OLEH :
FM 18D
FAKULTAS FARMASI
2020
Jl. HS. Ronggo Waluyo, Puseurjaya, Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat 41361
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktikum Formulasi Dan Teknologi
Sediaan Cair Dan Semi Padat yang berjudul ” Formulasi Gel Natrium Diklofenak” ini
dengan lancar. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dan penilaian mata kuliah
Praktikum Formulasi Dan Teknologi Sediaan Cair Dan Semi Padat.
1. Ibu Anggun Hari Kusumawati, M.Si., Apt. selaku dosen mata kuliah
Praktikum Formulasi Dan Teknologi Sediaan Cair Dan Semi Padat.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan baik
dari sistematika, isi, penulisan dan lain-lain. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa S1-Farmasi Universitas Buana
Perjuangan Karawang.
Team Penulis
BAB I
Data kelarutan : Mudah larut dalam metanol, larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam air, praktis larut dalam kloroform dan dalam eter (FI IV halaman
1405).
Stabilitas Terhadap pH : pH dari 1% larutan dalam air adalah 7,0 dan 8,5.
Stabilitas Terhadap Suhu : Gel Diklofenak harus disimpan pada suhu 25 ˚C dan
terlindung dari panas (AHFS 2010, halaman 2088).
Stabilitas Terhadap Cahaya : Diklofenak harus dsimpan pada suhu dibawah 30 ˚C,
dan tidak tembus cahaya (FI IV halaman 1406).
A. Pengertian Gel
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang, jernih, tembus
cahaya, dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan
yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel,
1989).
Zat zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi, koloid
pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis supositoria.
Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat obatan, kosmetik dan
makanan juga pada beberapa proses industri. Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan
untuk perawatan kulit, sampo, sediaan pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007).
Sediaan gel (dari bahasa Latin gelu = membeku, dingin, es atau gelatus =
membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase: padat dan cair.
Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada
rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat,
kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat
seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar agar, dan gel rambut.
1. Untuk kosmetik, gel digunakan pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit
dan sediaan perawatan rambut.
2. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril)
atau dimasukkan kedalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (FI IV, hal 8)
3. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet
bahan pelindung koloid dan suspensi, bahan pengental ada sediaan cairan oral
dan basis suppositoria.
Untuk Hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan penampilan sediaan
yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film
tembus pandang, eiastic, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga
pernafasan pori tidak terganggu, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik,
kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah
setelah mengembang. Contoh: bentonit magma, gelatin
• Xerogel
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui sebagai
xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa sisa kerangka
gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan
penambahan agen yang mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel.
Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan
polystyrene.
Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro
yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
(misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan). Molekul organik larut dalam
fasa kontinu.
Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang
terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, masa
gel kadang kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik tidak larut, hampir
secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.
1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert,
aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang
baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan
kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan
tube, atau selama penggunaan topikal. Karakteristik gel harus disesuaikan
dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
3. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM
besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan).
4. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga
pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh
polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang
akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan
tersebut akan membentuk gel.
5. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelationl anorganik tidak larut, hampir secara
keseluruhan terdispersi pada fasa kontiniu.
E. Sifat Dan Karakteristik Gel
1. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi di antara matriks gel
dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.
Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam
matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.
2. Sineresis.
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang
terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel
terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar.
3. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk
larutan yang kental.
Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel
atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
4. Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana
ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid
digaramkan (melarut), Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit
kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri
sesudah pemberian tekanan geser.
Gel Na alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion
kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai
kalsium alginat yang tidak larut.
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk 501 menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel.
Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai
aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam macam tergantung dari komponen
pembentuk gel.
6. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non
Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
Menurut Fardiaz (1989) sifat pembentukan gel bervariasi dari satu jenis
hidrokoloid ke hidrokoloid yang lainnya tergantung pada jenisnya. Gel mungkin
mengandung 99,9% air tetapi mempunyai sifat lebih khas seperti padatan, khususnya
sifat elastisitas (elasticity) dan kekakuan (rigidity).
Gelasi atau pembentukan gel merupakan fenomena yang menarik dan sangat
kompleks, namun sampai saat ini masih banyak hal hal yang belum diketahui tentang
mekanismenya. Pada prinsipnya pembentukan gel hidrokoloid terjadi karena adanya
pembentukan jala atau jaringan tiga dimensi oleh molekul primer yang terentang pada
seluruh volume gel yang terbentuk dengan merangkap sejumlah air di dalamnya.
Terjadi ikatan silang pada polimer polimer yang terdiri dari molekul rantai
panjang dalam jumlah yang cukup maka akan terbentuk bangunan tiga dimensi yang
kontinyu sehingga molekul pelarut akan terjebak diantaranya, terjadi
immobilisasimolekul pelarut dan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang tahan
terhadap gaya maupun tekanan tertentu.
Teori ini menyatakan bahwa gel terjadi sebagai akibat adsorpsi molekul
pelarut oleh partikel terlarut selama pendinginan yaitu dalam bentuk pembesaran
molekul akibat pelapisan zat terlarut oleh molekul molekul pelarut.
Pembesaran partikel terjadi terus menerus sehingga molekul zat telarut yang
telah membesar bersinggungan dan tumpang tindih melingkari satu sama lain
sehingga seluruh sistem menjadi tetap dan kaku. Adsorpsi zat pelarut akan meningkat
dengan makin rendahnya suhu.
b. Teori jaringan tiga dimensi
Teori ini hampir sama dengan teori yang dikemukakan oleh Oakenfull clan
Tobolsky. Teori ini menyatakan bahwa kemampuan senyawa senyawa untuk
mengadakan gelasi disebabkan oleh terbentuknya struktur berserat atau terjadinya
reaksi di dalam molekul itu serat.
Teori ini menyatakan bahwa pada sisi tertentu terdapat kecenderungan bagi
partikel terlarut dan solven untuk berorientasi dalam konfigurasi yang tertentu
melalui pengaruh gaya dengan jangkauan yang panjang, seperti yang terjadi pada
kristal.
Mekanisme pembentukan gel dapat berbeda beda tergantung pada jenis bahan
pembentuknya. Diantaranya yang paling berbeda dalam hal jenis dan sifat sifatnya
adalah gel yang dibentuk oleh gelatin, suatu jenis protein dan gel yang dibentuk oleh
polisakarida.
Jika molekul memiliki muatan yang dihasilkan dari ionisasi gugus tertentu
seperti karboksil, maka pengaruh muatan sangat besar. Gaya tolak menolak Coulomb
dari muatan muatan negatif yang tersebar sepanjang molekul polisakarida cenderung
meluruskan molekul (polimer), yang menghasilkan larutan dengan viskositas tinggi.
Polisakarida linier dengan berat molekul yang sama dengan polisakarida tipe
semak, akan mempunyai viskositas yang lebih besar dalam larutannya sebab girasi
atau perputar‘an gerak polimer struktur linier meliputi daerah yang lebih luas dan
volume yang lebih besar.
Hal ini akan menyebabkan gesekan antar molekul lebih mudah terjadi
sehingga lebih meningkatkan gaya gesek dan viskositas larutan, dibandingkan dengan
polimer yang memiliki tingkat percabangan yang tinggi. Namun hal ini tidak terjadi
pada polimer linier yang tidak bermuatan yang cenderung membentuk larutan yang
tidak stabil.
G. Dasar Gel
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel partikel anorganik, bila
ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua
fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan
menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989).
Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul molekul organik yang
besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi.
istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut
dari bahan bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan
hidrofobik.
Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki
stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umummnya mengandung
komponen bahan pengembang, air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994).
Di antara faktor faktor tersebut yang paling menonjol adalah konsentrasi, suhu,
pH,dan adanya ion atau komponen aktif lainnya.
a. Pengaruh konsentrasi
Hampir semua hidrokoloid memiliki kekentalan yang tinggi pada konsentrasi yang
sangat rendah antara 1 5% kecuali pada gum arab yang sifat Newtoniannya tetap
dipertahankan sampai dengan konsentrasi 40%.
b. Pengaruh suhu
Pada beberapa hidrokoloid suhu akan menyebabkan penurunan kekentalan, karena itu
kenaikan suhu dapat mengubah sifat aliran yang semula non Newtonian menjadi
Newtonian.
c. Pengaruh pH
Hidrokoloid pada umumnya akan membentuk gel dengan baik pada kisaran pH
tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya peningkatan kekentalan dengan
meningkatnya pH hingga mencapai titik tertentu dan kemudian akan makin menurun
bila pH terus ditingkatkan.
d. Pengaruh ion
Beberapa jenis hidrokoloid membutuhkan ion ion logam tertentu untuk membentuk
gelnya, karena pembentukan gel tersebut melibatkan pembentukan jembatan melalui
ion ionselektif.
Lingkaran berwarna merah, memiliki garis tepi warna hitam, dan terdapat huruf K
ditengah lingkarannya. Ukuran diameter terluar minimal 1 cm.
DKL 2022224028A1
1 : Kemasan utama untuk nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat jadi
• Sediaan gel diklofenak dibuat oleh pabrik atau industri yang telah memenuhi
persyaratan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)
• Sediaan gel diklofenak memiliki nomer batch 03200302
Secara kimia termasuk kedalam golongan NSAID (Goodman and Gilman, hal
1107)
2.11 Toksisitas
Penelitian mengenai toksisitas natrium diklofenak pada ginjal masih terbatas,
padahal obat ini digunakan secara luas di masyarakat. Penelitian sebelumnya
sudah pernah membuktikan efek pemberian natrium diklofenak terhadap kadar
ureum, tetapi dosis yang digunakan jauh diatas dosis lazim. Sementara itu,
penelitian yang menggunakan natrium diklofenak dosis lazim tidak meneliti
kadar ureum sebagai indikator penurunan fungsi ginjal. Oleh sebab itu, melalui
penelitian ini penulis ingin mengetahui efek pemberian natrium diklofenak
dosis lazim yaitu 1,4 mg/kgBB dan 2,8 mg/kgBB terhadap kadar ureum sebagai
indikator penurunan fungsi ginjal.
2.12 Interaksi Obat
1. Diklofenak + Alopurinol
Allopurinol tidak memengaruhi pembersihan indometasin atau fenilbutazon
level. (Stockley 2008, hal 139)
2. Diklofenak + Amoxicillin
Sebuah studi pada subyek sehat menemukan bahwa diklofenak
meningkatkan pembersihan amoksisilin. Laporan terisolasi menggambarkan
pengantara akut nefritis dengan sindrom nefrotik yang terkait dengan
penggunaan naproxen dan amoksisilin. (Stockley 2008, hal 139)
3. Diklofenak + Steroid Anabolik
Kadar oxyphenbutazone serum dinaikkan sekitar 40% oleh penggunaan
methandienone (methandrostenolone). Fenilbutazon muncul tidak
terpengaruh. (Stockley 2008, hal 139)
4. Diklofenak + Antasida
Penyerapan diklofenak tidak terpengaruh oleh aluminium hidroksida,
magnesium hidroksida, atau kombinasinya. (Stockley 2008, hal 140)
5. Diklofenak + Azoles
Flukonazol secara nyata meningkatkan kadar celecoxib, sedangkan
ketokonazol tidak berpengaruh pada tingkat celecoxib. Flukonazol dan
ketokonazol cukup meningkatkan level valdecoxib (utama metabolit
parecoxib). Ketoconazole meningkatkan etoricoxib kadar plasma, tetapi ini
tidak mungkin memiliki relevansi klinis. Flukonazol tidak memiliki efek
yang relevan secara klinis pada farmakokinetik lumiracoxib. (Stockley
2008, hal 145)
6. Diklofenak + Resin Pengikat Asam Ampedu
Colestyramine simultan mengurangi penyerapan diklofenak dan sulindac,
mengurangi penyerapan ibuprofen, tetapi hanya tertunda dan tidak
mengurangi tingkat penyerapan dari naproxen. Administrasi colestyramine
tiga atau lebih banyak jam setelah sulindac oral, piroxicam, atau tenoxicam
masih sangat mengurangi kadar plasma mereka. Secara signifikan
mengurangi NSAID kadar juga telah ditemukan ketika colestyramine
diberikan setelah intravena meloxicam atau tenoxicam.
Colestipol simultan mengurangi penyerapan oral diklofenak, tetapi tidak
berpengaruh pada penyerapan ibuprofen. (Stockley 2008, hal 146)
7. Diklofenak + Makanan
Secara umum, makanan tidak memiliki efek klinis yang signifikan terhadap
penyerapan dari NSAID; Namun, keterlambatan penyerapan itu terjadi
mungkin penting jika NSAID diberikan dalam manajemen nyeri akut.
(Stockley 2008, hal 147)
8. Diklofenak + Ginkgo biloba
Kasus terisolasi menggambarkan pendarahan intraserebral fatal pada pasien
mengambil Ginkgo biloba dengan ibuprofen, dan kasus lain menjelaskan
perdarahan yang lama dan hematoma subdural pada pasien lain mengambil
Ginkgo biloba dengan rofecoxib. Studi melibatkan diklofenak dan
flurbiprofen menunjukkan bahwa Ginkgo biloba tidak berpengaruh pada
farmakokinetik obat ini. (Stockley 2008, hal. 148)
9. Diklofenak + NSAID lain
Penggunaan dua atau lebih NSAID secara bersamaan meningkatkan risiko
kerusakan saluran cerna. Diflunisal meningkatkan kadar indometasin serum
sekitar dua kali lipat tetapi tidak mempengaruhi level naproxen. Bersamaan
penggunaan indometacin dan flurbiprofen tampaknya tidak mempengaruhi
farmakokinetik dari kedua obat. Floctafenine tidak berubah kadar
diklofenak. Indometasin menyebabkan gangguan ginjal pada pasien pulih
dari gagal ginjal akut yang diinduksi fenilbutazon. (Stockley 2008, hal. 151)
10. Diklofenak + Phenobarbital
Phenobarbital menurunkan AUC fenoprofen dan meningkatkan
pembersihan fenilbutazon. (Stockley 2008, hal. 153)
11. Diklofenak + Pentoxifylline
Ulasan kejadian perdarahan terkait dengan penggunaan pasca operasi
ketorolac mengungkapkan bahwa sejumlah kecil pasien juga mengambil
pentoxifylline. Oleh karena itu produsen Inggris merekomendasikan bahwa
kombinasi obat ini harus dihindari, sedangkan Produsen AS tidak
menyebutkan interaksi tentatif ini. Tampaknya tidak ada bukti mengenai
interaksi ini dengan yang lain NSAID. (Stockley 2008, hal. 153)
12. Diklofenak +Probenecid
Probenecid mengurangi pembersihan dexketoprofen, diflunisal,
indometacin (toksisitas terlihat), ketoprofen, ketorolac, naproxen, sodium
meclofenamate, tenoxicam dan asam setiaprofenat dan meningkatkan level
mereka. Ketorolak dan probenesid secara khusus dikontraindikasikan. Efek
uricosuric dari probenesid tidak terpengaruh oleh indometasin tetapi
mungkin sedikit dikurangi oleh sulindac. (Stockley 2008, hal. 153)
13. Diklofenak + Tembakau
Pembersihan diflunisal, phenazone (antipyrine) dan phenylbutazone lebih
besar pada perokok daripada non-perokok. (Stockley 2008, hal. 157)
14. Diklofenak + Antidepresan Trisiklik
Antidepresan trisiklik dapat menunda penyerapan fenilbutazon dan
oxyphenbutazone dari usus, tetapi antirematiknya efeknya mungkin tidak
terpengaruh. (Stockley 2008, hal 158)
15. Diklofenak + Sefalosporin
Cefadroxil tidak mengubah farmakokinetik diklofenak. Itu ekskresi bilier
ceftriaxone menigkat dengan diklofenak. (Stockley 2008, hal 158)
16. Diklofenak Topikal + Lain-lain
Diklofenak topikal yang dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sangat
tidak mungkin dilakukan berinteraksi dengan obat yang diketahui
berinteraksi dengan diklofenak diberikan secara lisan. (Stockley 2008, hal.
158)
2.13 Peringatan dan Perhatian
Peringatan
Pertimbangkan potensi manfaat dan risiko terapi diklofenak serta terapi
alternatif sebelum memulai terapi dengan obat. Gunakan dosis efektif terendah
dan durasi terapi terpendek yang konsisten dengan tujuan perawatan pasien.
(AHFS 2011)
Perhatian
1. Natrium diklofenak gel sebaiknya digunakan pada kulit yang sehat dan utuh
(tidak ada luka terbuka)
2. Hindari kontak dengan mata atau selaput lendir
3. Tidak boleh dimakan
4. Tidak dianjurkan penggunaan obat ini selama kehamilan
5. Untuk menghindari toksisitas yang aditif, sebaiknya tidak diberikan
bersama preparat Diklofenak oral
2.14 Cara Penyimpanan
25°C (dapat terpapar 15-30°C). (AHFS 2011)
2.15 Contoh Sediaan Yang Beredar Di Pasaran
Voltaren 1% emulgel
Voltadex gel 1%
2.16 Brosur Obat
DICNA DICNA
Diclofenac Diethylamine Diclofenac Diethylamine
Emulgel Emulgel
COMPOSITION KOMPOSISI
Each gram contains : Tiap gram mengandung :
Diclofenac Diethylanine a equivalent to 5 mg Diclofenac Diethylamine yang setara dengan
Diclofenac Sodium. 5 mg Diclofenac Sodium
PHARMACOLOGY FARMAKOLOGI
DICNA emulgel contains Diclofenac, a DICNA emulgel mengandung Diclofenac
phenylacetic acid derivate with pronouced yaitu derivat asam fenilasetat yang
analgesic and antiinflamatory properties. mempunyai daya analgesic dan antiinflamasi.
DICNA emulgel acts by inhibiting DICNA emulgel bekerja dengan cara
cyclooxygenase. menghambat siklooksigenase.
INDICATIONS INDIKASI
• Traumatic inflamation og the • Inflamsi karena trauma pada tendon,
tendons, ligaments, mucles and joins, ligamen, otot dan persendian seperti
e, g due to sprains, strains and yang disebabkan oleh salah urat,
bruises. terkilir dan memar.
• Localized forms of soft rheumatism • Rhematik jaringan lunak seperti
e, g, tendovagintis, bursitis, tendavaginitis, bursitis, shoulder-
shoulder-hand syndrome and hand syndrome dan periartopati
oeriarthopathy. • Penyakit-penyakit rheumatik yang
• Localized rheumatic diseases e, g, terlokalisir seperti osteoartrosis pada
osteoarthosis of the perpheral and the sendi-sendi perifer dan kolumna
vertebral calumn. vertabral.
• Penyakit-penyakit reumatik yang
CONTRA-INDICATIONS terlokalisir seperti osteoartritis pada
Hypersensitivity to Diclofenac sendi-sendi perifer dan kolumna
Diethylammonium vertebral.
Bentuk senyawa yang akan digunakan adalah dalam bentuk serbuk. Yang akan dibuat
dalam bentuk Gel. Pemilihan Natrium diclofenak sebagai zat aktif dalam sediaan
dengan pertimbangan Natrium diclofenak sebagai obat antiradang non steroid ( non
steroid antiinfalammatory drug, NSAIDs) yang digunakan untuk mengurangi
gangguan inflamasi, meredakan nyeri ringan sampai sedang.
Struktur Kimia :
Rumus molekul : C14H10Cl2NNOa2
Kelarutan : mudah larut dalam etanol, larut dalam etanol, agak sukar larut
dalam air, praktis larut dalam klorofom dan dalam eter
pH : 4,0-7,5
Inkompatibiltas :-
Berdasarkan analisis farmakologi dan data preformulasi zat aktif Natrium diclofenak
maka akan dibuat sediaan sediaan gel sebanyak 60 gr.
Aquadest
Struktur kimia :
4. Propilenglikol
Struktur kimia :
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis
tidak berbau, menyerap air pada udara lembab
Nam lain : Propilen glicolum, metil-glikol
Nama kimia : 12-propanediol
Rumus Molekul : C3H8O2
Berat Molekul : 76,09
pH :-
Rumus kimia :
R/ Natrium Diklofenak 1%
Metilparaben 0,18%
Propylparaben 0,02%
Propylen Glicol 15%
CMC Na 5%
Aquadest ad 50
Formula Alternatif
R/ Natrium diklofenak 1%
Metilparaben 02%
Gliserin 10%
HPMC 4%
Aqua destilata ad 50
BAB IV
FORMULASI
Sediaan yang akan dibuat adalah gel natrium diklofenak dengan kekuatan dosis 50 gr
EVALUASI SEDIAAN
Tujuan dilakukannya evaluasi sediaan adalah untuk menguji sediaan gel tersebut
layak untuk digunakan dan memenuhi standar mutu yang telah ditentukan.
Prinsip :
Tujuan :
Metode :
Metode :
Susunan partikel terbentuk dari sediaan akhir diamati secara visual. Metodenya,
sampel diamati pada bagian atas, tengah dan bawah. Sampel diletakan pada gelas
objek dan diratakan dengan gelas objek lain hingga lapisan tipis terbentuk. Setelah
itu susunan partikel yang terbentuk diamati visual ( FI III halaman 33).
Penafsiran Hasil :
Sediaan gel yang dihasilkan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel
yang sama dibagian manapun.
5.3 Evaluasi Daya Sebar
Prinsip :
Uji daya sebardengan menggunakan lempeng kaca dan anak timbangan gram.
Tujuan :
Untuk mengetahui daya sebar gel.
Metode :
Gel ditimbang + 0,5 gram, diletakan pada kaca bundar bagian tengah, diatas diberi
anak timbangan sebagai beban dan dibiarkan 1 menit. Diameter gel yang
menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi),
diukur. 50 gram, 100 gram, 200 gram, 300 gram, 400 gram, dan 500 gram
digunakan sebagai beban, pada setiap penambahan beban didiamkan selama 1
menit dan diukur diameter gel yang menyebar (Ansel, 1989).
Penafsiran Hasil :
Daya sebar gel dengan bertambahnya beban akan bertambah besar pula
diameternya.
5.4 Evaluasi Daya Lekat
Prisip :
Sampel diukur kecepatan waktu saat terlepas dari antara dua gelas objek yang
diberi beban tertentu.
Tujuan :
Untuk mengetahui daya lekat gel
Metode :
Sejumlah sampel + 0,25 gram, diletakan diantara dua gelas objek kemudian
ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu beban diambil kemudian
gelas objek diangkatmenggunakan tangan dan dihitung waktu gelas objek jatuh
(terlepas antara keduanya) (Miranti,2009).
Penafsiran Hasil :
Sediaan gel memiliki daya lekat yang tinggi sehingga memberikan efek terapi
yang lebih lama.
5.5 Evaluasi pH
Prinsip :
Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan kertas pH meter.
Tujuan :
Untuk dapat menentukan pH sediaan.
Metode :
Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter. Yakni kertas pH
meter dicelupkan ke dalam sediaan kemudian dicocokan kertas pH dengan
indikatornya sehingga diperoleh pH akhir (FI IV hal 1039).
Penafsiran Hasil :
Sediaan gel yang dihasilkan memiliki pH 4,5-7,5.
5.6 Evaluasi Bobot Jenis Sediaan
Prinsip :
Menentukan bobot sediaan dengan menimbang sediaan.
Tujuan :
Untuk dapat menentukan bobot sediaan.
Metode :
Menimbang pot beserta penutupnya lalu menimbang pot yang telah berisi
gelbeserta tutupnya dan dicatat bobot sediaan.
Penafsiran Hasil :
Bobot sediaan dengan bobot rata-rata masing-masing pot.
DAFTAR PUSTAKA
AHFS 2011
FI III
FI III
USP 32
EP 2008
AHFS 2010
Formularium Nasional
AHFS 2008
Stockley 2008
USP
HOPE Edisi 6