OLEH:
NAMA KELOMPOK :
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
tanpa berkat dan rahmat Nya-lah kami tidak dapat menyelesaikan makalah tentang
Asuhan Keperawatan Teoritis Keluarga Dengan Katarak tepat pada waktu yang telah
di tentukan. Kami juga berterima kasih kepada pihak yang baik secara langsung
ataupun tidak langsung membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan pada mata pelajaran
Keperawatan Keluarga pada semester VII di ITEKES BALI.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan.
Karena itu penulis meminta saran maupun kritik secara terbuka. Semoga makalah ini
bisa menjadi pedoman dan bermanfaat bagi para pembaca dan dosen penguji.
Terimakasih
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang dapat kami
sampaikan yakni sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Khusus
Memberitahukan bagaimana tindakan yang akan diberikan
keluarga kepada pasien dengan gangguan katarak dan lebih
mengetahui asuhan keperawatan teoritis keluarga yang kususnya
diberikan kepada pasien katarak.
1.3.2 Tujuan Umum
1.3.2.1 Untuk mengetahui laporan pendahuluan pada pasien katarak;
1.3.2.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis keluarga pada
pasien katarak.
1.4 Manfaat
Dari tujuan di atas, adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yakni
sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberitahu bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien dengan penyakit atau gangguan katarak dan bisa
mengetahui lebih lanjut tentang asuhan keperawatan keluarga pada
pasien katarak.
1.4.2 Manfaat Praktis
2
Menambah pengetahuan ataupun pengalaman dalam
memberikan praktik keperawatan sesuai dengan asuhan keperawatan
dan mahasiswa dapat mempraktikan secara langsung bagaimana
tindakan yang baik diberikan pada pasien katarak.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Tradisional
2) Modern
4
Pada tipe keluarga modern terbagi menjadi bermacam-
macam tipe kecil misalnya Tradisional Nuclear merupakan
keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh saksi-
saksi legal dalam satu ikatan perkawinan. Dual Carrier merupakan
Suami istri yang sama-sama berkarier atau mencari nafkah tanpa
mempunyai anak. Single Parent adalah Keluarga dimana terdapat
satu orang tua didalamnya akibat perceraian atau kematian
pasangan dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar
rumah.
Tipe yang lain disebut dengan Dyadic Nuclear dimana
pada keluarga ini suami istri yang sudah berumur dan tidak
memiliki anak dari hubungan perkawinannya maupun adopsi yang
keduanya atau salah satunya bekerja di luar rumah. Sementara itu,
Three Generetion adalah tiga generasi yang tinggal dalam satu
rumah. Terakhir disebut dengan Cohibing Couple merupakan dua
orang yang tinggal bersama dalam satu rumah tanpa adanya ikatan
perkawinan yang sah.
2.1.3 Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2013), fungsi keluarga dibagi menjadi
fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, dan fungsi
kesehatan. Fungsi afektif adalah gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain, saling menghargai dan kehangatan di
dalam keluarga. Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang
positif, saling mengasuh, dan menerima, cinta kasih, mendukung,
menghargai sehingga kebutuhan psikososial keluarga terpenuhi.
Fungsi sosialisasi adalah interaksi atau hubungan dalam
keluarga, bagaimana keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan
perilaku berhubungan dengan interaksi. Fungsi ekonomi adalah
keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan.
5
Fungsi kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk
bertanggung jawab merawat anggota keluarga dengan penuh
kasihsayang serta kemauan keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatan yang sedang dihadapi.
1) Dukungan Informasional
6
dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator
indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan, perhatian.
3) Dukungan Instrumental
4) Dukungan Emosional
7
kandung atau dukungan sosial keluarga secara eksternal seperti paman
dan bibi (Friedman, 2013).
8
2) Manajemen reaksi stres, melalui perhatian, informasi, dan
umpan balik yang diperlukan untuk melakukan koping
terhadap stres.
3) Produktivitas, melalui peningkatan motivasi, kualitas
penalaran, kepuasan kerja dan mengurangi dampak stres kerja.
4) Kesejahteraan psikologis dan kemampuan penyesuaian diri
melalui perasaan memiliki, kejelasan identifikasi diri,
peningkatan harga diri, pencegahan neurotisme dan
psikopatologi, pengurangan dister dan penyediaan sumber
yang dibutuhkan.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
dukungan keluarga dapat meningkatkan kesehatan fisik, manajemen,
reaksi stres, produktivitas, dan kesejahteraan psikologis dan
kemampuan penyesuaian diri.
9
cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari
sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya
(Wikipedia, 2012).
Jadi katarak merupakan kelainan mata yang terjadi pada lensa
yang menyebabkan lensa mata berselaput dan perubahan lensa mata
yang tadinya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh.
10
b) Kekeruhan lensa terdapat pada bagian perifer berbentuk
bercak-bercak yang tidak teratur
c) Pasien mengeluh gangguan penglihatan melihat ganda
dengan satu mata
d) Tajam penglihatan belum terganggu
e) Proses degenerasi belum menyerap cairan mata yang
kedalam lensa sehingga terlihat bilik mata depan yang
kedalaman normal.
2) Stadium Imatur
a) Proses degenerasi mulai menyerap cairan mata kedalam
lensa sehingga lensa
b) Menjadi cembung.
c) Terjadi pembengkakan lensa yang dapat menjadi
katarak intumesen.
d) Terjadi miopisasi
e) Dapat terjadi glaucoma sekunder
f) Shadow test positif
3) Stadium Matur
a) Terjadi kekeruhan seluruh lensa
b) Tekanan dalam seimbang dengan cairan dalam mata
dengan ukuran lensa normal Kembali.
c) Tajam penglihatan sangat menurun dan hanya tinggal
proyeksi sinar positif
d) Di pupil tampak lensa seperti mutiara
4) Stadium Hypermatur
a) Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair
sehingga nucleus lensa turun karena daya beratnya.
b) Melalui pupil, nucleus terbayang sebagai setengah
lingkaran di bagian bawah dengan warna berbeda dari
atasnya yaitu kecoklatan
11
c) Terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi lebih
permeabel dsehingga isi korteks dapat keluar dan lensa
menjadi kempis yang dibawahnya terdapat nucleus
lensa (Katarak Morgagni)
2. Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi
dari penyakir lain. Penyebab katarak jenis ini adalah:
a. Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa glaucoma,
ablasio retinayang sudah lama, uveitis, myopia maligna.
b. Penyakit sistemik, Diabetes Mellitus, hipoparatiroid,
sindrom down, dermatitis atopik.
c. Trauma, trauma tumpul, pukulan, benda asing di dalam
mata, terpajan panas yang berlebihan, sinar –X, radioaktif,
terpajan sinar matahari, toksik kimia.
3. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang
timbul pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat
pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang:
a. Menderita rubella
b. Diabetes mellitus
c. Toksoplasmosis,
d. Hipoparatiroidisme
e. Galaktosemia
12
bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil
akan tampak benar-benar putih, sehingga refleks cahaya pada mata
menja di negatif (-). Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu
penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa
Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi (Julianto, 2009):
13
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya
cahaya keretina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influk air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “matang”
ketika orang memasuki decade ke tujuh. Katarak dapat bersifat
congenital dan di identifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
14
2.2.8 Penatalaksanaan Medis
15
dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi
penglihatan pasien meningkat.
e. Kacamata (aphakic spectacles)
Setelah ekstraksi katarak, mata klien tidak mempunyai lensa
yang disebut afakia. Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa
sefris (+) 10D supaya dapat melihat jauh. Koreksi ini harus
diberikan 3bulan pasca operasi sebab sebelum 3 bulan keadaan
refraksi masih berubah – ubah, karena keadaan luka belum
tenang dan astigmatismenya tidak tetap.
f. Lensa kontak
Keuntungan pilihan ini adalah ukuran bayangan hanya 7%
lebih besar dari pada ukuran normal, sehingga kedua mata
berfungsi bersama. Lapang pandang tidak berubah/ konstriksi.
Kerugiannya dapat terjadi lakrimasi, risiko tinggi komplikasi,
kemungkinan penolakan lensa dan biaya mahal.
16
BAB III
3.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang komplek
dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan
keluarga dan individu-individu sebagai anggota keluarga (Padila, 2012).
Pengkajian yang dilakukan terhadap keluarga meliputi menurut Padila
(2012) :
3.1.1 Pengkajian Data Umum Keluarga
a) Nama Kepala Keluarga (KK)
b) Umur dan Jenis Kelamin (KK)
c) Pendidikan (KK)
Pendidikan seseorang semakin tinggi maka semakin rendah
angka ketidakpatuhan dan ketidaktahuan seseorang itu
mengenai sesuatu dikarenakan ilmu yang didapatkan dijadikan
acuan.
d) Pekerjaan (KK)
Diisi dengan pekerjaan pokok kepala keluarga.
e) Alamat dan nomor telepon
Alamat dan nomor telepon klien juga perlu dicatat terutama
jika klien harus menjalani perawatan tindak lanjut. Komposisi
keluarga yang berisi mengenai riwayat anggota keluarga.
3.1.2 Prevalensi pada usia 55-64 tahun sebesar 1,1%, usia 65-74 tahun
sebesar 3,5% dan usia 75 tahun ke atas sebesar 8,4%. Meskipun
pada semua kelompok umur sepertinya prevalensi di Indonesia
tidak tinggi, namun di usia lanjut masih jauh di atas 0,5%.
17
Prevalensi pada laki-laki adalah 0,3% sedangkan pada perempuan
0,5% (Kemenkes, 2014).
Prevalensi tertinggi didapatkan pada kelompok tidak bekerja dan
petani/nelayan/buruh. Terdapat kemungkinan orang yang
menderita kebutaan akhirnya tidak dapat bekerja dan sebaliknya
orang yang tidak bekerja memiliki akses kesehatan yang lebih
rendah. Sedangkan tingginya prevalensi pada kelompok
petani/nelayan/buruh dapat berkorelasi dengan risiko yang lebih
besar untuk menderita katarak akibat bekerja di bawah sinar
matahari/ultraviolet langsung dan ditambah keterbatasan akses
kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang baik
(Kemenkes,2014).
Pada klien katarak yang bekerja di lingkungan industri, tanyakan
tentang penggunaan kacamata pelindung. Individu yang terekspos
uap/asap kimia dapat mengeluhkan iritasi mata jika tidak ada
ventilasi yang cukup. Jika intensitas sinar inframerah atau
ultraviolet lebih besar dari normal (Istiqomah, 2012).
Prevalensi kebutaan yang lebih tinggi didapatkan pada pendidikan
rendah, yaitu kelompok yang tidak sekolah, diikuti tidak tamat SD
dan tamat SD. Sedangkan yang berpendidikan tamat SMP, SMA
dan pendidikan tinggi prevalensinya lebih rendah
(Kemenkes,2014).
3.1.3 Genogram/Silsilah Keluarga
Adalah simbol-simbol yang dipakai dalam pembuatan genogram
untuk menggambarkan susunan keluarga. Aturan pembuatan
genogram adalah sebagai berikut (ADP, 2013) ;
a) Anggota keluarga yang lebih tua berada di sebelah kiri.
b) Umur anggota kelurga ditulis pada simbol laki-laki atau
perempuan.
18
c) Tahun dan penyebab kematian ditulis di sebelah simbol laki-
laki dan perempuan.
d) Disusun tiga generasi.
e) Aturan simbol seperti gambar berikut
Riwayat penyakit keturunan yang dialami oleh anggota keluarga
adalah diabetes melitus, katarak, dan lain-lain (Tamsuri, 2011).
3.1.4 Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga saat ini berdasarkan
tipe pembagian keluarga tradisional dan non tradiasional beserta
kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tersebut (ADP, 2013).
a) Keluarga inti (Nuclear family): keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
adopsi atau keduanya.
b) Keluarga besar (Extended family): keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah.
c) Orang tua tunggal (Single parent family): keluarga yang terdiri
dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian
atau ditinggal pasangannya.
d) The Single adult living alone: orang dewasa yang tinggal
sendiri tanpa pernah menikah.
e) Keluarga usila (Middle age/Aging couple): suami sebagai
pencari uang, istri dirumah atau kedua-keduanya bekerja atau
tinggal di rumah, anak-anaknya sudah meninggalkan rumah
karena sekolah / perkawinan / meniti karir (ADP, 2013).
f) Nuclear dyed: keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
tanpa anak, tingal dalam satu rumah yang sama.
g) Three generation family: keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu
rumah.
19
h) Eldery couple : keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
paruh baya (Ali, 2010).
3.1.5 Suku Bangsa
a) Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga. Dikaji
asal usul bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
b) Tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang
secara etnis bersifat homogen.
c) Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi,
pendidikan (apakah kegiatan-kegiatan ini berada dalam
kelompok kultur atau budaya keluarga).
d) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana (tradisional atau
moderrn)
e) Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau modern
f) Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan
praktisi. Dikaji apakah keluarga mengunjungi pelayanan
praktik-praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau memiliki
kepercayaan tradisional asli dalam bidang kesehatan.
g) Penggunaan bahasa sehari-hari dirumah (ADP, 2013).
20
3.1.7 Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga (ADP, 2013).
21
2. Riwayat penyakit keturunan
Menjelaskan mengenai riwayat penyakit keturunan yang
dialami oleh anggota keluarga seperti diabetes melitus,
katarak, dan lain-lain (Tamsuri, 2011).
3. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga dapat
ditulis dalam sebuah tabel seperti dibawah ini :
a) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
Dikaji mengenai sumber pelayanan kesehatan yang
digunakan saat salah satu anggota keluarga sakit.
b) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Diuraikan mengenai riwayat kesehatan keluarga dan
kepala keluarga sebelum membentuk keluarga sampai
saat ini (ADP, 2013). Seperti riwayat trauma, trauma
tembus ataupun tidak tembus dapat merusak kapsul
lensa, riwayat penggunaan obat-obatan seperti
konsumsi obat-obatan kortikostreoid, riwayat
penyakit/masalah kesehatan yang ada: beberapa jenis
katarak komplikata terjadi akibat penyakit mata yang
lain dan penyakit sistemik (Istiqomah, 2012).
3.1.10 Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Menjelaskan mengenai gambaran tipe tempat tinggal (rumah
apartemen, sewa kamar dll), kepemilikan rumah atau tempat
tinggal, gambarkan kondisi rumah, dapur, amati suplai air
minum, sanitasi, kondisi ventilasi, pengaturan tidur dalam
rumah, keberadaan sampah dan pembuangannya, serta
gambaran denah dari rumah (ADP, 2013).
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
22
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas
setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, ataupun
aturan kesepakatan penduduk setempat, budaya yang
mempengaruhi kesehatan.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan dengan
kebiasaan keluarga berpindah tempat. Sudah berapa lama
keluarga tinggal didaerah ini dan apakah sering berpindah-
pindah tempat tinggal.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Sistem pendukung adalah jumlah anggota kelarga yang sehat,
fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan
yang meliputi fasilitas fisik, psikologis atau dukungan dari
keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan masyarakat
setempat dengan mengkaji siapa menolong keluarga pada saat
keluarga membutuhkan pertolongan, dukungan konseling
aktivitas-aktivitas keluarga (ADP, 2013).
6. Struktur Keluarga
a. Pola atau cara komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga, bahasa yang digunakan dalam keluarga,
frekuensi dan kualitas komunikasi yang berlangsung
dalam keluarga dan mungkin ada masalah dalam keluarga
yang tertutup untuk didiskusikan.
b. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
23
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal dan siapa yang
menjadi model peran dalam keluarga dan apakah ada
konflik dalam pengaturan peran yang selama ini dijalani.
d. Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga
yang berhubungan dengan kesehatan (ADP, 2013).
3.1.11 Pemeriksaan Fisik
Pemfis dilakukan pada seluruh anggota keluarga. Pada anggota
keluarga yang mengalami katarak akan didapatkan data sebagai
berikut:
1. Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak
nyeri.
2. Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda.
3. Klien juga melaporkan melihat glare/halo disekitar sinar lampu
saat berkendaraan di malam hari, kesulitan dengan pandangan
malam, kesulitan untuk membaca, sering memerlukan
perubahan kacamata dan gangguan yang menyilaukan serta
penurunan pandangan pada cuaca cerah.
4. Jika klien mengalami kekeruhan sentral, klien mungkin
melaporkan dapat melihat dengan baik pada cahaya suram
daripada terang, karena katarak yang terjadi ditengah dan pada
saat pupil dilatasi klien dapat melihat melalui daerah disekitar
kekeruhan.
5. Jika nucleus lensa terkena, kemampuan refraksi mata
(kemampuan memfokuskan bayangan pada retina) meningkat.
Kemampuan ini disebut second sight, yang memungkinkan
klien membaca tanpa lensa.
24
6. Katarak hipermatur dapat membocorkan protein lensa ke bola
mata, yang menyebabkan peningkatan. Tekanan intraokuler
dan kemerahan pada mata.
7. Kaji visus, terdapat penurunan signifikan.
8. Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan
pada katarak lanjut terdapat area putih keabu-abuan di
belakang pupil (Istiqomah, 2012).
3.2 Diagnosa
1. Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam
mengenal masalah
2. Resiko cedera berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit katarak
3. Gangguan sensori perceptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerima sensoria tau perubahan status organ indera
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invansif
5. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invansif
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit
3.3 Intervensi
1. Cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan
kurangnya pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan
dilakukan.
Tujuan : menurunkan stress emosional, ketakutan dan depresi,
penerimaan dan pemahaman instruksi.
Kriteria hasil : mengucapkan pemahaman mengenai informasi.
25
pemahaman pasien, perasaan dan tingkat ketakutan, depresi, tegang, keputusan,
mengenai tindakan pemahaman. Jawab kemarahan dan penolakan.
operasi yang akan pertanyaan, dukungan dan 2. Pengenalan terhadap lingkungan
dilakukan. bantuan pasien dengan membantu mengurangi ansietas dan
metode koping. meningkatkan keamanan.
2. Orientasikan pasien pada 3. Pasien yang telah mendapat banyak
lingkungan yang baru. informasi akan lebih mudah menerima
3. Jelaskan rutinitas pasien pemahaman dan mematuhi instruksi.
operasi dan tindakan operasi 4. Pasien yang mengalami gangguan visual
yang dilakukan. bergantung masukan indera yang lain
4. Jelaskan intervensi sedetail- untuk mendapatkan informasi.
detailnya. Perkenalkan diri 5. Perawatan diri dan kemandirian akan
anda pada setiap interaksi, meningkatkan rasa sehat.
terjemahkan setiap suara 6. Pasien mungkin tak mampu melakukan
asing, pergunakan sentuhan semua tugas sehubungan dengan
untuk membantu penanganan dan perawatan diri.
komunikasi verbal. 7. Isolasi social dan waktu luang yang
5. Dorong untuk menjalankan terlalu lama menimbulkan perasaan
kebiasaam hidup sehari-hari negative.
bila mampu. Pesan makanan
yang bisa dimakan dengan
tangan bagi mereka yang tak
dapat melihat dengan baik
atau tidak memiliki
keterampilan koping
mempergunakan peralatan
makanan.
6. Dorong partisipasi keluarga
atau orang yang berarti
dalam perawatan pasien.
26
7. Dorong partisipasi dalam
aktivitas social dan
pengalihan bila
memungkinkan.
27
pada ruangan.
4. Perlunya penggunaan
persisai metal atau
kacamata bila
diperintahkan.
5. Gunakan prosedur
yang memadai ketika
memberikan obat
mata.
28
Pertahankan pagar Tetapi biasanya
tempat tidur sampai hanya satu mata yang
benar – benar diperbaiki per
sembuh. prosedur
4. Pendekatan dari sisi 2. Memberikan
yang tidak dioperasi, peningkatan
bicara dan menyentuh kenyaman dan
sering, dorong orang kekeluargaan
terdekat tinggal menurunkan cemas
dengan pasien. dan disorientasi pasca
5. Perhatikan tentang operasi.
suram atau 3. Terbangun dalam
penglihatan kabur dan lingkungan tidak
iritasi mata dimanan dikenal dan
dapat terjadi. mengalami
6. Ingatkan pasien keterbatasan
menggunakan penglihatan dapat
kacamata katarak mengakibatkan
yang tujuannya bingung pada orang
memperbesar 25% tua.
penglihatan yang 4. Meningkatkan resiko
hilang dan buta titik jatuh bila
mungkin ada. bingung/tidak tahu
ukuran tempat tidur.
5. memberikan
rangsang sensori
tepat terhadap isolasi
dan menurunkan
bingung.
6. Gangguan
29
penglihatan/ iritasi
dapat berakhir 1-2jam
setelah tetesan mata
tetapi secara bertahap
menurun dengan
penggunaan.
7. Perubahan ketajamn
dan kedalaman
persepsi dapat
menyebabkan
bingung penglihatan/
meningkatkan resiko
cedera sampai pasien
belajar untuk
mengkompensasi
terjadi.
30
dari dalam dengan kapas penyebaran bakteri
basah/bola kapas untuk dan kontaminasi
tiap usapan, ganti balutan silang.
dan masukan lensa kontak 3. Mencegah
bila menggunakan. kontaminasi dan
3. Tekankan pentingnya kerusakan sisi operasi.
tidak 4. Infeksi mata terjadi 2
menyentuh/menggaruk sampai 3 hari setelah
mata yang dioperasi. prosedur dan
4. Observasi / diskusikan memerlukan upaya
tanda terjadinya infeksi, intervensi.
contoh kemerahan, 5. Sediaan topical
kelopak mata drainase digunakan secara
purulen. profilaksis, dimana
5. Berikan obat sesuai terapi lebih agresif
indikasi. Antibiotic diperlukan bila terjadi
(topical, parenteral, infeksi. Steroid
subkojungtiva) dan digunakan untuk
steroid. menurunkan inflamasi.
31
Nyeri berhubungan tentang nyeri. Tentukan informasi untuk
dengan tindakan operasi karakteristik nyeri, membantu dalam
yang akan dilakukan misalnya terus menerus, menentukan pilihan /
sakit, menusuk, terbakar. mengintervensi
Buat rentang intensitas keefektifan
pada skala 0-10. 2. Analgetik memblokir
2. Berikan analgesik resep jaras nyeri.
sesuai pesanan dan Ketidaknyamanan
mengevaluasi mata berat
keefektifan. Beritahu menandakan
dokter bila nyeri mata perkembangan
menetap atau memburuk komplikasi dan
setelah pemberian perlunya penanganan
pengobatan medis segera.
3. Berikan anti-inflamasi Ketidaknyamanan
agen anti infeksi oftalmik ringan diperkirakan.
yang diresepkan. 3. Untuk menurunkan
4. Berikan kompres dingin bengkak dan mecegah
sesuai pesanan dengan infeksi.
menggunakan teknik 4. Dingin membantu
aseptik. Ajarkan pasien menurunkan bengkak.
bagaimana memberikan Kerusakan jaringan
kompres dengan menpredisposisikan
menggunakan teknik pasien pada invasi
aseptik dalm persiapan bakteri
pulang. Tekankan
pentingnya mencuci
tangan sebelum
melakukan perawatan
mata di rumah.
32
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber
informasi.
Tujuan : Memenuhi kebutuhan informasi klien
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi dan pengobatan,
melakukan prosedur dengan benar dan alasan tindakan
33
4. Tekankan
pentingnya
evaluasi
keperawatan
rutin. Beritau
untuk melaporkan
penglihatan
berawan
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
34
perencanaan. Menurut Asmadi (2008) ada tiga kemungkinan hasil
evaluasi terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan.
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
36
4.2 Saran
Dalam usaha peningkatan mutu dan kualitas sumber daya perawat dalam
usaha pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat, maka hendaknya mahasiswa
calon perawat dapat melakukan pemenuhan pembelajaran. Khususnya dalam
pembuatan asuhan keparawatan dan dalam melakukan tindakan keperawatan
hendaknya dapat dilakukan dengan baik dan benar. Maka untuk itu dipandang
perlu bimbingan yang optimal dari bapak/ibu pembimbing guna peningkatan
mutu dari mahasiswa tersebut terlebih dalam keperawatan keluarga.
37
Daftar Pustaka
38
Usia lanjut alcohol defek penggunaan penyakitsistemis penyakit mata
/ rokok congenital obat : steroid metabolic : DM
jangka panjang
Lensa keruh
Gangguan sensori
perceptual penglihatan
Kurang infornasi KATARAK