Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI

SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT

FORMULASI HANDSANITIZER SPRAY

OLEH :

IQBAL ABDUL WAHID (18416248201042)

INGGRIT KUMALA DEWI (18416248201068)

SALSA PUTRI OKTAVIANI (18416248201082)

YUNSI HUMAIRA (18416248201012)

FM 18D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG

2020

Jl. HS. Ronggo Waluyo, Puseurjaya, Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang,


Jawa Barat 41361
BAB I

TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF DAN SEDIAAN

I.1 Deskripsi Umum Senyawa Aktif

a.Alkohol (Aethanolum)

Senyawa aktif Alkohol dengan sinonim Aethanolum memiliki nama kimia


Etanol (FI III, 65).

Rumus Molekul : C2H6O

Bobot Molekul : 46,07 g/mol

Etanol adalah campuran etilalkohol dan air. Mengandung tidak kurang dari
94,7% v/v atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2% v/v atau 92,7% C2H6O (FI
III, 65).

Dalam kelarutan alkohol antari alain:


Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P (FI III,
65).

b. Daun Sirih (Piper betle L.)

Senyawa aktif daun sirih dengan sinonim Piper betle L., suku Piperaceae
(MMI IV)

Menurut Herbarium Medanense (Meda) sistematika tumbuhan sirih adalah


sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Jenis : Piper betle L
Dalam kelarutan daun sirih adalah:
Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam
eter dan dalam larutan alkali hidroksida tertentu, larut dalam gliserin dan
dalam air panas.

Sirih merupakan tanaman terna, tumbuh merambat atau menjalar, tinggi 5m


sampai 15 m. Helaian daun berbentuk bundar telur lonjong pada bagian
pangkal berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah
gundul atau berambut sangat pendek, tebal, bewarna putih, panjang 5 cm
sampai 18 cm, lebar 2,5 cm sampai 10,5 cm bunga berbentuk bulir berdiri
sendiri di ujung cabang dan berhadapan dengan daun. Bulir jantan, panjang
gagang 1,5 cm sampai 3 cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina,
panjang gagang 2,5 cm sampai 6 cm. Kepala putik 3 sampai 5. Buah buni,
bulat, dengan ujung gundul. Bulir masak berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm
sampai 1,5 cm (Ditjen POM, 1995).

I.2 DEFINISI BENTUK SEDIAAN TERKAIT

Solutio adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut.


Kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling (FI III, 32)

Hand Sanitizer merupakan pembersih tangan yang memiliki kemampuan


antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri (Retnosari dan
Isdiartuti, 2006). Menurut Diana (2012) terdapat dua hand sanitizer yaitu hand
sanitizer gel dan hand sanitizer spray. Hand sanitizer gel merupakan pembersih
tangan berbentuk gel yang berguna untuk membersihkan atau menghilangkan
kuman pada tangan, mengandung bahan aktif alkohol 60%. Hand sanitizer
spray merupakan pembersih tangan berbentuk spray untuk membersihkan atau
menghilangkan kuman pada tangan yang mengandung bahan aktif irgasan DP
300 : 0,1% dan alkohol 60%. Penelitian Diana (2012) menyatakan, hand
sanitizer yang berbentuk cair atau spray lebih efektif dibandingkan hand
sanitizer gel dalam menurunkan angka kuman pada tangan.
I.3 DASAR PERTIMBANGAN DAN LANDASAN HUKUM
PENGGOLONGAN OBAT
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan pasal 1 dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud
dengan:
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI
adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada
pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections)
yang selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien
selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi,
termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga
infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan
terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
I.4 PENANDAAN PADA WADAH, LEAFLET ATAU BROSUR
Untuk penandaan pada wadah hand sanitidzer adalah antiseptik dengan
menyantumkan bentuk sediaan dan komposisi. Dimana telah di jelaskan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan pasal 1. Tidak lupa mencantumkan peringatan Mudah
Terbakar pada wadah di karenakan mengandung alkohol 70%.
I.5 NOMOR REGISTRASI DAN NOMOR BATCH

• Nomor registrasi sediaan hand sanitizer adalah


DBL 2017900137A1
D = Obat dengan nama dagang
B = Golongan obat bebas
L = Produksi dalam negeri (lokal)
20 = Tahun pendaftaran obat jadi
179 = Nomor urut pabrik
001 = Nomor urut obat jadi yang disetujui oleh pabrik
37 = Nomor urut sediaan jadi larutan
A = Kekuatan obat jadi
1 = Kemasan nama untuk nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat
jadi
• Sediaan hand sanitizer dibuat oleh pabrik atau industri yang telah
memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Handsanitizer menurut WHO
• Sediaan hand sanitizer memiliki nomor batch 04200501
0420 = Bulan dan tahun produksi
05 = Sediaan topikal
01 = nomor urut pembuatan/ pengolahan
BAB II

FARMAKOLOGI

2.1 Nama obat dan sinonim


a. Alkohol
Alkohol mempunyai sinonim aethanolum (96%), etil alcohol, etil
hidroksida, gandum alkohol, metil karbinol. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 6th edisi 2009)

Rumus Molekul : C2H6O

Bobot Jenis : 0,8119 sampai 0,8139

Etanol mengandung tidak kurang dari 94,7% v/v atau 92,0% dan tidak
lebih dari 95,2% v/v atau 92,7% C2H6O (FI III 1979 hal 65)

Etanol mempunyai ciri organoleptik cairan tak berwarna, jernih,


mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Data kelarutan etanol antara lain:


Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform, dan dalam eter
b. Daun sirih (Piper betle L )
Sinonim : piper betle L
Suku : piperaceae (MMI IV)
Sistematika Tumbuhan :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Jenis : Piper betle L
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam
kloroform, dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida
tertentu, larut dalam gliserin dan dalam air panas
Khasiat : Antispetic.
2.2 Bentuk Senyawa Zat Aktif
Bentuk senyawa zat aktif yang digunakan adalah bentuk cairan tak
berwarna. Bentuk tersebut dipakai karena menurut FI III 1979 hal 65
sediaan etanol berbentuk cairan tak berwarna.
2.3 Efek Farmakologi
Pengawet antimikroba, desinfektan, penetran kulit, pelarut.
2.4 Mekanisme Kerja Dalam Tubuh
2.5 Nasib obat dalam tubuh
2.6 Indikasi dan Dasar Pemilihannya
2.7 Kontraindikasi Dan Alasannya
2.8 Dosis Dan Perhitungan Dosis
2.9 Aturan Pakai
2.10 Efek Samping
2.11 Toksisitas
2.12 Interaksi Obat

2.13 Peringatan dan Perhatian


Perhatian
Larutan etanol dan etanol berair banyak digunakan dalam varietas
formulasi farmasi dan kosmetik. Itu juga dikonsumsi dalam minuman
beralkohol.
Etanol cepat diserap dari saluran pencernaan dan uapnya bisa diserap
melalui paru-paru; dimetabolisme, terutama di hati, menjadi asetaldehida,
yang selanjutnya dioksidasi menjadi asetat.
Etanol adalah depresan sistem saraf pusat dan konsumsi jumlah rendah
hingga sedang dapat menyebabkan gejala keracunan termasuk koordinasi
otot, gangguan penglihatan, bicara cadel, dll. Konsentrasi yang lebih tinggi
dapat menyebabkan depresi tindakan meduler, lesu, amnesia, hipotermia,
hipoglikemia, pingsan, koma, depresi pernapasan, dan kolaps
kardiovaskular. Konsentrasi alkohol dalam darah manusia yang mematikan
umumnya diperkirakan menjadi 400-500 mg / 100 mL.
Meskipun gejala keracunan etanol biasanya ditemui mengikuti konsumsi
sengaja yang mengandung etanol minuman, banyak produk farmasi
mengandung etanol sebagai pelarut, yang, jika tertelan dalam jumlah yang
cukup besar, dapat menyebabkan gejala keracunan yang merugikan. Di
AS, maksimal jumlah alkohol yang termasuk dalam obat OTC adalah 10%
v / v untuk produk berlabel untuk digunakan oleh orang yang berusia 12
tahun ke atas, 5% v / v untuk produk yang dimaksudkan untuk digunakan
oleh anak-anak berusia 6-12 tahun, dan 0,5% v / v untuk produk yang
digunakan oleh anak di bawah usia 6 tahun.
Produk parenteral mengandung hingga 50% alkohol (etanol 95 atau 96% v
/ v) telah dirumuskan. Namun konsentrasi seperti itu dapat menghasilkan
rasa sakit pada injeksi intramuskular dan konsentrasi yang lebih rendah
seperti 5-10% v / v lebih disukai. Injeksi subkutan dari alkohol (etanol
95% v / v) juga menyebabkan rasa sakit yang hebat diikuti oleh anestesi.
Jika suntikan dibuat dekat dengan saraf, neuritis dan degenerasi saraf dapat
terjadi. Efek ini digunakan terapi untuk menyebabkan anestesi pada kasus-
kasus nyeri parah, meskipun praktik penggunaan alkohol di blok saraf
masih kontroversial. Dosis dari 1mL alkohol absolut telah digunakan
untuk tujuan ini.
2.14 Cara Penyimpanan
Larutan etanol berair dapat di sterilkan dengan cara autoklaf atau dengan
filtrasi dan harus disimpan dalam wadah kedap udara, ditempat yang
dingin.
2.15 Dus Obat
Logo Perusahaan
BAB III

ANALISIS PREFORMULASI, FORMULASI DAN USULAN


FORMULA

Pendekatan Formulasi

Bentuk senyawa yang akan digunakan adalah dalam bentuk cair. Yang
akan dibuat dalam bentuk Suspensi. Pemilihan Alkohol dan Extrak daun
sirih sebagai zat aktif dalam sediaan dengan pertimbangan Alkohol dan
Extrak daun sirih sebagai Antiseptik yang digunakan untuk membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang
hidup seperti pada permukaan kulit dan membrane mukosa.
Alcohol adalah merupakan salah satu dari sebuah kelompok senyawa
organic yang dibentuk oleh hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran
satu atau lebih gugus hidroksil dengan atom-atom hydrogen dalam
jumlah yang sama.
Sirih merupakan tanaman terna, tumbuh merambat atau menjalar, tinggi
5m sampai 15 m. Helaian daun berbentuk bundar telur lonjong pada
bagian pangkal berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian
bawah gundul atau berambut sangat pendek, tebal, bewarna putih,
panjang 5 cm sampai 18 cm, lebar 2,5 cm sampai 10,5 cm bunga
berbentuk bulir berdiri sendiri di ujung cabang dan berhadapan dengan
daun. (Ditjen POM, 1995).

Preformulasi senyawa aktif

1. Alkohol (aethanolum)

Struktur Kimia :
Rumus molekul : C2H6O

Nama Resmi : Aethanolum

Sinonim : Alkohol, etanol, ethyl alkohol

Berat molekul : 46,07 g/mol

Nama Kimia : Etanol

Pemerian : cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah


bergerak; bau khas rasa panas, mudah terbakar
danmemberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P dan


dalam eter P

Stabilitas :-

Titik didih : 78,370C

Kepadatan : 789 kg/m3

Titik lebur : -114,10C

Penyimpanan : dalam wardah kedap dan tertutup rapat, terhindar dari


cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api

Inkompatibiltas : -

Khasiat : Antiseptik
2. Daun sirih (Piper betle L )

Sinonim : piper betle L

Suku : piperaceae (MMI IV)

Sistematika Tumbuhan :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Jenis : Piper betle L

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam
kloroform, dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida
tertentu, larut dalam gliserin dan dalam air panas

Khasiat : Antispetic.

Berdasarkan analisis farmakologi dan data preformulasi zat aktif Alkohol


dan Extrak daun sirih maka akan dibuat sediaan sediaan Handsanitizer
spray sebanayk 100 ml

Formula umum sediaan :

R/ Alkohol 70%

Gliserin 1%

Eksipien yang dipilih untuk formula utama Gel adalah


1. Metil Paraben (Handbook of pharmaceutical Exipient Edisi 6 Hal 442, FI
IV Hal 551)
Struktur kimia :

Pemerian : Hablur kecil tidak berwarna, atau serbuk hablur


putih, tidak berbau, atau berbau khas lemah,
mempunyai sedikit rasa terbakar
Nama lain : Metilparaben, Metagin, Metilparaept, aseptoform,
methylcomosept
Nama kimia : Methyl-4-hydrobenzoate
Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam
karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan
eter
Titik lebur : 1250C – 1280C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutp baik
Stabilitas : pada pH 3-6 larutan metilparaben cair dapat di
sterilkan dengan autoklaf pada suhu 1200C selama
20 menit. Stabil pada pH 3-6 pada suhu ruangan
Incompatibilitas : inkompatibel dengan bentonit, magnesium
trisilikat, talk, tragacant, sodium alginate, minyak
esensial, sorbitol, dan atropine
Khasiat : pengawet (antimikroba)
Alasan pemilihan : kandungan air pada sediaan dapat mencegah
kontaminasi mikroba

2. Propil Paraben (Handbook Of Pharmaceutical Exepient Hal 596, Fi IV Hal


713)

Struktur kimia :

Pemerian : serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna


Nam lain : Nipagin, Propagin, Propyl Cemosept, Propyl
Parasept, Solbrol P, Tegosept
Nama Kimia : Propyl-4-hydroxibenzoate
Rumus Molekul : C10H12O3
Berat Molekul : 180,20
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam air
mendidih
pH larutan :-
Titik lebur : : 950C – 980C
Stabilitas : larutan propylparaben cair pada pH 3-6 dapat
disterilkan dengan autoklaf, tanpa dekomposisi.
Pada pH 3-6, larutan propylparaben cair stabil
sampai ste lebuh sekitar 4 tahun pada suhu ruangan.
Apabila pada pH 8 atau di atasnya maka akan cepat
terhidrolisis (10% atau lebih setelah 60 hari pada
suhu ruangan)
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan magnesium alumunium
silikat, magnesium trisilikat, besi kuning oksida
Sifat khusus :-
Khasiat : pengawet (antimikroba)
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Alasan pemilihan : kombinasi antara konsentrasi propil paraben dan
metil paraben akan mengahasilkan kombinasi
pengawet dengan antimikroba yang kuat

3. Glycerin
Struktur kimia :

Sinonim : Glycerol, glycyl alkohol,


Berat Molekul : 92,09
Rumus Molekul : C3H8O3
Pemerian : cairan tidak berwarna hingga kuning, tidak berbau,
berasa manis, bertekstur kental, bersipat
higroskopis,
Kelarutan : larut dalam air, alkohol, etil asetat, dan eter. Tidak
larut dalam benzen, klorofom, karbon, karbon
tetraklorida, karbon disulfida, petroleum eter, dan
minyak
Titik Didih : 290oC
Titik beku : 20oC
Tekanan Uap : 0,0025 mmHg pada 50oC
Kerapata Uap : (udara=1) 3,1
pH : netral
Stabilitas : stabil pada tekanan dan suhu normal

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk,


kering dan berventilasi baik

Khasiat : emolient
Alasan : tidak mengiritasi kulit dan sudah banyak
digunakan oleh khalayak luas

4. Xanthan Gum
Struktur kimia :

Rumus molekul : C35H49O29 (Reymond C Rowe, 2009)


Berat Molekul : 1 x 106
Pemerian : serbuk krem atau putih, tidak berbau, bebas
mengalir

Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam


etanol (kemenkes RI 1995)

Titik leleh : pH 6,6


Stabilitas : natrium sakarin stabil dibawah kisaran kondisi
normal yang digunakan dalam formulasi. Hanya
bila terkena suhu tinggi (12580C) pada pH rendah
(pH 2) selama lebih dari 1 jam terjadi dekomposisi
yang signifikan. Nilai 84% adalah natrium sakarin
yang paling karena bentuk 76% akan mongering
lebih jauh dibawah kondisi sekitar. Solusi untuk
injeksi bias disterilisasi dengan autoclave.
(Reymond C Rowe,2009)

inkompatibilitas : tidak mengalami kecoklatan Mailard


Khasiat : Gelling Agent
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat di tempat yang kering
(Reymond C Rowe,2009)
Alasan pemilihan : sediaan yang terbentuk dapat tahan kandungan
alkohol sampai dengan 60% (Philip and William,
2009)

5. Natrium metabisulfit

Rumus kimia :
Pemerian : hablur atau serbuk, yang berbentuk hablur tidak
berwarna, yang berbentuk serbuk berwarna putih
atau kuning gading, bau belerang, rasa asam dan
asin
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air, sukar larut dalam etanol
95% p, bebas larut dalam gliserin
Stabilitas : terpapar pada udara tau embun, natrium
metabisulfit secara lambat teroksidasi secara lambat
terhadap natrium sulfat dengan penghancuran dari
Kristal. Larutan encernya juga terurai pada udara,
terutama pada pemanasan, dan larutan yang akan
disterilkan dengan autoclave akan lebih dulu diisi
pada wadah yang mana udara telah terganti dengan
gas inert, seperti nitrogen. Penambahan dekstrosa
dari larutan encer akan meurunkan stabilitas dari
natrium metabisulfit
OTT : berekasi dengan simpatomimetik dan obat lain
yang memiliki derivat orto dan parahidroksibenzil
alkohol untuk membentuk derivate asam sulfonat
yang mempunyai sedikit atau tidak aktivitas
farmakologi. Banyak obat-obat penting yang tidak
aktif adalah adrenalin dan derivatnya. Natrium
metabilsulfat OTT dengan kloramfenikol
menyebabkan reaksi komplek. Dan cisplatin tidak
aktif pada larutan juga OTT pada fenilmerkuri asetat
saat di autoclave pada sediaan tets mata. Dapat
bereaksi dengan tutup botol karet dari vial
multidose yang akan menyebabkan menjadi
pengobatan awal
Penyimpanan : wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pada
tempat sejuk dan kering
Khasiat : Antioksidan
Formula utama

R/ Ekstrak air daun sirih 15 %


Xanthan gum 1%
Gliserin 1%
Na Metabisulfit 0,2 %
Methyl Paraben 0,2 %
Propyl Paraben 0,2 %
Aquadest 14 %
Alkohol 70% ad 100 ml

Formula Alternatif

R/ Ekstrak air daun sirih 4%


Carbomer 0,5 %
Gliserin 10 %
Na Metabisulfit 0,1 %
TEA 0,5 %
Propilenglikol 0,2 %
Aquadest 14 %
Alkohol 70% ad 100 ml
BAB IV

FORMULASI

4.1 Rancangan Formulasi

No Nama Bahan Jumlah Kegunaan


1 Ekstrak air daun sirih 15 % Antiseptic
2 Xanthan gum 1% Gelling agent
3 Gliserin 1% Emolient
4 Na metabisulfit 0,2 % Antioksidan
5 Methyl Paraben 0,2 % Pengawet
6 Propyl Paraben 0,2 % Pengawet
7 Aquadest 14 % Pelarut
8 Alkohol 70% Ad 100 ml Antiseptic

1. Aplikasi eksipien dalam formulasi dan teknologi farmasi untuk pemakaian


topikal.

No Nama Bahan Konsentrasi Alasan Dipakai Dalam Formula


Pemakaian
1. Ekstrak air daun - Karena sirih mengandung minyak atsiri
sirih dimana komponen utama minyak atsiri
tersebut adalah fenol dan senyawa
turunannya, diantara senyawa turunannya itu
adalah kalvikol yang memiliki daya
bakteridida lima kali lebih kuat dibanding
fenol (Herman, 2013)
2. Xanthan gum - Dapat membentuk konsistensi seperti gel
tetapi mudah dituang dan di sebar maka dari
itu merupakan basis ideal, untuk hand
sanitizer. Sediaan yang terbentuk dapat tahan
kandungan alkohol sampai dengan 60 %
(Philip and William, 2009)
3. Gliserin <30 % Gliserin sudah dipakain secara luas sebagai
(HOPE 6 ed, humektan dan emolient, gliserini juga tidak
hal 283) mengiritasi kulit (HOPE 6 ed, hal 283)
4. Na metabisulfit 0,01 % - 1,0 Karena klavikol mudah teroksidasi dan
% (HOPE 6 menyebabkan perubahan warna sehingga
ed, hal 654) perlu ditambahkan anti oksidan (Herman,
2013)
5. Metil Paraben 0,18 % Ester dari ρ-hidroksi benzoate merupakan
(HOPE 6 ed, pengawet yang paling lazim digunakan dan
hal 441) yang paling mendekati pengawet yang ideal
(Cosmetics science and technology hal 207)
6. Propil Paraben 0,01 % - 0,6 Ester dari ρ-hidroksi benzoate merupakan
% (HOPE 6 pengawet yang paling lazim digunakan dan
ed, hal 596) yang paling mendekati pengawet yang ideal
(Cosmetics science and technology hal 207)
7. Alkohol 70 % - Karena alkohol memiliki mekanisme kerja
antiseptic dengan cara pendenaturasi protein
(Noer, 2011)

2. Perhitungan dan alasan bobot tiap kemasan :


• 1 kali pemakaian gel hand sanitizer : 1,7 gram
• Estimasi pemakian : 1 bulan = 30 hari dengan 2 kali
pemakaian setiap harinya
• Perhitungan total sediaan : 1, 7 gram x 2 x 30
: 102 gram = 100 gram

3. Perhitungan Penimbangan Obat

1. Ekstrak air daun sirih : 15 ml /100 ml x 100 ml


: 15 ml + 10 % = 16,5 ml
2. Xanthan gum : 1 gram /100 ml x 100 ml
: 1 gram

3. Gliserin : 1 ml /100 ml x 100 ml


: 1 ml + 10 % = 11 ml

4. Na metabisulfit : 0, 2 gram /100 ml x 100 ml


: 0,2 gram

5. Metil Paraben :0, 2 gram /100 ml x 100 ml


: 0,2 gram

6. Propil Paraben :0, 2 gram /100 ml x 100 ml


: 0,2 gram

7. Aquadest :14 ml/100 ml x 100 ml


: 14 ml + 10 % = 15,4 ml

8. Alkohol 70 % : 100 ml + 10 % = 110 ml


: 100 ml – (16,5 ml + 1 gram + 11 ml + 0,2
gram + 0,2 gram + 0,2 gram + 15,4 ml)
: 100 ml – 44,5 ml
: 55,5 ml
4. Penimbangan Obat
1. Ekstrak air daun sirih : 16,5 ml
2. Xanthan gum : 1 gram
3. Gliserin : 11 ml
4. Na metabisulfit : 0,2 gram
5. Metil Paraben : 0,2 gram
6. Propil Paraben : 0,2 gram
7. Aquadest : 15,4 ml
8. Alkohol 70 % : 55,5 ml
5. Cara Pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Setarakan timbangan
3. Timbang masing-masing bahan
4. Membuat ekstrak daun sirih, dengan cara :
a. Serbuk simplisia dimaserasi dengan etanol 80 %
b. Dibiarkan dalam suhu kamar (28˚C- 32˚C) selama dua hari,
terlindung dari cahaya dan sering diaduk
c. Kemudian dipisahkan, ampas dimaserasi kembali dengan pelarut
etanol 80%, dan dilakukan dengan cara yang sama seperti diatas
sampai diperoleh maserasi jernih
d. Semua maserat diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator
sampai diperoleh ekstrak etanol kental
e. Ekstrak dikerinhkan di freeze dryer (-40˚C) hingga diperoleh
eksrak kering daun sirih merah
5. Masukan aquadest sebanyak 10 ml ke dalam mortir, taburkan xanthan gum
di atas air, gerus hingga mengembang
6. Masukan nipagin dan nipasol ke dalam mortir tambahkan alkohol 70%
secukupnya, gerus hingga halus dan homogen
7. Masukan campuran nipagin dan nipasol ke dalam mortir yang berisi
mucilago xanthan gum, gerus hingga homogen
8. Tambahkan ekstrak daun sirih, gerus hingga homogen
9. Tambahkan Na metabisulfit, gerus hingga homogen
10. Tambahkan sedikit demi sedikit gliserin, gerus hingga homogen
11. Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit, gerus hingga homogen
12. Tambahkan sedikit demi sedikit alkohol 70%, gerus hingga homogen
13. Masukan ke dalam wadah dan kemas.
4.2 Formula Alternatif

No Nama Bahan Jumlah Kegunaan


1 Ekstrak air daun sirih 4% Antiseptic
2 Carbomer 0, 5 % Gelling agent
3 Gliserin 10 % Emolient
4 Na metabisulfit 0,1 % Antioksidan
5 TEA 0,5 % Penetral carbomer
6 Propilen glikol 0,2 % Humektan & Pelarut
7 Aquadest 14 % Pelarut
8 Alkohol 70% Ad 100 ml Antiseptic

1. Aplikasi eksipien dalam formulasi dan teknologi farmasi untuk pemakaian


topikal.

No Nama Bahan Konsentrasi Alasan Dipakai Dalam Formula


Pemakaian
1. Ekstrak air daun - Karena sirih mengandung minyak atsiri
sirih dimana komponen utama minyak atsiri
tersebut adalah fenol dan senyawa
turunannya, diantara senyawa turunannya itu
adalah kalvikol yang memiliki daya
bakteridida lima kali lebih kuat dibanding
fenol (Herman, 2013)
2. Carbomer 0,5 % - 2 % Dapat membentuk konsistensi seperti gel
tetapi mudah dituang dan di sebar maka dari
itu merupakan basis ideal, untuk hand
sanitizer. Sediaan yang terbentuk dapat tahan
kandungan alkohol sampai dengan 60 %
(Philip and William, 2009)
3. Gliserin <30 % Gliserin sudah dipakain secara luas sebagai
(HOPE 6 ed, humektan dan emolient, gliserini juga tidak
hal 283) mengiritasi kulit (HOPE 6 ed, hal 283)
4. Na metabisulfit 0,01 % - 1,0 Karena klavikol mudah teroksidasi dan
% (HOPE 6 menyebabkan perubahan warna sehingga
ed, hal 654) perlu ditambahkan anti oksidan (Herman,
2013)
5. TEA 0,1 % TEA digunakan dalam formulasi farmasi
(trihydroxytriethyla (HOPE 6 ed, topikal, terutama dalam pebuatan emulsi.
mine) hal 794) Ketika dicampur dalam proporsi molar yang
sama dengan asam lemak, seperti asam stearat
atau asam oleat (Cosmetics science and
technology hal 207)
6. Propilen glikol 5%-80% Propilen glikol dapat berfungsi sebagai
(HOPE 6 ed, desinfektan dan stabilizer, dan juga propilen
hal 624) glikol mempunyai sifat non toksik (Rowe et
al, 2005)
7. Alkohol 70 % - Karena alkohol memiliki mekanisme kerja
antiseptic dengan cara pendenaturasi protein
(Noer, 2011)

2. Perhitungan dan alasan bobot tiap kemasan :

• 1 kali pemakaian gel hand sanitizer : 1,7 gram


• Estimasi pemakian : 1 bulan = 30 hari dengan 2 kali
pemakaian setiap harinya
• Perhitungan total sediaan : 1, 7 gram x 2 x 30
: 102 gram = 100 gram

3. Perhitungan Penimbangan Obat

1. Ekstrak air daun sirih : 4 ml/ 100 gram x 100 gram


: 4 ml
2. Carbomer : 0,5 gram/ 100 gram x 100 gram
: 0,5 gram

3. Gliserin : 10 ml/ 100 gram x 100 gram


: 10 ml + 10% = 11 ml

4. Na metabisulfit : 0,1 gram/ 100 gram x 100 gram


: 0,1 gram

5. TEA : 0,5 gram/ 100 gram x 100 gram


: 0,5 gram

6. Propilen glikol : 0,2 ml/ 100 gram x 100 gram


: 0,2 ml + 10% = 0,22 ml

7. Aquadest : 14 ml/ 100 gram x 100 gram


: 14 ml + 10% = 15,4 ml

8. Alkohol 70 % : 100 ml + 10% = 110 ml


: 110 ml – (4 ml + 0,5 gram + 11 ml + 0,1
gram + 0,5 gram + 0,22 ml + 15,4 ml)
: 110 ml – 31,72 ml = 78,28 ml

4. Penimbangan Obat

1. Ekstrak air daun sirih : 4 ml


2. Carbomer : 0,5 gram
3. Gliserin : 11 ml
4. Na metabisulfit : 0,1 gram
5. TEA : 0,5 gram
6. Propilen glikol : 0,22 ml
7. Aquadest : 15,4 ml
8. Alkohol 70 % : 78,28 ml
5. Cara Pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Setarakan timbangan
3. Timbang masing-masing bahan
4. Membuat ekstrak daun sirih, dengan cara :
a. Serbuk simplisia dimaserasi dengan etanol 80 %
b. Dibiarkan dalam suhu kamar (28˚C- 32˚C) selama dua hari,
terlindung dari cahaya dan sering diaduk
c. Kemudian dipisahkan, ampas dimaserasi kembali dengan pelarut
etanol 80%, dan dilakukan dengan cara yang sama seperti diatas
sampai diperoleh maserasi jernih
d. Semua maserat diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator
sampai diperoleh ekstrak etanol kental
e. Ekstrak dikerinhkan di freeze dryer (-40˚C) hingga diperoleh
eksrak kering daun sirih merah
5. Kembangkan carbomer di dalam gelas beker, dengan aquadest. Tutup
dengan aluminium foil selama 1 hari
6. Larutkan Na-metabisulfit dengan air secukupnya, aduk hingga larut,
sisihkan
7. Larutkan propilen glikol dan gliserin di dalam glas beker, aduk hingga
larut
8. Masukan carbomer ke dalam mortir, gerus hingga homogen
9. Masukan larutan gliserin dan propilen glikol gerus hingga homogen
10. Tambahkan larutan Na-metabisulfit, gerus hingga homogen
11. Tambahkan alkohol 70% sedikit demi sedikit, gerus hingga homogen
12. Tambahkan TEA, gerus hingga homogen
13. Tambahkan air daun sirih, gerus hingga homogen
14. Masukan ke dalam wadah, dan kemas
BAB V

EVALUASI

1. Uji Mutu Fisik


a. Organoleptis
Pengamatan organoleptis meliputi pengamatan perubahan-
perubahan bentuk, warna dan bau yang terjadi pada tiap rentang
waktu tertentu selama 28 hari. Penamatan organoleptis dilakukan
pada hari ke 1, 7. 14, dan hari ke 28.
b. Pengukuran pH
1 gram gel dilarutkan dalam 9 ml air, kemudian diukur pH-nya
dengan menggunakan pH meter (Andriana, 2004).
c. Pengukuran Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menempelkan sampel
dalam viskometer Brookfield hingga spindel terendam. Diatur
spindel dan kecepatang yang akan digunakan. Viskimeter
Brookfield dijalankan, kemudian viskositas dari gel akan terbaca
(Septiani dkk, 2011).
d. Uji Kestabilan
Sampel diuju kestabilannya dengan cara penyimpanan pada suhu
kamar (27˚C), suhu rendah/ freeze-thaw (4˚C) dan amati
creaming, kejernihan, bau, warna, pengamatan kestabilan
dilakukan selama 4 minggu setiap 1 minggu sekali.
e. Uji Homogenitas
Diambil sampel pada masing-masing formula secukupnya dan
oleskan pada flat kaca, diraba dan digosokan homogen yaitu tidak
terasa adanya bahan pada kaca (Trilestari, 2002).

Kriteria Penilaian
Tidak terdapat butiran kasar
+++
Sedikit butiran kasar
++
Banyak butiran kasar
+

f. Uji Daya Sebar


Sebanyak 0,5 gram gel diletakan di tengah alat dengan diameter 15
cm kaca yang satu diletakan diatasnya dibiarkan selama 1 menit.
Ukur diameter gel yang menyebar, kemudian tambahkan 50 gram
beban tambahan diamkan selama 1 menit dan ukur diameter gel
yang menyebar. Hal tersebut dilakukan berulang sampai didapat
diameter sebar yang konstan. Dilakukan dengan replikasi sebanyak
3 kali (Trilestari, 2002).
Kriteria Penilaian Keterangan
➢ 2 cm Sangat mudah
+++
tersebar

++ 1-2 cm Mudah tersebar

+ <1 cm Tidak tersebar

g. Uji Daya Lekat


Sampel diambil sebanyak 1 mg kemudian dioleskan pada plat kaca.
Tempelkan kedua plat sampai plat menyatu tekan dengan beban
seberat 1 kg selama 5 menit setelah itu beban dilepas, lalu diberi
beban pelepasan 80 gram untuk pengujian, dicatat waktu umpan
sampai kedua plat saling lepas, dilakukan replikasi 3 kali
(Trilestari, 2002).
h. Uji Hambat Sediaan Gel
Cawan yang telah diisi dengan medium NA steril dan suspensi
bakteri dimasukan kertas saring kualitas terbaik yang telah
dicelupkan pada sediaan gel kedalam cawan petri tersebut.
kemudian cawan tersebut diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24
jam.
Kriteria Keterangan
Warna bening
++
Warna keruh
+
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard, et. Al , Pharmaceutical Dosage Form and Drug DeliverySystem,


6th Edition, 1995, America : Wiliam and Wilkins.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia III, 1979,


Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia IV, 1979,


Jakarta.

Ganiswara, S. G, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 1995, Jakarta : Bagian


Farmakologi Fakultas Kedokteran UI, hal. 214-215.

Kibbe, Arthur, Handbook of Pharmaceutical Exipient, 4th edition, 2000,


American Pharmaceutical Press.

Lind, Water. The Pharmaceutical Codex, 12th edition, 1994, London : The
Pharmaceutical Press.

Martindale, The Extra Pharmacopeia, 28th edition, The Pharmaceutocal Press.

Septiani, S., N. Wathoni dan S. R. Mita (2011). Formulasi Sediaan Masker Gel
Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetun GNEMON Linn.).
Universitas Padjajaran : Bandung

Trilestari.2002.Hand and Body Losion Pengaruh Penambahan Nipagin, Nipasol,


Dan Campuran keduanya Terhadap Stabilitas Fisika dan Efektifitasnya
Sebagai Antijamur [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada

_____, British Pharmacopeia 2002, Volume I, London : The Stantionary Office.

_____, USP Edisi 24 NF (#1), USA : Unites States Pharmaceutical Convention,


inc.

Anda mungkin juga menyukai