Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan Diet, Aktivitas Fisik, Dan Kadar
Kolesterol Total Pasien Hiperkolesterolemia Di Puskesmas
Abstrak
Therapeutic Lifestyle Change (TLC) merupakan hal penting dalam pengelolaan hiperkolesterolemia mencakup penurunan
asupan lemak jenuh dan kolesterol, pemilihan bahan makanan yang dapat menurunkan kadar LDL, penurunan berat
badan, dan peningkatan aktivitas fisik yang teratur. Perubahan gaya hidup sangat dipengaruhi oleh motivasi diri dan
lingkungan yang memerlukan konseling gizi yang baik dan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi pengaruh pemberian Therapeutic Lifestyle Change (TLC) terhadap pengaturan diet, aktivitas fisik dan
kadar kolesterol total di puskesmas Kota sigli Kabupaten Pidie. Penelitian pre experiment dengan pre and post test non
equivalent group design melibatkan 40 responden ( 20 responden kelompok intervensi dan 20 responden kelompok
kontrol). Data dianalisis menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan TLC berpengaruh terhadap pengaturan
diet (P=0,000), aktivitas fisik (P=0,004) dan kadar kolesterol total (P=0,000) Artinya pemberian TLC mempengaruhi
pengaturan diet, aktivitas fisik dan kadar kolesterol total pasein hiperkolesterolemia dan TLC bermanfaat bagi penderita
hiperkolesterolemia.
Kata Kunci : Therapeutic Lifestyle Change, Pengaturan Diet, Aktivitas Fisik, Kadar koleterol total
Abstract
Therapeutic Lifestyle Change (TLC) is important of management with hypercholesterolemia including a decrease in
saturated fat and cholesterol intake, selection of food ingredients that can reduce LDL levels, lose weight, and increase
regular physical activity. Lifestyle changes are strongly influenced by self motivation and environment support that
requires good and sustainable nutritional counseling. The purpose of this study was to identify the effect of Therapeutic
Lifestyle Change (TLC) on diet regulation, physical activity and total cholesterol levels in the sigli city health center of Pidie
Regency. Pre-experiment research with pre and post test non equivalent group design involved 40 respondents (20
respondents in the intervention group and 20 respondents in the control group). Data were analyzed using Wilcoxon test.
The results showed that TLC had an effect on diet (P = 0,000), physical activity (P = 0,004) and total cholesterol level (P =
0,000) This means that TLC affects dietary regulation, physical activity and total cholesterol level of hypercholesterolemic
patients and TLC is beneficial for sufferers hypercholesterolemia.
Keywords : Therapeutic Lifestyle Change, Diet Setting, Physical Activity, Total cholesterol level
Korespondensi:
rinaaja880@gmail.com
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1
Hiperkolesterolemia adalah suatu keadan angka prevalensi lebih dari 50%. Angka
melebihi batas normal (> 200 mg/dl) dan lebih Pidie diperkirakan akan meningkat sebesar
spesifik bila peningkatan kadar kolesterol LDL 3.1 % dari tahun 2015 sampai 2016. Laporan
puasa tanpa disertai peningkatan kadar rekap Penyakit Tidak Menular (PTM) dari
usia hingga 15,5% pada kelompok usia 55-64 Indonesia menurut Perkumpulan
tahun (Depkes RI, 2012). Dari jumlah itu, 80% Endokrinologi Indonesia (PERKENI), sesuai
jantung, dan 20%-nya tidak menampakkan Program- Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP
gejala sebelumnya. Hal ini disebabkan karena III) terdiri atas terapi farmakologis dan terapi
kolesterol dalam jumlah berlebihan, sehingga Health, 2012). Terapi farmakologis, berupa
dapat menyebabkan kadar kolesterol total obat-obatan, tergantung dari jumlah faktor
dalam darah melebihi batas normal risiko yang dimiliki dan besar risiko penyakit
(Soeharto, 2014). Kadar kolesterol pada jantung koroner (PJK), sedangkan terapi non-
orang dewasa dinyatakan tinggi apabila farmakologis terdiri atas therapeutic lifestyle
mencapai nilai lebih dari 240 mg/dl sedangkan change (TLC). (National Institutes of Health,
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 bagian dari pendidikan kesehatan yang tidak
terdapat di provinsi Aceh, Sumatra Barat, diperlukan untuk memfasilitasi gaya hidup
113
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1
kelompok yaitu 20 responden kelompok Analisis data meliputi analisis univariat dan
intervensi dan 20 responden kelompok bivariat. Analisis univariat menganalisis
kontrol. Instrumen penelitian menggunakan karakteristik responden. Analisis bivariat
kuesioner. menggunakan non parametrik wilcoxon rank
test untuk melihat peerbedaan antara pre test
Metode pengumpulan data dilakukan dalam dan post test pada kelompok kontrol dan
beberapa tahapan. Pretest diberikan pada intervensi.
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
yang dilaksanakan satu minggu sebelum Hasil
intervensi yaitu pada waktu dan tempat yang Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Hiperkolesterolemia Di Puskesmas
berbeda. Intervensi TLC dilaksanakan pada
Kota Sigli Kabupaten Pidie 2018.
tanggal 11 April - 2 Mei 2018 di Aula Variabel Demografi Kelompok Kelompok
Kontrol (n=20) Perlakuan (n=20)
Puskesmas Sigli Kabupaten Pidie oleh peneliti F % F %
Jenis Kelamin
dibantu 3 enumerator. Intervensi TLC Laki-Laki 0 0,00% 3 15,0%
Perempuan 20 100% 17 85,0%
diberikan seminggu 2 kali dengan durasi Kelompok Umur
< 36 Tahun 0 0,00% 2 10,0%
waktu setiap pertemuan (1 sesi) 45 menit 36-45 Tahun 12 60,0% 12 60,0%
46-55 Tahun 8 40,0% 5 25,0%
dengan penyajian materi menggunakan >55 Tahun 0 0,00% 1 5,0%
Pendidikan
proyektor dan pada saat selesai intervensi SD 2 10,0% 1 5,0%
SMP 2 10,0% 1 5,0%
setiap responden diberikan leaflet. TLC terdiri SMA 15 75,0% 13 65,0%
PT 1 5,0% 5 25,0%
dari 3 sesi yaitu : Pekerjaan
IRT 18 90,0% 13 65,0%
Petani 1 5,0% 2 10,0%
Sesi 1 dan 2 yaitu intervensi penyuluhan PNS 1 5,0% 5 25,0%
Lama Menderita
kesehatan tentang penyakit Hiperkolesterolemia
1 Tahun 1 5,0% 1 5,0%
hiperkolesterolemia dan pengaturan diet. Sesi 2 Tahun 9 45,0% 6 30,0%
3 Tahun 7 35,0% 11 55,0%
3 yaitu intervensi penyuluhan kesehatan 4 Tahun 3 15,0% 2 10,0%
Rutinitas Berobat
tentang latihan fisik pada penderita Tidak Rutin 1 5,0% 9 45,0%
Rutin 19 95,0% 11 55,0%
hiperkolesterolemia. Post test dilakukan pada Terapi Medis
Tidak Ada 1 5,0% 9 45,0%
kelompok kontrol dan intervensi dengan Obat Minum 19 95,0% 11 55,0%
Tekanan Darah
menggunakan soal yang sama dengan pretest. Optimal 6 30,0% 8 40,0%
Normal 4 20,0% 7 35,0%
Postest dilakukan satu minggu setelah Normal Tinggi 5 25,0% 4 20,0%
Hipertensi Derejat1 5 25,0% 1 5,0%
intervensi yaitu pada waktu dan tempat yang
berbeda.
115
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1
pretest kelompok kontrol untuk aktivitas dan setelah postest 203.45, besar kadar
ringan (50%) pada saat posttest menurun kolesterol tersebut masih berada dalam batas
(20%), secara statistik, pada kelompok tinggi kadar kolesterol dengan standar deviasi
kontrol tidak ada pengaruh yang bermakna pretest 24,00 dan postest 52,75, semakin
antara Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) besar nilai standar deviasi maka semakin
terhadap aktivitas fisik, dapat diketahui dari beragam kadar kolesterol reponden. Hasil uji
nilai signifikan > 0,05 (p-value = 0,270). wilcoxon diperoleh perbedaan rata-rata kadar
Sedangkan frekuensi aktivitas fisik pada kolesterol tidak berpengaruh nyata
kelompok intervensi terdapat perbedaan yang Therapeutic Lifestyle Changes terhadap kadar
signifikan antara pretest dan post test setelah kolesterol diketahui dari nilai signifikan > 0,05
diberikan perlakuan (TLC). Frekuensi aktivitas (p-value=0,073). Sedangkan nilai mean pretest
ringan pada kelompok intervensi sebanyak pada kelompok intervensi 217.45 dan setelah
45% dan kemudian turun 5% setelah postest 191.25, besar kadar kolesterol
diberikan edukasi Therapeutic Lifestyle tersebut berada dalam batas normal kadar
Changes (TLC). Secara statistik, pada kolesterol dengan standar deviasi pretest
kelompok intervensi ada pengaruh yang 22.19 dan postest 9.153. Hasil uji wilcoxon
signifikan anatara Therapeutic Lifestyle diperoleh perbedaan rata-rata kadar
Changes (TLC) terhadap aktifitas fisik kolesterol ada pengaruh yang signifikan
responden, dapat diketahui dari nilai antara Therapeutic Lifestyle Changes terhadap
signifikan < 0,05 (p-value = 0,000). kadar kolesterol diketahui dari nilai signifikan
< 0,05 (p-value=0,000).
Tabel 4 Distribusi Hasil Pengaruh Therapeutic
Lifestyle Changes (TLC) Terhadap Kadar PEMBAHASAN
Kolesterol Penderita Hiperkolesterolemia Di
Puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie 2018. Hasil penelitian menunjukkan secara statistik,
Kelompok Kontrol (n=20) Kelompok Perlakuan (n=20)
Sebelu Pretest Postest Prestes Postest
m dan Mea SD Mea SD Mea SD Mea SD pada kelompok kontrol tidak ada pengaruh
sesudah n n n n
TCL yang bermakna antara Therapeutic Lifestyle
Kadar 225,6 24,0 203,4 52,7 217,4 22,1 191,2 9,15
Kolester 0 0 5 5 5 9 5 3 Changes (TLC) terhadap pengaturan diet
ol
Wilcoxo responden, dibuktikan dengan p value 0.157.
n p=0,073 p=0,000
Signed
Rank Sedangkan frekuensi pengaturan diet pada
Test
kelompok intervensi terdapat perbedaan yang
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa nilai signifikan antara pretest dan post test setelah
mean pretest pada kelompok kontrol 225.60 diberikan perlakuan (TLC) dengan nilai
117
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1
bermakna (p-value = 0.000. Kesimpulan yang masing individu serta meningkatkan konsumsi
didapatkan terjadi peningkatan pengaturan serat dan mengurangi konsumsi lemak
diet setelah intervensi. Pengaturan diet berlebih. Kebutuhan kalori biasanya dihitung
berhubungan secara langsung pada kadar berdasarkan berat badan, jenis kelamin,
kolesterol. Suatu jurnal penelitian umur, dan aktivitas fisik penderita
menunjukkan kadar kolesterol dan LDL_C hiperkolesterolemia yang pada dasarnya
dapat diubah secara substansial oleh ditujukan untuk mencapai atau
perubahan diet atau pola makan (J indon mempertahankan berat badan ideal. Jika
Med, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh modifikasi diet diaplikasikan secara benar,
Rosmawati, et al (2013) yaitu penelitian yang dapat mengontrol kadar kolesterol pada
menggunakan design quasi eksperimen penderita hiperkolesterolemia (Perkeni,
dengan 7 minggu program supportive 2006). Pemberian therapeutic lifestyle change
developmental nursing, dihasilkan bahwa pada penderita hiperkolesterolemia
terdapat perbedaan yang signifikan sebelum merupakan salah satu tindakan preventif
dan sesudah diberikan konseling gizi. Setiap mandiri yang dilakukan oleh perawat untuk
individu memiliki pola makan yang meningkatkan pemahaman dan pengetahuan.
mengandung zat gizi yang dapat digunakan
oleh tubuh. Pengetahuan gizi dapat Rendahnya tingkat pengetahuan pengaturan
memegang peranan penting terhadap tata diet pada penderita hiperkolesterolemia
cara penggunaan pangan dengan baik dapat mengakibatkan sikap acuh tak acuh
sehingga akan mencapai kebutuhan gizi yang terhadap penggunaan bahan makanan
seimbang. Tingkat pengetahuan gizi ini akan tertentu, walaupun bahan makanan tersebut
dapat menentukan perilaku seesorang untuk cukup tersedia dan mengandung zat gizi.
memperbaiki pola konsumsi makanan yang Therapeutic Lifestyle Change ini dapat
umumnya dipandang lebih baik dan dapat ditingkatkan dengan cara membentuk
diberikan sedini mungkin (Almatsier, 2004). keyakinan pada diri sendiri sehingga
seseorang dapat berperilaku sesuai dengan
Prinsip pengaturan diet pada penderita kehidupan sehari-hari dalam mengatur pola
hiperkolesterolemia hampir sama dengan makan.
anjuran makan untuk masyarakat umum,
yaitu pola makan yang seimbang dan sesuai Hasil penelitian juga didapatkan faktor diet
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing- merupakan masalah terbesar yang dihadapi
118
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1
responden. Kesulitan utama yang paling mengatakan aktivitas fisik yang dilakukan
sering dijumpai adalah kesulitan untuk secara teratur jelas mempengaruhi faktor
menahan keinginan makan, baik makanan resiko yang berhubungan dengan
berlemak. Hal ini berakibat pada tidak hiperkolesterolemia dan aktivitas fisik
terkontrolnya intake kalori serta tidak berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah
teraturnya jumlah dan jenis makanan. misalnya aktivitas fisik yang rendah akan
Kesulitan lain yang cukup signifikan dalam mendorong keseimbangan energi ke arah
mengontrol kadar kolesterol darah responden positif sehingga mengarah pada peyimpanan
adalah sulitnya menahan keinginan untuk energi dan pada penambahan berat badan,
makan makanan berlemak. akibatnya akan berpengaruh pada
peningkatan kadar kolesterol darah, begitu
Hasil penelitian menunjukkan, pada kelompok pula sebaliknya (sihadi, 2006). Berdasarkan
kontrol tidak ada pengaruh yang bermakna hasil penelitian hubungan antara konsumsi
antara Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) pangan dan aktivitas fisik dengan kadar
terhadap aktivitas fisik responden, dapat kolesterol darah pria dan wanita dewasa di
diketahui dari nilai signifikan > 0,05 (p-value = Bogor pada tahun 2013 didapatkan hasil
0,270). Hal ini disebabkan karena proporsi bahwa tingkat aktivitas fisik dan jenis kelamin
responden yang beraktivitas ringan dan berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol
berisiko hiperkolesterolemia, tidak jauh darah (P<0.05). Hasil penelitian Shirazi (2008)
berbeda dengan responden yang beraktivitas menyatakan hal yang sama yaitu olah raga
berat dan berisiko hiperkolesterolemia teratur dapat menurunkan kadar kolesterol
sehingga menunjukkan tidak ada pengaruh darah secara signifikan dan meningkatkan
yang bermakna. Sedangkan frekuensi aktivitas kadar HDL dalam darah.
fisik pada kelompok intervensi terdapat
perbedaan yang signifikan antara pretest dan Pada penelitian yang dilakukan oleh Asli
post test setelah diberikan perlakuan (TLC). Madupa menunjukkan proporsi total
pada kelompok intervensi ada pengaruh yang kolesterol tinggi sebesar 9,98% terhadap
signifikan antara Therapeutic Lifestyle aktivitas responden 76,1%. Frekuensi aktivitas
Changes (TLC) terhadap aktifitas fisik fisik mengacu pada jumlah sesi aktivitas fisik
responden, dapat diketahui dari nilai per satuan waktu. Durasi aktivitas fisik
signifikan < 0,05 (p-value = 0,000). Hal ini merupakan lamanya waktu yang dihabiskan
sejalan dengan penelitian Davidson (2012) ketika melakukan aktivitas itu, Intensitas
119
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1
aktivitas fisik sering dinyatakan dengan istilah plasma kolesteroldan kolesterol LDL,
ringan, sedang atau moderat, keras atau terutama bila diiringi dengan penurunan BB.
vigorous dan sangat keras atau stenuous. (Kamso, et al. 2002)
Kategori intensitas ini dapat didefinisikan
dengan pengertian absolut dan relatif. Hasil penelitian menunjukkan, diperoleh
Pengelompokan absolut yang sering dipakai perbedaan rata-rata kadar kolesterol ada
untuk intensitas aktivitas fisik adalah pengaruh yang signifikan antara Therapeutic
klasifikasi MET (metabolicenergy turnover). Lifestyle Changes terhadap kadar kolesterol
Satu MET sama dengan pengeluaran energi diketahui dari nilai signifikan < 0,05 (p-
saat istirahat yaitu sekitar 3,5 ml O2/kg per value=0,000). Setelah diberikan intervensi
menit. Kisaran aktivitas spesifik yang luas Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) terhadap
telah diklasifikasikan menurut nilai MET pengontrolan kadar kolesterol didapatkan
masing-masing. Olahraga juga dapat nilai mean pretest pada kelompok intervensi
memperbaiki profil lemak darah, yaitu 217.45 dan setelah postest 191.25, besar
menurunkan kadar total kolesterol, LDL, dan kadar kolesterol tersebut berada dalam batas
trigliserida. Namun, hasil tersebut tidak sama normal kadar kolesterol dengan standar
bagi masing-masing individu. Sebagian orang deviasi pretest 22.19 dan postest 9.153, yang
akan mengalami penurunan kadar kolesterol artinya terdapat perbaikan kadar kolesterol
yang drastis, sebagian lagi mengalami total dalam darah sebelum dan setelah
penurunan yang moderat, bahkan ada juga diberikan TLC pada kelompok intervensi.
yang tidak mengalami perubahan sama sekali.
Hal tersebut disebabkan karena setip individu Penelitian yang mendukung disampaikan oleh
mempunyai fisologis tubuh yang khusus di Jafar (2012) tentang pengaruh edukasi
dalam darahnya, metabolisme dan terhadap pengetahuan, pola makan dan kadar
mekanisme didalam tubuh. Aktivitas fisik yang kolesterol darah pasien hiperkolesterolemia
baik harus memenuhi 3 syarat, yaitu frekuensi pada 30 penderita hiperkolesterolemia
artinya berapa kali menjalankan latihan dengan tekhnik pre experiment pretest dan
selama waktu tertentu, Intensitas, dan Tempo post test didapatkan terdapat 1 responden
atau durasi waktu latihan berlangsung (3,3%) yang terkontrol kadar kolesterol
(Soeharto,2004). Latihan jasmaniaerobik yang darahnya dan 29 responden (96,7%) yang
teratur minimal 30-45 menit 4 kali seminggu tidak. Namun, setelah dilakukan post-test,
mempunyai pengaruh penurunan total terdapat peningkatan jumlah responden yang
120
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1
terkontrol kadar kolesterol darahnya, yaitu 14 variabel TLC dengan status kolesterol
responden (46,7%), dan yang tidak terkontrol, dinyatakan ada hubungan (p-value 0,046).
menurun menjadi 16 responden (53,3%). Hasil
ini juga sejalan dengan penelitian Grace dan Responden mendapat pemeriksaan kesehatan
Carolina (2012) yang menunjukkan orang terkait pemeriksaan kadar kolesterol total
dewasa dengan hiperkolesterolemia dapat dalam darah tiap minggunya sehingga dapat
diatasi dengan konseling gizi yang dirancang di evaluasi perbaikan kadar kolesterol total
untuk meningkatkan pengetahuan dan dalam darah. Kurniawati (2011) menyatakan
kemampuan untuk manajeman pengontrolan Salah satu faktor yang mempengaruhi kontrol
kadar kolesterol. Dari studi kasusnya kolesterol total dalam darah adalah asupan
didapatkan hasil bahwa respondennya makanan terutama jenis dan jumlah tersebut.
sebelum edukasi gizi adalah 9,2% dan setelah Dalam penelitian ini, responden memiliki
edukasi turun menjadi 7,8%. Demikian juga jadwal, jenis serta jumlah asupan makanan
oleh penelitian Sharifirad etall (2009) yang yang berbeda-beda. Dari segi jenis, responden
menyatakan bahwa edukasi gizi dapat mengkonmsi karbohidrat, protein, lemak,
meningkatkan 'pengetahuan pasien dan kebutuhan gula garam sebagai jenis makanan
mengurangi kadar kolesterol darah pasien. yang dikonsumsi setiap hari, penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hasil analisis hubungan Therapeutic Lifestyle Ghaderi (2007) dari segi jumlah Asupan
Change dengan kadar kolesterol total dalam lemak mempengaruhi kadar kolesterol darah
darah juga dipaparkan oleh (Rohmawardani, setelah makan. Makanan sumber lemak akan
2018) menunjukkan responden di Puskesmas dicerna dan diabsorbsi dengan kecepatan
Boyolali I dominan menerapkan TLC dengan berbeda-beda sehingga lemak dengan jumlah
cara yang baik yaitu sebanyak 59 orang dari yang sama tidak memberikan efek yang sama
60 responden. Sedangkan data hasil dalam hal kadar kolesterol darah, maupun
penelitian menunjukkan responden dengan kadar lemak darah.
TLC baik dan status kolesterol baik yaitu
sejumlah 8 orang dari 60 orang respoden, Asupan asam lemak tertentu berpengaruh
untuk responden yang memiliki TLC sedang juga pada metabolisme glukosa yang
dengan status kolesterol terkontrol sejumlah menyebabkan terjadinya perubahan
44 orang dari 60 responden. Hasil analisis komposisi membran fosfolipid dan fungsi
reseptor insulin (Darmono, 2007)
121
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1
Badriyah, L. (2013). Faktor-Faktor yang Debra AK. (2014). Medical nutrition therapy in
Berhubungan dengan Kadar Kolesterol cardiovascular disease. In: Mahan LK,
Escott-Stump S, Editors. Krause’s food
Total pada Anggota Klub Senam Jantung
nutrition and diet therapy. 11th Ed.
Sehat UIN Jakarta Tahun 2013. Skripsi. USA: p. 860-91.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Depkes RI. (2004). Badan Penelitian dan
Syarif Hidayatullah: Jakarta Pengembangan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Status kesehatan
122
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1
123
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1
124
Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1
125