Oleh:
Vina Firmanty Mustofa
NIM. 102114153023
Latar Belakang
Anemia memiliki dampak jangka panjang pada wanita terlebih remaja dan wanita usia
subur (WUS). Anemia dapat menyebabkan wanita mengalami beberapa gejala seperti rasa
cepat Lelah, menurunnya daya tahan tubuh, produktifitas serta resiko melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR). Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013, prevalensi anemia di Indonesia mencapai angka 21,7%. WUS ada pada presentase 18,4%
sedangkan presentase kasus pada usia 5-14 tahun adalah 26,4%. Sumber lain menyebutkan
bahwa prevalensi anemia mengalami peningkatan dari 19,7% (2007) ke 22,4% (2013)
(Pasalina, 2019). Tingginya presentase pada usia remaja menandakan bahwa tindakan
pencegahan terhadap anemia perlu dilakukan sedini dan semaksimal mungkin, sehingga angka
tersebut dapat ditekan dan memiliki output positif jangka panjang terlebih saat wanita
memasuki usia subur.
Anemia memiliki beberapa jenis serta faktor penyebab. Salah satu faktor penyebabnya
adalah kurangnya perhatian masyarakat terhadap gizi yang dikonsumsi. Kurangnya asupan
vitamin C dan zat besi pada wanita adalah salah satu alasan terjadinya anemia di usia remaja
maupun WUS, sehingga nantinya akan berdampak pada outcome maternal dan neonatal saat
kehamilan. Selain pemberian Fe dan vitamin C untuk meningkatkan kadar Hb wanita, tenaga
kesehatan dapat lebih focus pada pendekatan sosial melalui komunikasi kesehatan sebagai
upaya preventif dengan output maksimal. Pendekatan komunikasi berupa promosi kesehatan
atau pemasaran sosial dalam menangani anemia dapat dilakukan secara kontinyu.
Pemasaran sosial adalah suatu jenis pendekatan khusus untuk mengkomunikasikan
Kesehatan serta memiliki tujuan mengubah perilaku dalam kelompok atau populasi yang
menggabungkan prinsip pemasaran untuk mendapatkan tujuan Kesehatan (Edberg dalam
Ridwan, 2020). Teknik komunikasi dengan prinsip pemasaran sosial diharapkan dapat menjadi
salah satu upaya preventif untuk mencegah adanya masalah kesehatan di masyarakat. Hal
tersebut tidak lepas dari masih perlunya pelaksanaan praktik dalam kehidupan sehari-hari. Pada
artikel ini juga dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi perilaku
individu, sedangkan focus pengetahuan yang dibahas adalah pengetahuan mengenai anemia
gizi di masyarakat .
Penulis artikel menyebutkan bahwa anemia defisiensi besi adalah bentuk paling umum
dari kekurangan gizi dan mempengaruhi sekitar 50% wanita hamil di dunia, sedangkan di
Indonesia, anemia mempengaruhi 50,5% wanita berdasarkan data Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2004. Sebanyak 17 provinsi mempunyai nilai rerata kadar Hb dibawah
rata-rata untuk perempuan dewasa (Riskesdas, 2007). Adanya hubungan antara pengetahuan
dengan intake gizi yang kemudian mempengaruhi kadar hemoglobin dibahas pada artikel ini.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat adanya pengaruh promosi kesehatan yang
dilakukan terhadap peningkatan pengetahuan dan kadar hemoglobin pada WUS.
Metode Penelitian
• Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakan.
Waktu penelitian pada bulan Mei-Oktober 2013.
Pelaksanaan promosi kesehatan dan pengumpulan data pada 6 Juni – 8 Juli 2013.