Oleh
FAKULTAS FARMASI
2020
PENDAHULUAN
Gaya hidup mempunyai banyak artian dan diartikan sesuai dengan bidang
ilmu pengetahuan masing-masing tokoh yang mengemukakannya. Menurut
seorang ahli psikologi Alfred Adler (1929), gaya hidup adalah Sekumpulan
perilaku yang mempunyai arti bagi individu maupun orang lain pada suatu saat di
suatu tempat, termasuk didalam hubungan sosial, konsumsi barang, entertainment
dan berbusana. Perilaku-perilaku yang nampak di dalam gaya hidup merupakan
campuran dari kebiasaan, cara-cara yang disepakati bersama dalam melakukan
sesuatu, dan perilaku yang berencana.
PEMBAHASAN
Wanita usia subur sebagai ibu rumah tangga, merupakan kelompok rawan
yang harus diperhatikan status kesehatannya. Kesehatan sangat penting
diperhatikan termasuk sehat dari segala penyakit, salah satunya yaitu penyakit
yang di sebabkan oleh kadar kolestelor, terutama dalam upaya menjaga
kesetabilan kadar kolesterol dalam tubuh (Peristyowati, 2014). Pengetahuan
mengenai pola makan yang baik menyumbangkan pengaruh yang cukup besar
terhadap status gizi seseorang. Tingkat pengetahuan pola makan seseorang akan
mempengaruhi sikap dan perilaku. Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan
yang baik akan mengurangi kemampuan seseorang dalam menerapkan informasi
gizi dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan kata lain, pengetahuan merupakan
komponen dan prasyarat penting terjadinya perubahan sikap dan perilaku pola
makan bergizi untuk menurunkan masalah gizi (Supariasa, 2014). Sikap yang
mengambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap bahan pangan yang di
konsumsi. Sikap bisa didapat dari pengetahuan, kebiasaan dan kepercayaan
terhadap suatu makanan. Sikap positif terhadap nilai-nilai makanan yang bergizi
baik dan batasan mengkonsumsi serta pola makan yang baik akan terwujud dalam
suatu tindakan nyata terhadap asupan yang tidak mengakibatkan kenaikan kadar
kolesterol dalam tubuh. (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan penelitian Sunarti, dkk
tahun 2010 dengan judul pengetahuan gizi, sikap dan pola makan dengan profil
lipid darah pada pegawai rumah sakit mata cicendo Bandung didapatkan hasil
bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan profil
kolesterol total dengan nilai p = 0,200 (nilai p > 0,05) namun analisa keeratan
menunjukkan nilai rasio prevalens sebesar 1,36 yang menunjukkan responden
dengan pengetahuan gizi yang baik memiliki kecenderungan profil kolesterol total
yang normal 1,36 kali lebih besar dibandingkan dengan responden dengan
pengetahuan yang kurang baik. Sedangkan hubungan sikap dengan profil
kolesterol total menunjukkan hubungan bermakna dengan nilai p = 0,012 (nilai p
≤0,05).
Metabolisme Kolesterol
Pola Makan
Pola konsumsi pangan adalah jenis dan frekuensi beragam pangan yang
biasa dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan
yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang
(Suhardjo,1996). Menurut Santoso (2004), Pola konsumsi pangan adalah berbagai
informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis, frekuensi dan jumlah
bahan pangan yang dimakan tiap hari oleh satu orang atau merupakan ciri khas
untuk sesuatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan atau pola konsumsi
pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang di konsumsi seseorang
atau kelompok orang pada waktu tertentu (Mahdiah, 2004 dalam Anggraeni,
2014). Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor risiko yang
meningkatkan penyakit kolesterol, kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar
lemak dalam tubuh meningkat, terutama kolestrol yang menyebabkan kenaikan
berat badan sehingga volume darah mengalami peningkatan tekanan yang lebih
besar (Ramayulis, 2014)
Makanan Sehari-hari
Sikap yang mengambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap bahan
pangan yang di konsumsi. Sikap bisa didapat dari pengetahuan, kebiasaan dan
kepercayaan terhadap suatu makanan. Sikap positif terhadap nilai-nilai makanan
yang bergizi baik dan batasan mengkonsumsi serta pola makan yang baik akan
terwujud dalam suatu tindakan nyata terhadap asupan yang tidak mengakibatkan
kenaikan kadar kolesterol dalam tubuh. (Notoatmodjo, 2012). Hasil penelitian
menunjukan bahwa sebesar 33,3% menunjukan sikap WUS baik dan sebesar
66,7% sikap kurang. Hasil penggisian kuisioner menujukan sebagian besar WUS
kurang memahami tentang pemilihan makanan yang tepat untuk dikonsumsi
seperti ayam dengan kulitnya dan telur puyuh. 48 Sementara penelitian (Sunarti,
2010) memiliki rata-rata sikap sebesar 65,10% dan sebagian besar responden
dengan sikap positif sebanyak 38 orang (55,0%) serta masih terdapat responden
dengan sikap negatif yaitu 44,9%. Berdasarkan hasil uji statistik p=0,011
Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah
pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau selompok orang pada waktu tertentu
(Soedirman 2015). Umumnya WUS yang berada di desa bagun sari baru
mengkonsumsi makanan sumber kolestrol seperti ayam dengan kulitnya dan
pengunaan santan pada olahan makanan. Hal ini di tandai dengan 79,6% WUS
mengkonsumsi makanan sumber kolesterol tinggi 20,4% WUS mengkonsumsi
makanan yang tidak bersumber kolestrol tinggi. Umumnya WUS sering (77,8%)
mengolah makanan dengan cara di goreng 1 kali sehari. Namun sebanyak (22,2%)
WUS kadang mengolah bahan makanan dengan cara dibakar dan di rendang
dengan frekuensi 1 sampai 3 kali seminggu. Berdasarkan hasil uji statistik
p=0,021 dan p=0,005 0,05) hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pola makan tinggi lemak dengan kadar kolesterol total, hal ini di mungkinkan
karna cara pengukuran yang berbeda. Seringnya mengkonsumsi makanan tinggi
lemak menjadi penyebab utama meningkatnya kadar kolesterol total di dalam
darah. Terutama 49 lemak jenuh yang berasal dari lauk hewnai dan makanan cepat
saji, kadar kolesterol akan berkurang seiring dengan rendahnya asupan makanan
berlemak. Penelitian dari Yoeantafara, (2017) Pola makan tinggi lemak dalam
penelitian ini adalah frekuensi responden dalam mengkonsumsi makanan yang
tinggi akan kandungan lemak. Makanan tinggi lemak pada penelitian ini meliputi
sumber makanan lemak hewani (daging sapi, ayam goreng, daging kambing, ikan
mujair, jeroan sapi, ayam, telur ayam dan telur bebek), serta produk olahan
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmudah, Solehatul Dkk. 2015, Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Sawangan Baru. Jakarta
Anwar TB. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner.
Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran USU. Hal: 1-15