1 : 1 - 10 1
OPEN ACCESS
Novita Sari1, Widya Rahmawati1*, Fajar Ari Nugroho1, Nia Novita Wirawan1
1
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
*
Alamat Korespondensi, E-mail: jemimanovitasari@ymail.com
Abstrak
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian obesitas sentral pada suku Madura lebih
tinggi dibandingkan suku Jawa. Obesitas sentral meningkatkan risiko kejadian penyakit
degeneratif seperti tekanan darah tinggi. Menurut Riskesdas, 2013, prevalensi kurang makan
buah dan sayur di Jawa Timur adalah 90,5%. Konsumsi rendah serat memiliki risiko menderita
hipertensi 4,5 kali lebih besar dibandingkan dengan sampel yang mengkonsumsi serat cukup.
Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan asupan serat dengan tekanan darah pada Wanita
Usia Subur (WUS) dengan tekanan darah tinggi di Kecamatan Kedungkandang. Penelitian ini
bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah
WUS usia 19-44 tahun sebanyak 48 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Analisis menggunakan uji korelasi Spearman dengan tingkat kemaknaan
95%. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat sampel yang asupan seratnya sesuai
dengan anjuran. Hasil uji korelasi Spearman, hubungan antara asupan serat dengan tekanan
darah sistolik maupun diastolik tidak bermakna secara statistik (p=0,787 ; p=0,521). Dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan secara statistik antara asupan serat dengan tekanan
darah, akan tetapi terdapat kecenderungan dimana semakin banyak asupan serat maka semakin
rendah tekanan darah sistolik dan diastolik pada WUS dengan pra hipertensi dan hipertensi.
Kata kunci : asupan serat, tekanan darah
Abstract
Previous research conducted in Madurese and Javanese ethnic groups showed that the incidence
of central obesity in Madurese ethnic group was higher than that in the Javanese. Central
obesity increases the risk of incidence of degenerative diseases such as high blood pressure.
According to Riskesdas 2013, the prevalence of low consumption of fruits and vegetables in
East Java were about 90.5%. People with low consumption of dietary fiber have a risk of
suffering from hypertension, 4.5 times greater than that of one with enough dietary fiber. The
purpose of this study was to determine the correlation of dietary fiber intake with blood pressure
in WUS with high blood pressure in Kecamatan Kedungkandang. The design of this study was a
1
Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2016,Vol. 3 No. 1 : 1 - 10 2
descriptive cross sectional analytic approach. Respondents in this study were 19-44 years of age
WUS as many as 48 people. Respondents retrieval technique using purposive sampling
technique. Analysis using Spearman correlation test with significance level of 95%. The result
of the research showed that the respondents did not consume the appropriate dietary fiber
intake. Spearman correlation test results, shown the correlation between dietary fiber intake with
systolic and diastolic blood pressure were not statistically significant (p = 0.787 ; p = 0.521). It
can be concluded that there was no statistical relationship between dietary fiber intake with
blood pressure, but there was a trend where more and more dietary fiber intake, the lower the
systolic and diastolic blood pressure at WUS with pre hypertension and hypertension.
Keywords: dietary fiber intake, blood pressure
Pada variabel usia, sampel pada kategori bekerja sebanyak 52,1%. Kaitannya tekanan
usia 18-34 tahun sebesar 58,7% menderita pra darah dengan faktor keturunan, pada sampel
hipertensi dan pada kategori usia 35-44 tahun distribusi frekuensinya sebanyak 14,6%
sebesar 42,3% menderita hipertensi. Tingkat memiliki hipertensi dari pihak ayah dan
pendidikan sampel sebagian besar tamat SD sebanyak 33,3% memiliki hipertensi dari
(58,3%) dengan persentase terbesar tidak pihak ibu.
80 Status Gizi
65
Persentasi Responden
60
42,9 42,9
40 Pra Hipertensi
30
Hipertensi
20 10,7
3,6 5
0
Underweight Normal Overweight Obesitas
Status Gizi
Sebanyak 95% dari penderita hipertensi mengalami status gizi lebih dan obesitas.
dan 85.8% dari subyek pra hipertensi
Setelah dilakukan uji normalitas diketahui tekanan darah menurut JNC VII, sampel
bahwa tekanan darah sistolik berdistribusi dengan prahipertensi sebesar 58,3%,
tidak normal dengan nilai median 130,00 sedangkan sampel dengan hipertensi sebesar
mmHg. Sedangkan pada tekanan diastolik juga 41,7%.
berdistribusi tidak normal dengan nilai median
86,25 mmHg. Berdasarkan hasil pengukuran
Klasifikasi Serat
90
78,6 77,1
80 75
Persentasi Responden
70 Pra Hipertensi
60 Hipertensi
50
Total
40
30 25 22,9
21,4
20
10
0
< 10 gr/hr 10,01 - 20 gr/hr
Asupan Serat
Asupan serat pada sampel sebesar 77,1% Analisis Hubungan Asupan Serat dengan
asupan seratnya <10gr/hari dan sebesar 22,9% Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
asupan seratnya 10 – 20 gr/hari, tapi tidak Hasil uji korelasi Spearman antara
terdapat sampel yang asupan seratnya sesuai variabel asupan serat dengan tekanan darah
dengan anjuran AKG 2013, yaitu sebesar sistolik diperoleh nilai p=0,787. Sedangkan
30gr/hari. Rata-rata asupan serat sampel antara variabel asupan serat dengan tekanan
sebesar 8,6gr/hari. darah diastolik diperoleh nilai p=0,521. Hal
tersebut menunjukkan bahwa secara statistik
dari kedua hasil tersebut tidak terdapat
Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2016,Vol. 3 No. 1 : 1 - 10 6
hubungan antara asupan serat dengan tekanan diastolik. Grafik persebaran asupan serat
darah sistolik dan tekanan darah diastolik pada dengan tekanan darah sistolik dan tekanan
sampel, namun terdapat kecenderungan darah diastolik disajikan di dalam gambar 3
dimana semakin banyak asupan serat maka dan gambar 4.
semakin rendah tekanan darah sistolik dan
200
180
160
140
TD Sistolik
TD Sistolik
120
100
80
60
40
20
0
0 5 10 15 20
Asupan Serat
140
120
100
TD Diastolik
TD
80 Diastolik
60
40
20
0
0 5 10 15 20
Asupan Serat
akan meningkat, baik tekanan darah sistolik Kedungkandang kurang dari anjuran yang
maupun tekanan darah diastolik [12]. Hal ini ditetapkan. Menurut Depkes pada tahun 2008,
dikarenakan, arteri menjadi lebih keras dan menyatakan bahwa, rata-rata konsumsi serat
kurang fleksibel terhadap darah. Sehingga penduduk Indonesia secara umum sebesar
mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. 10,5 gr/hari (13,15). Hal ini juga sesuai
Tekanan diastolik juga meningkat karena dengan hasil Riskesdas pada tahun 2013,
dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi dimana prevalensi nasional kurang makan
secara fleksibel pada penurunan tekanan buah dan sayur pada penduduk umur >10
darah [13]. tahun adalah sebesar 93,5%. Sedangkan untuk
Pada variabel tingkat pendidikan, daerah Jawa Timur, prevalensi kurang makan
sebesar 58,3% memiliki tingkat pendidikan buah dan sayur pada penduduk umur >10
SD. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian tahun adalah sebesar 90,5% [4].
besar sampel memiliki tingkat pendidikan Dari hasil penelitian diketahui bahwa
rendah. Berdasarkan hasil penelitian oleh asupan serat terendah, yaitu sebesar 1,8
Riskesdas Jawa tengan pada tahun 2007, gram/hari dan asupan tertinggi, yaitu sebesar
prevalensi hipertensi paling tinggi pada 17,8 gram/hari. Dampak akibat dari
kelompok yang tidak bersekolah dan menurun kurangnya asupan serat untuk jangka pendek,
dengan meningkatnya tingkat pendidikan yaitu menyebabkan konstipasi (sembelit).
[13]. Tingginya risiko menderita hipertensi Sedangkan untuk jangka panjangnya,
pada seseorang dengan tingkat pendidikan kurangnya asupan serat ini dapat
yang rendah, kemungkinan disebabkan karena meningkatkan kejadian kanker kolon,
kurangnya pengetahuan seseorang terhadap meningkatkan kolesterol dalam darah,
kesehatan dan sulit atau lambat menerima meningkatkan kejadian obesitas, dan
informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh meningkatkan risiko Penyakit Jantung
petugas sehingga berdampak pada perilaku Koroner (PJK) [15].
atau pola hidup sehat [11]. Berdasarkan hasil Weigh Food Record
Pada variabel pekerjaan, sebesar 52,1% (WFR) hari pertama dan hari ketiga pada 48
tidak bekerja. Hal ini sesuai dengan penelitian sampel, bahan makanan sumber serat yang
Isral, dimana pada sampel yang berusia antara paling banyak dikonsumsi adalah nasi jagung,
32-65 tahun sebesar 73,3% memiliki tingkat jagung, kacang tanah, kacang panjang, buncis,
aktivitas fisik ringan. Pekerjaan berpengaruh wortel, sawi, bayam, kubis, pisang, rambutan,
pada aktifitas fisik seseorang. Seseorang yang dan alpukat.
tidak bekerja maka aktifitas fisiknya pun Seseorang dengan riwayat tekanan
rendah. Seseorang yang aktifitas fisiknya darah tinggi dari salah satu orang tuanya,
rendah memiliki risiko 30%-50% lebih besar maka memiliki risiko 25% menderita tekanan
untuk mengalami hipertensi [14]. darah tinggi juga. Jika kedua orang tuanya
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, yang menderita tekanan darah tinggi, maka
untuk variabel asupan serat, diketahui bahwa akan memiliki risiko 60% menderita tekanan
sebesar 77,1% asupan seratnya <10 gr/hari darah tinggi [10]. Berdasarkan hasil dari
dan sebesar 22,9% asupan seratnya di antara penelitian ini, untuk variabel riwayat keluarga
10-20 gr/hari. Tidak terdapat sampel yang dengan hipertensi, diketahui bahwa sebesar
mengkonsumsi serat sesuai dengan anjuran, 14,6% memiliki riwayat hipertensi dari pihak
yaitu 30gr/hari. Sehingga dapat disimpulkan ayah dan sebesar 33,3% memiliki riwayat
bahwa seluruh sampel di Kecamatan hipertensi dari pihak ibu.
Kedungkandang asupan seratnya masih Berdasarkan hasil dari penelitian ini,
kurang dari anjuran yang ditetapkan. Hal ini untuk variabel status gizi, dari 48 sampel
dikarenakan sumber serat yang dikonsumsi diketahui bahwa sebesar 90,0% mengalami
oleh sampel jenisnya terbatas dan dalam masalah kelebihan berat badan, baik
jumlah yang kecil, sehingga asupan serat overweight maupun obesitas.
seluruh sampel di Kecamatan
Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2016,Vol. 3 No. 1 : 1 - 10 8
Risiko relatif untuk menderita hipertensi asupan natrium, lemak, yang sebagian besar
pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi termasuk dalam kategori cukup. Selain itu
dibandingkan dengan orang yang berat asupan magnesium dan kalium yang sebagian
badannya normal [12]. Semakin besar masa besar termasuk dalam kategori kurang [2].
tubuh seseorang, maka darah yang dibutuhkan Selain itu, serat tidak berkaitan
untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke otot langsung dengan penurunan tekanan darah
dan jaringan lain juga semakin banyak. Hal tinggi. Melainkan serat berkaitan langsung
ini mengakibatkan volume darah akan dengan kolesterol, dimana serat mengikat
meningkat sehingga tekanan pada dinding asam empedu (produk akhir kolesterol) dan
arteri menjadi lebih besar [13,15] . kemudian dikeluarkan bersama tinja. Intake
Berdasarkan hasil uji korelasi spearman, serat yang rendah dapat mengakibatkan feses
hubungan antara asupan serat dengan tekanan lebih sedikit mengeksresi asam empedu, oleh
darah sistolik tidak bermakna secara statistik karena itu banyak kolesterol yang
(p=0,787), begitu juga hubungan antara direabsorpsi dari hasil sisa empedu tersebut.
asupan serat dengan tekanan darah diastolik Akibatnya kolesterol yang beredar dalam
tidak bermakna secara statistik (p=0,521). darah semakin banyak dan menumpuk di
Berdasarkan tren pada grafik persebaran pembuluh darah [9]. Tumpukan kolesterol di
asupan serat dengan tekanan darah sistolik dalam darah dapat menyebabkan penebalan
dan tekanan darah diastolik, maka terdapat dinding arteri (arteriosclerosis), sehingga
kecenderungan dimana semakin banyak dinding pembuluh darah menjadi tebal dan
asupan serat sampel maka semakin rendah kaku. Akibatnya, pada saat jantung memompa
tekanan darah sistolik dan tekanan darah darah melalui pembuluh darah, darah
diastolik sampel. Studi pada 25 percobaan didorong dengan kuat untuk dapat melalui
acak mengenai pengaruh penambahan serat pembuluh darah yang sempit tersebut,
terhadap efek tekanan darah, diketahui bahwa sehingga terjadilah kenaikan tekanan
asupan serat yang diberikan berkisar antara darah[19].
3,8gr/hari sampai 125gr/hari, menunjukkan
penurunan yang signifikan pada tekanan KESIMPULAN
darah diastolik dan penurunan yang tidak Asupan serat seluruh sampel dalam
signifikan pada tekanan darah sistolik. penelitian ini masih kurang dari anjuran yang
Peneliti mencatat bahwa perlu dilakukan studi ditetapkan sehingga tidak terlihat adanya
selama 8 minggu untuk melihat penurunan hubungan antara asupan serat dengan tekanan
tekanan darah yang signifikan [15,17]. Hal darah sistolik maupun tekanan darah
tersebut juga sesuai dengan penelitian yang diastolik.
dilakukan pada pasien hipertensi di RSUD
Tugurejo Semarang, secara statistik tidak SARAN
menunjukkan keterkaitan antara asupan serat Perlu penelitian lebih lanjut untuk
dengan tekanan darah sistolik maupun melihat perbedaan tekanan darah pada
diastolik. Dalam penelitian tersebut juga kelompok yang mengkonsumsi serat dengan
diketahui bahwa sumber serat yang banyak jumlah cukup dan kurang.
dikonsumsi oleh sampel berasal dari protein
nabati dan serealia, sedikit yang UCAPAN TERIMA KASIH
mengkonsumsi serat yang berasal dari sayur Penelitian ini didanai oleh Hibah
dan buah [18]. Penelitian DPP SPP FKUB Tahun 2013.
Sesuai dengan penelitan yang dilakukan Ucapan terima kasih disampaikan kepada
oleh Indira, dimana tidak terdapat hubungan seluruh responden yang telah meluangkan
yang signifikan antara asupan serat dengan waktu untuk berpartisipasi dalam peneitian
tekanan darah sistolik dan tekanan darah ini; Kader di Wilayah Kecamatan
diastolik. Hal ini kemungkinan dikarenakan Kedungkandang, dan seluruh Tim Penelitian
adanya faktor asupan zat gizi lain seperti Hiperfas 2014 atas kerja samanya yang baik
Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2016,Vol. 3 No. 1 : 1 - 10 9