Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA

PENDERITA HIPERTENSI
- Jenis penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen dengan pendekatan one group
prapost test design.
- Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia penderita hipertensidi Desa Tambar
Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang.
- Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian lansia penderita hipertensidi
Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang (30 responden).
- Sampling penelitian ini adalah Sistematic Simple Random Sampling.
- Variabel Independen penelitian ini adalah pendidikan kesehatan. Variabel dependen
adalah kepatuhan diet.
- Tahap pengumpulan data tentang kepatuhan diet penderita hipertensi sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan melalui kuesioner kemudian dilakukan pemberian pendidikan
kesehatan, setelah dilakukan pendidikan kemudian diberikan kuesioner setelah 1 minggu
untuk mengevaluasi hasil pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan diet pada penderita
hipertensi. Setelah itu menganalisis hasil dari kuesioner sebelum dan setelah dilakukan
pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan diet penderita hipertensi.
- HASIL :
Kepatuhan diet sebelum pemberian pendidikan kesehatan
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui dari 30 responden, sebagian besar 18 responden
(60%) kepatuhan dietnya adalah patuh, 12 responden (40%) kepatuhan dietnya adalah
cukup patuh. Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak
mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan. Berbagai strategi telah dicoba
untuk meningkatkan kepatuhan adalah: Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan.
Untuk pasien dengan hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk
menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita hipertensi. Modifikasi
gaya hidup dan kontrol secara teratur atau minum obat anti hipertensi sangat perlu bagi
pasien hipertensi. Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar tingkat
pendidikan responden yaitu tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP). Tingkat pendidikan
seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang dating dari luar.
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon yang
lebih rasional dan juga dalam motivasi kerjanya akan berpotensi daripada mereka yang
berpendidikan lebih rendah atau sedang. Semakin rendah tingkat pendidikan ini akan
mengakibatkan mereka sulit menerima penyuluhan oleh tenaga kesehatan, tingkat
pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami tentang
diet hipertensi.
Kepatuhan diet sesudah pemberian pendidikan kesehatan
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui dari 30 responden, sebagian besar 24 responden
(80%) kepatuhan dietnya adalah patuh, 6 responden (20%) kepatuhan dietnya adalah
cukup patuh. Diketahui bahwa sebagian besar responden tidak pernah menerima
informasi tentang diet hipertensi. Adapun setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang
diet hipertensi ada peningkatan jumlah responden pada kategori patuh melaksanakan diet
hipertensi. Pemberian informasi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan. Perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Bila pengetahuan lebih dapat dipahami, maka timbul
suatu sikap dan perilaku untuk berpartisipasi berperan serta melaksanakan diet
hipertensi.
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan diet pada penderita
Hipertensi
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan diet dianalisis dengan uji statistik
Wilcoxon didapatkan hasil ρ = 0,000 dari ρ ≤ 0,05 yang berarti ada pengaruh yang
signifikan dari pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan diet pada penderita Hipertensi.
Metode pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Dengan kata lain, dengan
adanya pendidikan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan sikap
sasaran. Didalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan
pendidikan yakni perubahan sikap dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, faktor yang
mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga metode
materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu
atau alat peraga pendidikan. Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor
tersebut harus bekerjasama secara harmonis. Berbagai strategi telah dicoba untuk
meningkatkan kepatuhan adalah: Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan
keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya. Alat bantu
pendidikan kesehatan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaian
bahan pendidikan yang biasa dikenal sebagai alat peraga pengajaran yang berfungsi
untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan, yang
kemudian dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai macam alat
bantu tersebut. Di penelitian ini alat bantu yang digunakan adalah leaflet. Pada penelitian
ini didapatkan hasil bahwa penderita Hipertensi setelah diberikan pendidikan kesehatan
dapat patuh menjalankan diet hipertensi sesuai aturan.
KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pemberian
pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan pada penderita hipertensi.
Peningkatan Pengetahuan dan Kepatuhan Diet Hipertensi melalui Pendidikan
Kesehatan di Posyandu Lansia Tlogosuryo Kota Malang

- Jenis penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen dengan pendekatan one group
pra-post test design.
- Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami hipertensi di
posyandu dan sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi, sebagai
berikut :Pria dan wanita yang berusia 45-65 tahun, Mengalami hipertensi, Bersedia
menjadi responden , Mengikuti pendidikan tentang pengetahuan dan kepatuhan diet
baik pre test dan post test. Kriteria eksklusi tidak bersedia menjadi responden penelitian,
tidak hadir saat penelitian, tidak mengikuti pendidikan tentang pengetahuan dan
kepatuhan diet.
- HASIL :
Tingkat Pengetahuan Lansia tentang diet Hipertensi di Posyandu Tlogo Suryo,
Malang sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
- Berdasarkan hasil penelitian diketahui Pasien Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan
Tlogo Suryo RT 03 RW 02 Malang hampir setengahnya (14 responden yaitu 46,7%)
mempunyai pengetahuan yang baik dan cukup tentang diet Hipertensi
- Berdasarkan karakteristik pasien berusia antara 60-65 tahun dimana pengetahuan
seseorang yang dimiliki akan bertambah baik seiring dengan semakin produktifnya
usia orang tersebut dan semakin cukup usia, maka tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Hal ini dapat disimpulkan bahwa usia
berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang, dimana lebih banyak berinteraksi
untuk mendapatkan suatu informasi tentang kesehatan. Mayoritas responden yang
memiliki pendidikan lulusan SD memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 17
orang (56,7%). Dari tingkat pendidikan ini semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin mudah untuk menerima informasi serta mengembangkan
pengetahuan. Peneliti berasumsi bahwa pendidikan seseorang berpengaruh karena
seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi, maka daya tangkap terhadap suatu
informasi juga semakin tinggi. Pengetahuan seseorang dipengaruhi banyak faktor
seperti pendidikan, pengalaman dan fasilitas. Pendidikan inilah yang membuat
seseorang untuk menerima dan mendapatkan informasi baik dari orang lain dan
media massa, bila informasi yang didapatkan banyak, maka semakin banyak pula
pengetahuan seseorang tentang kesehatan. Setelah pemberian penyuluhan tentang
pentingnya diet hipertensi untuk lansia yang menderita hipertensi pengetahuan lansia
semakin meningkat dan hampir seluruh dari pasien lansia (70%) memiliki
pengetahuan dalam kategori Baik. Saat dilakukan pengumpulan data, beberapa
lansia mengatakan bahwa mereka tahu bahwa membatasi makanan yang banyak
penggunaan garam. Bagi beberapa lansia yang memiliki pengetahuan yang cukup
dan kurang tentang diet hipertensi mengatakan bahwa makanan yang mereka
konsumsi sama dengan apa yang di konsumsi oleh anggota keluarga yang lain.
Disamping melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara dan
penyuluhan kepada para lansia tentang apa yang menjadi kendala dalam diet
hipertensi ini. Peneliti juga berusaha membantu lansia untuk menambah
pengetahuan dan pemahaman tentang pengaturan menu sehari - hari.
Kepatuhan Pasien Lansia tentang diet Hipertensi di Posyandu Lansia
Dari data yang diambil menunjukkan kepatuhan lansia tentang kepatuhan diet
hipertensi. Hampir setengah dari lansia (13 responden setara dengan 43,3%) memiliki
kepatuhan yang tinggi dalam pendidikan kesehatan dan pengaturan diet hipertensi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan pemberian penyuluhan kepatuhan lansia
terhadap diet hipertensi meningkat menjadi setengah dari lansia 15 orang lansia (50%)
yang memiliki kepatuhan yang tinggi dan sedang dalam pendidikan kesehatan untuk
pengaturan diet hipertensi. Hal ini sesuai dengan (Harwadi dkk, 2014) tentang Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Diet pada Pasien DM tipe II di Irna Non
Bedah Penyakit Dalam RSUP DR. M Djamil Padang bahwa pendidikan kesehatan
terhadap kepatuhan diet pada pasien Diabetes Melitus dapat meningkatkan kepatuhan
pasien menjalankan manajement diet. Hal ini membuktikan bahwa perilaku patuh
responden terhadap diet dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan. Tabel 2. Tingkat
Kepatuhan Lansia terhadap diet Hipertensi di Posyandu Tlogo Suryo, Malang sebelum
dan sesudah dilakukan penyuluhan. kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul
akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien, sehingga pasien
mengerti dan memahami rencana dan segala konsekuensinya dan menyetujuai rencana
tersebut serta melaksanakannya. Disamping mengelola kendala – kendala pada penderita
dalam kepatuhan diet hipertensi peneliti juga berusaha membantu penderita mencari
solusi untuk pengaturan menu diet hipertensi untuk memotivasi lansia agar tekanan darah
lansia stabil.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan diet
Hipertensi pada Lansia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hampir setengah responden memilki
pengetahuan yang baik, disamping itu pula hampir setengahnya (Pengetahuan 21
responden yaitu 70% dan kepatuhan diet Hipertensi 50% yaitu 15 orang responden)
memiliki kepatuhan yang tinggi dapat dilihat pada tabel 1. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan dan kepatuhan lansia dalam menjalankan diet hipertensi
adalah adanya pendidikan kesehatan yang diberikan. Tabel 3. Hasil Korelasi antara
Pengetahuan dengan Kepatuhan sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan tentang
diet Hipertesi pada Lansia. Pengetahuan dan ketidakpatuhan pasien dalam pengaturan
diet hipertensi dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapatkan baik dari petugas.
Dengan adanya interaksi professional kesehatan yang meningkat penting kaitannya untuk
memberikan suatu umpan balik pada pasien yang telah menerima informasi tentang
hipertensi. Dari hasil hasil korelasi didapatkan T berpasangan (Paired t-test) dengan nilai
p-value = 0,003 untuk pengetahuan dan 0,008 untuk kepatuhan pre dan post pemberian
penyuluhan. Langkah selanjutnya dilakukan perbandingan, dikarenakan nilai p-value
lebih kecil dari α = 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga keputusan penelitian adalah Signifikan
atau dapat dengan kata lain terdapat Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap
Pengetahuan dan Kepatuhan diet Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan
Tlogo Suryo RT 03 RW 02 Malang. Hal ini sesuai dengan penelitian (Kurniawati dkk,
2016) tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Diet pada Penderita
Hipertensi mempunyai pengaruh yang signifikan dari pendidikan kesehatan terhadap
kepatuhan diet pada penderita Hipertensi. Dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang
menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan sikap dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti, faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping
masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidik ataupetugas yang
melakukannya, dan alat-alat bantu atau alat peraga pendidikan Pendidikan kesehatan
tentang diet hipertensi dapat meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan lansia dalam
pengaturan diet agara tekanan darah dapat terkontrol dengan baik, disamping konsumsi
obat secara teratur dan periksa ke pelayanan kesehatan. Salah satu peran perawat adalah
sebagai seorang pendidik dengan mendidik pasien itu sendiri, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan pemberian penyuluhan. Pemantauan kondisi juga sangat dibutuhkan
untuk mengevaluasi perkembangan kondisi lansia. Menambah pengetahuan penderita
tentang pengaturan pola makan dan diet hipertensi diharapkan dapat menumbuhkan
kepatuhan lansia dalam pengaturan pola makan dan diet untuk menstabilkan tekanan
darah dan meningkatkan taraf kesehatan lansia. Keterbatasan Penelitian merupakan ini
dilakukan pada saat pandemi covid-19 sehingga masih banyak keterbatasan dan
kekurangan yang menjadi hambatan dalam penelitian yaitu ada variabel lain yang belum
terkaji yang mempengaruhi pengetahuan lansia di antaranya lingkungan, pengalaman
menjalankan diet hipertensi dan sumber informasi yang diperoleh tentang diet hipertensi.
- SIMPULAN
Hampir setengah dari lansia (46,7%) adalah lansia yang memiliki pengetahuan dalam
kategori Baik dan Cukup dan Hampir setengah dari lansia (43,3%) memiliki kepatuhan
yang tinggi dalam pendidikan kesehatan pengaturan diet hipertensi sebelum dilakukan
penyuluhan. Hampir seluruh dari pasien Lansia (70%) memiliki pengetahuan dalam
kategori Baik dan Setengah dari responden (50%) yang memiliki kepatuhan yang tinggi
dan sedang dalam pendidikan kesehatan untuk pengaturan diet hipertensi setelah
dilakukan penyuluhan. Adanya pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan
dan Kepatuhan diet Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Tlogo Suryo
RT 03 RW 02 Malang.
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN DIET HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI USIA
DEWASA DI PUSKESMAS MOMBOK MANGGARAI TIMUR 2019
- Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian pra
eksperimental design dengan rancangan one group pre post test design.
- Populasi dari penelitian ini adalah penderita hipertensi usia dewasa yang berjumlah 20
orang.
- Teknik pengambilan sampel menggunakann teknik non- probability sampling dengan
jenis purposive sampling.
- Besar sample diperoleh menggunakan rumus Slovin, jadi jumlah sample dalam
penelitian ini adalah 19 responden setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data
primer didapatkan melalui kuesioner dengan skala Guttman yang diisi oleh 19 orang
penderita hipertensi usia dewasa yang berada di Desa Lengko Namut, Puskesmas
Mombok, Kecamatan Elar.
- Kuesioner yang digunakan telah dilakukan uji validitas di Pustu Rana Kulan. Dari 30
item pertanyaan yang dinyatakan valid ada 26 item. Sedangkan data sekunder diperoleh
dengan mempelajari buku-buku, jurnal penelitian, skripsi, hasil laporan-laporan yang
berhubungan.
- Variabel Independent adalah penyuluhan kesehatan dan variabel Dependent adalah
tingkat pengetahuan diet hipertensi.
- Analisis data menggunakan uji statistik pared sample t-test yaitu dengan melihat
perbedaan nilai rata-rata sebelum dan sesudah penyuluhan melalui program SPSS dengan
nilai α = 0,05
- HASIL :
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa responden terbanyak adalah dari golongan
usia dewasa akhir (36-45 tahun) sebanyak 16 responden (84,2%) dan proporsi terkecil
dari golongan usia dewasa awal yaitu 3 responden (15,8%). Meningkatnya kejadian
hipertensi pada usia dewasa akhir terjadi karena bertambahnya usia, perubahan gaya
hidup termasuk banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
(Kenia, 2013). Asumsi peneliti bahwa dengan bertambahnya usia, elastisitas pembuluh
darah berkurang dan juga merupakan dampak penggunaan alat kontrasepsi hormonal
pada perempuan dewasa. Hal ini dapat dibuktikan dengan data bahwa dari 19 responden
didapatkan 14 responden (73,3%) berjenis kelamin perempuan paling banyak
dibandingkan dengan responden laki-laki yang hanya berjumlah 5 responden (26,3%).
Menurut Rosta (2011), jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tekanan darah. Menurut tingkat pendidikan, subyek yang dijadikan
responden terdiri dari 15 responden (78,9%) dengan tingkat pendidikan sekolah dasar
paling banyak dan 4 responden (21,1%) dengan tingkat pendidikan menengah. Tingginya
prevalensi hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan disebabkan karena
kurangnya pengetahuan terhadap kesehatan dan sulit atau lambat menerima informasi
yang diberikan petugas sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat.
Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan data sebelum penyuluhan dari
19 responden, terdapat 12 responden (63%) kategori pengetahuan cukup dan 7
responden (37%) memiliki tingkat pengetahuan kurang. Menurut analisis peneliti,
pengetahuan cukup dan kurang pada 19 responden penelitian terjadi karena tingkat
pendidikan yang rendah dimana 15 responden berpendidikan Sekolah Dasar. Selain itu,
faktor usia juga sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Menurut
Dewi (2010, pp.16-18) dalam bukunya tentang Teori dan Pengukuran Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku Manusia mengatakan makin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika tingkat pendidikan seseorang rendah akan
menghambat perkembangan sikap terhadap penerimaan nilai-nilai yang diperkenalkan.
Ada kesesuaian antara teori dan fakta, peran pendidikan mempengaruhi daya serap
seseorang terhadap informasi yang diterima. Pendidikan rendah mengakibatkan sulitnya
responden bahkan menghambat untuk menerima pengetahuan baru, sehingga
pengetahuan tentang diet hipertensi pada penderita hipertensi rendah. Faktor umur
merupakan salah salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Dikatakan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan
terjadi perubahan pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir yang semakin matang
atau dewasa. Menurut Levinson dalam Potter & Perry (2007, p.704) umur 26-35 tahun
adalah kelompok usia dewasa awal dimana mereka mulai belajar mengajar dengan latar
belakang pengalaman hidup yang unik termasuk penyakit dan pengobatan, sedangkan
usia 36-45 tahun termasuk kelompok usia dewasa akhir dimana sudah memasuki masa
tenang sehingga mampu mempelajari keterampilan dan informasi baru. Terdapat
kesenjangan antara teori dan fakta. Usia dewasa memasuki usia belajar mengajar dari
pengalaman hidup yang unik termasuk penyakit. Hal ini berdampak pada mudah dan
tidaknya penerimaan suatu informasi khususnya tentang pengetahuan diet hipertensi.
Hasil test setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan dari 19
responden dimanaada 16 responden (84%) memiliki pengetahuan yang baik dan 3
responden (16%) memiliki pengetahuan cukup. Hasil analisis peneliti, adanya perubahan
tingkat pengetahuan pada responden menjadi baik dan cukup terjadi karena penyuluhan
yang dilakukan menggunakan media baik media visual maupun auditor berupa leafled
dan LCD, waktu yang digunakan untuk penyuluhan dan diskusi selama 30 menit, bahasa
yang digunakan adalah bahasa harian responden dan tempat penyuluhan jauh dari
keramaian yaitu di ruang rapat Puskesmas Mombok. Terdapat tiga faktor yang
berpengaruh dalam memberikan penyuluhan kesehatan, salah satunya adalah faktor
proses dalam penyuluhan yang meliputi waktu memberikan penyuluhan, tempat
penyuluhan, jumlah sasaran yang mendengar penyuluhan, dan alat peraga/media yang
digunakan serta bahasa yang mudah dimengerti oleh sasaran. Seluruh pembicaraan
termasuk memperlihatkan alat bantu pandang harus dalam waktu 15-20 menit, dan 15
menit untuk pertanyaan dan diskusi. Penyuluhan sebaiknya menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti agar dapat dengan mudah diserap dan dipahami
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Hipertensi pada Penderita
Hipertensi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Hasil uji statistic melalui Uji PairedSample T-Test diketahui bahwa ada perbedaan
tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan tentang diet hipertensi
pada penderita hipertensi usia dewasa di Puskesmas Mombok Tahun 2019. Perbedaan
dimaksud dapat dilihat pada output uji Paired Sample T-Test dimana hasil rata- rata
(Mean) pre test 16,21 dan post test 24,89 dengan selisih nilai Mean sebesar8,684,
Standar Deviastion 2.029, dan Standart Error Mean sebesar 465. Karena Mean Pre Test <
Mean Post Test maka dapat dideskripsikan bahwa ada perbedaan rata-rata hasil test.
Demikianpun nilai koefisien korelasi sebesar 0,722 yang berarti ada hubungan antara pre
test dan post test. Hasil uji Paired Sample T-Test diperoleh nilai Sig 0,000 < 0,05 maka
dapat dideskripsikan bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah
penyuluhan. Hasil analisis peneliti, terjadinya perbedaan tingkat pengetahuan pre test dan
post test disebabkan karena sasaran penyuluhan adalah kelompok usia dewasa awal dan
dewasa akhir yang mengalami hipertensi, dimana topik penyuluhan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan sasaran dan harus dipenuhi saat ini. Sebab penyuluhan /
pendidikan orang dewasa merupakan proses penyempurnaan atau perbaikan situasi dan
pengalaman yang berhubungan dengan realitas pada masa kini. Hal ini sejalan dengan
pendapat ahli yang mengatakan salah satu sifat kondisi dan prinsip belajar orang dewasa
adalah peserta merasa ada kebutuhan untuk belajar maka prinsip mengajarnya adalah
fasilitator harus mengemukakan kemungkinan-kemungkinan baru untuk pemenuhan
kebutuhan peserta, membantu setiap peserta untuk memperjelas aspirasi dirinya untuk
peningkatan perilaku, membantu mendiagnosa perbedaan antara kebiasaan hidup dengan
kondisi sekarang, dan membantu mengidentifikasi masalah kehidupan yang dialami
dengan perbedaan aspirasinya. Selain itu penyuluh atau fasilitator diharapkan dapat
mengarahkan peserta agar menganggap tujuan pengalaman belajar sebagai tujuan mereka
sendiri. Pendidikan orang dewasa dapat efektif menghasilkan perubahan perilaku apabila
isi dan cara atau metode belajar mengajarnya sesuai dengan perubahan yang dirasakan
oleh subyek belajar. Pembelajaran orang dewasa akan berhasil dengan baik jika
melibatkan baik fisik maupun mental emosionalnya. Keseluruhan penyelenggaraan
pendidikan pada orang dewasa pada hakekatnya ditujukan untuk: menolong orang
dewasa dalam menghadapi kenyataan hidup, melengkapi keterampilan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, menolong orang dewasa dalam mengubah keadaan
kehidupan sosial, dan menolong dalam melengkapi informasi yang dibutuhkan, dalam
hal ini kebutuhan akan kesehatan yang berhubungan dengan diet hipertensi
- KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 19 April 2019 terhadap
19 responden di Desa Lengko Namut, Puskesmas Mombok, Kecamatan Elar, Manggarai
Timur tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan diet
hipertensi pada penderita hipertensi usia dewasa maka dirumuskan kesimpulan sebagai
berikut: 1) Karakteritik usia dari 19 responden yang menjadi sampel penelitian ini yang
termasuk kategori usia dewasa awal (26-35 tahun) 3 responden (15,8%) dan kelompok
usia dewasa akhir (36-45 tahun) lebih banyak yaitu 16 responden (84,2%). Karakter
responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 5 responden (26,3%) lebih sedikit
jumlahnya dibandingkan responden perempuan yang berjumlah 14 responden (73,7%).
Berdasarkan tingkat pendidikan, dari 19 responden didominasi oleh pendidikan SD
yaitu 15 responden(78,9%) sedangkan yang berpendidikan menengah 4 responden
(21,1%). 2) Tingkat pengetahuan diet hipertensi pada penderita hipertensi sebelum
diberikan penyuluhan dari 19responden; 12 responden (63%) memiliki pengetahuan
cukup dan 7 responden (37%) dengan pengetahuan kurang. 3) Tingkat pengetahuan
diet hipertensi pada penderita hipertensi setelah diberikan penyuluhan dari 19 responden;
16 responden (84%) memiliki pengetahuan baik, 3 responden (16%) memiliki
engetahuan cukup. 4) Ada perbedaan tingkat pengetahuan tentang diet hipertensi pada
penderita hipertensi di Puskesmas Mombok sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
kesehatan yang ditunjukan melalui hasil uji statistik paired sample t-tes yaitu selisih rata-
rata pre-post test 8,684 dan p value 0,000 < α 0,05. Melalui hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pelayanan kesehatan dalam menyusun
program yang sesuai agar penderita hipertensi dapat memiliki pengetahuan yang baik
tentang diet hipertensi sehingga tekanan darahnya terkontrol dan terhindar dari terjadinya
komplikasi
-

Anda mungkin juga menyukai