http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas
Arista Novian
Abstract
Hypertension is a degenerative disease emergence is not realized. Factors causing hypertension
may occur because of heredity, age, wrong diet, less activity, lifestyle, and mind or stress. Dietary
obidience is a conduct that suggested by the nurse, doctors or health workers. The objective of
this research were to know the factors correlated to dietary obedience of hypertension patients.
This research was explanatory research with cross sectional approach. Population in this
research was diit hypertensive patients. Sample was 24 patients. The data were analyzed
univariantly and bivariantly using Chi-Square or fisher as an alternative test. The conclusion of
this research is that there was a significant correlations between the level of education, the level
of knowledge, the role of the family, the role of health workers with dietary obedience of
hypertension patients and there wasn’t correlation between age, gender, occupation with dietary
obedience of hypertension patients.
101
Arista Novian / KEMAS 9 (1) (2013) 100-105
tidak dapat terpenuhi, maka uji alternatif yang Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui
dapat digunakan adalah uji Fisher (Soekidjo bahwa dari 10 responden yang tidak patuh
Notoatmodjo, 2002). terhadap diit hipertensi adalah berusia ≥46
tahun (53,8%) dan berusia ≤45 tahun
hasil dan Pembahasan sebanyak (27,3%) sedangkan dari 14
responden yang patuh terhadap diit hipertensi
Analisis univariat menghasilkan data yang berusia ≥46 tahun (46,2 %) dan responden
berupa distribusi frekuensi dan persentase dari yang berusia ≤45 tahun (72,7%).
masing-masing variabel penelitian. Analisis Berdasarkan hasil analisis data bivariat
univariat bertujuan untuk menggambarkan yang telah dilakukan menggunakan uji
karakteristik sampel dengan cara membuat table Fisher’s, diperoleh nilai p value = 0,240 (p
distribusi untuk masing-masing variabel bebas value > 0,05), sehingga Ha ditolak yang
dan terikat. Analisis univariat dilakukan terhadap artinya tidak ada hubungan antara umur
setiap variabel penelitian, baik variabel bebas dengan kepatuhan diit pasien hipertensi.
dan juga variabel terikat. Semakin tua usia kejadian tekanan
Analisis bivariat menghasilkan data yang darah semakin tinggi. Hal ini dikarenakan
berkaitan dengan hubungan atau korelasi antara pada usia tua perubahan struktural dan
dua variabel. Analisis bivariat dilakukan dengan fungsional pada system pembuluh perifer
cara menghubungkan masing-masing variabel bertanggung jawab pada perubahan tekanan
bebas yang terdiri umur, jenis kelamin, tingkat darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
peran keluarga, dan peran petugas kesehatan elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
yang dihubungkan dengan variabel terikat yaitu relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
kepatuhan diit pasien hipertensi. Berikut ini pada gilirannya menurunkan kemampuan
adalah hasil analisis bivariat dengan distensi dan daya regang pembuluh darah
menggunakan uji Fisher. (Smeltzer & Bare, 2001).
Tabel 1. Hubungan antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan,
peran keluarga dan peran petugas kesehatan dengan Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi
Kepatuhan Diit
Variabel Tidak Total % Nilai p
Patuh % Patuh %
≥ 46 tahun 7 53,8 6 46,2 13 100
Umur 0,240
≤ 45 tahun 3 27,3 8 72,7 11 100
Laki-laki 3 30,0 7 70,0 10 100
Jenis Kelamin Perempuan 7 50,0 7 50,0 14 100 0,421
Tidak tamat
SLTP (rendah 8 66,7 4 33,3 12 100
Tingkat ≤ 9 tahun)
Pendidikan Tamat SLTP 0,036
(tinggi ≥ 9 2 16,7 10 83,3 12 100
tahun)
Tidak Bekerja 5 55,6 4 44,4 9 100
Pekerjaan Bekerja 5 33,3 10 66,7 15 100 0,403
Tingkat Kurang-Cukup 9 50,0 9 50,0 18 100
Pengetahuan Baik 1 16,7 5 83,3 6 100 0,022
Peran Kurang-Cukup 9 50,0 8 47,1 17 100
Keluarga Baik 1 14,3 6 85,7 7 100 0,008
Peran Petugas Kurang-Cukup 10 55,6 8 44,4 18 100
Kesehatan Baik 0 0 6 100 6 100 0,011
102
Arista Novian / KEMAS 9 (1) (2013) 100-105
Berdasarkan jenis kelamin, diketahui (33,3%) dan yang tidak bekerja (55,6%),
bahwa sebagian besar responden yang berjenis sedangkan dari 14 responden yang patuh
kelamin perempuan lebih banyak yaitu 14 orang terhadap diit hipertensi terdiri dari pekerja
(58,3%) dibandingkan responden yang berjenis (66,6%) dan tidak bekerja (44,4%).
kelamin laki-laki yaitu 10 orang (41,7%). Hasil analisis data bivariat yang telah
Hasil analisis data bivariat yang telah dilakukan menggunakan uji alternative, yaitu
dilakukan menggunakan uji alternative, yaitu uji Fisher’s, karena terdapat sel yang nilai
uji Fisher’s, diperoleh nilai p value = 0,421 (p expected kurang dari lima (>20%) dari jumlah
value > 0,05), sehingga Ha ditolak, yang artinya keseluruhan sel, diperoleh nilai p value = 0,403
tidak ada hubungan antara jenis kelamin (p value > 0,05), sehingga Ha ditolak yang
dengan kepatuhan diit pasien hipertensi. artinya tidak ada hubungan antara pekerjaan
Wanita penderita hipertensi diakui lebih dengan kepatuhan diit pasien hipertensi.
banyak dari pada laki-laki. Tetapi wanita lebih Menurut Purwanto (2005) menyatakan
tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi
jantung dan pembuluh darah. Pria lebih banyak status kesehatan seseorang, antara lain adalah:
mengalami kemungkinan menderita hipertensi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan sosial
dari pada wanita. Pada pria hipertensi lebih ekonomi. Artinya keempat aspek sosial
banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan
perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan. responden salah satunya adalah kepatuhan diit
Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi hipertensi.
terkena hipertensi dibandingkan wanita (Lanny Sesuai tingkat pengetahuan, diketahui
Sustrani, 2004). bahwa dari 10 responden yang tidak patuh
Sesuai tingkat pendidikan, diketahui terhadap kepatuhan diit hipertensi dengan
bahwa dari 10 responden yang tidak patuh ter- pengetahuan kurang-cukup adalah (50,0%) dan
hadap kepatuhan diit hipertensi berpendidikan berpengetahuan baik (16,7%), sedangkan dari
rendah tidak tamat SLTP (66,7%) dan berpen- 14 responden yang patuh terhadap kepatuhan
didikan tamat SLTP (16,7%), sedangkan dari 14 diit hipertensi berpengetahuan kurang-cukup
responden yang patuh terhadap kepatuhan diit (50,0%) dan berpengetahuan baik adalah
hipertensi berpendidikan rendah tidak tamat (83,3%).
SLTP (33,3%) dan berpendidikan tamat SLTP Hasil analisis data bivariat yang telah
sebanyak (83,3). dilakukan menggunakan uji alternative, yaitu
Hasil analisis data bivariat yang telah uji Fisher’s, karena terdapat sel yang nilai
dilakukan menggunakan uji alternative, yaitu expected kurang dari lima (>20%) dari jumlah
uji Fisher’s, diperoleh nilai p value = 0,036 (p keseluruhan sel, diperoleh nilai p value = 0,022
value < 0,05), sehingga Ha diterima. Hal ini (p value < 0,05), sehingga Ha diterima, yang
berarti dapat diketahui bahwa ada hubungan artinya bahwa ada hubungan antara tingkat
antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan pengetahuan dengan kepatuhan diit pasien
diit pasien hipertensi. hipertensi.
Hasil penelitian diperkuat penelitian Kharisna (2010), mengkorelasikan jus
yang dilakukan oleh Murdiyanto (2002), mentimun dengan hipertensi, menunjukkan
yang menyatakan terdapat hubungan yang bahwa penderita yang rajin mengonsumsi jus
positif antara tingkat pendidikan dengan mentimun secara teratur dapat menurunkan
tingkat kecepatan pencarian bantuan artinya tekanan darah. Hasil penelitian yang dilakukan
jika tingkat pendidikan dinaikkan maka oleh Mardiyati (2009) juga menunjukan
akan terjadi kenaikan pula pada tingkat bahwa kepatuhan penderita hipertensi dalam
kecepatannya. Motivasi responden yang tinggi menjalankan diet hipertensi seperti diet
dalam menjalani pengobatan ini ternyata sesuai rendah garam dapat mencegah timbulnya
dengan analisa awal peneliti. penyakit hipertensi. Dari penelitian tersebut
Berdasarkan pekerjaan diketahui bahwa dapat disimpulkan bahwa, perilaku berkaitan
dari 10 responden yang tidak patuh terhadap dengan kebiasaan yang dapat menghasilkan
kepatuhan diit hipertensi adalah pekerja suatu yang bersifat positif maupun negatif.
103
Arista Novian / KEMAS 9 (1) (2013) 100-105
Sehingga perilaku penderita hipertensi yang interpersonal seperti perhatian, emosional dan
secara rutin mengonsumsi jus mentimun dapat penilaian. Keluarga dipandang sebagai suatu
menurunkan tekanan darah dalam tubuh sistem, jika terjadi gangguan pada salah satu
penderita hipertensi, dan perilaku penderita anggota keluarga dapat mempengaruhi seluruh
yang menghindari konsumsi garam setiap sistem. Sebaliknya disfungsi keluarga dapat
harinya dapat mencegah timbulnya penyakit pula menjadi salah satu penyebab terjadinya
hipertensi. Begitu juga dalam penelitian ini, gangguan pada anggota keluarga (Purwanto,
menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap 2005).
mempengaruhi penderita hipertensi untuk Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
berperilaku/bertindak patuh tidaknya terhadap penelitian Mei Lina (2013) yang menyatakan
diet hipertensi. bahwa dukungan keluarga dapat meningkatkan
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus.
penelitian Nasrul H (2011) dan penelitian Hasil penelitian ini hampir sama juga dengan
Herlena Essy P (2013) yang menyatakan bahwa penelitian Anggipita (2010), yang menyatakan
terdapat hubungan yang bermakna antara bahwa dukungan keluarga berhubungan
pengetahuan tentang diet dengan kepatuhan dengan kepatuhan terapi konsumsi obat ARV
pelaksanaan diet. Hasil penelitian ini hampir pada ODHA.
sama juga dengan penelitian Anggipita Dilihat peran petugas kesehatan
(2010), yang menyatakan bahwa pengetahuan diketahui bahwa dari 10 responden yang tidak
penderita berhubungan dengan kepatuhan patuh terhadap kepatuhan diit hipertensi
terapi konsumsi obat ARV pada ODHA. yaitu yang mendapatkan dukungan petugas
Berdasarkan peran keluarga diketahui kesehatan secara kurang-cukup (55,6%) dan
bahwa dari 10 responden yang tidak patuh secara baik (0%), sedangkan yang patuh
terhadap kepatuhan diit hipertensi adalah terhadap kepatuhan diit hipertensi yaitu yang
yang mendapatkan dukungan dari keluarga mendapatkan dukungan petugas kesehatan
secara kurang-cukup (52,9%) dan secara baik secara kurang-cukup (44,4%) dan secara baik
(14,3%), sedangkan dari 14 responden yang sebanyak (100%).
patuh terhadap kepatuhan diit hipertensi Hasil analisis data bivariat yang telah
yaitu yang mendapatkan dukungan keluarga dilakukan menggunakan uji alternative, yaitu
secara kurang-cukup (47,1%) dan secara baik uji Fisher’s, karena terdapat sel yang nilai
sebanyak (85,7%). expected kurang dari lima (>20%) dari jumlah
Hasil analisis data bivariat yang telah keseluruhan sel, diperoleh nilai p value = 0,011
dilakukan menggunakan uji alternative, yaitu (p value < 0,05), sehingga Ha diterima yang
uji Fisher’s, karena terdapat sel yang nilai artinya bahwa ada hubungan antara peran
expected kurang dari lima (>20%) dari jumlah petugas kesehatan dengan kepatuhan diit
keseluruhan sel, diperoleh nilai p value = pasien dengan hipertensi.
0,008 (p value < 0,05), sehingga Ha diterima Dukungan petugas kesehatan sangatlah
yang artinya bahwa ada hubungan antara besar bagi penderita, dimana petugas adalah
peran keluarga dengan kepatuhan diit pasien pengelola penderita sebab petugas adalah
hipertensi. yang paling sering berinteraksi, sehingga
Keluarga dapat berperan sebagai pemahaman terhadap kondisi fisik maupun
sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota psikis menjadi lebih baik dengan sering baik.
keluarga juga berpandangan bahwa orang yang Sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya
bersifat mendukung selalu siap memberikan dan menerima kehadiran petugas kesehatan
pertolongan dan bantuan jka diperlukan. dapat ditumbuhkan dalam diri penderita
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan dengan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penerimaan keluarga terhadap penderita yang penelitian Eva Mona (2012) yang menyatakan
sakit. Dukungan keluarga merupakan suatu bahwa ada hubungan frekuensi pemberian
bentuk perhatian, dorongan yang didapatkan konsultasi gizi dengan kepatuhan diit.
individu dari orang lain melalui hubungan
104
Arista Novian / KEMAS 9 (1) (2013) 100-105
105