Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Ilahi Robbi atas segala
nikmat dan karunia-NYA, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah
dengan judul “MODEL PELAYANAN PADA LANSIA HOME CARE”, makalah
ini disusun untuk memaparkan tentang model pelayanan pada lansia home care.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penambahan wawasan kami di
masa yang akan datang.

Demikian akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya, terima kasih.

Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang……………………………………………………………1
1.2. Tujuan………………………………………………………………
…….2
1.3. Manfaat……………………………………………………….
…………..3
1.4. Metode……………………………………………………………
………3
BAB II ISI
2.1. DEFINISI………………………………………………………………..4
2.2. SASARAN………………………………………………………………16
2.3. KOMPONEN KESEHATAN DI RUMAH……………………………..16
2.4. KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAHAN YANG TERKAIT….23
2.5. KONTRAK DALAM KEPERAWATAN KESEHATAN RUMAH……24
2.6. STANDAR PERAWATAN KESEHATAN RUMAH………….……….25
2.7. KEGIATAN ATAU PRAKTEK………………………………..………..27
2.8. PERAN PETUGAS KESEHATAN……………………………..……….32
2.9. ANALISI PELAKSANAAN PROGRAM………………………………34
BAB III PENUTUP
3.1. SIMPULAN…………………………...…………………………………36
3.2. SARAN…………………………………………………………………..36
DAFTAR PUSTAKA………………………………..…………………………37

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Perawatan kesehatan di rumah bukanlah suatu konsep baru dalam sistem


pelayanan kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini
sudah dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu William Rathbone of
Liverpool, England, dan juga Florence Nightingale melakukan perawatana
kesehatan di rumah dengan memberikan pengobatan bagi klien (masyarakat) yang
mengalami sakit terutama mereka dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi
sanitasi, kebersihan diri dan lingkungan, dan gizi buruk sehingga berisiko tinggi
terhadap berbagai jenis penyakit infeksi yang umum ditemukan di masyarakat
(Smith & Maurer, 2000).
Kunjungan rumah juga dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara
derajat kesehatan masyarakat serta meminimalkan resiko penyakit infeksi
masyarakat, serta mencegah dari kekambuhan penyakit (Stanhope & Lancaster,
1996).
Seiring dengan perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era globalisasi
ini, berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di
Indonesia kini. Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan juga
semakin meningkat dan berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah
sakit/klinik menjadi kebutuhan perawatan di rumah, khususnya bagi
klien/keluarga dengan penyakit terminal. Disamping itu, penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan, seperti perbaikan gizi, perilaku
sehat, tersedianya bermacam jenis obat, peningkatan kualitas pengobatan dan
perawatan berbagai penyakit akibat proses penuaan memungkinkan seseorang
dapat menikmati usia lanjut sehingga usia harapan hidup manusia juga meningkat.
Terjadinya booming pada populasi lansia di abad ke-21 ini merupakan salah satu
issue penting bagi dunia, baik di negara maju dan negara yang sedang

3
berkembang (Ebersole & Hess, 1998; Reimer, 1998). Di Indonesia terjadi
peningkatan umur harapan hidup lansia dari usia 58 tahun pada tahun 1986
menjadi usia 65 tahun pada tahun 1995 (Depkes, 2003) dan terjadi peningkatan
populasi lanjut usia secara signifikan, yaitu 3,96 % setiap tahunnya dan
diperkirakan dapat mencapai angka 22.277.700 jiwa pada tahun 2000 (Boedhi-
Darmojo & Martono, 1999).
Peningkatan usia harapan hidup yang diiringi dengan penurunan angka
kelahiran dan kematian mengakibatkan komposisi penduduk Indonesia mengarah
ke penduduk berstruktur tua artinya jumlah lanjut usia semakin meningkat.
Meningkatnya jumlah lanjut usia, di satu sisi dapat dipandang sebagai asset
nasional, namun di sisi lain dapat dipandang sebagai problematika sosial yang
memerlukan perhatian khusus. Hal ini disebabkan oleh adanya siklus kehidupan
manusia yang terus menerus mengalami proses penuaan secara biologis dalam
kehidupannya. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai masalah, yaitu
menurunnya kemampuan fisik dan mental, keterbatasan berinteraksi social dan
menurunnya produktifitas kerja. Permasalahan lainnya adalah rasio
ketergantungan antara penduduk tua dengan penduduk usia produktif semakin
meningkat, lanjut usia mengalami masalah kesehatan yang signifikan,
meningkatnya jumlah lanjut usia terlantar bahkan yang lebih memprihatinkan
adanya kasus lanjut usia menjadi korban tindak kekerasan (Ebersole & Hess,
1998; Reimer, 1998).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia. Salah satu diantaranya adalah
Program Home Care (Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di Rumah/
Lingkungan Keluarga).

1.2 TUJUAN
Tujuan penulisan dari makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat
penilaian mata kuliah keperawatan komunitas dan membantu mahasiswa dan
pembaca untuk memahami bentuk pelayanan pada lansia di rumah dan menambah

4
pengalaman mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada lansia khususnya di rumah.

1.3 MANFAAT
1. Bagi Institusi
Menilai/mengevaluasi sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam
memahami ilmu yang telah diberikan khususnya dalam melaksanakan proses
keperawatan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang
berkaitan dengan keperawatan komunitas pada lansia.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada lansia .

1.4. METODE
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini diantaranya
melalui media literature, perpustakaan dan elektonik

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. DEFINISI
Bentuk pelayanan Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di rumah (Home
Care) sangat tepat untuk diterapkan dalam masyarakat Indonesia yang masih
berpegang pada nilai-nilai budaya timur, sebagai wujud perhatian terhadap lanjut
usia dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. Pelayanan lanjut
usia di rumah (home care) sangat membantu lanjut usia yang mempunyai
hambatan fisik, mental dan sosial, termasuk memberikan dukungan dan pelayanan
untuk hidup mandiri, sehingga mengurangi beban baik dari anggota keluarga,
teman, kerabat maupun tetangga yang membantu memenuhi kebutuhan lanjut
usia.
Menurut Warhola (1980, dalam Smith & Maurer, 2000) perawatan kesehatan
trumah adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan
kepada klien/individu atau keluarga di temapat tinggal mereka (di rumah),
bertujuan untuk memandirikan klien dalam pemeliharaan kesehatan, peningkatan
derajat kesehatan, upaya pencegahan penyakit, dan risiko kekambuhan serta
rehabilitasi kesehatan.
Perawatan kesehatan rumah (home care) juga dapat diartikan sebagai
kesatuan yang memungkinkan pelayanan kesehatan dilakukan secara bersamaan
ataupun kombinasi dari berbagai profesi kesehatan sebagai satu kesatuan tim
untuk mencapai dan mempertahankan status kesehatan klien secara optimal
(Smith & Maurer, 2000).
Home care bagi lansia merupakan salah satu unsur pelayanan kesehatan
secara luas yang ditujukan untuk kesehatan perorangan atau kesehatan keluarga di
tempat tinggal mereka untuk tujuan promotif, rehabilitatif, kuratif, asesmen dan
mempertahankan kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama
mungkin. Sedikitnya terdapat empat kelompok penderita yang dapat secara efektif

6
dan efisien dilakukannya home care yaitu penyakit kronik multisistem, kondisi
terminal pada keganasan, kondisi kronik pada lansia dan demensia. Tentunya
potensi-potensi setempat perlu dilibatkan seperti pihak keluarga, masyarakat,
dokter keluarga, perawat keluarga, asuransi kesehatan, dan yayasan atau lembaga
swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan untuk diajak menjalin
kerjasama dalam berbagai beban seefektif mungkin (Walsh & Wieck, 1987).
Pendirian home care secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup usia lanjut, sedang rehabilitatif yaitu pencegahan sekunder dan tertier yaitu
pengobatan kronik penderita keganasan/penyakit lainnya serta menghambat laju
penyakit dan menghambat timbulnya keterbatasan-keterbatasan (disability)
sehingga penderita dapat mempertahankan otonominya selama mungkin. Secara
khusus, tujuan yang diharapkan dari Pendampingan dan Perawatan lanjut usia di
rumah (Stanhope & Lancaster, 1996) adalah:
1. Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk menyesuaikan diri
terhadap
proses perubahan dirinya secara fisik, mental dan sosial.
2. Terpenuhinya kebutuhan dan hak lanjut usia agar mampu berperan
dan
berfungsi di masyarakat secara wajar.
3. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam
pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah.
4. Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut usia baik di
rumah maupun di lingkungan sekitarnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan
dirumah (home care) diberikan kepada individu dan keluarga baik keluarga
dengan lansia di rumah tinggal mereka yang melibatkan berbagai disiplin ilmu
atau profesi dalam suatu tim kesehatan untuk melakukan perawatan kesehatan di
rumah dengan tujuan untuk memberikan kondisi yang sehat secara optimal dan
terbebasnya klien dari penyakit yang diderita.

PERAWATAN LANSIA

7
Proses penuaan terjadi segera setelah kita lahir, tetapi kecepatannya sangat
bervariasisesuai dengan perbedaan usia manusia. Perubahan yang terjadi setelah
kita menjadi tua, mungkin pada akhirnya mengurangikemandirian kita. Hal ini
berarti bahwa individu lansia yang lemah, tidak dapat lagi merawat dirinya sendiri
dan harus pindah untuk tinggal dengan kerabat, atau di panti wreda. Apabila,
seperti kasus yang lazim terjadi seorang individu sangat bergantung pada
rumahnya sendiri dan teramat menyukai, untuk tetap tinggal di sana, solusi yang
lebih baik adalah membuat hidup lebih mudah di rumahnya sendiri sehingga ia
dapat tetap mandiri lebih lama.

Alternatif lainnya adalah menemukan akomodasi tempat seseorang akan


mengawasi lansia. Tempat tersebut mungkin dapat berupa sebuah kamar, atau
apartemen dengan seorang pengawas yang bertanggung jawab untuk semua
kehidupan lansia di sana, atau sebuah rumah untuk lansia di mana penderita dapat
memiliki kamar mereka sendiri, sementara ia bergabung dengan lainnya sambil
menikmati saat makan kegiatan sosial. Penyelesaiannya bergantung pada seberapa
aktif dan mandirinya penderita. Mungkin lansia menyadari bahwa pekerjaan
rumah sulit, dan jawabannya adalah dengan mempekerjakan seorang pembantu
rumah tangga yang datang beberapa kali seminggu untuk membantu lansia
melakukan pekerjaan rumah yang berat tersebut. Komunikasikan dengan dokter
Anda dan perhatikan apa yang dapat ia sarankan.

a. Mobilitas

Semakin lama lansia dapat tetap mandiri dan menanggapi semua aktivitas
sehari-hari sendiri, akan semakin baik, pergi belanja, menemui teman atau
jalan-jalan ke bioskop, teater atau ke perkumpulan sosial, semuanya
membantu menjaga lansia tetap melakukan aktivitas yang di dalam hidupnya.

Lansia, walaupun dapat bergerak, dapat menghabiskan waktunya terlalu


lama duduk dikursi. Apabila memungkinkan, bantu ia untuk bangun dan
berkeliling sebentar tiap jam. Terlalu lama duduk cenderung dapat
menyebabkan kekakuan sendi dan meningkatkan kesulitan berjalan.

8
Kenyamana tugkai sangat penting untuk monilitas, lnsia harus
mengunakan sepatu yang pas, bertumit rendah, dan harus mengunjungi
tempat perawata kaki dan tangan dengan teratur, untuk memastikan
bahwakuku jari mereka tetap dalam kondisi yang baik kuku kaki seiring
cenderung menebal dan lebih sulit dirawat dengan pertambahan usia. Apabila
kaki memiliki kecenderungan untuk membengkak, pastikan bahwa lansia
menggunakan penunjang kaki ketika duduk.

b. Berkebun

Berkebun adalah aktivitas yang banyak dinikmati orang, tentunya


memberikan kesenangan yang sangat besar dari hasil akhirnya, berkebun
menjaga pikiran dan tubuh tetap aktif, menstimulasi nafsu makan, dan
menciptakan perasaan mandiri dan prestasi. Ide yang baik untuk berpikir ke
depan dan merencanakan berkebun bila sudah lansia, dalam benak Anda.
Tempat bunga dapat ditinggikan sehingga mudah perawatannya. Tedapat
berbagai jenis kneelers (kursi panjang untuk berlutut) untuk individu yang
mengalami kesulitan membungkuk dan peralatan yang bergagang panjang
juga merupakan peralatan berkebun yang berguna.

c. Tip praktis

Anda mungkin kadangkala merasakan bahwa Anda melakukan


sesuatu untuk lansia dengan lebih sederhana dan lebih cepat, tetapi akan lebih
baik bagi lansia bila anda sekedar membantu pekerjaannya namun tidak
mengambil alih pekerjaan tersebut. Terdapat berbagai alat bantu praktis yang
dapat membantu lansia untuk tetap mandiri.

1. Fasilitasi lansia berpakaian dengan lebih mudah tanpa bantuan,


dengan menganti resleting dan kancing dengan velcro dan memberikan
alat pengunci pakaian dibagian depan.
2. Alat bantupemakaian sepatu, sisir dan sikat harus memiliki gagang
yang panjang dan penjepit kuku lebih mudah dipakai, dari pada gunting
kuku.

9
3. Letakkan alat dikamar mandi untuk membantu penderita keluar
atau masuk dengan cara yang mudah, serta letakkan alas di lantainya untuk
mencegah tergelincir atau jatuh. Atau Anda mungkin dapat
mempertimbangkan pemasangan shower, kursi plastik yang diletakkan di
bawah shower dapat memungkinkan lansia untuk duduk dan mandi tanpa
dibantu.
4. Pasang pegangan tangan di dekat kamar mandi, shower dan toilet
sehingga membantu lansia untuk lebih mandiri.
5. Alat bantu berjalan berupa walking frame atau tongkat akan
membantu seseorang yang berdiri tidak tegap .
6. Pastikan bahwa ketinggian tempat tidur tepat apabila terlalu tinggi,
lansia harus menjejakkan kakinya ketika akan bangun dari tempat tidur;
apabila terlalu rendah individuharus mengangkat tubuhnya, ketika ia akan
bangun dari tempat tidur. Untuk saran mengenai kenyamanan di tempat
tidur .

Kursi lansia harus memiliki alas yang tidak terlalu rendah-sekitar 45 sampai
65 cm dari tanah-dan tidak terlalu dalam, sehingga dapat bangun dengan mudah.
Kursi tersebut harus memiliki sandaran punggung yang tinggi dan memiliki
sandaran tangan yang kokoh untuk membantu lansia berdiri dengan cara
mendorong pegangan tangan tersebut. Apabila perihal kursi ini menjadi masalah,
kursi peloncat yang otomatis (ejection seat) dapat membantu kursi ini dapat dibeli
di toko furnitur atau Anda dapat melihat iklan penjualan dikoran.

d. Keamanan rumah

Lansia terutama rentan terhadap kecelakaan Jatuh adalah masalah


terumum dan lansia sering menyakiti dirinya sendiri dengan cukup parah
akibat jatuh, yang tampaknya hanya insiden ringan, karena tulang mereka
lebih rapuh dan dengan demikian menjadi lebih mudah patah. Keseimbangan
juga merupakan masalah dan ketika lansia mulai terjatuh, mereka sering tidak
mampu bangun sendiri. Sekali lansia terjatuh, ia akan ketakutan bahwa
kejadian tersebut akan terulang lagi, sehingga lansia mungkin tetap duduk di

10
sebuah kursi atau berbaring di tempat tidur. Untuk mengatasinya diperlukan
penentraman hati dan tentu saja Anda harus melakukan semua yang dapat
Anda lakukan untuk menjamin bahwa ia dapat bergerak dengan aman dan
mantap

1. Pastikan bahwa tidak ada sisi karpet yang tau agak terlipat, yang
dapat lansia tersandung.
2. Lantai jangan terlalu sering di pel dan jangan terla licin.
3. Jalanan dan anak tangga terang, rapikan mainan anak-anak, dan
barang-barang lain yang tertinggal disekitarnya.
4. Perapian harus memiliki seorang penjaga dan minyak pemanas
tidak boleh berada diposisi yang tidak aman.
5. Tabung gas dan kompor harus diperiksa dengan teratur, untuk
melihat adanya kebocoran, gas dan kompor minyak hanya boleh
digunakan didalam ruangan yang ventilasinya adekuat-lansia dapat tidak
menyadari, bahwa terjadi sesuatu yang tidak benar.
6. Letakan persediaan obat dalam tempat yang aman dan pastikan
bahwa lansia dapat membaca label tersebut. Terutama jika lansia
menggunakan pil tidur, pertahankan agar botol berada di lemari obat dan
bukan diletakkan di samping tempat tidur untuk mencegah terjadinya
pemakaian yang berlebihan secara tidak sengaja.

Aspek penting keamanan lainnya adalah pengamanan baik di dalam maupun


di luar rumah. Yang menyedihkan, belakangan ini banyak lansia yang sangat
rentan; mereka tinggal di masa pada waktu pencurian, pengrusakan, dan serangan
pada lansia jarang terjadi. Banyak lansia yang tidak menyadari adanya bahaya dan
terus saja meninggalkan rumah, tanpa dikunci dan jendela terbuka, atau pergi
berbelanja dengan dompet diletakkan di dalam tempat terbuka yang mudah dilihat
pencuri. Coba untuk membujuk beberapa teman atau kerabat lansia, agar
mengamankan pintu dan jendela dengan menguncinya secara tepat dan rantai di
pintu depan. Polisi anti kriminal di kantor polisi di daerah anda akan memberikan
petunjuk.

e. Menjaga kehangatan

11
Tubuh lansia tidak seefisien tubuh individu yang berusia tubuh. lebih
muda, dalam mempertahankan suhu normal tubuh. Salah satu bahaya cuaca
dingin bagi lansia, adalah bahwa mereka mungkin tidak menyadari bahwa
mereka benar-benar sedang kedinginan seperti pada kenyataannya.

Apabila biaya pemanasan diseluruh ruangan rumah terlalu mahal, atau jika
pemanasan di kamar tidur tidak adekuat, mungkin lebih baik bagi lansia
untuk tidur di suatu ruangan yang hangat, dan pindahkan tempat tidur
penderita ke ruangan tersebut selama cuaca dingin.

Anjurkan lansia untuk mengenakan beberapa lapis pakaian, terutama


yang terbuat dari bahan wol. Menggunakan topi dan sarung tangan di dalam
rumah jugamerupakan gagasan yang baik: mungkin akan terlihat, sedikit
bodoh, tetapi lebih baik tampak konyol untuk menjaga tubuh agar tidak
kedinginan. Malam hari, penderita harus mengenakan pakaian ekstra
termasuk kaus kaki tempat tidur dan topi dari bahan katun hangat. Apabila
kamar tidur tidak digunakan sepanjang hari, pastikan bahwa kamar telah
dihangatkan dengan baik sebelum pasien tidur. Hangatkan tempat tidur
dengan botol berisi air hangat, atau dengan selimut listrik, tetapi ingat bahwa
botol yang berisi air hangat tidak boleh digunakan pada saat yang bersama
dengan selimut listrik, dan selimut listrik harus dimatikan sebelum individu
naik ke tempat tidur. Pelapis listrik yang diletakkan di bawah tubuh individu
tidak boleh digunakan jika individu menderita inkontinensia atau mungkin
akan menumpahkan minuman ke atasnya. Semua peralatan pemanas harus
dirawat secara teratur untuk menghindari adanya kecelakaan yang tidak
diinginkan.

Jangan biarkan aliran udara memasuki ruangan baik dari jendela, pintu
atau dari lantai yang terbuat dari papan. Anda dapat menutupi celah di bagian
dalam kerangka jendela, dengan koran, dan alumunium foil, yang dapat
berlaku sebagai pelapis ganda. Cerobong asap pada perapian tua yang tidak
digunakan lagi, dapat ditutup dengan menggunakan logam atau batu bata,

12
atau semua material lain yang tidak mudah terbakar. Hati- hati agar tidak
menutup sumber ventilasi yang penting.

Apabila Anda mengetahui bahwa seorang lansia tinggal seorang diri,


hidangkan sup atau teh hangat, dan anjurkan individu untuk mengonsumsi
makanan bergizi dengan membawakan makanan secara berkala atau membuat
makanan di dalam rumah individu itu sendiri. Undangan untuk makan
bersama dengan Anda dan keluarga juga merupakan ide yang baik. Apa
memungkinkan lakukan kunjungan teratur untuk memeriksa bahwa lansia
sehat, walaupun ia akan berpikr bahwa Anda cerewet.

f. Hipotermia

Apabila lansia menggigil, ia dapat menderita hipotermia atau suhu tubuh


rendah. Belajar untuk mengenali tanda dan gejala. Penderita mungkin
lambat,bingung atau bahkan tidak sadar.

Konstipasi karena fungsi usus mereka melambat dan mereka tidak terlalu
banyak bergerak ,kurang berolahraga dan mungkin menemukan kesulitan
untuk ke toilet

Memberikan laksatif tanpa terlebih ide yang dahulu menanyakannya


kepada dokter, merupakan dengan baik.bukanlah ide yang baik.konstipasi
dapat dikurangi cairan mencakup banyak serat, banyak cairan sekurang-
kurangnya 2 sampai 3 liter per hari dan dengan melakukan olahraga sebanyak
mungkin Pastikan bahwa lansia mampu ke toilet pada tepat, terutama jika
lansia terbaring di tempat tidur

Konstipasi kadangkala dapat menyebabkan inkontinensia. Feses yang


ditahan di dalam usus menjadi leb kering, lebih keras dan lebih sulit
dikeluarkan, karena air diabsorbsi ulang dari feses, melalui dinding usus.
Seiring dengan lebih mengerasnya feses yang berkumpul di dalam usus,
feses pada akhirnya akan menjadi impaksi. Pada tahap ini, penderita dapat
menampakkan apa yang terlihat seperti diare, tetapi pada kenyataannya

13
cairan yang keluar melalui feses yang Pengeluaran cairan ini mungkin sulit,
atau tidak mungkin dikendalikan individu, sehingga menyebabkan
inkontinensia. Apabila Anda berpikir bahwa hal ini mungkin tidak perlu
mendapatkan saran dari dokter Anda mungkin perlu memberi supositoria dan
enema.

Konstipasi kadangkala memiliki efek berupa kebingungan mental yang


dialami lansia, sehingga jika perilaku lansia jadi sedikit aneh, atau keluar
dari karakter aslinya ,ingatlah efek konstipasi ini dalam pikiran anda .

g. Kandung kemih

Banyak lansia kesulitan untuk memgendalikan fungsi kandung kemih


mereka. Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat mencapai toilet tepat
pada waktunya, kasus ini dapat Anda selesaikan secara sederhana dengan
menyediakan sebuah commode atau botol urine(lihat halaman 102-104) di
samping tempat tidur, pada malam hari. Mungkin lansia dapat sedikit lupa
dan hanya tidak mengingat untuk ke toilet. Pengingatan dari Anda dan
bantuan untukmengunakan commode atau ke toilet pada waktu tertentu dapat
membantu. Lansia mungkin akan perlu berkemih setiap 2 sampai 4 jam.
Dengan membuat catatan tentang waktu kebutuhan individu untuk berkemih
dan mengingatkannya pada waktu yang tepat, Anda dapat menghindari
kecelakaan pada saat berkemih

Mungkin menarik untuk membatasi asupan cairan individu yang menderita


intokontinesia ,tetapi pada kenyataannya cenderung membuat situasi menjadi
lebih buruk. Apabila lansia tidak mengonsumsi banyak cairan, ia berisiko
mengalami dehidrasi atau cenderung terjadi infeksi salur kemih dan lebih
mungkin menderita konstipasi. Namun, memberikan sebelum cairan dalam
banyak di malam hari, individu tidur adalah tindakan yang bijaksana.

Kadangkala, lansia dapat sedikiturine, ketika batuk, tertawa bersin.


Kondisi ini disebut inkontinens stres(inkontinensia akibat tekanan);pada
wanita, inkontinensia stres ini sering terjadi sebagai akibat kehamilan dan

14
akan memburuk seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Coba dan
konsultasikan wanita tersebut ke dokter, untuk menanyakan tentang
masalahnya. Pada pria, pembesaran prostat sering memicu terjadinya
penetesan urine.

Penyakit dan lansia

Penyakit yang banyak mempengaruhi lansia adalah jenis penyakit yang


ringan dan dapat ditangani di rumah,akan tetapi lebih baik untuk menminta saran
dokter. Apabila penyakit cukup parah sehingga menye babkan individu harus
istirahat di tempat tidur, Anda harus segera menghubungi dokter. Berbaring di
tempat tidur dalam jangka waktu yang lama dapat membuat masalah seperti
kekakuan sendi, infeksi dada dan masalah saat mengeluarkan urine atau
pembukaan anus untuk defekasi. Terdapat juga bahaya terbentuknya luka tekan.
Bab mengenai Perawatan sehari-hari mendiskusikan tentang perawatan individu
yang berbaring di tempat tidur.

kadangkala ketika lansia jatuh sakit, lansia tersebut dapat menderita


kebingungan mental. Hal ini mungkin. hanya berlangsung sementara, tetapi hal
itu berarti bahwa dokter mungkin kesulitan untuk menemukan kejadian apa saja
yang menyebabkan penyakit saat ini Anda dapat membantu dokter dengan
memberi tahu mengenai riwayatmedis pasien yang lampau,atau semua tanda dan
gejala yang terjadi baru-baru ini, misalnya:

1. mengeluarkan darah di dalam feses atau urinenya


2. nyeri dada
3. kehilangan nafsu makan.
4. penurunan berat badan
5. sakit kepala tungkai
6. kelemahan pada lengan atau tungkai

Masalah pendengaran

Sering kali Pendengaran Lansia tidak setajam dahulu. Dengan berbicara


keras tanpa benar-benar berteriak anda dapat membuat suara sendiri lebih mudah
didengar. Bicara perlahan-lahan dan lebih jelas dan langsung ke arah lansia .Siap-

15
siap untuk mengulangi perkataan Anda, tanpa menyinggung lansia sampai benar-
benar mengerti dan dengarkan perkataan lansia, Apabila pendengaran lansia
berkurang secara signifikankan, ia mungkin membutuhkan sebuah alat bantu
pendengaran apabila individu tidak dapat menggunakan alat pendengaran, dengan
tabung yang fleksibel atau mikrofon amplifier kecil dan earphone mungkin
merupakan jawaban terhadap masalah. Bantu lansia cara membaca gerak bibir;
cara ini adalah sebuah keterampilan yang dapat dipelajari pada semua tingkat usia.
Telepon adalah peralatan yang sangat penting untuk tetap mempertahankan
hubungan dengan orang lain yang berada di luar, terutama untuk individu yang
tinggal seorang diri: individu yang sulit mendengar memasang alat penyadur
khusus, untuk memudahkan mereka mendengar orang lain di tempat yang lain
Peralatan yang sama pentingnya adalah lampu yang dapat menyala dan mati,
ketika bel pintu berbunyi: lansia mungkin tidak dapat mendengar bel pintu
berbunyi namun akan melihat lampu tersebut. Dokter Anda atau bagian audiologi
di rumah sakit lokal Anda, akan menyarankan bagaimanacara memperoleh
peralatan ini.

Kebutaan

Walaupun kebutaan mampu mengisolasi dan membuat stress,serta


menyebabkan banyak kesulitan beraktivitas.individu tidak perlu kehilangan
minatnya pada dunia atau menjadi bergantung pada orang lain dalam menjalani
seluruh aktivitas. Anda akan memerlukan peralatan dan saran profesional untuk
membuat tuna netra dapat beradaptasi dengan sehari- hari. Dokter Anda akan
mampu menunjukkan sumber- sumber bantuan yang dapat diperoleh.

Tuna netra yang tinggal seorang diri, terutama mengalami hidup dan
terputus dari dunia Tersedia berbagai peralatan bantuan terdapat buku bicara untuk
individu, agar dapat rumah dan alat bantu untuk membuat tinggal menjadi aman.
Apabila ada tuna netra yang bersama Anda, pastikan bahwa furniture danbenda
khusus di rumah digunakan individu yang ada rumah tidak diubah.juga jalanan,

16
koridor dan jalur yang tetap bersih, untuk menuju ke berbagai ruangan tetap
bersih .lakukan perawatan khusus pada tangga

Tinggal bersama dengan Lansia

benda khusus di rumah digunakan individu yang ada rumah tidak


diubah.juga jalanan, koridor dan jalur yang tetap bersih, untuk menuju ke
berbagai ruangan tetap bersih .lakukan perawatan khusus pada tangga

Kesepian adalah salah satu penderitaan lansia yang terbesar. Prioritas


terbesar bagi seorang lansia adalah menjadi seseorang yang diinginkan dan
dibutuhkan, serta menjadi bagian penting dalam keluarga. Beberapa lansia
memilih tinggal bersama dengan keluarga mereka tetapi hal ini tidak selalu dapat
dilakukan. Lagipula tidak ada yang meragukan bahwa jika beberapa generasi.

Tinggal bersama-sama dalam satu rumah ,dapat meningkatkan terjadinya


masalah.lansia yang tinggal bersama anaknya menemukan adanya perubahan
posisi dirinya dalam keluarga dari yang semula bekerja dan sederajat, menjadi
individu yang tidak mandiri dan perubahan peran ini terkadang terasa sulit :hal
itu misalnnya dapat membuat kerabat lansia bersikeras untuktetap mandiri.

Lansia merasa kesulitan untuk menerima bahwa waktu telah telah berubah
juga dapat menyebabkan masalah.Mungkin masalah tersebut berupa seorangibu
rumah tangga yang bekerja, meninggalkan rumah, dan merawat suaminya. Atau
mungkin anak-anak diperlakukan dengan berbeda dan tampaknya individu yang
lebih dewasa melakukan terlalu kemandirian yang terlalu cepat .Pada kasus
kehadiran kakek dan nenek untuk tinggal bersama dengan keluarga, kepala rumah
tangga menjadi terancam. Ketegangan mungkin muncul dalam sebuah
perkawinan, dengan pasangan yang merasa bahwa mereka tidak pernah dan tidak
dapat mengatakan apa yang sebenarnya mereka rasakan, memiliki pendapat yang
baik tanpa pernah didengar. Tinggal bersama dalam keadaan seperti ini

17
memerlukan banyak memberi dan hal ini perlu dilakukan oleh kedua belah pihak,
jika tindakan ini tampaknya akan berhasil. Apabila memungkinkan, lansia harus
memiliki tempat duduk dan tempat tidur sendiri, di mana ia masih memiliki
benda-benda pribadi dan ia dapat sendirian. Tindakan ini membantu menjaga
setiap individu untuk mempertahankan perasaan mandiri .

Namun, lansia sering memiliki hubungan yang sangat khusus dengan


generasi muda dan dapat menjembatani perbedaan generasi yang ada. Individu
muda mungkin merasa lebih dapat mendiskusikan masalah dan meminta saran
dari kakek/neneknya jika mereka tidak mendiskusikan hal tersebut ke orang tua
mereka.

Mempertahankan martabat di setiap waktu adalah penting .jangan pernah


memperlakukan lansia seperti anak kecil, bahkan jika lansia tampak sibuk
dengan dirinya sendiri dan bingung. Setiap individu senang memiliki perasaan
berguna dan lansia juga menyukai perasaan tersebut, cobalah meminta lansia
untuk membantu Anda dengan caranya sendiri. Ajak lansia untuk bergabung
dengan kapan pun Anda bisa, untuk memenuhi kebutuhannya dan menjadi bagian
keluarga, dari masyarakat.

Apabila tiba waktunya ketika Anda merasa tidak dapat lagi mengatasinya,
untuk alasan apa pun Anda. tidak boleh merasa bersalah.Dalam situasi, ajak luar
keluarga Anda para profesional atau individu di untuk merawat lansia yang tinggal
bersama Anda, hal ini tidak hanya untuk kebaikan Anda, tetapi juga untuk
kebaikan kerabat lansia tersebut.

2.2. SASARAN

Adapun sasaran dari home care bagi lansia ini (Nugroho, 2008), antara lain
a. Lanjut usia 60 tahun ke atas
b. Lanjut usia yang tinggal sendiri dan lanjut usia yang tinggal bersama
keluarga baik keluarganya sendiri maupun keluarga pengganti.
c. Lanjut usia yang mengalami hambatan, seperti lanjut usia yang sakit,
lanjut usia penyandang cacat, lanjut usia uzur dan lain-lain.
d. Lanjut usia yang terlantar atau miskin.

18
2.3. KOMPONEN PERAWATAN KESEHATAN LANSIA DI RUMAH
Adapun komponen perawatan kesehatan lansia di rumah (Zang & Bailey,
2004) antara lain :
a. Komponen pokok
1. Klien
Klien adalah usila yang akan menerima perawatan di rumah dan salah satu
anggota keluarga bertindak sebagai penanggung jawab yang mewakili klien.
Apabila diperlukan dapat menunjuk seorang sebagai pengasuh (caregiver)
yang akan melayani kebutuhan sehari-hari klien.
2. Pengasuh
Pengasuh adalah sanak famili, relawan, tetangga atau kerabat anggota
keluarga yang bertugas menjaga dan merawat klien sehari-hari di rumah.
Umunya mereka adalah yang dapat mendukung dan membantu klien, sehingga
mereka dapat diberdayakan sesuai kemampuan dan kondisinya.
3. Pengelola di rumah
Pengelola perawatan di rumah adalah institusi/yayasan yang bertanggung
jawab terhadap seluruh pengelolaan perawatan kesehatan di rumah, baik
penyediaan tenaga kesehatan, fasilitas yang dibutuhkan, sarana dan prasarana,
mekanisme pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pengelola dapat sebagai bagian dari rumah sakit, puskesmas, klinik, ataupun
secara mandiri.
4. Koordinator kasus
Koordinator kasus adalah tenaga kesehatan profesional yang di bantu oleh
tenaga kesehatan lain terkait dengan fungsinya sebagai pengelola pelayanan
kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan.
5. Pramusila
Pramusila merupakan tenaga sukarela ataupun yang diberi imbalan untuk
melaksanakan kegiatan dan tugas-tugas perawatan kesehatan di rumah.
Pramusila adalah salah satu komponen penting bagi pencapaian keberhasilan
perawatan kesehatan di rumah. Ada tiga jenis pramusila yaitu

19
b. Komponen penunjang
Komponen penunjang terdiri dari tim perawatan kesehatan masyarakat yang
berada di puskesmas, dokter keluarga yang berada di masyarakat, dan tim
kesehatan dari rawat rumah yang berada di rumah sakit, terutama yang memiliki
klinik geriatrik.
1. Tim perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas)
Tim perawatan kesehatan masyarkat adalah tim dari unit pelayanan
keperawatan kesehatan rumah yang berada di puskesmas yang terdiri dari
berbagai tim/tenaga kesehatan yang berada di puskesmas.
2. Dokter keluarga
Dokter keluarga merupakan dokter yang melaksanakan praktek kedokteran
keluarga secara mandiri ataupun berkelompok.
3. Tim rawat rumah (RR)
Tim ini adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, ahli
gizi, therapis, dll yang bertugas untuk melaksanakan tindak lanjut pelayanan
kepada klien di rumah setelah dinyatakan dapat menjalani proses rawat jalan oleh
dokter yang merawat. Pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat holistic dengan
memperhatikan aspek psikososial, ekonomi dan budaya yang penyelenggaraannya
bekerja sama dengan puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan
tingkat dasar yang dekat dengan masyarakat.

Pemberi Perawatan Kesehatan-di-Rumah (home health care


provider(HHCP))

Terdapat beberapa pilihan pemberi perawatan jika klien dirujuk untuk


mendapat perawatan dirumah. Tujuan setiap program ini adalah mempertahankan
individu dirumah masing-masing. Tidak ada metode perawatan terbaik. Metode
harus didasarkan pada sumber di komunitas, kemampuan mengembangkan
sumber melalui hubungan dan jaringan kerja serta kebutuhan klien.

Ada 3 cara utama pemberian pelayanan perawatan kesehatan dirumah :

20
Lembaga kesehatan-di-rumah bersertifikat( sertified home health
agensi( CHHA)), program perawatan kesehatan-di-rumah jangka panjang ( the
long-term home health care program( LTHHCE)), dan lembaga berlisensi.

Lembaga Kesehatan diRumah Bersertifikat (CHHA)

Dasar pemikiran CHHA adalah untuk memberikan kesempatan bagi individu


yang mengalami penyakit akut untuk menerima perawatan terampil yang
dibutuhkan dirumah mereka sendiri. CHHA memenuhi kebutuhan individu
dengan memberi berbagai jenis pelayanan, termasuk pelayanan keperawatan
terampil, terapi wicara, terapi fisik dan terapi okupasi, pelayanan social medis,
asisten perawatan kesehatan dirumah (HHA), konseling nutrisi, transportasi,
peralatan, dan terapi pernafasan.

Selain itu, CHHA memiliki program khusus, seperti pelayanan kesehatan


mental, pelayanan pediatric, program untuk anak dan ibu, dan program AIDS,
terdapat juga pelayanan berteknologi tinggi seperti terapi intravena, kemoterapi
di-rumah, dan penatalaksanaan nyeri. CHHA juga dikenal sebagai program jangka
pendek karena pelayanan yang diberikan biasanya singkat.

Untuk dapat diterima pada program CHHA, setiap individu dievaluasi tanpa
memperhatikan sumber pembayaran. Kriteria penerimaan meliputi:

a. Pada kebanyakan kasus, klien diharuskan ada dirumah.


b. Pelayanan yang dibutuhkan bersifat terampil. Pelayanan bersifat
kompleks dan membutuhkan keterampilan seorang perawat atau seorang
ahli terapi.
c. Pelayanan diberikan dibawah penanganan dokter yang merinci hal-
hal yang harus disediakan serta frekuensi pelayanan yang akan diberikan.
d. Klien memerlukan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan dan
diberikan berdasarkan jangka waktu tertentu. Klien juga dikunjungi setiap
hari jika diindikasikan.

21
e. Dikter meninjau ulang dan menyetujui rencana perawatan setiap 60
hari dan jika terjadi perubahan. Klien harus ditinjak lanjuti minimal sekali
setiap 60 hari.
f. Klien yang tinggal sendiri dirumah dapat melakukan perawatan diri
secara mandiri dan mencari bantuan ke unit kedaruratan.
g. Lingkungan rumah klien aman dan mendukung. Harus bersedia
makanan, pakaian, dan tempat berteduh yang adekuat.
h. Dibutuhkan adanya kesediaan dan kemampuan seseorang untuk
berpartisipasi dalam rencana perawatan
i. Keamanan staf lembaga dapat terpelihara saat memberi pelayanan.
j. Terdapat asumsi yang realistic bahwa selama pencapaian sasaran,
kondisi klien akan mengalami perbaikan.

Program Perawatan Kesehatan-di-Rumah Jangka Panjang

Program keperawatan kesehatan di-rumahjangka-panjang atau“ Rumah


Perawatan Tanpa dinding,” dibentuk untuk memenuhi kebutuhan individu yang
menderita penyakit kronis dirumah. Program perawatan kesehatan-di-rumah
jangka-panjang adalah suatu program yang memberikan pelayanan social dan
kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan perawatan kesehatan-di-rumah
dalam waktu yang lama. Biaya pelayanan kesehatan klien tidak boleh lebih dari
75% dari biaya rata-rata perawatan institusional jangka panjang diwilayah
setempat hal ini untuk memastikan supaya biaya program efektif. Program
perawatan kesehatan-di-rumah jangka-panjang memberikan pelayanan
keperawatan terampil minimal 2 minggu sekali, meliputi terapi fisik, okupasi, dan
wicara, pelayanan social medis, dukungan nutrisi serta pelayanan perawatan
personal.

Jika memenuhi syarat, klien dapat menerima pelayanan modern atau pelayanan
lepas, termasuk perawatan sisoal harian, system kedaruratan personal,
transpotrasi, perbaikan pemukiman dan, perawatan respite.

Klien dapat menerima program keperawatan kesehatan-di-rumah jangka-


panjang jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

22
a. Klien dapat dilayani dirumah sendiri.
b. Lingkungan rumah aman dan mendukung.
c. Klien memiliki orang dekat yang bersedia bekerja sama dan
berpartisipasi dalam rencana perawatan.
d. Klien yang tinggal sendiri dirumah dapat melakukan perawatan
secara mandiri dan mencari bantuan ke unit ke daruratan.
e. Klien yang menderita penyakit kronis dan membutuhkan
pengawasan medis secara kontinu dirumah.
f. Adanya seorang dokter yang meninjau ulang dan menyetujui
rencana perawatan klien dan akan mengkaji klien setiap 60 hari sekali.
g. Kondisi kesehatan klien merupakan kondisi yang memerlukan
perawatan kesehatan secara intermiten.
h. Lembaga mengkaji ulang setiap 120 hari untuk menentukan apakah
klien masih memenuhi kriteria penerimaan program perawatan kesehatan-
di-rumah jangka-panjang.

Klien yang mengikuti CHHA dapat memenuhi kriteria untuk diikut sertakan
dalam program perawatan kesehatan-di-rumah jangka-panjang. Setelah
diidentifikasikan sebagai calon yang berpotensi mengikuti program jangka-
panjang, klien menyerahkan sebuah paket rujukan lengkap dan semua informasi
yang berhubungan dengan status social, sstatus medis, dan kebutuhan untuk
mendapatkan pelayanan. Selain itu, orang terdekat klien dihubungi untuk
menetapkan kesediaannya berpartisipasi dalam rencana perawatan. Klien
diperiksa oleh perawatan dari program perawtan kesehatan-di-rumah jangka-
panjang dan seorang wakil pelayanan social wilayah setempat. Jika klien layak
untuk mengikuti program, dokter dihubungi, kemudian klien dikeluarkan dari
CHHA dan didaftarkan ke program perawatan kesehatan dirumah jangka-panjang.

Tanpa memperhatikan jenis program perawatan, pelayanan yang diberikan


bergantung pada signifikan simasalah kesehatan klien dan ketepatan kebutuhan
pelayanan. Setiap klien harus dievaluasi menurut pedoman yang digunakan untuk
menetukan apakah klien masih membutuhkan perawatan terampil. Kontak rutin
dan kordinasi antara klien, dokter, dan anggota tim perawatan-di-rumah
diperlukan, unruk mengevaluasi keefektifan rencana perawatan. Kordinasi ini juga

23
memungkinkan modifikasi rencana, tujuan, dan bantuan untuk menentukan
apakah sasarantelah dicapai atau apakah kondisi klien mencapai suatu kestabilan.

Lembaga Berlisensi

Lembaga perawatan-di-berlisensi menawarkan berbagai pelayanan yang


mencerminkan pelayanan yang diberika noleh CHHA. Kriteria pendaftaran,
pembagian pelayanan teramil, dan proses rujukan pada hakikatnya sama. Namun,
ada juga perbedaan yang nyata. Lembaga berlisensi bukan merupakan lembaga
medicare bersertifikat.

Jika klien yang memiliki medicare atau asuransi menginginkan pelayanan


dari CHHA dan memilih lembaga ini maka klien perlu memahami bahwa lembaga
ini tidak akan mengganti biaya pelayanan yang diberikan. Selain itu, klien tidak
terikat pada persyaratan“ home bound.”

Lemabaga berlisensi dapat memiliki komponen pelayanan professional yang


menyediakan pelayanan terampil yang diberikan CHHA. Lembagaini juga dapat
meniru banyak program khusus CHHA. Bagian perawatan terbesar yang diberikan
berasal dari pelayanan perawatan personal. Lembaga berlisensi menyediakan
pelayanan professional, termasuk pengaturan rumah, iburumah tangga, pegawai
perawatan personal (personal care workers (PCW)), dan perawatan seperti yang
diberikan HHA. Lembaga ini juga dapat diberi wewenang sebagai tempat
pelatihan, yang memberikan sertifikat PCW dan HHA kepada pesertanya.

Pelayanan yang diberikan lembaga berlisensi dapat diberikan secaralangsung


kepada klien melalui asuransi pribadi, melalui pengeturan pembayaran secara
pribadi, melalui CHHA, atau program perawatan kesehatan-di-rumah jangka-
panjang. Sebagai contoh, banyak CHHA tidak memiliki staf HHA dan tidak
melakukan kontrak dengan lembaga berlisensi dalam memberikan pelayanan.
Dalam pengaturan ini, lembaga penyedia dan lembaga berlisensi bekerja sama
untuk memastikan pemenuhan kebutuhan perawatan personal klien.
Observasiketat HHA dirumah merupakan bagian program yang tidak terpisahkan.

24
2.4. KEBIJAKAN/PERATURAN PEMERINTAH YANG TERKAIT
Untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan prasarana lansia dan mutu
pelayanan yang diberikan, maka berbagai pendekatan perlu dilaksanakan, salah
satunya adanya hukum dan perundang-undangan, antara lain :
a. UU No. 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi orang jompo
b. UU No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai tenaga
kerja
c. UU No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial
d. UU No. 3 tahun 1982 tentang jaminan sosial tenaga kerja
e. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
f. Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05
Tahun 1990 tentang pembentukan kelompok kerja tetap kesejahteraan usia
lanjut
g. Surat keputusan menteri kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang
pembentukan tim kerja geriatri
h. UU Kes.No. 23 tahun1992 tentang kesehatan
i. UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
j. UU No. 4 tahun1992 tentang perumahan dan pemukiman
k. UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera
l. PP No. 21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan pembangunan
keluarga sejahtera
m. PP No. 27 tahun 1994 tentang pengelolaan perkembangan
kependudukan
n. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
o. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (tambahan
lembaran negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No. 4 tahun 1965
tentang pemberian bantuan bagi orang jompo.
UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
1. Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah,
masyarakat, dan kelembagaan
2. Upaya pemberdayaan
3. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial
dan tidak potensial
4. Pelayanan terhadap lansia
5. Perlindungan sosial

25
6. Bantuan sosial
7. Koordinasi
8. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
9. Ketentuan peralihan

2.5. KONTRAK DALAM PERAWATAN KESEHATAN RUMAH


Kontrak atau perjanjian antara yayasan/pemberi jasa layanan/agency dengan
klien dan keluarga merupakan aspek penting dalam pelaksanaan perawatan
kesehatan di rumah. Adapun hal-hal yang berhubungan dengan kontak (Zang &
Bailey, 2004) yaitu :
1. Persetujuan atau kesepakatan antara yayasan/agency dengan klien dan
keluarga tentang pelaksanaan dan perencanaan perawatan di rumah dan
catatan medis. Kontrak tersebut memperbolehkan klien dan keluarga untuk
menyusun tujuan sendiri ataupun membantu memecahkan masalah
perawatan klien sesuai rencana perawatan /pengobatan dokter dalam
kesepakatan yang tercantum (yang dibuat).
2. Kontrak berhubungan langsung dengan proses keperawatan dan dapat
diselesaikan sesuai dengan tahapan proses keperawatan, yaitu, pengkajian,
perumusan masalah/diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi keperawatan. Dimana dalam setiap tindakan berkaitan dengan
asuhan keperawatan tersebut akan dilakukan atas persetujuan
klien/keluarga.
3. Jika selama kunjungan atau perawatan di rumah ada kesesuaian
kesepakatan antara yayasan/pemberi layanan/agency dan klien/keluarga,
maka kontrak tersebut dapat dilanjutkan pada kunjungan berikutnya,
akan tetapi bila tidak memungkinkan/tidak ada kesesuaian maka kontrak
dapat ditinjau kembali.
4. Pembuatan kontrak dapat dilakukan secara nonformal (lisan) ataupun
tulisan (formal), tergantung dari persetujuan dan kesepakatan bersama
kedua belah pihak antara yayasan/pemberi jasa layanan/agency dengan
klien/keluarga.

26
Kolaborasi interdisiplin ilmu atau profesi yang efektif dalam perawatan
kesehatan rumah akan memberikan kesinambungan pelayanan kesehatan yang
dapat memberikan kesadaran/kemandirian klien dan keluarga, sehingga program
perawatan kesehatan dapat dilaksanakan secara komprehensif. Secara umum
proses kolaborasi untuk perawatan kesehatan rumah diawali dengan adanya
rencana pulang discharge plan dengan dokter untuk diminta persetujuannya.
Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi kepada yayasan/agency terkait yang
akan melakukan perawatan di rumah, khususnya pelayanan perawatan yang
diminta dokter. Dalam hal ini dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu (profesi
kesehatan lain seperti dokter, terapi fisik, perawat, bidan, ahli gizi, dll). Dokter
akan menjelaskan rencana program pengobatan, perawatan, prognosis terapi, dan
biaya yang dibutuhkan klien dan keluarganya (Zang & Bailey, 2004).
Mekanisme dan legislasi tanggung gugat dan pelaksanaan pemenuhan
kebutuhan klien/keluarga disesuaikan dengan kewenangan profesi masing-masing
dan ketentuan pemerintah yang berlaku. Untuk legalitas pelaksanaan perawatan
kesehatan rumah, maka persyaratan medicare harus dipenuhi antara lain adanya
kontrak/perjanjian bersama, pendokumentasian pelayanan dan kolaborasi
interdisiplin tim, catatan perkembangan kesehatan klien, dan catatan koordinasi
dan kolaborasi dalam penyelenggaraan perawatan. Dalam hal ini, keberhasilan tim
kesehatan yang interdisiplin sangat tergantung dari banyak faktor diantaranya
pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta kemampuan seorang praktisi yang
benar-benar berkompeten dan ahli bidangnya (Zang & Bailey, 2004).

2.6. STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN KESEHATAN RUMAH


Adapun standar dari praktek keperawatan kesehatan rumah, antara lain :
1. Standar I (Organisasi Pelayanan Kesehatan Rumah)
Semua pelayanan kesehatan di rumah direncanakan, disusun, dan
dipimpin oleh seorang kepala/manajer perawat profesional yang telah
dipersiapkan dengan kompetensi dalam pemberian pelayanan/asuhan
keperawatan dalam kesehatan masyarakat dan termasuk proses administrasi
dan pendokumentasian.

27
2. Standar II (Teori)
Perawat menetapkan konsep teoritis sebagai dasar keputusan dalam
melaksanakan praktek/asuhan keperawatan.
3. Standar III (Pengumpulan Data)
Perawat secara terus menerus mengumpulkan, dan mendokumentasikan
data yang luas, akurat, dan sistematis.
4. Standar IV (Diagnosa)
Perawat menggunakan data dari hasil observasi dan penilaian kesehatan
klien untuk menentukan diagnosa keperawatan.
5. Standar V (Perencanaan)
Perawat mengembangkan rencana-rencana tindakan guna menentukan
tujuan pemberian asuhan keperawatan. Rencana didasarkan pada perumusan
diagnosa keperawatan dan menggabungkan nilai-nilai dalam upaya
pencegahan penyakit, tindakan pengobatan/kuratif dan tindakan rehabilitatif
perawatan.
6. Standar VI (Intervensi)
Perawat dipedomani oleh intervensi keperawatan untuk memberikan rasa
kepuasan, memulihkan status kesehatan, memperbaiki dan memajukan
kesehatan, serta mencegah komplikasi dan penyakit lanjutan yang
memerlukan tindakan rehabilitatif.
7. Standar VII (Evaluasi)
Perawat secara terus menerus mengevaluasi respon klien dan keluarga
dalam penanganan guna menetapkan kemajuan terhadap hasil yang telah
dicapai dan meninjau kembali data dasar diagnosa perawatan dan
perencanaan yang telah disusun.

2.7. PROGRAM/KEGIATAN
Home care merupakan pelayanan kesehatan di rumah. Pelayanan kesehatan
diberikan secara komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)
dengan menggunakan teknologi yang sederhana maupun teknologi tinggi tetapi
tepat guna. Bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di rumah klien yang

28
merupakan pelayanan professional, menggunakan metode sistematik dalam
manajemen kasus. Lingkup pelayanan meliputi :
a. Pelayanan asuhan keperawatan
b. Konsultasi medik
c. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik
d. Pelayanan informasi & rujukan
e. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan dalam rangka
memandirikan klien dan keluarga
f. Hygiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
g. Pelayanan perbantuan untuk kegiatan sosial

Adapun program/kegiatan home care (perawatan kesehatan rumah) pada


lansia yang dapat dilaksanakan, antara lain:
1. Manajemen kasus home care
a. Melakukan seleksi kasus
Melakukan spesifikasi pasien lansia dengan perawatan khusus (usia lanjut
pasca rawat inap dan risiko tinggi) seperti cidera, diabetes mellitus, gagal
jantung, asma berat, stroke, amputasi, luka kronis, nutrisi melalui infus,
dll. Disamping itu, pelayanan perawatan rumah dilakukan juga bagi lansia
mandiri meliputi upaya promotif dan preventif.
b. Melakukan pengkajian kebutuhan pasien
Perawat melakukan pengkajian pada kebutuhan pasien sepert kondisi fisik,
kondisi psikologis, status sosial ekonomi, pola perilaku pasien, sumber-
sumber yang tersedia di keluarga pasien.
c. Membuat perencanaan pelayanan
1) Membuat rencana kunjungan
2) Membuat rencana tindakan
3) Menyeleksi sumber-sumber yang tersedia di keluarga/masyarakat
d. Melakukan koordinasi pelayanan
1) Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
2) Membuat perjanjian kepada pasien dan keluarga/pendamping pasien
tentang pelayanan
3) Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal

29
4) Melakukan rujukan pasien
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan
1) Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim
2) Menilai hasil akhir pelayanan (sembuh, rujuk, meninggal, menolak)
3) Mengevaluasi proses manajemen kasus
4) Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur
Untuk dapat menilai hasil pemantauan dan penilaian tersebut diatas,
diperlukan indikator sebagai berikut :
No Indikator Target nasional
(dalam kurun waktu 1 tahun)
1 Prosentase pra usia lanjut yang dilayani (proporsi …………………%
pra usia lanjut yang mendapat pelayanan dari yang
membutuhkan pelayanan)
2 Prosentase usia lanjut yang dilayani (proporsi usia …………………%
lanjut yang mendapat pelayanan dari yang
membutuhkan pelayanan)
3 Prosentase Pramusila yang telah mendapat ……………..%
pelatihan
4 Prosentase Pramusila yang aktif melakukan …………….%
pelayanan
5 Prosentase pengasuh yang terlibat dalam …………….%
perawatan kesehatan di rumah
6 Jadwal kegiatan tim Ada/tidak
7 Notulen rapat tim minimal sekali dalam seminggu Ada/tidak
8 Prosentase peningkatan kemandirian klien yang …………..%
dirawat dinilai berdasarkan indeks ADL (Kazt,
1960)
9 Frekuensi kunjungan Pramusila sesuai kontrak Ada/tidak
kerja

2. Asuhan keperawatan
a) Pengkajian
1) Riwayat kesehatan
2) Lingkungan sosial dan budaya

30
3) Spiritual
4) Pemeriksaan fisik
5) Kemampuan pasien/lansia dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari
6) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga lansia
b) Diagnosa keperawatan
1) Aktual
2) Resiko
3) Potensial
c) Perencanaan keperawatan
1) Penentuan prioritas masalah
2) Menentukan tujuan
3) Menyusun rencana secara komprehensif
d) Implementasi keperawatan
1) Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara
memanggil nama klien
2) Menyediakan penerangan cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah,
hindarkan dari cahaya silau
3) Meningkatkan rangsangan panca indra melalui buku-buku yang dicetak
besar dan berikan warna yang dapat dilihat
4) Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto-
foto
5) Memberikan perawatan sirkulasi: hindarkan pakaian yang sempit,
mengikat/menekan, mengubah posisi, dukung lansia untuk melakukan
aktivitas, serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu mandi
6) Memberikan perawatan pernafasan dengan membersihkan hidung,
melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan
latihan napas dalam (latihan batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen,
perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan
penglihatan, kejang otot, dan hipotensi
7) Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil
tapi sering, beri makanan menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan

31
makanan yang lansia sukai, makanan yang cukup cairan, banyak makan
buah dan sayur, berikan makanan yang tidak membentuk gas, serta sikap
fowler waktu makan
8) Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia
dengan menjelaskan dan memotivasi lansia untuk BAK tiap 2 jam serta
observasi jumlah urine pada saat akan tidur. Untuk seksualitas, sediakan
waktu untuk lansia konsultasi
9) Memberikan perawatan kulit. Mandi: gunakan sabun yang mengandung
lemak, hindari menggosok kulit dengan keras, potong kuku tangan dan
kaki, hindari menggaruk dengan keras, serta berikan pelembab (lotion)
untuk kulit
10) Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan,
ubah posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan, lakukan
latihan aktif/pasif, senam lanjut usia, serta anjuekan keluarga atau
pendamping lansia untuk membuat klien mandiri
11) Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk
sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi
pembicaraan, sentuhan pada tangan untuk memelihara rasa percaya,
berikan penghargaan, serta bersikap empati
12) Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman)
tetap di pasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar dan lantai tidak
berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu untuk berdiri, serta
berikan penyangga pada waktu berdiri bila di perlukan.
e) Evaluasi
1) Mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanan
2) Dilaksanakan selama proses dan akhir pemberian asuhan keperawatan.
3) Pencatatan dan pelaporan home care
a. Pencatatan manajemen kasus
1. Persetujuan pasien/keluarga/pendamping pasien
2. Jadwal kunjungan
3. Lembar pengobatan
4. Tindakan tim

32
5. Rujukan kasus
6. Penghentian perawatan
b. Pencatatan pelaksanaan asuhan keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
2. Perencanaan asuhan keperawatan
3. Evaluasi asuhan keperawatan
c. Alur pelaporan
1. Home Care
2. Dinas kesehatan kabupaten
3. Dinas kesehatan provinsi
4. Departemen kesehatan
d. Materi pelaporan
1. Jumlah pasien home care
2. Jenis penyakit yang di derita
3. Frekuensi kunjungan rumah tiap kasus
4. Jumlah pasien yang mendapat pengobatan
5. Jumlah pasien yang dirujuk
6. Jumlah pasien yang meninggal
7. Penyebab kematian
8. Tingkat keberhasilan/kemandirian pasien
9. Jenis tenaga yang memberi pelayanan kesehatan rumah

2.8. PERAN PETUGAS KESEHATAN


Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga
(Hitchcock & Thomas, 2003), yaitu :
a. Tenaga informal
Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan
layanan kepada klien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di Amerika
dirawat oleh jenis tenaga ini.
b. Tenaga formal
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua
aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu perawat di masyarakat dituntut
untuk mampu berfikir kritis dan menguasai ketrampilan klinik dan harus
seorang RN. Dengan demikian diharapkan perawat dapat memberikan
layanan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.

33
Pemberi perawatan kesehatan rumah dan peran tenaga kesehatan (Depkes,
2003), antara lain :
1. Perawat
Pelayanan kesehatan rumah dilakukan terhadap klien sesuai kebutuhannya
oleh perawat profesional yang sudah dan masih terdaftar memiliki izin
praktek dengan kemampuan ketrampilan asuhan keperawatan di rumah.
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi
dan praktik perawat bahwa praktik keperawatan merupakan tindakan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat secara mandiri dan profesional
melalui kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan
lainnya sesuai ruang lingkup wewenang dan tanggung jawab. Lingkup
kewenangan perawat dalam praktik keperawatan profesional terhadap klien
individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam rentang sehat-
sakit sepanjang daur kehidupan.
Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan yang dapat
diterapkan pada asuhan keperawatan gerontik pada klien usia 60 tahun keatas
yang mengalami proses penuaan dan masalah baik di tatanan pelayanan
kesehatan maupun di wilayah binaan di masyarakat. Dalam perawatan
kesehatan di rumah, perawat akan melakukan home care dan melakukan
catatan perubahan dan evaluasi terhadap perkembangan kesehatan klien.
Peran perawat dalam perawatan kesehatan rumah berupa koordinasi dan
pemberi asuhan keperawatan, antara lain :
a. Koordinator
b. Pemberi pelayanan kesehatan dimana perawat memberikan perawatan
langsung kepada klien dan keluarganya
c. Pendidik, perawat mengadakan penyuluhan kesehatan dan mengajarkan
cara perawatan secara mandiri
d. Pengelola, perawat mengelola pelayanan kesehatan/keperawatan klien
e. Konselor, memberikan konseling/bimbingan kepada klien dan keluarga

34
berkaitan dengan masalah kesehatan klien
f. Advocate (pembela klien), yang melindungi dalam pelayanan keperawatan
g. Sebagai peneliti, untuk mengembangkan pelayanan keperawatan.
Pada keadaan dan kebutuhan tertentu perawat dapat koordinasi/kolaborasi
dengan dokter untuk tindakan diluar kewenangan perawat, berupa pengobatan dan
tindak lanjut keperawatan klien ataupun melakukan rujukan kepada profesi lain.
2. Dokter
Program perawatan rumah umumnya berada dibawah pengawasan dokter
untuk memastikan masalah kesehatan klien. Dokter berperan dalam
memberikan informasi tentang diagnosa medis klien, test diagnostik, rencana
pengobatan dan perawatan rumah, penentuan keterbatasan kemampuan,
upaya perawatan, pencegahan, lama perawatan, terapi fisik, dll. Bila
diperlukan dilakukan kolaborasi dengan perawat, dimana perawat yang
melakukan kunjungan rumah harus mendapat izin dan keterangan dari dokter
yang bersangkutan sebagai penanggung jawab therapi program. Program
perawatan dirumah harus dilakukan follow up oleh dokter tersebut minimal
setelah 60 hari kerja, sehingga dapat disepakati apakah program
dilanjutkan/tidak.
3. Speech Therapist
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan bagi klien dengan
gangguan atau kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi, dengan tujuan
untuk membantu klien agar dapat mengoptimalkan fungsi-fungsi otot bicara
agar memiliki kemampuan dalam berkomunikasi melalui latihan berbicara.
4. Fisioterapist
Program yang dilakukan adalah tindakan berfokus pada pemeliharaan,
pencegahan, dan pemulihan kondisi klien di rumah. Aktivitas perawatan
kesehatan rumah yang dilakukan adalah melakukan latihan penguatan otot
ekstremitas, pemulihan mobilitas fisik, latihan berjalan, aktif-pasif, atau
tindakan terapi postural drainage klien COPD. Latihan lain berhubungan
dengan penggunaan alat kesehatan tertentu, seperti, pemijatan, stimulasi
listrik saraf, terapi panas, air, dan penggunaan sinar ultraviolet. Dalam hal ini

35
fisioterapist juga mempunyai kewajiban untuk mengajarkan klien atau
keluarganya tentang langkah-langkah dalam latihan program yang diberikan.
5. Pekerja Sosial Medis
Pekerja sosial medis yang sudah mendapatkan training/pelatihan dapat
diperbantukan dalam perawatan klien dan keluarganya untuk jangkan waktu
yang panjang, khususnya pada klien dengan penyakit kronis (long term care).
Pekerja sosial sangat berguna pada masa transisi dari peran perawatan medis
atau perawat kepada klien/keluarga.

2.9. ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM


Program pembinaan kesehatan lansia ini bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai eksistensinya dalam
masyarakat (Depkes RI, 2003). Dalam hal ini pemerintah mengupayakan beberapa
cara untuk meningkatkan kesejahteraan lansia dimana salah satunya adalah
dengan pembentukan home care (perawatan kesehatan rumah).
Program/kegiatan perawatan kesehatan lansia di rumah sudah dilandasi oleh
dasar hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Walaupun telah cukup
banyak produk hukum yang telah diterbitkan, namun belum ada peraturan
pelaksanaannya. Begitu pula belum disusunnya peraturan daerah, petunjuk
pelaksanaan, dan petunjuk teknisnya sehingga penerapan di lapangan sering
menimbulkan permasalahan. Kelangkaan sumber daya manusia, sarana, prasarana,
serta koordinasi dan keterpaduan sering menimbulkan masalah atau hambatan
dalam mencapai kegiatan yang optimal. Menurut pendapat Maryam, dkk, 2008,
dimana menyatakan ada beberapa undang-undang yang perlu disusun demi
mengoptimalkan dalam memberikan pelayanan bagi lanjut usia, diantaranya
adalah UU tentang pelayanan lansia berkelanjutan (Continuum of Care), UU
tentang tunjangan perawatan lansia (Medicare), UU tentang penghuni panti
(Charter of Resident’s Right), UU tentang pelayanan lansia di masyarakat
(Community Option Program).

36
Dilihat dari pelaksanaan program/kegiatan perawatan kesehatan rumah yang
telah ada, sudah terancang sistematik dalam suatu manajemen kasus, dimana pada
rancangan program pelaksanaan home care dimulai dari perencanaan manajemen
kasus home care, rancangan asuhan keperawatan yang akan diberikan, serta
pencatatan dan pelaporan home care dalam bentuk tabel indikator penilaian.
Hanya saja sekarang untuk pelaksanaan kedepannya diperlukan suatu keterpaduan
baik dari aspek petugas, tempat, waktu, biaya, pesan, serta dalam manajemen
kegiatan agar kegiatan pelayanan homecare dapat berdaya guna. Selain itu untuk
menunjang pelayanan perawatan kesehatan rumah yang optimal perlu diadakan
pelatihan dan pendidikan bagi setiap petugas kesehatan, instansi, serta anggota
masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan pelayanan pada lansia, baik melalui
pelatihan dan pendidikan dalam maupun luar negeri.

37
BAB III
PENUTUP DAN SARAN
3.1. PENUTUP
Pelayanan kesehatan usia lanjut di rumah sudah menjadi kebutuhan. Dalam
perawatan pasien manula di rumah, prinsip P3G/CGA dengan berbagai
komponennya harus selalu dilakukan. Pengkajian status fungsional dan mobilitas
harus menjadi komponen penting, serta keamanan rumah dan lingkungan harus
diperhatikan. Mengingat bahwa perawatan usia lanjut di rumah akan menjadi
suatu yang besar di masa mendatang, perlu ada upaya serius dari semua
komponen ( komunitas, tenaga kesehatan, pemerintah ) untuk membentuk sistem
pelayanan kesehatan bagi usia lanjut di rumah yang komperhensif dan
terinteregasi referensi.

3.2. SARAN
Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka
diperlukan saran-saran
1. Lebih memahami tentang perawatan pada lansia dalam meningkatkan
pelayanan asuhan keperawatan pada lansia di rumah
2. Mamapu dan mau mempelajari perawatan pada lansia untuk menambah
pengetahuan dibidang ilmu keperawatan khususnya dan dibidang
pelayanan pada umumnya

38
Demikian saran dari kami, semoga bermanfaat untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Boedhi-Darmojo, R & Martono, H. (1999). Text Book of Geriatric: Health


Science in Elderly. Jakarta: FK UI.

Departemen Kesehatan dirjen pelayanan medik, Pedoman perawatan kesehatan


di rumah. 2002.

Depkes. (2003). Pedoman Perawatan Usia Lanjut di Rumah. Jakarta: Depkes RI.

Ebersole, P & Hess, P. (1998). Toward Healthy Aging: Human Needs and Nursing
Respons (5th ed). St. Louis: Mosby Year Book.

Hitchcock, J.E & Thomas, S.A. (2003). Community Health Nursing: Caring in
Action (2nd Ed). Australia: Delmar Learning.

Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika

Nugroho Wahjudi H. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

39
Smith, C.M & Maurer, F.A. (2000). Community Health Nursing: Theory and
Practice. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Stanhope, M & Lancaster, J. (1996). Community Health Nursing: Promoting


Health of Aggregates, Families, and Individuals (4 th Ed). St. Louis: Mosby
Year Book.

Walsh, J, Persons, C.B & Wieck, L. (1987). Manual of Home Health Care
Nursing. Philadelphia: J.B.Lippincott Company.

40

Anda mungkin juga menyukai