Anda di halaman 1dari 12

ESSAY

HIPERLIPIDEMIA DAN GAYA HIDUP GENERASI MUDA INDONESIA

(Dibuat Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Farmakoterapi)

Dosen : Diany Astuti M.Farm.,Apt

Oleh

Salsa Putri Oktaviani (18416248201082)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG

2020
PENDAHULUAN

Hiperlipidemia atau dikenal juga dengan dislipidemia merupakan keadaan


terjadinya peningkatan kolestrol plasma, low density lipoprotein (LDL),
trigliserida dan penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) atau kombinasi
dari beberapa abnormalitas tersebut.(Marasmis & Kaseke, 2014) apabila darah
mengandung kolestrol secara berlebihan maka kolestrol tersebut akan mengendap
dalam arteri yang memasok darah ke dalam jantung yaitu arteri koronaria yang
merupakan merupakan penyebab utama terjadinya PJK.(Suhadi, Hendra, Maria, &
Setiawan, 2018) Hyperlipidemia merupakan disregulasi metabolik tubuh yang
terkait erat dengan diabetes melitus. Selain berhubungan dengan diabetes melitus,
pengingkatan kadar trigliserida, kolesterol dan LDL dalam serum adalah faktor
risiko utama pada pengembangan penyakit kardiovaskular seperti artrosklerosis,
hipertensi, penyakit jantung koroner. Agen antihyperlipidemic yang memiliki
berbagai tindakan farmakologis sedang diuji secara klinis. Kadar lipid yang
meningkat disebabkan oleh peningkatan penyerapan melalui usus atau
peningkatan sintesis endogen dan oleh karena itu dua cara dapat dilakukan untuk
mengurangi hiperlipidemia; untuk memblokir sintesis endogen atau mengurangi
penyerapan (Ghule BV, 2006).

Gaya hidup mempunyai banyak artian dan diartikan sesuai dengan bidang
ilmu pengetahuan masing-masing tokoh yang mengemukakannya. Menurut
seorang ahli psikologi Alfred Adler (1929), gaya hidup adalah Sekumpulan
perilaku yang mempunyai arti bagi individu maupun orang lain pada suatu saat di
suatu tempat, termasuk didalam hubungan sosial, konsumsi barang, entertainment
dan berbusana. Perilaku-perilaku yang nampak di dalam gaya hidup merupakan
campuran dari kebiasaan, cara-cara yang disepakati bersama dalam melakukan
sesuatu, dan perilaku yang berencana.
PEMBAHASAN

Di Indonesia, proporsi penderita kolesterol total tinggi usia 15 tahun


keatas adalah sebesar 35,9%. Penilaian berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
bahwa kadar kolesterol diatas normal pada perempuan lebih tinggi dibandingkan
pada laki-laki, perempuan sebesar 39,6% dan laki-laki sebesar 30,05. Sedangkan
berdasarkan tempat tinggal menunjukkan bahwa kadar kolesterol diatas normal
pada penduduk perkotaan lebih besar daripada penduduk pedesaan, penduduk
perkotaan sebesar 38,5% dan penduduk pedesaan sebesar 32,1% (riskesdas, 2013,
p.259). Banyak penyebab yang mendasari tingginya penderita hiperkoleterolemia
salah satunya adalah gaya hidup. Gaya hidup untuk meningkatkan kesehatan
terdiri dari enam komponen yaitu tanggung jawab terhadap kesehatan, melakukan
aktivitas fisik/olahraga, pemilihan nutrisi, hubungan interpersonal, perkembangan
spiritual, danmanajemen stress.

Hubungan gaya hidup dengan kemampuan mengontrol kolesterol pada


pasien hiperkolesterolemia. Gaya hidup sangat mempengaruhi kadar kolesterol.
Tingginya kadar kolesterol disebabkan oleh gaya hidup yang buruk. Pemilihan
gaya hidup dipengaruhi oleh perkembangan zaman, seperti munculnya produk-
produk makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol (makanan junk food
dan fast food), pekerjaan yang aktivitas fisik rendah (Pekerjaan online, Pekerjaan
kantoran dan lain sebagainya), dan kurangnya kesadaran terhadap kesehatan.
Kadar kolesterol total darah sebaiknya adalah <200 mg/dl, bila ≥ 200 mg/dl
berarti beresiko untuk terjadinya penyakit jantung, tinggi kadar kolesterol dalam
darah yang menyebabkan hiperkolesterolemia yang lama kelamaan akan
berdampak pada timbulnya berbagai penyakit diantaranya tekanan darah tinggi,
arterosklerosis (penyempitan pembuluh darah), penyakit jantung koroner dan
stroke. Kolesterol yang menempel pada permukaan dinding pembuluh darah
semakin lama akan menyumbat pembuluh darah jantung sehingga menyebabkan
jantung koroner (Nurrahmani, 2014).

Wanita usia subur sebagai ibu rumah tangga, merupakan kelompok rawan
yang harus diperhatikan status kesehatannya. Kesehatan sangat penting
diperhatikan termasuk sehat dari segala penyakit, salah satunya yaitu penyakit
yang di sebabkan oleh kadar kolestelor, terutama dalam upaya menjaga
kesetabilan kadar kolesterol dalam tubuh (Peristyowati, 2014). Pengetahuan
mengenai pola makan yang baik menyumbangkan pengaruh yang cukup besar
terhadap status gizi seseorang. Tingkat pengetahuan pola makan seseorang akan
mempengaruhi sikap dan perilaku. Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan
yang baik akan mengurangi kemampuan seseorang dalam menerapkan informasi
gizi dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan kata lain, pengetahuan merupakan
komponen dan prasyarat penting terjadinya perubahan sikap dan perilaku pola
makan bergizi untuk menurunkan masalah gizi (Supariasa, 2014). Sikap yang
mengambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap bahan pangan yang di
konsumsi. Sikap bisa didapat dari pengetahuan, kebiasaan dan kepercayaan
terhadap suatu makanan. Sikap positif terhadap nilai-nilai makanan yang bergizi
baik dan batasan mengkonsumsi serta pola makan yang baik akan terwujud dalam
suatu tindakan nyata terhadap asupan yang tidak mengakibatkan kenaikan kadar
kolesterol dalam tubuh. (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan penelitian Sunarti, dkk
tahun 2010 dengan judul pengetahuan gizi, sikap dan pola makan dengan profil
lipid darah pada pegawai rumah sakit mata cicendo Bandung didapatkan hasil
bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan profil
kolesterol total dengan nilai p = 0,200 (nilai p > 0,05) namun analisa keeratan
menunjukkan nilai rasio prevalens sebesar 1,36 yang menunjukkan responden
dengan pengetahuan gizi yang baik memiliki kecenderungan profil kolesterol total
yang normal 1,36 kali lebih besar dibandingkan dengan responden dengan
pengetahuan yang kurang baik. Sedangkan hubungan sikap dengan profil
kolesterol total menunjukkan hubungan bermakna dengan nilai p = 0,012 (nilai p
≤0,05).

Pola makan yang mengandung karbohidrat yang tinggi merupakan salah


satu faktor penyebab meningkatnya kadar trigliserida dalam darah. Karbohidrat
merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Karena sebagian karbohidrat berada
dalam sirkulasi darah. Kelebihan karbohidrat disimpan dalam hati dan jaringan
otot dalam bentuk glikogen, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian
disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan adiposa. Asupan lemak yang
tinggi akan meningkatkan kadar kolesterol. Semakin banyak konsumsi makanan
berlemak, akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol total
sumber lemak tinggi berasal dari lauk hewani (NH, dkk 2012).

Pencegahan yang dapat dilakukan dengan Diet REST (Rendah Energi


Seimbang Teratur) diharapkan dapat mengatur pola makan yang bergizi
seimbang, dan aktivitas fisik. Salah satu keunggulan diet rest adalah tidak
mengubah kebiasaan makan seseorang dalam hal jumlah tetapi menggantinya
dengan bahan makanan yang tinggi serat. Makna dari REST adalah beristirahat
dari makanan tinggi gula, garam dan lemak jenuh serta rendah serat, beristirahat
dari kegiatan bermalas malasan, dan beristirahat dari pola istirahat yang tidak
beraturan (Ramayulis, 2014). Upaya untuk peningkatan kesehatan sesungguhnya
dapat dilakukan oleh setiap orang melalui kegiatan pengaturan lemak di dalam
tubuh dengan baik. Disamping pengaturan pola makan, aktivitas fisik dan asupan
yang baik merupakan usaha sederhana dan murah untuk meningkatkan kesehatan,
asalkan disertai pengetahuan dan pengertian tentang kesehatan yang benar
(Budiyono 2015).

Metabolisme Kolesterol

Kolesterol merupakan sumber untuk sintesa hormon streroid, kemudian


dieksresikan ke dalam empedu sebagai asam folat atau asam kenodeooksikolat,
kolesterol dipertahankan dalam bentuk sintesa dalam bentuk larutan didalam
empedu oleh garam-garam empedu dan fosfolipid. Kolesterol yang dilepaskan
dari jaringan tepi di esterifikasikan di dalam plasma dengan asam lemak yang
berasal dari lesitin oleh lesitin kolesterol asiltransferase di angkut sebagai High
Density Lipoprotein (HDL) ke hepar (Subinarto, 2015).

Alat ukur kolesterol

Kebanyakan laboratorium mempunyai alat untuk mengukur kadar kolesterol.


Sekarang ini bahkan banyak alat pengukur kolesterol yang di perjual belikan scara
bebas. Beberapa optik besar menjual alat pengukur kadar kolesterol ini dengan
harga yang relatif murah sehingga kebanyakan orang sanggup membelinya.
Seseorang dikatakan mempunyai kadar kolesterol tinggi bila total kolesterolnya
lebih tinggi dari 200 mm/dl. Angka 200 mm/dl masih dapat di tolerir, namun bila
melebihi angka tersebut maka harus segera dicari solusinya. Informasi akurat
tentang kolestrol dai pengukuran yang kita dapat memberi gambaran mengenai
kondisi tubuh kita (Soeryoko 2011).

LDL (Low Density Lipoprotein)

LDL merupakan kolesterol yang dapat menyebabkan terjadinya penimbunan plak


di dalam saluran pembuluh darah.LDL mempunyai tugas yang berlawanan dengan
HDL. Jika kadar LDL meninggi maka diperkirakan banyak kolesterol yang
berasal dari makanan yang tidak terangkut ke hati. Hal ini disebabkan ulah LDL
yang menahan kolesterol. Kolesterol ini sering dinyatakan sebagai Kolesterol
Total. Jika mempunyai penyakit hipertensi dan kencing manis, apabila disetai
dengan kenaikan salah satu atau keseluruhan kolesterol maka akan beresiko untuk
terjadinya penyumbatan di dalam pembuluh darah. Penyakit yang akan timbul jika
terjadi sumbatan akibat kenaikan kolesterol adalah stroke (Badriayah, 2013).

HDL (High Desinty Lipoprotein)

HDL merupakan jenis kolesterol yang berfungsi membawa seluruh kolesterol ke


„pabrik‟ pengolahan yakni hati. HDL juga berfungsi membawa kolesterol yang
telah diolah untuk didistribusikan ke otak, jantung dan seluruh organ tubuh yang
lain. Oleh karena itu, HDL dikatakan sebagai kolesterol baik. Jika mengonsumsi
daging kambing atau telur (mengandung kolesterol tinggi) maka setelah makanan
itu tiba di usus dan diserap oleh pembuluh darah, HDL akan bertugas mengikat
zat-zat makanan tersebut ke hati untuk diolah. Jika kadar HDL rendah maka akan
banyak kolesterol yang menempel pada pembuluh darah. Kejadian ini adalah cikal
bakal terjadinya tekanan darah tinggi karena banyak penyumbatan pada pembuluh
darah (Bintanah, 2010).

Pengetahuan mengenai kolesterol

Pengetahuan mereka yang mengalami kolesterol tinggi biasanya akan


menimbulkan gejala, seperti pegal pada bagian tengkuk leher belakang, migrain
(sakit kepala sebelah), kesemutan, dan persendian terasa nyeri. Setelah
mengetahui kadar kolesterol darah tinggi maka kita perlu mencegah, menurunkan,
dan menstabilka kembali kadar kolesterol dalam posisi normal. Cara terbaik
dalam menurunkan, mencegah dan menjaga kesetabilan kolesterol dalam tubuh,
hal pertama yang kita lakukan ialah dengan mengurangi konsumsi makanan yang
mengandung lemak jenuh yang banyak yang berasal dari sumber produk hewani.
Penyakit kolestrol membawa dampak buruk bagi tubuh dan menjadi salah satu
media penghantar dari timbulnya penyakit lain, seperti diabetes mellitus,
hipertensi , serangan jantung, stroke, dan penyempitan pembuluh darah. Ada
beberapa tips untuk menurunkan kadar kolestrol tinggi di antaranya sebagai
berikut (Anies, 2015).

a. Makan havermurt saat sarapan pagi dapat menurunkan kolestrol tinggi

b. Diperbolehkan mengkonsmsi telur, tetapi hanya bagian putih telur.


c. Susu rendah lemak.

d. Mengubah cara masak yang tadinya mengunakan minyak goreng diganti

dengan minyak zaitun atau dengan cara direbus

Pola Makan

Pola konsumsi pangan adalah jenis dan frekuensi beragam pangan yang
biasa dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan
yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang
(Suhardjo,1996). Menurut Santoso (2004), Pola konsumsi pangan adalah berbagai
informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis, frekuensi dan jumlah
bahan pangan yang dimakan tiap hari oleh satu orang atau merupakan ciri khas
untuk sesuatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan atau pola konsumsi
pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang di konsumsi seseorang
atau kelompok orang pada waktu tertentu (Mahdiah, 2004 dalam Anggraeni,
2014). Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor risiko yang
meningkatkan penyakit kolesterol, kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar
lemak dalam tubuh meningkat, terutama kolestrol yang menyebabkan kenaikan
berat badan sehingga volume darah mengalami peningkatan tekanan yang lebih
besar (Ramayulis, 2014)

Makanan Sehari-hari

Kolesterol umumnya berasal dari lemak hewani semisal daging kambing,


daging babi, atau jeroan. Bahkan telurpun mengandung kolesterol tinggi. Jadi,
sebaiknya lebih berhati-hati dalam memilih makanan. kita juga disarankan untuk
makan tidak berlebihan karena pola makan yang berlebihan atau bahkan tidak
mencukupi kandungan zat gizinya akan menimbulkan suatu penyakit (Fahad,
2013). 26 Makanan cepat saji seperti burger, ayam goreng dan kentang goreng
dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas secara cepat, hal ini disebabkan
jenis-jenis makanan tersebut mengandung tinggi lemak, garam, dan juga kalori
secara keseluruhan. Ukuran atau porsi makan yang terlalu berlebihan juga dapat
memiliki banyak kalori dalam jumlah banyak dibandingkan dengan apa yang
dianjurkan untuk orang normal untuk konsumsi sehari-harinya. Makanan cepat
saji cenderung mengandung sedikit serat, tetapi tinggi gula, sehingga kadar gula
darah akan naik dengan cepat (Yatim, 2010). Karbohidrat merupakan sumber
energi terbesar dalam tubuh dan merupakan komponen nutrient (zat gizi) terbesar
dalam kehidupan sehari-hari. Karbohidrat menyediakan 50-65% dari total energi
yang dibutuhkan. Asupan karbohidrat mempengaruhi metabolisme lemak. Jika
energi dari karbohidrat cukup tersedia atau lebih, lemak tidak dipakai untuk energi
tetapi disintesis dan disimpan (Devi,2010). Karbohidrat yang tidak mencukupi di
dalam tubuh akan digantikan dengan protein untuk memenuhi kecukupan energi.
Apabila karbohidrat tercukupi, maka protein akan tetap berfungsi sebagai zat
pembangun (Almatsier, 2001 dalam Siregar, 2012 ).

Hubungan antara gaya hidup dan kadar kolesterol

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk


terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebesar
13,0% menunjukan pengetahuan WUS baik sebesar 9,3% pengetahuan cukup dan
77,8% pengetahuan kurang. Hasil penggisian kuisioner menujukan sebagian besar
WUS kurang memahami tentang makanan yang sering dikonsumsi seperti goreng
– gorengan dan makanan cepat saji. Penelitian (Sunarti, 2010) menunjukan nilai
pengetahuan gizi responden yang tertinggi adalah 94,12% dan terendah adalah
58,82% hasil pengisian kuesioner menunjukan sebagian besar responden kurang
memahamitentang kolesterol sumber kolestrol dan akibat yang di timbulkannya
dari mengkonsumsi kolestrol dan minyak secara berlebihan serta bahayanya
terhadap penyakit jantung. Pengetahuan WUS yang mengalami kolesterol tinggi
biasanya akan menimbulkan gejala, seperti pegal pada bagian tengkuk leher
belakang, migrain (sakit kepala sebelah), kesemutan, dan persendian terasa nyeri.
Setelah mengetahui kadar kolesterol darah tinggi maka kita perlu mencegah,
menurunkan, dan menstabilka kembali kadar kolesterol dalam posisi normal.
Berdasarkan hasil uji statistik p=0,287 0,05) Ha ditolak maka dapat di simpulkan
tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kadar kolesterol. Pengetahuan
mengenai pola makan yang baik menyumbangkan pengaruh yang cukup besar
terhadap status gizi seseorang. Tingkat pengetahuan pola makan seseorang akan
mempengaruhi sikap dan perilaku. Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan
yang baik akan mengurangi kemampuan seseorang dalam menerapkan informasi
gizi dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan kata lain, pengetahuan merupakan
komponen dan prasyarat penting terjadinya perubahan sikap dan perilaku pola
makan bergizi untuk menurunkan masalah gizi (Supariasa, 2014).

Hubungan Sikap Dengan Kadar Kolesterol

Sikap yang mengambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap bahan
pangan yang di konsumsi. Sikap bisa didapat dari pengetahuan, kebiasaan dan
kepercayaan terhadap suatu makanan. Sikap positif terhadap nilai-nilai makanan
yang bergizi baik dan batasan mengkonsumsi serta pola makan yang baik akan
terwujud dalam suatu tindakan nyata terhadap asupan yang tidak mengakibatkan
kenaikan kadar kolesterol dalam tubuh. (Notoatmodjo, 2012). Hasil penelitian
menunjukan bahwa sebesar 33,3% menunjukan sikap WUS baik dan sebesar
66,7% sikap kurang. Hasil penggisian kuisioner menujukan sebagian besar WUS
kurang memahami tentang pemilihan makanan yang tepat untuk dikonsumsi
seperti ayam dengan kulitnya dan telur puyuh. 48 Sementara penelitian (Sunarti,
2010) memiliki rata-rata sikap sebesar 65,10% dan sebagian besar responden
dengan sikap positif sebanyak 38 orang (55,0%) serta masih terdapat responden
dengan sikap negatif yaitu 44,9%. Berdasarkan hasil uji statistik p=0,011

Hubungan pola makan dengan kadar kolesterol

Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah
pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau selompok orang pada waktu tertentu
(Soedirman 2015). Umumnya WUS yang berada di desa bagun sari baru
mengkonsumsi makanan sumber kolestrol seperti ayam dengan kulitnya dan
pengunaan santan pada olahan makanan. Hal ini di tandai dengan 79,6% WUS
mengkonsumsi makanan sumber kolesterol tinggi 20,4% WUS mengkonsumsi
makanan yang tidak bersumber kolestrol tinggi. Umumnya WUS sering (77,8%)
mengolah makanan dengan cara di goreng 1 kali sehari. Namun sebanyak (22,2%)
WUS kadang mengolah bahan makanan dengan cara dibakar dan di rendang
dengan frekuensi 1 sampai 3 kali seminggu. Berdasarkan hasil uji statistik
p=0,021 dan p=0,005 0,05) hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pola makan tinggi lemak dengan kadar kolesterol total, hal ini di mungkinkan
karna cara pengukuran yang berbeda. Seringnya mengkonsumsi makanan tinggi
lemak menjadi penyebab utama meningkatnya kadar kolesterol total di dalam
darah. Terutama 49 lemak jenuh yang berasal dari lauk hewnai dan makanan cepat
saji, kadar kolesterol akan berkurang seiring dengan rendahnya asupan makanan
berlemak. Penelitian dari Yoeantafara, (2017) Pola makan tinggi lemak dalam
penelitian ini adalah frekuensi responden dalam mengkonsumsi makanan yang
tinggi akan kandungan lemak. Makanan tinggi lemak pada penelitian ini meliputi
sumber makanan lemak hewani (daging sapi, ayam goreng, daging kambing, ikan
mujair, jeroan sapi, ayam, telur ayam dan telur bebek), serta produk olahan
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Muloni, permata. 2018 . “Hubungan pengetahuan, sikap, pola makan dengan


kadar kolesterol wanita usia subur (wus) di desa bangun sari baru kecamatan
tanjung morawa” Kementerian kesehatan republik indonesia politeknik kesehatan
medan jurusan gizi program studi diploma iv.

Mahmudah, Solehatul Dkk. 2015, Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Sawangan Baru. Jakarta

Anwar TB. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner.
Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran USU. Hal: 1-15

Anda mungkin juga menyukai