Anggota Kelompok :
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkat dan
rahmat-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan judul ” Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asam Urat “. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Keluarga dari dosen Muhammad Sahli., SKM., M. Kes
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun ini belumlah sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam
rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6
A. KONSEP KEPERAWATAN KELURGA..............................................................................6
1. Definisi.....................................................................................................................................6
2. Struktur Keluarga.....................................................................................................................6
3. Tipe Keluarga...........................................................................................................................7
4. Peran Keluarga.........................................................................................................................8
5. Fungsi Keluarga.......................................................................................................................8
6. Tugas Keluarga........................................................................................................................9
B. Konsep Dasar Gout Arthritis.................................................................................................10
1. Definisi...................................................................................................................................10
2. Etiologi...................................................................................................................................10
3. Patofisiologi...........................................................................................................................11
4. Penatalaksanaan.....................................................................................................................11
5. Terapi Farmakologi................................................................................................................12
6. Terapi Non Farmakologi........................................................................................................13
7. Pathway..................................................................................................................................15
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................16
3.1 Pengkajian............................................................................................................................16
3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................................17
3.3 Perencanaan Dan Implementasi...........................................................................................17
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................21
4.2 Saran.....................................................................................................................................21
JURNAL TERKAIT......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu
penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat didalam
tubuh.Asam urat merupakan hasil metabolism akhir dari purin yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti seltubuh. Penyebab penumpukan
kristal di daerah persendian diakibatkan kandungan purinnya dapat meningkatkan
kadar asam urat dalam darah antara 0,5 –0,75 g/ml purin yang dikonsumsi (Jaliana,
2017). Secara alamiah purin terdapat dalam tubuh karena terkandung pada semua
makanan. Baik yang berasal dari tanaman(sayur, buah, dan kacang-kacangan) atau
hewan(daging, ikan, dan jeroan)hanya saja, ada makanan yang mengandung purin
tinggi dan rendah. Penyakit asam urat biasanya ditandai dengan terjadi hiperurisemia
(peningkatan kadar asam urat dalam darah), adanya serangan disalah satu
sendi,terutama sendi ibu jari kaki, sendi terlihat kemerahan, pembengkakan dan
asimetris disalah satu sendi. Sehingga perencanaan pengelolaan asam urat harus
dibicarakan secara terapeutik antara pasien dan keluarga. Sehingga pasien dalam
melakukan pengontrolan kadar purin, keluarga dapat memahami keikut sertaan dalam
melakukan perawatan pada pasien dengan gout arthitis. (Junaidi, 2013).
Perawat juga berperan dalam mendukung keluarga dalam memenuhi tugas
perawatan kesehatannya yang meliputi merawat anggota keluarga yang sakit,
mengambil keputusan, mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan
hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang
menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada
(Freeman 1981 dalam Jhonson L & Leny R, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keperawatan keluarga dengan asam urat?
2. Mampu melakukan proses asuhan keperawatan pada keluarga dengan asam urat
yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jadi, dari beberapa definisi diatas maka keluarga adalah unit terkecil yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan dan tinggal dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan serta mempunyai peran atau kewajiban yang harus
dilaksanakan.
2. Struktur Keluarga
Ciri-ciri struktur keluarga menurut Widyanto (2014) :
1. Terorganisir Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap anggota
keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan
keluarga. Dalam menjalankan peran dan fungsinya, anggota keluarga saling
berhubungan dan saling bergantung.
2. Keterbatasan Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, namun juga
memiliki keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya.
3. Perbedaan dan Kekhususan Setiap anggota keluarga memiliki peran dan
fungsinya masing-masing. Peran dan fungsi tersebut cenderung berbeda
dankhas, yang menunjukan adanya ciri perbedaan dan kekhususan. Macam-
macam struktur keluarga :
(1) Patrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi,dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
(2) Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi,dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
(3) Matrilocal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
(4) Patrilocal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
(5) Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar
pembinaan keluarga dan beberapa sanak (Padila,2012).
3. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam
pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial,maka tipe keluarga
berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami dan mengetaui
berbagai tipe keluarga. Menurut Mubarak (2012), tipe-tipe keluarga antara lain:
1. Tradisional nuclear Keluarga inti yang terdiri dari ayah,ibu,dan anak yang
tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2. Extended family Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara,misalnya nenek,kakek,keponakan,saudara sepupu,paman bibi,dan
sebagainya.
3. Reconstitude family Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri,tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan
anakanaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
4. Middle age /aging couple Suami sebagai pencari uang,istri dirumah atau
kedua-duanya bekerja diluar rumah, dan anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir.
5. Dyadic nuclear Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak
keduanya/salah satu bekerja diluar rumah.
6. Single parent Satu orang tua akibat perceraian/kematian pasangnya dan
anakanaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.
7. Dual carrier Suami istri atau keduanya berkarir tanpa anak.
8. Commuter married Suami/istri atau keduanya orang karirdan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9. Single adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
10. Three generation Tiga generasi atau lebih tinggal satu rumah.
11. Institusional Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.
12. Communal Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang mengayomi
dengan anak-anaknya dalam penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage Suatu rumah terdiri atas orang tua dan keturunanya didalam
satu keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan semua
adalah orang tua dari anak-anak.
14. Unmarried Parent and Child Ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki, anaknya diadopsi.
15. Cohibing Couple Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
4. Peran Keluarga
Peran Keluargaadalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam satu sistem (Mubarak dkk, 2012).
Peran didasarkan pada preskipsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi
harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran tersebut
(Harmoko, 2012).
Peran formal dalam keluarga adalah peran-peran yang bersifat terkait, yaitu
sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran
secara merata kepada anggotanya. Dalam peran formal keluarga ada peran yang
membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu dan ada juga peran yang
tidak terlalu kompleks, sehingga dapat didelegasikan kepada anggota keluarga lain
yang kurang terampil. Beberapa contoh peran formal yang terdapat dalam keluarga
adalah pencari nafkah, ibu rumah tangga, sopir, pengasuh anak, tukang masak, dan
lain-lain.
5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman dalam Padila (2012) ada lima fungsi dasar keluarga diantaranya
adalah:
6. Tugas Keluarga
Menurut Harmoko (2012) di dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar
yang didalamnya terdapat 8 tugas pokok, yaitu:
2. Etiologi
Etiologi dan faktor terbentuknya batu ginjal diduga ada hubungannya dengan
gangguan saluran urin, infeksi saluran urin, dehidrasi dan keadaankeadaan lainnya
yang masih belum terungkap (idiopatik) (Purnomo, 2011).
Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang. Berikut ini beberapa faktor intrinsik dan ekstrinsik
yang mempengaruhi terjadinya batu ginjal antara lain :
3. Patofisiologi
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0
mg/dL) dapat (tetapi tidak selalu) menyebabkan penumpukan kristal monosodium
urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan
mendadak kadar asam urat serum. Kalau kristal urat mengendap dalam sebuah sendi,
respon inflamasi akan terjadi dan serangan gout dimulai.
4. Penatalaksanaan
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penangananhiperurisemia pada pasien artritis kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi
penyakit ini :
1) Mengatasi serangan akut.
2) Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat
pada jaringan, terutama persendian.
3) Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik.
5. Terapi Farmakologi
1. Serangan akut
a. Allopurinol.
Obat hipurisemik pilihan unuk gout kronik adalah allopurinol.
Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungin fungsi ginjal.
Allopurinol menurunkan fungsi asam urat dengan cara menghambat
enzim xantin oksidase. Dosis pada pasien dengan fungsi ginjal
normal dosis awal allopurinol tidak boleh melebihi 300mg/24 jam.
Respon terhadap allopurinol dapat dilihat sebagai penurunan kadar
asam urat dalam serum pada dua hari setelah terapi dimulai dan
maksimum setelah 7-10 hari. Kadar asam urat dalam serum harus
dicek setelah 2-3 minggu penggunaan allopurinol untuk meyakinkan
turunnya kadar asam urat.
b. Obat urikosurik
Kebanyakan pasien dengan hiperurisemia yang sedikit
mengekskresikan asam urat dapat diterapi dengan obat urikosurik.
Urikosurik seperti probenesid (500 mg-1 g 2kali/hari) dan
sulfinpirazon (100 mg 3-4 25 kali/hari) merupakan alternatif
allopurinol, terutama untuk pasien yang tidak tahan terhadap
allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada pasien dengan nefropati
urat dan yang memproduksi asam urat berlebihan. Obat ini tidak
efektif pada pasien dengan fungsi ginjal yang buruk (klirens
kreatinin
7. Pathway
BAB III
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan pasien
a. Keluhan utama (pasien mengeluh nyeri pada daerah persendian)
b. Riwayat kesehatan sekarang (pasien mengatakan nyeri pada persendian,dan
merasa keram).
c. Riwayat kesehatan masa lalu (pasien tidak perna mengalami penyakit yang sama).
d. Riwayat kesehatan keluarga (Keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit
yang sama).
3. Pemeriksaan labratorium
Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu ≥ 6 mg% normalnya pada
pria 7 mg% dan pada wanita 6 mg%.
4. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing) = px. Paru2 (IPPA)
b. B2 (Blood) = pengisian kapiler <1 detik, keringat dingin&pusing
c. B3 (Brain) = kesadaran CM, kepala&wajah,sklera tdk ikterik, konjungtiva
anemis.
d. B4 (Bladder) = produksi urin dlm batas normal&tdk terdapat keluhan kecuali
penyakit gout
e. B5 (Bowel) = normal tpi hrus dikaji frekuensi, warna, bau feses. Biasanya
mengalami nyeri lambung, mual&tdk nafsu makan.
f. B6 (Bone)
Ø Look→keluhan nyeri sendi&perlu segera diberi prtolongan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa asam urat adalah salah satu
penyakit yang paling banyak diderita di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh factor
krturunan, makanan, dan psikologis. Masalah yang sering terjadi dalam keluarga
dengan merawat pasien asam urat adalah nyeri dan gangguan mobilitas fisik. Peran
perawat dalam menjaga Kesehatan keluarga adalah sebagai pendidik, memberikan
penkes kepada keluarga agar dapat menjalankan asuhan keperawatan keluarga secara
mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah Kesehatan keluarga.
4.2 Saran
Bagi mahasiswa agar mempelajari dan memahami bagaimana perawat keluarga
bekerja. Karena perlu diperhatikan bahwa Kesehatan seorang anggota keluarga juga
dipengaruhi oleh bagaimanan cara keluarga merawat dan mendukung satu sama lain.
Perawat juga berperan dalam mendukung keluarga dalam memenuhi tugas perawatan
kesehatannya yang meliputi meerawat anggota keluarga yang sakit, mengambil
keputusan, mempertahankan suasanan rumah yang mrenguntungkan Kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan hubungan timbal balik
antara anggota keluarga dan Lembaga kesehtan yang menunjukkan pemanfaatan
dengan baik fasilitas Kesehatan yang ada
JURNAL TERKAIT
Judul Skripsi Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta
Latar Belakang penelitian: Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan rasa linu-
linudan nyeri di persendian bagi penderitanya. 3 (60%) dari 5 orang penderita mengatakan
dukungan keluarga baik, namun angka penderita asam urat masih tinggi.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan diet asam urat di Puskesmas Gamping I.
Hasil Penelitian: Analisis data menggunakan kendal tau. Hasil penelitian menunjukan nilai
koefisien korelasi kendal tau sebesar 0,355. Nilai (p=0,004) terdapat hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan diet asam urat di Puskesmas Gamping I
Simpulan: berdasarkan penelitian skripsi oleh Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Aisyiyah Yogyakarta ,Karakteristik responden penderita asam urat berdasarkan
usia diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 56-65 tahun sebanyak 31 orang (51%)
,dan hanya ada 2 orang berusia 25-35 tahun. Analisis data menggunakan kendal tau. Hasil
penelitian menunjukan nilai koefisien korelasi kendal tau sebesar 0,355. Nilai (p=0,004)
terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet asam urat di Puskesmas
Gamping I Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet
asam urat di Puskesmas Gamping I, dengan keeratan hubungan rendah. Penderita yang
mempunyi penyakit asam urat yang lama akan mengalami kebosanan dalam melakukan diet,
dengan demikian keluarga sangat berperan penting untuk memotivasi anggota keluarganya
yang sedang sakit. Dukungan tersebut dapat berbentuk dengan pemberian informasi.
informasi yang dibutuhkan oleh penderita yaitu berupa pemaparan tentang makanan -
makanan yang perlu dihindari penderita asam urat (Setiadi, 2008). Dukungan yang lain bisa
dalam bentuk dukungan penilaian dan emosional berupa penghargaan positif berupa
perhatian dan pujian pada saat penderita melakukan diet dengan tepat, hal p tersebut dapat
memotivasi penderita untuk tetap rutin menjalankan diet. Penderita asam urat dapat
bekerjasama dengan keluarga dan tenaga kesehatan dalam menjalankan diet asam urat untuk
meminimalisir komplikasi dari asam urat disamping itu penderita tetap menjalankan diet
dengan mengkonsumsi makanan rendah purin dan meningkatkan konsumsi cairan.
PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM
URAT LANSIA
Latar Belakang: Penyakit asam urat adalah penyakit yang disebabkan oleh asam atau
tumpukan kristal di dalam jaringan, terutama jaringan kirim. 5-10% menyerang usia 5-20
tahun dan 20% pada usia 50 tahun ke atas, penyakit ini sering terjadi pada pria. Peningkatan
urat dapat diatasi dengan terapi komplementer salah satunya dengan mempersembahkan
rebusan daun salam (Syzygium Polyantum).
Tujuan: mengetahui efektifitas rebusan air daun salam untuk menurunkan kadar asam urat
pada lansia di Puskesmas Muaro Paiti Kapur IX Kecamatan Lima Puluh Kota.
Metode: Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain pre-post test dalam satu
kelompok (one-group pretest-posttest design). Sampel penelitian ini adalah laki-laki lanjut
usia sebanyak 15 diambil dengan purposive sampling. Teknik pengumpulan sebelum
memberikan air daun salam adalah 8,8 mg/dl dan rata-rata sesudahnya pemberiannya adalah
7,5 mg/dl. Terlihat p-value 0,001 <0,05 ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara nilai rata-rata kadar asam urat darah sebelumnya dan sesudahnya diberikan
daun air rebusan daun salam pada pasien dengan asam urat. asam urat yang bisa
menggunakan rebusan daun salam untuk mencapai peningkatan data wawancara dan
observasi. Data diambil dengan menggunakan uji t berpasangan.
Hasil penelitian: menunjukkan bahwa rata-rata kadar asam urat darah responden sebelum
memberikan air daun salam adalah 8,8 mg/dl dan rata-rata sesudahnya pemberiannya adalah
7,5 mg/dl. Terlihat p-value 0,001 <0,05 ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara nilai rata-rata kadar asam urat darah sebelumnya dan sesudahnya diberikan
daun air rebusan daun salam pada pasien dengan asam urat.
Latar Belakang: Proses degeneratif dapat menurunkan ketahanan tubuh pada lansia yang
akan menimbulkan keluhan kesehatan termasuk penyakit asam urat. Asam urat atau gout
merupakan gangguan metabolik tubuh yang ditandai dengan meningkatkan kadar asam urat
(hiperurisemia). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat diantaranya pola
konsumsi purin, aktivitas fisik dan status gizi.
Tujuan : Untuk menganalisis hubungan antara pola konsumsi pangan sumber purin, status
gizi dan aktivitas fisik dengan kadar asam urat pada lansia.
Metode: Desain studi ini cross sectional pada pra- lansia dan lansia sebanyak 100 subyek di
Puskesmas Kecamatan Makasar. Pola konsumsi pangan sumber purin diukur dengan
kuisioner SQ-FFQ berisi makanan tinggi purin, kemudian diskoring dan dikategorikan
menjadi 2 kategori yaitu kategori purin rendah-sedang dengan skor <55 dan kategori purin
dengan skor 255, selain itu aktivitas fisik dan status gizi diukur dengan teknik wawancara
menggunakan kuisioner sedangkan kadar asam urat dengan melihat hasil laboratorium atau
dari rekam medik pasien. Analisis data dilakukan analisis echt square.
Hasil penelitian: Sebanyak 90% subyek dengan pola konsumsi purin tinggi. Terdapat
hubungan yang signifikan (p <0,05) antara pola konsumsi pangan sumber purin dengan kadar
asam urat normal dan asam urat tinggi. Terdapat gizi dan aktivitas fisik dengan kadar asam
urat pada lansia. Desain studi ini cross sectional pada pra- lansia dan lansia sebanyak 100
subyek di Puskesmas Kecamatan Makasar. Pola konsumsi pangan hubungan antara pola
konsumsi pangan sumber purin dengan kadar asam urat pada lansia.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian dari Jurnal J.Gipas, Met 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465 bahwasanya Faktor resiko yang menyebabkan orang
terserang penyakit asam urat adalah genetik atau riwayat keluarga, asupan senyawa purin
berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan (obesitas), hipertensi dan penyakit
(terutama diuretika), dan gangguan fungsi ginjal jantung, obat-obatan tertentu.
Pengelompokan bahan makanan menurut kadar purin dikatakan tinggi jika kadar purin 100 -
1000 mg purin/100 g bahan makanan (Almatsier, 2010). Subyek didominasi oleh kelompok
pra-lansia yaitu sebanyak 52 orang (52%), sedangkan lansia sebanyak 48 orang (48%). Pola
konsumsi pangan sumber purin tinggi sebanyak 90 orang (90%). Aktivitas fisik subyek
dengan kategori ringan sebanyak 91 orang (91%) lebih tinggi dibandingkan dengan subyek
yang memiliki aktivitas fisik sedang-tinggi hanya sebanyak 9 orang (9%). Status gizi subyek
menunjukkan bahwa sebagian besar subyek mempunyai status gizi lebih sebanyak 68 orang
(68%). Ada hubungan pola konsumsi pangan sumber purin dengan kadar asam urat pada pra-
lansia dan lansia di Puskesmas Kecamatan Makasar dan tidak terdapat hubungan antara
Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Pra-lansia dan Lansia di Puskesmas Kecamatan
Makasar.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Husnah dan Chamayasinta, D., R. 2013. Hubungan Pengetahuan Diet Rendah Purin dengan
Kadar Asam Urat Pasien Gout Arthritis. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 13 (1).
Kusumayanti, G.A., D, Wiardani, N., K, Sugiani, P., P., S. 2014. Diet Mencegah dan
Mengatasi Gangguan Asam Urat. Jurnal Ilmu Gizi 5 (1) : 69-78.
Nengsi, S., W, Bahar, B, Salam, A. 2014. Gambaran Asupan Purin, Penyakit Arthritis Gout,
Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kecamatan Tamalanrea.Jurnal.
Vera, H. (2014). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Salam Terhadap Kadar Asam Urat
pada Lansia Penderita Arthritis Gout di Dusun Modinan Gamping Sleman Yogyakarta. Jurnal
Stikes Aisyiyah; 1-13