Anda di halaman 1dari 8

Angka kejadian anemia di dunia

diperkirakan mencapai 1,32 miliyar


jiwa atau sebesar 25% dan pada
wanita subur 30,4% menderita
anemia, kejadian di Benua Afrika
sebesar 44,4% benua Asia sebesar
25% hingga 33% dan terkecil pada
benua Amerika Utara sebesar 7,6%,
dengan demikian anemia menjadi
salah satu masalah kesehatan di
berbagai negara di dunia terutama
negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Anemia kebanyakan
terjadi pada remaja putri dan ibu
hamil, dengan prevalensi yang
semakin meningkat setiap tahunnya.
(WHO 2015).

Hasil Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas) Nasional tahun 2018
menunjukkan pravelensi anemia
pada usia 5-14 tahun sebesar 26,4%.
persentase kejadian anemia pada
siswi sekolah menengah pertama
(SMP) adalah sebesar 59 %. Angka
kejadian anemia di Indonesia
terbilang masih cukup tinggi.
Berdasarkan data Riskesdas 2018
Menteri Kesehatan Ir. Budi
Gunadi Sadikin
mengatakan bahwa
remaja yang sehat
merupakan investasi masa
depan bangsa. Generasi
muda memiliki peranan
penting untuk
melanjutkan estafet
pembangunan dan
perkembangan bangsa. Di
tangan merekalah arah
negara ini di tentukan.
''Para remaja akan sangat
menentukan apakah
Indonesia bisa naik kelas
di tataran dunia nantinya,
itu sebabnya negara-
negara yang banyak
memiliki populasi usia
muda akan menjadi
negara besar nantinya,''
katanya dalam puncak
peringatan Hari Gizi
Nasional ke-61 yang
digelar secara daring dan
luring
https://
apps.sid-indonesia.org/hari
gizi nasional
Health promotion Model (HPM) menjelaskan setiap orang
memiliki karakteristik dan pengalaman personal yang berdampak
pada perilaku atau tindakan yang dilakukannya, faktor personal
menjadi faktor prediktif yang ada dalam perilaku yang terbentuk
secara alami, faktor personal yang mempengaruhi perilaku yakni
biologi, psikologi, dan sosial kultural. Teori HPM juga terdapat teori
pembelajaran sosial yang mencangkup kepercayaan diri, yakni self
efficacy dimana merupakan kontruksi utama dalam HPM . HPM
berkembang mencangkup perilaku yang tujuannya untuk
meningkatkan kesehatan dan dapat di aplikasikan dalam rentang
kehidupan termasuk remaja dengan cara pencegahan dan
penanggulangan anemia pada remaja putri dengan memprioritaskan
pemberian Tablet Tambah Darah

 
Penelitian di Kupang (NTT) pada rematri tahun 2018, menunjukkan bahwa
suplementasi TTD secara mingguan selama 16 minggu mampu meningkatkan
kadar hemoglobin dan serum feritin lebih besar dibandingkan suplementasi
TTD 4 hari berturut-turut saat menstruasi selama 4 siklus menstruasi. Penelitian
yang dilakukan pada siswi SMA di Tasikmalaya menunjukkan bahwa
pemberian TTD 1x seminggu dibandingkan dengan pemberian TTD 1x
seminggu ditambah setiap hari selama 10 hari saat menstruasi, dapat
meningkatkan kadar Hb tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua
kelompok tersebut.
Di beberapa negara lain seperti: India, Bangladesh, dan Vietnam, pemberian
TTD dilakukan 1 kali seminggu dan hal ini berhasil menurunkan prevalensi
anemia di negara tersebut.
 
Berdasarkan penelitian di Indonesia dan di beberapa negara lain tersebut, maka
pemerintah menetapkan kebijakan program pemberian TTD pada rematri dilakukan
setiap 1 kali seminggu dan sesuai dengan Permenkes yang berlaku. Pemberian
TTD untuk rematri diberikan secara blanket approach
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan
Anemia mental pada remaja adalah melakukan Intervensi promosi dan
pencegahan kesehatan pada yang bertujuan untuk terhindar dari  Tanda-tanda
anemia lazim disebut dengan 5 L, yaitu lesu, lelah, letih, lemah dan lunglai.
Salah satu caranya adalah:
1. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi Meningkatkan asupan
makanan sumber zat besi dengan pola makan bergizi seimbang
2. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi Fortifikasi bahan makanan yaitu
menambahkan satu atau lebih) zat gizi kedalam pangan untuk meningkatkan
nilai gizi pada pangan tersebut.
3. Suplementasi zat besi Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak
mencukupi kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi
zat besi.
Health Promotion Model secara sistematis dan efektif digunakan
dalam upaya meningkatkan perilaku promosi kesehatan
kemampuan berfungsi, pengkajian yang sistematis terhadap
pentingnya efikasi diri serta identifikasi hambatan yang ada dan
pengaruh situasional yang memungkinkan hambatan dalam
program promosi kesehatan yang mungkin terjadi dapat
diantisipasi dengan mengkaji perilaku serta pengalaman individu
dan status kesehatan klien

dengan pemberian Tablet Tambah Darah dinilai mampu efektif


dalam menurunkan prevalensi Anemia sebab didalam pengkajian
HPM secara sistematis digunakan dalam program pencegahan
anemia, mengetahui hambatan dan merencanakan solusi terkait
hambatan yang dialami. diharapkan untuk penelitian selanjutnya
dapat mendorong pembuatan aplikasi skrining anemia berbasis
daring dengan menerapkan model promosi Kesehatan akan
mempertimbangkan faktor dorongan interpersonal dalam proses
pelaksanaan skrining anemia tersebut.
Maya Sari

Anda mungkin juga menyukai