PEMBAHASAN
kepatuhan diet rendah purin pada penderita gout yang telah dilaksanakan pada bulan
November 2018. Pembahasan ini meliputi interpretasi dan diskusi hasil dengan
membandingkan temuan penelitian dengan tinjauan pustaka atau teori yang didapatkan,
keterbatasan penelitian dan implikasi terhadap keperawatan. interpretasi dan diskusi hasil
pada penelitian ini disesuaikan dengan rumusan maslah dan tujuan penelitian yang akan
responden mayoritas berada pada tingkat Sekolah Dasar. Hasil dari wawancara kepada
menyatakan selama ini kurang mengetahui diet yang seharusnya dijalani oleh penderita
gout. Responden juga menyatakan bahwa pelayanan kesehatan setempat selama ini belum
Rosyidah, (2015) menyatakan bahwa latar belakang pendidikan yang tinggi secara
tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap pola pikir dan perilaku seseorang
tentang sesuatu hal terutama yang berkaitan dengan derajat kesehatannya. Hal ini sesuai
pendapat Budiono (2016) bahwa pada penderita penderita gout sendiri yang memiliki
pendidikan lebih tinngi akan cenderung lebih memperhatikan dalam menjaga pola makan
pada penderita gout perlu ditingkatkan dengan promosi kesehatan baik secara individu,
kelompok ataupun massa. Sebagaimana dinyatakan oleh Notoadmojo (2013 :129), bahwa
kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan hasil bahwa adanya
peningkatan pengetahuan diet rendah purin pada penderita gout setelah mendapat
dikarenakan informasi yang telah diberikan oleh konselor dengan menggunakan metode
motivational interviewing menjadi salah satu media pengetahuan yang dapat
kesehatan baik secara individual, kelompok maupun massa merupakan media promosi
kesehatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Beensley & Fisher (2008)
promosi kesehatan secara individual atau konseling yang biasa digunakan dalam
pengetahuan sehingga diharapkan dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini sesuai
terapi kognitiif yang didampingi oleh konselor dimana klien dipandu untuk menhadapi
ketidak konsistenan mereka sendiri dalam pemikiran dan tindakan dengan memberikan
informasi yang diperlukan oleh klien. hal ini sejalan denga penelitian yang dilakukan oleh
interviewing bisa meningkatkan pengetahuan penderita gout, hal itu dapat terjadi
dikarenakan informasi yang di dapatkan. hal itu juga menjadi harapan akan
purin.
dengan latar belakang pendidikan SD serta. kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan
oleh tingkat pengetahuan. sedangkan menurut Ian & Marcus (2011) faktor kognitif dan
psikologi menjadi peranan penting dalam membentuk perilaku seseorang. Hal ini sejalan
dengan penelitian Utami (2015) yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan dapat
mempengaruhi prilaku, seseorang yang memiliki informasi atau pengetahuan yang baik
akan cenderug lebih memperhatikan dalam diet yang harus dijalani. Kepatuhan dalam
pemilihan jenis makanan pada penderita gout penting dilakukan, hal tersebut diharapkan
adanya peningkatan kepatuhan diet rendah purin terhadap beberapa responden yaitu
dalam menghadapi kesehatannya, terutama dalam menjalani diet rendah purin pada
penderita gout, sebagian menyatakan mulai menyadari bagaimana menjaga kesehatan
mengandung purin rendah dan mulai menghindari makanan yang tinggi akan kandungan
arahan serta motivasi agar responden dapat mengontrol dan menhindari makanan
seseorang sesuai dengan manfaat dari motivational intervieiwing sendiri dimana pasien
didorong untuk mengekplorasi dan menemukan alasan dalam dirinya yang sebelumnya
pernah dipikirkan untuk mengubah prilakunya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pertiwi (2013) yang mendapatkan hasil bahwa metode motivational
dalam menjalani diet rendah purin setelah mendapat metode motivational interviewing.
mereka tetap mengkonsumsi karena sudah menajdi kebiasaan setiap hari dalam pola
makannya. dan sebagian lagi mengatakan makanan yang dilarang adalah makanan
kesukaannya, hal itu yang membuat tetap tidak memperdulikan diet rendah purin pada
penderita gout.
Menurut peneliti, responden yang tetap mengalami ketidakptuhan dikarenakan
responden masih mempunyai pola makan yang tidak begitu diperhatiakan dengan tetap
mengkonsumsi makanan yang dilarang bagi penderita gout, sertai usia yang lebih muda
dari yang patuh dapat mempengaruhi pola piker dalam merubah perilakunya.
tertentu dan akan meningkat dengan seiring waktu. hal serupa dinyatakan oleh
(Notoadmodjo, 2007), bahwa semakin cukup usia , tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masyarakat yang dewasa akan
lebih dipercaya daripada yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaanya, hal ini sebagai
akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Kematangan jiwa orang dewasa
mendorong mereka agar lebih mudah menerima informasi yang memebrikan dampak
oleh Menurut Zhou & Huang (2015) Bahwa Metode motivational interviewing memiliki
pengaruh yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan dalam menghadapi
ambivalensi dan mengatasi masalah selama perubahan perilaku. Menurut Fembi (2015)
menimbulkan efek positif pada motivasi diri dan kepercayaan diri untuk menghadapi
hambatan pengobatan. pemahaman (insight) dapat terjadi karena adanya proses kognitif
Hal ini sesuai dengan hasil Penelitian yang mendapatkan hasil bahwa pemberian
rendah purin pada penderita gout Hasil analisa pada tabel dengan menggunakan Uji
Wilcoxon didapatkan kesimpulan nilai probalitas; 0,000< 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima, dan dapat diambil kesimpulan jika metode motivational interviewing memberikan
pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan kepatuhan pada penderita gout. Hasil
ini sejalan dengan penelitian Harijanto et al, (2015) dengan penggunaan metode
Menurut Lingli Wu (2016) motivational interviewing tidak hanya bisa dilakukan dalam
dalam menjalankan diet. hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tristiana
(2016) dalam menegemen diri pada diet dan control glikemik pada pasien diabetes
diri dalam menjalankan diet sekaligus kontrol glimik hal tersebut terjadi karena ada
pengaruh pada psikologis seseorang yang mendapat motivational interviewing sehingga dapat
diet rendah purin pada penderita gout di wilayah kerja Puskesmas Arjuno.
peneliti. keterbatasan yang didefinisikan oleh peneliti saat melaksanakn penelitian antara
lain :
1. Instrument dan alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner. beberapa
pernah di alaminya
3. Saat pengambilan sampel beberapa responden yang memilik kadar asam urat
diberikan metode motivational interviewing dengan alasan takut. selain itu peneliti
kelompok kontrol.
diderita oleh usia lanjut. penderita gout biasa mengalami rasa nyeri dipersendian dan hal
itu bisa menganggu aktifitas penderita. penangan bagi penderita gout bisa dilakukan
secara alami dimana penderita menjaga diet dengan mengkonsumsi makanan rendah
purin. namun tidak semua penderita mempunyai pengetahuan mengani diet rendah purin
seseorang untuk melakakuan kegiatan dan prilaku yang selama ini menjadi hambatan,
metode ini bersifat sederhana namun harus dilakukan denga tepat dan juga kemauan
seseroang supaya kooperatif. dengan demikian penelitian ini dapat menjadi salah satu
yang dapat diterapkan pada salah satu penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan
ataupun juga sebagai salah satu dasar untuk mendorong perilaku sehat bagi masyarakat.