Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PRAKTIK KLINIK ASUHAN KEPERAWATAN NY.

DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL : GOUT ARTHRITIS DI

RT. 06 RW. 07 KELURAHAN TUGU KECAMATAN CIMANGGIS

KOTA DEPOK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata ajar keperawatan

keluarga

Disusun Oleh:

Putri Lestari

NIM. 1440118057

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES RAFLESIA DEPOK

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Esa yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar

sehingga saya pada akhirnya bisa menyelesaikan makalah keperawatan keluarga

ini tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen mata kuliah

keperawatan keluarga yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya

sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.

Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah

ilmu serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang

sempurna. Kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak

kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para

pembaca sekalian demi penyusunan makalah keperawatan keluarga dengan tema

serupa yang lebih baik lagi

Bogor, 27 april 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2.1. Tujuan umum ..................................................................................... 2
1.2.2. Tujuan khusus .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................................................. 4
2.1. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga ....................................................... 4
2.1.1. Definisi Keluarga ............................................................................... 4
2.1.2. Fungsi Keluarga ................................................................................. 4
2.1.3. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga ............................................... 6
2.2. Keperawatan Kesehatan Keluarga ............................................................. 9
2.3. konsep penyakit ......................................................................................... 9
2.3.1. definisi gout atrhitis ........................................................................... 9
2.3.2. Etiologi Gout Arthritis ..................................................................... 10
2.3.3. Manifestasi klinis Gout Arthriti ....................................................... 11
2.3.4. Patofisiolog ...................................................................................... 12
2.3.5. Komplikasi ....................................................................................... 14
2.3.6. Pemeriksaan penunjang .................................................................... 14
2.3.7. Penatalaksanaan ............................................................................... 15
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................ 13
3.1. Pengkajian tahap 1 ....................................................................................... 13
3.2. Pengkajian tahap 2 ................................................................................... 29
3.3. Asuhan keperawatan ................................................................................ 31
BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 41

iii
4.1. Kesimpulan .................................................................................................. 41
4.2. saran ............................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 42

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Gout arthritis merupakan penyakit gangguan sendi atau rematik.

Penyakit sendi merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik pada sendi-

sendi tubuh (Riskesdas, 2013). Penyakit metabolik ini disebabkan oleh

penumpukan monosodium urate monohydrate crystals pada sendi dan

jaringan ikat tophi. Berdasarkan onsetnya, gout arthritis dibagi menjadi

dua, yaitu episode akut dan kronik (Firestein GS, dkk, 2009)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2017),

prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak 34,2%. Gout arthritis sering

terjadi di negara maju seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara

Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout

arthritis tidak hanya terjadi di negara maju saja. Namun, peningkatan juga

terjadi di negara berkembang, salah satunya di Negara Indonesia.

Prevalensi gout arthritis di Indonesia terjadi pada usia dibawah 34 tahun

sebesar 32% (Pratiwi VF, 2013)

Berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh Sukarmin (2015),

Umumnya gejala klinis yang timbul pada penderita gout arthritis ini sering

terjadi pada lutut, tumit dan jempol kaki. Keluhan yang tampak sering kali

berupa bengkak, merah, panas, nyeri di kulit dan kadang-kadang disertai

sakit kepala, dan tidak nafsu makan. Penyebabnya adalah naiknya kadar

asam urat dalam darah. Serangan asam urat timbul secara mendadak dan

1
sering terjadi pada malam hari, karena asam urat cenderung akan

mengkristal pada suhu dingin

Gout Arthritis bila berlangsung dalam jangka waktu lama dapat

menyebabkan komplikasi deformitas pada sendi yang terkena gout

arthritis. Masalah yang disebabkan oleh penyakit gout arthritis tidak hanya

berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal

yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan

gangguan pada organ seperti ginjal (Kisworo, 2008).

Berdasarkan banyaknya angka kejadian gout arthritis, serta

kekambuhan dan komplikasi yang mungkin terjadi maka peneliti tertarik

untuk mengangkat masalah gout arthritis ini.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuahan

keperawatan keluarga dengan maslah utama asam urat pada Ny. D

1.2.2. Tujuan khusus

a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnose

keperawatan, perencanaan, dan evaluasi kasus asuahan

keperawatan keluarga dengan masalah utama asam urat pada

Ny. D

2
b. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah

asam urat pada NY. D

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

2.1.1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu

yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-

tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain

(Mubarak, 2011). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).

Sedangkan menurut Friedman (2012) keluarga adalah unit

dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang era

tantara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga

keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga

yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan

(darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu

berinteraksi serta saling ketergantungan.

2.1.2. Fungsi Keluarga

Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :

4
1) Fungsi Afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan bais kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi

afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh

anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga

dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Fredman, M.M et

al., 2010) :

a. Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih,

kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar

anggota keluarga.

b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling

menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap

anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim

positif maka fungsi afektif akan tercapai.

c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak

pasangan sepakat memulai hidup baru.

2) Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga

merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,

misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan

orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga

dapat membina hubungan sosial pada anak, membentuk norma-

5
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak,

dan menaruh nilai-nilai budaya keluarga.

3) Fungsi Reproduksi

Untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya

manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,

selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan

tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan

keturunan.

4) Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan,

pakaian dan tempat tinggal.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan

keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau

merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan

masalah kesehatan.

2.1.3. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga

Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan

keluarga dibagi menjadi 8 :

1) Keluarga Baru (Berganning Family)

6
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak.

Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain

yaitu membina hubungan intim yang memuaskan,

menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan

keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau

KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal

care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi

orangtua).

2) Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang

akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan

anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang

memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung

jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan

perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6

minggu.

3) Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah

menyesuaikan kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai

dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial)

dan merencanakan kelahiran berikutnya.

4) Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)

7
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas

perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak

terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk

mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan

aktifitas anak.

5) Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah

pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi

terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan

peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan

tumbuh kembang anggota keluarga.

6) Keluarga dengan anak dewasa

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak

untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya,

menata Kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam

keluarganya.

7) Keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu

mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam

mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan

hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa

tua.

8) Keluarga lanjut usia

8
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas

seperti penyesuaian tahap masa pension dengan cara

merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan

mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa

lalu.

2.2. Keperawatan Kesehatan Keluarga

Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :

1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan Tindakan

3) Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga

yang sakit

4) Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan

kesehatan

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di

lingkungan setempat.

2.3. konsep penyakit

2.3.1. definisi gout atrhitis

Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi

sendi yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan

penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar

persendian. Monosodium Urat ini berasal dari metabolisme Purin.

Hal penting yang mempengaruhi penumpukan Kristal Urat adalah

9
Hiperurisemia dan supersaturasi jaringan tubuh terhadap Asam

Urat. Apabila kadar Asam Urat di dalam darah terus meningkat dan

melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit Gout

Arthritis ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan Kristal

Monosodium Urat secara Mikroskopis maupun Makroskopis

berupa Tofi (Zahara, 2013).

Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh

tingginya kadar Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang

tinggi dalam darah melebihi batas normal yang menyebabkan

penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan organ lainnya

(Susanto, 2013).

Jadi, dari definisi di atas maka Gout Arthritis merupakan

penyakit inflamasi sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar

Asam Urat dalam darah, yang ditandai dengan penumpukan Kristal

Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar persendian berupa

Tofi.

2.3.2. Etiologi Gout Arthritis

Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis

disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder, faktor

primer 99% nya belum diketahui (Idiopatik). Namun, diduga

berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor

hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang

dapat mengakibatkan peningkatan produksi Asam Urat atau

bisa juga disebabkan oleh kurangnya pengeluaran Asam Urat

10
dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan produksi

Asam Urat, terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan

kombinasi kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang

Gout Artritis adalah pria, sedangkan perempuan persentasenya

kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout Artritis lebih

umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun

(Susanto, 2013).

Menurut Fitiana (2015) terdapat faktor resiko yang

mempengaruhi Gout Arthritis adalah :

1) Usia

2) Jenis kelamin

3) Konsumsi Purin yang berlebih

4) Konsumsi alkohol

5) Obat-obatan

2.3.3. Manifestasi klinis Gout Arthriti

Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis

yang tidak diobati (Nurarif, 2015) diantaranya:

1) Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada

stadium ini Asam Urat serum meningkat dan tanpa gejala

selain dari peningkatan Asam Urat serum.

2) Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak

pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi

ibu jari kaki dan sendi Metatarsofalangeal.

3) Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah

11
tahap Interkritikal.

4) Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat

berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan

orang mengalami serangan Gout Arthritis berulang dalam

waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.

5) Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan

timbunan Asam Urat yang terus meluas selama beberapa tahun

jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan Kronis akibat

Kristal-kristal Asam Urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku

juga pembesaran dan penonjolan sendi.

2.3.4. Patofisiolog

Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh,

intake bahan yang mengandung Asam Urat tinggi dan sistem

ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat akan mengasilkan

akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah

(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat

menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi

lokal dan menimbulkan respon Inflamasi (Sudoyo, dkk, 2009).

Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme

serangan Gout Arthritis. Salah satunya yang telah diketahui

peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam darah.

Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui

beberapa fase secara berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi

Kristal Monosodium Urat dapat

12
terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih

dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium,

jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.

Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh

berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan

merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan

kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis

yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan

terjadi Fagositosis Kristal oleh leukosit (Nurarif, 2015).

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk

Fagolisosom dan akhirnya membran vakuala disekeliling oleh

kristal dan membram leukositik lisosom yang dapat

menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein

dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukaan Kristal

membram lisosom. Peristiwa ini menyebabkan robekan

membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal

kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan

jaringan. Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom

dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan

kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan (Nurarif,

2015).

Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan

cairan tubuh lain, maka Asam Urat tersebut akan mengkristal

dan akan membentuk garam-garam urat yang akan


berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh

tubuh, penumpukan ini disebut Tofi. Adanya Kristal akan

memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan

lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi

juga menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis Akut

awalnya biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan

ini meliputi hanya satu

2.3.5. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain:

1) Deformitas pada persendian yang terserang

2) Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih

3) Nephrophaty akibat defosit kristal urat dalam interstisial

ginjal

2.3.6. Pemeriksaan penunjang

1) Serum asam urat

2) Angka leukosit

3) Urin spesimen 24 jam

4) Pemeriksaan radiografi

5) Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami

inflamasi akut atau material aspirasi dari sebuah tofi

menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan

diagnosis definitif gout


2.3.7. Penatalaksanaan

Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis

biasanya dibagi menjadi penanganan serangan Akut dan

penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit

ini :

Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.

1) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan

Kristal Urat pada jaringan, terutama persendian.

2) Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.

3) Terapi Non Farmakologi

Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam

penanganan Gout Arthritis, seperti istirahat yang cukup,

menggunakan kompres hangat jahe, modifikasi diet,

mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian tahap 1

3.1.1. Data umum

a. Nama kepala keluarga : Tn. A

b. Usia : 58 tahun

c. Alamat : Areman RT. 06/07

d. Pekerjaan KK : Swasta

e. Pendidikan KK : SMA

f. Komposisi keluraga

Status Imunisasi
Hub
N J B Hepatiti
Nama dg Umur Pekerjaan Polio DPT Cam Ket
o K C s
KK pak
G 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

1. Ny. D P Istri 53 IRT - - - - - - - - - - - - Tidak

ingat

2. An. D L Anak 19 Mahasis √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -

wa

3. An. D L Anak 13 Pelajar √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -

13
g. Genogram

Keterangan :
: Perempuan : identifikasi klien

: laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan meninggal
: hubungan perkawinan

: Laki-laki meninggal

h. Tipe keluarga

Tipe keluarga Tn. A adalah keluarga inti yang terdiri

dari Tn. A, Ny. D dan kedua anaknya (An. D dan An. D)

i. Suku bangsa

Ny. D mengatakan kepala keluarga Tn. A adalah

bersuku jawa yang bahasa sehari – harinya mereka berinteraksi

dengan menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia.

j. Agama

14
Keluarga Tn. A semuanya beragama islam. Tn. A

melaksanakan sholat 5 waktu dimesjid sedangkan Ny. D

dirumah. Semenjak adanya covid ini Ny. D mengatakan tidak

pernah lagi mengikuti pengajian.

k. Status kelas sosial

Keluarga Tn. A adalah seorang suami yang bekerja

sebagai wiraswata yang penghasilannya sudah UMR dan Ny. D

tidak bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga dan hanya

mengurus anak – anaknya dirumah.

l. Mobilitas kelas sosial

Ny. D mengatakan suaminya bekerja sebagai wiraswasta

dan Ny. D sendiri tidak bekerja. Ny. D mengatakan

penghasilannya suaminya sudah UMR, keluarga Ny. D

termasuk kedalam keluarga kelas menengah keatas.

3.1.2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga Ny. D adalah tahap

perkembangan keluarga dengan :

a. Mempertahankan kesehatan

b. Persiapan masa tua

c. Dan anak yang masih sekolah


15
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tahap perkembangan yang belum terpenuhi adalah

memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga apalagi

dengan kondisi sekarang, dan anak yang masih sekolah.

3) Riwayat keluarga inti

Keluarga Tn A merupakan keluarga inti yang terdiri

dari istri Ny. d dan kedua anaknya

Riwayat kesehatan sekarang :

a. Tn. A dalam keadaan sehatan dan tidak mempunyai riwayat

penyakit kronis

b. Ny. D dalam keadaan kurang sehat ia memiliki asam urat

tapi tidak pernah control kerumah sakit.

c. An. D dalam keadaan sehat

d. An. D dalam keadaan sehat

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Ny. D mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit

kronis, hanya saja ia memiliki asam urat.

5) Keluarga asal kedua orang tua

16
Ny. D mengatakan kedua orang tuanya berasal dari

jawa sedangkan kedua orang tua suaminya berasal dari

ponogiri.

3.1.3. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

a. Rumah keluarga Tn. A adalah rumah milik sediri dengan

luas 50 meter, tipe rumah permanen dari 2 kamar, 1 kamar

mandi, 1 dapur, 1 ruang TV dan 1 ruang tamu.

Pencahayaan dan sirkulasi udara didalam rumah cukup

memadai, ventilasi cahaya cukup, lantai rumah terbuat dari

kramik.

b. Sumber air minum berasal dari sumur yang dimasak

terlebih dahulu dan kebutuhan masak juga menggunakan

air sumur.

c. Terdapat 1 kamar mandi dirumahnya, kamar mandi tampak

bersih, sumber air yang digunakan dari sumur.

d. Rumah Tn. A memiliki 2 kamar tidur, kedua anaknya tidur

dalam satu kamar dan satu kamar lagi ditempati oleh Ny. D

dan suaminya

e. Pada saat pengkajian terlihat kondisi rumahnya cukup

berantakan karna ada motor yang diletakan diruang tamu

17
f. Ny. D mengatakan lingkungan sekitar rumahnya aman,

jauh dari daerah pantai maupun gunung dan sungai

g. Keluarga Ny. D memiliki WC dan memiliki septictank

bersamaan dengan orang yang ngontrak dirumahnya

h. Denah rumah

dapur wc
Kamar
1
Ruang
Ruang TV
tamu
Kamar 2

2) Karaktristik tetangga dan komunitas RW

Ny. D dan keluarga tinggal di RT. 06 RW. 07 kelurahan

tugu. Kondisi jalan masuk lingkungan tempat tinggal telah

diaspal dan jalan kerumah keluarga Tn. A yaitu masuk gang.

Lingkungan komunitas keluarga Tn. A juga cukup baik.

3) Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn. A merupakan bukan penduduk asli

kelurahan tugu. Tetapi keluarga Tn. A sudah menetap lama di

keluarahan tugu yaitu kurang lebih selama 20 tahun.

4) Asosiasi transaksi keluarga dengan komunitas

Keluarga dapat berinteraksi dengan baik dengan

masyarakat sekitas. Masyarakat sekitar saling berinteraksi,

18
keluarga tetap menjaga hubungan dengan lingkungan.

Pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan keluarga dapat berupa

klinik 24 jam.

3.1.4. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Komuniksi antara anggota keluarga berjalan dengan

baik. Ny. D mengatakan bahwa komunikasi antar keluarga

terbuka. Komunikasi pun dilakukan secara efektif dan

berlangsung dua arah. Bahasa komunikasi sehari – hari adalah

menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia. Keluarga

mengatakan bahwa selama ini tidak terdapat hambatan dan

kesulitan dalam berkomunikasi. Ny. D mengatakan jika ada

masalah yang dialami, beliau akan mendiskusikannya bersama

anggota keluarga lain untuk menyelesaikannya. Setiap anggota

dapat mengeluarkan pendapatnya masing – masing.

2) Struktur kekuatan keluarga

a. Hasil akhir kekuasaan

Ny. D mengatakan dalam keluarga yang memegang

kata terakhir dalam musyawarah dari suatu masalah

ataupun keputusan yang penting adalah suaminya Tn. A

sebagai kepala keluarga. Ny. D mengatakan untuk semua

19
urusan rumah tangga diurus oleh Ny. D sedangkan Tn. A

hanya memberikan uang.

b. Proses pengambilan keputusan

Ny. D mengatakan pengambilan keputusan dalam keluarga

dengan cara mursyawarah. Keputusan dialami dengan cara

kesepatakan oleh semua anggota keluarga.

c. Dasar – dasar kekuasaan

Ny. A mengatakan keluarganya mengikiti norma – norma

yang ada dimasyarakat.

d. Variabel yang mempengaruhi kekuasaan keluarga

Kekuasaan keluarga Ny. D dipengaruhi oleh budaya jawa.

e. Keseluruhan kekuasaan system dan subsistem keluarga

Ny. d mengatakan jika ada masalah dan dapat diselesaikan

cukup dengan keluarga inti saja, maka keputusan akhir ada

pada suaminya sebagai kepala keluarga.

3) Struktur peran

a. Struktur peran normal

a) Tn. A sebagai suami yang bertanggung jawab sebagai

pelindung dan pemberi rasa aman, dan bertanggung

jawab dalam hal memberi nafkah.

20
b) Ny. D berperan sebagai ibu rumah tangga dan

mengurus sumia dan anak – anaknya

c) An. D berperan sebagai anak pertama yang sekarang

sedang kuliah

d) An. D berperan sebagai anak kedua yang sekarang

masih kuliah

b. Struktur peran informal

a) Tn. A merupakan seorang yang tidak menginginkan

apapun untuk dirinya tetapi mengorbankan apapun demi

keluaganya

b) Ny. D merupakan seorang istri yang tidak pernah

menjaga jarak dengan suamnya, Ny. D selalu terbua

dengan suaminya dan anak – anak juga

c. Analisis model peran

Ny. D mengatakan suaminya Tn. A sebagai kepala keluarga

dengan memberi contoh yang baik

d. Variable yang mempengaruhi struktur peran

Latar belakang kelas sosial keluarga Ny. D adalah kelas

meneng keatas. Tn. A sebagai wiraswasta.

4) Nilai keluarga

21
Keluarga Ny. D memiliki nilai dan norma dalam

membina keluarga seperti norma – norma yang berlaku

dimasyarakat.

3.1.5. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Ny. D mengatakan keluargnya selalu membina hubungan yang

baik dan saling menghargai, memberi pujian pada anaknya saat

melakukan hal yang baik.

a. Keterpisahaan dan keterikatan

Keluarga selalu menghindari isu – isu keterpisahan dan

keterikatan dalam berkeluarga.

b. Pola kebutuhan – respon keluarga

Keluarga termasuk terbuka dalam mengatakan kebutuha

meraka, masing – masing peran dijalankan dengan

menghormati peran orang lain, Ny. D masing – masing

peran dijalankan dengan menghormati orang lain, Ny. D

sebagai seorang ibu merupakan pendengar yang baik bagi

anak – anaknya.

2) Fungsi sosialisasi

22
Keluarga Tn. A mengajarkan anaknya untuk berinteraksi dengan

masyarakat sekitar. Keluarga Tn. A menyesuaikan dengan nilai

– nilai agamra, adat dan budaya.

3) Fungsi perawatan kesehatan

a. Keyakinan, nilai dan perilaku kesehatan

Keluarga meyakini pengobatan yang disediakan di layanan

kesehatan. Ny. D hanya berobat jiga sakit parah

b. Definisi dan tingkatan pengetahuan keluarga tentang

sehat – sehat

Ny. D mengatakan bahwa sehat adalah kondisi bebas dari

penyakit dan bisa beraktifitas seperti biasanya .

c. Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap

penyakit yang dirasa

Ny. D mengatakan ia suka merasa pegal – pegal, tangan

seperti kesemutan dan suka kebangan dimalah hari jika asam

uratnya kambung.

d. Praktik diet keluarga

Ny. D mengatakan keluargnya makan 2 kali sehari sahur dan

saat buka puasa, belanja dan persiapan makanan adalah Ny. D

yang berperan sebagai istri, makakan disiapkan dimeja

makan.

23
e. Kebiasaan tidur dan beristirahat

Ny.D mengatakan kebiasaan sebelum tidur yang dilakukan

adalah menonton TV, kebutuhan waktu tidur keluarga

sekarang sudah berkurang. Ny. D selalu terbangun pada

malam hari dikarna asam uratnya kambuh.

f. Praktik aktifitas fisik dan rekreasi

Ny. D mengatakan ia dan suaminya jarang melakkan

olehraga sedangkan anak – anaknya olahraga disekolahnya

masing – masing.

g. Praktik penggunaan obat terapeutik dan penenang,

alkohol serta tembakau di keluarga.

Ny. D mengatakan suaminya tidak merokok.

h. Peran keluarga dalam praktik perawatan diri

Ny. D mengatakan bahwa dirinya jarang memeriksakan

kesehatannya ke pelayanan kesehatan.

i. Tindakan pencegahan secara medis

Tidak ada

j. Terapi komplementer dan alternative

Keluarga Tn. A tidak pernah melakukan terapi komplementer

k. Riwayat kesehatan keluarga

24
Ny. D memiliki penyakit asam urat

l. Layanan perawatan kesehatan yang diterima

Keluarga Ny.D melakukan pemeriksaan jika sedang sakit.

m. Perasaan dan persepsi mengenai pelayanan kesehatan

Ny. D mengatakan pelayan kesehatan yang tersedia sangat

bermanafaat untuk kesehatan karena sanagat membantu

keluarga dalam mengetahui masalah kesehatan

n. Pelayanan Kesehatan Darurat

Ny. D mengatakan pergi ke klinik ketika membutuhkan

pelayanan darurat. Semua anggota keluarga Tn. A memiliki

kartu BPJS.

o. Logistik untuk mendapatkan perawatan

Jarak fasilitas kesehatan terdekat dari rumah Ny.D yaitu

klinik. Ny. D menggunakan ojek atau kendaraan pribadi yaitu

motor jika diantar suaminya ke fasilitas kesehatan.

p. Stres, Koping, dan Adaptasi Keluarga

1) Stresor, Kekuatan, Dan Persepsi Keluarga

a. Stresor Jangka Pendek

Pada stresor jangka pendek Ny.D mengatakan saat ini

masalah yang dipikirkannya adalah penyakit yang diderita

25
b. Stresor Jangka Panjang

Ny. D mengatakan memikirkan bagaimana membiayai

sekolah anaknya.

c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stresor

Jangka pendek

Ny. D mengatakan selalu berdiskusi dengan suami tentang

kekhawatiran yang dipikirkannya.

Jangka panjang

Ny. D mengatakan lebih berhemat pengeluaran rumah

tangga.

d. Strategi Koping Keluarga

Ny.D mengatakan jika ada masalah dalam keluarga Ny.D

selalu berdiskusi dengan suaminya. Keluarga berusaha untuk

tidak panik dan tetap tenang, keluarga tetap saling mensuport

satu sama lain dan memecahkan masalah bersama, terbuka,

jujur dan tetap berbahagia. Ny. D selalu berdoa kepada Allah

untuk kemudahan disetiap masalah yang dialaminya.

e. Adaptasi Keluarga

Keluarga menggunakan pengelolaan fungsi keluarga yang

baik dan adaptif dalam keluarga yaitu dengan bersikap

terbuka terhadap semua masalah yang ada di keluarga. Dalam

hal penyelesaian masalah keluarga menyelesaikan dengan

cara bermusyawarah dan berdiskusi bersama anggota

keluarga yang lainnya. Semua masalah tidak membuat fungsi

26
keluarga jadi terganggu, keluarga tetap menjalankan fungsi

dengan baik.

f. Melacak stressor, Koping, Adaptasi Sepanjang waktu

3.1.6. Pemeriksaan fisik

No Pemeriksaan Fisik Tn. A Ny. D An. D An. D

Baik Baik Baik Baik

1. Keadaan Umum BB = 65 kg BB = 70 kg BB = 50 kg BB : 30 kg

TB = 170 cm TB = 150 cm TB = 168 cm TB : 125 cm

2. Kesadaran CMC CMC CMC CMC

TD: TD: TD : 120/70 TD : -

120/100mmHg 120/80 mmHg mmHg N : 84x/menit

3. Tanda-tanda vital N: 82 x/menit N: 81 x/menit N: 80 x/menit P : 20x/menit

P: 21x/menit P: 20x/menit P: 20x/menit S : 360C

S: 360C S: 360C S: 360C

Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,

Kepala : Benjolan (-) Benjolan (-) Benjolan (-) Benjolan (-)

Lesi (-) Lesi (-) Lesi (-) Lesi (-)

Rambut sudah bergelombang, Lurus, tidak Lurus, tidak

hampir botak rontok, rontok, dan rontok, dan

Rambut tidak mudah tidak mudah


4.
dicabut, tidak dicabut, tidak

berminyak berminyak

Konjungtiva, Konjungtiva, Konjungtiva, Konjungtiva,

tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,


Mata
sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak

ikterik, fungsi ikterik, fungsi ikterik, fungsi ikterik, fungsi

27
penglihatan penglihatan penglihatan baik

kurang baik kurang baik

Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal

serumen(-) serumen(-) serumen(-) serumen(-)


Telinga
pendengaran baik, pendengaran baik, pendengaran pendengaran

simetris simetris baik, simetris baik, simetris

Polip (-), sinusitis Polip (-), sinusitis Polip (-), Polip (-),

(-), Lendir (-), (-), Lendir (-), sinusitis (-), sinusitis (-),

Hidung Penciuman baik, Penciuman baik, Lendir (-), Lendir (-),

Simetris Simetris Penciuman baik, Penciuman baik,

Simetris Simetris

Lidah bersih, Lidah bersih, Lidah bersih, Lidah bersih

Sariawan (-),
Mulut
membran mukosa

lembab.

Cukup bersih,turgor Cukup bersih,turgor Cukup Cukup

5. Kulit kulit baik, kulit baik, bersih,turgor kulit bersih,turgor kulit

baik, baik,

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran


6. Leher
kelenjar tiroid dan kelenjar tiroid dan kelenjar tiroid kelenjar tiroid

KGB KGB dan KGB dan KGB

Thorak

Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,

tidak ada lecet tidak ada lecet tidak ada lecet tidak ada lecet
7.
Inspeksi atau lesi, retraksi atau lesi, retraksi atau lesi, atau lesi,

dinding dada dinding dada (-), retraksi dinding retraksi dinding

(-) penggunaan penggunaan otot dada (-), dada (-),

28
otot bantu nafas (- bantu nafas (-) ( penggunaan otot penggunaan otot

) bantu nafas (-) bantu nafas (-)

Palpasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler Vestikuler Vesikuler Vestikuler

Abdomen

Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak


Inspeksi
ada asites ada asites ada asites ada asites

Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat


8. Palpasi
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan

Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Perkusi
pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan

Auskultasi Bising usus (+) Bising usus (+) Bising usus (+) Bising usus (+)

Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan


9. Genitalia/ anus
pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan

Ekstremitas tidak Ekstremitas tidak Ekstremitas Ekstremitas

edema, tidak nyeri edema, tidak nyeri tidak edema, tidak edema,
10. Ekstrimitas
varises (+) varises (+) tidak nyeri tidak nyeri

varises (+) varises (+)

3.2. Pengkajian tahap 2

3.2.1. Mengenal masalah

1) Pengertian

Ny. D mangatakan ia belum mengerti tentang penyakit asam

urat

29
2) Penyebab

Ny. D mengatakan penyebabnya yaitu setelah makan kacang –

kacangan, tempe.

3) Tanda gejala

Ny. D mengatakan kadang nyeri, pegal – pegal, dan seperti

kesemutan Ny. D kurang mengerti dan belum paham tenatang

masalah asam urat

4) Tingkat keseriusan masalah pada keluarga

Ny. D mengatakan sering terbangan pada malam hari karena

asam uratnya terasa kembali.

3.2.2. Mengambil keputusan

akibat yang terjadi Ny. D akan memeriksanya ke rumah sakit

terdekat

2.3.4. Melakukan perawatan sederhana

Tidak pernah melakukan pemeriksaan

3.2.3. Modifikasi lingkungan

Keluarga sudah membersihkan lingkungan agar terlihat nyaman

3.2.4. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Ny. D mengatakan akan memanfaatkan fasilitas kesehatan dimulai

dari sekarang
30
3.3. Asuhan keperawatan

3.3.1. Analisa data

No Data Diagnosa keluarga

1. DS : Gangguan pola tidur

- Ny. D mengatakan sering terbangun


pada malam hari karena nyeri di bagian
tangan karena asam uratnya

DO :

- TTV

TD : 120/80 mmHg

N : 81 x/menit

P : 20x/menit

S : 360C

2. DS : Defisit pengetahuan

- Ny. D mengatakan kadang nyeri, pegal


– pegal, dan seperti kesemutan Ny. D
kurang mengerti dan belum paham
tenatang masalah asam urat

DO :

- Klien terlihat belum mengerti tentang


apa itu asam urat dan klien belum
pernah periksa ke klinik atau ke dokter

3.3.2. Format penentuan prioritas masalah (Scoring)

1) Diagnose keperawatan keluarga 1

Gangguan pola tidur

No KRITERIA SCORE BOBOT NILAI SCORE

31
1. Sifat Masalah 1 3 1

• Aktual 3

• Resiko 2

• Potensial 1

2. Kemungkinan Masalah Dapat Di 2 2 2


ubah

• Dengan mudah
2
• Hanya sebagian
1
• Tidak dapat
0

3. Potensi Masalah Dapat Dicegah 1 3 1

• Tinggi

• Cukup 3

• Rendah 2

4 Menonjolnya Masalah 1 1 1

• Masalah berat, harus segera 2


ditangani

• Ada masalah, tetapi tidak


perlu segera ditangani 1

• Masalah tidak dirasakan


0

SCORE 5

2) Diagnose keperawatan keluarga 2

Defisit pengetahuan

No KRITERIA SCORE BOBOT NILAI SCORE

32
1. Sifat Masalah 1 3 0,6

• Aktual 3

• Resiko 2

• Potensial 1

2. Kemungkinan Masalah Dapat Di 2 2 2


ubah

• Dengan mudah
2
• Hanya sebagian
1
• Tidak dapat
0

3. Potensi Masalah Dapat Dicegah 1 3 1

• Tinggi

• Cukup 3

• Rendah 2

4 Menonjolnya Masalah 1 1 1

• Masalah berat, harus segera 2


ditangani

• Ada masalah, tetapi tidak


perlu segera ditangani 1

• Masalah tidak dirasakan 0

SCORE 4.0,6

3.3.3. Diagnose keperawatan

1) Gangguan pola tidur

2) Defisit pengetahuan
33
3.3.4. Rencana intervensi

Diagnose Tujuan / kriteria hasil Intervensi


keperawatan

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi


pola tidur keperawatan selama 2 x 24
jam masalah keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan
dapat teratasi. tidur

KH : 2. Identifikasi faktor pengganggu


tidur (fisik dan/atau psikologis)
- Keluhan sulit tidur
menurun 3. Identifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu
- Keluhan sering tidur (mis. Kopi, teh, alkohol,
terbangun karena nyeri makan mendekati waktu tidur,
menurun minum banyak air sebelum
tidur)
- Keluhan tidak puas
tidur menurun Terapeutik

- Batasi waktu tidur siang

- Fasilitasi menghilangkan stress


sebelum tidur

- Tetapkan jadwal tidur rutin

- Lakukan prosedur untuk


meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan, posisi,
terapi akupresur)

- Sesuaikan jadwal pemberian


obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga

Edukasi

- Anjurkan menepati kebiasaan


waktu tidur

- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur

- Ajarkan faktor-faktor yang


berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)

- Ajarkan kompres hangat air


jahe

Defisit Setlah dilakukan tindakan Observasi


pengetahuan keperawatan 2 x 24 jam
- Identifikasi kesiapan dan
34
diharapkan tingkat kemampuan menerima
pengetahuan membaik informasi
KH :
- Kemampuan - Identidikasi faktor – faktor
menjelaskan yang dapat meningkatkan dan
pengetahuan tentang menurunkan motivasi perilaku
penyakit asam urat – perilaku
meningkat
- Mengenal masalah Terapeutik
asam urat
- Mengetahui tanda dan - Sediakan materi dan media
gejala asam urat pendidikan kesehatan
- Menjalani pemeriksaan
- Jadwalkan pendidikan
ke dokter
kesehatan sesuai kesepakatan

- Berikan kesempatan untuk


bertanya

- Berikan pendidikan kesehatan


tentang penyakit asam urat

Edukasi

- Jelasken faktor resiko yang


dapat mempengaruhi kesehatan

3.3.5. Implementasi dan evaluasi

Diagnose Tanggal/wak Implementasi Evaluasi TTD


keperawat tu
an

Gangguan Kunjungan Observasi S: Putri


pola tidur dan
pertemuan 4. Melakukan - Ny. D
pertama pengkajian mengatakan
rabu, 21 sering
april 2021 5. Mengkaji TTV terbangan pada
malam hari
10.00 : 11.00 6. mengidentifikasi
faktor pengganggu - Ny. D
tidur mengatakan
penyebabnya
7. mengidentifikasi yaitu setelah
makanan dan makan kacang
minuman yang – kacangan
mengganggu tidur atau tempe ia
(mis. Kacang – selalu
kacangan ) terbangun pada
malam hari
Terapeutik
- Ny. D
- membatasi waktu mengatakan

35
tidur siang suka tidur siang

- menyesuaikan O:
jadwal pemberian
obat dan/atau - TTV
tindakan untuk
menunjang siklus TD:
tidur-terjaga 120/80 mmHg
N: 81 x/menit
Edukasi P: 20x/menit
S: 360C
- menganjurkan
menepati A : masalah belum
kebiasaan waktu teratasi
tidur
P : intervensi
- meganjurkan dilanjutkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur

- mengajarkan
kompres hangat air
jahe

Defisit rabu, 21 - observasi S: Putri


pengetahu april 2021
an - Melakukan - Ny. D mengatakan
10.00 : 11.00 pengkajian belum mengerti
tentang penyakit
- Mengkaji TTV asam urat

- mengidentifikasi - Ny. D mengatakan


kesiapan dan setelah makan
kemampuan tempe atau kacang
menerima – kacangan ia
informasi merasa sakit seperti
pegal – pegal dan
Terapeutik nyeri tapi tidak tau
kalau itu tanda dan
- menjadwalkan gejala asasm urat
pendidikan
kesehatan sesuai O:
kesepakatan
- TTV
- memberikan
kesempatan untuk TD:
bertanya 120/80 mmHg
N: 81 x/menit
- memberikan P: 20x/menit
pendidikan S: 360C
kesehatan tentang
penyakit asam urat - Memberikan
pendidikan
Edukasi kesehatan
- menjelasken faktor - Menjadwalkan
resiko yang dapat pendidikan
mempengaruhi
36
kesehatan kesehatan
selanjutnya

A : masalah belum
teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

Diagnose Tanggal/wak Implementasi Evaluasi TTD


keperawat tu
an

Gangguan Kunjungan Observasi S: Putri


pola tidur dan
pertemuan - Mengkaji TTV - Ny. D
kedua kamis, mengatakan
22 april - mengidentifikasi masih sering
2021 makanan dan terbangun
minuman yang pada malam
11.00 – mengganggu tidur hari
11.30 (mis. Kacang –
kacangan ) - Ny. D
mengatakan
Terapeutik akan
mengurangi
- menyediakan materi tidur siang
dan media
pendidikan - Ny. D
kesehatan mengatakan
akan
- membatasi waktu mengurangi
tidur siang makan seperti
kacang –
- menyesuaikan kacangan
jadwal pemberian
obat dan/atau O:
tindakan untuk
menunjang siklus - TTV
tidur-terjaga
TD:
Edukasi 120/80 mmHg
N: 81 x/menit
- menganjurkan P: 20x/menit
menepati kebiasaan S: 36,5 0C
waktu tidur
- Melakukan
- meganjurkan pendidikan
menghindari kesehatan
makanan/minuman dengan
yang mengganggu menggunakan
tidur leaflet dan
menjelaskan
- mengajarkan cara
kompres hangat air pembuatan
37
jahe terapi
kompres
hangat air jahe

A : masalah belum
teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

Defisit Kunjungan observasi S: Putri


pengetahu dan
an pertemuan - Mengkaji TTV - Ny. D
kedua kamis, mengatakan
22 april - mengidentifikasi sudah
2021 kesiapan dan memahami
kemampuan tentang
11.00 – menerima informasi penyakit asam
11.30 urat
Terapeutik
- Ny. D
- menyediakan materi mengatakan
dan media sudah
pendidikan mengetahui
kesehatan tanda dan
gejala asam
- memberikan urat
kesempatan untuk
bertanya - Ny. D
mengatakan
- memberikan sudah
pendidikan mengetahui
kesehatan tentang kompres
penyakit asam urat hangat air jahe
untuk
Edukasi
meredakan
- menjelasken faktor nyeri dan
resiko yang dapat pegal – pegal
mempengaruhi
O:
kesehatan
- TTV
- mengajarkan
kompres hangat air TD:
jahe 120/80 mmHg
N: 81 x/menit
P: 20x/menit
S: 36,5 0C

- Melakukan
pendidikan
kesehatan
dengan
menggunakan
leaflet dan
menjelaskan
cara
pembuatan
terapi
38
kompres
hangat air jahe

- Ny. D terlihat
sudah
memahami
tentang
penyakit asam
urat dan tidak
ada pertanyaa

- Ny. D terlihat
sudah bisa
melakukan
kompres
hangat air jahe

A : masalah
teratasi

P : intervensi
dihentikan

Diagnose Tanggal/wak Implementasi Evaluasi TTD


keperawat tu
an

Gangguan Kunjungan Observasi S: putri


pola tidur dan
pertemuan 8. Mengkaji TTV - Ny. D
ketiga jumat, mengatakan
23 april 9. mengidentifikasi waktu
2021 faktor pengganggu tidurnya
tidur sudah
10.00 – kembali
10.30 10. mengidentifikasi normal
makanan dan
minuman yang - Ny. D
mengganggu tidur mengatakan
(mis. Kacang – sudah
kacangan ) melakukan
terapi
Terapeutik kompres
hangata air
- membatasi waktu jahe
tidur siang
- Ny. D
- menyesuaikan jadwal mengatakan
pemberian obat tidur
dan/atau tindakan siangnya
untuk menunjang sudah
siklus tidur-terjaga dikurangi
Edukasi - Ny. D
mengatkan
- menganjurkan
tidak makan
menepati kebiasaan
– makanan
39
waktu tidur seperti
kacang –
- meganjurkan kacangan
menghindari lagi
makanan/minuman
yang mengganggu S:
tidur
- TTV
- mengajarkan
kompres hangat air TD:
jahe 120/80
mmHg
N: 81
x/menit
P: 20x/menit
S: 36,5 0C

A : masalah
teratasi

P : intervensi
dihentikan

40
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan penumpukan urat yang

nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan

dan kaki bagian tenagh. Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom kllinik sebagai

deposit Kristal asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya

serangan inflamasi akut. Penyebab utama gout adalah karena adanya deposit atau

penimbungan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi

pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic

dalam pembentukan purin dan ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Dari kasus

diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit gout dapat memunculkan diagnose :

1) gangguan pola tidur

2) defisit pengetahuan

4.2. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis menyarankan bahwa kita harus

menjaga kesehatan yang bermula dari diri sendiri, dan membiasakan untuk

membaca terutama mengenai pengetahuan tentang kesehatan. Agar dapat

menambah pengetahuan untuk menanggulangi penyakit yang akan timbul

seperti gout arthritis

41
DAFTAR PUSTAKA

Asikin M, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta: Penerbit Erlangga.
Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan
Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Resehatan Dasar (Riskesdas) 2013
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta:
Mediaction
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-
3 (Revisi). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Susanto, Teguh. (2013). Asam Urat Deteksi, Pencegahan,
Pengobatan. Yogyakarta: Buku Pintar.
Setiadi. (2012). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Graha
Ilmu.
World Health Organization. (2016). The World Health Organization Report
2016.

42
LAMPIRAN 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Masalah : kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit asam urat

2. Topic : pendidikan kesehatan

3. Sub-topik : asam urat

4. Tujuan :

Tujuan umum :

setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 20 menit diharapkan klien

dapat memahami definisi, penyebab, tanda & gejala dan pengobatan

komplementer menggunakan kompres hangat air jahe pada penyakit asam urat

Tujuan khusus :

a. Ny. D dapat memahami cara pengobatan menggunakan terapi

komplementer dengan menggunakan kompres hangat air jahe

b. Setelah diberikan pendidikan kesehatan Ny. D menyadari bahwa

penyakit asam urat merupakan penyakit yang perlu diwaspadai

c. Adanya keinginan untuk meningkatkan derajat kesehatan

5. Waktu : kamis, 22 april 2021

6. Tempat : RT. 09 RW. 07 kelurahan tugu

7. Sasaran : Ny. D

43
8. Metode

a. Diskusi

b. Tanya jawab

9. Media : leaflet

10. Pelaksanaan : putri lestari

11. Materi : terlampir

12. Strategi pelaksanaan

Waktu Kegiatan Respon

5 menit Pre interaksi

1. Salam
2. Mengingatkan Kembali kontak
waktu yang telah disepakati
3. Menjelaskan maksud dan tujuan
10 menit Interaksi

Memvalidasi pengetahuan Ny. D ,


dan menjelaskan tentang:

1. Definisi asam urat

2. Penyebab asam urat

3. Tanda dan gejala asam urat

4. Pengobatan komplementer

44
5 menit Terminasi

1. Menanyakan perasaan Ny. D


setelah diberikan penyuluhan
kesehatan

2. Bemberikan Ny. D dan


keluarga untuk bertanya

A. Definisi asam urat

Penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar asam urat dalam darah

(akibat gangguan metabolisme dari makanan yang mengandung protein

purin)

B. Penyebab asam urat

penyebab pasti belum diketauhi, biasanya karena faktor keturunan dan

faktor hormonal. Selain itu kadar asam urat sangat berhubungan dengan

makanan yang dimakan. Oleh karena itu, pengaturan pola makan sangat

diperlukan!!”

C. Tanda dan gejala

1. kesemutan dan linu

2. Nyeri terutama pada malam hari atau pagi hari saat bangun tidur

3. pegel – pegel pada sendi, leher dan punggung

4. Sendi tampak bengkak dan meradang

45
D. Pengobatan

1. 1. apabila kadarnya sedikit nya di atas normal cukup dengan diet

asam urat

2. Kadarnya cukup tinggi perlu pemberian obat—obatan, seperti

kartikosteroid, alupurinol

3. Dengan menggunakan kompres hangat rebusan jahe untuk meredakan

nyeri asam urat

E. Manfaat jahe

1. Bersifat anti radang dan sudah terbukti dalam berapa penelitian dapat

meredakan radang sendi dan ketegangan otat

2. Bermanfaat untuk menghilangkan nyeri

3. Sifatnya menghangatkan tubuh

46
LAMPIRAN II

LEAFLET

47
PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA

DENGAN MASALAH EKSEM

MATA KULIAH KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun Oleh:

Putri Lestari

NIM. 1440118057

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES RAFLESIA DEPOK

2020/2021

Jl. Mahkota Raya 32-B, Komplek Pondok Duta, Tugu, Cimanggis, Kota Depok,
Jawa Barat 16451, Indonesia

48
PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

NY. L DENGAN MASALAH EKSEM

A. Pengkajian

1. Data umum

a. Nama kepala keluarga : Tn. S

b. Usia : 52 tahun

c. Alamat : palsi gunung RT. 03/03

d. Pekerjaan KK : pegawai swasta

e. Pendidikan : SMA

f. Komposisi keluarga

Status Imunisasi
Hub
N J Pekerjaa B Hepatiti
Nama dg Umur Polio DPT Cam Ket
o K n C s
KK pak
G 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Ny. L P Istri 48 Pegawai - - - - - - - - - - - - Tidak
. swasta / ingat
IRT
2 An. P L Anak 25 Pegawai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
. swasta
3 An. A L Anak 19 - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -
.

g. Tipe keluarga

Tipe keluarga Tn. S adalah keluarga inti yang terdiri dari Tn. S,
Ny. L dan kedua anaknya (An. P dan An. A)

49
h. Suku bangsa

Ny. L mengatakan kepala keluarga yaitu Tn. S adalah bersuku


sunda yang bahasa sehari – harinya mereka berinteraksi dalam
bahasa sunda dan bahasa indnesia

i. Agama

Keluarga Ny. L semuanya beragama islam. Tn. S melaksanakan


ibadah sholat 5 waktu dimusholah sedangkan Ny. L melaksanakan
sholat 5 waktu di rumah dan kadang dimusholat tempat kerjanya.

j. status kelas sosial

Tn. S adalah seorang suami yang bekerja sebagai karyawan swasta


(gojek) dan Ny. L bekerja di konpeksi diperumahan

k. mobilitas kelas sosial

Ny. L mengatakan suaminya bekerja sebagai karyawan swasta


(gojek) yang penghasilannya tidak tetap.

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga Ny. L adalah tahap perkembangan


keluarga dengan :

1) Mempertahankan kesehatan

2) Persiapan masa tua

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tahap perkembangan yang belum terpenuhi adalah anak yang


belum menikah

c. Riwayat keluarga inti

50
Keluarga Tn. S merupaakn keluarga inti yang terdiri dari istri Ny.
L dan kedua anaknya

Riwayat kesehatan keluarga saat ini :

1) Tn. S dalam keadaan sehat dan tidak mempunyai riwayat


penyakit kronis

2) Ny. L dalam keadaan kurang sehat dan kakinya terdapat eksim

3) Kedua anaknya dalam keadaan sehat dan tidak mempunyai


riwayat penyakit kronis

d. Riwayat keluarga sebelumnya

Ny. L mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit


kronis

e. Keluarga asal kedua orang tua

Data tidak terkaji

3. Pengkajian lingkungan

a. Karakteristik rumah

Data tidak terkaji

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Data tidak terkaji

c. Mobilitas geografis keluarga

Data tidak terkaji

d. Asosiasi transaksi kelurga dengan komunitas

Kelurga dapat berinteraksi dengan baik dengan masyarakat sekitar

51
4. Struktus keluarga

a. Pola komunikasi keluarga

Data tidak terkaji

b. Struktur kekuatan keluarga

Data tidak terkaji

c. Struktur peran

1) Tn. S sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab

2) Ny. L sebagai ibu rumah tangga dan ia juga bekerja dikonpeksi


diperumahan

3) An. P sebagai anak pertama yang sudah berkerja

4) Anak. A sebagai anak kedua yang belum bekerja

d. Nilai keluarga

Data tidak terkaji

5. Fungsi keluarga

a. Fungsi afetif

Data tidak terkaji

b. Fungsi sosialisasi

Data tidak terkaji

c. Fungsi perawatan kesehatan

Data tidak terkaji

d. Stress, koping dan adaptasi keluarga

Data tidak terkaji

52
6. Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik Ny. L :

1. Keadaan umum

a. Kesadaran : composmetis

b. Tanda – tanda vital

Tekanan darah : 120/80 MmHg

Respirasi : 20 x/menit

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 37⁰c

c. Hasil Lab : GDS 106 mg/dl

d. Berat badan : 60 kg

B. Pengkajian 2

1. Mengenal masalah

Ny. L mengatakan ia merasa kakinya terasa gatal dan bengkak

2. Mengenal keputusan

Ny. L mampu mengambil keputusan dengan datang ke puskesmas

3. Melakukan perawatan sederhana

Keluarga dan Ny. L tidak melakukan perawatan sederhana dirumahnya

4. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Keluarga Ny. L mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan


disekitarnnya

53
C. Asuahan keperawatan

a. Analisis data

No. Data Diagnose


keperawatan

1. DS :
- Ny. L mengatakan kakinya terasa gatal Gangguan
dan bengkak integritas kulit
- Ny. L mengatakan kakinya kadang
terasa nyeri
DO :
- Ny. L kakinya terlihat bengkak dan
kemerahan
- Kaki Ny. L terdapat luka
- GDS : 106 mg/dl
- TTV
TD : 120/80 mmhg
R : 20 x/menit
S : 37⁰C
N : 80 x/menit

b. Diagnose keperawatan

1. Gangguan integritas kulit

c. Intervensi keperawatan

Hari/ Diagnose Tujuan/ kriteria hasil Intervensi


tanggal keperawatan

19 april Gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas


2021 integritas tindakan keperawatan 1 kulit
kulit x 24 jam diharapkan
integritas kulit dan Observasi :
jaringan meningkat
- Identifikasi penyebab
54
KH : gangguan integritas
1. Elastisitas Teraupetik
meningkat
- Gunakan produk
2. Kerusakn berbahan petroleum
lapisan kulit atau minyak pada kulit
menurun kering
3. Nyeri menurun - Hindari produk
berbahan dasar alcohol
Kaki tidak bengkak lagi pada kulit
Edukasi
- Anjurkan mengunakan
pelembab
- Anjurkan minum air
yang cukup
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan menghindari
terpaparnya suhu
ekstrim
Perawatan luka
Observasi :
- Monitor karakteristik
luka
- Monitor tanda – tanda
infeksi
Teraupetik
- Bersihkan dengan cairan
Nacl
- Berikan salep yang
sesuai kekulit
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi

55
d. Implementasi dan evaluasi

Implementasi Evaluasi TTD

Perawatan integritas S : Putri


kulit lestari
- Ny. L mengatakan
Observasi : nyeri berkurang
- Mengidentifikasi - Ny. L mengatakan
penyebab gangguan mendapatkan
integritas pengetahuan tentang
perawatan luka dan
Teraupetik pengobatan
komplementer
- menghindari produk
berbahan dasar alcohol O :
pada kulit
- Pemberikan
Edukasi pendidikan kesehatan
- menganjurkan minum - TTV
air yang cukup
TD : 120/80 mmhg
- menganjurkan
menghindari S : 37 ⁰C
terpaparnya suhu
ekstrim N : 80 x/menit

Perawatan luka R : 20 x/menit

Observasi : A : masalah belum


teratasi
- Memonitor
karakteristik luka P : intervensi dihentikan

- Memonitor tanda –
tanda infeksi
Teraupetik
- membersihkan dengan
cairan Nacl
- memberikan salep
yang sesuai kekulit
- memberikan
pengetahuan
pengobatan
komplementer

56
Edukasi
- memjelaskan tanda dan
gejala infeksi

57
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-
3 (Revisi). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

13

Anda mungkin juga menyukai