Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terdapat di seluruh
dunia, tidak hanya negara berkembang tetapi juga negara maju. Secara global,
prevalensi anemia di dunia berkisar antara 40-88% (WHO, 2013). Di Indonesia,
anemia pada remaja putri meningkat dari 11,3% menjadi 37,1% pada tahun 2007 dan
2013 (Kementerian Kesehatan 2007, 2013). Pada tahun 2018, anemia pada kelompok
umur 15-34 tahun sebesar 48,9% dan proporsi anemia ibu hamil sebesar 46,9%.
Berdasarkan hal tersebut anemia lebih banyak dialami pada remaja (Kementerian
Kesehatan, 2018).
Secara umum, penyebab anemia yaitu kehilangan darah secara kronis, asupan
zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat, serta peningkatan kebutuhan akan
zat besi (Arisman, 2014). Anemia juga dapat menyebabkan daya tahan tubuh
menurun sehingga dapat mudah terkena penyakit infeksi, menurunnya kebugaran dan
ketangkasan berpikir karena kurangnya oksigen ke sel otot dan sel otak, serta
menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja (Kementerian Kesehatan,
2017). Proporsi kejadian anemia di Indonesia lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan pada laki-laki yaitu 23,9% dan 18,4% (Kementerian Kesehatan, 2013).
Hal tersebut berkaitan dengan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian
anemia pada remaja putri diantaranya asupan nutrisi, status gzi, pola menstruasi,
aktivitas fisik dan pendapatan orang tua (Wijayanti, 2011).
Remaja perempuan merupakan kelompok usia yang paling banyak
membutuhkan zat gizi dibanding kelompok usia lainnya. Pematangan seksual pada
remaja menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Kebutuhan zat besi remaja
perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki, karena dibutuhkan
untuk mengganti zat besi yang hilang pada saat menstruasi.
Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas,
konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja. Kesehatan remaja sangat menentukan
keberhasilan dari pembangunan kesehatan, terutama dalam upaya mencetak kualitas
generasi penerus bangsa di masa depan. mengingat mereka adalah para calon ibu yang
akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu
melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Remaja putri
diharuskan untuk mengkonsumsi TTD karena mengalami menstruasi setiap bulan.
TTD juga berguna untuk mengganti zat besi yang hilang karena menstruasi dan untuk
memenuhi kebutuhan zat besi yang belum tercukupi dari makanan. Zat besi pada
remaja putri juga bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi belajar, menjaga
kebugaran dan mencegah terjadinya anemia pada calon ibu di masa mendatang.
Oleh karena itu Pemerintah Indonesia berupaya untuk mengatasi hal tersebut
yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019 yaitu pada sasaran pokok yang pertama berupa meningkatnya status
kesehatan ibu dan Anak. Usaha yang dilakukan pemerintah indonesia yaitu melalui
usaha kesehatan sekolah dan remaja. Salah satu program pemerintah yaitu pemberian
Tabet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri. Berdasarkan hasil Riskesdas (2018)
bahwa Remaja puteri yang mendapatkan tablet tambah darah (TTD) sebesar 76,2%
yang terdiri dari sebanyak 80,9% diantaranya mendapatkan TTD di sekolah dan
19,1% menyatakan tidak didapatkan dari sekolah. Sedangkan yang tidak mendapatkan
TTD sama sekali yaitu sebesar 23,8%. Tingkat konsumsi TTD yang < 52 butir sebesar
98,6% dan yang mengkonsumsi ≥ 52 butir sebesar 1,4%.
Pandemi COVID-19 sangat berpengaruh dalam pelaksanaan program
pemberian tablet tambah darah pada remaja puteri, dimana Puskesmas diharapkan
dapat melakukan inovasi untuk dapat melaksanakan kegiatan ini. Berdasarkan data
laporan kinerja program gizi di wilayah kerja UPTD Puskesmas III Denpasar Selatan
pada tahun 2020 angka remaja putri yang mendapatkan tablet tambah darah sebesar
90,84% pada bulan Januari hingga Maret 2020 bahkan melebihi persentase target
program pemberian tablet tambah darah nasional sebesar 30%, kemudian menurun
drastis menjadi 0% di bulan April 2020 akibat dampak pandemic COVID-19.
Berdasarkan permasalahan ini penulis tertarik untuk membuat laporan evaluasi
program target capaian pemberian tablet tambah darah pada remaja putri di wilayah
kerja UPTD Puskesmas III Denpasar Selatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan target capaian pemberian tablet tambah darah remaja putri
di wilayah kerja UPTD Puskesmas III Denpasar Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui permasalahan target capaian pemberian tablet tambah darah remaja
putri di
UPTD Puskesmas III Denpasar Selatan.
b. Menganalisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman yang dimiliki UPTD
Puskesmas III Denpasar Selatan dalam capaian pemberian tablet tambah darah
remaja putri.
c. Mencari pemecahan masalah melalui berbagai strategi yang dapat diterapkan di
UPTD Puskesmas III Denpasar Selatan.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai program pemberian tablet tambah darah
pada remaja putri.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Puskesmas
Sebagai salah satu pertimbangan pemecahan masalah dalam capaian pemberian
tablet tambah darah pada remaja putri.
b. Manfaat bagi Peserta Internship
Mengetahui permasalahan capaian pemberian tablet tambah darah pada remaja
putri khususnya di UPTD Puskesmas III Denpasar Selatan, sebagai gambaran
secara global permasalahan capaian tablet tambah darah pada remaja putri

Anda mungkin juga menyukai