Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET ASAM URAT DI PUSKESMAS

GAMPING I

Judul Skripsi Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta Dosen PSIK
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Latar Belakang penelitian: Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan rasa linu-linudan nyeri di
persendian bagi penderitanya. 3 (60%) dari 5 orang penderita mengatakan dukungan keluarga baik,
namun angka penderita asam urat masih tinggi.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan diet asam urat di Puskesmas Gamping I.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental, menggunakan metode


deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan waktu cross sectional. Teknik pengambilan sampel
dengan metode simple random sampling. Responden dalam penelitian Ini berjumlah 32 penderita asam
urat dengan usia 25-65 tahun. Uji validitas menggunakan Pearson Product Moment dan uji reliabilitas
menggunakan alpha cronbach.

Hasil Penelitian: Analisis data menggunakan kendal tau. Hasil penelitian menunjukan nilai koefisien
korelasi kendal tau sebesar 0,355. Nilai (p=0,004) terdapat hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan diet asam urat di Puskesmas Gamping I

Simpulan: berdasarkan penelitian skripsi oleh Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Aisyiyah Yogyakarta ,Karakteristik responden penderita asam urat berdasarkan usia diketahui bahwa
sebagian besar responden berusia 56-65 tahun sebanyak 31 orang (51%) ,dan hanya ada 2 orang berusia
25-35 tahun. Analisis data menggunakan kendal tau. Hasil penelitian menunjukan nilai koefisien korelasi
kendal tau sebesar 0,355. Nilai (p=0,004) terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet
asam urat di Puskesmas Gamping I Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan diet asam urat di Puskesmas Gamping I, dengan keeratan hubungan rendah. Penderita yang
mempunyi penyakit asam urat yang lama akan mengalami kebosanan dalam melakukan diet, dengan
demikian keluarga sangat berperan penting untuk memotivasi anggota keluarganya yang sedang sakit.
Dukungan tersebut dapat berbentuk dengan pemberian informasi. informasi yang dibutuhkan oleh
penderita yaitu berupa pemaparan tentang makanan - makanan yang perlu dihindari penderita asam
urat (Setiadi, 2008). Dukungan yang lain bisa dalam bentuk dukungan penilaian dan emosional berupa
penghargaan positif berupa perhatian dan pujian pada saat penderita melakukan diet dengan tepat, hal
p tersebut dapat memotivasi penderita untuk tetap rutin menjalankan diet. Penderita asam urat dapat
bekerjasama dengan keluarga dan tenaga kesehatan dalam menjalankan diet asam urat untuk
meminimalisir komplikasi dari asam urat disamping itu penderita tetap menjalankan diet dengan
mengkonsumsi makanan rendah purin dan meningkatkan konsumsi cairan.

PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT LANSIA
Jurnal Menara Medika Vol 1 No 1 September 2018

Latar Belakang: Penyakit asam urat adalah penyakit yang disebabkan oleh asam atau tumpukan kristal
di dalam jaringan, terutama jaringan kirim. 5-10% menyerang usia 5-20 tahun dan 20% pada usia 50
tahun ke atas, penyakit ini sering terjadi pada pria. Peningkatan urat dapat diatasi dengan terapi
komplementer salah satunya dengan mempersembahkan rebusan daun salam (Syzygium Polyantum).

Tujuan: mengetahui efektifitas rebusan air daun salam untuk menurunkan kadar asam urat pada lansia
di Puskesmas Muaro Paiti Kapur IX Kecamatan Lima Puluh Kota.

Metode: Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain pre-post test dalam satu kelompok
(one-group pretest-posttest design). Sampel penelitian ini adalah laki-laki lanjut usia sebanyak 15
diambil dengan purposive sampling. Teknik pengumpulan sebelum memberikan air daun salam adalah
8,8 mg/dl dan rata-rata sesudahnya pemberiannya adalah 7,5 mg/dl. Terlihat p-value 0,001 <0,05 ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata kadar asam urat darah
sebelumnya dan sesudahnya diberikan daun air rebusan daun salam pada pasien dengan asam urat.
asam urat yang bisa menggunakan rebusan daun salam untuk mencapai peningkatan data wawancara
dan observasi. Data diambil dengan menggunakan uji t berpasangan.

Hasil penelitian: menunjukkan bahwa rata-rata kadar asam urat darah responden sebelum memberikan
air daun salam adalah 8,8 mg/dl dan rata-rata sesudahnya pemberiannya adalah 7,5 mg/dl. Terlihat p-
value 0,001 <0,05 ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata kadar
asam urat darah sebelumnya dan sesudahnya diberikan daun air rebusan daun salam pada pasien
dengan asam urat.

Kesimpulan: Berdasarkan penelitian dari Jurnal Menara Medika Vol 1 No 1 September 2018
menunjukkan sebelum dan sesudah dilakukan uji pemberian rebusan daun salam membuktikan adanya
perbahan. Diketahui bahwa kadar asam urat dalam darah pada penderita asam Urat setelah diberikan
air rebusan daun salam (syzygium polyantum) mengalami penurunan kadar asam urat. Dimana pada
sebelum diberikan air rebusan daun salam ditemukan bahwa 15 orang setelah diberi air rebusan daun
salam ditemukan rata-rata kadar asam responden memiliki rerata kadar asam urat darah 8,8 mg/dl.
Sedangkan setelah di berikan rebusan daun salam ditemukan rata-rata kadar asam urat darah menurun
menjadi 7,5 mg/dl. Berdasarkan hasil uji statistik dari uji t test bahwa p-value 0,001 < 0,05 ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan antara nilai rata-rata kadar asam urat darah sebelum dan
sesudahnya diberikan air rebusan daun salam pada penderita Asam Urat di Wilayah Kerja Puskesmas
Muaro Paiti Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota. Sehingga ada pengaruh rebusan air daun
salam untuk menurunkan kadar asam urat. Penelitian ini diharapkan kepada keluarga terutama keluarga
dengan penderita asam urat yang bisa menggunakan rebusan daun salam untuk mencapai peningkatan
kadar asam urat yang dialami oleh lansia.

POLA KONSUMSI SUMBER PURIN, AKTIVITAS FISIK, DAN STATUS GIZI DENGAN KADAR ASAM URAT
PADA LANSIA DI PUSKESMAS KECAMATAN MAKASAR JAKARTA

J.Gipas, Met 2020, Volume 4 Nomor 1 ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465


Latar Belakang: Proses degeneratif dapat menurunkan ketahanan tubuh pada lansia yang akan
menimbulkan keluhan kesehatan termasuk penyakit asam urat. Asam urat atau gout merupakan
gangguan metabolik tubuh yang ditandai dengan meningkatkan kadar asam urat (hiperurisemia).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat diantaranya pola konsumsi purin, aktivitas
fisik dan status gizi.

Tujuan : Untuk menganalisis hubungan antara pola konsumsi pangan sumber purin, status gizi dan
aktivitas fisik dengan kadar asam urat pada lansia.

Metode: Desain studi ini cross sectional pada pra- lansia dan lansia sebanyak 100 subyek di Puskesmas
Kecamatan Makasar. Pola konsumsi pangan sumber purin diukur dengan kuisioner SQ-FFQ berisi
makanan tinggi purin, kemudian diskoring dan dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu kategori purin
rendah-sedang dengan skor <55 dan kategori purin dengan skor 255, selain itu aktivitas fisik dan status
gizi diukur dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner sedangkan kadar asam urat dengan
melihat hasil laboratorium atau dari rekam medik pasien. Analisis data dilakukan analisis echt square.

Hasil penelitian: Sebanyak 90% subyek dengan pola konsumsi purin tinggi. Terdapat hubungan yang
signifikan (p <0,05) antara pola konsumsi pangan sumber purin dengan kadar asam urat normal dan
asam urat tinggi. Terdapat gizi dan aktivitas fisik dengan kadar asam urat pada lansia. Desain studi ini
cross sectional pada pra- lansia dan lansia sebanyak 100 subyek di Puskesmas Kecamatan Makasar. Pola
konsumsi pangan hubungan antara pola konsumsi pangan sumber purin dengan kadar asam urat pada
lansia.

Kesimpulan: Berdasarkan penelitian dari Jurnal J.Gipas, Met 2020, Volume 4 Nomor 1 ISSN 2599-0152
eISSN 2599-2465 bahwasanya Faktor resiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat
adalah genetik atau riwayat keluarga, asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih,
kegemukan (obesitas), hipertensi dan penyakit (terutama diuretika), dan gangguan fungsi ginjal jantung,
obat-obatan tertentu. Pengelompokan bahan makanan menurut kadar purin dikatakan tinggi jika kadar
purin 100 - 1000 mg purin/100 g bahan makanan (Almatsier, 2010). Subyek didominasi oleh kelompok
pra-lansia yaitu sebanyak 52 orang (52%), sedangkan lansia sebanyak 48 orang (48%). Pola konsumsi
pangan sumber purin tinggi sebanyak 90 orang (90%). Aktivitas fisik subyek dengan kategori ringan
sebanyak 91 orang (91%) lebih tinggi dibandingkan dengan subyek yang memiliki aktivitas fisik sedang-
tinggi hanya sebanyak 9 orang (9%). Status gizi subyek menunjukkan bahwa sebagian besar subyek
mempunyai status gizi lebih sebanyak 68 orang (68%). Ada hubungan pola konsumsi pangan sumber
purin dengan kadar asam urat pada pra-lansia dan lansia di Puskesmas Kecamatan Makasar dan tidak
terdapat hubungan antara Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Pra-lansia dan Lansia di Puskesmas
Kecamatan Makasar.

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.

Husnah dan Chamayasinta, D., R. 2013. Hubungan Pengetahuan Diet Rendah Purin dengan Kadar Asam
Urat Pasien Gout Arthritis. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 13 (1).
Kusumayanti, G.A., D, Wiardani, N., K, Sugiani, P., P., S. 2014. Diet Mencegah dan Mengatasi Gangguan
Asam Urat. Jurnal Ilmu Gizi 5 (1) : 69-78.

Nengsi, S., W, Bahar, B, Salam, A. 2014. Gambaran Asupan Purin, Penyakit Arthritis Gout, Kualitas Hidup
Lanjut Usia di Kecamatan Tamalanrea.Jurnal.

Vera, H. (2014). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Salam Terhadap Kadar Asam Urat pada Lansia
Penderita Arthritis Gout di Dusun Modinan Gamping Sleman Yogyakarta. Jurnal Stikes Aisyiyah; 1-13

Anda mungkin juga menyukai