Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN TUTOR I

BLOK KEPERAWATAN KELUARGA

KELOMPOK 2 :

Fera Wahyuni G1B117002

Pazela Kumala Putri G1B117003

Rika Amaliya G1B117004

Elisa Putri G1B117009

Heri Yawanto G1B117010

Mariyati Kiptiah G1B117011

Safira Angelia Saragih G1B117012

Fitri Yanti Rahayu G1B117024

Anggelia Jopa Sari G1B117027

Rhetiya Mekiza G1B117034

Yeni Gusmida Pabunta G1B117037

Dosen Pembimbing :

Ns. Nurlinawati, S.Kep,. M.Kep.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Laporan Tutor Pertama
ini, disusun dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah “Blok Keperawatan
Keluarga”. Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami mohon maaf yang setulus-tulusnya jika dalam penyusunan
laporan ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca.

Akhir kata kami berharap agar laporan ini berguna bagi semua pihak, dan
juga laporan ini bisa menambah pengetahuan bagi semua pembaca, semoga
tercapai segala tujuan yang hendak dicapai.

Jambi, 14 April 2020

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. 2

Daftar Isi........................................................................................................... 3

Bab I. Pendahuluan........................................................................................ 5

1.1. Latar Belakang.................................................................................... 5


1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3. Tujuan ................................................................................................ 5
1.4. Manfaat .............................................................................................. 6

Bab II. Pembahasan........................................................................................ 7

2.1. Pengertian kelurga ............................................................................. 7


2.2. Struktur keluarga ............................................................................... 8
2.3. Bentuk keluarga ................................................................................. 9
2.4. Fungsi keluarga .................................................................................. 11
2.5. Peran keluarga ................................................................................... 13
2.6. Tahapan & tugas perkembangan keluarga ......................................... 13
2.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga...................... 25
2.8. Interaksi keluarga dalam rentang sehat sakit...................................... 26
2.9. Keluarga sebagai system dan unit pelayanan yang dirawat............... 28
2.10. Kriteria kesejahteraan keluuarga di Indonesia.................................... 29
2.11. Asuhan keperawatan teoritis .............................................................. 30

Bab III. Studi Kasus....................................................................................... 40

3.1. Skenario Kasus................................................................................... 40


3.2. Step I (Klarifikasi Istilah Sulit).......................................................... 40
3.3. Step II (Identifikasi Masalah)............................................................. 41

3
3.4. Step III (Analisa Masalah).................................................................. 41
3.5. Step IV (Mind Mapping).................................................................... 50
3.6. Step V (Learning Objective)............................................................... 50
3.7. Asuhan keperawatan kasus ................................................................ 52

Bab IV. Penutup......................................................................................... 72


4.1. Kesimpulan........................................................................................... 72
4.2. Saran..................................................................................................... 72

Daftar Pustaka................................................................................................ 73

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat. Suatu keluarga
terdapat ayah, ibu, anak dan kesemuanya itu mempunyai tugas dan fungsi
masing-masing, apabila tidak di jalankan tugas serta fungsinya dengan baik
maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga yang terkadang
memicu konflik. Kondisi keluarga sekarang ini, banyak anak yang tidak
mendapatkan kasih sayang dan bimbingan dari orang tuanya.
Anak yang kurang mendapatkan perhatian serta kasih sayang dari orang
tuanya akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kepribadiannya. Orang
tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik
terhadap anak-anaknya.
Keluarga memegang peranan penting dalam promosi kesehatan dan
pencegahan terhadap penyakit pada anggota keluarganya. Nilai yang dianut
keluarga dan latar belakang etnik atau kultur yang berasal dari nenek moyang
akan mempengaruhi interpretasi keluarga terhadapa suatu penyakit. Masalah
kesehatan dan adanya krisis perkembangan dalam suatu keluarga dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain karena keluarga merupakan satu
kesatuan (unit).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat ditentukan rumusan
masalah nya yaitu bagaimana konsep teori mengenai konsep keluarga

5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep keluarga dan
kesehatan keluarga
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa pengertian keluarga
2. Untuk mengetahui bagaimana struktur keluarga
3. Untuk mengetahui bentuk bentuk keluarga
4. Untuk mengetahui fungsi keluarga
5. Untuk mengetahui peran keluarga
6. Untuk mengetahui tahap dan tugas perkembangan keluarga
7. Untuk mengetahui factor factor yang mempengaruhi kesehatan
keluarga
8. Untuk mengetahui interaksi keluarga dalam rentang sehat sakit
9. Untuk mengetahui keluarga sebagai system dan unit pelayanan yang
dirawat
10. Untuk mengetahui kriteria kesejahteraan keluarga di Indonesia

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan materi atau referensi pembelajaran dan menambah
pengetahuan khususnya mengenai konsep keluarga
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi bagi institusi Pendidikan khususnya prodi
keperawatan universitas jambi mengenai konsep keluarga

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN KELUARGA

Burges (1963) memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang


berorientasi kepada tradisi, yaitu (Setiawati,2008) :
1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan Perkawinan,
darah, dan ikatan adopsi.
2. Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap
rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalm
peran-peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, ayah
dan ibu, peran sebagai anak laki-laki anak perempuan.
4. Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur
yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI (1983) Keluarga merupakan satu kelompok
atau sekumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan unit
masyarakat yang terkecil dan biasanya tidak selalu ada hubungan darah, ikatan
Perkawinan, atau ikatan lain. Mereka hidup bersama dalam satu rumah, dibawah
asuhan seorang kepala keluarga dan makan dari satu periuk (Setiawati, 2008).

Whall (1986) Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih
individu yang dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau

7
tidak memiliki hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut ke
dalam satu keluarga (Setiawati, 2008).

Dep. Kes RI (1988) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati, 2008).

Silvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989) Keluarga adalah dua atau
lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
Perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu kebudayaan (Setiawati, 2008)

Friedman (1988) Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat


dalam Perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Setiawati, 2008).

Stuart (ICN, 2001) Lima hal penting yang ada pada definisi keluarga
(Setiawati, 2008) Yaitu :
1. Keluarga adalah suatu sistem atau unit.
2. Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi
kewajiban di masa yang akan datang.
3. Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan,
pemberian nutrisi, dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.
4. Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal
bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah.
5. Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.

2.2 STRUKTUR KELURGA

Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas:


1. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
1) Bersifat terbuka dan jujur

8
2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga
3) Berpikiran positif
4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
social yang diberikan.
3. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang
lain kearah positif.
Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan:
1) Legitimate power
2) Referent power
3) Reward power
4) Coercive power
5) Affective power
4. Nilai – nilai keluarga
Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan system nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari
pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan
untuk menyelesaikan masalah.

2.3 BENTUK-BENTUK KELUARGA

2.3.1 Tipe/Bentuk Keluarga


Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia
keperawatan, oleh karena itu supaya perawat bisa memberikan asuhan
keperawatan dengan tepat, perawat harus memahami tipe keluarga yang ada.
1. Tradisional

9
1. The Nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak
2. The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak)
yang hidup bersama dalam satu rumah.
3. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
4. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5. The extended family : Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang
hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman,
tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan
6. The single parent family : Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah
atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian,
kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
7. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi
salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di
luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”
8. Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)
10. Blended family : Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11. The single adult living alone/single adult family : Keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(perceraian atau ditinggal mati)

2. Non-Tradisional

10
a) The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b) The stepparent family : Keluarga dengan orang tua tiri
c) Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d) The nonmarital heterosexsual cohabiting family : Keluarga yan ghidup
bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e) Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana ”marital pathners”
f) Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
pernikahan karena beberapa alasan tertentu
g) Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu
dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan
anak.
h) Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-
nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya
i) Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.
j) Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k) Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

11
2.4 FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga menurut Fridmman (1986)
a) Fungsi afektif : Fugsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan basis kekuatan krluarga.fungsi aktif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
b) Fungsi sosialisasi
c) Fungsi reproduksi : Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
d) Fungsi ekonomi : Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan seluruh anggota seperti memenuhi kebutuhan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
e) Fungsi perawatan kesehatan : Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk
melaksanakan praktek asuhan kesehatan ,yaitu untuk mencegah terjadinya
gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.

Fungsi keluarga nenurut Allender(1998)


a) Affection
1) Menciptakan suasana persaudaraan atau menjaga perasaan
2) Mengembangkan kehidupan sexual dan kebutuhan sexual.
b) Security and acceptance
1) Mempertahankan kebutuhan fisik
2) Menerima individu sebagai anggota keluarga
c) Identity and satisfaction
1) Mempertahankan motivasi
2) Mengembangkan peran dan self image
3) Mengidentifikasi tingkat social dan kepuasan aktifitas
d) Affiliation and companionship
1) Mengembangkan pola komunikasi
2) Mempertahankan hubungan yang harmonis
e) Socialization
1) Mengenal kultur (nilai dan prilaku)

12
2) Aturan atau pedoman hubungan internal dan eksternal
3) Melepas anggota
f) Controls
1) Mempertahankan control social
2) Adanya pembagian kerja
3) Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada

2.5 PERAN KELUARGA


2.5.1 Peran- peran formal
Peran- peran formal bersifat eksplisit yaitu setiap kandungan struktur
peran kelurga. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut :

1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual

2.5.2 Peran- peran informal

Peran- peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak ke


permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan
emosional individu dan atau untuk menjaga keseimbangan dalam
keluarga.misalnya: pendorong, penguat, pendamai, pengharmonis.

13
2.6 TAHAPAN & TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap I : Keluarga Pemula


Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga
baru – keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal
atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan
menikah saat ini berlangsung lebih lmbat. Misalnya, menurut data sensus Amerika
Serikat tahun 1985, 75 persen pria dan 57 persen wanita Amerika Serikat masih
belum menikah pada usia 21 tahun, ini merupakan suatu pergeseran yang berarti
dari 55 persen dan 36 persen masing-masing dalam tahun 1970.

Tahap Pertama Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orang Tua, dan
Tugas-Tugas Perkembangan yang bersamaan. Tahap Siklus Kehidupan Keluarga :
Keluarga Pemula, Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga adalah :
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua)
2. Tahap II : Keluarga yang Sedang Mengasuh Anak

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama sehingga bayi berusia
30 bulan. Biasanya orangtua tergetar hatinya dengan kelahiran pertama anak
mereka, tapi agak takut juga. Kekuatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah
beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai saling mengenal. Akan tetapi
kegembiraan yang tidak dibuat-buat ini berakhir ketika seorang ibu baru tiba di
rumah dengan bayinya setelah tinggai di rumah sakit untuk beberapa waktu. Ibu
dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikkan yang telah
dipercayakan kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit karena perasaan
ketidakadekuatan menjadi orangtua baru ; kurangnya bantuan dari keluarga dan
teman-teman, dan para profesional perawatan kesehatan yang bersifat membantu
dan sering terbangun tengah malam oleh bayi yang berlangsung 3 hingga 4
minggu. Ibu juga letih secara psikologis dan fisiologis. Ia sering merasakan beban
tugas sebagai ibu rumah tangga dan barangkali juga bekerja, selain merawat bayi.

14
Khususnya terasa sulit jika ibu menderita sakit atau mengalami persalinan dan
pelahiran yang lama dan sulit atau seksio besar.

Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan


bagi setiap anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan. Orang asing telah
masuk ke dalam kelompok ikatan keluarga yang erat, dan tiba-tiba keseimbangan
keluarga berubah setiap anggota keluarga memangku peran yang baru dan
memulai hubungan yang baru. Selain seorang bayi yang baru saja dilahirkan,
seorang ibu, seorang ayah, kakek nenekpun lahir. Istri sekarang harus
berhubungan dengan suami sebagai pasangan hidup dan juga sebagai ayah dan
sebaliknya. Dan dalam keluarga yang memiliki anak sebelumnya, pengaruh
kehadiran seorang bayi sangat berarti bagi saudaranya sama seperti pada pasangan
yang menikah. Mengatakan pada seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan
seorang adik laki-laki atau perempuan yang baru mungkin sama dengan suami
mengatakan pada istrinya bahwa ia membawa ke rumah seorang nyonya yang ia
cintai dan ia terima sama derajatnya (William dan Leanman, 1973). Ini merupakan
suatu perkembangan kritis bagi semua yang terlibat.

Oleh sebab itu, meskipun kedudukan sebagai orangtua menggambarkan


tujuan yang teramat penting bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan
menemukannya sebagai perubahan hidup yang sangat sulit. Penyesuaian diri
terhadap perkawinan biasanya tidak sesulit penyesuaian terhadap menjadi
orangtua. Meskipun bagi kebanyakan orang tua merupakan pengalaman penuh arti
dan menyenangkan, kedatangan bayi membutuhkan perubahan peran yang
mendadak. Dua faktor penting yang menambah kesukaran dalam menerima peran
orangtua adalah bahwa kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan untuk menjadi
orang tua dan banyak sekali mitos berbahaya yang tidak realistis meromantiskan
pengasuhan anak didalam masyarakat kami (Fulcomer, 1977). Menjadi orangtua
merupakan satu-satunya peran utama yang sedikit dipersiapkan dan kesulitan
dalam transisi peran mempengaruhi hubungan perkawinan dan hubungan orangtua
dan bayi secara merugikan.

15
Perubahan-perubahan sosial yang dramatis dalam masyarakat Amerika juga
memiliki pengaruh yang kuat pada orangtua baru. Banyaknya wanita yang bekerja
di luar rumah dan memiliki karier, naiknya angka perceraian dan masalah
perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi yang sudah lazim, dan
semakin meningkatnya biaya perawatan dan memiliki anak merupakan faktor-
faktor yang menyulitkan tahap siklus awal kehidupan pengasuh anak (Bradt, 1988
; Miller dan Myers-Walls, 1983).

Tahap Kedua Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang sedang mengasuh anak
dan Tugas-Tugas Perkembangan yang Bersamaan. Tahap Siklus Kehidupan
Keluarga : Keluarga sedang mengasuh anak, Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga yaitu
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga).
2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orangtua dan kakek dan nenek.
3. Tahap III : Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2
½ tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin
terdiri dari tiga hingga lima orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-
laki-saudara, anak perempuan-saudari. Keluarga lebih menjadi majemuk dan
berbeda (Duvall dan Miller, 1985).

Kehidupan keluarga selama tahap ini penting dan menuntut bagi orangtua.
Kedua orangtua banyak menggunakan waktu mereka, karena kemungkinan besar
ibu bekerja, baik bekerja paruh waktu atau bekerja penuh. Namun, menyadari
bahwa orangtua adalah “arsitek keluarga”, merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga (Satir, 1983), adalah penting bagi mereka untuk

16
memperkokoh kemitraan mereka secara singkat, agar perkawinan mereka tetap
hidup dan lestari.

Anak-anak usia prasekolah harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya
dalam hal kemadirian. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup dan mampu
memenuhi kebutuhan sendiri agar dapat menangani diri mereka sendiri tanpa
campur tangan orangtua mereka dimana saja. Pengalaman di kelompok bermain,
taman kanak-kanak, Project Head Start, pusat perawatan sehari, atau program-
program sama lainnya merupakan cara yang baik untuk membantu perkembangan
semacam ini. Program-program prasekolah yang terstruktur sangat bermanfaat
dalam membantu orangtua dengan anak usia prasekolah yang berasal dari dalam
kota dan berpendapatan rendah. Peningkatan yang tajam dalam IQ dan
keterampilan sosial telah dilaporkan terjadi setelah anak menyelesaikan sekolah
taman kanak-kanak selama 2 tahun (Kraft et al, 1968).

Banyak sekali keluarga dengan orangtua tunggal berada dalam tahap siklus
kehidupan ini. Dalam tahun 1984, 50 persen keluarga kulit hitam dan 15 persen
keluarga kulit putih di Amerika Serikat dipimpin oleh satu orangtua, dan 88
persen dari keluarga ini dikepalai oleh ibu (Nortan and Glick, 1986). Di kalangan
keluarga dengan orangtua tunggal, ketegangan yang timbul dari peran mengasuh
anak untuk anak usia prasekolah, ditambah lagi dengan peran-peran lain adalah
besar. Pusat-pusat perawatan sehari bagi bayi dan anak usia prasekolah dengan
kualitas yang layak dan baik sulit ditemukan jika ditempatkan dikebanyakan
kominitas. Ibu-ibu yang bekerja dan ibu-ibu yang masih remaja secara khusus
memerlukan fasilitas-fasilitas dan program-program perawatan anak yang lebih
baik (Adams dan Adams, 1990).

Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia pra sekolah dan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan. Tahap Siklus Kehidupan
Keluarga dengan anak usia Prasekolah. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
yaitu :

17
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi, keamanan.
2) Mensosialisasikan anak.
3) Mengintegrasi anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-
anak yang lain.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan di luar keluarga
(keluarga besar dan komunitas).
4. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga
biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir
tahap ini (Duvall, 1977). Lagi-lagi tahun-tahun pada masa ini merupakan tahun-
tahun yang sibuk. Kini, anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan
masing-masing, disamping kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup,
serta kegiatan-kegiatan orangtua sendiri. Setiap orang menjalani tugas-tugas
perkembangannya sendiri-sendiri, sama seperti keluarga berupaya memenuhi
tugas-tugas perkembangannya sendiri (Tabel 7). Menurut Erikson (1950),
orangtua berjuang dengan tuntutan ganda yaitu berupaya mencari kepuasan dalam
mengasuh generasi berikutnya (tugas perkembangan generasivitas) dan
memperhatikan perkembangan mereka sendiri ; sementara anak-anak usia sekolah
bekerja untuk mengembangkan sense of industry – kapasitas untuk menikmati
pekerjaan dan mencoba mengurangi atau menangkis perasaan rendah diri.

Tahap IV Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia sekolah, dan Tugas-
Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan. Tahap Siklus Kehidupan
Keluarga dengan anak usia sekolah, Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yaitu :

1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan


mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

18
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

5. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja


Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,
meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun.
Anak-anak lain dalam rumah biasanya masih dalam usia sekolah. Tujuan keluarga
yang terlalu enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga
memungkinkan tanggungjawab dan kebebasan yang lebih besar bagi remaja
dalam persiapan menjadi dewasa muda (Duvall, 1977).

Preto (1988) dalam membahas tentang transformasi sistem keluarga dalam


masa remaja, menguraikan metamorfosis keluarga yang terjadi. Metamorfosis ini
meliputi “pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, dan
sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai dengan kematangan fisik remaja,
pergeseran ini seringkali sejalan dan bertepatan dengan perubahan pada orangtua
karena mereka memasuki pertengahan hidup dan dengan transformasi utama yang
dihadapi oleh kakek nenek dalam usian tua”

Tahap kehidupan keluarga ini mungkin yang paling sulit, atau sudah tentu
yang paling banyak diperbincangkan dan ditulis (Kidwell et al, 1983). Keluarga
Amerika dipengaruhi oleh tugas-tugas perkembangan remaja dan orangtua dan
menciptakan konflik dan kekacauan yang luar biasa yang tidak bisa dihindarkan.
Tugas perkembangan remaja menghendaki pergerakan dari ketergantungan dan
kendali orangtua dan orang dewasa lainnya, melalui periode aktifitas dan
pengaruh kelompok teman sebaya yang kokoh hingga saat menerima peran-peran
orang dewasa (Adams, 1971).

Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan anak remaja


bergerak sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam
batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis

19
(Kidwell et al, 1983), serta konflik-konflik dan krisis yang berdasarkan
perkembangan. Adams (1971) menguraikan tiga aspek proses perkembangan
remaja yang menyita banyak perhatian, yakni emansipasi (otonomi yang
meningkat), budaya orang muda (perkembangan hubungan teman sebaya),
kesenjangan antar generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antara
orangtua dan remaja).

Tahap Siklus V Kehidupan Keluarga Inti dengan anak remaja danTugas-Tugas


Perkembangan Keluarga yang Bersamaan. Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
dengan anak remaja, Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yaitu :

1) Menyeimbangkan kebebasan dan tanggungjawab ketika remaja menjadi


dewasa dan semakin mandiri.
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak.
6. Tahap VI : Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orangtua dengan “rumah kosong”, ketika anak-anak terakhir
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada
berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang melum
menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat dari SMA dan perguruan
tinggi. Meskipun tahap ini biasanya 6 atau 7 tahun, dalam tahun-tahun belakangan
ini, tahap ini berlangsung lebih lama dalam keluarga dengan dua orangtua,
mengingat anak-anak yang lebih tua baru meninggalkan orangtua setelah selesai
sekolah dan mulai bekerja. Motifnya adalah seringkali ekonomi-tingginya biaya
hidup bila hidup sendiri. Akan tetapi, trend yang meluas dikalangan dewasa muda,
yang umumnya menunda perkawinan, hidup terpisah dan mandiri dalam tatanan
hidup mereka sendiri. Dari sebuah survey besar yang dilakukan terhadap orang
Kanada ditemukan bahwa anak-anak yang berkembangan dalam keluarga dengan
orangtua tiri dan keluarga dengan orangtua tunggal meninggalkan rumah lebih
dini dari pada mereka yang dibesarkan dalam keluarga dengan dua orangtua.

20
Perbedaan ini tidak dipandang karena dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi,
melainkan karena perbedaan orangtua dan lingkungan keluarga (Mitchel et al,
1989).

Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak
untuk kehidupan dewasa yang mandiri. Orangtua, karena mereka membiarkan
anak mereka pergi, melepaskan 20 tahun peran sebagai orangtua dan kembali
pada pasangan perkawinan mereka yang asli. Tugas-tugas perkembangan menjadi
penting karena keluarga tersebut berubah dari sebuah rumah tangga dengan anak-
anak ke sebuah rumah tangga yang hanya terdiri dari sepasang suami dan isteri.
Tujuan utama keluarga adalah reorganisasi keluarga menjadi sebuah unit yang
tetap berjalan sementara melepaskan anak-anak yang dewasa kedalam kehidupan
mereka sendiri (Duvall, 1977). Selama tahap ini pasangan tersebut mengambil
peran sebagai kakek nenek-perubahan lainnya dalam peran maupun dalam citra
diri mereka.

Usia pertengahan awal, yang merupakan usia rata-rata di mana para orangtua
melepaskan anak mereka yang tertua ditandai sebagai masa kehidupan yang
“terperangkap” ; terperangkap antara tuntutan-tuntutan kaum muda dan harapan-
harapan dari mereka yang lebih tua dan terperangkap antara dunia kerja dan
tuntutan yang bersaing dan keterlibatan keluarga, dimana seringkali tampaknya
tidak mungkin memenuhi tuntutan-tuntutan dari kedua bidang tersebut. Akan
tetapi studi-studi membuktikan bahwa mereka yang berusia pertengahan mungkin
merasa tertekan atau terjepit diantara kutub orangtua dan muda, paling tidak bagi
individu-individu golongan kelas menengah dan kelas atas, mereka senantiasa
dapat mengapresiasikan bagaimana mereka dan prestasi mereka : “Mereka
senantiasa mengetahui bahwa mereka adalah para pembuatan keputusan negara ;
mereka yang menggambarkan kualitas umum kehidupan dalam masyarakat ini.
Masyarakat tergantung kepada kepemimpinan dan produktifitas dari orang yang
berasal dari golongan usia pertengahan (Kerchoff, 1976).

21
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga. Sebagaimana keluarga membantu
anak tertua dalam melepaskan diri, orangtua juga membantu anak mereka yang
lebih kecil agar mandiri. Dan ketiga anak laki-laki atau perempuan yang “dilepas”
menikah, tugas keluarga adalah memperluas siklus keluarga dengan memasukkan
anggota keluarga yang baru lewat perkawinan dan menerima nilai-nilai dan gaya
hidup dari pasangan itu sendiri

Tahap VI Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang melepaskan anak usia dewasa
muda dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan. Tahap Siklus
Kehidupan Keluarga melepas anak dewasa muda, Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga yaitu :

1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru


yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.

7. Tahap VII : Orangtua Usia Pertengahan

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi
orangtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika
orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan
pensiun, biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam
usia pertengahannya merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi
dengan orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari keluarga
asal mereka dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan keturunannya.
Pasangan postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah)
biasanya tidak terisolasi lagi saat ini ; semakin banyak pasangan usia pertengahan
hidup hingga menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam fase postparental,

22
dengan hubungan ikatan keluarga hingga empat generasi, yang merupakan hal
yang biasa (Troll, 1971).

Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian


perkawinan (seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan
isteri (lebih merata), dan pada peran (diferensiasi peran perkawinan meningkat)
(Leslie dan Korman, 1989). Bagi banyak keluarga yang kepuasan maupun status
ekonominya meningkat (Rollins dan Feldman, 1970), tahun-tahun ini dipandang
sebagai usia kehidupan yang paling baik. Misalnya, Olson, McCubbin, dkk (1983)
dalam sebuah survey besar, bersifat nasional dan representatif terhadap keluarga
utuh kelas menengah yang didominasi oleh kulit putih ditemukan bahwa kepuasan
perkawinan dan keluarga, serta kualitas hidup bertambah dan memuncak selama
fase postparental. Keluarga-keluarga usia pertengahan umumnya secara ekonomi
lebih baik daripada tahap-tahap siklus kehidupan lain (McCollough dan
Rutenbergm 1988). Partisipasi kekuatan buruh yang meningkat oleh wanita dan
berpendapatan yang lebih tinggi dari pada periode sebelumnya oleh pria
bertanggungjawab untuk keamanan ekonomi yang dialami oleh kebanyakan
keluarga usia pertengahan. Kegiatan-kegiatan waktu luang dan persahabatan yang
dinikmati satu sama lain disebut faktor utama yang menimbulkan kebahagiaan.
Kepuasan seksual juga memiliki korelasi yang positif dengan komunikasi yang
lebih baik dan kepuasan perkawinan (Levin dan Levin, 1975), meskipun para
suami dengan usia pertengahan mungkin mengalami penurunan kemampuan
seksual. Komunikasi suami istri yang intim sangat penting untuk mempertahankan
pengertian dan keinginan satu sama lain dalam tahun-tahun ini.

Akan tetapi bagi sejumlah pasangan, tahun-tahun ini umumnya sulit dan
berat, karena masalah-masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu
perasaan dalam diri mereka bahwa mereka gagal menjadi membesarkan anak dan
usaha kerja. Selanjutnya, tidak jelas apa yang terjadi dengan kepuasan perkawinan
dan keluarga melewati siklus kehidupan berkeluarga. Beberapa studi tentang
kepuasan perkawinan memperlihatkan bahwa kepuasan perkawinan menurun

23
tajam setelah perkawinan berlangsung dan terus menurun hingga tahun
pertengahan (Leslie dan Korman).

Tahap VII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan orang tua usia pertengahan dan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan. Tahap Siklus Kehidupan
Keluarga Orangtua usia pertengahan, Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yaitu:
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orangtua lansia dan anak-anak.
3) Memperkokoh hubungan perkawinan.

8. Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lansia


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan
Miller, 1985). Jumlah lansia-berusia 65 tahun atau lebih di negara kami
meningkat dengan pesat dalam dua dekade terakhir ini, dua kali lipat dari sisa
populasi. Pada tahun 1970, terdapat 19,9 juta orang berusia 65 tahun, jumlah ini
merupakan 9,8 persen dari seluruh populasi. Menjelang tahun 1990, menurut
angka-angka sensus, populasi lansia berkembangan hingga angka 31,7 juta (12,7
persen dari total populasi). Menjelang tahun 2020, 17,2 persen penduduk negara
ini berusia 65 tahun atau lebih (gambar 1). Informasi tentang usia populasi
menyatakan “penduduk yang lebih tua” populasi 85 tahun ke atas secara khusus
tumbuh dengan cepat. Populasi berumur di atas 85 tahun tumbuh hingga 2,2 juta
jiwa pada tahun 1980. Diproyeksikan pada tahun 2020 populasi ini akan
berjumlah hingga 7,1 juta jiwa (2,7 persen dari seluruh populasi). Akibat dari
semakin majunya pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan, lebih banyak
orang yang diharapkan dapat bertahan hidup hingga 10 dekade. Karena
bertambahnya populasi lansia, maka semakin mungkin orang-orang yang lebih tua
akan memiliki minimal 1 orangtua yang masih hidup (Biro Sensus Amerika,
1984)

24
Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam masa
pensiun dan lansia, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Lansia, Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
yaitu :
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi
hidup).

2.7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


KELUARGA

1. Faktor fisik
Ross, Mirowsaky, dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada
hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari
hubungan tersebut antara lain : seorang suami sebelum menikah terlihat kurus
maka beberapa bulan kemudian setelah menikah akan terlihat lebih gemuk,
beberapa alasan dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang
memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya dengan istri
(Setiawati, 2008 : 21)
2. Faktor psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar,
perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan
atau dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah setelah beristri, begitupun
sebaliknya (Setiawati, 2008 : 22).

25
Berdasarkan riset ternyata tingkat kecemaasan istri lebih tinggi dibanding dengan
suami, hal ini dimungkinkan karena bertambahnya beban yang dialami istri
setelah bersuami.

3. Faktor sosial

Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan


sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi
tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya
pendapatan yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya
kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon
terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga (Setiawati, 2008 :
22).

Status sosial ekonomi yang rendah memaksa keluarga untuk


memarginalkan fungsi kesehatan keluarganya, dengan alasan keluarganya akan
mendahulukan kebutuhan dasarnya.

4. Faktor budaya

Faktor budaya terdiri dari (Setiawati, 2008 : 22-23) : Keyakinan dan,


praktek kesehatan, Nilai-nilai keluarga, Peran dan pola komunikasi keluarga dan
Koping keluarga

2.8 INTERAKSI KELUARGA DALAM RENTANG SEHAT SAKIT

Interaksi antara sehat/sakit dan keluarga, Status sehat/sakit pada anggota


keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Menurut
Gilliss dkk. (1989) keluarga cenderung menjadi reaktor terhadap masalah
kesehatan dan menjadi faktor dalam menentukan masalah kesehatan anggota
keluarga.

Menurut Suchulan (1965) dan Doberty dan Canphell (1988) yang


disederhanakan oleh Marilyn M. Friedman, ada 6 tahap interaksi antara sehat/sakit
dan keluarga :

26
1. Tahap pencegahan sakit dan penurunan resiko
Keluarga dapat memainkan peran vital dalam upaya peningkatan kesehatan dan
penurunan resiko, misalnya mengubah gaya hidup dari kurang sehat ke arah lebih
sehat (berhenti merokok, latihan yang teratur, mengatur pola makan yang sehat),
perawatan pra dan pasca-partum, iunisasi, dan lain-lain.

2. Tahap gejala penyakit yang dialami oleh keluarga


Setelah gejala diketahui, diinterpretasikan keparahannya, penyebabnya, dan
urgensinya, beberapa masalah dapat ditentukan. Dalam berbagai studi Litman
(1974) disimpulkan bahwa keputusan tentang kesehatan keluarga dan tindakan
penanggulanangannya banyak ditentukan oleh ibu, yaitu 67%, sedangkan ayah
hanya 15,7%. Tidak sedikit masalah kesehatan yang ditemukan pada keluarga
yang kacau/tertekan.

3. Tahap mencari perawatan


Apabila keluarga telah menyatakan anggota keluarganya sakit dan membutuhkan
pertolongan, setiap orang mulai mencari informasi tentang penyembuhan,
kesehatan, dan validasi profesional lainnya. Setelah informasi terkumpul keluarga
melakukan perundingan untuk mencari penyembuhan/perawatan di klinik, rumah
sakit, di rumah, dan lain-lain.

4. Tahap kontak keluarga dengan institusi kesehatan


Setelah ada keputusan untuk mencari perawatan, dilakukan kontak dengan
institusi kesehatan baik profesional atau nonprofesional sesuai dengan tingkat
kemampuan, misalnya kontak langsung dengan peskesmas, rumah sakit, praktik
dokter swasta, paranormal/dukun, dan lain-lain.

5. Tahap respons sakit terhadap keluarga dan pasien


Setelah pasien menerima perawatan kesehatan dari praktisi, sudah tentu ia
menyerahkan beberapa hak istimewanya dan keputusannya kepada orang lain dan
menerima peran baru sebagai pasien ia harus mengikuti aturan atau nasehat dari
tenaga profesional yang merawatnya dengan harapan agar cepat sembuh. Oleh

27
karena itu terjadi respons dari pihak keluarga dan pasien terhadap perubahan
tersebut

6. Tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan


Adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seorang anggota
keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem keluarga,
khususnya pada sektor perannya dan pelaksana fungsi keluarga. Untuk mengatsi
hal tersebut, pasien/ keluarga harus mengadakan penyesuaian atau adaptasi.
Besarnya daya adaptasi yang di perlukan dipengaruhi oleh keseriusan penyakitnya
dan sentralitas pasien dalam unit keluarga (Sursman & Salter 1963). Apabila
keadaan serius (sangat tidak mampu/semakin buruk) atau pasien tersebut orang
penting dalam keluarga, pengaruh kondisinya pada keluarga semakin besar. (ALi
Zaidin, 2009)

2.9 KELUARGA SEBAGAI SISTEM DAN UNIT PELAYANAN YANG


DIRAWAT
Keluarga sebagai suatu sistem adalah Klg sebuah kelompok kecil yang
terdiri dari individu yang mempunyai hub yang erat satu dng yang lain saling
ketergantungan dan diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai
tujuan keluarga yang sejahtera
Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat Alasan Keluarga sebagai Unit
Pelayanan (Rust B Freeman, 1981)

1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lambaga yang


menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengambil atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila
salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya

28
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien),
keluarga tetap berperan sebagai pengambilan keputusan dalam memelihara
kesehatan para anggotanya
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagi upaya
kesehatan masyarakat

Keluarga Sebagai Pasien Dalam melihat keluarga sebagai pasien ada beberapa
karakteristik yang perlu diperhatikan oleh perawat, diantara, diantarany adalah :

1) Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi masalah


kesehatan para anggotanya.
2) Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga, dari berbagai segi :
a. Pola komunikasi
b. Pengambilan keputusan
c. Sikap dan nalai-nilai dalam keluarga
d. Kebudayaan
e. Gaya hidup
3) Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga daerah perdesaan
4) Kemadairian dari tiap-tiap keluarga

Siklus Penyakit dan Kemiskinan dalam Keluarga, Dalam memberikan asuhan


keperawatan terhadap keluarga, lebih ditekankan kepada keluarga-keluarga
dengan keadaan social perekonomian yang rendah. Keadaan social ekonomi yang
rendah pada umumnya berkaitan berkaitan erat dengan beebagai masalah
kesehatan yang meraka hadapi disebabkan karena ketidakmampuan dan
ketidaktahuan dalam menagatasi masalah yang meraka hadapi.

2.10 KRITERIA KESEJAHTERAAN KELUARGA DI INDONESIA

Kriteria dan tahapan kesejahteraan keluarga di Indonesia adalah sebagai


berikut (Setiawati, 2008 : 26-27) :

1. Keluarga prasejahtera

29
Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, sandang, pangan, dan
kesehatan. Keluarga prasejahtera belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator keluarga sejahtera harapan.

2. Keluarga sejahtera tahap I.

Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara


minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis
seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga,
interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

3. Keluarga sejahtera tahap II

Keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan dasarnya,


juga telah dapatmemenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi
belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan
untuk menabung dan memperoleh informasi.

4. Keluarga sejahtera tahap III

Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,


kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan, namun belum dapat
memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara
teratur memberikan sumbangan dalam bentuk materi dan keuangan untuk
kepentingan sosial kemasyarakatan serta peran serta secara aktif dengan menjadi
pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian,
olah raga dan pendidikan.

5. Keluarga sejahtera tahap IV

Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik


yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan serta telah dapat
pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

30
2.11. Asuhan Keperawatan Teoritis

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS KELUARGA

1. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan
keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem terintegrasi dan kesanggupan
keluarga untuk mengatasinya (Effendy, 1998). Pengumpulan data dalam
pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut
teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen
pengkajian, yaitu :
a. Data Umum
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat
3) Telepon
4) Pekerjaan kepala keluarga
5) Pendidikan kepala keluarga
6) Komposisi anggota keluarga
7) Genogram
8) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah –
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut
9) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
10) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan
11) Status Sosial Ekonomi Keluarga

31
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status social
ekonomi ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan
oleh keluarga serta barang – barang yang dimiliki oleh keluarga, dan
siapa yang mengatur keuangan.
12) Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama
– sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan
menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas
rekreasi
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga tersebut
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing – masing
anggota keluarga, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga, serta pengalaman – pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami
dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifiksai dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan

32
perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan
sumber air minum yang digunakan, serta denah rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan
penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu digunakannya keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada sejauh mana interaksinya dengan
masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologi atau dukungan dari anggota keluarga, dan fasilitas sosial atau
dukungan dari masyarakat setempat.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain untuk merubah perilaku
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal
4) Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang
berhubungan dengan kesehatan.

33
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya,
dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan, serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah
a) Berapa jumlah anak
b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak
c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji adalah
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, papan, maupun
pangan
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di dalam
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga

f. Tugas Perawatan Keluarga


1) Mengenal masalah keluarga
2) Mengambil keputusan

34
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
4) Memelihara lingkungan
5) Menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan
g. Stress dan Koping Keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
3) Strategi koping yang digunakan
Strategi yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan
4) Strategi adaptasi disfungsional
h. Pemeriksaan Fisik
1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan.
2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga.
3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata,
mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem
genetalia.
4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.
i. Harapan keluarga
1) Terhadap masalah kesehatan keluarga
2) Terhadap petugas kesehatan yang ada

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manusia. Dimana keadaan sehat atau perubahan
pola interaksi potensial / aktual dari individu atau kelompok dimana perawat
dapat menyusun intervensi-intervensi definitif untuk mempertahankan status
kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2008). Untuk
menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu :

35
a. Analisa Data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan
dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
b. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi :
1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
keluarga.
2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.
3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau
tidak yang mendukung masalah dan penyebab.
Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu
pada tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3
kelompok, yaitu :
1) Diagnosa Sehat/Wellness/Potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini
hanya terdiri dari komponen problem (P).
2) Diagnosa Ancaman/Risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat
menjadi masalah aktual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan
diagnosa risiko ini terdiri dari komponen problem (P) dan etiologi (E).
3) Diagnosa Nyata/Aktual/Gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa aktual terdiri
dari problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S). Perumusan problem
(P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar.
Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga.

36
3. Perencanaan / Intervensi
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Efendy,1998). Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam
2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitno,
2004).
a. Menentukan prioritas masalah keperawatan
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor
tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam
menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan beberapa kriteria sebagai berikut :
1) Sifat masalah (aktual, risiko, potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
3) Potensi masalah untuk dicegah
4) Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah
dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh
Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).

Tabel Proses Skoring

Kriteria Skor Bobot


Sifat masalah :
a) Aktual 3
1
b) Risiko 2
c) Potensial 1
Kemungkinan masalah untuk dipecahkan :
a) Mudah 2
2
b) Sebagian 1
c) Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk dicegah : 1
a) Tinggi 3

37
b) Cukup 2
c) Rendah 1
Menonjolnya masalah :
a) Masalah berat, harus segera ditangani 2
b) Ada masalah tetapi tidak perlu 1 1
ditangani 0
c) Masalah tidak dirasakan
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :
1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.
4) Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5).
b. Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan.
Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan
stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan.
Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson &
Fallune, 2000). Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi
problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka
pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada
lima tugas keluarga. Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam
intervensi nantinya adalah sebagai berikut :
1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai
masalah.
2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui
dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.
3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang
faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara

38
perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya
pengobatan secara teratur.
4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.
5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah
diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.

4. Pelaksanaan / Implementasi
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal –
hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga, yaitu :
a. Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana
perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik
maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat aktivitas
yang telah dicapai (Friedman,1998). Evaluasi disusun menggunakan SOAP.

39
BAB III

STUDI KASUS

3.1. Skenario Kasus

Kasus 1 : Konsep Keluarga


Seorang mahasiswi Profesi Ners (22 th). di beritugas untuk mengelola
keluarga dengan resiko tinggi, setelah survei ia menemukan keluarga (Tn.A&
Ny.N) pada tahap perkembangan anak remaja, memiliki masalah dengan anak
remaja, Hasil pengkajian data awal; tipe keluarga keluarga inti, memiliki 3 orang
anak, 2 perempuan yang masih duduk di kelas1 dan kelas3 Sekolah Dasar, dan 1
laki-laki kelas2 SMP yang biasa di panggil (An. T). Menurut ibunya An.T tidak
memiliki masalah kesehatan apapun, dari kecil jaranng Sakit dan tidak
merepotkan saya. Saat adiknya perempuannya lahir ia sangat menyayangi,. Meski
kadang2 sedikit ada persaingan sibling, dua tahun berikutnya adik keduanya lahir,
fokus perhatian ibu nya Ny.N terhadap An.T berkurang. Namun An. T punya
banyak teman di sekolah dan tetangga sekitar Rumah. Sampai meninjak remaja
An.T bersama teman-temanya sering ke warnet, dan sering terlambat pulang
sekolah, kadang-kadang bolos sekolah pulang sampe malam. Ny.N mengatakan
sebenarnya masalah yg lain banyak cape saya ngadepin dia. Beda dengan dua adik
perempuannya yang sangat penurut, rajin, dan pintar-pintar ayahnya (Tn.A)
sangat menyayanginya.

3.2. STEP 1

1. Sibling

jawab :

40
Sibling adalah saudara kandung

3.3. STEP 2

1. Dengan adanya masalah seperti di kasus, penkes bagaimana yang cocok


yang akan diberikan profesi ners kepada keluarga tersebut?
2. Pendekatan seperti apa yang harus dilakukan perawat dan keluarga
sehingga mereka tau perasaan An.T?
3. Bagaimana cara mencegah terjadinya sibling kepada anak?
4. Bagaimana bentuk pengaruh sibling terhadap anak?
5. Bagaimana peran ayah dan ibu mempersiapkan mental seorang anak saat
akan hadirnya adik?
6. Bagaimana perhatian perhatian yang seharusnya diberikan pada anak yang
cemburu akan kehadiran adik?
7. Bagaimana cara memberikan pengertian kepada orangtua oleh ners akan
pentingnya memperhatikan si sulung walaupun sudah punya adik?
8. Apakah ada hubungannya perubahan sikap anak dengan pola asuh
orangtua?
9. Apakah perlu mengkaji tahap kembang keluarga ? jika perlu, apa saja
komponennya?
10. Bagaimana struktur keluarga tersebut dan apa hubungannya dengan kasus
dalam keluarga tersebut?
11. Strategi koping keluarga apakah yang cocok diterapkan dalam keluarga di
kasus?
12. Apa saja hal yang sebaiknya dihindari orangtua menghadapi anak yang
mengalami sibling rivalry?
13. Apa faktor terjadinya persaingan sibling pada kasus, dan apa faktor
lainnya yang dapat menimbulkan persaingan?

3.4. STEP 3

41
1. Penkes dengan menggunakan komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan oleh 2 atau 3 orang
lebih dengan jarak fisik yang sangat dekat, bertatap muka, adanya
feedback yang cepat serta memiliki tujuan. Komunikasi interpernonal
dinilai paling ampuh dalam mengubah sikap, kepercayaan,opini dan
perilaku karena komunikasi interpersonal umumnya berlangsung secara
face to face. Didalam penkes yang diberikan berupa cara efektif dalam
menangani sibling rivalry, cara berkomunikasi yang tepat, sikap yg
sebaiknya diterapkan orang tua terhadap anak dsb.

2. pendekatan yang cocok untuk keluarga dgn sibling anak yaitu dengan
mengajarkan kepada keluarga atau ibu metode esensi bermain peran atau
roleplay . Menurut Sumantri dan Permana(2001),oendekatan dgn metode
roleplay adalah keterlibatan partisipan dan pengamat dalam situasi atau
masalah nyata dan keinginan untuk mengatasinya. Kelebihan metode ini
yaitu mampu membantu ibu/keluarga untuk menganalisis situasi saat anak
sedg bertengkar sehingga dapat membantu keluarga menyelesaikan
pertengkaran anaknya dgn baik dan benar (seramasara dkk,2007)

3. Cara mencegah sibling pada anak bisa dengan cara sebagai berikut :
a. Mendorong anak untuk memiliki teman2 sebelum adiknya lahir.
b. Membuat anak yg lebih tua tetap merasa penting dalam keluarga.
c. Tunjukkan rasa menghormati terhadap barang anak yg dianggap
berharga. Beritahu anak jika barangnya akan dipinjam /digunakan
untuk adiknya.
d. Berlaku dan bertutur kata secara baik.
e. Menunjukkan & mengajarkan empati kepada anak agar anak dapat
menerima adik barunya dengan baik.
f. Meluangkan waktu bersama masing2 anak secara rutin untuk
membangun rasa percaya dan aman pada diri masing2 anak.
g. Berikan pujian saat anak-anak rukun.

42
h. Tunjukkan kasih sayang melalui kata-kata dan perbuatan yg baik.
i. Ciptakan suasana rumah yg menyenangkan & suportif, termasuk
tempat untuk bermain.
j. Bimbing anak untuk menyatakan perasaan & pendapatnya dengan
baik.
k. Ajarkan anak untuk bekerja sama dengan baik dalam memecahkan
masalah.
4. sibling ini merupakan salah satu permasalahan yang terjadi dalam
keluarga, yaitu persaingan yang terjadi antara kakak dan adik. sibling ini
bisa berpengaruh terhadap tingkah laku anak, dan juga kehilangan
perhatian ortu terhadap anaknya dikarenakan lebih memperhatikan
adiknya, hal ini bisa mengakibatkan anaknya menjadi tempert tantrum atau
emosi, bahkan tidak percaya diri dan bahkan anak lebih merasa nyaman
bermain dilingkungannya dengan berbagai macam orang karena dirumah
tidak dapat perhatian dan kasih sayang.

5. Cara mempersiapkan mental seorang anak saat akan hadir adik yakni
a. Bercerita Tentang Kehamilan
Cara menyiapkan mental anak tunggal yang akan memiliki adik
adalah dengan memberikan informasi tentang kehamilan pada anak.
Anak-anak biasanya memiliki tingkat keingintahuan yang cukup
tinggi.
Biasanya anak akan mulai bertanya saat ia melihat ada perubahan
yang terjadi pada tubuh ibunya. Seorang anak juga dapat merasakan
kecemasan saat melihat perubahan ibunya.
Berikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak kalau
ada adik kecil di dalam tubuh ibu. Minta mereka menyentuh perut ibu
dan menyapa adiknya.
b. Mencegah Asumsi
Cara menyiapkan mental anak sulung yang akan memiliki adik adalah
dengan mencegah timbulnya asumsi pada anak. Saat mendapatkan

43
informasi bahwa dirinya akan menjadi kakak, akan mulai timbul
perasaan dan asumsi yang berbeda-beda pada anak.
Anak dapat berpikir bahwa dirinya akan memiliki mainan bayi yang
hidup. Selain itu anak juga dapat merasa sedih karena berpikir
orangtuanya tidak akan menyayanginya lagi.
Sebaiknya orangtua memberikan pengarahan yang tepat pada asumsi
yang timbul pada anak. Orangtua harus memberikan pengertian agar
anak dapat memahami situasi yang akan terjadi saat memiliki adik.
c. Mengajak Anak Saat Kontrol ke Dokter
Cara menyiapkan mental anak sulung yang akan memiliki adik adalah
dengan mengajaknya saat kontrol ke dokter. Orangtua dapat mulai
mengenalkan adik bayi pada kakaknya dengan memperlihatkan janin
atau mendengarkan detak jantungnya.
Perhatikan respons anak setelah melakukan hal tersebut. Tidak semua
anak merasa senang akan hal itu. Banyak kasus anak mengalami rasa
takut dan bingung. Untuk itu ibu dan ayah harus terus mendampingi
dan memberikan pengertian pada anak.
d. Memisahkan Kamar Anak
Cara menyiapkan mental kakak yang akan memiliki adik adalah
dengan memisahkan kamar anak. Ibu bisa mulai memindahkan kamar
anak sebelum kelahiran si kecil.
Hal ini dilakukan agar anak tidak merasakan banyak perubahan secara
bersamaan saat sang adik lahir. Memindahkan kamar sebelum
kelahiran juga dapat membuat anak terhindar dari perasaan
tersisihkan.
e. Mengenalkan Anak pada Adik
Cara menyiapkan mental anak yang akan memiliki adik adalah dengan
mengenalkan anak pada adiknya. Kakak mungkin masih merasa asing
dengan keberadaan bayi di rumah.
Coba dengan mulai mengenalkan anak pada bayi agar dia memiliki
pemahaman dan bayangan tentang bayi yang akan menjadi adiknya.

44
Ajaklah dia untuk bermain dan mengajarkan cara merawat bayi
dengan mainan agar anak mudah paham dan belajar.

6. Dengan memberikan perhatian yaitu mengajak anak berkomunikasi


efektif. Agar komunikasi efektif, orang tua perlu memahami perasaan anak
sebagai lawan bicara, menjadi pendengar yang aktif, dan memberikan
tanggapan atas pertanyaan dari anak

7. Menjelaskan kepada orang tua dampak negatif perilaku sibling,


menganjurkan orang tua untuk berlaku adil terhadap anak agar anak tidak
merasa rendah diri dan diperlakukan berbeda dari saudara nya.
Memberitahu bahwa anak sulung masih tetap butuh perhatian sama seperti
adik nya.

8. Menurut elisa, ada karena dikasus terdapat sibling dimana bisa di artikan
bahwa anak tersebut cemburu atau ingin mendapatkan perhatian ibu. Dan
juga di saat si adik labir ibu perhatian ibu langsung berfokus kepada adik
yang baru lahir, dan si ayah juga bersikap menyanyangi kedua adiknya,
dan adiknya tersebut sangat penurut dan rajin, itu membuat ayahnya
sayang kepadanya. Jadi saya rasa disinilah terjadi masalah pola asuh An.T,
dan juga perubahan sikapnya ini terjadi karena kurangnya perhatian si ibu,
dan si ayah membedakan dia dengan kedua adiknya

9. menurut saya perlu mengkaji dan sebenarnya sudah terkaji didalam kasus.
yaitu dengan cara mengkaji apakah keluarga tersebut pasangan baru,
punya anak pertama, anak prasekolah, anak sekolah, anak remaja, anak
dewasa, usia pertengahan, atau usia lanjut.

10. Struktur dari keluarga itu mencakupi


a. Terorganisasi yaitu Saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga

45
b. Ada keterbatasan yaitu Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi juga
mereka mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan yaitu Setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
Dalam kasus itu merupakan keluarga inti (nucear family) yaitu
keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak. Jadi pendapat saya
kalau dikasus itu hubungan keluarga saling ketergantungan, anak
ingin diperhatikan dan ingin adil perhatian, dan orang tua bersikap
adil terhadap kedua anaknya. Anak kurang diperhatikan sehingga
sering bolos, dan peranan keluarga sangat tidak berfungsi dengan
baik.

11. ada beberapa strategi koping keluarga yg cocok diantaranya:


1. Menjauhkan
Merupakan aturan utama bagi orangtua ketika menghadapi pertengkaran
anak-anak. Orangtua mudah sekali terjebak dalam perselisihan dan
bertindak sebagai hakim atau penengah, akan tetapi peran seperti itu akan
menghalangi tujuan mendasarnya, karena banyak pertengkaran seperti ini
bertujuan menaruh perhatian orangtua, maka bertindak sebagai mediator
diantara mereka. Orangtua bisa berperan aktif mengajari anak anak
mengatasi konflik mereka sendiri. Berikut ini peran orangtua untuk
membantu:
a. Temukan pemicu penyebab pertengkaran.
b. Membuat suasana yang menyenangkan
c. Memberi pujian saat mereka berlaku manis
d. Jangan membuat asumsi
e. Memahami kemarahan mereka
f. Menekankan ketulusan diantara anak-anak
g. Mencontohkan sikap yang baik
h. Menghindari kekerasan

46
i. Mengingatkan yang mereka tidak tahu
2. Mengatasi perselisihan dengan adil
Ada tiga cara dasar untuk menyelesaikan konflik, yaitu :
a. Persetujuan mutlak
Satu pihak secara total tunduk pada permintaan pihak lain.
b. Kompromi
Kedua pihak menghasilkan sesuatu melalui negosiasi
c. Berdamai
3. Menjadwalkan Pertemuan keluarga
Tujuannya adalah mendiskusikan masalah keluarga, mengeluarkan ide
mencari solusi, dan menegosiasikan kompromi kalau perlu. Orang
dewasa dan anak-anak belajar bekerjasama, sebagai satu tim, untuk
mencari solusi masalah keluarga sehari-hari.
Aturan dasarnya sedehana, sebagai berikut :
a. Pendapat setiap anggota keluarga harus dihargai.
b. Setiap orang punya kesempatan mengemukakan pendapatdan perasaan
sesuai topik tetapi boleh memilih tidak mengatakannya kalau lebih
suka demikian.
c. Semua orang harus mendengarkan
d. Dilarang menghina atau meledek

12. jawaban nya yaitu


1. Hindari Bersikap tidak adil
Ketika memiliki seorang adik atau anak kedua, inilah saatnya ibu dan
ayah bersikap adil. Seringnya, perhatian penuh pada anak kedua yang
baru lahir cenderung membuat anak pertama merasa cemburu.
Bukan hanya adil dalam hal perhatian, melainkan pada semua hal,
termasuk membelikan mainan, misalnya. Berikan kakak pengertian
untuk tidak merasa tersaingi dengan kehadiran sang adik, karena bagi
ibu dan ayah, kakak dan adik tetaplah anak-anak yang membanggakan.
2. Jangan membandingkan di antara Keduanya

47
Cara mengatasi pertengkaran kakak adik akibat rasa cemburu
selanjutnya adalah menghindari membandingkan apa yang dimiliki
kedua anak. Terlalu sering membandingkan anak hanya membuat ia
merasa semakin kecil hati dan cemburu satu sama lain, sehingga
perselisihan pun makin sulit dihindari.
Orang tua perlu memahami bahwa semua anak terlahir dengan
keunikan dan keistimewaannya masing-masing, dan ini justru harus
menjadi kebanggaan ayah dan ibu agar anak tidak tumbuh menjadi
pribadi yang minder.
3. Berikan pengertian pada adik maupun kakak
Perselisihan antara kakak adik pasti tidak dapat dihindari. Di sinilah
peran ayah dan ibu sangat dibutuhkan. Tunjukkan sikap bijaksana
dalam melerai perdebatan yang sedang berlangsung.
Memang bukan hal yang mudah, apalagi orang tua harus melindungi
sang adik tanpa menghukum dan membuat kakak merasa disalahkan.
Belum lagi dengan tipikal kakak yang identik dengan sifat harus selalu
mengalah. Mencari tahu siapa yang bersalah tanpa memihak salah
satunya adalah sikap bijak yang harus ditunjukkan orang tua.
4. Ajak kakak mengenal adiknya sejak dini
Memberitahukan kehadiran sang adik pada anak pertama mungkin tidak
mudah, tetapi bukan berarti ibu dan ayah harus selalu menutupinya.
Lebih baik, ajak sang kakak untuk mengenal adiknya sejak dini, bahkan
sejak sang adik masih berada di dalam perut ibu.
Izinkan kakak untuk mengelus perut ibu dan mengajak sang calon adik
berbicara. Dengan begitu, kakak akan lebih siap ketika adiknya lahir.
Bukan tidak mungkin kakak akan sangat menyayangi sang adik
nantinya.
5. Menjadi penengah dan pendengar yang baik
Saat kakak dan adik bertengkar, ibu dan ayah tidak boleh langsung
menyalahkan sang kakak atau adik. Sebaiknya, tanyakan mengapa
mereka bertengkar, baik dari sisi kakak atau pun adik. Ini akan

48
membuat sang anak tidak merasa disalahkan atau beranggapan bahwa
orang tua mereka bersifat pilih kasih antara satu sama lain.

13. Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:


a. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka,
sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
b. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau
mendengarkan dari orang tua mereka.
c. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh
kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
d. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat
mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama
lain.
e. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai
pertengkaran.
f. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau
memulai permainan dengan saudara mereka.
g. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
h. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang
berlebihan dalam keluarga adalah normal.
i. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan
anggota keluarga.
j. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
k. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
l. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang
terjadi pada mereka.

49
3.5. STEP IV ( Mind Mapping )

Mengelola
NERS 22th
Tn.A dan Ny.N
4.

Tahap perkembangan

Anak dan remaja

1 anak laki laki 2 anak perempuan

An. T (adik An.T)

PERSAINGAN SIBLING

- Sering ke warnet - Penurut


- Sering terlambat - Rajin
pulang sekolah - Pintar
- bolos - Disayangi Tn.A

KONSEP KELUARGA PADA ANAK REMAJA

3.6. STEP 5 ( Learning Objective )

1. Jelaskan konsep keluarga yang terjadi pada kasus di atas ?


2. Lengkapi data apa saja yang harus di gali dari kasus diatas ?

50
3. Masalah keperawatan apa yang mungkin muncul pada kasus ?
4. Secara teori Tindakan apa yang sebaiknya dilakukan pada keluarga Tn.A
& Ny. N

Jawab :

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah
pengembangan terhadap remaja (13 - 20 tahun), yaitu memelihara
komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan
peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
anggota keluarga.Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai
berikut :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat
2. Dari data umum : Alamat dan No telpon, pekerjaan kepala keluarga,
Pendidikan kepala keluarga, Genogram, suku bangsa, agama, status sosial
ekonomi keluarga, dan aktifitas rekreasi.
Dari data Riwayat dan tahap perkembangan keluarga : Riwayat Kesehatan
keluarga inti (masing masing anggota), Riwayat Kesehatan dari pihak
suami dan istri.
Dari data pengkajian lingkungan :
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
Dari data struktur keluarga : Pola komunikasi keluarga, Struktur kekuatan
keluarga, Struktur peran masing masing anggota, Nilai atau norma

51
keluarga, Fungsi keluarga (Afektif, sosialisasi, perawatan kesehatan,
pemenuhan tugas keluarga)
Dari data stress dan koping keluarga : Stressor jangka pendek dan jangka
panjang, Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, Strategi
koping yang digunakan keluarga, Strategi adaptasi fungsional, dan
pemeriksaan fisik
3. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman,
bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti)
yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatan.
4. - Peningkatan koping : membantu pasien beradaptasi dengan persepsi
stressor, perubahan, atau ancaman yang mengganggu pemenuhan tuntutan
dan peran hidup
- Dukungan emosi : memberikan penenangan, penerimaan, dan
dorongan selama periode stress
- Dukungan keluarga : meningkatkan nilai, minat, dan tujuan keluarga.

3.7. Asuhan Keperawatan kasus

ASUHAN KEPERAWATAN Pada Tn.L

TANGGAL DIRAWAT : 21 Mei 2019

A. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn.L (L)
Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2019
Alamat :-
Umur : 35 Tahun
No MRS :-
DX Medis :-

52
B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Klien masuk rumah sakit karena mengalami fraktur pada tibia dan fibula
akibat kecelakaan motor.

C. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Masalah keperawatan : -
2. Konsep diri
a. Gambaran diri :-
b. Identitas :-
c. Peran : klien merupakan seorang suami dan ayah
d. Ideal diri : klien mengalami fraktur tibia dan fibula
e. Harga diri : klien terlihat banyak diam dan menolak dkunjungi
Masalah keperawatan :
1) Harga diri rendah situasional
2) Gangguan citra tubuh
3) Isolasi sosial : menarik diri
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Tidak terkaji
b. Peran serta dalam kelompok/masyarakat : Tidak terkaji
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :kaki klien diamputasi
Masalah keperawatan :-
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Tidak terkaji
b. Kegiatan ibadah : Tidak terkaji
Masalah keperawatan :-

D. ANALISA DATA

TGL/JAM DATA FOKUS DIAGNOSIS PARAF


DS : Berduka situasional
- Klien mengatakan andai saja

53
dirinya tidak pergi atau lebih
berhati-hati mungkin tidak
akan terjadi kecelakaan pada
kakinya.
- Klien mengatakan seorang
sudah mempunyai 3 orang
anak.

DO :
- Kaki klien diamputasi
- Klien tampak banyak diam
- Klien menolak untuk di
kunjungi

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Berduka situasional

F. INTERVENSI

TGL/ DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI


JAM KRITERIA HASIL
Berduka Dengan dilakukannya 1. Mengingkari
situasional asuhan keperawatan Memberi kesempatan kepada
diharapkan masalah pasien untuk mengungkapkan
dapat teratasi, dengan perasaannya dengan cara:Secara
kriteria hasil : Pasien verbal mendukung pasien tetapi
mampu melalui proses tidak mendukung pengingkaran
berduka dan menerima yang dilakukan.
kehilangan a. Tidak membantah
pengingkaran pasien, tetapi
menyampaikan fakta-fakta

54
b. Duduk disamping pasien
c. Teknik komunikasi diam dan
sentuhan
d. Perhatikan kebutuhan dasar
pasien.

2. Marah
Mendorong dan memberi waktu
pada pasien untuk
mengungkapkan kemarahan
secara verbal tanpa melawan
dengan kemarahan dengan cara:
a. Bantu pasien atau keluarga
untuk mengerti bahwa marah
adalah suatu respons yang
normal untuk merasakan
kehilangan dan ketidak
berdayaan
b. Fasilitasi ungkapan
kemarahan pasien dan
keluarga
c. Hindari menarik diri dan
dendam, karena pasien atau
keluarga bukan sedang marah
pada perawat
d. Tangani kebutuhannya pada
segala reaksi kemarahannya.

3. Tawar menawar
Membantu pasien
mengidentifikasi rasa bersalah

55
dan perasaan takutnya dengan
cara:
a. Dengarkan dengan penuh
perhatian
b. Ajak pasien bicara untuk
mengurangi rasa bersalah dan
ketakutan yang tidak rasional
c. Berikan dukungan spiritual.

4. Depresi
Mengidentifikasi tingkat depresi
dan membantu mengurangi rasa
bersalah dengan cara:
a. Memberikan kesempatan
pasien untuk
mengekspresikan
kesedihannya
b. Memberi dukungan non
verbal dengan cara duduk
disamping pasien dan
memegang tangan pasien
c. Bersama pasien membahas
pikiran negatif yang sering
timbul
d. Latih mengidentifikasi hal
positif yang masih dimiliki;

5. Penerimaan
a. Membantu pasien
mengidentifikasi rencana
kegiatan yang akan dilakukan

56
b. Bantu keluarga dan rekan
pasien untuk bisa mengerti
penyebab kehilangan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

57
Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan,
oleh karena itu supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan
tepat, perawat harus memahami tipe keluarga yang ada.
12. The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak)
yang hidup bersama dalam satu rumah.
13. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
14. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
15. The extended family : Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang
hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman,
tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan
16. The single parent family : Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah
atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian,
kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
17. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi
salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di
luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”
18. Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
19. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)
20. Blended family : Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
21. The single adult living alone/single adult family : Keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(perceraian atau ditinggal mati)

58
4.2. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan


materi atau referensi pembelajaran dan menambah pengetahuan
mahasiswa khususnya mengenai konsep keluarga.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi pengetahuan bagi


institusi pendidikan khususnya prodi Keperawatan Universitas Jambi

DAFTAR PUSTAKA

Adams, M.J. (1990). Beginning to read: Thinking and learning about print.
Cambridge: MIT press.

Akhmadi.2009. Konsep Keluarga

Anderson. E.T & Mc. Farlane. J.M. 2000. Community Health and Nursing,
Concept and Practice. Lippincott : California.

59
Anonim. 2010. Pembelajaran.(http://ID.Wikipedia.org/Wiki,)

Carpenitto, L. J. 2008. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Duvall, Evelyn Millis & Miller, Brent C. 1985. Marriage and Family development
(Sixth Edition). New York: Harper & Row.

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta


: EGC.

Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik edisi 3.


Jakarta : EGC

Friedman, M.M. 1998. Family Nursing Research. Jakarta : EGC.

Sam, Arianto.2008. Pengertian Keluarga

Setiawati, S. 2008. Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta :


Trans Info Media

60

Anda mungkin juga menyukai