Anda di halaman 1dari 9

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab VI memaparkan mengenai interpretasi hasil penelitian yang telah dilakukan

tentang pengaruh metode motivational interviewing terhadap peningkatan pengetahuan dan

kepatuhan diet rendah purin pada penderita gout yang telah dilaksanakan pada bulan

November 2018. Pembahasan ini meliputi interpretasi dan diskusi hasil dengan

membandingkan temuan penelitian dengan tinjauan pustaka atau teori yang didapatkan,

keterbatasan penelitian dan implikasi terhadap keperawatan. interpretasi dan diskusi hasil

pada penelitian ini disesuaikan dengan rumusan maslah dan tujuan penelitian yang akan

dicapai, yaitu sebagai berikut :

6.1 Gambaran tingkat pengetahuan sebelum diberikan metode motivational


interviewing pada penderita gout

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan responden sebelum diberikikan intervensi dengan metode motivational

interviewing (pretest) terbanyak pada tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 23

responden (76,7%) dari total keseluruhan responden, sedangkan latar pendidikan

responden mayoritas berada pada tingkat Sekolah Dasar. Hasil dari wawancara kepada

responden yang dilakukan peneliti diperoleh data bahwa beberapa responden.

menyatakan selama ini kurang mengetahui diet yang seharusnya dijalani oleh penderita

gout. Responden juga menyatakan bahwa pelayanan kesehatan setempat selama ini belum

pernah mengadakan penyuluhan terhadap penderita penyakit gout.

Menurut peneliti, kurangnya pengetahuan responden dikarenkan mayoritas

resoponden berlatar pendidikan sekolah dasar serta kurangnya penyuluhan kesehatan


oleh tenaga kesehatan menjadi salah satu faktor pengetahuan responden mengenai diet

rendah purin kurang.

Rosyidah, (2015) menyatakan bahwa latar belakang pendidikan yang tinggi secara

tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap pola pikir dan perilaku seseorang

tentang sesuatu hal terutama yang berkaitan dengan derajat kesehatannya. Hal ini sesuai

pendapat Budiono (2016) bahwa pada penderita penderita gout sendiri yang memiliki

pendidikan lebih tinngi akan cenderung lebih memperhatikan dalam menjaga pola makan

dalam kesehariannya. Kurangnya pengetahuan responden mengenai diet rendah purin

pada penderita gout perlu ditingkatkan dengan promosi kesehatan baik secara individu,

kelompok ataupun massa. Sebagaimana dinyatakan oleh Notoadmojo (2013 :129), bahwa

dengan metode promosi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

kesehatan.

6.2 Gambaran tingkat pengetahuan sesudah diberikan metode motivational


interviewing pada penderita

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan hasil bahwa adanya

peningkatan pengetahuan diet rendah purin pada penderita gout setelah mendapat

motivational interviewing, dimana 8 orang (26,7%) mempunyai tingkat pengetahuan baik,

cukup sebanyak 22 orang (73,3%) sedangkan yang mempunyai pengetahuan buruk 0

orang (0%).Beberapa responden mengatakan dengan mendapat motivational interviewing

selama 2x dalam seminggu dapat menambah pengetahuan mereka mengenai jenis

mkanan atau diet pada penderita gout yang harus dipatuhi

Menurut analisa peneliti, responden mengalami peningkatan pengetahuan

dikarenakan informasi yang telah diberikan oleh konselor dengan menggunakan metode
motivational interviewing menjadi salah satu media pengetahuan yang dapat

mempengaruhi pengetahuan responden.

Teori yang dikemukakan oleh Notoadmojo (2010) menyatakan bahwa penyuluhan

kesehatan baik secara individual, kelompok maupun massa merupakan media promosi

kesehatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Beensley & Fisher (2008)

menyatakan bahwa pendidikan kesehatan memang menyampaikan informasi dengan

harapan bahwa seseorang akan memperlajarinya dan dapat mempengaruhi

pengetahuannya. Motivational Interviewing sendiri merupakan salah satu metode dalam

promosi kesehatan secara individual atau konseling yang biasa digunakan dalam

menyampaikan infomasi mengenai masalah yang dihadapi guna untuk memberikan

pengetahuan sehingga diharapkan dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Resnicow&Colorio (2012) bahwa motivational intervieiwing bisa menjadi

terapi kognitiif yang didampingi oleh konselor dimana klien dipandu untuk menhadapi

ketidak konsistenan mereka sendiri dalam pemikiran dan tindakan dengan memberikan

informasi yang diperlukan oleh klien. hal ini sejalan denga penelitian yang dilakukan oleh

Kurniawati (2015), bahwa penyuluhan kesehatan individual dengan metode motivational

interviewing bisa meningkatkan pengetahuan penderita gout, hal itu dapat terjadi

dikarenakan informasi yang di dapatkan. hal itu juga menjadi harapan akan

mempengaruhi sikapnya dalam menghadapi penyakit.


6.3 Gambaran tingkat kepatuhan sebelum diberikan metode motivational
interviewing pada penderita gout

Berdasarkn hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semua

responden sebanyak 30 orang mengalami ketidakpatuhan dalam menjalankan diet rendah

purin.

Menurut peneliti, ketidakpatuhan responden dalam menjalankan diet rendah purin

diakibatkan oleh tingkat pengetahuan yang kurang dikarenakan mayoritas responden

dengan latar belakang pendidikan SD serta. kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan

setempat dapat mengakibatkan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki

Notoadmojo (2010) menyatakan bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi

oleh tingkat pengetahuan. sedangkan menurut Ian & Marcus (2011) faktor kognitif dan

psikologi menjadi peranan penting dalam membentuk perilaku seseorang. Hal ini sejalan

dengan penelitian Utami (2015) yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan dapat

mempengaruhi prilaku, seseorang yang memiliki informasi atau pengetahuan yang baik

akan cenderug lebih memperhatikan dalam diet yang harus dijalani. Kepatuhan dalam

pemilihan jenis makanan pada penderita gout penting dilakukan, hal tersebut diharapkan

bisa merubah tingkat kesehatan seseorang untuk menjadi lebih baik

6.4 Gambaran tingkat kepatuhan sesudah diberikan metode motivational


interviewing pada penderita gout

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa

adanya peningkatan kepatuhan diet rendah purin terhadap beberapa responden yaitu

sebanyak 24 responden. Beberapa responden mengatakan setelah mendapatkan metode

motivational interviewing selama 2x dalam seminggu memberikan dorongan dan motivasi

dalam menghadapi kesehatannya, terutama dalam menjalani diet rendah purin pada
penderita gout, sebagian menyatakan mulai menyadari bagaimana menjaga kesehatan

dengan memperhatikan pola makan. dimana dengan mengkonsumsi makanan yang

mengandung purin rendah dan mulai menghindari makanan yang tinggi akan kandungan

purin (seperti, jeroan, kacang-kacangan, dan sayur bayam).

Menurur peneliti, meningkatnya kepatuhan responden dikarenakan metode

motivational interviewing yang memberikan pengetahuan mengenai diet rendh purin,

arahan serta motivasi agar responden dapat mengontrol dan menhindari makanan

penyebab kadar asam urat meingkat yang biasa dikonsumsi.

Menurut Notoadmodjo, (2010) meningkatnya kepatuhan meningkatnya kepatuhan

seseorang sesuai dengan manfaat dari motivational intervieiwing sendiri dimana pasien

didorong untuk mengekplorasi dan menemukan alasan dalam dirinya yang sebelumnya

pernah dipikirkan untuk mengubah prilakunya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Pertiwi (2013) yang mendapatkan hasil bahwa metode motivational

interviewing mempunyai pengaruh signifikan terhadap motivasi dan kepatuhan pada

pengobatan penderita intervensi.

Pada hasil penelitian terdapat 4 responden yang masih mengalami keidakpatuhan

dalam menjalani diet rendah purin setelah mendapat metode motivational interviewing.

Ketidakpatuhan,4 responden yang mengalami ketidakpatuhan mengungkapan bahwa

mereka tetap mengkonsumsi karena sudah menajdi kebiasaan setiap hari dalam pola

makannya. dan sebagian lagi mengatakan makanan yang dilarang adalah makanan

kesukaannya, hal itu yang membuat tetap tidak memperdulikan diet rendah purin pada

penderita gout.
Menurut peneliti, responden yang tetap mengalami ketidakptuhan dikarenakan

responden masih mempunyai pola makan yang tidak begitu diperhatiakan dengan tetap

mengkonsumsi makanan yang dilarang bagi penderita gout, sertai usia yang lebih muda

dari yang patuh dapat mempengaruhi pola piker dalam merubah perilakunya.

Menurut Kusumawardani (2010) yang menyatakan faktor umur akan

mempengaruhi kepatuhan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada waktu

tertentu dan akan meningkat dengan seiring waktu. hal serupa dinyatakan oleh

(Notoadmodjo, 2007), bahwa semakin cukup usia , tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masyarakat yang dewasa akan

lebih dipercaya daripada yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaanya, hal ini sebagai

akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Kematangan jiwa orang dewasa

mendorong mereka agar lebih mudah menerima informasi yang memebrikan dampak

positif bagi kesehatannya, seperti anjuran melakukan diet atau pengobatan

6.5 Pengaruh metode motivational interviewing terhadap peningkatan


pengetahuan dan kepatuhan diet rendah purin pada penderita gout

Metode motivational interviewing merupakan jenis konseling yang bisa dilakukan

untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan seseorang sebagaimana dinyatakan

oleh Menurut Zhou & Huang (2015) Bahwa Metode motivational interviewing memiliki

pengaruh yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan dalam menghadapi

ambivalensi dan mengatasi masalah selama perubahan perilaku. Menurut Fembi (2015)

motivational interviewing dapat memberikan peningkatan terhadap pengetahuan yang bisa

menimbulkan efek positif pada motivasi diri dan kepercayaan diri untuk menghadapi
hambatan pengobatan. pemahaman (insight) dapat terjadi karena adanya proses kognitif

selama diberikan motivational interviewing, proses ini memfasilitasi individu untuk

mengmbangkan pemikiran-pemikiran positif dalam menghadapi kesehatannya (Sloa, Mrx

& Epstain 2005 dalam Susilowati dan Hasanat, 2011).

Hal ini sesuai dengan hasil Penelitian yang mendapatkan hasil bahwa pemberian

metode motivational interviewing terhadap peningkatan pengetahuan dan kepatuhan diet

rendah purin pada penderita gout Hasil analisa pada tabel dengan menggunakan Uji

Wilcoxon didapatkan kesimpulan nilai probalitas; 0,000< 0,05 maka H0 ditolak dan H1

diterima, dan dapat diambil kesimpulan jika metode motivational interviewing memberikan

pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan kepatuhan pada penderita gout. Hasil

ini sejalan dengan penelitian Harijanto et al, (2015) dengan penggunaan metode

motivational intervieiwingi pada penderita hipertensi memberikan pengaruh positif terhadap

peningkatan pengetahuan dan kepatuhan dalam pengobatan sehingga dapat mengalami

perubahan pada takanan darah.

Menurut Lingli Wu (2016) motivational interviewing tidak hanya bisa dilakukan dalam

pengobatan namun bisa diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan

dalam menjalankan diet. hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tristiana

(2016) dalam menegemen diri pada diet dan control glikemik pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 dimana metode motivational interviewing dapat meningkatkan menegement

diri dalam menjalankan diet sekaligus kontrol glimik hal tersebut terjadi karena ada

pengaruh pada psikologis seseorang yang mendapat motivational interviewing sehingga dapat

mengatasi ambivalesni dan kemudian tercipta prilaku yang lebih baik


Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode motivational

intervieiwing memberikan pengaruh terhada peningkatan pengetahuan dan kepatuhan

diet rendah purin pada penderita gout di wilayah kerja Puskesmas Arjuno.

6.6 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan-keterbatasan yang dialami oleh

peneliti. keterbatasan yang didefinisikan oleh peneliti saat melaksanakn penelitian antara

lain :

1. Instrument dan alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner. beberapa

kelemahan dari kuesioner adalah pernyataan dapat di interpretasikan berbeda

oleh responden. sealain itu pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan

untuk mendapatkan jawaban yang kurang jujur dari responden dikarenakan

pertanyaan menegenai diet rendah purin dinilai bersifat subyektif.

2. Saat dilakukan pemberian konseling dengan metode motivational interviewing

beberapa responden memotong pembicara konselor, tidak hanya itu responden

beberapa kali mengalihkan pembicaraan dengan membahas penyakit lain yang

pernah di alaminya

3. Saat pengambilan sampel beberapa responden yang memilik kadar asam urat

tinggi dan memiliki pengetahuan serta kepatuhan kurang menolak untuk

diberikan metode motivational interviewing dengan alasan takut. selain itu peneliti

hanya memiliki kelompok intervensi saja tanpa membandingkan dengan

kelompok kontrol.

6.7 Implikasi untuk Keperawatan


Penyakit gout atau biasa dikenal dengan asam urat merupakan penyakit yang biasa

diderita oleh usia lanjut. penderita gout biasa mengalami rasa nyeri dipersendian dan hal

itu bisa menganggu aktifitas penderita. penangan bagi penderita gout bisa dilakukan

secara alami dimana penderita menjaga diet dengan mengkonsumsi makanan rendah

purin. namun tidak semua penderita mempunyai pengetahuan mengani diet rendah purin

sehingga mengakibatkan ketidak patuhan dalam mengkonsumsi makanan baik yang

dianjurkan, dibatasi maupun dilarang. meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan dapat

dilakukan dengan metode motivational interviewing.

Metode motivational intervieiwing tersendiri dapat mengembangkan kognitif

seseorang untuk melakakuan kegiatan dan prilaku yang selama ini menjadi hambatan,

metode ini bersifat sederhana namun harus dilakukan denga tepat dan juga kemauan

seseroang supaya kooperatif. dengan demikian penelitian ini dapat menjadi salah satu

upaya khususnya praktik keperwatan untuk menjadi masukan,refrensi, serta intervensi

yang dapat diterapkan pada salah satu penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan

ataupun juga sebagai salah satu dasar untuk mendorong perilaku sehat bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai