Anda di halaman 1dari 16

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pembahasan dari hasil penelitian

yang telah dilakukan terkait hubungan pengetahuan, motivasi dan dukungan

keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di Puskesmas

III Denpasar Utara. Hal-hal yang akan dibahas yaitu karakteristik responden

berdasarkan usia, jenis kelamin, alamat dan pendidikan terakhir; lalu pengetahuan,

motivasi, dukungan keluarga; dan kepatuhan minum obat; serta hubungan

pengetahuan, motivasi dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat

pada penderita hipertensi di Puskesmas III Denpasar Utara.

6.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 91 responden, usia responden

di Puskesmas III Denpasar Utara terbanyak berusia 51-60 tahun sebanyak 31

responden (34.1%). Hasil penelitian ini terdapat responden pada usia > 60 tahun

sebanyak 17 responden (18.7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Herlinah Lily, Wiwin W, Etty R (2013), dimana diperoleh bahwa sebagian besar

menderita hipertensi tergolong dalam usia lansia dini yaitu berusia 60-74 tahun

berjumlah 86 responden (86,9 %). Terjadinya peningkatan tekanan darah

berbanding lurus dengan semakin tuanya usia seseorang. Hal ini disebabkan pada

usia tua terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah

perifer yang menyebabkan perubahan tekanan darah, seperti aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan kemampuan relaksasi otot polos
pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya

regang pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian menurut jenis kelamin, menunjukan bahwa

responden terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 46 responden

(50.5 %) dan diikuti oleh responden perempuan sebanyak 45 (49.5 %). Hasil dari

penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Notoatmodjo

(2010), Perbedaan pola perilaku sakit juga dipengaruhi oleh jenis kelamin,

perempuan lebih sering mengobatkan dirinya dibandingkan dengan laki-laki, hal

ini menyebabkan laki-laki lebih banyak mengalami hipertensi karena kurangnya

kesdaran dalam melakukan perawatan. Hasil penelitian responden berdasarkan

jenis kelamin menunjukkan penyakit hipertensi pada jenis kelamin perempuan dan

laki-laki memang hampir seimbang, tidak ada perbedaan prevalensi antara

responden perempuan dan responden laki-laki, akan tetapi pada wanita hormon

estrogen memiliki sejumlah efek metabolik, dimana salah satunya berfungsi

sebagai pemeliharaan struktur normal pembuluh darah. Penurunan produksi

estrogen pada usia menopause menyebabkan fungsi pemeliharaan struktur

pembuluh darah juga akan menurun, sehingga wanita lebih rentan terkena

penyakit hipertensi Nainggolan, et al (2012) dalam Meteng, Undap & Kabo

(2016).

Berdasarkan hasil penelitian menurut alamat responden, menunjukkan

bahwa sebagian besar responden berasal dari Br. Ben Biu yaitu sebanyak 21

responden (23.1 %). Hal ini sesuai dengan riset Kesehatan Provinsi Bali (2017)
prevalensi hipertensi tertinggi di Bali adalah Kota Denpasar yaitu sebesar 20,51%

dengan jumlah kasus 113.416 penderita dari 552.992 jumlah penduduk.

Berdasarkan hasil penelitian menurut tingkat pendidikan responden,

menunjukan bahwa responden paling banyak adalah tingkat SMA sebanyak 40

responden (44.0 %). Hal ini disebabkan karena pada saat responden masih dalam

usia sekolah, sekolah masih jarang dan hanya orang-orang tertentu yang bisa

sekolah. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Prapti

& Saputra (2016) yang menyatakan prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi

pada kelompok pendidikan lebih rendah akibat ketidak tahuan tentang pola makan

yang baik, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup sehat dengan

tidak merokok, tidak minum alkohol, dan lebih sering berolahraga.

6.2 Hubungan Pengetahuan terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien

Penderita Hipertensi di Puskesmas III Denpasar Utara

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 91 responden, pengetahuan

pasien hipertensi di Puskesmas III Denpasar Utara terbanyak dalam kategori

rendah sebanyak 55 responden (60.4%) sehingga didapatkan kepatuhan minum

obat pada pasien hipertensi dengan kategori tinggi dan pengetahuan rendah

sebanyak 17 responden (37.8%). Pengetahuan pasien tentang hipertensi dan obat-

obatan dibutuhkan dalam mencapai kepatuhan yang lebih tinggi. Pada penelitian

di USA, pengetahuan sangat rendah pada pasien yang tekanan darahnya tidak

terkontrol (Cheng et al., 2005). Pengetahuan hipertensi adalah penyebab yang

potensial untuk tingginya tingkat tekanan darah yang tidak terkontrol dan
komplikasi jangka panjang. Meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi

memerlukan pendekatan multidimensional ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

pasien.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pengetahuan

dengan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi dengan nilai p=0,000

(p<0,05). Pasien dengan pengetahuan yang tinggi sebagian besar patuh dalam

pelaksanaan minum obat. Didapatkan hubungan yang kuat (r=0,521) antara

pengetahuan dengan kepatuhan minum obat dengan arah positif dimana semakin

tinggi pengetahuan maka semakin meningkat kepatuhan minum obat. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusdianah (2017)

yang menunjukan pengetahuan tentang hipertensi yang kurang akan berakibat

pada motivasi pencegahan kekambuhan yang kurang dan semakin tinggi

pengetahuan yang dimiliki akan berakibat pada motivasi pencegahan kekambuhan

yang semakin tinggi. Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian ini dimana

pengetahuan memiliki pengaruh terhadap kepatuhan pasien hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden memiliki

pengetahuan dengan kategori rendah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Cheng et

al., (2005), pengetahuan sangat rendah pada pasien yang tekanan darahnya tidak

terkontrol. Keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien hipertensi dalam berobat

menunjukkan bahwa faktor tingkat pendidikan, lama menderita hipertensi,

pengetahuan, dukungan keluarga, peran petugas kesehatan dan motivasi


merupakan salah satu keberhasilan dalam kepatuhan mengkonsumsi obat

(Kemenkes.RI, 2014).

6.3 Hubungan Motivasi terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien

Penderita Hipertensi di Puskesmas III Denpasar Utara

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 91 responden, motivasi

pasien hipertensi di Puskesmas III Denpasar Utara terbanyak dalam kategori baik

sebanyak 55 responden (60.4%) sehingga didapatkan kepatuhan minum obat pada

pasien hipertensi dengan kategori tinggi dan motivasi yang baik sebanyak 40

responden (88.9%). Hasil penelitian ini sejalan dengan pelenitian yang dilakukan

oleh (Mubin, 2010) diketahui 55,7% penderita hipertensi mempunyai tingkat

motivasi sedang. Semakin tinggi motivasi, maka keinginan pasien untuk patuh

dalam menjalani pengobatan semakin besar. Motivasi adalah karakteristik

psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang.

Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan

mempertahankan tingkah laku manusia ke arah tekad tertentu (Stonner&Freeman,

1995) dalam (Suarli & Bahtiar, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara motivasi

dengan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi dengan nilai p=0,000

(p<0,05). Pasien dengan motivasi yang tinggi sebagian besar patuh dalam

pelaksanaan minum obat. Didapatkan hubungan yang kuat (r=0,686) antara

motivasi dengan kepatuhan minum obat dengan arah positif dimana semakin

tinggi motivasi maka semakin meningkat kepatuhan minum obat. Hasil penelitian
ini sejalan dengan pelenitian yang dilakukan oleh (Mubin, 2010) diketahui 55,7%

penderita hipertensi mempunyai tingkat motivasi sedang. Semakin tinggi

motivasi, maka keinginan pasien untuk patuh dalam menjalani pengobatan

semakin besar. Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian ini dimana

motivasi memiliki pengaruh terhadap kepatuhan minum obat pasien hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden memiliki

motivasi dengan kategori baik. Menurut Standford, terdapat tiga poin penting

dalam pengertian motivasi, yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan

tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang dirasakan kurang oleh

seseorang, baik bersifat fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan

arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu

siklus motivasi (Suarli & Bahtiar, 2013).

6.4 Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat pada

Pasien Penderita Hipertensi di Puskesmas III Denpasar Utara

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 91 responden penderita

hipertensi, yang mendapatkan dukungan keluarga pada pasien hipertensi di

Puskesmas III Denpasar Utara terbanyak dalam kategori dukungan tinggi

sebanyak 53 responden (58.2%) sehingga didapatkan kepatuhan minum obat

hipertensi dengan kategori tinggi dan dukungan keluarga yang tinggi sebanyak 41

responden (91.1%). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Oluwaseun et al

(2016), dimana dari 360 responden sebagian besar responden (n = 286 [79,4%])
menyatakan dukungan keluarga yang tinggi dapat meningkatkan kepatuhan

minum obat hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita

hipertensi dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Pasien dengan dukungan keluarga yang

tinggi sebagian besar patuh dalam pelaksanaan minum obat. Didapatkan

hubungan yang sangat kuat (r=0,753) antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat dengan arah positif dimana semakin tinggi dukungan keluarga maka

semakin meningkat kepatuhan minum obat. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Herlinah Lily (2013) yang menunjukan ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam penegendalian

hipertensi dengan nilai (p<0,05). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian Wulandari (2019) yang menunjukan ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum obat hipertensi dengan nilai p=0,000

(p<0,05). Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian ini dimana dukungan

keluarga memiliki pengaruh terhadap kepatuhan pasien hipertensi.

Menurut Bisnu et al., (2017) dukungan keluarga adalah bentuk perilaku

melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosional,

penghargaan, informasi dan instrumental. Keluarga berfungsi mempertahankan

keadaan kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki produktifitas tinggi

dalam bentuk mengenal masalah kesehatan, kemampuan mengambil keputusan

untuk mengatasi masalah kesehatan, kemampuan merawat anggota keluarga yang

sakit, kemampuan memodifikasi lingkungan agar tetap sehat dan optimal, dan
kemampuan memanfaatkan sarana kesehatan yang tersedia di lingkungannya.

Hubungan korelasi yang kuat antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat juga disebabkan karena sebagian besar dari responden sudah patuh dalam

minum obat, oleh karena itu tingginya dukungan keluarga yang terus-menerus

menyebabkan pasien mendapatkan pemahaman yang semakin baik tentang

pentingnya minum obat secara teratur.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden

memiliki dukungan keluarga dalam kategori tinggi. Hal ini dapat dibuktikan pada

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hampir seluruhnya pasien mendapatkan

dukungan emosional dan penghargaan, instrumental serta informasi yang baik.

Dimana keluarga selalu mendampingi, mencintai, mengingatkan untuk minum

obat, membiayai pengobatan hingga mengantarkan pasien ke tempat pengobatan.

Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak

terkontrol karena seiring dengan lamanya waktu pengobatan dan usia yang

semakin tua, pasien lansia penderita hipertensi membutuhkan orang terdekat yang

tinggal serumah yang dapat memberikan dukungan kepada pasien supaya tetap

merasa dicintai dan tetap semangat dalam menjalani pengobatan. Dukungan yang

diberikan keluarga berupa dukungan emosional dan penghargaan, dukungan

instrumental, dan dukungan informasi (Friedman, 2010).

6.4.1 Dukungan Emosional dan Penghargaan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas III Denpasar Utara

menunjukan bahwa pasien yang memperoleh dukungan emosional dan

penghargaan terbanyak dengan kategori tinggi sebanyak 54 responden (59.3%).


Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mendapatkan dukungan

emosional dan penghargaan yang baik sehingga didapatkan kepatuhan minum

obat hipertensi dengan kategori tinggi dan dukungan emosional dan penghargaan

yang tinggi sebanyak 41 responden (91.1%). Kemudian diperoleh nilai p=0,000

(p<0,05) dengan koefisien korelasi yang kuat (r=0,746) yang bernilai positif, hal

ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan yang kuat dan searah antara

dukungan emosional dan penghargaan terhadap kepatuhan minum obat dimana

semakin tinggi dukungan emosional dan penghargaan maka semakin meningkat

kepatuhan minum obat. Hal ini sejalan dengan pernyataan dukungan keluarga oleh

Friedman et al., (2010) yaitu dukungan emosional dan penghargaan dimana

keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaaan emosional.

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,

diterima oleh anggota keluarga berupa ungkapan empati, kepedulian, dihargai,

perhatian, cinta, kepercayaan, rasa aman dan selalu mendampingi pasien dalam

perawatan. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang

dianggap tidak terkontrol karena seiring dengan lamanya waktu pengobatan,

pasien hipertensi membutuhkan orang terdekat yang tinggal serumah yang dapat

memberikan dukungan emosional dan penghargaan. Namun dilapangan masih ada

beberapa responden lansia yang datang ke Puskesmas sendiri tanpa didampingi

oleh keluarganya karena sedang bekerja, namun itu tidak menjadi suatu masalah

bagi responden karena keluarga tetap memberikan dukungannya dirumah

sehingga pasien merasa dicintai dan tetap semangat menjalani pengobatan.


Menurut House, Smet (1998) dalam Setiadi (2008) menyatakan bahwa

setiap orang membutuhkan dukungan efeksi dari orang lain, dukungan ini berupa

dukungan simpatik, dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Seorang

pasien hipertensi yang mendapatkan dukungan sosial dari keluarga akan sangat

membantu pasien dalam menghadapi penyakitnya karena merasa dirinya tidak

menanggung beban sendiri melainkan masih ada orang lain yang masih

memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan empati

terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan

masalah yang dihadapinya. Selain itu juga bentuk dukungan penghargaan dapat

membantu pasien hipertensi supaya menjalani kehidupannya dengan baik, seorang

pasien dengan hipertensi membutuhkan kemauan untuk memandang hidup

sebagai sebuah harapan dan juga dibutuhkan pikiran yang positif dalam

memandang setiap permasalahan yang mereka alami selama menderita sakit.

Pikiran dan sikap positif dapat muncul apabila ada dukungan dari orang sekitar

khusunya keluarga. Peran positif dari keluarga akan membuat pasien berfikir

bahwa kehidupannya masih sangat berarti dan dibutuhkan dalam menjalani

kehidupan.

6.4.2 Dukungan Instrumental

Hasil penelitian menunjukan bahwa terbanyak responden mendapatkan

dukungan instrumental tinggi dari keluarga sebanyak 53 responden (58.2%). Hal

ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mendapatkan dukungan

instrumental yang baik sehingga didapatkan kepatuhan minum obat hipertensi

dengan kategori tinggi dan dukungan instrumental yang tinggi sebanyak 41


responden (91.1%). Kemudian diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) dengan koefisien

korelasi yang sangat kuat (r=0,753) yang bernilai positif, hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan signifikan yang sangat kuat dan searah antara dukungan

instrumental terhadap kepatuhan minum obat dimana semakin tinggi dukungan

instrumental maka semakin meningkat kepatuhan minum obat. Berdasarkan data

dalam kuesioner dukungan instrumental didapatkan terbanyak keluarga berperan

aktif dalam setiap pengobatan dan perawatan sakit responden.

Saat penderita hipertensi dibantu oleh keluarga, keluarga memfasilitasi

pemenuhan kebutuhan pasien hipertensi, baik itu pengobatan dan perawatan.

Fasilitas yang diberikan keluarga kepada pasien hipertensi sebagai bentuk

pemenuhan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pasien selama

menghadapi masa sakit termasuk tambahan uang untuk pengobatan. Hal ini

sejalan dengan pernyataan dukungan keluarga oleh Friedman et al., (2010)

dimana dukungan instrumental merupakan tindakan atau materi yang diberikan

oleh orang lain yang memungkinkan pemenuhan tanggung jawab yang dapat

membantu dalam mengatur situasi yang menekan. Aspek instrumental meliputi

penyediaan materi dan sarana untuk mempermudah pasien hipertensi seperti,

pelengkapan, peralatan dan sarana pendukung lain dan termasuk didalamnya

peluang waktu dan uang. Keluarga merupakan sumber pertolongan praktik dan

kongkrit, diantaranya keteraturan menjalani terapi, kesehatan penderita dalam hal

kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan terhindarnya penderita dari kelelahan.

6.4.3 Dukungan Informasi


Hasil penelitian menunjukan bahwa terbanyak responden mendapatkan

dukungan informasi dalam kategori yang tinggi sebanyak 56 responden (61.5%).

Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mendapatkan dukungan

informasi yang baik sehingga didapatkan kepatuhan minum obat hipertensi

dengan kategori tinggi dan dukungan informasi yang tinggi sebanyak 41

responden (91.1%). Kemudian diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) dengan koefisien

korelasi yang kuat (r=0,713) yang bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan signifikan yang kuat dan searah antara dukungan informasi

terhadap kepatuhan minum obat dimana semakin tinggi dukungan informasi maka

semakin meningkat kepatuhan minum obat. Berdasarkan data dalam kuesioner

dukungan informasi didapatkan paling banyak keluarga selalu mengingatkan

pasien tentang perilaku-perilaku buruk yang dapat memperburuk keadaan

penyakitnya, selalu mengingatkan untuk kontrol, minum obat, olahraga dan

makan serta selalu memberitahu tentang hasil dari pemeriksaan kesehatan pasien

itu sendiri. Namun masih ada beberapa responden yang jarang diberitahu oleh

keluarga terkait hasil pemeriksaan dan pengobatan dari dokter yang merawat.

Menurut Friedman (2010) dukungan informasi ini adalah tentang opini

atau kenyataan yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada saat ini, misalnya

nasehat dan informasi-informasi tentang hipertensi yang dapat menjadikan pasien

hipertensi lebih mampu untuk mengatasi masalah dengan lebih mudah. Aspek-

aspek dalam dukungan ini terdiri dari pemberian nasehat, pemberian saran,

pemberian petunjuk atau pengarahan dan pemberian informasi.


6.5 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang dihadapi peneliti saat melakukan penelitian:

1. Penelitian hanya dilakukan pada satu Puskesmas dengan tingkat kasus

kejadian hipertensi tertinggi di wilayah Kecamatan Denpasar Utara yaitu

Puskesmas III Denpasar Utara, sehingga hasil penelitian ini belum dapat

menggambarkan keseluruhan Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar

Utara.

2. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode tidak

langsung, yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen

penelitiannya. Hal ini secara tidak langsung memungkinkan timbulnya

subjektiivitas dari pasien atau responden itu sendiri, dimana bisa saja ada

beberapa dari responden yang tidak jujur dalam menjawab pertanyaan

kuesioner.

3. Penelitian ini hanya untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

pengetahuan, motivasi dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum

obat penderita hipertensi di Puskesmas 3 Denpasar Utara, sehingga dalam

penelitian ini tidak membahas secara jelas mengenai penyakit-penyakit

yang dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat serta faktor-faktor

lainnya

4. Penelitian ini sedikit terhambat untuk dilaksanakan karena ditengah-tengah

penelitian terjadi wabah COVID-19. Dimana, pihak puskesmas membatasi

kehadiran untuk mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di

Puskesmas III Denpasar Utara.


BAB VII

PENUTUP

7.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan tentang Hubungan Antara

Pengetahuan, Motivasi Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum

Obat Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas III Denpasar Utara dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan kuat (r=0,521) antara pengetahuan

terhadap kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di Puskesmas III

Denpasar Utara.

2. Terdapat hubungan yang signifikan dan kuat (r=0,686) antara motivasi

terhadap kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di Puskesmas III

Denpasar Utara.

3. Terdapat hubungan yang signifikan dan sangat kuat (r=0,753) antara dukungan

keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di

Puskesmas III Denpasar Utara.

4. Dari analisa data hasil penelitian diperoleh hasil bahwa dukungan keluarga

memiliki hubungan yang paling kuat dibandingkan pengetahuan dan motivasi

terhadap kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di Puskesmas III

Denpasar Utara.

99
7.2 Saran

Berdasarkan simpulan diatas, saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Bagi Instansi Terkait

Petugas kesehatan diharapkan dapat lebih meningkatkan lagi kualitas pelayanan

kesehatan dengan memperbaiki metode, media maupun cara penyampaian pengobatan

yang akan diberikan kepada keluarga pasien maupun pasien itu sendiri mengenai

penyakit hipertensi.

2. Bagi Penderita Hipertensi

Penderita hipertensi disarankan agar melakukan kontrol tekanan darah secara teratur

dan mampu meningkatkan motivasi dalam mematuhi pengobatan yang diberikan

sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh dokter untuk meminimalisir kemungkinan

komplikasi yang terjadi dapat diturunkan dan menurunkan angka mortalitas serta

morbiditas akibat hipertensi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan nilai tekanan darah masing-masing

responden untuk mengetahui apakah tekanan darahnya terkontrol atau tidak, juga

menambahkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat

seperti faktor penyakit penyerta ataupun faktor riwayat hipertensi keluarga serta

diharapkan dapat dilakukan pada daerah dan fasilitas kesehatan yang lain.

100

Anda mungkin juga menyukai