Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR

DAN SEMI PADAT

FORMULASI GEL NATRIUM DIKLOFENAK

OLEH :

IQBAL ABDUL WAHID (18416248201042)

INGGRIT KUMALA DEWI (18416248201068)

SALSA PUTRI OKTAVIANI (18416248201082)

YUNSI HUMAIRA (18416248201012)

FM 18D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG

2020

Jl. HS. Ronggo Waluyo, Puseurjaya, Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat 41361
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktikum Formulasi Dan Teknologi
Sediaan Cair Dan Semi Padat yang berjudul ” Formulasi Gel Natrium Diklofenak” ini
dengan lancar. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dan penilaian mata kuliah
Praktikum Formulasi Dan Teknologi Sediaan Cair Dan Semi Padat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Anggun Hari Kusumawati, M.Si., Apt. selaku dosen mata kuliah
Praktikum Formulasi Dan Teknologi Sediaan Cair Dan Semi Padat.

2. Semua pihak yang membantu hingga laporan ini selesai.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan baik
dari sistematika, isi, penulisan dan lain-lain. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa S1-Farmasi Universitas Buana
Perjuangan Karawang.

Karawang, 26 Maret 2020

Team Penulis
BAB I

TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF DAN SEDIAAN

1.1 Deskripsi Umum Senyawa Aktif

Senyawa aktif Natrium Diklofenak dengan sinonim Diclofenac Sodium


memiliki nama kimia asam benzene asetat, 2-[(2,6-diklorofenil)amino]- monosodium
dengan struktur molekul sebagai berikut :

Rumus Molekul : C14H10Cl2NNaO2

Nama Kimia : Asam benzene asetat, 2-[(2,6-diklorofenil)amino]-


monosodium

Sinonim : Sodium [o-(dikloroanilino)fenil]asetat


Berat Molekul : 318,13

Dosis : 100 mg – 150 mg/hari, terapi jangka panjang 75 mg – 100


mg/hari (ISO ed 14 halaman 127).

Pemerian Bahan : Serbuk hablur putih hingga hampir putih, higroskopik.


Melebur pada suhu 248 ˚C (FI IV halaman 1405).

Data kelarutan : Mudah larut dalam metanol, larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam air, praktis larut dalam kloroform dan dalam eter (FI IV halaman
1405).

Stabilitas Terhadap pH : pH dari 1% larutan dalam air adalah 7,0 dan 8,5.

Stabilitas Terhadap Suhu : Gel Diklofenak harus disimpan pada suhu 25 ˚C dan
terlindung dari panas (AHFS 2010, halaman 2088).

Stabilitas Terhadap Cahaya : Diklofenak harus dsimpan pada suhu dibawah 30 ˚C,
dan tidak tembus cahaya (FI IV halaman 1406).

Titik Lebur : 284 ˚C (FI IV halaman 1405).

Inkompatibilitas : Tidak ditemukan pada pustaka (FI IV, USP 32, EP


2008).

Penyimpanan : Simpan dalam wadah kedap dan tertutup rapat (USP


32 halaman 2124).

1.2 Definisi Bentuk Sediaan Terkait

A. Pengertian Gel

Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang, jernih, tembus
cahaya, dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan
yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel,
1989).
Zat zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi, koloid
pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis supositoria.
Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat obatan, kosmetik dan
makanan juga pada beberapa proses industri. Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan
untuk perawatan kulit, sampo, sediaan pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007).

Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak


terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika masa gel terdiri dari
kelompok kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan dalam
sistem dua fase (Ansel, 1989).

Polimer polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik


meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan bahan
sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa,
karboksimetilselulosa, clan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan
gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan
suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman., dkk,
1994).

Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus


cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan
yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel,
1989).

Senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing masing


terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315). Gel
adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil
senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing masing terbungkus
dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315).

Sediaan gel (dari bahasa Latin gelu = membeku, dingin, es atau gelatus =
membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase: padat dan cair.
Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada
rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat,
kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat
seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar agar, dan gel rambut.

Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.:thyxotropy) : menjadi cairan


ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa gel juga
menunjukkan gejala histeresis.

Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula untuk membentuk


aerogel (‘gel udara’), yang merupakan bahan dengan sifat-sifat yang khusus, seperti
massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat besar, dan isolator panas yang sangat
baik.Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di
dunia farmasi pun tak mau ketinggalan. Semakin hari semakin banyak kebutuhan,
terutama untuk menunjang penampilan. Berbagai macam bentuk sediaan farmasi,
baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.

B. Keguanaan Sediaan Gel

1. Untuk kosmetik, gel digunakan pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit
dan sediaan perawatan rambut.
2. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril)
atau dimasukkan kedalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (FI IV, hal 8)
3. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet
bahan pelindung koloid dan suspensi, bahan pengental ada sediaan cairan oral
dan basis suppositoria.

C. Keuntungan, Kerugian, dan Kekurangan Sediaan Gel

1. Keuntungan Sediaan Gel

Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt, 1994). Adalah sebagai berikut:


• Kemampuan penyebarannya baik pada kulit
• Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
• Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
• Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik

Untuk Hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan penampilan sediaan
yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film
tembus pandang, eiastic, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga
pernafasan pori tidak terganggu, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik,
kemampuan penyebarannya pada kulit baik.

2. Kerugiaan Sediaan Gel


Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih
pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau
hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan
iritasi dan harga lebih mahal.

3. Kerugiaan Sediaan Gel


Untuk hidroalkaholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat
menyebabkan pedih pada mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena
pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan
meninggalkan film yang berpori atau pecah pecah sehingga tidak semua area
tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
D. Penggolongan Gel
1. Berdasarkan Sifat Pelarutnya :

• Hidrogel (pelarut air)


Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling
sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan
hidrogen atau interaksi hidrofobik.

Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel mempunyai


tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan sehingga
meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel; hidrogel menstimulasi sifat
hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan berbagai cara; hidrogel
bersifat lembut/lunak, elastis sehingga meminimalkan iritasi karena friksi atau
mekanik pada jaringan sekitarnya.

Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah
setelah mengembang. Contoh: bentonit magma, gelatin

Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik). Contoh: plastibase (suatu polietilen


dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock
cooled), dan dispersi logam stearat dalam minyak.

• Xerogel

Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui sebagai
xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa sisa kerangka
gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan
penambahan agen yang mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel.

Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan
polystyrene.

2. Berdasarkan Fase Terdispersinya (FI IV, ansel ) :

Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro
yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
(misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan). Molekul organik larut dalam
fasa kontinu.

Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang
terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, masa
gel kadang kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik tidak larut, hampir
secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.

1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert,
aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang
baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan
kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan
tube, atau selama penggunaan topikal. Karakteristik gel harus disesuaikan
dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
3. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM
besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan).
4. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga
pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh
polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang
akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan
tersebut akan membentuk gel.
5. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelationl anorganik tidak larut, hampir secara
keseluruhan terdispersi pada fasa kontiniu.
E. Sifat Dan Karakteristik Gel

1. Swelling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi di antara matriks gel
dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.

Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam
matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.

2. Sineresis.

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang
terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel
terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar.

Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya


tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel
akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan
bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.

3. Efek suhu

Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk
larutan yang kental.

Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel
atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
4. Efek elektrolit

Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana
ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid
digaramkan (melarut), Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit
kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri
sesudah pemberian tekanan geser.

Gel Na alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion
kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai
kalsium alginat yang tidak larut.

5. Elastisitas dan rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk 501 menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel.

Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai
aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam macam tergantung dari komponen
pembentuk gel.

6. Rheologi

Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non
Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

F. Teori Pembentukan Gel

Menurut Fardiaz (1989) sifat pembentukan gel bervariasi dari satu jenis
hidrokoloid ke hidrokoloid yang lainnya tergantung pada jenisnya. Gel mungkin
mengandung 99,9% air tetapi mempunyai sifat lebih khas seperti padatan, khususnya
sifat elastisitas (elasticity) dan kekakuan (rigidity).

Gelasi atau pembentukan gel merupakan fenomena yang menarik dan sangat
kompleks, namun sampai saat ini masih banyak hal hal yang belum diketahui tentang
mekanismenya. Pada prinsipnya pembentukan gel hidrokoloid terjadi karena adanya
pembentukan jala atau jaringan tiga dimensi oleh molekul primer yang terentang pada
seluruh volume gel yang terbentuk dengan merangkap sejumlah air di dalamnya.

Terjadi ikatan silang pada polimer polimer yang terdiri dari molekul rantai
panjang dalam jumlah yang cukup maka akan terbentuk bangunan tiga dimensi yang
kontinyu sehingga molekul pelarut akan terjebak diantaranya, terjadi
immobilisasimolekul pelarut dan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang tahan
terhadap gaya maupun tekanan tertentu.

Gelasi merupakan fenomena yang melibatkan penggabungan,atau terjadinya


ikatan silang antar arantai rantai polimer. Ada tiga teori yang dapat digunakan untuk
menjelaskan pembentukan gel dan mendapat banyak dukungan dari para ahli kimia
koloid, yaitu :

a. Teori adsorpsi pelarut

Teori ini menyatakan bahwa gel terjadi sebagai akibat adsorpsi molekul
pelarut oleh partikel terlarut selama pendinginan yaitu dalam bentuk pembesaran
molekul akibat pelapisan zat terlarut oleh molekul molekul pelarut.

Pembesaran partikel terjadi terus menerus sehingga molekul zat telarut yang
telah membesar bersinggungan dan tumpang tindih melingkari satu sama lain
sehingga seluruh sistem menjadi tetap dan kaku. Adsorpsi zat pelarut akan meningkat
dengan makin rendahnya suhu.
b. Teori jaringan tiga dimensi

Teori ini hampir sama dengan teori yang dikemukakan oleh Oakenfull clan
Tobolsky. Teori ini menyatakan bahwa kemampuan senyawa senyawa untuk
mengadakan gelasi disebabkan oleh terbentuknya struktur berserat atau terjadinya
reaksi di dalam molekul itu serat.

Selama pendinginan serat tersebut membentuk jaringan tiga dimensi. Ikatan


yang menentukan dalam jaringan tiga dimensi kemungkinan merupakan ikatan primer
dari gugusan fungsional dan ikatan sekunder yang terdiri dari ikatan hidrogen atau
dapat juga terjadi antara gugus alkil.Tipe ikatan yang terdapat dalam jaringan tiga
dimensi akan menentukan tipe gel yang dihasilkan.

c. Teori orientasi partikel

Teori ini menyatakan bahwa pada sisi tertentu terdapat kecenderungan bagi
partikel terlarut dan solven untuk berorientasi dalam konfigurasi yang tertentu
melalui pengaruh gaya dengan jangkauan yang panjang, seperti yang terjadi pada
kristal.

Mekanisme pembentukan gel dapat berbeda beda tergantung pada jenis bahan
pembentuknya. Diantaranya yang paling berbeda dalam hal jenis dan sifat sifatnya
adalah gel yang dibentuk oleh gelatin, suatu jenis protein dan gel yang dibentuk oleh
polisakarida.

Kebanyakan hidrokoloid adalah polisakarida. Polisakarida yang memiliki


empat tipe struktur yang berbeda yaitu linear, bercabang tunggal, linier berselang, dan
tipe semak akan menghasilkan viskositas larutan yang tergantung pada ukuran
molekul, bentuk molekul, dan muatannya.

Jika molekul memiliki muatan yang dihasilkan dari ionisasi gugus tertentu
seperti karboksil, maka pengaruh muatan sangat besar. Gaya tolak menolak Coulomb
dari muatan muatan negatif yang tersebar sepanjang molekul polisakarida cenderung
meluruskan molekul (polimer), yang menghasilkan larutan dengan viskositas tinggi.

Polisakarida linier dengan berat molekul yang sama dengan polisakarida tipe
semak, akan mempunyai viskositas yang lebih besar dalam larutannya sebab girasi
atau perputar‘an gerak polimer struktur linier meliputi daerah yang lebih luas dan
volume yang lebih besar.

Hal ini akan menyebabkan gesekan antar molekul lebih mudah terjadi
sehingga lebih meningkatkan gaya gesek dan viskositas larutan, dibandingkan dengan
polimer yang memiliki tingkat percabangan yang tinggi. Namun hal ini tidak terjadi
pada polimer linier yang tidak bermuatan yang cenderung membentuk larutan yang
tidak stabil.

G. Dasar Gel

1. Dasar gel hidrofobik

Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel partikel anorganik, bila
ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua
fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan
menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989).

2. Dasar gel hidrofilik

Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul molekul organik yang
besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi.
istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut
dari bahan bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan
hidrofobik.
Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki
stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umummnya mengandung
komponen bahan pengembang, air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994).

H. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembentuka Gel

Ada banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan gel hidrokoloid, faktor


faktor ini dapat berdiri sendiri atau berhubungan satu sama lain sehingga memberikan
pengaruh yang sangat kompleks.

Di antara faktor faktor tersebut yang paling menonjol adalah konsentrasi, suhu,
pH,dan adanya ion atau komponen aktif lainnya.

a. Pengaruh konsentrasi

Konsentrasi hidrokoloid sangat berpengaruh terhadap kekentalan larutannya. Pada


konsentrasi yang rendah larutan hidrokoloid biasanya akan bersifat sebagai aliran
Newtonian dengan meningkatnya kosentrasi maka sifat alirannya akan berubah
menjadi non Newtonian.

Hampir semua hidrokoloid memiliki kekentalan yang tinggi pada konsentrasi yang
sangat rendah antara 1 5% kecuali pada gum arab yang sifat Newtoniannya tetap
dipertahankan sampai dengan konsentrasi 40%.

b. Pengaruh suhu

Pada beberapa hidrokoloid suhu akan menyebabkan penurunan kekentalan, karena itu
kenaikan suhu dapat mengubah sifat aliran yang semula non Newtonian menjadi
Newtonian.
c. Pengaruh pH

Hidrokoloid pada umumnya akan membentuk gel dengan baik pada kisaran pH
tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya peningkatan kekentalan dengan
meningkatnya pH hingga mencapai titik tertentu dan kemudian akan makin menurun
bila pH terus ditingkatkan.

d. Pengaruh ion

Beberapa jenis hidrokoloid membutuhkan ion ion logam tertentu untuk membentuk
gelnya, karena pembentukan gel tersebut melibatkan pembentukan jembatan melalui
ion ionselektif.

e. Pengaruh komponen aktif lainnya

Sifat fungsional beberapa jenis hidrokoloid dapat dipengaruhi oleh adanya


hidrokoloid lain. Pengaruh ini dapat bersifat negatif dalam arti sifat fungsional makin
berkurang dengan adanya hidrokoloid lain ataupun bersifat positif karena adanya
pengaruh sinergis antara hidrokoloid hidrokoloid yang bergabung.

1.3 Dasar Pertimbangan Dan Landasan Hukum Penggolongan Obat

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


312/Menkes/SK/IX/2013 tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2013, dimana
Natrium Diklofenak masuk kedalam golongan dengan kelas analgesik non – narkotik.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor
949/Menkes/Per/IV/2000 maka sediaan Diklofenak Gel digolongkan ke dalam obat
keras sehingga kepadanya diberlalukakan peraturan tentang obat keras dan juga
ketentuan penandaan pada kemasan serta nomor registrasi.
1.4 Penandaan Pada Wadah, Leaflet atau Brosur

Berdasarkan SK Menkes No. 193/Kab/B VII/71 tanggal 21 Agustus 1971


tentang ‘Peraturan Pembungkusan dan Penandaan Obat’,SK Menteri Kesehatan RI
No. 02396/A/SK/VIII/1986 tanggal 15 Juni 1983 tentang ‘Tanda Khusus Untuk Obat
Keras’, Surat Edaran Dirjen POM No. 5660/AA/V/83 tanggal 20 Agustus 1983
tentang ‘Petunjuk Warna dan Tempat Tanda Khusus Obat Keras’, maka penandaan
khusu obat keras pada wadah, leflet atau brosur untuk sediaan Diklofenak Gel harus
sama atau mendekati contoh tanda khusus dibawah ini :

Lingkaran berwarna merah, memiliki garis tepi warna hitam, dan terdapat huruf K
ditengah lingkarannya. Ukuran diameter terluar minimal 1 cm.

1.5 Nomor Registrasi Dan Nomor Batch

• Nomor registrasi sediaan gel diklofenak adalah :

DKL 2022224028A1

D :Obat dengan merek dagang


K : Golongan obat keras

L : Produksi dalam negeri (lokal)

20 :Tahun persetujuan obatoleh BPOM

222 :Nomor urut pabrik

240 :Nomor urut obat jadi yang disetujui oleh pabrik

28 : Bentuk sediaan obat (gel)

A :Kekuatan obat jadi yang pertama di setujui

1 : Kemasan utama untuk nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat jadi

• Sediaan gel diklofenak dibuat oleh pabrik atau industri yang telah memenuhi
persyaratan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)
• Sediaan gel diklofenak memiliki nomer batch 03200302

0320 = Bulan dan tahun produksi


03 = Sediaan oral suspensi
05 = nomor urut pembuatan / pengolahan
BAB II

URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI

2.1 Nama Obat dan Sinonim


Natrium diklofenak mempunyai sinonim diclofenac potassium (AHFS 2008)
Nama kimia natrium diklofenak asam benzene asetat, 2-[(2,6-
diklorofenil)amino]- monosodium dengan struktur molekul sebagai berikut :

Rumus Molekul : C14H10Cl2NNaO2

Nama Kimia : Asam benzene asetat, 2-[(2,6-diklorofenil)amino]-


monosodium

Sinonim : Sodium [o-(dikloroanilino)fenil]asetat

Berat Molekul : 318,13

Secara farmakologi termasuk kedalam golongan

Secara kimia termasuk kedalam golongan NSAID (Goodman and Gilman, hal
1107)

2.2 Bentuk Senyawa Zat Aktif


Bentuk senyawa aktif yang akan digunakan adalah serbuk. Bentuk tersebut
dipakai karena menurut FI IV halaman 1405 sediaan natrium diklofenak
berbentuk serbuk hablur putih hingga hampir putih, higroskopik.
2.3 Efek Farmakologi
1. Penyakit Inflamasi
a. Secara oral untuk pengobatan simtomatik osteoarthritis, rheumatoid
arthritis, dan ankylosing spondylitis. (AHFS 2011)
b. Secara oral dalam kombinasi tetap dengan misoprostol untuk
pengobatan simtomatik osteoarthritis dan rheumatoid arthritis pada
pasien berisiko tinggi untuk mengembangkan tukak lambung atau
duodenum yang diinduksi NSAIA dan pada pasien berisiko tinggi untuk
mengalami komplikasi dari borok ini. (AHFS 2011)
c. Topikal (sebagai gel) untuk pengobatan simtomatik nyeri sendi terkait
osteoartritis. Digunakan untuk sendi yang menerima terapi topikal (mis.,
Tangan, lutut); belum dievaluasi pada sendi tulang belakang, pinggul,
atau bahu. (AHFS 2011)
d. Secara oral untuk manajemen rheumatoid arthritis remaja. (AHFS,
2011)
e. Secara oral untuk menghilangkan gejala radang sendi gout akut. (AHFS
2011)
f. Secara oral atau topikal untuk pengobatan simtomatik tromboflebitis
superfisial terkait-infus. (AHFS 2011)
2. Rasa sakit
a. Secara oral untuk menghilangkan rasa sakit, termasuk nyeri pasca
operasi (mis., Ortopedi, ginekologis, oral), pada orang dewasa. (AHFS
2011)
b. Secara transdermal untuk menghilangkan nyeri akut karena strain kecil,
keseleo, dan memar (AHFS 2011)
3. Dismenore
Secara oral untuk manajemen gejala dismenore primer. (AHFS 2011)
2.4 Mekanisme Kerja Dalam Tubuh
Mekanisme kerjanya, bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu
rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan
untuk mengubah fosfolipida menjadi asam arachidonat. Asam lemak poli-tak
jenuh ini kemudian untuk sebagian diubah oleh enzim siklooksigenase menjadi
endoperoksida dan seterusnya menjadi prostaglandin. siklooksigenase terdiri
dari dua isoenzim yaitu COX-1 (tromboxan dan prostacyclin) dan COX-2
(prostaglandin). Kebanyakan COX-1 terdapat di jaringan, antara lain dikeping
darah, ginjal dan saluran cerna. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat
dijaringan tetapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang.
Penghambatan COX-2 lah yang memberikan efek anti radang dari obat
NSAIDs. NSAID yang ideal hanya menghambat COX-2 (peradangan) dan
tidak COX-1 (perlindungan mukosa lambung). Diklofenak merupakan obat
NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) yang bersifat tidak selektif
dimana kedua jenis COX dihambat. Dengan penghambatan COX-1, maka tidak
ada lagi yang bertanggung jawab melindungi mukosa lambung-usus dan ginjal
sehingga terjadi iritasi dan (Tan, 2007).
2.5 Nasib Obat Dalam Tubuh
a. Absorpsi
Bioavailabilitas
Diserap dengan baik setelah pemberian oral. Menjalani metabolisme first-
pass; hanya 50-60% dari dosis mencapai sirkulasi sistemik sebagai obat
yang tidak berubah.
Konsentrasi plasma puncak biasanya dicapai dalam waktu sekitar 1 jam
(tablet konvensional kalium diklofenak), 2 jam (tablet pelepasan tertunda
diklofenak natrium), atau 5,25 jam (tablet pelepasan diperpanjang natrium
diklofenak).
Diserap ke dalam sirkulasi sistemik setelah pemberian topikal sebagai
sistem gel atau transdermal; konsentrasi plasma umumnya sangat rendah
dibandingkan dengan pemberian oral.
Setelah aplikasi sistem transdermal diclofenac epolamine tunggal untuk
kulit utuh pada lengan atas, konsentrasi plasma puncak terjadi dalam 10-20
jam.
Setelah aplikasi topikal gel natrium 1% diklofenak, konsentrasi plasma
puncak terjadi sekitar 10-14 jam.
Olahraga sedang tidak mengubah absorpsi sistemik dari diklofenak yang
dioleskan (sistem transdermal atau gel 1%).
Penerapan tambalan panas selama 15 menit sebelum penerapan gel 1%
tidak mempengaruhi penyerapan sistemik.318 Tidak ditetapkan apakah
aplikasi panas yang mengikuti aplikasi gel mempengaruhi penyerapan
sistemik.
Serangan
50-atau 100-mg dosis tunggal kalium diklofenak memberikan pereda nyeri
dalam 30 menit.
Durasi
Penghilang rasa sakit berlangsung hingga 8 jam setelah pemberian dosis
tunggal diklofenak 50 atau 100 mg.
Makanan
Makanan menunda waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak tetapi
tidak mempengaruhi tingkat penyerapan setelah pemberian sebagai tablet
konvensional, tertunda-rilis, atau diperpanjang-rilis. (AHFS 2011)
b. Distribusi
Tingkat
Didistribusikan secara luas pada hewan.
Setelah pemberian oral, konsentrasi dalam cairan sinovial dapat melebihi
yang ada dalam plasma.
Pengikatan Protein Plasma
> 99%. (AHFS 2011)
c. Metabolisme
Dimetabolisme di hati melalui hidroksilasi dan konjugasi. Beberapa
metabolit mungkin menunjukkan aktivitas anti-inflamasi. (AHFS 2011)
2.6 Indikasi dan Dasar Pemilihannya
1. Penyakit inflamasi. (AHFS 2011)
2. Rasa nyeri. (AHFS 2011)
3. Dismenore. (AHFS 2011)
2.7 Kontraindikasi dan Alasannya
1. Dikenal hipersensitif terhadap diklofenak atau bahan apa pun dalam
formulasi. (AHFS 2011)
2. Riwayat asma, urtikaria, atau reaksi sensitivitas lainnya yang dipicu oleh
aspirin atau NSAIA lainnya. (AHFS 2011)
3. Pengobatan nyeri perioperatif dalam pengaturan operasi CABG. (AHFS
2011)
4. Natrium diklofenak dalam kombinasi tetap dengan misoprostol
dikontraindikasikan pada wanita hamil. (AHFS 2011)
2.8 Dosis dan Perhitungan Dosis
Gosokkan dengan hati-hati pada kulit yang sakit, 3-4 kali sehari. Jumlah yang
digunakan tergantung dari luas dan daerah yang sakit, yaitu 2-4 gr (dalam
bentuk lingkaran berdiameter kurang lebih 2,0 – 2,5 cm) cukup untuk
mengobati daerah kulit sekitar 400-800 cm2.
Dianjurkan pengobatan ditinjau setelah 2 minggu
Setelah penggunaan, tangan sebaiknya dibasuh, kecuali pada tempat yang
sedang diobati
Tidak dianjurkan pada anak-anak
Penggunaan pada usia lanjut menggunakan dosis lazim dewasa.
2.9 Aturan Pakai
Dioleskan 3-4 kali sehari pada bagian-bagian yang sakit sambil digosok secara
perlahan-lahan.
2.10 Efek Samping
Gatal dan kemerahan pada kulit. Apabila digunakan pada kulit yang cukup luas
dan dalam jangka panjang kemungkinan terjadinya efek samping sistemik tidak
dapat dihindarkan sepenuhnya.

2.11 Toksisitas
Penelitian mengenai toksisitas natrium diklofenak pada ginjal masih terbatas,
padahal obat ini digunakan secara luas di masyarakat. Penelitian sebelumnya
sudah pernah membuktikan efek pemberian natrium diklofenak terhadap kadar
ureum, tetapi dosis yang digunakan jauh diatas dosis lazim. Sementara itu,
penelitian yang menggunakan natrium diklofenak dosis lazim tidak meneliti
kadar ureum sebagai indikator penurunan fungsi ginjal. Oleh sebab itu, melalui
penelitian ini penulis ingin mengetahui efek pemberian natrium diklofenak
dosis lazim yaitu 1,4 mg/kgBB dan 2,8 mg/kgBB terhadap kadar ureum sebagai
indikator penurunan fungsi ginjal.
2.12 Interaksi Obat
1. Diklofenak + Alopurinol
Allopurinol tidak memengaruhi pembersihan indometasin atau fenilbutazon
level. (Stockley 2008, hal 139)
2. Diklofenak + Amoxicillin
Sebuah studi pada subyek sehat menemukan bahwa diklofenak
meningkatkan pembersihan amoksisilin. Laporan terisolasi menggambarkan
pengantara akut nefritis dengan sindrom nefrotik yang terkait dengan
penggunaan naproxen dan amoksisilin. (Stockley 2008, hal 139)
3. Diklofenak + Steroid Anabolik
Kadar oxyphenbutazone serum dinaikkan sekitar 40% oleh penggunaan
methandienone (methandrostenolone). Fenilbutazon muncul tidak
terpengaruh. (Stockley 2008, hal 139)
4. Diklofenak + Antasida
Penyerapan diklofenak tidak terpengaruh oleh aluminium hidroksida,
magnesium hidroksida, atau kombinasinya. (Stockley 2008, hal 140)
5. Diklofenak + Azoles
Flukonazol secara nyata meningkatkan kadar celecoxib, sedangkan
ketokonazol tidak berpengaruh pada tingkat celecoxib. Flukonazol dan
ketokonazol cukup meningkatkan level valdecoxib (utama metabolit
parecoxib). Ketoconazole meningkatkan etoricoxib kadar plasma, tetapi ini
tidak mungkin memiliki relevansi klinis. Flukonazol tidak memiliki efek
yang relevan secara klinis pada farmakokinetik lumiracoxib. (Stockley
2008, hal 145)
6. Diklofenak + Resin Pengikat Asam Ampedu
Colestyramine simultan mengurangi penyerapan diklofenak dan sulindac,
mengurangi penyerapan ibuprofen, tetapi hanya tertunda dan tidak
mengurangi tingkat penyerapan dari naproxen. Administrasi colestyramine
tiga atau lebih banyak jam setelah sulindac oral, piroxicam, atau tenoxicam
masih sangat mengurangi kadar plasma mereka. Secara signifikan
mengurangi NSAID kadar juga telah ditemukan ketika colestyramine
diberikan setelah intravena meloxicam atau tenoxicam.
Colestipol simultan mengurangi penyerapan oral diklofenak, tetapi tidak
berpengaruh pada penyerapan ibuprofen. (Stockley 2008, hal 146)
7. Diklofenak + Makanan
Secara umum, makanan tidak memiliki efek klinis yang signifikan terhadap
penyerapan dari NSAID; Namun, keterlambatan penyerapan itu terjadi
mungkin penting jika NSAID diberikan dalam manajemen nyeri akut.
(Stockley 2008, hal 147)
8. Diklofenak + Ginkgo biloba
Kasus terisolasi menggambarkan pendarahan intraserebral fatal pada pasien
mengambil Ginkgo biloba dengan ibuprofen, dan kasus lain menjelaskan
perdarahan yang lama dan hematoma subdural pada pasien lain mengambil
Ginkgo biloba dengan rofecoxib. Studi melibatkan diklofenak dan
flurbiprofen menunjukkan bahwa Ginkgo biloba tidak berpengaruh pada
farmakokinetik obat ini. (Stockley 2008, hal. 148)
9. Diklofenak + NSAID lain
Penggunaan dua atau lebih NSAID secara bersamaan meningkatkan risiko
kerusakan saluran cerna. Diflunisal meningkatkan kadar indometasin serum
sekitar dua kali lipat tetapi tidak mempengaruhi level naproxen. Bersamaan
penggunaan indometacin dan flurbiprofen tampaknya tidak mempengaruhi
farmakokinetik dari kedua obat. Floctafenine tidak berubah kadar
diklofenak. Indometasin menyebabkan gangguan ginjal pada pasien pulih
dari gagal ginjal akut yang diinduksi fenilbutazon. (Stockley 2008, hal. 151)
10. Diklofenak + Phenobarbital
Phenobarbital menurunkan AUC fenoprofen dan meningkatkan
pembersihan fenilbutazon. (Stockley 2008, hal. 153)
11. Diklofenak + Pentoxifylline
Ulasan kejadian perdarahan terkait dengan penggunaan pasca operasi
ketorolac mengungkapkan bahwa sejumlah kecil pasien juga mengambil
pentoxifylline. Oleh karena itu produsen Inggris merekomendasikan bahwa
kombinasi obat ini harus dihindari, sedangkan Produsen AS tidak
menyebutkan interaksi tentatif ini. Tampaknya tidak ada bukti mengenai
interaksi ini dengan yang lain NSAID. (Stockley 2008, hal. 153)
12. Diklofenak +Probenecid
Probenecid mengurangi pembersihan dexketoprofen, diflunisal,
indometacin (toksisitas terlihat), ketoprofen, ketorolac, naproxen, sodium
meclofenamate, tenoxicam dan asam setiaprofenat dan meningkatkan level
mereka. Ketorolak dan probenesid secara khusus dikontraindikasikan. Efek
uricosuric dari probenesid tidak terpengaruh oleh indometasin tetapi
mungkin sedikit dikurangi oleh sulindac. (Stockley 2008, hal. 153)
13. Diklofenak + Tembakau
Pembersihan diflunisal, phenazone (antipyrine) dan phenylbutazone lebih
besar pada perokok daripada non-perokok. (Stockley 2008, hal. 157)
14. Diklofenak + Antidepresan Trisiklik
Antidepresan trisiklik dapat menunda penyerapan fenilbutazon dan
oxyphenbutazone dari usus, tetapi antirematiknya efeknya mungkin tidak
terpengaruh. (Stockley 2008, hal 158)
15. Diklofenak + Sefalosporin
Cefadroxil tidak mengubah farmakokinetik diklofenak. Itu ekskresi bilier
ceftriaxone menigkat dengan diklofenak. (Stockley 2008, hal 158)
16. Diklofenak Topikal + Lain-lain
Diklofenak topikal yang dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sangat
tidak mungkin dilakukan berinteraksi dengan obat yang diketahui
berinteraksi dengan diklofenak diberikan secara lisan. (Stockley 2008, hal.
158)
2.13 Peringatan dan Perhatian
Peringatan
Pertimbangkan potensi manfaat dan risiko terapi diklofenak serta terapi
alternatif sebelum memulai terapi dengan obat. Gunakan dosis efektif terendah
dan durasi terapi terpendek yang konsisten dengan tujuan perawatan pasien.
(AHFS 2011)
Perhatian
1. Natrium diklofenak gel sebaiknya digunakan pada kulit yang sehat dan utuh
(tidak ada luka terbuka)
2. Hindari kontak dengan mata atau selaput lendir
3. Tidak boleh dimakan
4. Tidak dianjurkan penggunaan obat ini selama kehamilan
5. Untuk menghindari toksisitas yang aditif, sebaiknya tidak diberikan
bersama preparat Diklofenak oral
2.14 Cara Penyimpanan
25°C (dapat terpapar 15-30°C). (AHFS 2011)
2.15 Contoh Sediaan Yang Beredar Di Pasaran
Voltaren 1% emulgel
Voltadex gel 1%
2.16 Brosur Obat
DICNA DICNA
Diclofenac Diethylamine Diclofenac Diethylamine
Emulgel Emulgel

COMPOSITION KOMPOSISI
Each gram contains : Tiap gram mengandung :
Diclofenac Diethylanine a equivalent to 5 mg Diclofenac Diethylamine yang setara dengan
Diclofenac Sodium. 5 mg Diclofenac Sodium

PHARMACOLOGY FARMAKOLOGI
DICNA emulgel contains Diclofenac, a DICNA emulgel mengandung Diclofenac
phenylacetic acid derivate with pronouced yaitu derivat asam fenilasetat yang
analgesic and antiinflamatory properties. mempunyai daya analgesic dan antiinflamasi.
DICNA emulgel acts by inhibiting DICNA emulgel bekerja dengan cara
cyclooxygenase. menghambat siklooksigenase.

INDICATIONS INDIKASI
• Traumatic inflamation og the • Inflamsi karena trauma pada tendon,
tendons, ligaments, mucles and joins, ligamen, otot dan persendian seperti
e, g due to sprains, strains and yang disebabkan oleh salah urat,
bruises. terkilir dan memar.
• Localized forms of soft rheumatism • Rhematik jaringan lunak seperti
e, g, tendovagintis, bursitis, tendavaginitis, bursitis, shoulder-
shoulder-hand syndrome and hand syndrome dan periartopati
oeriarthopathy. • Penyakit-penyakit rheumatik yang
• Localized rheumatic diseases e, g, terlokalisir seperti osteoartrosis pada
osteoarthosis of the perpheral and the sendi-sendi perifer dan kolumna
vertebral calumn. vertabral.
• Penyakit-penyakit reumatik yang
CONTRA-INDICATIONS terlokalisir seperti osteoartritis pada
Hypersensitivity to Diclofenac sendi-sendi perifer dan kolumna
Diethylammonium vertebral.

DICNA emulgel is also contraindicated in KONTRA-INDIKASI


patient in whom attacks of athsma, urtcaria Hipersensitivitas terhadap Diclofenak
or acute rhinitis are precipitated by Dietilmonium.
acetylcalicylic acid or other nonsteroidal
antiinflamatory drugs. DICNA emulgel kontra-indikasi pada pasien
yang terserang asma, urtikaria atau rinitis
ADVERSE REACTIONS akut yang dipersiptasi oleh asam asetil
DICNA emulgel is well tolerated. salisilat atau obat-obat antiinflamasi
Occasional : Local irritation, erytherma, nonsteroid lainnya.
pruritus or dermatitis, photosensitivyty
reactions of the skin, desquamation and EFEK SAMPING
atrophy may occur. DICNA emulgel dapat ditoleransi dengan
baik, kadang-kadang terjadi iritasi lokal,
eritema, pruritus, atau dermatitis,
fotosensitivitas pada kulit, deskuamasi dan
atropi.
FRECAUTIONS
• DICNA emulgel should be applied PERHATIAN
only to healthy and intact skin • DICNA emulgel sebaiknya
surfaces (absence of open wounds or digunakan pada kulit yang sehat dan
injuries) utuh (tidak ada luka terbuka).
• It should no be allowed to come into • Hindari kontak dengan mata atau
contact with the eyes or with mucous selaput lendir.
membranes. • Tidak boleh dimakan
• Not to be taken by mouth. • Tidak dianjurkan penggunaan obat
• It is not recomended for use during ini selama kehamilan
pregnancy. • Untuk menghindari toksisitas yang
• To prevent additive toxicity, do not adiktif sebaiknya tidak diberikan
adinister concomtanity with oral bersama preparat Diklofenak oral.
preparations.
DOSIS
DOSAGE Gosokan dengan hati-hati pada kulit yang
DICNA emulgel is to be applied and rubbed- sakit, 3-4 kali sehari. Jumlah yang digunakan
in gently to the affected skin 3 or 4 times tergantung dari luas dan daerah yang sakit,
daily. The amount needed depends on the yaitu 2-4 g (dalam bentuk lingkaran
size of the panful site e, g, sufficients 2-4 g berdiameter 2,0-2,5 cm) cukup untuk
(in circular area with 2,0-2,5 cm diameter) is mengobati daerah 400-800 cm².
sufficients to treat an area ag about 400-800 Dilanjutkan pengobatan ditinjau setelah 2
cm². minggu
After aplication, the hands shoulds be Setelah penggunaan, tangan sebaiknya
washed, unless they are the site being treated. dibasuh kecuali pada tempat yang sedang
The use in children is not recpmended, in diobati.
enderly use adult common dose. Tidak dianjurkan pada anak-anak
Penggunaan pada usia lanjut menggunakan
ON MEDICAL PRECRIPTION ONLY dosis lazim dewasa.

PRESENTATION HARUS DENGAN RESEP DOKTER


Box of 1 tube @20 g
Reg. No : DKL202003244028A1 Dus isi 1 tube @20 g
Reg. No : DKL202003244028A1
STRONGE
Store below 30˚C PENYIMPANAN
Simpan pada suhu dibawah 30˚C
Manufactured by : PT UBP Sejahtera
Abadi Dibuat oleh : PT UBP Sejahtera Abadi
Karawang-Indonesia Karawang-Indonesia
2.17 Dus Obat

No. Batch : 03200302


No. Reg :
DKL2022224028A1
Exp Date : 03/2022

Tiap gram mengandung:


10 mg Natrium
Diklofenak

PT. UBP Sejahtera Abadi


Karawang, Indonesia
BAB III

ANALISIS PREFORMULASI, FORMULASI DAN USULAN FORMULA

3.1 Pendekatan Formulasi

Bentuk senyawa yang akan digunakan adalah dalam bentuk serbuk. Yang akan dibuat
dalam bentuk Gel. Pemilihan Natrium diclofenak sebagai zat aktif dalam sediaan
dengan pertimbangan Natrium diclofenak sebagai obat antiradang non steroid ( non
steroid antiinfalammatory drug, NSAIDs) yang digunakan untuk mengurangi
gangguan inflamasi, meredakan nyeri ringan sampai sedang.

Natrium diclofenak merupakan suatu turunan asam fenil asetat, Natrium


diklofenak digunakan pada pengobatan osteoarthritis dan rheumatoid artrithis.
Diclofenak dapat terakumulasi pada cairan sinvia sehingga cairan efek terapi pada
persendian menjadi lebih panjang. Memunyai cara kerja melawan COX-2 yang akan
menghambat prostaglandin. Natrium diclofenak pada formulasi gel ini digunakan
sebagai bahan aktif yang digunakan dengann konsentrasi 1% yang merupakan bahan
yang sukar larut dalam air, sehingga untuk melarutkan bahan aktif ini digunakan
propilenglicol.

Preformulasi senyawa aktif

Na Diclofenak (FI IV halaman 1405, USP halaman 32)

Struktur Kimia :
Rumus molekul : C14H10Cl2NNOa2

Berat molekul : 318,13

Nama Kimia : Asam benzeneasetat, 2-(2,6-dikoorofenil)amino]-

Pemerian : Serbuk hablur putih hingga hampir putih , higroskopik

Nama lain : Natrii-diklofenak, diclofenac sodium

Kelarutan : mudah larut dalam etanol, larut dalam etanol, agak sukar larut
dalam air, praktis larut dalam klorofom dan dalam eter

pH : 4,0-7,5

Titik leleh : 2840C

Stabilitas : Gel 1% Natrium diklofenak harus disimpan pada suhu 250C


dan terlindung dari panas. Stabil tanpa adanya O2 dan dalam
buffer pH 7,6

Inkompatibilitas : inkompatibiltas terhadap permukaan nylon dan rayon

Penyimpanan : dalam wardah kedap dan tertutup rapat

Inkompatibiltas :-

Sifat khusus : sedikit higroskopis


Koefisien partsi : 4,5

Khasiat : antiinflamasi non steroid

Berdasarkan analisis farmakologi dan data preformulasi zat aktif Natrium diclofenak
maka akan dibuat sediaan sediaan gel sebanyak 60 gr.

Formula umum sediaan :

R/ Natrium diclofenak (zat aktif)

Metil paraben ( pengawet)

Propil Paraben (pengawet)

Propilenglicol (Emulion / humectan)

CMC Na (Gelling Agent)

Aquadest

Eksipien yang dipilih untuk formula utama Gel adalah

1. Metil Paraben (Handbook of pharmaceutical Exipient Edisi 6 Hal 442, FI IV


Hal 551)
Struktur kimia :
Pemerian : Hablur kecil tidak berwarna, atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, atau berbau khas lemah, mempunyai
sedikit rasa terbakar
Nama lain : Metilparaben, Metagin, Metilparaept, aseptoform,
methylcomosept
Nama kimia : Methyl-4-hydrobenzoate
Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam
karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan eter
pH larutan :-
Titik lebur : 1250C – 1280C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutp baik
Stabilitas : pada pH 3-6 larutan metilparaben cair dapat di
sterilkan dengan autoklaf pada suhu 1200C selama 20
menit. Stabil pada pH 3-6 pada suhu ruangan
Incompatibilitas : inkompatibel dengan bentonit, magnesium trisilikat,
talk, tragacant, sodium alginate, minyak esensial,
sorbitol, dan atropine
Khasiat : pengawet (antimikroba)
Alasan pemilihan : kandungan air pada sediaan dapat mencegah
kontaminasi mikroba

2. Propil Paraben (Handbook Of Pharmaceutical Exepient Hal 596, Fi IV Hal


713)

Struktur kimia :

Pemerian : serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna


Nam lain : Nipagin, Propagin, Propyl Cemosept, Propyl Parasept,
Solbrol P, Tegosept
Nama Kimia : Propyl-4-hydroxibenzoate
Rumus Molekul : C10H12O3
Berat Molekul : 180,20
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih
pH larutan :-
Titik lebur : : 950C – 980C
Stabilitas : larutan propylparaben cair pada pH 3-6 dapat
disterilkan dengan autoklaf, tanpa dekomposisi. Pada
pH 3-6, larutan propylparaben cair stabil sampai ste
lebuh sekitar 4 tahun pada suhu ruangan. Apabila pada
pH 8 atau di atasnya maka akan cepat terhidrolisis
(10% atau lebih setelah 60 hari pada suhu ruangan)
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan magnesium alumunium silikat,
magnesium trisilikat, besi kuning oksida
Sifat khusus :-
Khasiat : pengawet (antimikroba)
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Alasan pemilihan : kombinasi antara konsentrasi propil paraben dan metil
paraben akan mengahasilkan kombinasi pengawet
dengan antimikroba yang kuat

3. CMC Na ( karboksimetil selulosa natrium) (HOPE 5th hal 120-121)


Struktur kimia :

Berat molekul : 90000 – 700000


Ketebalan : 0,52 g/cm3
Pemerian : serbuk granular, putih atau hampir putih, tidak berbau
Kelarutan : praktis tidak larut dalam acetone, etanol 95%, eter,
dan toluene, mudah terdispersi dalam air pada berbagai
suhu membentuk larutan koloid jernih
Stabilitas : stabil meskipun higroskopis, dalam kondisi yang
tingkat kelembaban tinggi, CMC Na dapat
mengabsorbsi air sedalam jumlah yang besar
(50%).larutan CMC Na stabil pada pH dibawah 2 dan
pengurangan viskositas secara cepat terjadi dibawah pH
10. Harus di simpan dalam wadah tertutup baik pada
tempat yang sejuk dan kering
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan
garam yang larut dari besi dan logam lain seperti
alumuniu, raksa dan seng. Inkompatibel pula dengan
xanthan gum. pengendapan dapat terjadi pada pH <3
dan jika dicampur dengan etanol 95%. CMC Na
membentuk komples dengan gelatin dan pectin. Dapat
juga membentuk kompleks dengan kolagen dan
memiliki potensi untuk mengendap akibat muatan
positif protein.
Konsentrasi :-
Khasiat : Gelling Agent
Alasan : kelarutan dan pH yang sesuai

4. Propilenglikol
Struktur kimia :
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis
tidak berbau, menyerap air pada udara lembab
Nam lain : Propilen glicolum, metil-glikol
Nama kimia : 12-propanediol
Rumus Molekul : C3H8O2
Berat Molekul : 76,09

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan


dengan klorofom. Lart dalam beberapa minyak esensial
dan dalam eter, tetapi tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak

pH :-

Titik didih : 1880C

Stabilitas : Pada suhu tinggi akan teroksidasi menjadi


propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam
asetat
Sifat khusus :-
Khasiat : Humektan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
5. Aquadest (FI III hal 96)

Rumus kimia :

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA


Nma lain : aquadest, air suling
Rumus molekul : H20
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk fisik . air harus disimpan dalam wadah yang
sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya
harus terlindungi dari kontaminasi partikel-partikel ion
dan bahan organk yang dapat menaikka konduktivitas
dan jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari
partikel-partikel lain dan mikroorganisme yang tumbuh
dan merusak fungsi air
Khasiat : zat pelarut
Formula utama

R/ Natrium Diklofenak 1%
Metilparaben 0,18%
Propylparaben 0,02%
Propylen Glicol 15%
CMC Na 5%
Aquadest ad 50

Formula Alternatif

R/ Natrium diklofenak 1%
Metilparaben 02%
Gliserin 10%
HPMC 4%
Aqua destilata ad 50
BAB IV

FORMULASI

Sediaan yang akan dibuat adalah gel natrium diklofenak dengan kekuatan dosis 50 gr

4.1 Rancangan Formulasi

No Nama bahan Jumlah Kegunaan


1 Natrium Diklofenak 1% Zat aktif (Analgetik
pada pengobatan RA,
osteoartritis)
(Farmakologi Ulasan
Bergambar Edisi 4,
605)
2 Methylparaben 0,18 % Bahan Pengawet
(Handbook of
pharmaceutical
Manufacturing
Formulations, 71)
3 Propil Paraben 0,02 % Bahan Pengawet
(Handbook of
pharmaceutical
Manufacturing
Formulations, 71)
4 Propylene Glycol 15 % Humektan
(Handbook of
pharmaceutical
Excipients 592)
4 CMC - Na 5% Gelling agent/ Basis gel
(Handbook of
pharmaceutical
Excipients119-120)

a. Karakteristik dan aplikasi eksipien dalam formulasi dan teknologi farmasi


dalam obat-obatan oral.

Nama Bahan Karakteristik Alasan Pemilihan Sumber


Bahan
Methylparaben pH = 9,5 – 10,5 Karena digunakan Handbook of
(0,1% b/v larutan sebagai pengawet pharmaceutical
air) yang bersifat Excipients 443 -
higroskopis dan 444
Kadar mampu
methylparaben menghambat
untuk gel atau pertumbuhan
kosmetik tidak bakteri.
boleh melebihi
0,8%

Propylparaben pH = 9,5 – 10,5 Karena digunakan Handbook of


(0,1% b/v larutan sebagai pengawet pharmaceutical
air) yang bersifat Excipients 443 -
higroskopis dan 444
Kadar mampu
methylparaben menghambat
untuk gel atau pertumbuhan
kosmetik tidak bakteri.
boleh melebihi
0,8%

Propylen Glycol Titik didih : Karena propylen (Handbook of


1888oC glikol cepat pharmaceutical
Viskositas diserap pada kulit. Excipients 592 -
(dinamis) 58,1 593)
mPa s (58,1 cP)
pada 208oC
CMC Na pH : 6,0 – 8,5 Karena selain (Handbook of
larutan berair untuk gelling pharmaceutical
stabil pada pH 2- agent glikol dapat Excipients 118-
10; bisa terjadi mencegah 119)
presipitasi di pengeringan dalam
bawah pH 2, dan pembuatan gel.
viskositas larutan
menurun dengan
cepat di atas pH
10. Viskositas dan
stabilitas
maksimum pada
pH 7 – 9.

A. Perhitungan Penimbangan Obat


• Natrium Diklofenak 1%
1/100 x 50 gram = 0,5 gram
• Methylparaben 0,18 %
0,18/100 x 50 gram = 0,09 gram
• Propylparaben 0,02 %
0,02/100 x 50 gram = 0,01 gram
• Propylen Glycol 15%
15/100 x 50 gram = 7,5 gram dikonversi menjadi 7,5 ml
• CMC Na 5%
5/100 x 50 gram = 2,5 gram
• Aquadest ad 50
50 gram – (0,5 gram + 0,09 gram + 0,01 gram + 7,5 gram + 2,5 gram)
= 10,6 gram dikonversi menjadi 10,6 ml
A. Penimbangan Obat
• Natrium Diklofenak = 0,5 gram
• Methylparaben = 0,09 gram
• Propylparaben = 0,01 gram
• Propylen Glycol = 7,5 ml
• CMC Na = 2,5 gram
• Aquadest = 10,6 ml
B. Cara Pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Setarakan timbangan.
3. Timbang masing – masing bahan.
4. Masukan CMC Na dan tambahkan sedikit demi sedikit aquadest, gerus
ad mucilago.
5. Tambahkan polyetil glikol, gerus hingga homogen.
6. Masukan sedikit demi sedikit Natrium Diklofenak gerus hingga terlarut
dan homogen,
7. Tambahkan Methylparaben, gerus hingga homogen.
8. Tambahkan Propylparaben, gerus hingga homogen.
9. Masukkan aquadest sedikit demi sedikit, gerus hingga homogen.
10. Masukan kedalam pot salep,
11. Kemas dan beri etiket.
4.2 Rancangan Formulasi Alternatif

No Nama bahan Jumlah Kegunaan


1 Natrium Diklofenak 1% Zat aktif (Analgetik
pada pengobatan RA,
osteoartritis)
(Farmakologi Ulasan
Bergambar Edisi 4,
605)
2 Methyl Paraben 0,2 % Bahan Pengawet
(Handbook of
pharmaceutical
Manufacturing
Formulations, 71)
3 Glycerin 10 % Humektan dan emolien
(Handbook of
pharmaceutical
Excipients 278)
4 HPMC 4% Gelling Agent/ Basis
Gel
(Handbook of
pharmaceutical
Excipients 326-327)
a. Karakteristik dan aplikasi eksipien dalam formulasi dan teknologi farmasi
dalam obat-obatan topikal.

Nama Bahan Karakteristik Alasan Pemilihan Sumber


Bahan
Methylparaben pH = 9,5 – 10,5 Karena digunakan Handbook of
(0,1% b/v larutan sebagai pengawet pharmaceutical
air) yang bersifat Excipients 444
higroskopis dan
Kadar mampu
methylparaben menghambat
untuk gel atau pertumbuhan
kosmetik tidak bakteri.
boleh melebihi
0,8%

Glycerin BM 92,10 Karena dalam FI III hal 272


kosmetik berguna
Kelarutan- untuk
kebasaan : 10% melembabkan
b/v kulit.
HPMC pH : 5,0 – 8,0 ( 2% HPMC sebagai (Handbook of
b/b). gelling agent pharmaceutical
Suhu: 36080C karena sifatnya Excipients 326-
Titik lebur: 190- yang tahan 327)
20080C terhadap fenol.

B. Perhitungan Penimbangan Obat


• Natrium Diklofenak 1%
1/100 x 50 gram = 0,5 gram
• Methylparaben 0,2%
2/100 x 50 gram = 1 gram
• Glycerin 10%
10/100 x 50 gram = 5 gram dikonversi menjadi 5 ml
• HPMC 4%
4/100 x 50 gram = 2 gram
• Aquadest ad 50
50 gram – (0,5 gram + 1 gram + 5 gram + 2 gram)
= 41,5 gram dikalibrasi menjadi 41,5 ml
C. Penimbangan Obat
• Natrium Diklofenak = 0,5 gram
• Methylparaben = 1 gram
• Glycerin = 5 ml
• HPMC = 2 gram
• Aquadest = 41,5 ml
D. Perhitungan Expire Date Gel Natrium Diklofenak
E. Cara Pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Setarakan timbangan.
3. Timbang masing – masing bahan
4. Masukkan HPMC ke dalam mortir tambahkan sedikit air gerus ad
mucilago.
5. Tambahkan Glycerin sedikit demi sedikit, gerus ad homogen.
6. Tambahkan Natrium Diklofenak sedikit demi sedikit, gerus ad
homogen.
7. Tambahkan Methylparaben, gerus ad homogen.
8. Masukkan ke dalam pot salep.
9. Kemas dan beri etiket.
BAB V

EVALUASI SEDIAAN

Tujuan dilakukannya evaluasi sediaan adalah untuk menguji sediaan gel tersebut
layak untuk digunakan dan memenuhi standar mutu yang telah ditentukan.

5.1 Evaluasi Organoleptis (FI III halaman 30)

Prinsip :

Diamati apakah sediaan sesuai dengan standar gel

Tujuan :

Untuk dapat mengevaluasi organoleptis sediaan

Metode :

1. Bau : mengenali aroma atau bau sediaan gel dengan mencium


aroma sediaan
2. Warna : melihat warna dari sediaan gel
3. Bentuk : mengenali bentuk dari sediaan
4. Konsistensi : dirasakan konsistensi dari gel
Penafsiran Hasil :
Sediaan gel yang dihasilkan akan memiliki bentuk semisolid, warna bening, tidak
berbau serta konsistensinya halus.
5.2 Evaluasi Homogenitas
Prinsip :
Sebagian sempel diamati pada gelas objek secara visual
Tujuan :
Untuk mengetahui distribusi partikel atau granul dari suatu gel

Metode :
Susunan partikel terbentuk dari sediaan akhir diamati secara visual. Metodenya,
sampel diamati pada bagian atas, tengah dan bawah. Sampel diletakan pada gelas
objek dan diratakan dengan gelas objek lain hingga lapisan tipis terbentuk. Setelah
itu susunan partikel yang terbentuk diamati visual ( FI III halaman 33).
Penafsiran Hasil :
Sediaan gel yang dihasilkan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel
yang sama dibagian manapun.
5.3 Evaluasi Daya Sebar
Prinsip :
Uji daya sebardengan menggunakan lempeng kaca dan anak timbangan gram.
Tujuan :
Untuk mengetahui daya sebar gel.
Metode :
Gel ditimbang + 0,5 gram, diletakan pada kaca bundar bagian tengah, diatas diberi
anak timbangan sebagai beban dan dibiarkan 1 menit. Diameter gel yang
menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi),
diukur. 50 gram, 100 gram, 200 gram, 300 gram, 400 gram, dan 500 gram
digunakan sebagai beban, pada setiap penambahan beban didiamkan selama 1
menit dan diukur diameter gel yang menyebar (Ansel, 1989).
Penafsiran Hasil :
Daya sebar gel dengan bertambahnya beban akan bertambah besar pula
diameternya.
5.4 Evaluasi Daya Lekat
Prisip :
Sampel diukur kecepatan waktu saat terlepas dari antara dua gelas objek yang
diberi beban tertentu.
Tujuan :
Untuk mengetahui daya lekat gel
Metode :
Sejumlah sampel + 0,25 gram, diletakan diantara dua gelas objek kemudian
ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu beban diambil kemudian
gelas objek diangkatmenggunakan tangan dan dihitung waktu gelas objek jatuh
(terlepas antara keduanya) (Miranti,2009).
Penafsiran Hasil :
Sediaan gel memiliki daya lekat yang tinggi sehingga memberikan efek terapi
yang lebih lama.
5.5 Evaluasi pH
Prinsip :
Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan kertas pH meter.
Tujuan :
Untuk dapat menentukan pH sediaan.
Metode :
Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter. Yakni kertas pH
meter dicelupkan ke dalam sediaan kemudian dicocokan kertas pH dengan
indikatornya sehingga diperoleh pH akhir (FI IV hal 1039).
Penafsiran Hasil :
Sediaan gel yang dihasilkan memiliki pH 4,5-7,5.
5.6 Evaluasi Bobot Jenis Sediaan
Prinsip :
Menentukan bobot sediaan dengan menimbang sediaan.
Tujuan :
Untuk dapat menentukan bobot sediaan.
Metode :
Menimbang pot beserta penutupnya lalu menimbang pot yang telah berisi
gelbeserta tutupnya dan dicatat bobot sediaan.
Penafsiran Hasil :
Bobot sediaan dengan bobot rata-rata masing-masing pot.
DAFTAR PUSTAKA

AHFS 2011

FI III

FI III

USP 32

EP 2008

AHFS 2010

Formularium Nasional

AHFS 2008

Goodman and Gilman

Stockley 2008

USP

HOPE Edisi 6

Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 4

Handbook of pharmaceutical Manufacturing Formulations

Anda mungkin juga menyukai