Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X

Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan Diet, Aktivitas Fisik, Dan Kadar
Kolesterol Total Pasien Hiperkolesterolemia Di Puskesmas

Putri Indriyana¹, Teuku Tahlil1, Mudatsir2


¹Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111
2
Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111

Abstrak
Therapeutic Lifestyle Change (TLC) merupakan hal penting dalam pengelolaan hiperkolesterolemia mencakup penurunan
asupan lemak jenuh dan kolesterol, pemilihan bahan makanan yang dapat menurunkan kadar LDL, penurunan berat
badan, dan peningkatan aktivitas fisik yang teratur. Perubahan gaya hidup sangat dipengaruhi oleh motivasi diri dan
lingkungan yang memerlukan konseling gizi yang baik dan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi pengaruh pemberian Therapeutic Lifestyle Change (TLC) terhadap pengaturan diet, aktivitas fisik dan
kadar kolesterol total di puskesmas Kota sigli Kabupaten Pidie. Penelitian pre experiment dengan pre and post test non
equivalent group design melibatkan 40 responden ( 20 responden kelompok intervensi dan 20 responden kelompok
kontrol). Data dianalisis menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan TLC berpengaruh terhadap pengaturan
diet (P=0,000), aktivitas fisik (P=0,004) dan kadar kolesterol total (P=0,000) Artinya pemberian TLC mempengaruhi
pengaturan diet, aktivitas fisik dan kadar kolesterol total pasein hiperkolesterolemia dan TLC bermanfaat bagi penderita
hiperkolesterolemia.

Kata Kunci : Therapeutic Lifestyle Change, Pengaturan Diet, Aktivitas Fisik, Kadar koleterol total

Abstract
Therapeutic Lifestyle Change (TLC) is important of management with hypercholesterolemia including a decrease in
saturated fat and cholesterol intake, selection of food ingredients that can reduce LDL levels, lose weight, and increase
regular physical activity. Lifestyle changes are strongly influenced by self motivation and environment support that
requires good and sustainable nutritional counseling. The purpose of this study was to identify the effect of Therapeutic
Lifestyle Change (TLC) on diet regulation, physical activity and total cholesterol levels in the sigli city health center of Pidie
Regency. Pre-experiment research with pre and post test non equivalent group design involved 40 respondents (20
respondents in the intervention group and 20 respondents in the control group). Data were analyzed using Wilcoxon test.
The results showed that TLC had an effect on diet (P = 0,000), physical activity (P = 0,004) and total cholesterol level (P =
0,000) This means that TLC affects dietary regulation, physical activity and total cholesterol level of hypercholesterolemic
patients and TLC is beneficial for sufferers hypercholesterolemia.

Keywords : Therapeutic Lifestyle Change, Diet Setting, Physical Activity, Total cholesterol level

Korespondensi:

* Indriyana, Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala,


Darussalam, Banda Aceh. Email : putri.indriyana89@gmail.com

rinaaja880@gmail.com
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

Latar Belakang Bangka Belitung dan Kepulauan Riau dengan

Hiperkolesterolemia adalah suatu keadan angka prevalensi lebih dari 50%. Angka

dimana kadar kolesterol didalam darah prevalensi hiperkolesterolemia untuk wilayah

melebihi batas normal (> 200 mg/dl) dan lebih Pidie diperkirakan akan meningkat sebesar

spesifik bila peningkatan kadar kolesterol LDL 3.1 % dari tahun 2015 sampai 2016. Laporan

puasa tanpa disertai peningkatan kadar rekap Penyakit Tidak Menular (PTM) dari

trigliserida (National Institutes of Health, Dinas Kesehatan Pidie mengatakan angka

2012). kunjungan pasien hiperkolesterolemia pada


tahun 2016 berjumlah 170 orang ( Dinas

Di Indonesia, prevalensi hiperkolesterolemia Kesehatan Pidie, 2017).

pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3%


dan meningkat sesuai dengan pertambahan Penatalaksanaan hiperkolesterolemia di

usia hingga 15,5% pada kelompok usia 55-64 Indonesia menurut Perkumpulan

tahun (Depkes RI, 2012). Dari jumlah itu, 80% Endokrinologi Indonesia (PERKENI), sesuai

pasien meninggal mendadak akibat serangan dengan National Cholesterol Education

jantung, dan 20%-nya tidak menampakkan Program- Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP

gejala sebelumnya. Hal ini disebabkan karena III) terdiri atas terapi farmakologis dan terapi

konsumsi makanan yang mengandung non farmakologis (National Institutes of

kolesterol dalam jumlah berlebihan, sehingga Health, 2012). Terapi farmakologis, berupa

dapat menyebabkan kadar kolesterol total obat-obatan, tergantung dari jumlah faktor

dalam darah melebihi batas normal risiko yang dimiliki dan besar risiko penyakit

(Soeharto, 2014). Kadar kolesterol pada jantung koroner (PJK), sedangkan terapi non-

orang dewasa dinyatakan tinggi apabila farmakologis terdiri atas therapeutic lifestyle

mencapai nilai lebih dari 240 mg/dl sedangkan change (TLC). (National Institutes of Health,

pada anak-anak dan remaja nilai kolesterol 2012).

total yang mencapai 200 mg/dl atau lebih


sudah dinyatakan tinggi (Brookes, 2010). Menurut konsensus Perkeni (2012),
therapeutic lifestyle change (TLC) merupakan

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 bagian dari pendidikan kesehatan yang tidak

menunjukkan angka prevalensi hanya melibatkan pengetahuan dan

hiperkolesterolemia tertinggi di Indonesia ketrampilan, tetapi juga konseling gizi jika

terdapat di provinsi Aceh, Sumatra Barat, diperlukan untuk memfasilitasi gaya hidup
113
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

(Poretsky, 2010). Therapeutic lifestyle change puskesmas juga memberikan keterangan


(TLC) menggunakan pedoman konseling dan bahwa belum adanya konseling gizi atau
intervensi perilaku untuk meningkatkan terapi apapun yang diberikan oleh petugas
pengetahuan mengenai kolesterol dan puskesmas untuk pasien yang memiliki kadar
meningkatkan keterampilan individu dan kolesterol total diatas 240 mg/dl, hanya
keluarga dalam mengelola diberikan obat antihiperlipidimia saja,
hiperkolesterolemia (Jack, Liburd, Spencer & sedangkan untuk pasien diabetes sudah ada
Airhihenbuwa, 2014). konseling yang diberlakukan setiap kali
berobat di puskesmas tersebut. Berdasarkan
Penelitian terkait diperoleh ; Cheng., et.al, paparan di atas maka perlu dilakukan
(2010) tentang konseling gizi pada penderita penelitian tentang pengaruh therapeutic
hiperkolesterolemia, menunjukkan bahwa lifestyle change (TLC) terhadap pengaturan
klien yang mendapat konseling yang dilakukan diet, aktivitas fisik, dan kadar kolesterol total
secara berkesinambungan untuk menilai pasien dengan hiperkolesterolemia di
asupan nutrisi klien pada saat perubahan puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie.
maupun pemeliharaan, mengalami
Metodologi
penurunan kolesterol LDL yang bermakna
Desain penelitian adalah quasi experimental
(rata-rata 6-7%), sedangkan pada kelompok
dengan rancangan pre and post test non
kontrol terjadi penurunan kadar kolesterol
equivalent group design. Penelitian dilakukan
LDL yang tidak bermakna (rata-rata <1%).
di Puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie pada
bulan April 2018. Populasi dalam penelitian ini
Berdasarkan laporan dari sistem pencatatan
adalah seluruh pasien hiperkolesterolemia
dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP)
yang berobat ke Puskesmas Kota Sigli
didapatkan hiperkolesterolemia merupakan
Kabupaten Pidie selama periode 6 bulan
salah satu penyakit kedua terbesar yang
sebanyak 104 orang. Dari 104 paien, hanya 70
banyak didapatkan di kabupaten Pidie setelah
Pasien yang terdaftar menjadi anggota
diabetes mellitus. Dari hasil survey awal yang
prolanis dan yang aktif mengikuti kegiatan
dilakukan peneliti didapatkan jumlah
prolanis dan rutin periksa ke Puskesmas Kota
penderita hiperkolesterolemia di puskesmas
Sigli. Teknik sampling yang digunakan yaitu
kota Sigli kabupaten Pidie pada tahun 2016
simple random sampling, yang memenuhi
sebanyak 104 angka kunjungan (Profil
kriteria berjumlah 40 orang dan ini dibagi dua
Puskesmas Kota Sigli, 2017). Perawat
114
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

kelompok yaitu 20 responden kelompok Analisis data meliputi analisis univariat dan
intervensi dan 20 responden kelompok bivariat. Analisis univariat menganalisis
kontrol. Instrumen penelitian menggunakan karakteristik responden. Analisis bivariat
kuesioner. menggunakan non parametrik wilcoxon rank
test untuk melihat peerbedaan antara pre test
Metode pengumpulan data dilakukan dalam dan post test pada kelompok kontrol dan
beberapa tahapan. Pretest diberikan pada intervensi.
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
yang dilaksanakan satu minggu sebelum Hasil
intervensi yaitu pada waktu dan tempat yang Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Hiperkolesterolemia Di Puskesmas
berbeda. Intervensi TLC dilaksanakan pada
Kota Sigli Kabupaten Pidie 2018.
tanggal 11 April - 2 Mei 2018 di Aula Variabel Demografi Kelompok Kelompok
Kontrol (n=20) Perlakuan (n=20)
Puskesmas Sigli Kabupaten Pidie oleh peneliti F % F %
Jenis Kelamin
dibantu 3 enumerator. Intervensi TLC Laki-Laki 0 0,00% 3 15,0%
Perempuan 20 100% 17 85,0%
diberikan seminggu 2 kali dengan durasi Kelompok Umur
< 36 Tahun 0 0,00% 2 10,0%
waktu setiap pertemuan (1 sesi) 45 menit 36-45 Tahun 12 60,0% 12 60,0%
46-55 Tahun 8 40,0% 5 25,0%
dengan penyajian materi menggunakan >55 Tahun 0 0,00% 1 5,0%
Pendidikan
proyektor dan pada saat selesai intervensi SD 2 10,0% 1 5,0%
SMP 2 10,0% 1 5,0%
setiap responden diberikan leaflet. TLC terdiri SMA 15 75,0% 13 65,0%
PT 1 5,0% 5 25,0%
dari 3 sesi yaitu : Pekerjaan
IRT 18 90,0% 13 65,0%
Petani 1 5,0% 2 10,0%
Sesi 1 dan 2 yaitu intervensi penyuluhan PNS 1 5,0% 5 25,0%
Lama Menderita
kesehatan tentang penyakit Hiperkolesterolemia
1 Tahun 1 5,0% 1 5,0%
hiperkolesterolemia dan pengaturan diet. Sesi 2 Tahun 9 45,0% 6 30,0%
3 Tahun 7 35,0% 11 55,0%
3 yaitu intervensi penyuluhan kesehatan 4 Tahun 3 15,0% 2 10,0%
Rutinitas Berobat
tentang latihan fisik pada penderita Tidak Rutin 1 5,0% 9 45,0%
Rutin 19 95,0% 11 55,0%
hiperkolesterolemia. Post test dilakukan pada Terapi Medis
Tidak Ada 1 5,0% 9 45,0%
kelompok kontrol dan intervensi dengan Obat Minum 19 95,0% 11 55,0%
Tekanan Darah
menggunakan soal yang sama dengan pretest. Optimal 6 30,0% 8 40,0%
Normal 4 20,0% 7 35,0%
Postest dilakukan satu minggu setelah Normal Tinggi 5 25,0% 4 20,0%
Hipertensi Derejat1 5 25,0% 1 5,0%
intervensi yaitu pada waktu dan tempat yang
berbeda.
115
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa pada Berdasarkan tabel 2 menunujukkan bahwa,


kelompok kontrol hampir semuanya Frekuensi pengaturan diet pada kelompok
responden perempuan (100%) yang kontrol terdapat perbedaan antara pretest
kebanyakan berumur antara 36-45 tahun dan post test walaupun tidak signifikan. Nilai
(60%), rata-rata lulusan SMA (75%), hampir pretest kelompok kontrol untuk diet tinggi
semuanya bekerja sebagai Ibu rumah tangga kolestrol (75%) pada saat posttest menurun
(90%), sebagian dari responden menderita (65%) , secara statistik, pada kelompok
hiperkolesterolemia 2 tahun (45%) dan kontrol tidak ada pengaruh yang bermakna
hampir semuanya rutin berobat dengan antara Therapeutic Lifestyle Changes (TLC)
menggunakan terapi medis/minum obat terhadap pengaturan diet responden,
(95%), Sebagian kecil memiliki tekanan darah dibuktikan dengan p value 0.157. Sedangkan
rata-rata optimal (30%). Sedangkan pada frekuensi pengaturan diet pada kelompok
kelompok perlakuan sebagian kecil intervensi terdapat perbedaan yang signifikan
respondennya laki-laki (15%), kebanyakan antara pretest dan post test setelah diberikan
responden berumur antara 36-45 tahun perlakuan (TLC). Secara statistik, pada
(60%), rata-rata lulusan SMA (65%) denga kelompok intervensi ada pengaruh yang
pekerjaan Ibu rumah tangga (65%), lama signifikan antara Therapeutic Lifestyle
menderita hiperkolesterolemia 3 tahun (55 Changes (TLC) terhadap pengaturan diet
%), dan rutin berobat (55%) dengan responden, dibuktikan dengan p value 0.000
menggunakan terapi medis/minum obat
Tabel 3 Distribusi Hasil Pengaruh Therapeutic
(55%), tekanan darah rata-rata optimal (40%).
Lifestyle Changes (TLC) Terhadap Aktivitas
Fisik Penderita Hiperkolesterolemia Di
Puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie 2018.
Tabel 2 Distribusi Hasil Pengaruh Therapeutic Aktivitas Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
Lifestyle Changes (TLC) Terhadap Pengaturan Fisik (n=20) (n=20)
Diet Penderita Hiperkolesterolemia Di Pretest Postest Prestest Posttest
Puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie 2018. F % F % F % F %
Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan Ringan 10 50,0 4 20,0 9 45,0 1 5,0
Pengatura (n=20) (n=20) Sedang 9 45,0 12 60,0 8 40,0 14 70,0
n Diet Pretest Postest Prestes Postest Berat 1 5,0 4 20,0 3 15,0 5 25,0
F % F % F % F % Wilcoxon
Tinggi 1 75, 1 65, 1 75, 0 0,0 Signed p=0,270 p=0,004
Kolesterol 5 0 3 0 5 0 0 Rank Test
Rendah 5 25, 7 35, 5 25, 2 100 Berdasarkan tabel 3 menunujukkan bahwa,
Kolesterol 0 0 0 0
Wilcoxon Frekuensi aktivitas fisik pada kelompok
Signed p=0,157 p=0,000
Rank Test kontrol terdapat perbedaan antara pretest
dan post test walaupun tidak signifikan. Nilai
116
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

pretest kelompok kontrol untuk aktivitas dan setelah postest 203.45, besar kadar
ringan (50%) pada saat posttest menurun kolesterol tersebut masih berada dalam batas
(20%), secara statistik, pada kelompok tinggi kadar kolesterol dengan standar deviasi
kontrol tidak ada pengaruh yang bermakna pretest 24,00 dan postest 52,75, semakin
antara Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) besar nilai standar deviasi maka semakin
terhadap aktivitas fisik, dapat diketahui dari beragam kadar kolesterol reponden. Hasil uji
nilai signifikan > 0,05 (p-value = 0,270). wilcoxon diperoleh perbedaan rata-rata kadar
Sedangkan frekuensi aktivitas fisik pada kolesterol tidak berpengaruh nyata
kelompok intervensi terdapat perbedaan yang Therapeutic Lifestyle Changes terhadap kadar
signifikan antara pretest dan post test setelah kolesterol diketahui dari nilai signifikan > 0,05
diberikan perlakuan (TLC). Frekuensi aktivitas (p-value=0,073). Sedangkan nilai mean pretest
ringan pada kelompok intervensi sebanyak pada kelompok intervensi 217.45 dan setelah
45% dan kemudian turun 5% setelah postest 191.25, besar kadar kolesterol
diberikan edukasi Therapeutic Lifestyle tersebut berada dalam batas normal kadar
Changes (TLC). Secara statistik, pada kolesterol dengan standar deviasi pretest
kelompok intervensi ada pengaruh yang 22.19 dan postest 9.153. Hasil uji wilcoxon
signifikan anatara Therapeutic Lifestyle diperoleh perbedaan rata-rata kadar
Changes (TLC) terhadap aktifitas fisik kolesterol ada pengaruh yang signifikan
responden, dapat diketahui dari nilai antara Therapeutic Lifestyle Changes terhadap
signifikan < 0,05 (p-value = 0,000). kadar kolesterol diketahui dari nilai signifikan
< 0,05 (p-value=0,000).
Tabel 4 Distribusi Hasil Pengaruh Therapeutic
Lifestyle Changes (TLC) Terhadap Kadar PEMBAHASAN
Kolesterol Penderita Hiperkolesterolemia Di
Puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie 2018. Hasil penelitian menunjukkan secara statistik,
Kelompok Kontrol (n=20) Kelompok Perlakuan (n=20)
Sebelu Pretest Postest Prestes Postest
m dan Mea SD Mea SD Mea SD Mea SD pada kelompok kontrol tidak ada pengaruh
sesudah n n n n
TCL yang bermakna antara Therapeutic Lifestyle
Kadar 225,6 24,0 203,4 52,7 217,4 22,1 191,2 9,15
Kolester 0 0 5 5 5 9 5 3 Changes (TLC) terhadap pengaturan diet
ol
Wilcoxo responden, dibuktikan dengan p value 0.157.
n p=0,073 p=0,000
Signed
Rank Sedangkan frekuensi pengaturan diet pada
Test
kelompok intervensi terdapat perbedaan yang
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa nilai signifikan antara pretest dan post test setelah
mean pretest pada kelompok kontrol 225.60 diberikan perlakuan (TLC) dengan nilai
117
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

bermakna (p-value = 0.000. Kesimpulan yang masing individu serta meningkatkan konsumsi
didapatkan terjadi peningkatan pengaturan serat dan mengurangi konsumsi lemak
diet setelah intervensi. Pengaturan diet berlebih. Kebutuhan kalori biasanya dihitung
berhubungan secara langsung pada kadar berdasarkan berat badan, jenis kelamin,
kolesterol. Suatu jurnal penelitian umur, dan aktivitas fisik penderita
menunjukkan kadar kolesterol dan LDL_C hiperkolesterolemia yang pada dasarnya
dapat diubah secara substansial oleh ditujukan untuk mencapai atau
perubahan diet atau pola makan (J indon mempertahankan berat badan ideal. Jika
Med, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh modifikasi diet diaplikasikan secara benar,
Rosmawati, et al (2013) yaitu penelitian yang dapat mengontrol kadar kolesterol pada
menggunakan design quasi eksperimen penderita hiperkolesterolemia (Perkeni,
dengan 7 minggu program supportive 2006). Pemberian therapeutic lifestyle change
developmental nursing, dihasilkan bahwa pada penderita hiperkolesterolemia
terdapat perbedaan yang signifikan sebelum merupakan salah satu tindakan preventif
dan sesudah diberikan konseling gizi. Setiap mandiri yang dilakukan oleh perawat untuk
individu memiliki pola makan yang meningkatkan pemahaman dan pengetahuan.
mengandung zat gizi yang dapat digunakan
oleh tubuh. Pengetahuan gizi dapat Rendahnya tingkat pengetahuan pengaturan
memegang peranan penting terhadap tata diet pada penderita hiperkolesterolemia
cara penggunaan pangan dengan baik dapat mengakibatkan sikap acuh tak acuh
sehingga akan mencapai kebutuhan gizi yang terhadap penggunaan bahan makanan
seimbang. Tingkat pengetahuan gizi ini akan tertentu, walaupun bahan makanan tersebut
dapat menentukan perilaku seesorang untuk cukup tersedia dan mengandung zat gizi.
memperbaiki pola konsumsi makanan yang Therapeutic Lifestyle Change ini dapat
umumnya dipandang lebih baik dan dapat ditingkatkan dengan cara membentuk
diberikan sedini mungkin (Almatsier, 2004). keyakinan pada diri sendiri sehingga
seseorang dapat berperilaku sesuai dengan
Prinsip pengaturan diet pada penderita kehidupan sehari-hari dalam mengatur pola
hiperkolesterolemia hampir sama dengan makan.
anjuran makan untuk masyarakat umum,
yaitu pola makan yang seimbang dan sesuai Hasil penelitian juga didapatkan faktor diet
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing- merupakan masalah terbesar yang dihadapi
118
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

responden. Kesulitan utama yang paling mengatakan aktivitas fisik yang dilakukan
sering dijumpai adalah kesulitan untuk secara teratur jelas mempengaruhi faktor
menahan keinginan makan, baik makanan resiko yang berhubungan dengan
berlemak. Hal ini berakibat pada tidak hiperkolesterolemia dan aktivitas fisik
terkontrolnya intake kalori serta tidak berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah
teraturnya jumlah dan jenis makanan. misalnya aktivitas fisik yang rendah akan
Kesulitan lain yang cukup signifikan dalam mendorong keseimbangan energi ke arah
mengontrol kadar kolesterol darah responden positif sehingga mengarah pada peyimpanan
adalah sulitnya menahan keinginan untuk energi dan pada penambahan berat badan,
makan makanan berlemak. akibatnya akan berpengaruh pada
peningkatan kadar kolesterol darah, begitu
Hasil penelitian menunjukkan, pada kelompok pula sebaliknya (sihadi, 2006). Berdasarkan
kontrol tidak ada pengaruh yang bermakna hasil penelitian hubungan antara konsumsi
antara Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) pangan dan aktivitas fisik dengan kadar
terhadap aktivitas fisik responden, dapat kolesterol darah pria dan wanita dewasa di
diketahui dari nilai signifikan > 0,05 (p-value = Bogor pada tahun 2013 didapatkan hasil
0,270). Hal ini disebabkan karena proporsi bahwa tingkat aktivitas fisik dan jenis kelamin
responden yang beraktivitas ringan dan berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol
berisiko hiperkolesterolemia, tidak jauh darah (P<0.05). Hasil penelitian Shirazi (2008)
berbeda dengan responden yang beraktivitas menyatakan hal yang sama yaitu olah raga
berat dan berisiko hiperkolesterolemia teratur dapat menurunkan kadar kolesterol
sehingga menunjukkan tidak ada pengaruh darah secara signifikan dan meningkatkan
yang bermakna. Sedangkan frekuensi aktivitas kadar HDL dalam darah.
fisik pada kelompok intervensi terdapat
perbedaan yang signifikan antara pretest dan Pada penelitian yang dilakukan oleh Asli
post test setelah diberikan perlakuan (TLC). Madupa menunjukkan proporsi total
pada kelompok intervensi ada pengaruh yang kolesterol tinggi sebesar 9,98% terhadap
signifikan antara Therapeutic Lifestyle aktivitas responden 76,1%. Frekuensi aktivitas
Changes (TLC) terhadap aktifitas fisik fisik mengacu pada jumlah sesi aktivitas fisik
responden, dapat diketahui dari nilai per satuan waktu. Durasi aktivitas fisik
signifikan < 0,05 (p-value = 0,000). Hal ini merupakan lamanya waktu yang dihabiskan
sejalan dengan penelitian Davidson (2012) ketika melakukan aktivitas itu, Intensitas
119
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

aktivitas fisik sering dinyatakan dengan istilah plasma kolesteroldan kolesterol LDL,
ringan, sedang atau moderat, keras atau terutama bila diiringi dengan penurunan BB.
vigorous dan sangat keras atau stenuous. (Kamso, et al. 2002)
Kategori intensitas ini dapat didefinisikan
dengan pengertian absolut dan relatif. Hasil penelitian menunjukkan, diperoleh
Pengelompokan absolut yang sering dipakai perbedaan rata-rata kadar kolesterol ada
untuk intensitas aktivitas fisik adalah pengaruh yang signifikan antara Therapeutic
klasifikasi MET (metabolicenergy turnover). Lifestyle Changes terhadap kadar kolesterol
Satu MET sama dengan pengeluaran energi diketahui dari nilai signifikan < 0,05 (p-
saat istirahat yaitu sekitar 3,5 ml O2/kg per value=0,000). Setelah diberikan intervensi
menit. Kisaran aktivitas spesifik yang luas Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) terhadap
telah diklasifikasikan menurut nilai MET pengontrolan kadar kolesterol didapatkan
masing-masing. Olahraga juga dapat nilai mean pretest pada kelompok intervensi
memperbaiki profil lemak darah, yaitu 217.45 dan setelah postest 191.25, besar
menurunkan kadar total kolesterol, LDL, dan kadar kolesterol tersebut berada dalam batas
trigliserida. Namun, hasil tersebut tidak sama normal kadar kolesterol dengan standar
bagi masing-masing individu. Sebagian orang deviasi pretest 22.19 dan postest 9.153, yang
akan mengalami penurunan kadar kolesterol artinya terdapat perbaikan kadar kolesterol
yang drastis, sebagian lagi mengalami total dalam darah sebelum dan setelah
penurunan yang moderat, bahkan ada juga diberikan TLC pada kelompok intervensi.
yang tidak mengalami perubahan sama sekali.
Hal tersebut disebabkan karena setip individu Penelitian yang mendukung disampaikan oleh
mempunyai fisologis tubuh yang khusus di Jafar (2012) tentang pengaruh edukasi
dalam darahnya, metabolisme dan terhadap pengetahuan, pola makan dan kadar
mekanisme didalam tubuh. Aktivitas fisik yang kolesterol darah pasien hiperkolesterolemia
baik harus memenuhi 3 syarat, yaitu frekuensi pada 30 penderita hiperkolesterolemia
artinya berapa kali menjalankan latihan dengan tekhnik pre experiment pretest dan
selama waktu tertentu, Intensitas, dan Tempo post test didapatkan terdapat 1 responden
atau durasi waktu latihan berlangsung (3,3%) yang terkontrol kadar kolesterol
(Soeharto,2004). Latihan jasmaniaerobik yang darahnya dan 29 responden (96,7%) yang
teratur minimal 30-45 menit 4 kali seminggu tidak. Namun, setelah dilakukan post-test,
mempunyai pengaruh penurunan total terdapat peningkatan jumlah responden yang
120
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

terkontrol kadar kolesterol darahnya, yaitu 14 variabel TLC dengan status kolesterol
responden (46,7%), dan yang tidak terkontrol, dinyatakan ada hubungan (p-value 0,046).
menurun menjadi 16 responden (53,3%). Hasil
ini juga sejalan dengan penelitian Grace dan Responden mendapat pemeriksaan kesehatan
Carolina (2012) yang menunjukkan orang terkait pemeriksaan kadar kolesterol total
dewasa dengan hiperkolesterolemia dapat dalam darah tiap minggunya sehingga dapat
diatasi dengan konseling gizi yang dirancang di evaluasi perbaikan kadar kolesterol total
untuk meningkatkan pengetahuan dan dalam darah. Kurniawati (2011) menyatakan
kemampuan untuk manajeman pengontrolan Salah satu faktor yang mempengaruhi kontrol
kadar kolesterol. Dari studi kasusnya kolesterol total dalam darah adalah asupan
didapatkan hasil bahwa respondennya makanan terutama jenis dan jumlah tersebut.
sebelum edukasi gizi adalah 9,2% dan setelah Dalam penelitian ini, responden memiliki
edukasi turun menjadi 7,8%. Demikian juga jadwal, jenis serta jumlah asupan makanan
oleh penelitian Sharifirad etall (2009) yang yang berbeda-beda. Dari segi jenis, responden
menyatakan bahwa edukasi gizi dapat mengkonmsi karbohidrat, protein, lemak,
meningkatkan 'pengetahuan pasien dan kebutuhan gula garam sebagai jenis makanan
mengurangi kadar kolesterol darah pasien. yang dikonsumsi setiap hari, penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hasil analisis hubungan Therapeutic Lifestyle Ghaderi (2007) dari segi jumlah Asupan
Change dengan kadar kolesterol total dalam lemak mempengaruhi kadar kolesterol darah
darah juga dipaparkan oleh (Rohmawardani, setelah makan. Makanan sumber lemak akan
2018) menunjukkan responden di Puskesmas dicerna dan diabsorbsi dengan kecepatan
Boyolali I dominan menerapkan TLC dengan berbeda-beda sehingga lemak dengan jumlah
cara yang baik yaitu sebanyak 59 orang dari yang sama tidak memberikan efek yang sama
60 responden. Sedangkan data hasil dalam hal kadar kolesterol darah, maupun
penelitian menunjukkan responden dengan kadar lemak darah.
TLC baik dan status kolesterol baik yaitu
sejumlah 8 orang dari 60 orang respoden, Asupan asam lemak tertentu berpengaruh
untuk responden yang memiliki TLC sedang juga pada metabolisme glukosa yang
dengan status kolesterol terkontrol sejumlah menyebabkan terjadinya perubahan
44 orang dari 60 responden. Hasil analisis komposisi membran fosfolipid dan fungsi
reseptor insulin (Darmono, 2007)
121
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

Kesimpulan Brookes, L. (2004). “The Updated WHO/ISH


Hypertension Guidelines”. Available at:
Berdasarkan hasil penelitian dapat www.medscape.com/
viewprogram/3005_author.
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh TLC
Downloaded: December 2016
terhadap pengaturan diet , aktivitas fisik, dan
Brown CD, Higgins M, Donato KA, Rohde FC,
kadar kolesterol total pasien
Garrison R, Obarzanek E, et al. (2010).
hiperkolesterolemia di Puskesmas Kota Sigli Body mass index and the prevalence of
Kabupaten Pidie. hypertension and dyslipidemia. Obesity
Res.2010;8(9):605-19.
Referensi
Buse JB, Ginsberg HN, Bakris GL, Clark NG,
Costa F, Eckel R, et al. (2007). Primary
Almatsier. (2010). Penuntun Diet Edisi Baru prevention of cardiovascular diseases in
Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto people with diabetes mellitus: A scientifi
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien c statement from the American
Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta Cheng C, Graziani C, Diamon JJ. (2010).
Cholesterol lowering effect of the food
Anderson JW, Konz EC. (2009) Obesity and for heart nutrition educational program.
disease management: Effects of weight J of Am Dietetic Association.
loss on comorbid conditions. Obesity 2004;4(12):1867-72.
Res.(Supplement 4). Diakses dari
http://www.biomedcentral.com/1471- Center for Disease Control and Prevention
2458/11/114 (CDC). Can lifestyle modifi cations using
therapeutic lifestyle changes (TLC)
Antman EM, Braunwald E. (2013). Acute reduce weight and the risk for chronic
myocardial infarction. Heart disease: a disease? Research to Practice No.7.
textbook of cardiovascular medicine. 2010.
8th ed. Philadelphia: p. 1197322
Champion, Victoria L. & Skinner Celette Sug.
American Heart Association. (2006). Heart (2008). Health Behavior and Health
disease and stroke statistics- 2006 Education; Theory, Research, and
update. Dallas, Texas: American Heart Practice, 4th Edition. San Fransisco, CA:
Association. Jossey-Bass Inc.

Badriyah, L. (2013). Faktor-Faktor yang Debra AK. (2014). Medical nutrition therapy in
Berhubungan dengan Kadar Kolesterol cardiovascular disease. In: Mahan LK,
Escott-Stump S, Editors. Krause’s food
Total pada Anggota Klub Senam Jantung
nutrition and diet therapy. 11th Ed.
Sehat UIN Jakarta Tahun 2013. Skripsi. USA: p. 860-91.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Depkes RI. (2004). Badan Penelitian dan
Syarif Hidayatullah: Jakarta Pengembangan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Status kesehatan
122
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

masyarakat Indonesia. In: Soemantri S, Horne. (2001). R. Compliance Adherence and


Budiarso LR, Sandjaja, editors. Survei Concordance in Pharmacy Practice ed.
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT); 2004. Taylor KMG & Harding G. 2001. Taylor &
Volume 2. Francis Inc. eBook ISBN 0-203-30315-6
Master e-book ISBN p 149-16
Dina KS. (2007). Pengaruh fitosterol terhadap
kadar ß-karoten serum penderita Kemenkes.RI. (2014). Profil Kesehatan
hiperkolesterolemia [dissertation]. Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik
Jakarta: Magister Sains Ilmu Gizi Klinik
Indonesia.
Universitas Indonesia.
Kerver, J.M., Yang, E.J., Bianchi, L.,dan Song,
W.O. (2010). Dietary patterns associated
Dinas Kesehatan Pidie. (2016). Profil
with risk factors for ardiovascular
Kesehatan Kabupaten Pidie.
disease in healthy US adults. The
American Journal of Clinical Nutrition,
Fatmah, Permadi I, Sukmaniah S, Bardosono S,
78, 1103-1110.
Andayani DE, Christianto E.(2010).
Nutrient intake, body mass index, and Lieberman.(2009)“TherapeuticExercise”.Avail.
blood lipid profile of 20 years old or at.http://emedicine.medscape.com/arti
older after 1 year without nutrition cle/324583-overview. Downloaded:
counseling [research report]. Jakarta: Agustus 2015.
Department of Nutrition Faculty of
Murray, Granner, Mayes, dan Rodwell. (2003).
Medicine-University of Indonesia.
Harper’s Illustrated Biochemistry. (Ed.
Garnadi, Y. 2012. Hidup Nyaman dengan Ke -26, pp.217, 219). United States of
America : The MCGraw-Hill.
Hiperkolesterol. AgroMedia: Jakarta
National Institutes of Health (NIH). (2002).
Grundy SM. (2010). Nutrition in the
National Heart, Lung, and Blood
management of disorders of serum
Institute.Third report of the National
lipids and lipoproteins. In: Modern
Cholesterol Education Program (NCEP)
Nutrition in Health and Disease. 1st ed.
expert panel on detection, evaluation,
Philadelphia: Lipincott William &
and treatment of high blood cholesterol
Wilkins; 2006.p.1076-92.
in adults (Adult Treatment Panel III).
Bethesda: NIH publication 02-5215.
Hidayat, Azis Alimul, (2007). Riset
Keperawatan Dan Tehnik Penulisan
National Institute of Health, National Heart,
Ilmiah, Edisi 2. Jakarta: Selemba Medika.
Lung, and Blood Institute (NIH-NHLBI),
National Cholesterol Education Program
Hidayati,et al (2013). Kepatuhan Pasien:
ATP III Guidelines at a Glance Quick Desk
Faktor Penting Dalam Keberhasilan
Reference”. Avail.at.
Terapi. Majalah infopom., 7 (5), 1-3
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/ch
olesterol/ atglance.pdf.
Hopkins PN. Effects of dietary cholesterol on
serum cholesterol: a meta-analysis and
National Cholesterol Education Program.
review.Am J Clin Nutr. l992;55:106070.
2001. Third Report of the National
Cholesterol Education Program (NECP)

123
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

Expert Panel on Detection,Evaluation


and Treatment of High Blood
Cholesterol in Adults (Adult Treatment Smith. (2007). Epidemiology of dyslipidemia
Panel III). NIH Publication No 01-3670 and economic burden on the healthcare
system. Am J Manag Care.
Nicolle. (2008). Patient Compliance in
Remington The Science and Practice of Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung dan
Pharmacy (Vol. Volume II). USA: The Stroke Hubungannya dengan Lemak dan
Philadelpia College of Pharmacy and Kolesterol. PT Gramedia Pustaka Utama:
Science. Jakarta

Notoadmodjo. (2003). “Pendidikan dan Snetselaar L. Counseling for change. In:


Perilaku Kesehatan”. PT. Jakarta: Mahan LK, EscottStump S, Editors.
Rhineka Cipta. Krause’s food nutrition and diet therapy.
Ed. USA: Saunders; 2004. p. 519-31.
Nurrahmani (2012). Upaya meningkatkan
perilaku pasien dalam tatalaksana Talbert.(2005). Hyperlipidemia.
pencegahan hypercholesterol. Jurnal “Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Ners Vol. 6 No. 1. Approach”. Sixth Edition, 429-430,
Edited by J.T.DiPiro, McGraw-Hill Comp.
Plana N, Nicolle C, Ferre R, Camps J, Cos R, Inc.
Villoria J, et al.Plant sterol-enriched
fermented milk enhances the Third report of the national cholesterol
attainment of LDL-cholesterol goal in education program (NCEP) expert panel
hypercholesterolemic subjects. Eur J on detection, evaluation, and treatment
Nutr. 2008;47:32 of high blood cholesterol in adults (adult
treatment panel III) fi nal report.
Rader DJ. Lipid disorders. In: Text book of Circulation 2002;106(25):3143-421.
cardiovascular medicine. 2nd ed.
Philadelphia: Lippincott Williams and Waspadji, S., Suyono, S., Sukardji, K., Hartati,
Wilkins; 2003. p. 43-64. B.S.A. 2003. Pengkajian Status Gizi
Epidemiologi. Fakultas Kedokteran
Sarwono. (2004). “Sosiologi Kesehatan Universitas Indonesia: Jakarta
Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya”.
111 132, Cetakan ke-2. Yogyakarta: World Health Organization (WHO). Obesity.
Gadjah Mada Univ. Press 2006. National institutes of health.
Clinical guidelines on the identifi cation,
Saunders. (2004). Medical nutrition therapy in
evaluation, and treatment of
cardiovascular disease. In: Mahan LK,
overweight and obesity in adults—the
Escott-Stump S, Editors. Krause’s food
nutrition and diet therapy. 11th Ed. USA evidence report. Obesity Research
1998;6(suppl 2):51S–209S.
Sihadi. Long-term effect of nutritional
counseling: a study in family medicine. Wilson PWF, D’Agostino RB, Sullivan L, Parise
Am J Clin Nutr.1997;65(suppl):1946S- H, Kannel WB. Overweight and obesity
50S. as determinants of cardiovascular risk:

124
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

The framingham experience. Arch Intern


Med. 2002;162(16):1867-

125

Anda mungkin juga menyukai