Anda di halaman 1dari 6

I.

ringkasan protokol

Judul penelitian : pengaruh Pendidikan gizi terhadap pengetahuan dan konsumsi TTD pada remaja
putri

Tujuan penelitian : untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan gizi terhadap pengetahuan
dan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo.

Metodologi penelitian

a. Rancangan penelitian : metode dalam penelitian ini menggunakan desain cluster


Randomized Trials (CRTs) dengan pengambilan sampel secara multistage sampling. Jumlah
sampel pada penelitian ini masing-masing sebanyak 99 remaja putri pada kelompok
perlakuan dan 101 remaja putri pada kelompok kontrol. Pendidikan diberikan secara online
selama satu bulan sebanyak 6 kali pertemuan melalui link youtube dan whatsapp group
dengan masa refleksi 1 bulan. Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi dengan
media pendidikan berupa video dan narasi powerpoint. Data pengetahuan diambil
menggunakan kuesioner pre dan post test sedangkan data konsumsi TTD diambil
menggunakan pengisian SQ-FFQ yang divalidasi ulang dengan wawancara secara langsung
kepada subjek penelitian. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney.

b. Prosedur penelitian : pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan. Tahapn
pertama yaitu peneliti memperkenalkan diri kepada calon responden pada kelompok
perlakuan maupun kelompok kontrol, menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian, serta
meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalan penelitian dengan memberikan
informed consent. Tahap kedua yaitu memberikan ceramah dan diskusi dengan media
pendidikan berupa video dan narasi power point. Tahap ketiga yaitu pengambilan data
pengetahuan responden menggunakan kuesioner dan post test. Tahap keempat yaitu
pengambilan data konsumsi TTD menggunakan pengisian SQ-FFQ yang divalidasi ulang
dengan wawancara secara langsung kepada subjek penelitian.

c. Metode pengukuran :

Metode pengukuran peneletian ini adalah sebagai berikut :

1. Kuesinoer
Kuesioner dalam penelitian ini meliputi pretest, posttest, dan SQ-FFQ pengetahuan berupa
pilihan ganda dan sikap berupa pernyataan setuju/tidak setuju.

2. Media Pembelajaran
Media yang di gunakan pada penelitian ini yaitu media pendidikan berupa video dan
narasi. pendidikan diberikan secara online selama satu bulan sebanyak 6 kali
pertemuan melalui link youtube dan whatsapp group dengan masa refleksi 1 bulan.

d. Parameter
Parameter yang akan di tetapkan :
e. Analisis data : menggunakan analisis univariat, analisis bivariat, analisi statistik
paramaterik.

II. Latar belakang :


Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
diikuti dengan perubahan dan perkembangan biologis dan psikologis (Bariyyah, 2016).
Pada masa remaja, individu berada dalam kondisi rentan dalam masa perkembangan dan
pertumbuhan, sehingga dapat menimbulkan sejumlah masalah kesehatan. Anemia
merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada remaja, khususnya
remaja putri (Indartanti et al., 2014). Angka anemia pada remaja di seluruh dunia masih
cukup tinggi. Menurut data WHO (2011), angka remaja putri yang mengalami anemia
sebesar 29%. Di Indonesia angka anemia pada remaja masih cukup tinggi, Hasil riset
kesehatan dasar tahun 2013 menunjukkan angka anemia di Indonesia mencapai 21,7%
dan pada remaja putri sebesar 22,7%.(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia).
Indonesia, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa angka anemia pada remaja putri lebih
tinggi dibandingkan angka anemia di Indonesia. Anemia pada remaja putri dapat
dianggap sebagai masalah kesehatan karena prevalensi anemia >20% (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Selanjutnya menurut WHO (2008), apabila angka
anemia berada pada kisaran 20 hingga 39,9%, maka hal tersebut dapat dianggap sebagai
masalah kesehatan masyarakat sedang. Anemia merupakan suatu keadaan dimana jumlah
sel darah merah dan hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal (Masthalina, 2015).
Nilai normal konsentrasi hemoglobin dalam darah remaja putri adalah 12 g/dL,
sedangkan konsentrasi hemoglobin pada remaja adalah 13 g/dL (WHO, 2011). Remaja
putri merupakan kelompok umur yang paling berisiko mengalami anemia, terutama
anemia defisiensi besi. Hal ini dikarenakan remaja perempuan mengalami menstruasi
setiap bulan dan kebutuhan zat besinya mencapai puncaknya pada usia 14-15 tahun,
sedangkan pada remaja terjadi satu atau dua tahun setelahnya (WHO, 2011). Anemia
pada remaja putri dapat menimbulkan rasa lelah terus-menerus, berkurangnya
kemampuan berkonsentrasi saat belajar, rendahnya prestasi akademik, mempengaruhi
produktivitas kerja, dan juga dapat menurunkan stamina tubuh sehingga menyebabkan
tubuh sering terkena penyakit menular (WHO ). , 2001). Penyebab anemia sebagian
besar disebabkan oleh tubuh kekurangan satu atau lebih nutrisi penting (zat besi, asam
folat, dan vitamin B12). Selain itu anemia juga dapat disebabkan oleh penyakit menular
seperti cacing tambang dan malaria (Masrizal, 2007). . Faktor lain yang mempengaruhi
terjadinya anemia pada remaja putri adalah penerapan pola makan yang ketat untuk
mencapai berat badan ideal dengan mengurangi konsumsi makanan, sehingga dapat
mengakibatkan kurangnya keragaman makanan yang dikonsumsi dan berujung pada
kurangnya banyak zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. kehidupan. tubuh, termasuk zat
besi (Masthalina, 2015). Zat besi merupakan mineral mikronutrien yang terdapat dalam
tubuh manusia dan dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk pembentukan hemoglobin. Zat
besi dalam tubuh berasal dari daur ulang sel darah warna merah rusak dan berasal dari
makanan (Syatriani et al., 2010). Sumber makanan zat besi dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu sumber makanan non heme dan sumber makanan heme (Fitri et al.,
2016). Sumber pangan heme merupakan protein hewani yang mudah diserap tubuh,
sedangkan sumber pangan non heme merupakan protein nabati yang banyak mengandung
zat besi namun sulit diserap tubuh (Almatsier, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Lewa (2016), kejadian anemia pada remaja putri disebabkan oleh kekurangan zat
besi non-heme atau heme dalam makanan. Oleh karena itu, pola konsumsi yang baik,
bervariasi dan bergizi dapat menurunkan angka kejadian anemia pada remaja putri.
Kurangnya konsumsi makanan sumber zat besi kemungkinan dipengaruhi oleh kurangnya
pengetahuan remaja mengenai makanan sumber zat besi. Menurut penelitian Weliyati
(2012), terdapat hubungan antara anemia dengan kurangnya pengetahuan pada remaja
putri (p=0,001). Memang pengetahuan akan mempengaruhi perilaku, terutama gaya hidup
dan pilihan makanan. Kurangnya pengetahuan tentang anemia menyebabkan remaja putri
mengonsumsi makanan rendah zat besi saat menstruasi, yang pada akhirnya
menyebabkan berkurangnya asupan zat besi pada remaja putri (Listiana, 2016). Program
Pemerintah Pencegahan dan Pengendalian Anemia Gizi Besi (PPAGB) merupakan
program yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi anemia defisiensi besi yang
menyasar siswi sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA)
melalui penggunaan pil suplemen darah (TTD). Pengobatan anemia dengan program ini
tidak selalu efektif, karena meskipun penggunaan TTD dilakukan secara optimal,
konsumsi TTD pada remaja putri masih rendah. Kurangnya pengawasan, motivasi dan
pengetahuan remaja putri akan mempengaruhi kepatuhan konsumsi TTD. Kepatuhan
konsumsi TTD dapat ditunjukkan melalui kegiatan konsumsi TTD secara umum dan
kegiatan edukasi tentang program TTD oleh guru atau tenaga kesehatan lainnya
(Permatasari, 2018). Menurut penelitian Nuradhiani dkk. (2017), terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan remaja putri kurang patuh dalam menggunakan TTD, yaitu kurangnya
sosialisasi program TTD oleh guru dan petugas kesehatan, kurangnya kesadaran guru dan
petugas kesehatan. remaja putri tentang konsumsi TTD dan kurangnya dukungan
lingkungan untuk mengingatkan mereka untuk mengkonsumsi TTD. baik pada remaja
putri [28] . Pendidikan gizi merupakan salah satu strategi jangka Panjang yang bertujuan
untuk membangun status gizi yang baik pada remaja [28]. Pemberian pendidikan gizi di
sekolah terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik remaja dalam
mencegah anemia [29]. Pemberian pendidikan gizi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah berbasis online (Youtube, PowerPoint bernarasi dan WhatsApp group).
Penyampaian materi dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dalam satu bulan dan 4 minggu
waktu refleksi dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi. Materi yang
disampaikan dalam bentuk video dan powerpoint bernarasi yang kemudian diupload pada
social media youtube dan dishare melalui whatsapp group.
Berdasarkan uji mann whitney diketahui nilai p-value pada pengetahuan adalah 0,041 dan
konsumsi TTD 0,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan
gizi terhadap pengetahuan dan konsumsi TTD pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol dibuktikan dengan nilai p yang signifikan. Peningkatan rata-rata nilai
pengetahuan terjadi pada kelompok perlakuan yang dibuktikan dengan nilai pre-test 73,15
dan post-test 81,50. Data distribusi subjek penelitian berdasarkan pengetahuan didapat
dari 27 kuesioner yang meliputi kisi-kisi pertanyaan tentang penyebab anemia, tanda-
tanda anemia, akibat anemia, cara pencegahan dan cara penanggulangan anemia.
Berdasarkan data pre-test pada kelompok kontrol sebesar 56% subjek penelitian banyak
yang menjawab salah pada kisi kisi penyebab anemia sedangkan pada kelompok
perlakuan sebesar 66% subjek penelitian banyak yang menjawab salah pada kisi-kisi
penyebab anemia. Penelitian yang mendukung bahwa pendidikan memberi pengaruh
positif terhadap pengetahuan antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Vardanjani
et al (2015) di kota Shahrekord menunjukkan adanya pengaruh positif pendidikan
terhadap pengetahuan siswi dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata skor
pengetahuan, sikap dan kinerja setelah diadakan intervensi gizi [30]. Persen peningkatan
skor pengetahuan pada kelompok perlakuan yaitu sebesar 17% sejalan dengan penelitian
Lu’atul et al (2018) yang menyatakan adanya perbedaan perubahan pengetahuan dan
sikap yang dilakukan setelah intervensi gizi [31].
Rata-rata kepatuhan konsumsi TTD pada penelitian ini terjadi peningkatan setelah
diadakan pendidikan gizi pada kelompok perlakuan yang dibuktikan dengan nilai rata-
rata pre-test 1,47 dan post-test 2,32. Peningkatan kepatuhan konsumsi TTD setelah
diadakan pendidikan gizi sejalan dengan penelitian Noverina et al (2020) yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kepatuhan konsumsi TTD
pada saat sebelum dan sesudah intervensi[32] menggunakan media video explanation
dibuktikan dengan nilai median±SD sebelum dan sesudah intervensi 80±28,78 dan
100±15,46. Pendidikan gizi memberikan pengaruh yang positif terhadap kepatuhan
konsumsi TTD. Didukung penelitian Ahmady et al (2016) yang menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan kadar haemoglobin setelah diadakan pendidikan gizi dibuktikan
dengan nilai mean±SD kelompok intervensi pre-test 9,11±1,05 dan post-test
10,04±1,10[33].
Tingkat kepatuhan konsumsi TTD dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang.
Pengetahuan remaja yang cukup membuat remaja putri lebih memiliki kesadaran untuk
menjaga kesehatan. Hasil penelitian Zaddana et al (2019) menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan konsumsi TTD [18]. Hasil dalam
penelitian tersebut dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (diberikan edukasi
dan placebo) dan kelompok intervensi (edukasi dan TTD) hasil penelitian tersebut
mengungkapkan terdapat peningkatan skor pengetahuan serta kenaikan kadar
haemoglobin tubuh setelah diberikan edukasi gizi [18]. Perubahan dan peningkatan skor
dalam pendidikan gizi salah satunya dipengaruhi oleh media yang digunakan dalam
intervensi gizi. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah video dan powerpoint
bernarasi yang termaksud dalam media audiovisual. Media audiovisual menampilkan
unsur gambar dan audio sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih nyata serta
meningkatkan ingatan memori [34]. Pemilihan media audiovisual (video dan powerpoint
bernarasi) bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar sehingga dapat lebih mudah
untuk memahami materi yang disampaikan [35].
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pencarian sumber referensi tentang pemberian
pendidikan gizi yang dilakukan secara online dan pelaksanaan masa refleksi pada
pendidikan gizi yang hanya dilakukan selama satu bulan sehingga perubahan perilaku
yang diharapkan belum menetap.

III. tujuan
a. tujuan umum
untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan gizi terhadap pengetahuan dan
konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo.

b. Tujuan khusus

Anda mungkin juga menyukai