Anda di halaman 1dari 8

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Setelah dilakukan penelitian selama 1 minggu pada tanggal 1 sampai

7 Februari 2017 di Poliklinik Penyakit Dalam Rs Tk II dr. Ak Gani dengan

tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan gaya hidup dan usia

dengan upaya pencegahan stroke pada penderita hipertensi. Penelitian ini

merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif, yanag mana dalam

penelitian kuantitatif membutuhkan sampel yang banyak dalam melakukan

penelitian untuk mengatasi hal tersebut peneliti mengambil rancangan

penelitian yang digunkanan dalam penelitian ini adalah desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Desain penelitian ini

bermaksud mencari hubungan antara satu keadaan dengan keadaan yang lain

yang terdapat dalam satu populasi. Penggunaan desain ini berarti pengukuran

terhadap variabel independen (gaya hidup dan usia) dan variabel dependen

(upaya pencegahan stroke pada penderita hipertensi) yang dilakukan secara

bersama-sama sehingga hasil penelitian ini tidak menggambarkan hubungan

sebab akibat.

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini non probability

sampling (purposive sampling) yaitu pengambilan sampel yang didasarkan

pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yamg sudah diketahui sebelumnya.

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di Poliklinik

72
73

Penyakit Dalam Rumah Sakit Tk II Dr Ak Gani sehingga sampel dalam

penelitian ini berjumlaah 30 orang. Desain ini bertujuan mengidentifikasi

hubungan dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja.

Adapun keterbatasan masalah dalam penelitian ini yaitu keterbatasan

waktu sehingga sampel yang didapatkan kurang mewakili populasi.

B. Pembahasan

1. Hubungan Gaya Hidup dengan Upaya Pencegahan Stroke Pada Pasien

Hipertensi

Dalam penelitian ini variabel gaya hidup dikategorikan menjadi dua

yaitu baik dan kurang. Baik jika skor ≥ 12 mean dan kurang jika skor < 12

mean. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan responden yang

memiliki upaya pencegahan stroke baik dan memiliki gaya hidup baik

sebanyak 15 orang (71,4%), lebih banyak jika dibandingkan dengan

responden yang memiliki upaya pencegahan stroke baik dan memiliki gaya

hidup kurang baik sebanyak 2 orang (22,2%). Hasil uji statistik chi square

didapatkan ρ value = 0,020, yang jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05,

maka ρ value ≤ 0,05, sehingga Hipotesis Nol (Ho) ditolak, Hipotesis

Alternatif (Ha) diterima. Ini berarti ada hubungan yang bermakna antara

gaya hidup dengan upaya pencegahan stroke pada pasien hipertensi di

Poliklinik Rumah Sakit Tk. II Dr. AK. Gani Palembang Tahun 2017.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan gaya hidup

73
74

dengan upaya pencegahan stroke pada pasien hipertensi terbukti secara

statistik.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Wolff (2014), yang

menyatakan bahwa hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya

hidup dan pola makan.

Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan

seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada

kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang

berbahaya, padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam,

karena penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga

menganggap ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan hipertensi

ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan rutin/saat pasien datang dengan

keluhan lain. Dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi,

jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti

gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi

kognitif/stroke. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para

penderitanya. Penyakit ini menjadi penyebab berbagai penyakit degeneratif

yang bisa mengakibatkan kematian. Hipertensi selain mengakibatkan angka

kematian yang tinggi juga berdampak kepada mahalnya pengobatan dan

perawatan yang harus ditanggung para penderitanya. Perlu pula diingat

hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup. Bila seseorang

mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan secara

rutin dan pengontrolan secara teratur, maka hal ini akan membawa penderita

74
75

ke dalam kasus-kasus serius bahkan kematian. Tekanan darah tinggi yang

terus menerus mengakibatkan kerja jantung ekstra keras, akhirnya kondisi

ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan

mata.

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dari penelitian yang dilakukan

oleh Sukma (2013) tentang hubungan gaya hidup dengan upaya pencegahan

terjadinya stroke pada pasien hipertensi di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidinrnbanda Aceh, didapatkan

hasil data mengenai gaya hidup terhadap upaya pencegahan stroke pada

penderita hipertensi. bahwa jumlah responden dengan kategori gaya hidup

tidak baik sebanyak 22 (62,9%) dan responden dengan kategori gaya hidup

baik sebanyak 13 (37,1%). hasil pengujian statistic dengan menggunakan

chi square didapatkan ρ value = 0,026 lebih kecil dari α = 0,05 maka ρ value

≤ 0,05 sehingga Hipotesis Nol (Ho) ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha)

diterima. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara gaya hidup dengan upaya pencegahan stroke pada

penderita hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang ada dapat dibuat

kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara gaya hidup dengan

upaya pencegahan stroke pada pasien hipertensi. Hal ini dikarenakan

menurut asumsi peneliti bahwa cara mencegah stroke sejak dini untuk

mencegah dan menghindari penyakit stroke setiap orang harus

membiasakan diri menjaga pola dan gaya hidup sehat. Tekanan darah tinggi

75
76

bisa membuat pembuluh darah mengalami tekanan ekstra. Walaupun tidak

menunjukkan gejala, selalu cek tensi darah secara teratur. Hal tersebut untuk

mengetahui seberapa tekanan darah, jika mengalami tekanan darah yang

tidak normal, maka perlu ada pencegahan dini untuk tidak menjurus ke

ancaman penyakit stroke. Pola dan gaya hidup yang dapat dilakukan

penderita hipertensi sebagai upaya pencegahan stroke diantaranya

menghentikan kebiasaan merokok menghindari stres dan terlalu banyak

pikiran, makan sedikitnya lima porsi buah dan sayuran setiap hari secara

teratur, hindari makan daging merah terlalu banyak sebab lemak jenuh yang

dihasilkan daging merah ini dapat membuat pembuluh darah anda

mengeras, mengkonsumsi makanan berserat tinggi akan dapat

mengendalikan lemak dalam darah, hindari memakan makanan yang

memiliki kandingan garam tinggi akan meningkatkan tekanan darah anda

atau hipertensi, hipertensi penyebab terbesar pula untuk resiko ancaman

penyakit stroke, dan melakukan aktifitas fisik secara teratur seperti olah raga

dan sebagainya akan mudah membantu untuk menurunkan tekanan darah

dan menciptakan keseimbangan lemak yang sehat dalam darah di seluruh

tubuh.

2. Hubungan Usia dengan Upaya Pencegahan Stroke Pada Pasien

Hipertensi

Dalam penelitian ini variabel usia dikategorikan menjadi dua yaitu

tidak risiko dan risiko. Risiko jika usia ≥ 35 tahun dan tidak risiko jika usia

< 35 tahun. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan responden yang

76
77

memiliki upaya pencegahan stroke baik dan memiliki usia tidak risiko

sebanyak 10 orang (90,0%), lebih banyak jika dibandingkan dengan

responden yang memiliki upaya pencegahan stroke baik dan memiliki usia

risiko yaitu sebanyak 7 orang (36,8%). Hasil uji statistik chi square

didapatkan ρ value = 0,007, yang jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05,

maka ρ value ≤ 0,05, sehingga Hipotesis Nol (Ho) ditolak, Hipotesis

Alternatif (Ha) diterima. Ini berarti ada hubungan yang bermakna antara

usia dengan upaya pencegahan stroke pada pasien hipertensi di Poliklinik

Rumah Sakit Tk. II Dr. AK. Gani Palembang Tahun 2017. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan usia dengan upaya

pencegahan stroke pada pasien hipertensi terbukti secara statistik.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kemenkes RI (2012),

yang menyatakan bahwa penurunan aktivitas pada lansia juga dapat

meningkatkan tekanan darah. Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh

dan mekanisme pertahanan tubuh untuk mengkoreksi setiap timbulnya

gangguan pada kesehatan menurun. Penyakit hipertensi pada kelompok

umur paling dominan adalah 31-55 tahun. Dimana penyakit hipertensi

umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapai paruh baya

yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun.

Disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi akan meningkat dengan

bertambahnya umur.

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dari penelitian yang dilakukan

oleh Yenni (2014) tentang hubungan dukungan keluarga dan karakteristik

77
78

lansia dengan upaya pencegahan stroke pada penderita hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Perkotaan Bukit tinggi, didapatkan hasil terhadap

35 responden didapatkan data mengenai usia pasien terhadap upaya

pencegahan stroke pada penderita hipertensi. bahwa jumlah responden

dengan kategori lansia (56 - >65) berjumlah 24 (68,6%) dan responden

dengan kategori dewasa (26 - 45) sebanyak 11 (31,4%). hasil pengujian

statistik dengan menggunakan chi square didapatkan ρ value = 0,002 lebih

kecil dari α = 0,05 maka ρ value ≤ 0,005 Ini berarti ada hubungan yang

bermakna antara usia terhadap upaya pencegahan stroke pada penderita

hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang ada dapat dibuat

kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan upaya

pencegahan stroke pada pasien hipertensi. Hal ini dikarenakan menurut

asumsi peneliti bahwa gaya hidup merupakan faktor risiko penting

timbulnya hipertensi pada seseorang termasuk usia 31-55 tahun.

Meningkatnya hipertensi dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Hal-

hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat, antara lain merokok, kurang

olahraga, mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, dan stres. Ditemukan

kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia. Risiko

hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur, hal ini disebabkan

oleh adanya perubahan struktur pada pembuluh darah besar sehingga terjadi

atherosklerosis atau arteri menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah

menjadi lebih kaku. Sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah.

78
79

79

Anda mungkin juga menyukai