) 37-43
39
Aulia Dewi Listiyana, Mardiana, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 9 (1) (2013) 37-43
wanita berusia 18-74 tahun didapatkan hasil darah, meningkatkan kesegaran jasmani.
bahwa RLPP merupakan indikator yang Peningkatan kadar kolesterol darah total
paling baik yang digunakan untuk screening pada responden selain dipengaruhi dengan
risiko penyakit kardiovaskular yang meliputi adanya obesitas sentral juga dipengaruhi oleh
hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes beberapa faktor antara lain asupan tinggi
mellitus dan dislipidemia dibandingkan dengan kolesterol, merokok dan kurangnya aktivitas
antropometri lainnya seperti IMT dan lingkar olah raga (Iman, 2004). Jika kadar kolesterol
pinggang atau lingkar perut saja (Septina, dkk, darah tidak dijaga melalui pola hidup yang
2010). sehat dan mengatur pola makan yang baik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa maka akan terjadi peningkatan kadar kolesterol
sebagian besar responden mempunyai kadar darah yang disebut hiperkolesterolemia.
kolesterol darah total termasuk dalam kategori Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan
normal, yaitu sebanyak 56,8% (46 orang), dimana kadar kolesterol tinggi dalam darah.
responden dengan kadar kolesterol darah total Keadaan ini bukanlah suatu penyakit tetapi
yang termasuk kategori perbatasan hingga gangguan metabolik yang bisa menyumbang
tinggi sebanyak 27,2% (22 orang) dan kategori dalam terjadinya berbagai penyakit terutama
hiperkolesterolemia sebanyak 16% (13 orang). penyakit kardiovaskuler.
Responden mempunyai kadar kolesterol Hasil wawancara menggunakan food
darah total dalam kategori normal dikarenakan frequency semi quantitative pada 81 responden
konsumsi kolesterol dari mereka dalam berdasarkan batas konsumsi kolesterol per hari
kategori baik dan sebagian dari mereka teratur dapat disajikan pada tabel 3 distribusi frekuensi.
mengikuti senam aerobik setiap 2 kali seminggu Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dan ada yang mengikuti senam lansia setiap sebanyak 55,6% (45 orang) responden memiliki
hari minggu. Olah raga yang cukup minimal pola makan tinggi kolesterol, sedangkan
3 kali dalam seminggu dengan lama waktu 44,4% (36 orang) responden yang memiliki
45 menit. Olahraga yang dianjurkan adalah pola makan dalam kategori baik. Keadaan
olahraga yang melibatkan otot-otot besar tubuh tersebut disebabkan karena pola makan dan
seperti paha, lengan atas serta pinggul, seperti pemilihan makanan responden yang kurang
senam aerobik, jalan kaki, berenang, jogging tepat dan kurang sehat seperti makanan siap
atau bersepeda. Manfaat olahraga yang teratur saji dan sering mengkonsumsi makanan
dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol, tinggi kolesterol serta kurangnya aktivitas
memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 fisik sehari-hari yang dapat menyebabkan
ke miokard, menurunkan berat badan sehingga penimbunan lemak tubuh penyebab risiko
lemak tubuh yang berlebihan berkurang penyakit degeneratif. Konsumsi kolesterol yang
bersama-sama dengan menurunkan LDL dianjurkan adalah 300 mg sehari (Almatsier,
kolesterol, membantu menurunkan tekanan 2002). Kolesterol dapat membahayakan tubuh
40
Aulia Dewi Listiyana, Mardiana, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 9 (1) (2013) 37-43
jika jumlahnya berlebihan. Bila terdapat dalam hormon kelamin, dan anak ginjal, vitamin D,
jumlah yang terlalu banyak di dalam darah, serta asam empedu (Iman, 2004). Agar dapat
kolesterol dapat membentuk endapan pada befungsi dengan baik, tubuh membutuhkan
dinding pembuluh darah. Endapan tersebut asupan kolesterol < 300 mg/hari (Almatsier,
dapat menyebabkan penyempitan pembuluh 2002). Apabila makanan sumber kolesterol
darah yang dinamakan aterosklerosis. dikonsumsi dalam jumlah berlebih dapat
Hasil wawancara menggunakan food menyebabkan peningkatan kolesterol dalam
frequency (FFQ) semi kuantitatif yaitu jenis darah yang disebut hiperkolesterolemia,
sumber kolesterol yang sering dikonsumsi bahkan dalam jangka waktu yang panjang bisa
responden berasal dari lemak hewani seperti menyebabkan kematian (Iman, 2004).
daging ayam, usus ayam, telur ayam, burung Peningkatan kadar kolesterol darah
dara, telur puyuh, daging bebek, telur bebek, total tidak hanya dipengaruhi oleh obesitas
daging kambing, daging sapi, sosis daging, sentral saja, namun juga dipengaruhi oleh pola
babat, ampela, paru, hati, bakso sapi, gajih makan yang tinggi kolesterol yang setiap hari
sapi, susu sapi, ikan air tawar, kepiting, udang, dikonsumsi juga bisa menjadi faktor pendukung
kerang, belut, cumi-cumi. meningkatnya kadar kolesterol darah total
Hasil penelitian Rustika tahun 2007 karena jika asupan kolesterol dikonsumsi
melaporkan bahwa dalam kehidupan sehari- secara berlebihan secara terus menerus akan
hari, pada umumnya masyarakat menggunakan mengakibatkan penimbunan lemak tubuh
minyak goreng untuk mengolah makanan, baik yang bisa menganggu sensitivitas insulin dalam
untuk lauk-pauk maupun untuk makanan kecil, tubuh jika tidak diimbangi dengan aktivitas
hasil olahannya disebut makanan gorengan. fisik dan olah raga yang teratur.
Makanan gorengan yang digoreng dengan Berdasarkan tabel 4, didapatkan nilai p
minyak yang mengandung asam lemak jenuh value 0,001 (p < 0,05) artinya ada hubungan
jika dikonsumsi akan dimetabolisme, yang pada antara obesitas sentral dengan kadar kolesterol
akhirnya akan membentuk kolesterol dalam darah total pada wanita usia 45-54 tahun di
darah. Penambahan 1% asam lemak jenuh dari Kelurahan Plalangan Kecamatan Gunungpati
makanan gorengan mengandung 2,17 mg/dl kota Semarang. Keadaan tersebut karena
kolesterol total dan 2,38 mg/dl kolesterol LDL. sebagian besar responden terkena obesitas
Jika makanan gorengan dikonsumsi secara sentral. Selain itu, pola makan dan pemilihan
berlebihan, di dalam tubuh akan menyebabkan makanan responden yang kurang tepat
penimbunan lemak dan bisa meningkatkan dan kurang sehat seperti makanan siap saji
kadar kolesterol dalam tubuh. dan sering mengkonsumsi makanan tinggi
Kolesterol adalah zat alamiah dengan kolesterol serta kurangnya aktivitas fisik sehari-
sifat fisik berupa lemak tetapi memiliki hari yang dapat menyebabkan penimbunan
rumus steroida. Kolesterol merupakan bahan lemak tubuh penyebab risiko penyakit
pembangun esensial bagi tubuh untuk sintesis degeneratif.
zat-zat penting seperti membran sel dan Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP)
bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu pula yang melebihi normal adalah penanda adanya
41
Aulia Dewi Listiyana, Mardiana, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 9 (1) (2013) 37-43
obesitas sentral yang merupakan salah 45-54 tahun sebagai sampel penelitian.
satu komponen risiko terjadinya sindroma
metabolik (SM) yang salah satunya adalah Daftar Pustaka
terjadinya peningkatan kadar kolesterol darah
total. Seseorang dengan obesitas mempunyai Almatsier, S, 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta :
risiko tinggi mengalami retensi insulin dan PT. Gramedia Pustaka Utama
komplikasi metabolik seperti diabetes mellitus Andriani, E. & Sofwan, I. 2012. Determinan Status
Gizi pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kemas.
tipe 2, hipertrigliseridemia, dan penurunan
7 (2): 122-126
kolesterol HDL (high density lipoprotein), Appleton, S.L. 2006. Central obesity is associated
hipertensi serta penyakit kardiovaskular with nonatopic but not atopic asthma in a
(Pusparini, 2007). representative population sample. Journal
Obesitas sentral yang menetap selama of Allergy and Clinical Immunology, 118(6):
periode waktu tertentu, kilokalori yang 12841291
masuk melalui makanan lebih banyak dapat Beydoun, M.A. 2008. Ethnic differences in dairy
menyebabkan terjadinya gangguan metabolik and related nutrient consumption among
yang berupa hiperkolesterolemia. Pengaturan US adults and their association with obesity,
metabolisme kolesterol akan berjalan normal central obesity, and the metabolic syndrome.
Am J Clin Nutr., 87(6): 1914-1925
apabila jumlah kolesterol darah mencukupi
Brunner, E.J. 2007. Prospective Effect of Job Strain
kebutuhan dan tidak melebihi dari jumlah on General and Central Obesity in the
normal yang dibutuhkan. Namun pada Whitehall II Study. Am. J. Epidemiol., 165(7):
obesitas sentral dikatakan dapat terjadinya 828-837
gangguan pada regulasi asam lemak yang akan Farida et al. 2010. Hubungan Diabetes Mellitus
meningkatkan kadar trigliserida dan ester dengan Obesitas Berdasarkan Indeks Masa
kolesteril. Peningkatan kolesterol darah juga Tubuh dan Lingkar Pinggang. Buletin
dapat disebabkan oleh kenaikkan kolesterol Penelitian Kesehatan. 38 (1): 32-42.
yang terdapat pada verylow-density lipoprotein Iman, S. 2004. Serangan Jantung dan Stroke
dan lowdensity lipoprotein sekunder karena Hubungannya dengan Lemak & Kolesterol.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
peningkatan trigliserida yang besar dalam
Pusparini. 2007. Obesitas Sentral, Sindroma
sirkulasi apabila terjadi penumpukan lemak Metabolik dan Diabetes Melitus tipe 2.
berlebihan didalam tubuh. Universa Medicina, 28(4): 195-204
Riskesdas. 2007. Prevalensi obesitas, diabetes dan
Penutup obesitas sentral menurut kelompok umur 15
tahun di Jawa tengah. Balitbangkes Depkes
Ada hubungan antara obesitas sentral 2008.
dengan kadar kolesterol darah total pada Santos, A.C. 2005. Central obesity as a major
wanita usia 45-54 tahun di Kelurahan Plalangan determinant of increased high-sensitivity
Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. C-reactive protein in metabolic syndrome.
International Journal of Obesity, 29: 1452
Sebagian besar responden yang mengalami
1456
obesitas sentral memiliki pola makan tinggi Septina, T. dkk. 2010. Studi Validitas Indeks masa
kolesterol (7300 mg/hari). Hal tersebut Tubuh dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
dikarenakan pola makan dan pemilihan (RLPP) Terhadap Profil Lipid pada Pasien
makanan responden yang kurang tepat dan Rawat Jalan di Poli Jantung RSUP Dr. Sardjito
kurang sehat, seperti makanan siap saji dan Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 7
makanan tinggi kolesterol (1): 34-40.
Sniderman, A.D. 2007. Why might South Asians
Ucapan Terimakasih be so susceptible to central obesity and its
atherogenic consequences? The adipose
tissue overflow hypothesis. Int. J. Epidemiol.,
Peneliti mengucapkan terimakasih atas
36(1): 220-225
kesediaan dan kerjasama kepada masyarakat Susce, M.T. 2005. Obesity and associated
Kelurahan Plalangan Kecamatan Gunungpati complications in patients with severe mental
Kota Semarang, terutama wanita yang berusia illnesses: a cross-sectional survey. The Journal
42
Aulia Dewi Listiyana, Mardiana, Galuh Nita Prameswari / KEMAS 9 (1) (2013) 37-43
43