Anda di halaman 1dari 245

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP ANAK USIA


SEKOLAH

OLEH :
KELOMPOK 6 KELAS 6B

ANGGOTA KELOMPOK
Firnanda Erindia (1130016002)
Syaiful Ridzal (1130016022)
Dina Aguslia (1130016104)

FASILITATOR :
Nety Mawarda Hatmanti, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019

i
PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa:
Kami mempunyai copy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 3 Maret Februari 2019

Firnanda Erindia 1130016002


Syaiful Ridzal 1130016022
Dina Aguslia 1130016104

ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
kekuatan dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah”. Makalah ini diajukan
untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga. Shalawat dan salam
semoga tercurah pula kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabat.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
banyak memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dalam melakukan
penulisan makalah ini. Kami berharap makalah ini bermanfaat baik bagi kami
maupun bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, 03 Maret 2019


Penyusun

iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ............................................................................................ i
Lembar Pernyataan......................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................ iv
BAB 1 TINJAUAN TEORI ........................................................................... 1
1.1 Konsep Keluarga ...................................................................................... 1
1.2 Konsep Keluarga dengan Anak Usia Sekolah ......................................... 5
1.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga ........................................ 8
BAB 2 HASIL .............................................................................................. 86
2.1 Pengkajian .............................................................................................. 86
2.2 Analisa Data ......................................................................................... 152
2.3 Diagnosa Keperawatan Prioritas .......................................................... 162
2.4 Intervensi .............................................................................................. 163
2.5 Implementasi dan Evaluasi .................................................................. 170
Daftar Pustaka ............................................................................................ 176
Lampiran 1 ................................................................................................. 178
Lampiran 2 ................................................................................................. 179
Lampiran 3 ................................................................................................. 193
Lampiran 4 ................................................................................................. 195
Lampiran 5 ................................................................................................. 196

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Keluarga .................................................................... 86
Tabel 2.2 Pengukuran TTV ......................................................................... 88
Tabel 2.3 Pemeriksaan Fisik ....................................................................... 88
Tabel 2.4 Riwayat Imuniasasi ..................................................................... 94
Tabel 2.5 Indikator Keluarga Sejahtera ...................................................... 98
Tabel 2.6 Tingkat Kemandirian ................................................................ 100
Tabel 2.7 Tugas Perkembangan dengan Anak Usia Sekolah .................... 101
Tabel 2.8 Fungsi Perawatan Kesehatan .................................................... 109
Tabel 2.9 Analisa data ............................................................................... 152
Tabel 2.10 Prioritas Masalah .................................................................... 154
Tabel 2.11 Diagnosa Keperawatan Prioritas ............................................. 162
Tabel 2.12 Intervensi Keperawatan ........................................................... 163
Tabel 2.13 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ............................... 170

v
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Keluarga
1.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyaiperan masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Keadaan ini perlu disadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan
bagiannya dan di keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan
yang berarti (Friedman, 2010).
Keluarga menurut Burges (1963) dalam Friedman (2010) adalah
sekumpulan yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah dan ikatan adopsi
atau ikatan sebuah keluarga yang hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga dan adanya interkasi dan komunikasi satu sama lain dalam peran
sosial keluarga seperti suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki, saudara
perempuan, saudara dan saudari.
1.1.2 Fungsi Keluarga
Friedman, (2010) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu
1.1.2.1 Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Fungsi afektif
berhubungan fungsi internal keluarga diantaranya perlindungan
psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Sejumlah penelitian
penting dilakukan untuk memastikan pengaruh positif kepribadian
yang sehat dan ikatan keluarga pada kesehatan serta kesejahteraan
individu.
1.1.2.2 Fungsi sosialisasi dan status sosial
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta
memberikan status pada anggota keluarga.

1
1.1.2.3 Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
1.1.2.4 Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi sandang, papan, pangan maka keluarga
memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dijalankan pada
keluarga dibawah garis kemiskinan. Perawat bertanggung jawab
mencari sumber-sumber masyarakat yang dapat digunakan untuk
meningkatkan status kesehatan klien.
1.1.2.5 Fungsi perawatan kesehatan
Yaitu menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat
tinggal, perawatan kesehatan. Fungsi keperawatan kesehatan bukan
hanya fungsi esensial dan dasar keluarga namun fungsi yang
mengemban fokus sentral dalam keluarga yang berfungsi dengan baik
dan sehat. Akan tetapi, memenuhi fungsi perawatan kesehatan bagi
semua anggota keluarga dapat sulit akibat tantangan eksternal dan
internal
1.1.3 Tipe dan Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga menurut Friedman (2010) adalah Berikut ini
akan disampaikan berbagai tipe keluarga:
1.1.3.1 Tipe keluarga tradisional
1. Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami, istri, anak (kandung atau angkat). Dua bentuk
variasi yang sedang berkembang dalam keluarga-keluarga
inti adalah keduanya pekerja/berkarier dan keluarga tanpa
anak. Keluarga adoptif merupakan satu tipe lain dari
keluarga inti yang tercatat dalam literatur karena memliki
keadaan dan kebutuhan yang khusus.
2. Keluarga besar
Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan

2
keluarga yang lain yang mempunyai hubungan darah,
misalnya kakek, nenek, keponakan, paman, bibi. Tipe
keluarga ini lebih sering terdapat di kalangan kelas
pekerja dan keluarga imigran. Karena manusia hidup
lebih lama, perceraian, hamil dikalangan remaja, lahir
diluar perkawinan semakin meningkat pula, dan rumah
menjadi tempat tinggal bagi beberapa generasi, biasanya
hanya bersifat sementara.
3. “Single parent” yaitu suatu rumah tagga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung /angkat).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
1.1.3.2 Tipe keluarga non tradisonal
Tipe keluarga nontradisional menurut Friedman (2010) antara
lain keluarga dengan orang tua yang tidak pernah menikah dan anak
biasanya ibu dan anak, keluarga pasangan yang tidak menikah
dengan anak, pasangan heteroseksual cohabiting (kumpul kebo),
keluarga homoseksual, agugmented family, keluarga komuni,
keluarga asuh.
1.1.4 Tahap dan Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman (2010) Perkembangan keluarga terbagi
menjadi beberapa tahap dan perkembangan diantaranya yaitu
1.1.4.1 Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning
family).
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri yang membentuk keluarga melalui perkawinan yang
sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
1.1.4.2 Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child
bearing family).
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama

3
berusia 30 bulan (2,5 tahun).

1.1.4.3 Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with


preschool).
Dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun.
1.1.4.4 Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with
schoolchildren).
Dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada
usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
1.1.4.5 Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with
teenagers).
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya.
1.1.4.6 Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
Yaitu dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
1.1.4.7 Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas
Perkembangan: menyediakan lingkungan yang meningkatkan
kesehatan, memepertahankan hubungan antara orang tua, lansia dan
anak-anak yang memuaskan, dan umtuk memperkuat hubungan
pernikahan.
1.1.4.8 Tahap VIII keluarga usia lanjut.
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah
satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal,
sampai keduanya meninggal.
1.1.5 Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2010) struktur keluarga terdiri atas:

4
1.1.5.1 Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi: bersifat terbuka dan
jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berpikiran positif.

1.1.5.2 Struktur peran


Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi social yang diberikan.
1.1.5.3 Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain kearah positif.
1.1.6 Struktur Peran Keluarga
1.1.6.1 Peran formal
Yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogeny
keluarga membagi peran secara mereka kepada anggota keluarga
seperti cara masyarakat membagi peran-perannya. Peran formal yang
biasa dalam keluarga yaitu peran sebagai peran pencari nafkah, ibu
rumah tangga pengasuh dan lain-lain.
1.1.6.2 Peran informal
Peran informal mempunyai tuntuan yang berbeda tidak terlalu
didasarkan pada atribut-atribut /kepribadian anggoata keluarga
ondividual. Dengan demikian, seorang anggota keluarga mungkin
menjadi penengah, berupaya mencari penyelesaian apabila ada
anggota keluarga yang konflik.
1.1.6.3 Nilai dan norma
Nilai adalah keyakinan abadi yang berfungsi sebagai pedoman
umum bagi perilaku dan dalam keluarga nialiu-nilai tersebut
membimbing perkembangan aturan-aturan dan nilai-nilai keluarga
yang lebih spesifik daripada norma-norma keluarga.
Norma adalah rasa perilaku yang dianggap menjadi tahu dari
masyarakat tertentu dan pola-pola perilaku semacam ini didasarkan

5
pada nilai-nilai keluarga dan itu merupakan modal perilaku.
1.2 Konsep Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Tahap ini mulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,
biasanya pada usia 5 tahun, dan di akhiri ketika ia mencapaipubertas, sekitar usia
13 tahun. Saat ini anak-anak memiliki aktivitas dan minat mereka sendiri selain
memiliki aktivitas yang wajib mereka lakukan dalam kehidupan dan sekolah, dan
orangtua memiliki aktivitas mereka sendiri yang berbeda. Menurut Erikson (1950)
dalam Friedman (2010), orangtua berjuang dengan tuntutan ganda dalam
memenuhi tugas mengasuh generasi selanjutnya (tugas perkembangan keturunan)
dan memperhatikan pertumbuhan diri mereka sendiri; pada saat yang sama, anak
usia sekolah sedang berada dalam tugas pengembangan sensasi industri –kapasitas
untuk kenikmatan kerja- dan berupaya untuk menghilangkan atau menangkis
sensasi inferioritas (rendah diri).
Tugas orangtua pada masa ini adalah mempelajari untuk beradaptasi dengan
perpisahan anak atau, yang lebih sederhana, melepaskan anak. Hubungan teman
sebaya dan aktivitas diluar rumah semakin memainkan peranan yang lebih besar
dalam kehidupan anak usia sekolah. Masa ini diisi oleh aktivitas keluarga, tetapi
juga terdapat kekuatan yang secara bertahap mendorong anak untuk berpisah dari
keluarga sebagai persiapan untuk masa remaja.
Selama tahap ini, orang tua merasa adanya tekanan kuat dari komunitas luar
yaitu melalui sistem sekolah dan asosiasi di luar keluarga lainnya untuk
menyesuaikan diri dengan standar komunitas untuk anak. Hal ini cenderung
mempengaruhi keluarga kelas menengah untuk lebih menekankan pada nilai
pencapaian dan produktivitas yang tradisional, dan menyebabkan keluarga kelas
pekerja dan banyak keuarga miskin merasa terasing karena konflik dengan nilai-
nilai sekolah atau komunitas.
1.2.1 Tugas perkembangan keluarga
Salah satu tugas kritis orangtua dalam mensosialisasikan anak-anak
mereka pada saat ini adalah termasuk meningkatkan prestasi sekolah. Tugas
keluarga yang penting lainnya adalah mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan. Selain itu, dilaporkan bahwa kepuasan

6
pernikahan menghilang selama tahap ini. Meningkatkan komunikasi terbuka
dan mendukung hubungan pasangan adalah hal yang penting dalam
menjalani keluarga dengan anak usia sekolah.
1.2.2 Perhatian kesehatan
Kondisi cacat pada anak dapat menjadi ringan selama periode anak
ini. Perawat dan guru akan mendeteksi banyak defek visual, pendengaran
dan bicara –selain mempelajari masalah-. Perawat juga berperan sebagai
narasumberbagi guru sekolah, memungkinkan guru untuk dapat menangani
kebutuhan kesehatan muridnya yang sudah umum dan bersifat lebih
individual secara lebih efektif. Fungsi primer perawatan kesehatan keluarga
–selain merujuk, mendidik dan berkonsultasi dengan orangtua mengenai
konsidi ini- adalah membantu keluarga dalam melaksanakan koping
sehingga meminimalkan dampak merugikan anak cacat pada keluarga.
Bagi anak-anak yang memiliki masalah perilaku, perawat maupun
guru harus aktif mencari keterlibatan orangtua dan memberikan konseling
suportif. Ketika orangtua mampu membuat kerangka ulang masalah perilaku
anak sebagai sebuah masalah keluarga dan melaksanakan tindakan untuk
menyelesaikan masalah dengan fokus baru tersebut, seringkali
menghasilkan fungsi keluarga dan juga perilaku anak yang lebih sehat.

7
1.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
1.3.1 Pengkajian
1.3.1.1 Mengidentifikasi Data
Menurut Friedman (2010) data – data dasar yang menggambarkan
keluarga dalam hal – hal dasar dicantumkan dalam bagian ini.
1. Nama Keluarga
2. Alamat dan Telepon
3. Komposisi keluarga: Penggunaan genogram keluarga
dianjurkan. Simbol genogram :
a. Tabel Komposisi Keluarga
Hub.
Status
No Nama L/P Umur Dengan Pend. Pekerjaan
Perkawinan
KK
1
2
Tabel 1.1 Komposisi Keluarga
b. Genogram
: Laki-Laki : Anak Kembar
: Perempuan
: Jenis Kelamin Tidak Diketahui : Kembar Identik
?

: Ibu Hamil : Hidup


Terpisah
: Keguguran
: Aborsi : Bercerai
: Meninggal

: Hewan Peliharaan (Sumber : Nies. 2019)

: Anak Adopsi

8
: Anak Asuh
c. Pemeriksaan Fisik (head to toe)
No Head to Toe Suami Istri Anak
1 Kepala I:
P:
2 Wajah I:
P:
3 Mata I:
P:
4 Telinga I:
P:
5 Hidung I:
P:
6 Mulut I:
P:
7 Leher I:
P:
8 Dada I:
P:
P:
A:
9 Jantung I:
P:
P:
A:
10 Abdomen I:
P:
P:
A:
11 Ekstremitas I:
P:

9
12 Genetalia I:
P:
Tabel 1.2 Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Imunisasi
Tabel Riwayat Imunisasi
No Jenis Waktu Suami Istri Anak
Imunisasi Pemberian
1 HB
2 Polio
3 BCG
4 DTP
5 Hiv
6 PCV
7 Rotavirus
8 Influenza
9 Campak
10 MMR
11 Thypoid
12 Hepatitis A
13 Varicella
14 HPV
15 Japanese
Encephalitis
16 Dengue
Tabel 1.3 Tabel Imunisasi menurut IDAI
4. Tipe Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga menurut Friedman (2010) sebagai berikuy:
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami, istri, anak (kandung atau angkat). Dua
bentuk variasi yang sedang berkembang dalam

10
keluarga-keluarga inti adalah keduanya
pekerja/berkarier dan keluarga tanpa anak. Keluarga
adoptif merupakan satu tipe lain dari keluarga inti
yang tercatat dalam literatur karena memliki keadaan
dan kebutuhan yang khusus.
2) Keluarga besar
Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga yang lain yang mempunyai hubungan
darah, misalnya kakek, nenek, keponakan, paman,
bibi. Tipe keluarga ini lebih sering terdapat di
kalangan kelas pekerja dan keluarga imigran. Karena
manusia hidup lebih lama, perceraian, hamil
dikalangan remaja, lahir diluar perkawinan semakin
meningkat pula, dan rumah menjadi tempat tinggal
bagi beberapa generasi, biasanya hanya bersifat
sementara.
3) “Single parent” yaitu suatu rumah tagga yang terdiri
dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung
/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
b. Tipe keluarga non tradisonal
Tipe keluarga nontradisional menurut Friedman (2010)
antara lain keluarga dengan orang tua yang tidak pernah
menikah dan anak biasanya ibu dan anak, keluarga pasangan
yang tidak menikah dengan anak, pasangan heteroseksual
cohabiting (kumpul kebo), keluarga homoseksual, agugmented
family, keluarga komuni, keluarga asuh.
5. Latar Belakang Kebudayaan (Etnik):
Menurut Friedman (2010) dalam menjelaskan data ini,
digunakan kriteria berikut ini sebagai panduan untuk
menentukan kebudayaan dan orientasi religious keluarga serta
luasnya akulturasi.

11
a. Pernyataan keluarga atau anggota keluarga mengenai latar
belakang etnik (identifikasi diri)?
b. Bahasan yang digunakan di rumah? Apakah semua anggota
keluarga berbicara Bahasa Inggris?
c. Negara sal dan lama tinggal di Amerika Serikat (generasi
ke berapa anggota keluarga tersebut, dalam kaitannya
dengan status imigrasi mereka) dan alasan keluarga
berimigrasi?
d. Jaringan sosial keluarga (dari kelompok etnik yang sama)?
e. Tempat tinggal keluarga (bagian dari lingkungan yang
secara etnik bersifat homogen)?
f. Aktivitas keagamaan, sosial, kebudayaa, rekreasi, dan/atau
pendidikan (apakah aktivitas ini berada dalam kelompok
kebudayaan keluarga)?
g. Kebiasaan diet dan berpakian (tradisional atau barat)?
h. Dekorasi rumah (tanda pengaruh kebudayaan)?
i. Keberadaan peran dan struktur kekuasaan keluarga
tradisional atau “modern”?
j. Porsi komunitas yang umum bagi keluarga-kompleks
teritorial keluarga (apakah porsi terssebut selalu didalam
komunitas etnik)?
k. Penggunaan praktisi dan jasa perawatan kesehatan
keluarga. Apakah keluarga mengunjungi praktisi umum,
terlibat dalam praktik perawatan kesehatan tradisional, atau
memiliki kepercayaan tradisional dalam isu kesehatan?
6. Identifikasi religius
Menurut Friedman (2010) dalam mengidentifikasi aspek
religus suatu keluarga menggunakan pertanyyam berikut :
a. Apa agama keluarga?
b. Apakah anggota keluarga berbeda dalam keyakinan dan
praktik religius mereka?

12
c. Sejauh mana keluarga aktif terlibat dalam masjid, gereja,
kuil, atau organisasi keagamaan lainnya?
d. Apakah praktik keagamaan keagamaan yang diikuti
keluarga?
e. Apa keyakinan dalam nilai keagamaan yang berpusat dalam
kehidupan keluarga?
7. Status kelas sosial (Menurut Friedman (2010) pengkajian
aspek status kelas sosial berdasrkan pekerjaan, pendidikan,
dan pendapatan) :
a. Identifikasi kelas sosial keluarga, berdasarkan pada tiga
indikator diataas.
b. Status ekonomi.
c. Siapakah pencari nafkah didalam keluarga?
d. Apakah keluarga menerima bantuan atau dana pengganti?
Jika demikian, apa saja (dari mana)?
e. Apakah keluaraga menganggap pendapatan mereka
memadai? Bagaimana cara keluarga melihat diri mereka
sendiri dalam mengelola keuangan?
8. Mobilitas kelas sosial
a. Apakah yang dilakukan keluarag untuk bersosialisasi
dengan tetangga?
b. Apakah ada daftar kegiatan liburan/rekreasi dalam
keluarga?
c. Apakah keluarga mengikuti kegiatan dalam masyarakat?
1.3.1.2 Tahap Perkembangan Dan Riwayat Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini:
Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
Dengan tugas perkembangan sebagai berikut:
a. Menyosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan membantu hubungan anak-anak yang
sehat dengan teman sebaya
b. Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan

13
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
2. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangan yang
sesuai dengan tahap perkembangan saat ini.
3. Riwayat keluarga dari lahir hingga saat ini, termasuk riwayat
perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang
unik atau yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian,
kematian, kehilangan, dll) yang terjadi dalam kehidupan
keluarga (gunakan genogram untuk mengumpulkan data ini).
4. Keluarga asal kedua orangtua (seperti apa kehidupan asalnya;
hubungan masa silam dan saat dengan orangtua (nenek-kakek)
dari orangtua mereka)
1.3.1.3 DATA LINGKUNGAN
Data lingkungan keluarga meliputi seluruh alam kehidupan
keluarga-mulai dari pertimbangan area yang terkecil seperti aspek
dalam rumah hingga komunitas yang lebih besar tempat keluarga
tinggal.
1. Karakteristik rumah
a. Uraikan tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa
kamar, dll). Apakah keluarga memiliki rumah sendiri atau
menyewa rumah?
b. Uraikan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior
rumah). Interior rumah meliputi jumlah ruang dan jenis
ruang (ruang tamu, ruang tidur, dll), penggunaan ruang-
ruang tersebut dan bagaimana ruang tersebut diatur.
Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot? Apakah
penerangan, ventilasi, dan pemanas memadai (artifisial atau
panas matahari). Apakah lantai, tangga, pemagaran, dan
struktur lainnya dalam kondisi memadai?
c. Di dapur, amati suplai air minum, sanitasi, dan adekuasi
lemari es.

14
d. Di kamar mandi, amati sanitasi, air, fasilitas toilet. Ada
tidaknya sabun dan handuk? Apakah anggota keluarga
menggunakan handuk yang sama?
e. Kaji pengaturan tidur didalam rumah. Apakah pengaturan
tersebut memadai bagi para anggota keluarga denga
pertimbangan usia mereka, hubungan, dan kebutuhan
khusus lainnya?
f. Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah.
Apakah ada serbuan serangga-serangga kecil (khususnya di
dalam) dan/atau masalah sanitasi yang disebabkan adanya
hewan peliharaan?
g. Adakah tanda cat yang sudah tua mengelupas (sumber yang
mungkin menyebabkan racun) yang mungkin terpajan oleh
anak yang masih kecil?
h. Identifikasi unit teritorial keluarga. Apakah mereka nyaman
menggunakan sumber/pelayanan di lingkungan mereka?
i. Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana perasaan
keluarga mengenai adekuasi privasi.
j. Evaluasi ada atau tidak adanya bahaya keamanan.
k. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.
l. Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara
keseluruhan dengan pengaturan/penataan rumah. Apakah
keluarga menyadari keadekuatan rumah terhadap kebutuhan
ini?
2. Karakteristik lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih
besar
a. Apa karakter fisik dari lingkungan sekitar komunitas yang
lebih besar? Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota,
subkota, antarkota).
Tipe tempat tinggal (hunian, campuran hunian dan industri
kecil, agraris) di lingkungan. Kondisi hunian dan jalan

15
(terpelihara, rusak, tidak terpelihara, sedang dalam
perbaikan).
Sanitasi jalan raya, rumah (kebersihan, pengumpulan
sampah, dll). Masalah yang berkaitan dengan kemacetan
lalu lintas?
Adanya dan jenis industri di lingkungan.
Apakah ada masalah polusi udara, suara, atau air?
b. Bagaimana karakteristik demografi dari lingkungan dan
komunitas?
Karakteristik etnik dan kelas sosial penghuni.
Pekerjaan dan hobi keluarga.
Kepadatan populasi.
Perubahan demografi baru-baru ini di dalam
komunitas/lingkungan.
c. Pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar apa yang ada
dalam komunitas?
Fasilitas pemasaran (makanan, pakaian, apotek,dll).
Institusi kesehatan (klinik, rumah sakit, dan fasilitas gawat
darurat).
Lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling,
pekerjaan).
Pelayanan tempat cuci otomatis untuk kebutuhan keluarga.
Tempat beribadah keluarga.
d. Bagaimana kemudahan akses sekolah di lingkungan dan
komunitas dan bagaimana kondisi sekolah tersebut?
Apakah ada masalah integrasi yang memengaruhi
keluarga?
e. Fasilitas rekreasi
f. Tersedianya transportasi umum. Bagaimana keluarga dapat
mengakses pelayanan dan fasilitas tersebut (dalam hal
jarak, kesesuaian, waktu tempuh)?

16
g. Bagaimana insidens kejahatan di lingkungan dan
komunitas? Apakah hal ini merupakan masalah keamanan
yang serius?
3. Mobilitas geografis keluarga
a. Berapa lama keluarga tinggal di wilayah tersebut?
b. Bagaimana riwayat mobilitas geografis dari keluarga ini?
c. Darimana keluarga tersebut berpindah atau berimigrasi?
4. Asosiasi transaksi keluarga dan komunitas
a. Siapa anggota keluarga yang menggunakan pelayanan
komunitas atau lembaga pelayanan apa yang dikenal di
komunitas?
b. Seberapa sering atau sejauh mana mereka menggunakan
pelayanan atau fasilitas ini?
c. Apa pola teritorial dari keluarga-komunitas atau wilayah
yang sering dikunjungi?
d. Apakah keluarga menyadari pelayanan komunitas yang
relevan dengan kebutuhannya, seperti transportasi?
e. Bagaimana perasaan keluarga tentang kelompok atau
organisasi yang memberi bantuan kepada keluarga atau
yang berkaitan dengan keluarga?
f. Bagaimana cara keluarga memandang komunitasnya?
1.3.1.4 Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
a. Dalam mengobservasi keluarga secara keseluruhan dan/atau
rangkaian hubungan dari keluarga, seberapa sering
komunikasi fungsional dan disfungsional digunakan? Buat
dalam bentuk diagram atau berikan contoh pola yang
berulang.seberapa tugas dan jelas anggota keluarga
mengutarakan kebutuhan dan perasaan mereka?
Sejauh mana anggota keluarga menggunakan klarifikasi
dan kualifikasi dalam berinteraksi?

17
Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan
respons dengan baik terhadap umpan balik atau biasanya
mereka menghalangi umpan balik dan eksplorasi terhadap
isu?
Seberapa baik anggota menjadi pendengar dan
menggunakan asumsi dan pernyataan yang besifat
menghakimi saat berinteraksi?
Apakah anggota berinteraksi dengan pesan dalam suatu
sikap yang bersifat menyerang?
Seberapa sering diskualifikasi digunakan?
b. Bagaimana pesan – pesan emosional (afektif) disampaikan
di dalam keluarga dan subsitem keluarga?
Seberapa sering pesan emosional disampaikan?
Jenis – jenis emosi apa yang disampaikan dalam susbsitem
keluarga? Apakah emosi yang disampaikan bersifat
negative, positif, atau keduanya?
c. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang
berlangsung dalam, jaringan komunikasi dan
dalambeberapa rangkaian hubungan?
Siapa yang berbicara kepada siapa dan dengan sikap
seperti apa?
Pola – pola umum apa yang digunakan menyampaikan
pesan – pesan penting?
Apakah ada perantara?
Apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan usia
perkembangan anggota?
d. Apakah kebanyakan pesan yang disampaikan anggota
keluarga sesuai dengan konteks dan instruksi? (termasuk
observasi pesan nonverbal). Jika tidak,, siapa yang
menunjukkan ketidaksesuaian dan pesan apa yang tidak
sesuai?

18
e. Proses disfungsional apa yang terlihat dalam pola
komunikasi?
f. Apa saja isu – isu yang tertutup bagi diskusi, yang
merupakan isu penting bagi kesejahteraan dan fungsi
keluarga yang adekuat?
g. Bagaimana faktor – faktor berikut memengaruhi pola
komunkasi keluarga:
1) Konteks/situasi
2) Tahap siklus kehidupan keluarga
3) Latar belakang kebudayaan keluarga
4) Perbedaan gender di dalam keluarga
5) Bentuk keluarga
6) Status sosioekonomi keluarga
7) Minibudaya keluarga yang unik.
2. Struktur Kekuasaan
Hasil akhir Kekuasaan
a. Siapakah yang membuat jeputusan? Siapa yang memegang
“kata terakhir” atau “siapa yang menang”?
b. Seberapa penting keputusan atau isu ini bagi keluarga?
Pertanyaan yang lebih spesifik mungkin meliputi:
Siapa yang menganggarkan, membayar rekening, dan
memutuskan bagaimana uang digunakan?
Siapa yang memutuskan bagaimana cara menghabiskan
waktu luang atau siapa teman atau kerabat yang hendak
dikunjungi?
Siapa yang memutuskan perpindahan dalam pekerjaan atau
tempat tinggal?
c. Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan?
Proses Pengambilan Keputusan
d. Teknik – teknik khusu apa yang digunakan untuk membuat
keputusann di dalam keluarga dan sejauh mana teknik –
teknik ini digunakan (mis., consensus: akomodasi/tawar-

19
menawar; kompromi/paksaan; de facto)? Dengan kata lain,
bagaimana cara keluarga membuat keputusan?
Dasar – Dasar Kekuasaan. Berbagai dasar dan sumber
kekuasaan adala kekuasaan/otoritas yang sah dan variasi dari
kekuasaan itu, kekuasaan “tak berdaya”; kekuasaan referen;
kekuasaan ahli; atau sumber; kekuasaan penghargaan;
kekuasaan memaksa; kekuasaan informasional (langsung atau
tidak langsung); kekuasaan afektif; dan kekuasaan manahemen
ketegangan.
e. Atas dasar kekuasaan apa anggota keluarga membuat
keputusan?
Variabel Yang Memengaruhi Kekuasaan Keluarga
f. Mengenali keberadaan salah satu variable beikut ini akan
membuat pengkaji menginterpretasi perilaku keluarga yang
memungkinkan kekuasaan keluarga dapat dikaji.
1) Hierarki kekuatan keluarga
2) Tipe bentuk kleuarga
3) Pembentuka koalisi
4) Jaringan komunikasi keluarga
5) Perbedaan gender
6) Faktor usia dan siklus kehidupan keluarga
7) Faktor kebudayaan dan interpersonal
8) Kelas sosial
Keseluruhan Kekuasaan Sistem dan Subsitem Keluarga
g. Dari pengkajian Anda terhadap seluruh isu – isu yang luas
di atas, buat kesimpulan mengenai apaka kekuasaan
keluarga tersebut dapat termasuk keluarga dominansi istri
atau suami, anak, nenek, dll; egalitarian-sinkratik atau
otonomi; tanpa pemimpin atau kaotik (kaau)! Kontinum
kekuasaan keluarga dapat digunakan sebagai suatu
presentasi visual analisis Anda.

20
Kontinum Kekuasaan Keluarga: Jika dominansi ditemukan,
siapa yang dominan?
h. Untuk menentukan seluruh pola kekuasaan, menanyakan
pertanyaan yang terbukan dan luas sering kali
mengaburkan (tanyakan kedua pasangan dan anak – anak
jika muungkin), dibawah ini diberikan beberapa contoh.
Siapa yang biasanya “berkata terakhir” atau membuat
keputusan tentang isu yang penting?
Siapa yang benar – benar ditugaskan dan mengapa
(mencari dasar – dasar kekuasaan)?
Siapa yang mengatur keluarga?
Siapa yang memenangkan argument atau isu – isu penting?
Siapa yang biasa menang jika ada ketidaksepakatan?
Pendapat siapa yang digunaan jika orang tua/suami tidak
sepakat?
Apakah anggota keluarga puas dengan bagaimana
keputusan dibuat dan siapa yang membuat keputusan
tersebut (y.i., struktur kekuasaan saat ini)?
3. Struktur Peran
Struktur Peran Formal
a. Posisi dan peran formal apa yang dipenuhi setiap anggota
keluarga? Uraikan bagaomana setiap anggota keluarga
melakukan peran – peran formal mereka.
b. Apakah peran ini dapat diterima dan konsisten dengan
harapan anggota keluarga? Dengan kata lain, apakah ada
ketegangan atau konflik peran?
c. Seberapa kompeten anggota merasa mereka melakukan
peran terhormat mereka?
d. Apakah terdapat fleksibikitas dalam peran jika dibutuhkan?
Struktur Peran Informal

21
a. Peran informal atau peran samar apa yang terdapat
dikeluarga? Siapa yang menjalankan dan seberapa sering
atau konsisten peran tersebut dijalankan?
Apakah anggota keluarga secara samar menjalankan peran
yang berbeda dari posisi mereka yang dituntut keluarga
untuk mereka mainkan?
b. Apa tujuan kehadiran peran – peran yang diidentifikasi
sebagai peran samar atauu informal?
c. Apakah ada peran informal yang disfungsional pada
keluarga atau anggota keluarga dalam jangka waktu yang
lama?
d. Apa pengaruh pada orang yang menjalankan peran tersebut?
Analisis Model Peran (kapan masalah peran muncul)
a. Siapa yang menjadi model yang memengaruhi seorang
anggota keluarga dalam kehidupan awalnya, siapa yang
memberikan perasaan dan nilai – nilai tentang
pertumbuhan, pengalaman baru, peran, dan teknik
komunikasi?
b. Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran
bagi pasangan dalam peran mereka sebagai orang tua, dan
sebagai pasangan pernikahan, seperti apakah mereka itu?
Variabel yang Memengaruhi Struktur Peran
a. Pengaruh kelas sosial: bagaimana latar belakang kelas sosial
memengaruhi struktur peran informal dan formal di dalam
keluarga?
b. Pengaruh kebudayaan: bagaiman astruktur peran keluarga
dipengaruhi oleh latar belakang keluarga agama dan etnik?
c. Pengaruh perkembangan atau tahap siklus kehidupan:
Apakah perilaku peran anggota keluarga saat ini sesuai
dengan tahap perkembangan?
d. Peristiwa situasional: Perubahan dalam status kesehatan
memengaruhi peran keluarga? Realokasi peran/tugas apa

22
yang telah dilakukan? Bagaimana nggota keluarga yang
telah menerima peran – peran baru menyesuaikan diri?
Apakah ada bukti tentang stress atau konflik akbiat peran?
Bagaimana anggota keluarga dengan masalah kesehatan
bereaksi terhadap perubahan atau hilangnya peran?

4. Nilai Keluarga
a. Penggunaan metode “perbandingan” dan “membdeakan”
memberikan kesan (dengan nilai dari keluarga – kelompok
etnik yang diidentifikasi mereka – atau keduanya)
Produktivitas/Pencapaian Individu
Individualisme
Materialisme/etika konsumsi
Etika kerja
Pendidikan
Persamaan
Kemajuan dan penguasaan lingkungan
Orientasi masa depan
Efisiensi, keteraturan, dan kepraktisan
Rasionalitas
Kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan
Perbedaan dalam Sistem Nilai
a. Sejauh mana kesesuaian antar anilai keluarga dan kelompok
rujukan keluarga dan/atau system yang berinteraksi seperti
system pendidikan dan perawatan/pelayanan kesehatan
serta komunitas yang lebih luas
b. Sejauh mana kesesuaian antara nilai eluarga dan nilai
masing – masing anggota keluarga?
Nilai Keluarga

23
a. Seberapa penting nlai – nilai yang diidentifikasi di
dalamkeluarga? (urutkan dari nilai keluarga yang paling
penting)
b. Nilai apa yang dianur secara disadari atau tidak disadari?
c. Apakah k=terdapat bukti konflik nilai di dalam keluarga?
d. Bagaimana kelas sosial, latar belakang kebudayaan dan
derajat akulturasi, perbedaan generasi, letak geografis
(rural, urtan, suburban) keluarga memengaruhi nilai – nilai
keluarga?
e. Bagaimana nilai – nilai keluarga memengaruhi status
kesehatan keluarga
1.3.1.5 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afketif
Saling asuh, keakraban, dan Identifikasi
a. Sejauh mana anggota keluarga saling asuh dan
mendukung?
b. Apakah terdapat perasaan keakraban dan keintiman
diantara lingkuungan hubungan keluarga?
Sebaiknya apa anggota keluarga bergaul satu sama lain?
Apakah mereka menunjukkan kasih saying satu sama lain?
c. Apakah identifikasi satu sama lain, ikatan, atau kedekatan
nampak ada? (pernyataan empati, perhatian terhadap
perasaan, pengalaman, dan kesulitan anggota keluarga
lainnya).
Keterpisahan dan Keterkaitan
a. Bagaimana keluarga menghadapi isu – isu tentang
keterpisahan dan keterkaitan?
Bagaimana keluarga membantu anggotanya agar bersatu
dan memelihara keterkaitan?
Apakah tersedia kesempatan untuk mengembangkan
keterpisahan dan apakah kesempatan tersebut sesuai
dengan usia dan kebutuhan setiap anggota keluarga?

24
Pola Kebutuhan – Resppons Keluarga
a. Sejauh mana anggota keluarga merasakan kebutuhan
individu lain di dalam keluarga?
b. Apakah orang tua (pasangan) mampu menguraikan
kebutuhan dan persoalan menguraikan kebutuhan dan
persoalan anak – anak serta pasangan mereka?
c. Seberapa peka anggota keluarga dalam menganggapi
isyarat yang berkaitan dengan kebutuhan dan perasaan
anggota yang lain?
d. Apakah kebutuhan, minta, dan perbedaan masing – masing
anggota dihormati oleh anggota keluarga yang lain?
Apakah terdapat keseimbangan dalam hal hormat –
menghormati (apakah mereka menunjukkan saling
menghormati)?
Sejauh mana kepekaan keluarga terhadap tindakan dan
persoalan dari setiap individu?
e. Sejauh man keluarga mengenali bahwa kebutuhan keluarga
telah dipenuhi oleh keluarga? Bagaimana proses pelepasan
emosional (mencurahkan masalah) keluarga?
2. Fungsi Sosialisasi
a. Kaji praktik keluarga dalam membesarkan anak dalam isu
berikut.
1) Pengendalian perilaku, meliputi disiplin, penghargaan
dan hukuman
2) Otonomi dan ketergantungan
3) Memberi dan menerima cinta
4) Latihan perilaku yang sesuai dengan usia
(perkembangan fisik, sosial, emosional, bahasa, dan
intelektual)
b. Seberapa adaptif praktik keluarga dalam membesarkan
anak untuk sebuah bentuk keluarga dan situasi tertentu?

25
c. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran
membesarkan anak atau fungsi sosialisasi? Apakah fungsi
ini dipikul bersama? Jika demikian, bagaimana hal ini
diatur?
d. Bagaimanna anak – anak dihargai dalam keluarga ini?
e. Keyakinan budaya apa yang memengaruhi polakeluarga
dalam membesarkan anak?
f. Abagimana faktor sosial memengaruhi pola pengasuhan
anka?
g. Apakah keluarga ini berisiko tinggi mengalami masalah
membesarkan anak? Jika demikian, faktor apa yang
menyebabkan keluarga berisiko?
h. Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak
untuk bermain anak – anak (sesuai dengan tahap
perkembangan anak)? Apakah peralatan permainan yang
ada sesuai dengan usia anak?
3. Fungsi perawat kesehatan
Mengenal 1. Promosi/peningkatan kesehatan?
Pencegahan?
2. Kegiatan promosi kesehatan apa yang
dilakukan keluarga secara teratur?
Apakah perilaku ini merupakan perilaku
karakteristik dari semua anggota
keluarga, atau apakah pola perilaku
promosi kesehatan sangat beragam di
antara anggota keluarga?
3. Apa tujuan kesehatan keluarga?
4. Apakah keluarga dapat mengamati
secara akut dan melaporkan gejala dan
perubahan yang signifikan?
5. Bagaimana keluarga mengkaji status

26
kesehatannya saat ini ?
6. Masalah kesehatan apa yang saat ini
diidentifikasi oleh keluarga ?
7. Apakah keluarga mengetahui tentang
sumber makanan dari piramida pedoman
makanan?
8. Apakah yang merupakan kebiasaan tidur
anggota keluarga?
9. Apakah kebutuhan tidur anggota
keluarga sesuai denganstatus kesehatan
dan usia mereka?
10. Apakah jam tidur ditetapkan secara
teratur ?
11. Apa jenis aktivitas rekreasi/waktu luang
subsistem. keluarga (subsistem
pasangan, subsistem orang tua- anak,
dan subsistem saudara). Seberapa sering
aktivitas ini terjadi? Siapa yang
berpartisipasi?
12. Apakah keluarga menggunakan alkohol,
tembakau, kopi, cola, atau teh? (Kafein
dan teobromin adalah stimulan)
13. Apakah anggota keluarga mengonsumsi
obat sebagai penenang?
14. Sudah berapa lama anggota keluarga
menggunakan alkohol atau obat
penenang?
15. Apakah penggunaan tembakau, alkohol,
atau obati yang diresepkan oleh anggota
keluarga dirasakan sebagai masalah?
16. Apakah penggunaan alkohol atau obat

27
lainnya mengganggu kapasitas untuk
melakukan aktivitas yang biasa?
17. Apakah keluarga menyimpan Obat
dalam periode yang lama dan
menggunakannya kembali?
18. Apakah obat diberi label dan disimpan
dengan tepat d tempat yang aman dan
jauh dani jangkauan anak kecil?
19. Apa yang dilakukan keluarga untuk
memperbaiki status kesehatannya?
20. Apa yang dilakukan keluarga untuk
mencegah penyakit?
21. Siapakah pemimpin kesehatan di dalam
keluarga?
22. Siapa yang membuat keputusan
kesehatan di dalam keluarga?
23. Apa nilai, sikap, dan keyakinan keluarga
mengenai perawatan di rumah?
24. Kapan pemeriksaan terakhir terhadap
mata dan pendengaran dilakukan?
25. Apakah anggota keluarga menggunakan
air yang diberi fiorida, dan apakah anak-
anak dianjurkan untuk menggunakan
florida setiap hari?
26. Apa kebiasaan higiene oral keluarga
yang berkaitan dengan sikat gigi setelah
makan?
27. Bagaimana pola keluarga dalam
mengasup gula dan tepung?
28. Apakah anggota keluarga menerima
perawatan gigl profesional yang bersifat

28
preventif/pencegahan, termasuk
pendidikan kesehatan, penyinaran
dengan sinar X secara periodik,
kebersihan, perbaikan, dan, untuk anak-
anak, forida oral atau topikal?
29. Sudahkah praktik ini dilaksanakan
berdasarkan koordinasi dengan
pelayanan berbasis medis lainnya?
30. Bagaimana keseluruhan kesehatan dan
anggota keluarga dari hubungan
pernikahan (kakek/nenek, orang tua,
bibi, paman, sepupu, saudara, dan
generasi) selama tiga generasi?
31. Apakah ada riwayat penyakit genetik
atau keturunan di masa lalu dan
sekarang,penyakit diabetes, jantung,
tekanan darah tinggi, stroke, kanker,
gout, penyakit ginjal dan tiroid, asma,
dan keadaan alergi lainnya, penyakit
darah, atau penyakit keturunan lainnya.
Apakah ada riwayat keluarga tentang
masalah emosi atau bunuh diri? Apakah
terdapat penyakit keluarga yang
berkaitan dengan lingkungan?
32. Bagaimana perasaan keluarga tentang
jenis pelayanan kesehatan yang tersedia
di dalam masyarakat?
33. Bagaimana perasaan keluarga mengenai
pelayanan kesehatan yang diterima?
Apakah keluarga merasa nyaman, puas,
dan percaya dengan perawatan yang

29
diterima dari penyedia pelayanan
kesehatan?
34. Apakah pelayanan medis dari pemberi
pelayanan kesehatan saat ini tersedia,
jika terjadi keadaan darurat?
35. Jika tidak ada pelayanan darurat, apakah
keluarga mengetahui di mana pelayanan
darurat terdekat (menurut kelayakan)
baik untuk anak-anak maupun anggota
keluarga yang dewasa?
36. Apakah keluarga mengetahui bagaimana
cara menghubungi ambulans dan
pelayanan paramedis?
37. Apakah keluarga memiliki rencana
kesehatan gawat darurat?
38. Bagaimana keluarga membayar
pelayanan yang diterima?
39. Apakah keluarga memiliki rencana
asuransi kesehatan swasta, Medicare,
atau Medicaid, atau haruskah keluarga
membayar penuh atau sebagian?
40. Apa efek dari biaya perawatan kesehatan
terhadap pemakaian pelayanan
kesehatan oleh keluarga?
41. Berapa jarak fasilitas perawatan dari
rumah keluarga?
42. Alat transportasi apa yang digunakan
keluarga untuk mencapai fasilitas
perawatan?
43. Jika keluarga harus menggunakan
angkutan umum. Masalah apa yang

30
timbul dalam hal jam pelayanan dan
lamanya perjalanan ke fasilitas
pelayanan kesehatan?

Memutus 1. Bagaimana keluarga mendefiniskan sehat


dan sakit untuk masing-masing anggota
keluarga? Tanda-tanda apa yang memberi
kesan, dan siapa yang memutuskan?
2. Apa persepsi keluarga tentang berapa
banyak kontrol kesehatan yang mereka
lakukan dengan melakukan tindak
kesehatan yang tepat?
3. Siapakah yang bertanggung jawab untuk
terhadap perencanaan, belanja, dan
persiapan makanan?
4. Apakah saat makan memiliki suatu fungsi
tertentu bagi keluarga?
5. Siapa yang memutuskan kapan anak-anak
harus tidur?
6. Apakah anggota keluarga secara teratur
menggunakan obat yang dijual bebas atau
obat yang diresepkan?
7. Apakah keluarga memiliki pengalaman
masa lalu dengan pelayanan kesehatan
keluarga?
8. Apa Sikap dan harapan keluarga terhadap
peran perawat?

Merawat 1. Masalah kesehatan apa yang membuat


keluarga merasa mereka rentan?
2. Apakah diet keluarga adekuat? (catat

31
riwayat pola makan keluarga selama 3
hari dianjurkan)
3. Apa yang dilakukan anggota keluarga
ketika merawat anggota yang sakit di
rumah?
4. Bagaimana kemampuan keluarga dalam
hal perawatan diri yang berkaitan
dengan pengakuan terhadap tanda dan
gejala, diagnosis dan perawatan di
rumah. terhadap masalah kesehatan yang
umum dan sederhana?
5. Apakah ada riwayat keluarga tentang
masalah emosi atau bunuh diri? Apakah
terdapat penyakit keluarga yang
berkaitan dengan lingkungan?
6. Apakah penyedia atau lembaga kesehatan
merawat dan memerhatikan semua
kebutuhan kesehatan mereka?
7. Apakah keluarga merasa nyaman, puas
dan percaya dengan perawatan yang
diterima dari penyedia pelayanan
kesehatan?

Memodifikasi 1. Bagaimana makanan disiapkan?


2. Berapa banyak makanan yang
dikonsumsi perhari?
3. Apakah ada pembatasan anggaran
makanan?
4. Bagaimana sikap keluarga terhadap
makanan dan jam makan?
5. Bagaimana kebiasaan keluarga dalam

32
mengonsumsi makanan kudapan?
6. Apakah anggota keluarga melakukan
istirahat siang secara teratur dan
memiliki cara lain untuk istirahat selama
sehari?
7. Apakah anggota keluarga menyadari
bahwa rekreas aktif dan olahraga secara
teratur penting untuk kesehatan?
8. Apakah pekerjaan harian yang biasa
memberikan kesempatan untuk latihan?
9. Jenis rekreasi dan aktivitas fisik apa
(mis., lari, ber-sepeda, berenang, menari,
tenis) yang dilakukan keluarga? Berapa
kali? Siapa yang mengikuti?
10. Apakah aktivitas sehari-hari yang
dilakukan oleh. anggota keluarga
membutuhkan energi yang kecil untuk
dikeluarkan? Apakah anggota keluarga
menghabiskan sedikitnya 30 menit
hampir setiap hari dalam melakukan
aktivitas fisik yang sedang. atau berat?
11. Apa keyakinan keluarga tentang
hubungan aktivitas fisik dengan
kesehatan? Apa yang dirasakan anggota
keluarga tentang aktivitas rekreasi/waktu
luang (kepuasan terhadap waktu yang
dihabiskan dan jenis aktivitas).
12. Apa lembaga atau dokter yang
memberikan pelayanan darurat?

Memanfaatkan 1. Nilai apa yang dianut keluarga dalam

33
kesehatan?
2. Apakah terdapat konsistensi anatara nilai
kesehatan keluarga seperti yang
dinyatakan dan tindakan kesehatan
mereka?
3. Bagaimana informasi dan saran tentang
kesehatan diteruskan kepada anggota
keluarga?
4. Apakah sumber informasi dan saran
kesehatan bagi keluarga ?
5. Penggunaan kupon makanan?
6. Bagaimana kelayakan penyimpanan dan
lemari dingin makanan?
7. Bagaimana riwayat dan perasaan
kelurga tentang keadaan fisik ketika
berada dalam keadaan sehat?
8. Bagaimana status imunisasi anggota
keluarga?
9. Apa praktik pelayanan/perawatan
kesehatan alternatif yang digunakan oleh
anggota keluarga?
10. Bagaimana mereka turut mengikuti
praktik ini, dan atas alasan apa mereka
mengikuti praktik ini?
11. Bagaimana perasaan anggota keluarga
tentang manfaat praktik ini terhadap
kesehatannya? Sudahkah praktik ini
dilaksanakan berdasarkan koordinasi
dengan pelayanan berbasis medis
lainnya?
12. Dari mana anggota keluarga menerima

34
perawatan (sebutkan praktisi perawatan
kesehatan dan/atau lembaga perawatan
kesehatan)?
13. Apakah keluarga mendapatkan
pelayanan gratis (atau mengetahui siapa
yang layak mendapatkannya)?
14. Jika keluarga memiliki asuransi
kesehatan (swasta, Medicare, Medicaid),
apakah keluarga diinformasikan tentang
layanan apa yang diamin oleh asurani
seperti pelayanan preventif, peralatan
medis tertentu, kunjungan rumah, dll?

15. Fungsi Ekonomi


Data yang diperlukan meliputi bagaimana keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi yang
terdiri atas data jenis pekerjaan, jumlah penghasilan keluarga,
jumlah pengeluaran, bagaimana keluarga mampu mencukupi
semua kebutuhan anggota keluarga, bagaimana pengaturan
keuangan dalam keluarga.
16. Fungsi Reproduksi
Data yang dikumpulkan adalah berupa jumlah anak, apakah
mengikuti program keluarga berencana atau tidak, apakah
mempunyai masalah pada fungsi reproduksi.
1.3.1.6 Stres, Koping, dan Adaptasi Keluarga
Stresor, Kekuatan, Dan Persepsi Keluarga
1. Apa saja stresor (baik jangka panjang maupun pendek) yang
pernah dialami oleh keluarga? Merujuk pada Family
Inventory of Live Events and Changes Scale (Tabel 17-2)
sebagai contoh stresor yang penting. Pertimbangkan stresor

35
ekonomi sosial dan lingkungan. Bagaimana kekuatan dan
jangka waktu dari stresor ini?
2. Kekuatan apa yang mengimbangi stresor itu? Apakah
keluarga mampu menangani stres dan ketegangan kehidupan
keluarga sehari-hari? Sumber apa yang dimiliki keluarga
untuk mengatasi stresor itu?
3. Bagaimana keluarga mendefinisikan situasi tersebut?
Apa realistik, penuh harapan, dilihat sebagai tantangan?
Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan pada
penilaian realistis dan objektif terhadap situasi atau peristiwa
yang penuh stres? Atau apakah stresor utama dilihat sebagai
hal yang sangat besar, sulit di atasi, atau sesuatu merusak?
Strategi Koping Keluarga
4. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap stresor yang sedang
dialami? Strategi apa yang digunakan? Srategi koping apa
yang dilakukan keluarga dan untuk menangani jenis masalah
apa? Apakah cara koping anggota keluarga berbeda untuk
mengatasi maslaah saat ini? Jika demikian, bagaimana?
5. Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping internal?
Mangandalkan kelompok keluarga berbagi perasaan,
pemikiran, dan aktivitas (memperkuat kohesivitas)
Fleksibilitas peran
Normalisasi
Mengendalikan makna masalah dengan pemkaian ulang dan
penilaian pasif
Pemecahan masalah bersama
Mendapatkan informasi dan pengetahuan
Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga
Menggunakan humor dan tawa
6. Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping eksternal
berikut (lihat Tabel 17-3)?
Memelihara jalinan aktif dengan komunitas

36
Menggunakan dukungan spiritual
Menggunakan sistem dukungan sosial
Untuk memperoleh informasi jaringan dukungan sosial lebih
lanjut, baik genogram (gambar 8-1) dan ecomap (gambar 17-
4) dianjurkan.
7. Strategi koping disfungsional apa yang pernah digunakan
keluarga atau apakah keluarga saat ini menggunakannya?
Adakah ada tanda-tanda disfungsioanl seperti yang tercantum
dibawah ini? Jika demikian, catat dan sejauh mana tanda
tersebut digunakan?
Mangambinghitamkan
Penggunaan ancaman
Mitos keluarga
Orang ketiga
Pseudomutualitas
Otoriterianisme
Perpecahan keluarga
Penyalahgunaan alkohol atau obat-obat
Kekerasan dalam keluarga(pasangan, anak, dll
Pengabaian anak
Adaptasi Keluarga
8. Bagaimana pengelolaan atau fungsi keluarga? Apakah
sresor/masalah keluarga dikelola secara adekuat oleh
keluarga? Apa dampak dari stresor pada fungsi keluarga?
9. Apakah keluarga berada dalam krisi?
(salah satu tugas primer perawat keluarga adalah mendeteksi
kapan keluarga berada dalam kerisis). Apakah masalah yang
ada merupakan bagian dari ketidakmampuan
kronik.menyelesaikan masalah (mis, apakah keluarga
terpajan krisis)?
Melacak Stresor, Koping, Adaptasi Sepanjang Waktu

37
10. Ketika perawat keluarga dengan keluarga sepanjang waktu,
akan memantau bagaimana keluarga bereaksi terhadap
stresor, perpsepsi, koping, dan adaptasi. Apakah keluarga
mulai pulih, menghasilkan proses koping yang berguna. Atau
apakah tetap pada tingkat adaptasi yang sama, atau
menunjukkan tanda-tanda penurunan adaptasi?

38
INVENTARISASI SISTEM KEKUATAN STRESSOR KELUARGA (FS3I)
Nama Keluarga Tanggal
Anggota Keluarga yang Menyelesaikan Penilaian
Latar Belakang Etnis
Latar Belakang Agama
Sumber Rujukan
Pewawancara
Anggota Hubungan Status Pendidikan
Keluarga Keluarga Umur Pernikahan (tingkatan tertinggi) Pekerjaan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Alasan Keluarga Mencari Bantuan ?

39
Bagian I :Sistem Stressor Keluarga (Umum)
ARAHAN: Masing-masing dari 25 situasi / stresor yang tercantum di sini berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga yang
normal. Mereka memiliki potensi untuk menciptakan stres di dalam keluarga atau di antara kehidupan keluarga. Tolong lingkari angka (0
hingga 5) yang paling menggambarkan jumlah stres atau ketegangan yang mereka ciptakan untuk Anda.
Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter
Tidak Stress Stress Stress
Skor
Berlaku Kecil Sedang Tinggi
1. Anggota keluarga merasa tidak dihargai 0 1 2 3 4 5
2. Rasa bersalah karena tidak mencapai lebih
banyak 0 1 2 3 4 5
3. Kurangnya waktu sendiri 0 1 2 3 4 5
4. Citra diri / harga diri / perasaan tidak
menarik 0 1 2 3 4 5
5. Perfeksionis 0 1 2 3 4 5
6. Diet 0 1 2 3 4 5
7. Kesehatan/Penyakit 0 1 2 3 4 5
8. Komunikasi dengan anak 0 1 2 3 4 5
9. Standar rumah tangga 0 1 2 3 4 5
10. Kurangnya waktu bersama pasangan 0 1 2 3 4 5

40
11. Kurangnya waktu bermain keluarga 0 1 2 3 4 5
12. Tingkah laku anak /kedisiplinan anak/
pertengkaran saudara kandung 0 1 2 3 4 5
13. Televisi 0 1 2 3 4 5
14. Kalender keluarga yang terlalu dijadwalkan 0 1 2 3 4 5
15. Kurangnya tanggung jawab bersama dalam
keluarga 0 1 2 3 4 5
16. Perpindahan 0 1 2 3 4 5
17. Hubungan suami istri (komunikasi,
pertemanan, seks) 0 1 2 3 4 5
18. Liburan 0 1 2 3 4 5
19. Orangtua dan saudara dari istri/suami 0 1 2 3 4 5
20. Perilaku anak remaja (komunikasi, music,
teman, sekolah) 0 1 2 3 4 5
21. Bayi 0 1 2 3 4 5
22. Ekonomi/keuangan/anggaran 0 1 2 3 4 5
23. Tidak senang dengan situasi kerja 0 1 2 3 4 5
24. Terlalu sukarela 0 1 2 3 4 5

41
25. Tetangga 0 1 2 3 4 5

Stressor tambahan :

Komentar keluarga :

Klinisi : klarifikasi situasi / kekhawatiran stres dengan anggota keluarga.


Memprioritaskan agar menjadi penting bagi anggota keluarga :

Bagian II : Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)


ARAHAN : Pertanyaan berikut 12 dirancang untuk memberikan informasi tentang situasi, masalah, atau masalah yang menimbulkan stres
spesifik yang memengaruhi kesehatan keluarga Anda. Mohon lingkari angka (1 hingga 5) yang paling menggambarkan pengaruh situasi ini
terhadap kehidupan keluarga Anda dan seberapa baik Anda memahami fungsi keluarga Anda secara keseluruhan.

Situasi / masalah atau bidang yang menimbulkan stres spesifik saat ini adalah

42
Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter
Stressor : Kecil Sedang Tinggi Skor
1. sejauh mana keluarga Anda terganggu oleh
masalah ini atau situasi yang membuat stres? 1 2 3 4 5
(misalnya efek pada interaksi keluarga,
komunikasi di antara anggota, hubungan
emosional, dan sosial)
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

2. Seberapa besar pengaruh situasi stres ini


pada pola hidup keluarga Anda yang biasa? 1 2 3 4 5
(misalnya efek pada pola gaya hidup dan
tugas perkembangan keluarga)
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

43
3. Seberapa besar situasi ini memengaruhi
kemampuan keluarga Anda untuk bekerja
bersama sebagai unit keluarga? 1 2 3 4 5
(misalnya perubahan peran keluarga,
penyelesaian tugas keluarga,
menindaklanjuti dengan tanggung jawab)
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

Apakah keluarga Anda pernah mengalami kekhawatiran serupa di masa lalu?


1. YA Jika YA, jawablah pertanyaan 4.
2. TIDAK Jika TIDAK, jawablah pertanyaan 5.
4. Seberapa sukseskah keluarga Anda dalam
menghadapi situasi / masalah / kekhawatiran
ini di masa lalu? 1 2 3 4 5
(misalnya, strategi koping yang bisa

44
diterapkan dikembangkan, langkah-langkah
adaptif bermanfaat, situasi ditingkatkan)
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter


Stressor : Kecil Sedang Tinggi Skor
5. Seberapa kuat Anda merasakan situasi /
masalah / kekhawatiran saat ini akan
memengaruhi masa depan keluarga Anda? 1 2 3 4 5
(mis. konsekuensi yang diantisipasi)
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

6. Sejauh mana anggota keluarga dapat


membantu diri mereka sendiri dalam situasi

45
/ masalah / masalah saat ini? 1 2 3 4 5
(misalnya upaya swadaya, harapan keluarga,
pengaruh spiritual, dan sumber daya
keluarga)
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

7. Sejauh mana Anda mengharapkan orang lain


membantu keluarga Anda dengan situasi /
masalah / keprihatinan ini? 1 2 3 4 5
(mis. peran apa yang akan dimainkan oleh
pembantu? seberapa tersedia sumber daya
tambahan keluarga?)
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

8. bagaimana Anda menilai cara keluarga

46
Anda berfungsi secara keseluruhan? 1 2 3 4 5
(mis., bagaimana anggota keluarga Anda
berhubungan satu sama lain dan dengan
keluarga dan komunitas yang lebih besar)
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

9. Bagaimana Anda menilai keseluruhan status kesehatan


fisik dari setiap nama anggota keluarga? (termasuk diri
Anda sebagai anggota keluarga; catat nama-nama
tambahan di belakang.)
a. 1 2 3 4 5
b. 1 2 3 4 5
c. 1 2 3 4 5
d. 1 2 3 4 5
e. 1 2 3 4 5
10. Bagaimana Anda menilai status kesehatan
fisik keluarga Anda secara keseluruhan? 1 2 3 4 5

47
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter


Stressor : Kecil Sedang Tinggi Skor
11. Bagaimana Anda menilai keseluruhan status kesehatan
mental dari setiap nama anggota keluarga? (termasuk
diri Anda sebagai anggota keluarga; catat nama-nama
tambahan di belakang.)
f. 1 2 3 4 5
g. 1 2 3 4 5
h. 1 2 3 4 5
i. 1 2 3 4 5
j. 1 2 3 4 5
12. Bagaimana Anda menilai status kesehatan
mental keluarga Anda secara keseluruhan? 1 2 3 4 5

48
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

Bagian III : Sistem Kekuatan Keluarga


ARAHAN : Masing-masing dari 16 ciri / atribut yang tercantum di bawah ini berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga dan
fungsi keseluruhannya. masing-masing berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan anggota keluarga sebagai individu dan keluarga
secara keseluruhan. Mohon lingkari angka (1 hingga 5) yang paling menggambarkan pengaruh situasi ini terhadap kehidupan keluarga
Anda dan seberapa baik Anda memahami fungsi keluarga Anda secara keseluruhan.
Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter
Stressor : Tidak berlaku Jarang Sering Selalu Skor
1. Komunikasi dan mendengarkan satu sama
lain 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

2. Menegaskan dan mendukung satu sama lain 0 1 2 3 4 5

49
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

3. Mengajarkan rasa hormat satu sama lain 0 1 2 3 4 5


Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

4. Mengembangkan rasa percaya pada anggota 0 1 2 3 4 5


Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter


Stressor : Tidak berlaku Jarang Sering Selalu Skor
5. Menunjukkan rasa bermain dan bercanda 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:

50
Komentar Dokter :

6. Menunjukkan rasa tanggung jawab bersama 0 1 2 3 4 5


Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

7. Mengajarkan benar dan salah 0 1 2 3 4 5


Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

8. Memiliki rasa keluarga yang kuat di mana


banyak ritual dan tradisi 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

51
9. Memiliki keseimbangan interaksi di antara
anggota 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

10. Memiliki inti agama yang sama 0 1 2 3 4 5


Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

11. Menghormati privasi satu sama lain 0 1 2 3 4 5


Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

12. Nilai melayani orang lain 0 1 2 3 4 5


Komentar keluarga:

52
Komentar Dokter :

13. Membiasakan waktu dan percakapan di


meja keluarga 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter


Stressor : Tidak berlaku Jarang Sering Selalu Skor
14. Membagi waktu luang 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

15. Menerima dan mencari bantuan pada


sebuah masalah 0 1 2 3 4 5

53
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

16.a Bagaimana Anda menilai kekuatan


keseluruhan yang ada dalam keluarga Anda 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

16.b kekuatan keluarga tambahan:

RINGKASAN PENILAIAN
Ringkasan penilaian dari Inventarisasi Sistem Kekuatan Stressor Keluarga (FS3I) dibagi menjadi 2 bagian: bagian 1 adalah skor
persepsi keluarga dan bagian 2 adalah skor persepsi dokter. Kedua bagian ini akan di bagi lagi menjadi 3 bagian : Bagian 1, Sistem Stressor

54
Keluarga(Umum); Bagian 2, Sistem Stressor Keluarga (Spesifik); dan Bagian 3, Sistem Keuatan Keluarga. Masing-masing penilaian
mengandung ringkasan kuantitaif dan kualitatif.
Skor keluarga dan skor persepsi Dokter keduanya digambarkan dalam ringkasan kuantitatif. setiap anggota keluarga memiliki kode
warna yang ditentukan. komentar keluarga dan Dokter keduanya dicatat pada ringkasan kualitatif. skor ringkasan kuantitatif, ketika
digambarkan, menunjukkan tingkat untuk memulai mode pencegahan: primer, sekunder dan tersier. informasi ringkasan kualitatif, ketika
disintesis, berkontribusi pada pengembangan dan penyaluran Rencana Perawatan Keluarga.

Bagian 1 : Skor Persepsi Keluarga


1. Sistem Stressor Keluarga (Umum)
Menambah skor dari pertanyaan 1 sampai 25 dan menghitung skor numerik keseluruhan untuk Sistem Stressor Keluarga (Umum).
Peringkat dari 1 (paling positif) hingga 5 (paling negatif). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari perhitungan. Total
skor berkisar dari 25 hingga 125.

Skor Sistem Stressor Keluarga (Umum).

Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga (Umum), Persepsi Anggota Keluarga. Kode warna untuk
membedakan anggota keluarga.

55
Catatan stressor tambahan dan komentar keluarga pada bagian I, ringkasan kualitatif : komentar keluarga dan dokter.

2. Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)


Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1-8,10, 12 dan menghitung skor numerik untuk Sistem Stressor Keluarga (Spesifik).
Peringkat dari 1 (paling positif) hingga 5 (paling negatif). Pertanyaan nomor 4,6,7,8,10,12 diberi skor terbalik. Total skor berkisar
dari 10-50.

Skor Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)

Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Spesifik, (Persepsi Anggota Keluarga). Kode warna untuk
membedakan anggota keluarga.

Rangkuman data dari pertanyaan nomor 9 dan 11 (diberi skor terbalik) dan catatan komentar keluarga di bagian II, ringkasan
kualitatif : komentar keluarga dan dokter.

56
Sistem Kekuatan Keluarga
Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1 sampai 16 dan menghitung skor numerik untuk Sistem Kekuatan Keluarga. Peringkat
mulai dari 1 (jarang) hingga 5 (sering). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari perhitungan. Total skor berkisar dari 16
hingga 80.

Skor Sistem Kekuatan Keluarga

Grafik skor di ringkasan kuantitatif: Sistem Kekuatan Keluarga, (Persepsi Anggota Keluarga).

Catatan tambahan kekuatan keluarga dan komentar keluarga di bagian III, ringkasan kualitatif: komentar keluarga dan dokter.
*Membalikkan skor :
Pertanyaan dijawab (1) diberi skor (5)
Pertanyaan dijawab (2) diberi skor (4)
Pertanyaan dijawab (3) diberi skor (3)
Pertanyaan dijawab (4) diberi skor (2)
Pertanyaan dijawab (5) diberi skor (1)

Bagian 2: Skor Persepsi Dokter

57
1. Sistem Stressor Keluarga (umum)
Menambah skor dari pertanyaan 1 sampai 25 dan menghitung skor numerik keseluruhan untuk Sistem Stressor Keluarga (Umum).
Peringkat dari 1 (paling positif) hingga 5 (paling negatif). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari perhitungan. Total
skor berkisar dari 25 hingga 125.

Skor Family System Stressor (Umum).

Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Umum (Persepsi Dokter)

Catatan klarifikasi Dokter dari stressor umum pada bagian I, ringkasan kualitatif : komentar keluarga dan dokter.

3. Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)


Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1-8,10, 12 dan menghitung skor numerik untuk Sistem Stressor Keluarga (Spesifik).
Peringkat dari 1 (paling positif) hingga 5 (paling negatif). Pertanyaan nomor 4,6,7,8,10,12 diberi skor terbalik. Total skor berkisar
dari 10-50.

Skor Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)

58
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Spesifik, (Persepsi Dokter)

Rangkuman data dari pertanyaan nomor 9 dan 11 (diberi skor terbalik) dan catatan komentar Dokter di bagian II, ringkasan
kualitatif : komentar keluarga dan dokter.

4. Sistem Kekuatan Keluarga


Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1 sampai 16 dan menghitung skor numerik untuk Sistem Kekuatan Keluarga. Peringkat
mulai dari 1 (jarang) hingga 5 (sering). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari perhitungan. Total skor berkisar dari 16
hingga 80.

Skor Sistem Kekuatan Keluarga

Grafik skor di ringkasan kuantitatif: Sistem Kekuatan Keluarga, (Persepsi Dokter).

Catatan klerifikasi Dokter dari kekuatan keluarga di bagian III, ringkasan kualitatif: komentar keluarga dan dokter.

59
*Membalikkan skor :
Pertanyaan dijawab (1) diberi skor (5)
Pertanyaan dijawab (2) diberi skor (4)
Pertanyaan dijawab (3) diberi skor (3)
Pertanyaan dijawab (4) diberi skor (2)
Pertanyaan dijawab (5) diberi skor (1)

60
Skor Untuk Sistem Stressor Keluarga Skor Untuk Sistem Stressor Keluarga Skor Untuk
Sistem Kekuatan Keluarga
Kesehatan (Umum) Kesehatan (Spesifik) Kesehatan
dan Stabilitas Skor Skor dan Stabilitas Skor Skor dan Stabilitas Skor Skor
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
Keluarga Dokter Keluarga Dokter Keluarga Dokter
5.0 5.0 5.0

4.8 4.8 4.8

4.6 4.6 4.6

4.4 4.4 4.4

4.2 4.2 4.2

4.0 4.0 4.0

3.8 3.8 3.8

61
3.6 3.6 3.6

3.4 3.4 3.4

3.2 3.2 3.2

3.0 3.0 3.0

2.8 2.8 2.8

2.6 2.6 2.6

2.4 2.4 2.4

2.2 2.2 2.2

2.0 2.0 2.0

62
1.8 1.8 1.8

1.6 1.6 1.6

1.4 1.4 1.4

1.2 1.2 1.2

1.0 1.0 1.0

63
Ringkasan Kualitatif : Komentar Keluarga dan Dokter
Bagian I : Sistem Stressor Keluarga (umum)
Rangkuman pemicu stres umum dari komentar keluarga dan Dokter. Memprioritaskan stressor sesuai dengan kepentingan anggota
keluarga.

Bagian II : Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)


A. Rangkuman stressor spesifik dari komentar keluarga dan Dokter.

B. Rangkuman perbedaan (jika ada perbedaan) antara bagaimana anggota keluarga dan dokter melihat efek situasi stres pada keluarga.

C. Rangkuman keseluruhan fungsi keluarga.

64
D. Rangkuman keseluruhan status kesehatan fisik yang signifikan untuk anggota keluarga.

E. Rangkuman keseluruhan status kesehatan mental yang signifikan untuk anggota keluarga.

Bagian III : Sistem Kekuatan Keluarga


Rangkuman system kekuatan keluarga dan komentar keluarga dan dokter yang memfasilitasi kesehatan dan stabilitas keluarga.

Rencana Perawatan Keluarga


Kekuatan sistem Mode Pencegahan / Intervensi
Diagnosis sistem keluarga
Tujuan Evaluasi hasil
stresor keluarga mendukung
keluarga Primer, sekunder, Aktivitas dan perencanaan
umum dan rencana
dan dokter dan tersier Pencegahan/intervensi ulang
spesifik perawatan
keluarga

65
66
1.3.1.7 Keluarga Sejahtera
No Indikator Mampu Tidak
Mampu
Keluarga Sejahtera 1
1 Pada umumnya anggota keluarga makan
dua kali sehari atau lebih *)
2 Anggota keluarga memiliki pakaian yang
berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah
dan bepergian
3 Rumah yang ditempati keluarga
mempunyai atap, lantai dan dinding yang
baik *)
1.3.1.8 Atap
1.3.1.9 Lantai
1.3.1.10 Dinding
4 Bila anggota keluarga sakit dibawa ke
sarana kesehatan
5 Bila pasangan usia subur ingin ber KB
pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi
6 Semua anak umur 7-15 tahun dalam
keluarga bersekolah
Keluarga Sejahtera 2
1 Pada umumnya anggota keluarga
melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing –
masing
2 Paling kurang sekali seminggu anggota
keluarga makan daging/ikan/telur
3 Seluruh anggota keluarga memperoleh
paling kurang satu stel pakaian baru
dalam setahun

67
4 Luas lantai rumah paling kurang 8m2
untuk setiap penghuni rumah
5 Ada seseorang atau lebih
anggotakeluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan
6 Seluruh anggota keluarga umur 10-60
tahun bisa baca tulisan latin
7 Pasangan usia subur dengan 2 anak atau
lebih menggunakan alat kontrasepsi
Keluarga Sejahtera 3
1 Keluarga berupaya meningkatkan
pengetahhuan agama
2 Sebagian penghasilan keluarga ditabung
dalam bentuk uang maupun barang
3 Kebiasaan keluargamakan bersama
paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi
4 Keluarga sering ikut dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan tempat tinggal
5 Keluarga memperoleh informasi dari
surat kabar/majalah/radio/TV
Keluarga Sejahtera 3+
1 Keluarga secara teratur dengan sukarela
memberikan sumbangan materil untuk
kegiatan social
2 Anggota keluarga yang aktif sebagai
pengurus perkumpulan sosial/yayasan
institusi masyarakat
Tabel 1.4 Keluarga Sejahtera (BKKBN, 2011)
1.3.1.8 Tingkat Kemandirian
No Kriteria Tingkat Kemandiria Mampu Tidak Mampu

68
1 keluarga menerima perawat
2 keluarga menerima pelayanan
kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3 keluarga tahu dan dapat
mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
4 keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan pelayanan
kesehatan sesuai anjuran
5 keluarga melakukan tindakan
keperaatan sederhana yang
sesuai anjuran
6 keluarga melakukan tindakan
pencegahan secara aktif
7 keluarga melakukan tindakan
promotive secara aktif
Tabel 1.5 Kriteria Kemandirian (IPKKI, 2017)

69
1.4 Diagnosa Keperawatan Keluarga
Tabel 1.6 Contoh Tabel Diagnosa Keperawatan
No Perhatian Kesehatan Masalah
1 Masalah hubungan Domain 7 hubungan peran
pernikahan Kelas 2 hubungan keluarga
00159
Kesiapan meningkatakan
proses keluarga
Definisi : Suatu pola fungsi
keluarga untuk mendukung
kesejahteraan anggota
keluarga dan dapat
ditingkatkan
2 Masalah belajar anak Domain 5 presepsi/kognisi
Kelas 4 kognisi
00126
Defisien pengetahuan
Definisi : Ketiadaan atau
defisien informasi kognitif
yang berkaitan dengan topik
tertentu atau kemahiran
3 Praktik membesarkan anak Domain 5 presepsi/kognisi
Kelas 4 kognisi
00161
Kesiapan meningkatkan
pengetahuan
Definisi : Suatu pola
informasi kognitif yang
berhubungan dengan topik
spesifik atau penguasaanya
yang dapat diperkuat

70
4 Kesehatan gigi Domain 4 aktivitas/istirahat
Kalas 5. Perawatan diri
00182
Kesiapan meningkatkan
perawatan diri
Definisi : Suatu pola
pelaksanaan aktivitas untuk
diri sendiri untuk memenuhi
tujuan terkait kesehatan
yang dapat ditingkatkan
5 Penganiayaan dan Domain 5 presepsi/kognisi
pengabaian anak Kelas 4 kognisi
00222
Ketidakefektifan kontrol
impuls
Definisi : suatu pola
melakukan reaksi yang
cepat dan tidak terencana
terhadap stimuli internal dan
eksternal tanpa
memperhatikan konsekuensi
negative dari reaksi ini pada
individu impulsif atau orang
lain
1.4.1 Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
Tabel 1.7 Skala Untuk Menentukan Prioritas (IPKKI, 2017)
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah
Skala: Wellness 3
Aktual 3
Resiko 2

71
Potensial 1

2 Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala:
Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk
dicegah
Skala: Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala:
Segera 2
Tidak perlu 1 1
Tidak dirasakan 0

Cara skoring:
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot.

3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria

72
1.5 Tabel Intervensi Keperawatan Keluarga (satu tugas keluarga harus ada satu garis) pilih salah satu dari dx ,
Tabel 1.8 Contoh Tabel Intervensi (IPKKI, 2017)
Data Diagnosis Keperawatan NOC NIC
Data Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Pendukung
Masalah
Keluarga
Penganiayaan 00222 Ketidakefektifan Domain VI Domain V
dan kontrol impuls Kesehatan keluarga Keluarga
pengabaian Kelas-Z Kelas-Z
anak Status kesehatan Perawatan membesarkan anak
anggota keluarga 6402 Dukungan perlindungan terhadap
2500 Penghentian terhadap kekerasan anak
kekerasan Definisi : identifikasi adanya hubungan
Definisi : bukti bahwa ketergantungan yang memiliki resiko
korban tidak lagi tinggi pada anak dan tindakan untuk
disakiti atau mencegah kemungkinan atau tindakan
dieksploitasi penganiayaan lebih lanjut baik secara fisik
25002 Indikator : maupun seksual atau emosional atau

73
Bukti bahwa kekerasan pelalaian dalam pemenuhan kebutuhan
fisik telah dihentikan, hidup dasar
dari skala 4 (besar) Indikator
25003 menjadi skala 1 (tidak Mengenal
ada) 1. Identifikasi orangtua yang telah
Bukti bahwa kekerasan memiliki anak, dimana anak tersebut
emosi telah dihentikan, telah berpindah dari rumah atau
2513 dari skala 4 (besar) orangtua yang telah menyerahkan
menjadi 1 (tidak ada) anak pada saudaranya yang lain untuk
Pengehentian jangka waktu yang lama
terhadap pengabaian 2. Identifikasi orangtua yang memiliki
atau penelantaran riwayat penyalahgunaan zat, depresi
Definisi : bukti bahwa atau memiliki penyakit psikiatrik
251301 korban tidak lagi utama
menerima perawatan 3. Identifikasi orangtua yang
dibawah standar menunjukkan perlunya peningkatan
Bukti bahwa kebutuhan pendidikan sebagai
251302 pengabaian fisik telah orangtua
dihentikan, dari skala 4 4. Identifikasi orangtua yang memiliki

74
(banyak) menjadi 1 riwayat kekerasan dalam rumah
(tidak ada) tangga
251305 Bukti bahwa 5. Identifikasi orangtua yang memiliki
pengabaian emosianal riwayat masa kanak-kanak yang tidak
telah dihentikan, dari bahagia yang terkait dengan
skala 4 (banyak) penganiayaan, penolakan dan kritik
menjadi 1(tidak ada) yang berlebihan atau merasa tidak
Bukti bahwa berharga
pengabaian perawatan 6. Identifikasi situasi krisis yang
kesehatan telah berhenti mungkin memicu terjadinya
penganiayaan, misalnya kemiskinan,
pengangguran, perceraian,
gelandangan dan kekerasan dalam
rumah tangga
7. Identifikasi bayi dan anak yang
memiliki kebutuhan perawatan tinggi
8. Identifikasi penjelasan dari pemberi
perawatan mengenai cedera pada anak
yang mungkin terjadi

75
Memutus
1. Tentukan apakah keluarga memiliki
jaringan dukunagn sosial yang utuh
untuk membantu dalam masalah
keluarga, perawatan anak sementara
dan krisis perawatan anak
2. Tentukan apakah seorang anak
menunjukkan tanda-tanda adanya
penganiayaan fisik, misalnya tanda
kemerahan, bengkak, dan lainnya
3. Tentukan apakah anak menunjukkan
tanda-tanda adanya kelalaian,
misalnya kegagalan tumbuh,
kebersihan buruk dan lainnya
4. Tentukan apakah anak menunjukkan
adanya tanda-tanda penganiayaan
seksual, misalnya kemerahan pada
genital, kesulitan berjalan atau duduk,
dan lainnya

76
5. Tentukan apakah anak menunjukkan
tanda-tanda penganiayaan emosi,
misalnya keterlambatan
perkembangan fisik, gangguan belajar
dan lainnya
6. Tentukan apakah gejala akut pada
anak menghilang saat anak terpisah
dari orangtua
7. Tentukan apakah orangtua memiliki
harapan yang tidak realistis
8. Tetapkan suatu system dalam
pencatatan anak apabila diperkirakan
anak adalah korban dari penganiayaan
Merawat
1. Monitor interaksi orangtua anak dan
catat hasil observasi
2. Monitor anak terkait dengan
kepatuhan yang ekstrim, misalnya
penyerahan diri yang pasif oada saat

77
dilakukan prosedur infasi
3. Monitor anak adanya peran
berkebalikan seperti perilaku anak
yang agresif
4. Monitor kunjungan yang berulang kali
ke klinik, gawat darurat atau dokter
saat ada masalah kecil
5. Monitor adanya konsisi memburuk
yang progresif dalam status fisik
emosi banyi atau anak
6. Instruksikan pada orangtua mengenai
penyelesaian masalah, pembuatan
keputusan dan keterampilan
perawatan dan pengasuhan atau
lakukan perujukan orangtua pada
program dimana keterampilan ini
dapat dipelajarai
7. Bantu keluarga mengidentifikasi
strategi koping dalam menghadapi

78
situasi penuh stress
8. Berikan orangtua informasi mengenai
bagaimana mengatasi tangisan anak
9. Berikan orangtua dengan metode
menghukum tanpa kekerasan fisik
untuk mendisiplinkan anak
10. Berikan orangtua mengenai informasi
bagaimana mengatasi tangisan anak,
menekankan bahwa mereka tidak
seharusnya mengguncang bayi
11. Libatkan orangtua dan anak dalam
latihan dalam membangun kedekatan
12. Sediakan bagi orangtua dan remaja
mereka dengan suatu informasi terkait
dengan pembuatan keputusan dan
keterampilan komunikasi
13. Sediakan bagia anak yang lebih tua
dengan informasi mengenai bagimana
menyediakan kebutuhan perawatan

79
dasar bagi saudara mereka yang lebih
muda
14. Sediakan bagi anak suatu penguatan
yang positif terkait dengan harga diri
mereka, perawatan yang membangun,
komunikasi terapeutik dan simulasi
perkembangan
Memodifikasi
1. Tetapkan suatu sistem penanda dalam
catatan anak apabila diprkirakan anak
adalah korban dari penganiayaan atau
pelalaian anak
Memanfaatkan
1. Sediakan rujukan bagi keluarga
berisiko kepada perawat kesehatan
masyarakat yang merujuk kepada
jaminan bahwa lingkungan mereka di
monitor, bahwa keluarganya dikaji
dan bahwa keluarga tersebut akan

80
terus mendapatkan bantuan
2. Rujuk keluarga pada pelayanan
kemanusiaan dan konseling
profesional sesuai kebutuhan
3. Rujuk orangtua yang mengalami
kekerasan dan anak yang memiliki
risiko tinggi kekerasan pada tempat
penampungan kekerasan dalam rumah
tangga
4. Rujuk orangtua pada kelompok
parent annonymous untuk
mendapatkan dukungan dengan cara
yang tepat

81
1.6 Impelementasi
Tabel 1.9 Contoh Implementasi Keperawatan (IPKKI, 2017)
Tanggal/ Diagnosis Implementasi Ttd Perawat
No Keperawatan
TUK 1
Mengenal
Memutus
Modif
Manfaatkan

1.7 Evaluasi
Tabel 1.10 Contoh Evaluasi Keperawatan (IPKKI, 2017)
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Hari/Tanggal

82
1.3 Evidance Based In Nursing
Judul : Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi
Keluarga Terhadap Perkembangan Anak
Penelitian ini menjelaskan bahwa analisis pola komunikasi keluarga, fungsi
sosialisasi keluarga, bentuk komunikasi terjadi pada keluarga yang tinggal di
permukiman dan perkampungan di kota Bekasi. Untuk berhubungan dengan
orag lain dibutuhkan komunikasi yang baik. Pola komunikasi keluarga adalah
komunikasi yang terjadi dalam keluarga dimana sumber adalah orangtua
kepada anaknya ataupun anak kepada orangtua yang mempunyai pola-pola
tertentu. Pola komunikasi keluarga pada penelitian ini adalah pola
komunikasi laissez-faire, pola komunikasi protektif, pola komunikasi
puralistik dan pola komunikasi konsensual.

N Pola Permukiman Perkampungan


o komunikasi
Tidak Pernah Sering Selalu Tidak Pernah Sering Selalu
keluarga
pernah pernah

1. Pola laissez- 0 9 56 13 0 13 52 13
faire

2. Pola 0 19 43 16 1 17 48 12
protektif

3. Pola 0 13 50 15 0 14 39 15
puralistik

4. Pola 0 9 62 7 0 12 54 12
konsensual

1. Pola laissez-faire
Hal pertama yang dilakukan oleh keluarga yang tinggal di permukiman dalam
pola ini adalah saat orantua membiarkan anak bermain sendiri. Keluarga di
perkampungan membiarkan anak main sendiri di dalam maupun di luar
rumah, hal ini memungkinkan keluarga yang tinggal di perkampungan tinggal
diantara keluarga luas.

83
2. Pola protektif
Hal utama yang selalu dilakukan oleh para orangtua di permukiman maupun
di perkampungan adalah menemani bermain dan menjelaskan setiap yang
ditanyakan oleh anak mereka. Sebagian mengarahkan anak mereka degan
permainan yang menurutnya baik dan larangan telah dijelaskan sebelum
anak-anak memulai aktivitas.
3. Pola puralistik
Keluarga yang tinggal di permukiman maupun di perkampungan memberikan
kebebasan kepada anak-anak dalam mengemukakan pendapatnya tentang
mainan yang akan dipilih, orangtua juga menjelaskan resiko dari akibat
permainan tersebut.
4. Pola konsensual
Para orangtua di permukiman maupun di perkampungan memberi kebebasan
anaknya dalam bermain, mereka tidak melarang dan mempercayai bahwa
anak-anak sudah mengerti apa resiko dari pilihan permainan mereka.

84
Judul Jurnal : Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Kepercayaan Diri
Anak Usia Sekolah di SD Gmim Lelma Kecamatan Tumpaan
Kabupaten Minahasa Selatan
Kepercayaan diri merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia. Anak yang
memiliki kepercayaan diri akan bisa dan mampu belajar serta bersikap positif
dalam berhubungan dengan oranglain.
No Pola komunikasi Kepercayaan diri Total p value
keluarga
Baik Kurang

n % n %

1. Fungsional 39 97,5 1 40 0,000

2. Disfungsional 1 14,3 6 7

Jumlah 40 7

Dalam pola komunikasi keluarga seperti hubungan yang dilakukan oleh


individu adalah dengan ibunya, bapaknya, dan anggota keluarga lainnya, karena
tanggungjawab orangtua adalah mendidik anak, maka komunikasi yang
berlangsung di dalam keluarga bernilai pendidikan. Dalam komunikasi ada
sejumlah norma yang ingin diwariskan oleh orangtua kepada anaknya dengan
pengandalan pendidikan. Norma-norma tersebut mencangkup norma agama,
akhlak, sosial, etika dan norma agar anak memiliki kepercayaan diri yang baik.
Pembentukan kepercayaan diri anak dapat dipengaruhi oleh teman sebaya.
Anak yang dikagumi, disenangi dan dihormati akan memiliki kepercayaan diri
yang tinggi. Anak yang ditolak oleh teman biasanya akan menarik diri
menganggap dirinya tidak sama dengan teman. Kepercayaan diri anak-anak tidak
lepas dari bagaimana peran serta komunikasi dari orangtua, jika pola komunikasi
orangtua baik maka kepercayaan diri anak pun akan menjadi baik, sebaliknya jika
komunikasi orangtua kurang akan berdampak pada kepercayaan diri anak. Karena
tugas dari orangtua yaitu membimbing, mengingatkan dan mengajarkan hal-hal
yang baik.

85
Judul Jurnal : Hubungan Peran Orangtua dengan Prestasi Belajar Anak Usia
Sekolah di Sdn Inpres I Tumaratas Kecamatan Langowan Barat

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah pembelajaran. Hasil
pembelajaran dipengaruhi oleh diri sendiri yaitu adanya keinginan untuk belajar
dan dari luar yaitu dorongan dari lingkungan sosial terutama dari keluarga.
Orangtua memiliki peranan penting dalam pendidikan dan merupakan guru
pertama bagi anak. Pada anak usia sekolah dapat menjadikan pengalaman
pendidikan yang memperluas dunia anak yaitu anak memiliki kebebasan bermain,
belajar dan bekerja sama dengan temannya.
No Peran orangtua Prestasi belajar Total Nilai p

Baik Cukup

n % n % n %

1. Baik 32 94 2 6 34 100,00 0,003

2. Kurang 16 64 9 36 25 100,00

Jumlah 48 11 59

Orangtua yang berperan dan terlibat dalam kegiatan sekolah anak


memungkinkan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, selain itu pemberian
perhatian terhadap tugas dan jadwal sekolah harian juga suasana rumah yang
mendukung belajar dan interaksi yang baik antara orangtua dan anak membuat
anak bersemangat untuk belajar dan prestasi anak meningkat.
Orang tua yang memberikan dukungan pada anaknya dalam belajar akan
mampu meningkatkan semangat anak agar dapat belajar lebih giat, belajar dengan
sungguh-sungguh dan tidak mudah putus asa jika menghadapi kesulitan dalam
belajar dan dapat bersosialisasi dengan baik. Salah satu tugas kritis orang tua
dalam menyosialisasikan anak-anak mereka pada saat ini adalah termasuk
meningkatkan prestasi sekolah.

86
87
BAB 2
HASIL
2.1 Pengkajian
2.1.1 Mengidentifikasi Data
1. Nama Keluarga : Tn. H
2. Alamat dan Telepon : Jalan Pagesangan 2 Lestari No.8 Surabaya.
08123312xxx
3. Komposisi keluarga:
a. Tabel Komposisi Keluarga
Hub.
Status
No Nama L/P Umur Dengan Pend. Pekerjaan
Perkawinan
KK
1 Tn. H L 36th Kepala SMA Swasta Menikah
Keluarg
a
2 Ny. I P 36th Istri SMA IRT Menikah
3 An. S P 8th Anak SD Belum Belum
bekerja Menikah
4 An. B L 5th Anak TK Belum Belum
Bekerja Menikah

(Tabel 2.1 Komposisi Keluarga)


b. Genogram

88
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: PerempuanMeninggal
:Tinggal dalam satu rumah
(Sumber : Nies.2019)

89
c. Pemeriksaan Fisik (head to toe)
Tabel 2.2 Pengukuran Tanda – Tanda Vital Keluarga Tn. H
Pengukuran
Tn. H Ny. I An. S
Tanda – Tanda Vital An. B
Tekanan Darah 150/90 120/70 90/60 mmHg -
mmHg mmHg
Nadi 86x/menit 76x/menit 68x/menit 70x/menit
Suhu 36oC 36,4oC 36,6oC 36oC
Pernafasan 22x/menit 18x/menit 20x/menit 24x/ menit

Tabel 2.3 Pemeriksaan Fisik Keluarga Tn.H

Head Anak B
No Bpk.H Ibu.I Anak S
to Toe

1 Kepala I : pertumbuhan I : pertumbuhan rambut I : pertumbuhan rambut I : pertumbuhan rambut


rambut merata, merata, rambut merata, rambut merata, rambut berwarna
rambut berwarna berwarna hitam, berwarna hitam, hitam, ketombe (-),

90
hitam, ketombe (-), ketombe (-), alopesia (- ketombe (-), alopesia (-) alopesia (-)
alopesia (-) ) Kutu (+) Kutu (-)
Kutu (-) Kutu (-) P : tidak teraba P : tidak teraba
P : tidak teraba P : tidak teraba benjolan/massa benjolan/massa
benjolan/massa benjolan/massa
2 Wajah I : bentuk muka I : bentuk muka I : bentuk muka I : bentuk muka simetris,
simetris, acne (-), simetris, acne (+), simetris, acne (-), tidak acne (-), tidak terlihat
tidak terlihat bekas terlihat bekas luka terlihat bekas luka pada bekas luka pada muka
luka pada muka jerawat pada muka muka P : tidak terdapat
P : tidak terdapat P : Tidak terdapat P : tidak terdapat benjolan/massa
benjolan/massa benjolan/massa benjolan/massa
3 Mata I : kedua mata I : kedua mata I : kedua mata simetris, I : kedua mata simetris,
simetris, edema simetris, edema edema palpebra (-), lesi edema palpebra (-), lesi
palpebra (-), lesi (-) , palpebra (-), lesi (-) , (-) , reflex pupil 4mm , (-) , reflex pupil 3mm ,
reflex pupil 4mm , reflex pupil 4mm , konjungtiva anemis (-), konjungtiva anemis (-),
konjungtiva anemis konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), sklera ikterik (-), gerakan
(-), sklera ikterik (-), sklera ikterik (-), gerakan bola mata bola mata normal
gerakan bola mata gerakan bola mata normal P : tidak ada massa, tidak
normal normal P : tidak ada massa, ada edema

91
P : tidak ada massa, P : tidak ada massa, tidak ada edema
tidak ada edema tidak ada edema
4 Telinga I : Bentuk telinga I : Bentuk telinga I : Bentuk telinga I : Bentuk telinga
simetris, serumen (- simetris, serumen (-), simetris, serumen (-), simetris, serumen (-),
), perdarahan (-) perdarahan (-) perdarahan (-) perdarahan (-)
P : tidak teraba P : tidak teraba adanya P : tidak teraba adanya P : tidak teraba adanya
adanya massa/benjolan massa/benjolan massa/benjolan
massa/benjolan
5 Hidung I : hidung simetris, I : hidung simetris, I : hidung simetris, I : hidung simetris,
septum hidung (+), septum hidung (+), septum hidung (+), septum hidung (+), secret
secret (-), secret (-), perdarahan (- secret (-), perdarahan (- (+), perdarahan (-)
perdarahan (-) ) ) P : tidak teraba adanya
P : tidak teraba P : tidak teraba adanya P : tidak teraba adanya benjolan/massa
adanya benjolan/massa benjolan/massa
benjolan/massa
6 Mulut I : mukosa bibir I : mukosa bibir I : mukosa bibir I : mukosa bibir lembab,
lembab, karies gigi lembab, karies gigi (-), lembab, karies gigi (+), karies gigi (+), karang
(-), karang gigi (-) karang gigi (-) karang gigi (+) gigi (+) pembesaran
pembesaran tonsil (- pembesaran tonsil (-), pembesaran tonsil (-), tonsil (-),

92
), P : tidak ada massa dan P : tidak ada massa dan P : tidak ada massa dan
P : tidak ada massa nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
dan nyeri tekan
7 Leher I : pembesaran vena I : pembesaran vena I : pembesaran vena I : pembesaran vena
jugularis (-) jugularis (-) jugularis (-) jugularis (-)
P : pembesaran P : pembesaran thyroid P : pembesaran thyroid P : pembesaran thyroid (-
thyroid (-) (-) (-) )
8 Dada I : bentuk dada I : bentuk dada I : bentuk dada I : bentuk dada simetris,
simetris, retraksi simetris, retraksi simetris, retraksi retraksi dinding dada
dinding dada dinding dada normal, dinding dada normal, normal, jejas (-)
normal, jejas (-) jejas (-) jejas (-), P : fremitus taktil (+),
P : fremitus taktil P : fremitus taktil (+), P : fremitus taktil (+), edema (-),
(+), edema (-), edema (-), edema (-), P : suara nafas
P : suara nafas sonor P : suara nafas sonor P : suara nafas sonor hipersonor (+)
(+) (+) (+) A : bunyi nafas vesikuler
A : bunyi nafas A : bunyi nafas A : bunyi nafas (+), ronkhi (+),weezing (-
vesikuler (+), ronkhi vesikuler (+), ronkhi (- vesikuler (+), ronkhi (- )
(-),weezing (-) ),weezing (-) ),weezing (-)
9 Jantung I : bentuk dada I : bentuk dada I : bentuk dada simetris, I : bentuk dada simetris,

93
simetris, tidak ada simetris, tidak ada tidak ada pembesaran tidak ada pembesaran
pembesaran pada pembesaran pada salah pada salah satu dinding pada salah satu dinding
salah satu dinding satu dinding dada dada dada
dada P : bentuk dada P : bentuk dada simetris P : bentuk dada simetris
P : bentuk dada simetris P : suara redup P : suara redup
simetris P : suara redup A : BJ I, BJ II, BJ III A : BJ I, BJ II, BJ III lup-
P : suara redup A : BJ I, BJ II, BJ III lup-dup dup
A : BJ I, BJ II, BJ lup-dup
III lup-dup
10 Abdomen I : permukaan perut I : permukaan perut I : permukaan perut I : permukaan perut
buncit, acites (-), buncit, acites (-), lesi (- buncit, acites (-), lesi (-) buncit, acites (-), lesi (-)
lesi (-) ) P : nyeri tekan (-) , P : nyeri tekan (-) ,
P : nyeri tekan (-) , P : nyeri tekan (-) , pembesaran limpa (-), pembesaran limpa (-),
pembesaran limpa (- pembesaran limpa (-), pembesaran hepar (-) pembesaran hepar (-)
), pembesaran hepar pembesaran hepar (-) P : tympani (+) P : tympani (+)
(-) P : tympani (+) A : bising usus A : bising usus 9x/menit
P : tympani (+) A : bising usus 8x/menit
A : bising usus 7x/menit
8x/menit

94
11 Ekstremitas I : ekstermitas atas : I : ekstermitas atas : I : ekstermitas atas : I : ekstermitas atas :
odema (-), lesi (-), odema (-), lesi (-), odema (-), lesi (-), odema (-), lesi (-),
kekuatan otot 55 kekuatan otot 55 kekuatan otot 55 kekuatan otot 55
Ekstermitas bawah : Ekstermitas bawah : Ekstermitas bawah : Ekstermitas bawah :
odema (-), lesi (-), odema (-), lesi (-), odema (-), lesi (-), odema (-), lesi (-),
kekuatan otot 55 kekuatan otot 55 kekuatan otot 55 kekuatan otot 55

P : pitting edema (-), P : pitting edema (-), P : pitting edema (-), P : pitting edema (-),
massa (-) massa (-) massa (-) massa (-)
12 Genetalia I : pembesaran I : vaginitis (-) I : vaginitis (-) I : pembesaran kelenjar
kelenjar prostat (-) P : hemoroid (-) P : hemoroid (-) prostat (-)
P : hemoroid (-) P : hemoroid (-)

95
d. Riwayat Imunisasi
No Jenis Waktu Bpk. H Ibu I An. S An. B
imunisasi pemberian
Sudah Belum Lupa Sudah Belum Lupa Sudah Belum Lupa Sudah Belum Lupa
1. HB Baru lahir ✓ ✓ ✓ ✓
3 bulan
4 bulan
5 bulan
2. Polio 0- 1 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
2 bulan
3 bulan
4 bulan
3. BCG 0-2 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
4. DPT 1 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
2 bulan
3 bulan
5. Hiv 2 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
3. bulan
4. bulan

96
6. PCV 2 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
4 bulan
6 bulan
7. Rotavirus 2 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
5. bulan
6. bulan
8. Influenza 7. bulan – ✓ ✓ ✓ ✓
18 tahun
(ulangan 1x
setiap tahun)
9. Campak 9 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
10. MMR 15 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
11. Thypoid 24 bulan – 18 ✓ ✓ ✓ ✓
tahun (ulangan
setiap 3 tahun)
12. Hepatitis A 24 bulan – 18 ✓ ✓ ✓ ✓
tahun (2x,
interval 6-12

97
bulan)
13. Varicella 12 bulan – 18 ✓ ✓ ✓ ✓
tahun (1x
pemberian)
14. HPV 10- 18 tahun ✓ ✓ - -
(2/3x
pemberian)
15. Japanese 12 bulan ✓ ✓ - -
Encephalitis 24 bulan –
3tahun (untuk
tiap daerah)
16 Dengue 9-12 tahun (3x ✓ ✓ - -
interval 6 ulan)
(Tabel 2.4 Imunisasi menurut IDAI)

98
4. Tipe bentuk keluarga : traditional nuclear ( dalam satu rumah terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang terikat hubungan pernikahan)
5. Latar Belakang Kebudayaan (Etnik):
a. Keluarga Bpk. H berasal dari suku Jawa
b. Bahasa yang digunakan oleh keluarga Bpk. H yaitu Bahasa Jawa (ngoko)
dan Bahasa Indonesia
c. Keluarga Bpk. H seluruhnya berasal dari Indonesia. Tidak pernah tinggal
di luar negeri.
d. Lingkungan yang ditinggali keluarga Bpk. H tidak semua tetangga
penduduk asli dan berkebudayaan sama dengan keluarga Bpk. H.
e. Tempat tinggal Bpk.H berlatar belakang suku yang sama yaitu jawa
f. Aktivitas keagamaan yang diikuti oleh keluarga Bpk. H adalah yasinan,
dan sudah menjadi kebudayaan bagi keluarga mereka dalam Islam.
g. Keluarga Bpk. H jarang melakukan diet. Keluarga Bpk. H memiliki style
pakaian modern (barat).
h. Dekorasi rumah keluarga Bpk. H tidak memiliki tanda atau ciri khas
pengaruh pada budaya.
i. Keberadaan peran dan struktur kekuasaan keluarga bersifat modern
j. Porsi komunitas umum bagi keluarga tidak selalu di dalam etnik,
keluarga Bpk H bersifat dinamis mampu menerima perubahan
k. Keluarga Bpk. H tidak pernah berkunjung ke pratik perawatan kesehatan
tradisional. Mereka lebih memilih untuk pergi ke dokter praktik swasta ,
puskesmas maupun rumah sakit.
6. Identifikasi religius
a. Seluruh anggota keluarga menganut agama Islam.
b. Dalam keluarga mereka keyakinan dan panutan mereka tetap pada Islam
dan Al Qur’an.
c. Keluarga sering mengikuti kegiatan masjid seperti sholat Jumat, Tarawih
dan IED di masjid.
d. Keluarga mengikuti kegiatan yasinan
e. Keluarga beragama Islam dan menganut ajaran Nahdlatul Ulama

99
7. Status kelas social
a. Bpk.H jarang bersosialisasi dengan tetangga sekitar jika tidak ada
kepentingan mendadak, karena sibuk bekerja , yang lebih sering
berinteraksi dengan tetangga adalah Ibu I, karena mengawasi anaknya
bermain di tetangga sekitar rumah
b. Keluarga Bpk. H memiliki ekonomi yang cukup. Selain menjadi pegawai
disalah satu perusahaan swasta (satpam), Bpk. H melakukan pekerjaan
sampingan sebagai driver transportasi online. Selain sebagai ibu rumah
tangga istri Bph. H membantu dengan menitipkan kerupuk dan roti ke
warung-warung terdekat.
c. Pencari nafkah adalah Bpk.H , Ibu I menitipkan kerupuk dan roti ke
warung-warung jika ada pesanan.
d. Sejauh ini keluarga menerima bantuan ataupun dana dari pemerintah KIP
(Kartu Indonesia Pintar).
e. Menurut Bpk. H pendapatan keluarganya cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
8. Mobilitas kelas sosial
a. Setiap sore atau saat anaknya sedng bermain, ibu I menyempatkan diri
untuk berbincang dengan tetangganya sambal mengawasi anaknya
bermain.
b. Keluarga Bpk.H berlibur jika anaknya memperoleh suatu penghargaan
atau saat ada sisa uang bulanan
c. Ibu I juga mengikuti kegiatan PKK selama 2 minggu sekali.
9. Keluarga sejahtera
Tabel 2.5 Indikator Keluarga Sejahtera
No Indikator Mampu Tidak
Mampu
Keluarga Sejahtera 1 ✓
1 Pada umumnya anggota keluarga makan dua ✓
kali sehari atau lebih *)

100
2 Anggota keluarga memiliki pakaian yang ✓
berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan
bepergian
3 Rumah yang ditempati keluarga mempunyai ✓
atap, lantai dan dinding yang baik *)
Atap
Lantai
Dinding
4 Bila anggota keluarga sakit dibawa ke sarana ✓
kesehatan
5 Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke ✓
sarana pelayanan kontrasepsi
6 Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga ✓
bersekolah
Keluarga Sejahtera 2 ✓
1 Pada umumnya anggota keluarga ✓
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing – masing
2 Paling kurang sekali seminggu anggota ✓
keluarga makan daging/ikan/telur
3 Seluruh anggota keluarga memperoleh paling ✓
kurang satu stel pakaian baru dalam setahun
4 Luas lantai rumah paling kurang 8m2 untuk
setiap penghuni rumah
5 Ada seseorang atau lebih anggotakeluarga yang
bekerja untuk memperoleh penghasilan
6 Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun
bisa baca tulisan latin
7 Pasangan usia subur dengan 2 anak atau lebih
menggunakan alat kontrasepsi
Keluarga Sejahtera 3

101
1 Keluarga berupaya meningkatkan
pengetahhuan agama
2 Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam
bentuk uang maupun barang
3 Kebiasaan keluargamakan bersama paling
kurang seminggu sekali dimanfaatkan untuk
berkomunikasi
4 Keluarga sering ikut dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan tempat tinggal
5 Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/radio/TV
Keluarga Sejahtera 3+
1 Keluarga secara teratur dengan sukarela
memberikan sumbangan materil untuk kegiatan
social
2 Anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/yayasan institusi
masyarakat
10. Tingkat kemandirian
Tabel 2.6 Kriteria Tingkat Kemandirian
No Kriteria Tingkat Kemandiria Mampu Tidak Mampu
1 keluarga menerima perawat ✓
2 keluarga menerima pelayanan ✓
kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3 keluarga tahu dan dapat ✓
mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
4 keluarga memanfaatkan fasilitas ✓
kesehatan pelayanan kesehatan
sesuai anjuran

102
5 keluarga melakukan tindakan ✓
keperaatan sederhana yang sesuai
anjuran
6 keluarga melakukan tindakan ✓
pencegahan secara aktif
7 keluarga melakukan tindakan ✓
promotive secara aktif
Keluarga Bpk.H termasuk kemandirian tingkat II
2.2.2 Tahap Perkembangan dan Riwayat Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini: Tahap VI keluarga dengan
anak usia sekolah. Dengan tugas:
Tabel 2.7 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia
Sekolah
No Tugas perkembangan keluarga Sudah Belum
dengan anak usia sekolah tercapai tercapai
1 Menyosialisasikan anak-anak, ✓
termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan membantu hubungan
anak-anak yang sehat dengan teman
sebaya

2 Mempertahankan hubungan ✓
pernikahan yang memuaskan
3 Memenuhi kebutuhan kesehatan ✓
fisik anggota keluarga
2. Bpk. H dan Ibu I untuk meningkatkan prestasi anak pertamanya,
mereka mengikutkan anaknya les private harian, sehingga waktu
bermain anak S hanya sedikit.
3. Di tahun 2017 seusai pindah rumah dari daerah kebonsari ke
pagesangan, An.B mengalami radang paru-paru yang sebelumnya
belum pernah di derita.

103
4. Sebelum membeli rumah di daerah pagesangan, semenjak
pengantin baru hingga memiliki 2 anak Bpk.H dan keluarganya
tinggal di daerah Kebonsari, mereka tinggal bersama keluarga
besar istrinya.

2.2.1 Data Lingkungan


1. Karakteristik rumah
a. Rumah yang ditempati keluarga adalah rumah mereka sendiri,
rumah yang mereka tempati merupakan rumah yang setengah
jadi.
b. Denah rumah
Rumah yang dimiliki Tn. H berluas 4 meter x 5 meter yang
beraada di Kawasan padat penduduk, rumah Bpk. H
menghadap ke Barat yang berhadapan dengan tembok rumah
tetangga, terdapat 1 pintu utama yang digunakan sebagai akses
keluar masuk rumah sekaligus kendaraan pribadinya, memiliki
dapur,1 kamar mandi dan 2 kamar tidur, di rumah Bpk.H
terdapat 2 jendela yang permukaannya kayu dan tidak dapat
difungsikan, tangga yang ada di rumah Bpk.H relative sempit
dan tidak ada penghalang, sehingga sangat beresiko untuk
terjatuh dari atas tangga, atap rumah Bpk. H menggunakan
asbes dan memiliki teras berukuran 1 meter, yang langit-
langitnya digunakan untuk menjemur pakaian

4 m2 4 m2

3x 3m2 2 x 2m2

2 x 2m2
2
3x 2m

104
5m2 5m2
1 x 1,5m2

2 m2

c. Air yang dikonsumsi mereka menggunakan air isi ulang, di dalam


rumah terdapat kulkas namun tidak dapat dipakai karena rusak,
sehingga kulkas digunakan sebagai tempat penyimpanan sembako
d. Air yang digunakan dalam kamar mandi air sumur, terdapat wc
jongkok, sabun, sikat gigi, dan handuk, satu hantuk digunakan untuk
semua keluarga dan kebersihan kamar mandi cukup bersih
e. Terdapat 2 kamar tidur yang berisi kasur dan lemari, serta terdapat
televisi di salah satu kamar tidur
f. Tidak terdapat serangga maupun sarang laba – laba dalam kamar tidur
dan kamar mandi,. Sedikit sarang laba – laba di garasi. Keluarga
memelihara hewan peliharaan burung
g. Terdapat tanda cat mengelupas di dalam dapur. Ruangan lain masih
berdinding bata kapur.
h. Keluarga nyaman dengan pelayanan di lingkungannya
i. Privasi tiap anggota keluarga kurang. Anggota keluarga terdiri dari 4
sedangkan kamar tidur yang ada 2 ruangan. Ibu. I mengatakan kedua
anaknya masih tidur bersama ayah dan ibunya.
j. Rumah Bpk. H terlihat sangat gelap karena kurangnya pencahayaan.
Serta, jarak antar bangunan satu dengan yang lain sangat dekat.
Sehingga memungkinkan menyebar jika terjadi kebakaran. Tangga
yang terdapat dalam rumah Bpk.H selain sangat sempit juga tidak
terdapat pengangan tanggga, sehingga sangat beresiko terjadinya jatuh
dari atas tangga
k. Keluarga tidak memisahkan sampah organic dan anorganik. Seluruhnya
dijadikan satu dalam satu tempat sampah dalam rumah yang kemudian

105
dikumpulkan diluar rumah dan diambil oleh petugas pengumpul
sampah yang sudah terjadwal.
l. Keluarga merasa tidak puas dengan penataan rumah karena luas
rumahnya yang sangat sempit keluarga berkeinginan jika memiliki uang
lebih akan membeli rumah baru lagi yang lebih layak dan luas.

2. Karakteristik lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar


a. Tipe lingkungan pada keluarga Bpk H adalah perkampungan padat
penduduk dengan fasilitas puskesmas, sekolah PAUD, hingga kantor
polisi.
1) Tipe tempat tinggal keluarga Bpk N adalah perkampungan dengan
kondisi lingkungan jalan raya yang kurang terpelihara.
2) Pengumpulan sampah keluarga menggunakan jasa pengambilan
sampah terjadwal. Jarak kurang lebih 100m terdapat pasar tradisional
dengan jalan yang masih dalam perbaikan sehingga jika hujan tiba
jalanan seitar menjadi becek
3) Terdapat pasar tradisional di samping rumah Bpk.H
4) Terdapat polusi udara di dalam rumah Bpk.H karena kurangnya
ventilasi, sehingga jika memasak uap nya lama keluar
b. Karakteristik demografi
1) Tidak terlihat jelas adanya etnik khusus dalam lingkungan rumah
Bpk.H
2) Bpk. H memiliki hobi memelihara burung, istrinya memiliki hobi
memasak sedangkan anak pertama memiliki hobi menari dan anak
kedua memiliki hobi bermain puzzle.
3) Populasi dilingkungan rumah Bpk. H padat penduduk yang dihuni
oleh pendatang baru, dan juga dekat dengan pasar tradisional
4) Menurut Bpk.H tidak ada perubahan yang signifikan di lingkungan
sekitar dari keluarga Bpk.H pindah sampai saat ini
c. Pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar yang ada di dalam komunitas:

106
1) Pasar berjarak 50 meter (dapat ditempuh dengan jalan kaki), masjid
berjarak 600 meter dan puskesmas berjarak 4Km
2) Kantor Polisi yang berjarak 1,5 km.
3) Tidak terdapat layanan sosial di sekitar rumah Bpk.H
4) Keluarga mencuci menggunakan tangan
5) Keluarga menunaikan ibadah di kamarnya
d. Banyak sekolah di lingkunga tempat tinggal Bpk N sehingga mudah
untuk dituju. Dan keluarga bisa menjangkau menggunakan sepeda
motor.
e. Fasilitas rekreasi disekitar lingkungan tempat tinggal Bpk H terdapat
masjid nasional Al-Akbar, kurang lebih berjarak 1 km.
f. Transportasi umum jarang ditemui, keluarga biasa menggunakan
transportasi online
g. Insiden kejahatan seperti pencurian dan pembunuhan jarang terjadi di
lingkungan Bpk. H.
3. Mobilitas geografis keluarga
a. Keluarga tinggal sejak tahun 2016 sampai saat ini (3 tahun).
b. Keluarga pernah berimigrasi. Yang awalnya tinggal serumah dengan orang
tua dari Ibu. I hingga dapat membeli rumah sendiri
c. Ibu I berasal dari Surabbaya, dan menikah dengan Bpk. H yang berasal dari
Sidoarjo. Menetap di Surabaya untuk berkerja.
4. Asosiasi transaksi keluarga dan komunitas
a. Anggota keluarga yang sering menggunakan pelayanan komunitas adalah
ibu dan kedua anaknya.
b. Ibu I menggunakan pelayanan komunitas seperti KB , kedua anaknya
menggunakan pelayanan komunitas untuk imunisasi
c. Wilayah yang sering dikunjungi keluarga adalah Surabaya dan Sidoarjo
d. Keluarga menyadari pelayanan komunitas yang ada seperti bantuan PMI
untuk menangani kecelakaan di Surabaya

107
e. Perasaan keluarga bersyukur namun, sayangnya jarang mendapati kelompok
atau organisasi berkunjung. Hanya pihak puskesmas namun tidak setiap
minggu
f. Cara pandang keluarga terhadap komunitasnya dilihat dari saat keluarga
membutuhkan pengurusan dokumen tertentu, jika dipersulit maka keluarga
menilai komunitas tersebut kurang berkompeten

108
2.2.2 Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
a. Pola komunikasi Bpk.H kepada kedua anaknya sangat santai
sedangkan komunikasi Ibu.I kepada anaknya terkesan mengancam
sehingga membuat An.B terlihat takut jika diperintahkan sesuatu oleh
Ibu.I
Bpk. H jarang membantu Ibu I merawat anaknya karena sibuk dengan
pekerjaannya tetapi Bpk.H berusaha menciptakan pillow talk bersama
istri menjelang tidur.
Terlihat apabila An.S tidak menuruti kemauan Ibu.I , ibu I
membentaknya dan menyuruh melakukan yang dia perintah walau
dalam keadaan menangis, menurut Ibu.I hal mendidik anak dengan
cara otoriter perlu diterapkan agar An.S tidak menjadi pribadi yang
kurang nilai moral
Jika Ibu I marah An.S segera menuruti kemauan ibunya
b. Pesan-pesan emosional yang disampaikan terjadi dikondisi tertentu
yang sifatnya terkadang menasehati atau sebaliknya yaitu negatif
c. Komuniaksi yang berlangsung kurang terbuka, An. S terlihat kurang
terbuka dalam berkommunikasi
d. Pesan dan intruksi yang diberikan keluarga kurangs sesuai dengan
perkembangan anak
e. Proses disfungsional komunikasi yang terlihat adalah pengunaan nada
bicara sehingga nasehat terkesan seperti memarahi
f. Bagi keluarga tidak ada isu penting bagi kesejahteraan dan fungsi
keluarganya
g. Factor-faktor yang mempengaruhi pola komunikasi pada keluarga
bppk.h adalah status sosioekonomi keluarga
2. Struktur Kekuasaan
Hasil akhir kekuasaan
a. Yang membuat keputusan adalah Bpk.H

109
b. Yang menganggarkan kebutuhan belanja dan mengatur keuangan
adalah Ibu.I , untuk menghabiskan waktu luang jika punya uang sisa
belanja keluarga Bpk.H berlibur ke tempat bermain anak
c. Yang mendisiplinkan dan memutuskan adalah Ibu I atas persetujuan
dari Bpk.H
d. Teknik pengambilan keputusan yangdigunakan adalah tawar menawar
terkadag keputusan sepihak tergantung masalah
e. Keluarga membuat keputusan jika masalah mendesak untuk
diselesaikan dan apabila tidak diselesaikan menimbulkan efek tertentu
f. Jaringan komunikasi yang terjalin dekat dan sering adalah dengan
anggota keluarga Ibu I
g. Keluarga besar sperti mertua atau orang tua dari Bpk.H dan Ibu I tidak
mempunyai hak untuk mengambil keputusan atas masalah keluarga
yanga da di keluarga Bpk.h
h. Menurut Ibu I dan kedua anaknya yang membuat keputusan terakhir
adalah Bpk.H
3. Struktur Peran
Struktur peran formal :
a. Peran Bpk.H dalam keluarga adalah sebagai provider, rekreasi,
persaudaraan dan peran afektif dan seksual
b. Peran Ibu.I dalam keluarga adalah sebagai perawat anak, sosialisasi
anak, persaudaraan, peran afektif dan seksual
c. Peran An. S dalam keluarga sebagai persaudaraan
d. Peram An.B dalam keluarga sebagai persaudaraan
Struktu peran informal :
a. Peran Bpk.H dalam keluarga adalah pendorong, sahabat, dan
penghibur
b. Peran Ibu I dalam keluarga adalah pendorong, sahabat, dan penghibur
c. Peran An.S dalam keluarga adalah pendorong, sahabat, dan pencari
pengakuan

110
d. Peran An.B dalam keluarga adalah pendorong, sahabat, dan pencari
pengakuan
4. Nilai Keluarga
Nilai yang dianut oleh keluarga adalah saling menghormati kepada yang
lebih tua, mencium tangan orang tua ketika anaknya akan pergi keluar.
2.2.3 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Saling asuh, keakraban, dan identifikasi
a. Keluarga saling mendukung satu sama lain walaupun cara
mendudkungnya dengan sedikit paksaan
b. Keluarga bergaul satu sama lain dan saling menunjukkan kasih
sayang, walau Ibu. I sering memarahi anaknya tapi itu merupakan
wujud kasih sayang Ibu I
c. Ibu. I sering memarahi anaknya tapi itu merupakan wujud kasih
sayang Ibu I
Keterpisahan dan Keterikatan
a. Keluarga menanggapi isu keterpisahan dengan santai, karena keluarga
yakin setiap masalah pasti ada solusi
Bpk.H membiasakan dengan pillow talk sebelum tidur
Pola Kebutuhan-Respon Keluarga
a. Keluarga merasakan adanya kebutuhan lain, keluarga mensiasti hal
tersebut dengan menyisahkan gaji Bpk.H
b. Keluarga mampu menguraikan kebutuhan dan persoalan anak
c. Orang tua menyadari adanya kebutuhan-kebutuhan pada setiap
anggota keluarga, seperti kebutuhan sandang, papan, pangan,
perhatian, kasih sayang, bermain untuk anaknya dan pasangannya.
d. Ibu I menghargai dan menghormati suaminya, saling menunjukkan
kasih sayang walaupun cara mengungkapkan rasa sayang dengan
memarahi
e. Keluarga menilai kebutuhan sudah terpenuhi apabila tidak merasakan
ada kekurangan dalam kehidpan sehari-hari

111
2. Fungsi Sosialisasi
a. Praktik keluarga dalam membesarkan anak
1) Ibu I mengatakan dirinya sering tidak bisa mengendalikan
emosinya karena anaknya yang suka membantah perintahnya
terlebih saat ujian
2) Ibu I menggantungkan pendapatan sehari-hari dari BpkH,
sedangkan Bpk.H dalam hal mengursi anak mengantungkan Ibu.I
3) Keluarga saling memberi dan menerima cinta, jika kedua anaknya
menuruti keingan orang tum aka orang tua saling menyayangi
4) Pola asuh keluarga Bpk.H adalah otoriter, anak harus menuruti
keinginan orang tua
b. Dalam hal pendidikan anak, yang lebih mendominasi adalah Ibu I
sedangkan dalam hal bermain dengan anak Bpk.H yang mendominasi
c. Peran pendidikan anak dipegang oleh Ibu.I sedangkan peran bermain
dipegang oleh Bpk.H
d. Anak dihargai jika menuruti kemauan orang tua dan mendapat prestasi
e. Tidak ada budaya khusus dalam keluarga Bpk.H dalam mendidik anak
f. Lingkungan menurut Ibu I selain sebagai contoh terkadang menjadi
pemicu kenakalan anak
g. Keluarga beresiko mengalami masalah membesarkan anak karena
dalam keluarga Bpk.H yang mendominasi mendidik anak hanya Ibu.I
Bpk.H sibuk bekerja
h. Terbatasnya halaman dan teras rumah sehingga anak-anak Bpk H
sering bermain di luar rumah dari pada di rumah . Peralatan mainan
tersimpan kurang rapi karena di dalam rumah banyak alat-alat
pembuatan jajanan tradisional.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Tabel 2.8 . Fungsi Perawatan Kesehatan
Mengenal 1. Tindakan pencegahan yang dilakukan keluarga
Bpk.H seperti membiasakan anaknya
mengurangi makanan cokelat dan mnis serta

112
membiasakan menyikat gigi seblum tidur akan
tetapi anaknya susah di beri tahu untuk tidak
makan coklat dan susah diajak sikt gigi sebelum
tidur
2. Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan
oleh Bpk H dan Ibu I adalah menuntut anaknya
untuk meningkatkan belajar
3. Tujuan kesehatan keluarga Bpk. H dan Ibu I
adalah melihat anak-anak mereka tumbuh sehat
dan berprestasi
4. Keluarga dapat mengamati kondisi keluarga
yang sedang sakit, apabila ada keluarga sakit Ibu
I membeli obat di apotek
5. Ibu I mengatakan An.S memiliki riwayat
penyakit asma bronkhial yang diderita sejak 2
tahun terakhir, dalam mengatasinya
menggunakan obat yang dibeli sendiri ke apotek
terdekat seperti teosal
6. Ibu I mengatakan bahwa anak keduanya An.B
mempunyai riwayat penyakiy radang paru yang
terjadi setalah pindah rumah
7. Keluarga tidak mengetahui piramida pedoman
makanan?
8. Bpk.H mengatakan yang menjadi kebiasaan
sebelum tidur adalah pillow talk
9. Ibu I tidur sehari 7 jam, Bpk. H sehari tidur 6
jam, An. S tidur sehari 8 jam dan An.B sehari
tidur 8 jam
10. Jam tidur keluarga Bpk.H tidak ditetapkan
secara teratur
11. Jenis aktivitas rekreasi yang dilakukan

113
keluarga Bpk.H adalah bermain ke taman
bermain ank dan fleksibel dilakukan jika ada
uang lebih
12. Bpk.H mengkonsumsi kopi sehari 2 gelas
keluarga tidak ada yang menggunakan alkohol
13. Keluarga tidak mengkonsumsi obat penenang
14. Keluarga tidak menggunakan alkohol maupun
pengobatan lainnya
15. Keluarga tidak menggunakan alkohol maupun
pengobatan lainnya
16. Keluarga tidak menggunakan alkohol maupun
pengobatan lainnya
17. Keluarga menyimpan obat teosal sebagi
pertolongan jika penyakit asma yang diderita
An.S kambuh, keluarga tidak mengingat-ingat
kapan terakhir obat tersebut di beli
18. obat tidak diberi label dan disimpan di almari
19. keluarga berusaha kerja keras mengumpulkan
uang karena menurut keluarga untuk
meningkatkan kesehatan dapat melalui uang
20. Ibu Is elalu membiasakan keluarganya untuk
makan tepat waktu
21. Yang mempimpin kesehatan dalam rumah
adalah Ibu I, karena yang sering menggunakan
fasilitas kesehatan adalah Ibu I untuk
berkontrasepsi dan anak-anaknya untuk
imunisasi, sedangkan Bpk. H sangat jarang
memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan
dengan alasan pekerjaan .
22. Ibu I adalah pembuat keputusan kesehatan di
dalam keluarga

114
23. Nilai yang ditanamkan di keluarga Bpk.h
adalah sopan santun dan budi pekerti luhur,
sikap yang ditampakkan Ibu I dalam
berkomunikasi dan mengasuh anak adalah
otoriter
24. Keluarga tidak pernah memeriksaan mata dan
pendengaran nya
25. Keluarga tidak menggunakan air yang diberi
fiorida
26. Keluarga melakukan sikat gigi 2 x sehari ( pagi
dan menjelang tidur)
27. Dalam 1 minggu menurut perkiraan Ibu I,
keluarganya menghabiskan gula sebanyak
1400 gram dan mengkonsumsi tepung kira-kira
1000gram
28. Keluarga Bpk. H tidak pernah memriksakan
kondisi gigi keluarganya ke dokter , jika sakit
langsung ke apotek untuk membeli obat
29. Belum dilaksanakan koordinasi dengan
pelayanan berbasis medis
30. Ibu I mengatakan Bpk.H memiliki riwayat
penyakit menurun hipertensi yang terjadi pada
kedua orang tua bpk.H
31. Ibu I mengatakan Bpk.H memiliki riwayat
penyakit menurun hipertensi
32. Menurut Ibu I perasaannya tentang pelayanan
kesehatan yang tersedia di dalam masyarakat
tergolong cukup
33. Keluarga menerima pelayanan keperawatan
kesehatan dengan tingkat kepuasan cukup
34. Keluarga bpk.H memiliki BPJS Kesehatan

115
dengan faskes tingkat 1 nya puskesmas
Kebonsari , keluarga tidak mengetahui layanan
darurat yang ada
35. Keluarga tidak mengetahui layanan darurat
yang ada
36. Keluarga tidak mengetahui bagaimana cara
menghubungi ambulans dan pelayanan
paramedic
37. Keluarga tidak memiliki rencana kesehatan
gawat darurat
38. Keluarga membaaayr pelayanan yang diterima
dengan uang tunai terkadang menggunakan
asuransi BPJS
39. Keluarga mempunyai asuransi kesehatan BPJS
yang membayar adalah perusahaan tempat
suami bekerja
40. Gaji Bpk.H dipotong untuk membayar
41. Jarak fasilitas perawatan dari rumah Bpk.H ke
puskesmas kurang lebih 4 Km
42. Untuk mencapai fasilitas perawatan keluarga
menggunakan motor
43. Susah mencari angkutan umum
Memutus 1 Ibu I mengatakan dirinya yang memutuskan
dan mengenali anggota keluarganya sakit, jika
suaminya sakit tandanya frekuensi tidurnya
lama sedangkan anaknya rewel jika jika sedang
tidak enak badan
2 Ibu I mengatakan dirinya ke dokter apabila
obat yang dibeli di apotek tidak menimbulkan
reaksi kesembuhan
3 Ibu I mengatur perencanaan, belanja, dan

116
persiapan makanan
4 Menurut Bpk.H saat makan keluarganya tidak
memiliki suatu fungsi tertentu
5 Ibu.I yang memutuskan kapan anak-anak harus
tidur
6 Jika sakit keluarga membeli obat ke apotek
tanpa resep dokter, jika obat yang di beli tidak
ada reaksi keluarga akan ke dokter
7 Keluarga tidak memiliki pengalaman masa
lalu dengan pelayanan kesehatan keluarga
8 Menurut Bpk.H harapan dengan adanya
perawat dapat memberikan saran dan masukan
tentang apa salah dan harus diperbaiki dalam
keluarga
Merawat 1. Masalah kesehatan yang membuat keluarga
merasa rentan adalah penyakit asma bronchial
dan radang paru
2. Diet keluarga Bpk.H adekuat , menu 3 hari
selama pengkajian diantaranya :
Menu hari pertama kunjngan : Ayam dan
tempe bali
Menu hari ke dua kunjungan : sayur sop ceker
dan perkedel dan tahu goreng
Menu hari ke tiga kunjungan : ikan nila
goreng, sayur asem dan sambal terasi
3. Ibu I mengatakan jika anggota keluarganya
sakit yang dilakukan adalah makan banyak,
tidur cukup dan minum obat
4. Jika An.S sesak nafas perawatan yang diberikan
membebaskan pakaian ketat yang dipkai An.S
dan menidurkan An.S dengan posisi setengah

117
duduk
5. Tidak ada riwayat bubuh diri pada keluarga
Bpk.H, menurut Ibu.I dirinya sangat kesal
apabila menjelang UTS kenaikan kelas anaknya
malas belajar sehingga Ibu I tidak bisa
mengendalikan emosinya dan terkadang
mencubit anknya dan memukul pantat An.S
agar menurut ke Ibu I
6. Tidak ada penyedia atau lembaga kesehatan
merawat dan memerhatikan semua kebutuhan
kesehatan keluarga Bpk.H
7. Keluarga Bpk.H merasa cukup puas dengan
perawatan yang diterima dari penyedia
pelayanan kesehatan
Memodifikasi 1. Ibu I mengatakan makanan dalam sehari
dimasak menjelang sarapan pagi hari
2. Dalam sehari keluarga makan 3x sehari
3. Dalam 1 bulan Ibu I membagi gaji suami Rp.
1.500.000 rupiah untuk uang makan satu bulan
4. Saat sarapan pagi keluarga membiasakan makan
bersama tetapi makan siang dan malam
tergantung perasaan lapar masing-masing
5. Keluarga makan menggunakan tangan kanan
dan jika makanan berkuah menggunkaan
sendok
6. Bpk.H tidak pernah tidur siang, Ibu I dan An.S
jarang tidur siang dan An.B selalu tidur siang
7. Keluarga menyadari olahraga penting untuk
kesehatan tetapi keluarga belum bisa melakukan
8. Tidak ada pekerjaan harian untuk kesempatan
latihan

118
9. Bpk.H dan Ibu I tidak pernah melakukan
aktivitas fisik olahraga selain bekerja, An.S dan
An.B aktivitas fisiknya ; lari, ber-sepeda,
menari, dan bermain game
10. Keluarga Bpk.H mengeluarkan lebih dari 30
menit setiap hari dalam melakukan aktivitas
fisik yang sedang
11. Bpk H yakin semakin banyak aktifitas fisik
semakin menambah kebugaran jasmani dan
aktivitas fisik harian mengantikan funngsi
olahraga
12. Bpk.H kurang mengetahui pelayanan darurat
sehingga tidak mempunyai dokter yang
memebrikan pelayanan darurat
Memanfaatkan 1. Nilai yang dianut makan teratur
2. Terdapat konsistensi nilai kesehatan yang
dianut terhadap tindakan sehari-hari
3. Informasi dan saran tentang kesehatan yang
didapatkan Ibu.S meneruskannya saat waktu
berkumpul keluarga
4. Sumber informasi dan saran kesehatan yang
dimiliki keluarga adalah keponakannya yang
mahasiswa perawat
5. Keluarga tidak mempunyai kupon makanan?
6. Keluarga mempunyai elmari es akantetapi
rusak, sehingga lemari es yang ada digunakan
penyimpanan sembako
7. Keluarga mengatakan senang apabila seluruh
anggota keluarganya sehat
8. Ibu I dan Bpk.H tidak ingat imunisasi dirinya
, untuk kedua anknya imuniasasi yang

119
diberikan HB,POLIO,BCG,DPT,HIV,PCV,
ROTAVIRUS, influenza, campak,
MMR,typhoid, hepatitis A, varicella ,
sedangkan imunisasi yang tidak diberikan
meliputi, HPV, Japanese encephalitis dan
dengue
9. Keluarga tidak pernah menggunakan praktik
alternatif
10. Keluarga tidak pernah menggunakan praktik
alternatif
11. Keluarga tidak pernah menggunakan praktik
alternatif
12. Keluarga khusus nya Ibu I menggunakan
praktik keperawatan di puskesmas kebonsari
untuk berkontrasepsi
13. Keluarga mendapat pelayanan gratis dari
BPJS
14. Keluarga tidak memiliki asuransi kesehatan
swasta
4. Fungsi Ekonomi
Bpk. H sebagai pencari nafkah, Ibu I sebagai ibu rumah tangga dan
mengatur keuangan keluarga. Dengan penghasilan yang cukup Ibu I
mengatur segala pengeluaran, keperluan apa saja yang dibutuhkan dan
keperluan mendadak yang akan datang.
5. Fungsi Reproduksi
Bpk H dan Ibu I memiliki 2 anak. Anak pertama kelas 2 SD, dan anak
keduanya masih belajar di tingkat PAUD. Ibu I menjadi akseptor KB
suntik 3 bulan sekali, efek samping KB yang digunakan haid Ibu I
menjadi tidak lancar, Ibu I sudah tidak menginginkan mempunyai anak
lagi
2.2.4 Stres, Koping, dan Adaptasi Keluarga

120
Stresor, Kekuatan, dan Presepsi Keluarga
1. Stressor jangka panjang dan pendek keluarga Bpk.H terdapat pada
lembar FS3I
2. Keluarga khususnya Ibu.I mampu mengimbangi stressor apabila suami
mau membantu merawat dan mendidik anak
3. Keluarga khsuusnya Ibu I berharap dirinya dapat mengendalikan
emosinya
Strategi Koping Keluarga
4. Ibu I dalam menghadapi stressor respon yang ditampakkan adalah tidak
bisa mengendalikan emosinya, sedangkan Bpk.H cenderung diam dan
berfikir dalam menghadapi stressor, menurut Bpk. H masalah jika diatasi
dengan diam lalu berfikir akan muncul solusi yang baik
5. Dalam berbagai macam persoalan, antara Bpk H dan Ibu I saling berbagi
pendapat
6. Keluarga jarang menyampaikan masalah keluarga kepada keluarga besar
keluarga lebih suuka menyelesaikan masalah bersama keluarga intinya
7. Strategi disfungsional yang pernah dunakan keluarga adalah penggunaan
ancaman, hal itu terjadi jika kedua anaknya tidak menuruti keinginan
orang tua
Adaptasi Keluarga
8. Stressor keluarga kurang dikelola secara adekuat
9. Keluarga tidak sedang terpajan krisis
Melacak Stresor, Koping, Adaptasi Sepanjang Waktu
10. Dalam menghadapi permaslaahan, keluarga beradaptasi pada stressor
membutuhkan waktu maksimal satu hari setelah itu keluarga bersikap
seperti biasanya, karena keluarga yakin setiap masalah mempunyai
solusi

121
INVENTARISASI SISTEM KEKUATAN STRESSOR KELUARGA (FS3I)
Nama Keluarga : Bpk. H Tanggal :
Anggota Keluarga yang Menyelesaikan Penilaian : 4 orang
Latar Belakang Etnis : Suku jawa
Latar Belakang Agama : Islam
Sumber Rujukan
Pewawancara : Firnanda Erindia, Syaiful Ridzal, Dina Aguslia
Anggota Hubungan Status Pernikahan Pendidikan (tingkatan
Keluarga Keluarga Umur tertinggi) Pekerjaan

1. Bpk. H Suami 36 Menikah SMA Security


2. Ibu. I Istri 36 Menikah SMA Ibu rumah tangga
3. An. S Anak 8 Belum menikah SD Belum bekerja
4. An. B Anak 5 Belum menikah TK Belum bekerja
Alasan Keluarga Mencari Bantuan ?
Bpk. H mengatakan jika dirinya dan keluarga sakit baru mencari bantuan kesehatan baik dari tingkat 1 maupun tingkat 2

Bagian I :Sistem Stressor Keluarga (Umum)

122
ARAHAN: Masing-masing dari 25 situasi / stresor yang tercantum di sini berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga yang
normal. Mereka memiliki potensi untuk menciptakan stres di dalam keluarga atau di antara kehidupan keluarga. Tolong lingkari angka (0
hingga 5) yang paling menggambarkan jumlah stres atau ketegangan yang mereka ciptakan untuk Anda.

Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter


Tidak Stress Stress Stress
Skor
Berlaku Kecil Sedang Tinggi
1. Anggota keluarga merasa tidak dihargai 0 1 2 3 4 5 3
2. Rasa bersalah karena tidak mencapai lebih
0 1 2 3 4 5 1
banyak
3. Kurangnya waktu sendiri 0 1 2 3 4 5 0
4. Citra diri / harga diri / perasaan tidak
0 1 2 3 4 5 1
menarik
5. Perfeksionis 0 1 2 3 4 5 1
6. Diet 0 1 2 3 4 5 1
7. Kesehatan/Penyakit 0 1 2 3 4 5 5
8. Komunikasi dengan anak 0 1 2 3 4 5 3
9. Standar rumah tangga 0 1 2 3 4 5 3
10. Kurangnya waktu bersama pasangan 0 1 2 3 4 5 1

123
11. Kurangnya waktu bermain keluarga 0 1 2 3 4 5 3
12. Tingkah laku anak /kedisiplinan anak/
pertengkaran saudara kandung 0 1 2 3 4 5 5
13. Televisi 0 1 2 3 4 5 0
14. Kalender keluarga yang terlalu dijadwalkan 0 1 2 3 4 5 1
15. Kurangnya tanggung jawab bersama dalam
0 1 2 3 4 5 3
keluarga
16. Perpindahan 0 1 2 3 4 5 0
17. Hubungan suami istri (komunikasi,
0 1 2 3 4 5 1
pertemanan, seks)
18. Liburan 0 1 2 3 4 5 1
19. Orangtua dan saudara dari istri/suami 0 1 2 3 4 5 3
20. Perilaku anak remaja (komunikasi, music,
0 1 2 3 4 5 0
teman, sekolah)
21. Bayi 0 1 2 3 4 5 0
22. Ekonomi/keuangan/anggaran 0 1 2 3 4 5 3
23. Tidak senang dengan situasi kerja 0 1 2 3 4 5 0
24. Terlalu sukarela 0 1 2 3 4 5 1

124
25. Tetangga 0 1 2 3 4 5 3

Stressor tambahan : -
Komentar keluarga : -
Klinisi : klarifikasi situasi / kekhawatiran stres dengan anggota keluarga.
Memprioritaskan agar menjadi penting bagi anggota keluarga : Menurut Bpk. H yang diprioritaskan dalam anggota keluarganya
adalah bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari

Bagian II : Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)


ARAHAN : Pertanyaan berikut 12 dirancang untuk memberikan informasi tentang situasi, masalah, atau masalah yang menimbulkan stres
spesifik yang memengaruhi kesehatan keluarga Anda. Mohon lingkari angka (1 hingga 5) yang paling menggambarkan pengaruh situasi ini
terhadap kehidupan keluarga Anda dan seberapa baik Anda memahami fungsi keluarga Anda secara keseluruhan.

Situasi / masalah atau bidang yang menimbulkan stres spesifik saat ini adalah : Pekerjaan rumah tangga yang menumpuk sedangkan anak
kedua sering rewel

125
Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter
Stressor : Kecil Sedang Tinggi Skor
1. sejauh mana keluarga Anda terganggu oleh
masalah ini atau situasi yang membuat stres? 1 2 3 4 5
(misalnya efek pada interaksi keluarga, 3
komunikasi di antara anggota, hubungan
emosional, dan sosial)

Komentar keluarga: Jika pekerjaan rumah


menumpuk dan anak rewel Ibu. I tidak bisa
memprioritaskan yang mana yang harus di
dahulukan
Komentar Dokter
2. Seberapa besar pengaruh situasi stres ini
pada pola hidup keluarga Anda yang biasa? 1 2 3 4 5
(misalnya efek pada pola gaya hidup dan
3
tugas perkembangan keluarga)
Komentar keluarga: Ibu. I mengatakan
sangat kesal apabila menjelang

126
UTS/kenaikan kelas anaknya seringkali
malas belajar sehingga membuat Ibu. I tidak
bisa mengendalikan emosinya, terlebih
suaminya sangat sibuk bekerja, Jika anak
Ibu I tidak menuruti keinginan Ibu I , Ibu I
langsung memarahi terkadang mencubit
paha anaknya
Komentar Dokter :
3. Seberapa besar situasi ini memengaruhi
kemampuan keluarga Anda untuk bekerja
bersama sebagai unit keluarga? 1 2 3 4 5
(misalnya perubahan peran keluarga,
penyelesaian tugas keluarga,
menindaklanjuti dengan tanggung jawab) 1
Komentar keluarga: Ibu. I mengatakan
sanagat terbantu suami jika suami sedang
ada waktu luang di rumah, suami Ibu. I
biasanya membantu membersihkan rumah
Komentar Dokter :

127
Apakah keluarga Anda pernah mengalami kekhawatiran serupa di masa lalu?
9. YA Jika YA, jawablah pertanyaan 4.
10. TIDAK Jika TIDAK, jawablah pertanyaan 5.
4. Seberapa sukseskah keluarga Anda dalam
menghadapi situasi / masalah / kekhawatiran
ini di masa lalu? 1 2 3 4 5
(misalnya, strategi koping yang bisa
diterapkan dikembangkan, langkah-langkah
adaptif bermanfaat, situasi ditingkatkan)
Komentar keluarga: Dalam riwayat masa
lalu Bpk. H yang menjadi ke khawatiran saat
1
ini adalah penyakit yang di derita kedua
anaknya yang sakit asma broncial , dalam
upaya penyembuhan antara keduanya yaitu
saling melengkapi dan menguatkan satu
sama lain sebagai upaya antisipasi
kesembuhan terkait gejala penyakit masa
lalu menyedian obat
Komentar Dokter :

128
Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter
Stressor : Kecil Sedang Tinggi Skor
5. Seberapa kuat Anda merasakan situasi /
masalah / kekhawatiran saat ini akan
memengaruhi masa depan keluarga Anda? 1 2 3 4 5
1
(mis. konsekuensi yang diantisipasi)
Komentar keluarga:
Komentar Dokter :
6. Sejauh mana anggota keluarga dapat
membantu diri mereka sendiri dalam situasi
/ masalah / masalah saat ini? 1 2 3 4 5
(misalnya upaya swadaya, harapan keluarga,
pengaruh spiritual, dan sumber daya
1
keluarga)
Komentar keluarga: Ibu. I mengatakan “saya
bersama suami mempunyai harapan untuk
membeli rumah baru lagi agar anak-anak
lebih leluasa untuk bermain di rumah, oleh

129
karena itu saya membentu suami dengan
kadang-kadang membuat jajanan tradisional
yang saya titipkan ke warung yang mana
uangnya bisa ditabung”
Komentar Dokter :

7. Sejauh mana Anda mengharapkan orang lain


membantu keluarga Anda dengan situasi /
masalah / keprihatinan ini? 1 2 3 4 5 1
(mis. peran apa yang akan dimainkan oleh
pembantu? seberapa tersedia sumber daya
tambahan keluarga?)
Komentar keluarga: Bpk.h mengatakan
“rumah saudara dari istri saya tidak jauh dari
sini, jadi jika ada kesusahan kita saling
membantu satu sama lain”
Komentar Dokter :

8. bagaimana Anda menilai cara keluarga 1

130
Anda berfungsi secara keseluruhan? 1 2 3 4 5
(mis., bagaimana anggota keluarga Anda
berhubungan satu sama lain dan dengan
keluarga dan komunitas yang lebih besar)
Komentar keluarga: Bpk. H mengatakan
“saya berkomunikasi dengan anggota besar
keluarga saya paling tidak 2 bulan sekali
saat mengunjungi rumah orangtua, kalo via
telepon ya sering, sedangkan komunikasi
dengan keluarga besar istri sangat intens
karena tidak jauh dari rumah”
Komentar Dokter :

9. Bagaimana Anda menilai keseluruhan status kesehatan


fisik dari setiap nama anggota keluarga? (termasuk diri
Anda sebagai anggota keluarga; catat nama-nama
tambahan di belakang.) 1 2 3 4 5 1
2.3 Dilakukan pengkajian head to toe kepada Bpk. H
yang ditemukan adanya tekanan darah yang

131
melampui batas normal
2.4 Dilakukan pemeriksaan fisik pada Ibu. I yang 1 2 3 4 5 3
ditemukan adalanya masalah haid yang tidak
teratur
2.5 Dilakukan pemeriksaan fisik pada An. S yang 1 2 3 4 5 3
ditemukan adanya masalah kesehatan Asma
broncial
2.6 Dilakukan pemeriksaan fisik pada An. B yang 1 2 3 4 5 3
ditemukan adanya masalah kesehatan radang paru-
paru

10. Bagaimana Anda menilai status kesehatan


fisik keluarga Anda secara keseluruhan? 1 2 3 4 5
Komentar keluarga: Ibu. I mengatakan
“saya selalu merasakan jika salah satu
3
anggota saya ada yang sakit, jika suami saya
sakit mengetahuinya dari frekuensi tidurnya
yang sangat lama, jika anak saya yang
pertama sakit nafsu makannya tiba-tiba

132
menurun, jika anak kedua saya yang sakit
pasti sangan rewel”
Komentar Dokter :

Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter


Stressor : Kecil Sedang Tinggi Skor
11. Bagaimana Anda menilai keseluruhan status kesehatan
mental dari setiap nama anggota keluarga? (termasuk
diri Anda sebagai anggota keluarga; catat nama-nama
tambahan di belakang.) 1 2 3 4 5 3
a. Bpk. H jika banyak masalah lebih memilih
menyendiri agar keluarganya tidak terkena
imbas 1 2 3 4 5 3
b. Ibu. I jika banyak masalah lebih cenderung 1 2 3 4 5 3
marah kepada anak dan suaminya 1 2 3 4 5 3
c. An. S jika ada masalah lebih sering ngambek
d. An. B jika ada masalah lebih rewel

133
12. Bagaimana Anda menilai status kesehatan
mental keluarga Anda secara keseluruhan?
Komentar keluarga:
Ibu S mengatakan “saya menilai kondisi 1 2 3 4 5
emosional dan psikis keluarga saya dari
perubahan emosi yang tidak biasanya 3
tampak
Komentar Dokter :

Bagian III : Sistem Kekuatan Keluarga


ARAHAN : Masing-masing dari 16 ciri / atribut yang tercantum di bawah ini berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga dan
fungsi keseluruhannya. masing-masing berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan anggota keluarga sebagai individu dan keluarga
secara keseluruhan. Mohon lingkari angka (1 hingga 5) yang paling menggambarkan pengaruh situasi ini terhadap kehidupan keluarga
Anda dan seberapa baik Anda memahami fungsi keluarga Anda secara keseluruhan.

134
Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter
Stressor : Tidak berlaku Jarang Sering Selalu Skor
1. Komunikasi dan mendengarkan satu sama
lain 0 1 2 3 4 5 5
Komentar keluarga: Bpk. H mengatakan “
saya jarang ada di rumah saat siang hari,
jadi setiap mau tidur saya selalu berusaha
melakukan pillow talk sebelum tidur malam

Komentar Dokter :

2. Menegaskan dan mendukung satu sama lain 0 1 2 3 4 5 4


Komentar keluarga: Bpk H mengatakan
“saya selalu mendukung apa yang menjadi
keinginan dan cita-cita keluarga saya, jika
itu baik dan tidak menyalahi aturan dan
agama

Komentar Dokter :

135
3. Mengajarkan rasa hormat satu sama lain 0 1 2 3 4 5 5
Komentar keluarga: Ibu I mengatakan “saya
selalu mengajari kedua anak saya agar
menghormati yang lebih tua dengan cara
membiasakan bersalaman dengan cium
tangn, bicara dengan nada rendah dan tidak
melontarkan kata-kata kasar terhadap orang
yang lebih tua

Komentar Dokter :

4. Mengembangkan rasa percaya pada anggota 0 1 2 3 4 5 3


Komentar keluarga: Ibu I mengatakan “sya
selalu melatih anak saya agar percaya diri
dengan cara sering saya ikutkan berbgai
macam lomba yang melatih keberanian di
depan umum

136
Komentar Dokter :

Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter


Stressor : Tidak berlaku Jarang Sering Selalu Skor
5. Menunjukkan rasa bermain dan bercanda 0 1 2 3 4 5 3
Komentar keluarga: Ibu S mengatakan
“kalau ebrmain lebih sering saya yang
ebrmain dengan anak-anak , kalau suami
saya jarang karena sibuk bekerja dan juga
suami saya cenderung tioe orang yang
pendiam dan bicara seperlunya saja

Komentar Dokter :

6. Menunjukkan rasa tanggung jawab bersama 0 1 2 3 4 5


Komentar keluarga: Ibu I mengatakan 1
“suami saya jika ada waktu luang
menyembatkan membantu saya seperti

137
membersihkan rumah”

Komentar Dokter :

7. Mengajarkan benar dan salah 0 1 2 3 4 5 3


Komentar keluarga:
Bpk. H mengatakan “saya selalu
membiasakan kedua anak saya bersikap
jujur dan terbuka kepada saya, jka dia
bersalah saya tidak langsung memarahi
karena hal itu membuat dia terbiasa tidak
jujur”

Komentar Dokter :

8. Memiliki rasa keluarga yang kuat di mana


banyak ritual dan tradisi 0 1 2 3 4 5 0
Komentar keluarga: Bpk. H mengatakan “
dlam keluarga saya tidak terdapat sebuah

138
tradisi dan ritual khusus , cenderung
mengikuti tren saja tapi yang baik baik saja
yang di tiru

Komentar Dokter :

9. Memiliki keseimbangan interaksi di antara 1


anggota 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:
Ibu I mengatakan “ keluarga saya
cenderung lebih intens interaksi dengan
keluarga besar ya jika ada sebuah persoalan

Komentar Dokter :

10. Memiliki inti agama yang sama 0 1 2 3 4 5 5


Komentar keluarga:
Bpk. H mengatakan “turun temurun anggota
keluarga besar saya dan istri menganut

139
agama islam”
Komentar Dokter :

11. Menghormati privasi satu sama lain 0 1 2 3 4 5 3


Komentar keluarga: Bpk. H mengatakan
“saya dan istri saling menghormati privasi
masing-masing”
Komentar Dokter :

12. Nilai melayani orang lain 0 1 2 3 4 5


Komentar keluarga: Ibu. I mengatakan “saya
dan suami selalu menyisihkan uang untuk
biaya tak terduga lainnya seperti jika ada 3
uang sumbangan maupun iuran
kampung/sekolah”
Komentar Dokter :

13. Membiasakan waktu dan percakapan di


5
meja keluarga 0 1 2 3 4 5

140
Komentar keluarga: Bpk. H mengatakan
“saya dan keluarga saya selalau
mnyempatkan waktu untuk mengobrol
tentang kegiatan kami”
Komentar Dokter :

Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter


Stressor : Tidak berlaku Jarang Sering Selalu Skor
14. Membagi waktu luang 0 1 2 3 4 5 5
Komentar keluarga: Ibu. I mengatakan “
saya dan suami selalu membagi waktu
antara pekerjaan dan keluar agar hubungan
keluarga kami tetap harmonis dan terjalin
dengan baik”

Komentar Dokter :

15. Menerima dan mencari bantuan pada 1

141
sebuah masalah 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga: ibu. I mengatakan
“jika dalam keluarga kami ada masalah
biasanya sebisa mungkin kami mencari
solusi bersama, alhamdulillah selama ini
kami bisa menyelesaikan masalah kami
secara bersama”

Komentar Dokter :

16.a Bagaimana Anda menilai kekuatan


keseluruhan yang ada dalam keluarga Anda 0 1 2 3 4 5 5
Komentar keluarga: Ibu. I mengatakan
“kami selalu menguatkan dan membantu
satu sama lain, jika ada masalah pun kami
selalu menyelesaikannya secara bersama”
Komentar Dokter :

142
16.b kekuatan keluarga tambahan:

16.c Klinisi : klarifikasi situasi / kekhawatiran stres dengan anggota keluarga.


Memprioritaskan agar penting bagi anggota keluarga :

RINGKASAN PENILAIAN
Ringkasan penilaian dari Inventarisasi Sistem Kekuatan Stressor Keluarga (FS3I) dibagi menjadi 2 bagian: bagian 1 adalah skor
persepsi keluarga dan bagian 2 adalah skor persepsi dokter. Kedua bagian ini akan di bagi lagi menjadi 3 bagian : Bagian 1, Sistem Stressor
Keluarga(Umum); Bagian 2, Sistem Stressor Keluarga (Spesifik); dan Bagian 3, Sistem Keuatan Keluarga. Masing-masing penilaian
mengandung ringkasan kuantitaif dan kualitatif.
Skor keluarga dan skor persepsi Dokter keduanya digambarkan dalam ringkasan kuantitatif. setiap anggota keluarga memiliki kode
warna yang ditentukan. komentar keluarga dan Dokter keduanya dicatat pada ringkasan kualitatif. skor ringkasan kuantitatif, ketika

143
digambarkan, menunjukkan tingkat untuk memulai mode pencegahan: primer, sekunder dan tersier. informasi ringkasan kualitatif, ketika
disintesis, berkontribusi pada pengembangan dan penyaluran Rencana Perawatan Keluarga.

Bagian 1 : Skor Persepsi Keluarga


5. Sistem Stressor Keluarga (Umum)
Menambah skor dari pertanyaan 1 sampai 25 dan menghitung skor numerik keseluruhan untuk Sistem Stressor Keluarga (Umum).
Peringkat dari 1 (paling positif) hingga 5 (paling negatif). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari perhitungan. Total
skor berkisar dari 25 hingga 125.

Skor Sistem Stressor Keluarga (Umum).

43 x 1 = 1,75
25

Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga (Umum), Persepsi Anggota Keluarga. Kode warna untuk
membedakan anggota keluarga.

144
Catatan stressor tambahan dan komentar keluarga pada bagian I, ringkasan kualitatif : komentar keluarga dan dokter.

6. Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)


Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1-8,10, 12 dan menghitung skor numerik untuk Sistem Stressor Keluarga (Spesifik).
Peringkat dari 1 (paling positif) hingga 5 (paling negatif). Pertanyaan nomor 4,6,7,8,10,12 diberi skor terbalik. Total skor berkisar
dari 10-50.

Skor Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)

25 x 1 = 2,5
10

Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Spesifik, (Persepsi Anggota Keluarga). Kode warna untuk
membedakan anggota keluarga.

Rangkuman data dari pertanyaan nomor 9 dan 11 (diberi skor terbalik) dan catatan komentar keluarga di bagian II, ringkasan
kualitatif : komentar keluarga dan dokter.

145
Sistem Kekuatan Keluarga
Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1 sampai 16 dan menghitung skor numerik untuk Sistem Kekuatan Keluarga. Peringkat
mulai dari 1 (jarang) hingga 5 (sering). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari perhitungan. Total skor berkisar dari 16
hingga 80.

Skor Sistem Kekuatan Keluarga

52 x 1 = 3,25
16

Grafik skor di ringkasan kuantitatif: Sistem Kekuatan Keluarga, (Persepsi Anggota Keluarga).

Catatan tambahan kekuatan keluarga dan komentar keluarga di bagian III, ringkasan kualitatif: komentar keluarga dan dokter.
*Membalikkan skor :
Pertanyaan dijawab (1) diberi skor (5)
Pertanyaan dijawab (2) diberi skor (4)
Pertanyaan dijawab (3) diberi skor (3)
Pertanyaan dijawab (4) diberi skor (2)
Pertanyaan dijawab (5) diberi skor (1)

146
Bagian 2: Skor Persepsi Dokter
2. Sistem Stressor Keluarga (umum)
Menambah skor dari pertanyaan 1 sampai 25 dan menghitung skor numerik keseluruhan untuk Sistem Stressor Keluarga (Umum).
Peringkat dari 1 (paling positif) hingga 5 (paling negatif). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari perhitungan. Total
skor berkisar dari 25 hingga 125.

Skor Family System Stressor (Umum).

Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Umum (Persepsi Dokter)

Catatan klarifikasi Dokter dari stressor umum pada bagian I, ringkasan kualitatif : komentar keluarga dan dokter.

147
7. Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)
Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1-8,10, 12 dan menghitung skor numerik untuk Sistem Stressor Keluarga (Spesifik).
Peringkat dari 1 (paling positif) hingga 5 (paling negatif). Pertanyaan nomor 4,6,7,8,10,12 diberi skor terbalik. Total skor berkisar
dari 10-50.

Skor Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)

Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Spesifik, (Persepsi Dokter)

Rangkuman data dari pertanyaan nomor 9 dan 11 (diberi skor terbalik) dan catatan komentar Dokter di bagian II, ringkasan
kualitatif : komentar keluarga dan dokter.

8. Sistem Kekuatan Keluarga


Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1 sampai 16 dan menghitung skor numerik untuk Sistem Kekuatan Keluarga. Peringkat
mulai dari 1 (jarang) hingga 5 (sering). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari perhitungan. Total skor berkisar dari 16
hingga 80.

148
Skor Sistem Kekuatan Keluarga

Grafik skor di ringkasan kuantitatif: Sistem Kekuatan Keluarga, (Persepsi Dokter).

Catatan klerifikasi Dokter dari kekuatan keluarga di bagian III, ringkasan kualitatif: komentar keluarga dan dokter.
*Membalikkan skor :
Pertanyaan dijawab (1) diberi skor (5)
Pertanyaan dijawab (2) diberi skor (4)
Pertanyaan dijawab (3) diberi skor (3)
Pertanyaan dijawab (4) diberi skor (2)
Pertanyaan dijawab (5) diberi skor (1)

Skor Untuk Sistem Stressor Keluarga Skor Untuk Sistem Stressor Keluarga Skor Untuk
Sistem Kekuatan Keluarga
Kesehatan (Umum) Kesehatan (Spesifik) Kesehatan
dan Stabilitas Skor Skor dan Stabilitas Skor Skor dan Stabilitas Skor Skor
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi

149
Keluarga Dokter Keluarga Dokter Keluarga Dokter
5.0 5.0 5.0

4.8 4.8 4.8

4.6 4.6 4.6

4.4 4.4 4.4

4.2 4.2 4.2

4.0 4.0 4.0

3.8 3.8 3.8

3.6 3.6 3.6

3.4 3.4 3.4

150
3.2 3.2 3.2

3.0 3.0 3.0

2.8 2.8 2.8

2.6 2.6 2.6

2.4 2.4 2.4

2.2 2.2 2.2

2.0 2.0 2.0

1.8 1.8 1.8

1.6 1.6 1.6

151
1.4 1.4 1.4

1.2 1.2 1.2

1.0 1.0 1.0

Ringkasan Kualitatif : Komentar Keluarga dan Dokter


Bagian I : Sistem Stressor Keluarga (umum)
Rangkuman pemicu stres umum dari komentar keluarga dan Dokter. Memprioritaskan stressor sesuai dengan kepentingan anggota
keluarga.

Bagian II : Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)


F. Rangkuman stressor spesifik dari komentar keluarga dan Dokter.

152
G. Rangkuman perbedaan (jika ada perbedaan) antara bagaimana anggota keluarga dan dokter melihat efek situasi stres pada keluarga.

H. Rangkuman keseluruhan fungsi keluarga.

I. Rangkuman keseluruhan status kesehatan fisik yang signifikan untuk anggota keluarga.

J. Rangkuman keseluruhan status kesehatan mental yang signifikan untuk anggota keluarga.

153
Bagian III : Sistem Kekuatan Keluarga
Rangkuman system kekuatan keluarga dan komentar keluarga dan dokter yang memfasilitasi kesehatan dan stabilitas keluarga.

Rencana Perawatan Keluarga


Kekuatan Mode Pencegahan / Intervensi
sistem
Diagnosis sistem keluarga Primer,
Tujuan keluarga dan Evaluasi hasil dan
stresor keluarga mendukung sekunder, Aktivitas
dokter perencanaan ulang
umum dan spesifik rencana dan Pencegahan/intervensi
perawatan tersier
keluarga

154
2.2 Analisa Data
Tabel 2.9 Analisa Data
Analisis data Masalah
DS: Domain 11.
1. Ibu. I mengatakan kedua anaknya sering Keamanan/perlindungan
mengalami sakit gigi Kelas 2. Cedera fisik
2. Ibu. I mengatakan, jika An. S sakit gigi tidak mau 00048 Kerusakan gigi pada
sekolah keluarga Bpk. H khususnya
3. Ibu I mengatakan untuk mengurangi nyeri membeli An.S dan An.B
obat di apotek depan rumah tanpa resep dokter Definisi:
4. Ibu I mengatakan anaknya susah diberi tahu untuk Gangguan perkembangan
tidak memakan coklat dan susah diajak sikat gigi gigi/pola erupsi integritas
sebelum tidur struktural gigi individu pada
DO: An.S dan An.B
Terdapat karies dan karang gigi pada gigi An.S dan
An.B
DS: Domain 11.
Ibu.I mengatakan rumahnya berukuran 5m2 x 4m2 Keamanan/perindungan
DO: Kelas 2. Cedera fisik
1. Tangga yang ada di rumah Bpk.H sangat sempit 00155 Risiko jatuh pada
dan tidak ada penghalang keluarga Bpk. H khususnya
2. Pencahayaan pada rumah Bpk. H kurang An.S dan An.B
3. Cahaya sinar matahari tidak dapat menembus Definisi:
ruangan rumah Peningkatan rentan jatuh,
yang dapat menyebabkan
bahaya fisik dan gangguan
kesehatan
DS: Domain4 Aktivitas/Istirahat
1. Ibu.I mengatakan, bahwa An.S memiliki riwayat Kelas 4. Respon
penyakit asma bronchial yang diderita sejak 2 kardiovaskular/pulmonal
tahun terakhir, menggunakan obat yang dibeli 00032 Ketidakefektifan

155
sendiri ke apotek terdekat seperti teosal jalan nafas pada keluarga
2. Ibu.I mengatakan bahwa An.B mempunyai riwayat Bpk. H khususnya An.S dan
penyakit radang paru yang terjadi setelah pindaah An.B
rumah Definisi:
DO Inspirasi dan atau ekpirasi
1. Terdapat ronchi pada pemeriksaan fisik An.B yang tidak memberi ventilasi
2. Rumah masih berdinding bata kapur dan atap adekuat
asbes
3. Terdapat jendela yang tidak dapat difungsikan
karena masih berkaca kayu
4. Cahaya sinar matahari tidak dapat menembus
ruangan rumah
DS: Domain 1. Promosi
1. Ibu.I mangatakan, Bpk. H memiliki riwayat kesehatan
penyakit menurun seperti hipertensi Kelas 2. Manajemen
2. Bpk. H mengatakan sangat jarang mmeriksakan kesehatan
tekanan darahnya ke fasilitas pelayanan kesehatan 00188 Perilaku kesehatan
dengan alasan pekerjaan cenderung berisiko pada
3. Bpk. H mengatakan mengkonsumsi 2 gelas keluarga Bpk. H khususnya
kopi/hari Bpk.H
DO : Definisi :
TD : 150/90 mmHg Hambatan kemampuan
untuk mengubah gaya
hidup/perilaku dengan cara
yang memperbaiki tingkat
kesejahteraan
DS Domain 5. Presepsi/kognisi
1. Ibu. I mengatakan sangat kesal apabila menjelang Kelas 4. Kognisi
UTS/kenaikan kelas anaknya seringkali malas 00222 Ketidakefektifan
belajar sehingga membuat Ibu. I tidak bisa kontrol impuls pada
mengendalikan emosinya dan terkadang mencubit keluarga Bpk. H khususnya

156
anaknya dan memukul pantat anaknya agar Ibu I
menurut ke ibu I Definisi
DO : Suatu pila melakukan reaksi
1. Pola asuh keluarga Bpk. H otoriter yang cepat dan tidak
2. komunikasi Ibu.I kepada anaknya terkesan terencana terhadap stimuli
mengancam sehingga membuat An.B terlihat takut internal dan eksternal tanpa
jika diperintahkan sesuatu oleh Ibu.I memperhatian konsekuensi
3. Apabila An.S tidak menuruti kemauan Ibu.I , ibu I negatif dari reaksi ini pada
membentaknya dan menyuruh melakukan yang dia individu impulsif/orang lain
perintah walau dalam keadaan menangis

2.3 Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga


Masalah Keperawatan : Kerusakan gigi pada keluarga Bpk. H khususnya An.S
Definisi :Gangguan perkembangan gigi/pola erupsi integritas struktural gigi
individu
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah 1 1x1 =1 Nyeri yang dirasakan
Skala: Wellness 3 3 3 ketika sakit gigi
Aktual 3 menganggu aktivitas
Resiko 2 seperti An.S tidak mau
Potensial 1 berangkat sekolah ketika
dirinya sedang sakit gigi

157
2 Kemungkinan An. S dapat melakukan
masalah dapat sikat gigi sendiri
diubah
Skala:
Mudah 2 2 2x2 =2
Sebagian 1 2
Tidak 0
dapat

3 Potensi masalah An. S suka makan manis


untuk dicegah dan susah untuk meyikat
Skala: Tinggi 3 1 2x1 =2 gigi sebelum tidur
Cukup 2 3 3
Rendah 1

4 Menonjolnya An. S tidak bisa berhenti


masalah memakan makanan yang
Skala: manis
Segera 2 1 2x1 =1
Tidak 1 2
perlu 0
Tidak
dirasakan
TOTAL 1/3 + 2 + 2/3 + 1 = 4

Masalah Keperawatan : Risiko jatuh pada keluarga Bpk. H khususnya An.S dan
An.B
Definisi : Peningkatan rentan jatuh, yang dapat menyebabkan bahaya fisik dan
gangguan kesehatan
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran

158
1 Sifat masalah Tidak ada pegangan pada
Skala: Wellness 3 1 1x1 =1 tangga rumah Bpk. H
Aktual 3 3 3
Resiko 2
Potensial 1

2 Kemungkinan Jendela pada rumah Bpk. H


masalah dapat tertutup kayu dan tidak
diubah dapat difungsikan
Skala:
Mudah 2 2 0x2 =0
Sebagian 1 2
Tidak 0
dapat
3 Potensi masalah Rumah berukuran >4x8 m2
untuk dicegah sehingga jarak antara
Skala: Tinggi 3 1 1x1 =1 ruangan sempit
Cukup 2 3 3
Rendah 1
4 Menonjolnya Tidak terdapat pengangan
masalah pada tangga dan kurangnya
Skala: pencahayaan sehingga
Segera 2 1 2x1 =1 berisiko jatuh
Tidak 1 2
perlu
Tidak 0
dirasakan

TOTAL 1/3 + 0 + 1/3 + 1 = 5/3

Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan jalan nafas pada keluarga Bpk. H


khususnya An.S dan An.B
Definisi : Inspirasi dan atau ekpirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat

159
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah An.S mempunyai riwayat
Skala: Wellness 3 1 2x1 =2 penyakit asma bronchial
Aktual 3 3 3 dan beresiko untuk
Resiko 2 kambuh lagi
Potensial 1
2 Kemungkinan Rumah Bpk. H masih
masalah dapat berdinding bata kapur dan
diubah beratap asbes (rumah
Skala: setengah jadi)
Mudah 2 2 1x2=1 kemungkinan besar
Sebagian 1 2 diperbaiki lagi
Tidak 0 menggunakan atap genting
dapat dan dinding di poles
dengan baik
3 Potensi masalah Rumah Bpk. H terlalu
untuk dicegah sempit sedangkan
Skala: Tinggi 3 1 1 x 1 =1 perabotannya banyak
Cukup 2 3 3 sehingga berpotensi
Rendah 1 memicu reaksi alergi
seperti paparan debu

4 Menonjolnya Saat dikaji An. S tidak


masalah merasakan nyeri dada dan
Skala: sesak nafas
Segera 2 1 0x1 =0
Tidak perlu 1 2
Tidak 0
dirasakan

Total 2/3 + 1 + 1/3 + 0 = 2

160
Masalah Keperawatan : Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada keluarga
Bpk. H khususnya Bpk.H
Definisi : Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dengan
cara yang memperbaiki tingkat kesejahteraan
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah Ibu.I mangatakan, Bpk. H
Skala: Wellness 3 1 1 x 1 =1 memiliki riwayat penyakit
Aktual 3 3 3 menurun seperti hipertensi dan
Resiko 2 sangat jarang mmeriksakan
Potensial 1 tekanan darahnya ke fasilitas
pelayanan kesehatan dengan
alasan pekerjaan
2 Kemungkinan Bpk.H mengkonsumsi 2 gelas
masalah dapat kopi per hari dan sulit dihindari
diubah
Skala:
Mudah 2 2 0x2 =0
Sebagian 1 3
Tidak 0
dapat

3 Potensi masalah Jika salah satu anggota


untuk dicegah keluarga sakit Ibu I membeli
Skala: obat ke apotek tanpa resep
Tinggi 3 1 2 x 1 = 2 dokter
Cukup 2 3 3

161
Rendah 1

Menonjolnya Bpk. H memiliki riwayat


4 masalah penyakit menurun hipertensi
Skala: TD : 150/90 mmHg
Segera 2 1 2
Tidak 1 2x1 =1
perlu 2
Tidak 0
dirasakan
Total 1/3 + 0 + 2/3 + 1 = 3/3 + 1 = 2

162
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan kontrol impuls pada keluarga Bpk. H
khususnya Ibu I
Definisi : Suatu pila melakukan reaksi yang cepat dan tidak terencana terhadap
stimuli internal dan eksternal tanpa memperhatian konsekuensi negatif
dari reaksi ini pada individu impulsif/orang lain
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah
Skala: Wellness 3 1 2 Ibu I tidak bisa mengendalikan
Aktual 3 emosinya ketika anaknya malas
Resiko 2 belajar saat ujian sehingga
Potensial 1 beresiko mencederai anak
Ibu. I mengatakan sangat kesal
apabila menjelang
UTS/kenaikan kelas anaknya
seringkali malas belajar
sehingga membuat Ibu. I tidak
bisa mengendalikan emosinya,
terlebih suaminya sangat sibuk
bekerja
2x1 =2
3 3

163
2 Kemungkinan Ibu I tidak bisa mengendalikan
masalah dapat emosinya karena suami sibuk
diubah bekerja sedangkan pekerjaan
Skala: rumah tangga banyak dan anak
Mudah 2 2 2 malas belajar , jika suami
Sebagian 1 membantu ibu I , ibu I merasa
Tidak 0 terbantu dan bisa mengontrol
dapat emosinya
2x2 =2
2

3 Potensi masalah Jika suami dapat meluangkan


untuk dicegah waktunya untuk membantu
Skala: Tinggi 3 1 2 mengurus anak dan rumah
Cukup 2 maka ibu I dapat
Rendah 1 mengendalikan emosinya
2x1 =2
3 3

4 Menonjolnya Apabila Ibu I tidak dapat


masalah mengontrol emosi dapat
Skala: mengakibatkan mencederai
Segera 2 1 2 anak secara fisik/psikis
Tidak perlu 1 2 x 1 =1
Tidak 0 2
dirasakan

Total 2/3 + 2/3 + 2 + 1 = 13/3 = 4 1/3

Total Skor 5 diagnosa keperawatan


Kerusakan Resiko jatuh Ketidakfektifan perilaku Ketidakefektifan
gigi pada pada jalan nafas kesehatan kontrol impuls
keluarga Bph. keluarga pada keluarga cenderung pada keluarga

164
H khsuusnya Bpk.H, Bpk.H, beresiko Bpk. H
An.S khsususnya khususnya pada khususnya Ibu I
An.S dan An.S dan An.B keluarga
An.B Bpk.H,
khsuusnya
Bpk.H
4 5/3 2 2 4 1/3
(Tabel 2.10 Prioritas Masalah Keperawatan)

165
2.4 Diagnosa Keperawatan Prioritas
Tabel 2.11 Diagnosa Keperawatan Prioritas
No Diagnosa Keperawatan Total Skor
1 Ketidakefektifan kontrol impuls pada 4 1/3
keluarga Bpk. H khususnya Ibu I
2 Kerusakan gigi pada keluarga Bph. H 4
khsuusnya An.S
3 Ketidakfektifan jalan nafas pada keluarga 2
Bpk.H, khususnya An.S dan An.B
4 Perilaku kesehatan cenderung beresiko 2
pada keluarga Bpk.H, khsuusnya Bpk.H
5 Resiko jatuh pada keluarga Bpk.H, 5/3
khsususnya An.S dan An.B

166
2.5 Intervensi Keperawatan Keluarga
Tabel 2.12 Intervensi Keperawatan Keluarga
Diagnosis NOC NIC
Keperawatan
Kode Diagnosis Kode Outcome Kode Intervensi

00222 Ketidakefekti Domain IV Pengetahuan tentang Domain V Keluarga (Perawatan yang


fan kontrol kesehatan dan perilaku Mendukung Keluarga)
impuls Kelas : S Pengetahuan tentang Kelas : Z (Perawatan Memebesarkan Anak)
kesehatan Pendidikan Orang Tua: Keluarga Yang
1826 Pengetahuan : pengasuhan Membesarkan Anak
Definisi : tingkat pemahaman yang 5566 Definisi : membantu orang tua memahami
disampaikanntentang penyediaan memahami dan meningkatkan pertumbuhan
pengasuhan dan lingkungan yang fisik, psikologis, dan sosial dan
konstruktif untuk anak dari1 tahun perkembangan balita, prasekolah, atau anak
sampai 17 tahun usia sekolah merka
Keluarga mampu mengenal Keluarga mampu mengenal
Indikator : Intervensi :
182620 1. Metode disiplin yang sesuai untuk 1. Fasilitasi diskusi orang tua terkait metode

167
usia perkembangan dari skala 2 disiplin yang ada, seleksi, dan hasil yang
(pengetahuan terbatas) menjadi skala diperoleh
5 (pengetahuan sangat banyak) 2. Mengajarkan pola komunikasi protektif
182619 2. Strategi komunikasi efektif dari skala dan puralistik kepada ibu I
2 (pengetahuan terbatas) menjadi
skala 5 (pengetahuan sangat banyak)

Diagnosis Keperawatan NOC NIC

Kode Diagnosis Kode Outcome Kode Intervensi

00222 Ketidakefektifan Domain VI Kesehatan keluarga Domain V : Keluarga (Perawatan yang


kontrol impuls Kelas X Kesejahteraan keluarga Mendukung Keluarga)
2603 Integritas keluarga Kelas X (Perawatan sepanjang hidup)
Definisi : Kapasitas anggota keluarga 7100 Peningkatan Integritas Keluarga
untuk mempertahankan kohesi dan Definisi : Peningkatan persatuan dan kesatuan
ikatan emosional keluarga
Keluarga mampu memutus Keluarga mampu memutus
Indikator : Intervensi :
260302 1. Melibatkan anggota keluarga dalam 1. Fasilitasi komunikasi yang terbuka antar

168
pemecahan masalah dari skala 3 anggota keluarga
(kadang-kadang menunjukkan) 2. Fasilitasi suasana kebersamaan diantara
menjadi skala 5 (secara konsisten keluarga
menunjukkan) 3. Dukung keluarga untuk meningkatkan
260302 2. Anggota keluarga menggunakan kasih hubungan yang positif
sayang satu sama lain dari skala 3
(kadang-kadang menunjukkan)
menjadi skala 5 (secara konsisten
menunjukkan)
260306 3. Anggota keluarga berbagi pikiran,
perasaan, kepentingan &
kekhawatiran dari skala 3 (kadang-
kadang menunjukkan) menjadi skala
5 (secara konsisten menunjukkan)

169
Diagnosis Keperawatan NOC NIC
Kode Diagnosis Kode Outcome Kode Intervensi

00222 Ketidakefektifan Domain VI Kesehatan Keluarga Domain : 5 Keluarga (Perawatan yang


kontrol impuls Kelas DD Pengasuhan Mendukung Keluarga)
2905 Kinerja Pengasuhan : Anak Usia Kelas :X (Perawatan sepanjang hidup)
Pertengahan 7150 Terapi Keluarga
Definisi : tindakan orang tua untuk Definisi : Membantu anggota keluarga untuk
memebrikan anak lingkungan yang mengarahkan keluarga merka kepada
aman, memelihara dan melindugi secara kehidupan yang lebih produktif
fisik, emosi, spiritual dan soial yang Keluarga mampu merawat
positif dari usia 6 tahun sampai 11 tahun Intervensi :
Keluarga mampu merawat 1. Bantu anggota kelurga untuk merubah
Indikator : bagaimana merek berhubungan dengan
290501 1. Menunjukkan hubungan saling anggota keluarga yang lain
mencintai dari skala 2 (jarang 2. Bantu keluarga berkomunikasi lebih efektif
menunjukkan) menjadi skala 5
(secara konsisten menunjukkan)
290502 2. Memelihara komunikasi terbuka

170
pada anak dari skala 2 (jarang
menunjukkan) menjadi skala 5
(secara konsisten menunjukkan)

Diagnosis Keperawatan NOC NIC

Kode Diagnosis Kode Outcome Kode Intervensi

00222 Ketidakefektifan Domain :VI Kesehatan Keluarga Domain V Keluarga (Perawatan yang
kontrol impuls Kelas : Kesejahteraan keluarga Mendukung Keluarga)
2600 Koping Keluarga Kelas X (Perawatan sepanjang hidup)
Definisi : kapasitas keluarga untuk 7150 Terapi Keluarga
mengelola stres yang membebani Definisi : Membantu anggota keluarga untuk
kemampuan keluarga mengarahkan keluarga mereka kepada
Keluarga mampu memodifikasi kehidupan yang lebih produktif
Indikator : Keluarga mampu memodifikasi

171
26007 1. Melibatkan anggota keluarga dalam Intervensi :
pengambilan keputusan dari skala 2 1. Fasilitasi diskusi keluarga
(jarang menunjukkan) menjadi skala 5 2. Minta anggota keluarga untuk berpartisipasi
(secara konsisten menunjukkan) dalam merasakan aktifitas dirumah
26009 2. Berbagi tanggung jawab untuk tugas-
tugas keluarga dari skala 2 (jarang
menunjukkan) menjadi skala 5 (secara
konsisten menunjukkan)

Diagnosis Keperawatan NOC NIC

Kode Diagnosis Kode Outcome Kode Intervensi

00222 Ketidakefektifan Domain VI Kesehatan Keluarga Domain V Keluarga (Perawatan yang


kontrol impuls Kelas X Kesejahteraan Keluarga Mendukung Keluarga)
2608 Ketahanan Keluarga 4 Kelas X (Perawatan sepanjang hidup)
Definisi : 7100 Peningkatan Integritas keluarga
Kapasitas dari sebuah keluarga untuk Definisi :peningkatan persatuan dan kesatuan
beradptasi secara positif dan berfungsi keluarga

172
setelah mengalami kesulitan yang Keluarga mampu memanfaatkan
signifikan Intervensi :
Keluarga mampu memanfaatkan 1. Fasilitasi Kunjungan keluarga
Indikator :
260832 1. Menggunakan tim perawatan
kesehatan terkait dengan informasi &
bantuan dari skala 2 (jarang
menunjukkan) menjadi skala 5 (secara
konsisten menunjukkan)

173
2.6 Implementasi dan Evaluasi
Tabel 2.13 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga Bpk.H
Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi Paraf
Sabtu, TUK 1 : Keluarga Mengenali Masalah S:
18 Mei Keluarga Bpk. H khususnya Ibu I, mampu F Ibu I mengatakan dirinya sudah memahami F
2019 mengenal dan mengetahui teknik metode disiplin yang cocok diterapkan untuk
(Firnanda ) (Firnanda )
pengasuhan dan keterampilan komunikasi anaknya dan memahami teknik komunikasi
1. Memfasilitasi diskusi orang tua pluralistik dan protektif
terkait metode disiplin yang ada, Metode disiplin yang dipilih Ibu I :
serta memilih metode disiplin yang 1. Membuat batasan
cocok untuk diterapkan kepada 2. Memebrikan contoh

keluarga 3. Memberi reward

2. Mengajarkan teknik komunikasi 4. Memberikan teguran

pluralistik dan komunikasi protektif O:

kepada keluarga 1. Ibu I mampu menerapkan metode disiplin


yang dipilih seperti : membuat batasan dalam
bermain dan belajar, memberikan contoh
kepada anak sebelum Ibu I menyuruh
anaknya melakukan sesuatu, memberi reward

174
berupa lebihan uang saku jika anaknya
berhasil menyelesaikan tugas yang di
tetapkan Ibu I
2. Terlihat komunikasi Ibu I kepada An.S tidak
lagi seperti mengancam
A:
TUK 1 tercapai, Ibu I sudah dapat menerapkan
metode disiplin dan pola komunikasi pluralistik
dan protektif
P:
Intervensi dihentikan lanjut TUK 2
Sabtu, TUK 2 : keluarga mampu memutuskan S:
18 Mei masalah R Ibu I mengatakan dirinya mampu membuat R
2019 1. Memfasilitasi komunikasi yang terbuka keputusan tentang komunikasi terbuka dan
(Syaiful (Syaiful
antar anggota keluarga dukungan keluarga seperti bertukar pendapat
Ridzal) Ridzal)
2. Memfasilitasi suasana kebersamaan antara suami istri maupun orangtua anak dan
diantara keluarga mendengarkan keluhan anak serta berempati
3. Mendukung keluarga untuk terhadap keluarga satu sama lain.
meningkatkan hubungan yang positif

175
O:
Ibu I mampu menerapkan komunikasi terbuka
dan dukungan keluarga pada keluarga
khususnya pada anaknya
A:
TUK 2 tercapai, ibu I sudah mampu
menerapkan komunikasi terbuka dan dukungan
keluarga pada keluarganya
P:
Intervensi dihentikan lanjut TUK 3
Minggu, TUK 3 : keluarga mampu merawat S:
19 Mei anggota keluarga untuk kehidupan yang D Ibu I mengatakan sejak dirinya mampu D
2019 lebih produktif berkomunikasi secara terbuka dengan suami
1. Membantu anggota kelurga untuk (Dina A) dan anak-anaknya, kedekatan antara dirinya dan (Dina A)
merubah bagaimana mereka anggota keluarganya semakin dekat, Ibu I tidak
berhubungan dengan anggota keluarga malu lagi meminta tolong kepada suami untuk
yang lain membantu pekerjaan rumah tangga sepulang
kerja, dan Ibu I mengatakan sudah tidak pernah
2. Membantu keluarga berkomunikasi lebih
memarahi anak hingga mencubit atau memukul

176
efektif O:
1. Terlihat Bpk.H membantu Ibu I seperti
menyapu lantai dan menjemur cucian serta
menemani anaknya mengerjakan PR
2. Terlihat Ibu I sudah tidak menampakkan
kemarahan pada anaknya
A:
TUK 3 tercapai terlihat Ibu I mampu
menerapkan komunikasi yang efektif terhadap
anggota keluarganya serta mampu merubah
kebiasaan suaminya yang semula tidak mau
membantu mengerjakan pekerjaan rumah
P:
Intervensi dihentikan, lanjut TUK 4
Minggu, TUK 4 : keluarga mampu memodifikasi S:
19 Mei kebiasaan hidup bagi setiap anggota F Ibu I mengatakan meminta bantuan dan F
2019 keluarga membagi peran keluarga dengan suaminya
(Firnanda ) (Firnanda )
1. Memfasilitasi diskusi keluarga dalah hal pengambilan keputusan, dan
2. Meminta anggota keluarga khususnya pengasuhan anak. Ibu I dan suami

177
bpk.H untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan segala hal dengan keputusan
merasakan aktifitas dirumah bersama. Ibu I dan suaminya bergantian dan
1. bekerja keras untuk mengasuh anak dan
memberikan nasihat.
O:
1. Terlihat Bpk H bergantian mengasuh
anaknya saat ibu I sedang kedatangan tamu
2. Terlihat ibu I tidak marah dan menasehati
anaknya saat anaknya melakukan kesehatan
A:
TUK 4 tercapai, ibu I dan suami mampu
membagi peran dan saling membantu satu sama
lain
P:
Intervensi dihentikan lanjut TUK 5
Senin, TUK 5 : Keluarga mampu S:
20 Mei memanfaatkan pelayanan keperawatan D Bpk H dan Ibu I mengatakan dirinya sudah
2019 1. memfasilitasi kunjungan keluarga mampu melaksanakan apa yang telah diajarkan
1.(Dina A) oleh perawat pada pertemuan ke 1 dan 2, dan

178
Bpk.H merasakan keharmonisan keluarganya
bertambah
O:
Terlihat Bpk. H dan Ibu I kompak dalam
pengasuhan anak, terlihat An.S dan An.B
bahagia dan sudah tidak ketakutan jika
diperintah ibunya
A:
TUK 5 tercapai, keluarga Bpk.H sudah
menerapkan yang telah diajarkan oleh perawat
pada pertemuan ke 1 dan ke 2
P:
Melakukan fase terminasi terhadap keluarga
Bpk.H dengan memberikan liflet sebagai
pembelajaran keluarga Bpk.H

179
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar Dkk. 2015. Menanamkan Nilai Disiplin Anak Pada Lingkungan Keluarga
di Desa Sungai Pinang Lama Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten
Banjar . Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. Vol 5 No 10
Bataha, dkk. 2018. Hubungan Pola Komuniaksi Keluarga Dengan Kepercayaan
Diri Anak Usia Sekolah di SDGMIM Lelema Kecamatan Tumpakan
Kabupaten Minahasa Selatan. E-Jurnal Keperawtaan . Vol 6. No 1
BKKBN. (2011). Batasan dan Pengertian MDK. Diakses 05 Maret 2019 pukul
10.20WIB,WebSite:bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx.BKKBN.2016
Bulecheck, Dkk.2016. Nursing Intervention Classification (NIC).
Singapore:Elsevier
Friedman, M. Marilyn., Bowden, R. Vicky., Jones G. Elaine. (2010). Buku Ajar
Keperawatan Keluarga : Riset, Teori & Praktik. Edisi 5. Jakarta : EGC
Herdman, dkk. (2015). Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2018-2020 Edisi 11. Jakarta: EGC
Hyoscyamina, Darosye. 2011. Peran Keluarga Dalam Membangun Karakter
Anak. Jurnal Psikologi UNDIP. Vol 10 No 2
Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI) PPNI. (2017). Panduan
Asuhan Keperawatan : Individu, Keluarga, Kelompok dan Komunitas
dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan NIC di Puskesmas dan
Masyarakat. Jakarta : UI-Press.
Iyoq, Nerry. 2017. Efektivitas Komunikasi Orang Tua Pada Anak dalam
Membentuk Perilaku Positif . E-Journal Ilmu Komunikasi . Vol 5 No 2
Moorhead, Dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Singapore:Elsevier
Nies, A. Mary., McEwen, Melanie. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas
dan Keluarga. Edisi Indonesia Pertama. Singapore : Elsevier
Palar, Dkk. 2015. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pretasi Belajar Anak
Usia Sekolah di SDN Inpres 1 Tumaratus Kecamatan Langoan Barat.
E-Jurnal Keperawatan. Vol 3. No 2

180
Putri & Lestari. 2015. Pembagian Peran dalam rumah Tangga dalam Pasangan
Suami Istri Jawa. Jurnal Penelitian Humaniora. Vol 16 No 1. ISSN
1411-15190
Rudianto, Dkk. 2018. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat
Prestasi Belajar Anak Usia Masa Sekolah Dasar 7-11 Tahun di SDN 1
Sudimoro Kecamatan Hululawang Kabupaten Malang. Nursing news.
Vol 3. No 1
Sari, dkk. 2010. Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga Dalam Fungsi Sosialisasi
Keluarga Terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Komunikasi
Pembangunan, ISSN 1693-2699. Vol 8. No 2
Yigibalon, Leis. 2013. Peranan Interaksi Anggota Keluarga dalam Rangka
Mempertahankan Harmoniasasi Keluarga di Desa Kumuluk Kecamatan
Tiom KAbupaten Lanny jaya. Journal Vol 2 No 4

181
Lampiran 1
Foto bersama anggota keluarga

( Dokumentasi pada saat pengkajian)

182
Lampiran 2. Satuan Acara Penyuluhan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Pola asuh dan teknik komunikasi efektif kepada keluarga
Sasaran :Keluarga Bpk. H
Tempat :Rumah keluarga Bpk. H
Hari/Tanggal : Sabtu – Minggu/18-19 Mei 2019
Waktu : 60 menit
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan dari kegiatan penyuluhan diharapkan sasaran
mampu memahami dan mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran mampu :
1. Menjelaskan pola asuh dan komunikasi yang baik pada keluarga
2. Mengetahui cara pola Asuh dan komunikasi yang baik pada keluarga
3. Melakukan tindakan sesuai prosedur
C. Materi : Terlampir
1. Metode disiplin anak sekolah
2. Teknik komunikasi pluralistik
3. Teknik komunikasi protektif
4. Teknik komunikasi terbuka
5. Cara meningkatkan hubungan positif
6. Teknik bermain peran
7. Cara berhubungan dengan anggota keluarga
8. Teknik komunikasi efektif
D. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab
E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
Sabtu, 18 Mei 2019
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
1. 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
1. Memberikan salam 3. Memahami maksud
2. Memperkenalkan diri dan tujuan
3. Menjelaskan topik materi dan
tujuaan dari penyuluhan
2 40 menit Pelaksanaan : 1. Mendengarkan materi
penyuluhan yang
1. Menyampaikan materi metode disampaikan
disiplin anak sekolah 2. Keluarga
2. Menyampaikan materi teknik memperhatikan
komunikasi pluralistik jalannya penyuluhan
3. Menyampaikan materi teknik 3. Keluarga mengikutri
komunikasi protektif instruksi yang
4. Menyampaikan materi teknik diberikan
komunikasi terbuka 4. Bertanya
5. Menyampaikan materi teknik
komunikasi efektif
6. Tanya jawab
3 15 menit Evaluasi dan Penutup : 1. Mendengarkan
2. Menjawab pertanyaan
1. Menanyakan kembali hal-hal 3. Menjawab salam
yang sudah djelaskan
2. Menyimpulkan materi
3. Memberikan salam penutup

Minggu, 19 Mei 2019


No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
1. 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Memberikan salam 2. Mendengarkan
2. Mengevaluasi materi yang telah 3. Memahami maksud
dijelaskan pada hari sebelumnya dan tujuan
3. Menjelaskan topik materi dan
tujuaan dari penyuluhan
2 40 menit Pelaksanaan : 1. Mendengarkan materi
1. Menyampaikan materi cara penyuluhan yang
meningkatkan hubungan positif disampaikan
2. Menyampaikan materi teknik 2. Keluarga
bermain peran memperhatikan
3. Menyampaikan materi cara jalannya penyuluhan
berhubungan dengan anggota 3. Keluarga mengikutri
keluarga instruksi yang
4. Tanya jawab diberikan
4. Bertanya
3 15 menit Evaluasi dan Penutup : 1. Mendengarkan
1. Menanyakan kembali hal-hal 2. Menjawab
yang sudah djelaskan di pertanyaan
pertemuan pertama dan kedua 3. Menjawab salam
2. Menyimpulkan materi
3. Memberikan salam penutup
G. Pengorganisasian
a. Penyaji : Firnanda Erindia
b. Observer : Dina Aguslia
c. Fasilitator : Syaiful Ridzal
H. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a. Sasaran hadir ditempat penyuluhan.
b. Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan.
d. Kesimpulan penyuluh termasuk kesiapan model dan media yang akan digunakan.
e. Kesiapan audiensi meliputi kesiapan menerima penyuluhan.
2) Evaluasi proses
a. Sasaran antusias dan berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan oleh penyuluh.
b. Sasaran mendengarkan materi penyuluhan dengan baik dan ada respon positif dari
peserta.
c. Sasaran mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai dan tidak meninggalkan tempat.
d. Sasaran mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab pertanyaan secara benar.
e. Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan dengan suasana
rileks.
3) Evaluasi Hasil
Sasaran mampu menjawab 75% dari pertanyaan penyuluh dengan benar meliputi:
a. Dapat memahami Metode Disiplin Anak Usia Sekolah, Teknik Bermain Peran, Teknik
Komunikasi Plularistik, Teknik Komunikasi Protektif, Cara Meningkatkan Hubungan
Positif, Cara Berhubungan Dengan Anggota Keluarga dan Teknik Komunikasi Efektif.
b. Dapat mengaplikasikan Metode Disiplin Anak Usia Sekolah, Teknik Bermain Peran,
Teknik Komunikasi Plularistik, Teknik Komunikasi Protektif, Cara Meningkatkan
Hubungan Positif, Cara Berhubungan Dengan Anggota Keluarga dan Teknik
Komunikasi Efektif.
I. Antisipasi Masalah
STRUKTUR ANTISIPASI

1) Survei tempat penyuluhan H-7 1) Berkolaborasi dengan


2) Koordinasi dengan keluarga Bpk. H pihak keluarga Bpk. H
3) Menginformasikan secara lisan terkait 2) Mengadakan game.
penyuluhan Metode Disiplin Anak Usia
Sekolah, Teknik Bermain Peran, Teknik
Komunikasi Plularistik, Teknik Komunikasi
Protektif, Cara Meningkatkan Hubungan
Positif, Cara Berhubungan Dengan Anggota
Keluarga dan Teknik Komunikasi Efektif
4) Sasaran hadir ditempat penyuluhan.
5) Kesimpulan penyuluh termasuk kesiapan
model dan media yang akan digunakan.
6) Kesiapan audiensi meliputi kesiapan
menerima penyuluhan.
PROSES ANTISIPASI
1) Keluarga antusias dan berkonsentrasi 1) Di berikan ice breaking di
terhadap materi yang disampaikan oleh sela-sela materi.
penyuluh. 2) Jika dalam menyebutkan
2) Keluarga mendengarkan materi penyuluhan jawaban masih ada yang
dengan baik dan ada respon positif dari salah, penyuluh
Keluarga. menjelaskan kembali inti
3) Keluarga mengikuti kegiatan penyuluhan dari materi tersebut.
sampai selesai dan tidak meninggalkan
tempat.
4) Keluarga mengajukan pertanyaan dan
mampu menjawab pertanyaan secara benar.
5) Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan
materi dengan jelas dan dengan suasana
rileks.
HASIL ANTISIPASI
1) Keluarga mampu menjawab 75% dari Jika keluarga masih belum
pertanyaan penyuluh dengan benar meliputi: faham diinstruksikan untuk
2) Dapat memahami Metode Disiplin Anak belajar sendiri melalui poster
Usia Sekolah, Teknik Bermain Peran, yang tersedia.
Teknik Komunikasi Plularistik, Teknik
Komunikasi Protektif, Cara Meningkatkan
Hubungan Positif, Cara Berhubungan
Dengan Anggota Keluarga dan Teknik
Komunikasi Efektif.
3) Dapat mengaplikasikan Metode Disiplin
Anak Usia Sekolah, Teknik Bermain Peran,
Teknik Komunikasi Plularistik, Teknik
Komunikasi Protektif, Cara Meningkatkan
Hubungan Positif, Cara Berhubungan
Dengan Anggota Keluarga dan Teknik
Komunikasi Efektif.
J. Lampiran Materi
A. METODE DISIPLIN ANAK USIA SEKOLAH
1. Pengertian disiplin
Menurut Budimansyah (2000) dalam (Akhyar,2015) menyatakan bahwa arti disiplin
adalah sebagai berikut:
a. Kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian.
b. Latihan yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan watak agar
dapat mengendalikan diri, agar berperilaku tertib dan efisien.
c. Suatu system peraturan atau metode yaitu cara berperilaku.
d. Hukuman atau koreksi terhadap seseorang yang melanggar ketentuan peraturan yang
dilakukan melalui laihan.
e. Hasil latihan (pengendalian diri) perilaku tertib. (Akhyar, dkk, 2015)
2. Tujuan disiplin
Menurut Elizabet B. Hurlock (Fatah Yasin, 2011) dalam (Akhyar, dkk, 2015) bahwa
tujuan seluruh disiplin ialah membentuk prilaku sedemikian rupa sehingga anak akan
sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu di
identifikasikan. Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula satu falsafah
pendidikan anak yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara menanamkan disiplin.
(Akhyar, dkk, 2015)
3. Fungsi disiplin
Menurut Singgih D Gunarsah (2000) dalam (Akhyar, dkk, 2015) fungsi disiplin adalah:
a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain hak milik orang lain.
b. Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankan kewajiban dan secara langsung
mengerti larangan-larangan.
c. Mengerti tingkah laku baik dan buruk.
d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa. (Akhyar, dkk,
2015)
4. Pola menanamkan nilai disiplin pada anak ada beberapa cara untuk menanamkan nilai-nilai
kedisiplinan kepada anak :
a. Membuat batasan
b. Memebrikan contoh
c. Memilih kata-kata yang tepat dan efektif
d. Konsisten dan tetap mengawasi
e. Mengantisipasi masalah-masalah
f. Tegas, penuh kasih sayang dan ekstra sabar
g. Memberi reward
h. Memberikan teguran. (Akhyar, dkk, 2015)
B. TEKNIK KOMUNIKASI PLURALISTIK
Keluarga yang sangat sering melakukan percakapan, namun memiliki kepatuhan yang
rendah. Intensitas komunikasi dalam keluarga dan tingkat kedekatan fisik mempengaruhi
intimate relationship. intensitas komunikasi dalam keluarga dengan intimate relationship yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti frekuensi & durasi responden bertemu anggota
keluarga dalam sehari, durasi & frekuensi responden menelepon anggota keluarga dalam
sehari, frekuensi responden mengirim pesan via sms/whatsapp/bbm anggota keluarga.
Orangtua menemani bermain dan menjelaskan setiap yang ditanyakan oleh anak mereka.
Sebagian mengarahkan anak mereka degan permainan yang menurutnya baik dan larangan
telah dijelaskan sebelum anak-anak memulai aktivitas. (Sari Dkk. 2010)
Pada pola asus orangtua kepada anaknya dimana orang tua dan anak memiliki hubungan
yang terjalin sangat baik dan komunikasi yang terjalin di antara ke dua belah pihak bisa
lancar. Orang tua biasanya memilih pada pola asuh otoratif yang bersikap rasional atau
pemikiran-pemikirannya juga bisa bersikap realistis dengan kemampuan anak, tidak berharap
yang berlebihan yang melampaui batas Serta orang tua ini memliki tipe yang juga
memberikan kebebasan anak untuk berpendapat atau untuk memilih suatu tindakan.Selain itu
pola asuh otoratif juga memfokuskan hubungan antara anak dengan orang tua yang saling
pengertian. Sehingga jika anak memiliki kendala dalam belajarnya maupun sosialisasinya,
sang anak dapat berbagi dengan orang tua mereka, dari pihak orang tua juga dapat
memberikan berbagai masukan atau arahan yang mendukung pola belajarnya sang anak tanpa
memaksakan kehendaknya, tetapi menjelaskan kepada sang anak alasan orang tua untuk
melakukan atau memutuskan sesuatu. (Rudianto, dkk, 2018)
C. TEKNIK KOMUNIKASI PROTEKTIF
Keluarga yang jarang melakukan percakapan, namun memiliki kepatuhan yang tinggi,
jadi terdapat banyak sifat patuh dalam keluarga, tetapi sedikit komunikasi (Sari Dkk. 2010).
Dalam mengasuh anaknya, biasanya orangtua menggunakan pola asuh otoratif dimana orang
tua memberi kontrol terhadap anaknya dalam batas-batas tertentu, aturan untuk hal-hal yang
esensial saja, dengan tetap menunjukkan dukungan, cinta dan kehangatan kepada anaknya.
Melalui pola asuh ini anak juga dapat merasa bebas mengungkapkan kesulitannya,
kegelisahannya kepada orang tua karena ia tahu, orang tua akan membantunya mencari jalan
keluar tanpa berusaha mendiktenya. Dengan pola asuh otoriter akan membentuk sifat dan
karakter anak menjadi bersifat terbuka, mau menerima kritik dari orang lain, mampu
menghargai orang lain, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan mampu bertanggung
jawab terhadap kehidupan sosialnya. (Rudianto, dkk, 2018)
D. TEKNIK KOMUNIKASI TERBUKA
Komunikasi terbuka adalah proses menyampaikan informasi dari individu kepada
individu lain secara terbuka dan tanpa ada rasa takut serta saling mengungkapkan pendapat
atau ide,dan komunikasi dapat berlangsung bila orang yang terlibat mempunyai kesamaan
makna satu dengan yang lain, sehingga terbentuk saling pengertian serta memberikan respon
yang saling mempengaruhi dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan bersama. (Iyoq, 2017)
1. Bercerita
Orang tua yang bersedia membuka diri kepada anaknya akan mendorong keterbukaan diri
anak. Dengan memberikan kesempatan pada anak-anak untuk bercerita tentang apa yang
dialaminya maka akan membantu anak agar lebih membuka diri, dapat menerima kritik dan
saran, memperbaiki diri serta membantu anak untuk dapat lebih mengemukakan apa
keinginan mereka. Jadi anak lebih terbuka dengan orang tua mereka. Anak yang tidak
pernah berbagi pengalaman dengan orang tua, maka akan menjadi anak yang cenderung
menutup diri dan tidak dapat mengekspresikan diri.
2. Mendengarkan
Kemampuan untuk mendengarkan orang lain, merupakan suatu hal yang penting untuk
membina hubungan dalam keluarga. Pada hakikatnya mendengar adalah menerima sampai
suatu cerita berakhir, serta berusaha untuk menyusun kembali dalam pikiran kita peristiwa-
peristiwa dan pengalaman-pengalaman orang lain. Pada saat anak menghadapai suatu
masalah orang tua hendaknya mendengarkan cerita anak sampai selesai sebelum orang tua
memberikan solusinya (Bataha, 2018)
3. Berempati
Berempati, berarti mau merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Menurut James
Dobson seorang ahli jiwa mengatakan bahwa kunci untuk membesarkan anak yang sehat
dan bertanggung jawab adalah dengan berusaha untuk merasa di balik mata si anak, artinya
orang tua berusaha untuk melihat apa yang dilihat anak, memikirkan apa yang dipikirkan,
dan merasakan apa yang dirasakan. Dengan berempati kita akan lebih dapat memahami
keinginan dan kebutuhan anak. (Hyoscyamina, 2011)
E. CARA MENINGKATKAN HUBUNGAN POSITIF
1. Keterbukaan
Sikap orang tualah yang menjadikan anak untuk terbuka atau tidaknya dalam sebuah
komunikasi. Orang tua yang mampu untuk mendengar dan memberi kebebasan pada anak
untuk menjadi dirinya sendiri, membuat sang anak dengan sendirinya akan berbagi cerita
tentang dirinya dan terbuka pada orang tuanya.
2. Empati
Otrang tua yang dapat berempati kepada anaknya akan mampu memahami, memotovasi
dan melihat pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka serta harapan dan
keinginan mereka untuk masa mendatang.
3. Sikap mendukung
Dukungan orang tua melalui sebuah komunikasi antarpersonal dan ungkapan-ungkapan
positif terhadap anak-anak mereka akan menumbuhkan semangat baru untuk anak-anak
dalam menyongsong kehidupan mereka di lingkungan sosialnya. Mereka dapat
beradaptasi, belajar mengenai kehidupan, mencari pengalaman diluar lingkungan sehingga
mereka menjadi pribadi yang mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi social beserta
dinamika kehidupan .
4. Sikap positif
pandangan positif antara orang tua dan anak memegang peranan penting. Karena melalui
sikap inilah terciptanya rasa saling menghargai.
5. Kesetaraan
pengakuan yang menyangkut kedua belah pihak yakni orang tua dan anak yang memiliki
nilai berharga dan saling memerlukan. Kesetaraan yang terdapat dalam komunikasi
interpersonal membuat orang tua dan anak sama-sama memiliki kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya dan sama-sama memiliki peran penting dalam komunikasi
mereka. (Iyoq, 2017)
F. TEKNIK BERMAIN PERAN
Keluarga merupakan institusi yang paling penting perannya dalam proses melakukan
sosialisasi, karena keluarga itu merupakan kelompok primer/utama yang selaku melakukan
interaksi/bertatap muka diantara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan
anggota-anggota keluarganya secara detail. dalam keluarga juga terdapat seorang pemimpin
yang dipandang mampu memimpin dan mendidik anggota-anggota keluarga yang melahirkan
hubungan emosional sangat dekat, sehingga dalam hal ini orang tua sebagai salah satu anggota
keluarga memliki peranan yang sangat penting dalam proses sosialisasi kepada semua anggota
keluarganya. Peran interaksi anggota keluarga sebagai upaya mempertahankan keharmonisan
kehidupan keluarga paling tidak mencerminkan hal-hal sebagai berikut
1. Melakukan interaksi/tindakan sesuai dengan tradisi yang berlaku dalam keluarga
2. Melakukan interaksi/tindakan yang efektif dan mana yang boleh dan mana yang tidak
boleh
3. Melakukan interaksi/tindakan sebaiknya didasarkan pada orientasi nilai
4. Interaksi/tindakan yang berorientasi tujuan rasional, artinya interaksi tersebut memiliki
aturan yang jelas dan efesien untuk mencapai harmonisasi kehidupan keluarga. (Yigibalo,
2013)
Seperti dipaparkan salah seorang murid Berne, Carol Solomon (2003:15) terdapat tiga ego
stage dalam diri manusia, yakni ego state orang tua (Parent), dewasa (Adult), dan anak-anak
(Child).
1. Status ego anak
Status Ego Anak adalah keaslian dari bagian hidup kita dan yang paling alami, yang
termasuk “rekaman” pengalaman awal. Dibedakan antara nature child (NC) yang
ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif, lucu, memberontak, tergantung,
menuntut, egois, agresi, kritis, spontan dan tidak mau kalah. Sebaliknya yang bersifat
adapted child (AC) ditunjukkan dengan bertindak sesuai dengan keinginan orang tuanya.
Seperti penurut, sopan, dan patuh, sebagai akibat anak yang akan menarik diri, takut,
manja, dan kemungkinan mengalami konflik.
2. Status ego dewasa
Status Ego Dewasa merupakan pusat pemprosesan data kita. Ini merupakan dari bagian
dari kepribadian diri kita yang rasional, dimana kita mampu menilai fakta-fakta yang kita
peroleh melalui indra kita, sehingga dihasilkan sebuah solusi yang masuk akal. Status Ego
Dewasa menekankan solusi yang berbasis fakta, bukan berdasarkan asumsi (prejudice) atau
emosi kanak-kanak kita. Ciri orang yang sedang berada pada egostagess ini ialah tekanan
pada nalar, tidak emosional,dan komunikasi dua arah.
3. Status ego orangtua
Statu Ego Orang Tua merupakan kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang
mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap
dirinya.Ada dua bentuk sikap orang tua, yang pertama orang tua selalu mengkritik, merugi
dan yang kedua orang tua yang sayang. Sikap orang tua yang diwakili dalam perilaku dapat
terlihat dan terdengar dari tindakan maupun tutur kata serta ucapan-ucapannya. Seperti
tindakan menasehati orang lain, memberi hiburan, menguatkan perasaan, memberi
pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong untuk berbuat baik adalah sikap
nurturing parent (NP), ini sikap orang tua yang sayang. Sebaliknya ada pula sikap orang
tua yang suka menghardik, membentak, menghukum, berprasangka, melarang, semuanya
disebut dengan sikap yang critical parent (CP)
Pembagian peran antara suami dan istri dalam kehidupan berumah tangga, yakni: (1)
pengambilan keputusan, (2) pengelolaan keuangan keluarga, dan (3) pengasuhan anak.
1. Pembagian Peran dalam Pengambilan Keputusan
Pada umumnya pengambilan keputusan keluarga diputuskan oleh suami sebagai kepala
keluarga dengan melibatkan istri maupun anggota keluarga lain dalam perundingan untuk
mendapatkan jalan keluar dari permasalahan. Ketika musyawarah, kepala keluarga
mempertimbangkan pendapat yang dikemukakan oleh istri maupun anggota keluarga lain.
Peran suami sebagai penentu dalam pengambilan keputusan juga didukung oleh pendapat
para istri
2. Peran Suami dan Istri dalam Pengelolaan Keuangan Keluarga
Sumber utama keuangan keluarga secara umum diperoleh dari penghasilan suami. Seluruh
penghasilan keluarga, baik dari suami maupun istri, selanjutnya dikelola sepenuhnya oleh
pihak istri. Para suami menyatakan bahwa penghasilan mereka diserahkan pada istri untuk
diatur guna memenuhi kebutuhan keluarga. Keterlibatan suami dalam pengelolaan
keuangan keluarga sebatas pada memberikan saran-saran apabila mengetahui istri bertindak
boros dalam menggunakan dana keluarga. Namun bila ada kebutuhan yang besar, di luar
kebutuhan rutin pihak istri tetap meminta pendapat dari suami.
3. Pembagian Peran dalam Pengasuhan Anak
Pengasuhan anak merupakan tanggungjawab kedua orang tua yaitu suami maupun istri
dengan bekerjasama untuk memberikan pendidikan baik dalam keluarga maupun secara
formal. Dalam melakukan pendampingan kedua orang tua bekerjasama dengan bergantian
mengawasi anak, memberikan nasihat, saling mengingatkan agar tidak terlalu keras dalam
mendidik anak serta berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan dalam pengasuhan
anak. Namun di sisi lain suami juga turut berperan dalam pengasuhan anak dengan
memberikan nasihat pada anak, mendampingi anak ketika di rumah, dan menghabiskan
waktu dengan anak sepulang kantor dan bekerjasama dengan istri dengan saling
memberikan masukan dalam medidik anak. Hal tersebut menunjukkan adanya kesadaran
mengenai peran ayah dan ibu dalam perkembangan anak dengan adanya keterlibatan suami
dalam melakukan pengasuhan anak. (Lestari dan Putri, 2015)
G. CARA BERHUBUNGAN DENGAN ANGGOTA KELUARGA
Interaksi anggota keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga.. Proses
interaksi anggota keluarga tidak semuanya dilandasi oleh pemikiran yang logis, seperti apa
yang dikemukan oleh Raho (2007) bahwa interaksi itu ada dua jenis
1. Interaksi non-simbolik yang tidak melibatkan proses berpikir logis
2. Interaksi simbolik yang melibatkan proses berpikir dan penalaran yang logis. (Yigibalom,
2013)
H. TEKNIK KOMUNIKASI EFEKTIF
Ada tiga teknik komunikasi yang paling penting untuk dapat membangun jenis hubungan
yang penuh kasih sayang dalam keluarga, yaitu: bercerita, mendengarkan dan berempati.
1. Bercerita
Orang tua dapat mendidik anaknya dengan bercerita. Orang tua yang bersedia membuka
diri kepada anaknya akan mendorong keterbukaan diri anak. Dengan memberikan
kesempatan pada anak-anak untuk bercerita tentang apa yang dialaminya maka akan
membantu anak agar lebih membuka diri, dapat menerima kritik dan saran, memperbaiki
diri serta membantu anak untuk dapat lebih mengemukakan apa keinginan mereka. Jadi
anak lebih terbuka dengan orang tua mereka. Anak yang tidak pernah berbagi pengalaman
dengan orang tua, maka akan menjadi anak yang cenderung menutup diri dan tidak dapat
mengekspresikan diri.
2. Mendengarkan
Kemampuan untuk mendengarkan orang lain, merupakan suatu hal yang penting untuk
membina hubungan dalam keluarga. Pada hakikatnya mendengar adalah menerima sampai
suatu cerita berakhir, serta berusaha untuk menyusun kembali dalam pikiran kita peristiwa-
peristiwa dan pengalaman-pengalaman orang lain. Pada saat anak menghadapai suatu
masalah orang tua hendaknya mendengarkan cerita anak sampai selesai sebelum orang tua
memberikan solusinya.
3. Berempati
Berempati, berarti mau merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Menurut James
Dobson seorang ahli jiwa mengatakan bahwa kunci untuk membesarkan anak yang sehat
dan bertanggung jawab adalah dengan berusaha untuk merasa di balik mata si anak, artinya
orang tua berusaha untuk melihat apa yang dilihat anak, memikirkan apa yang dipikirkan,
dan merasakan apa yang dirasakan. Dengan berempati kita akan lebih dapat memahami
keinginan dan kebutuhan anak. (Hyoscyamina, 2011)
Lampiran 3
Liflet Satuan Acara Penyuluhan

an
Edukasi Pada Anak
Lampiran 4.
Jurnal Evidance Based In Nursing
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK USIA
SEKOLAH DI SDN INPRES I TUMARATAS KECAMATAN LANGOWAN BARAT

Pingkan Mellisa Palar


Henry Palandeng
Vandri D. Kallo

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado

E-Mail: palarpingkan@gmail.com

Abstrak:Learning achievement is the result obtained by the students after following a learning, such
as doing an assignment and other learning activity. Learning outcome is influenced by yourself that
is the existence of desire to learn and from extern that is social environment’s encouragement,
especially from family. The role of parents is the parents contribution in giving a good preparation
for the child for the purpose of education success undertaken. The purpose of this researchis to know
the existing relation between Parents’ Role with School-Age Children’s Learning Achievement in SD
Inpres I Tumaratas West Langowan Subdistrict. The method of this research is cross sectional
analytical survey. Sampling technique uses total sampling. The samples are 59 respondents.
Technique of data analysis is done with univariat and bivariat analysis using chi square test on a
computer program. From the result of thisresearch, it is gained the value of p= 0.003 which shows
that p value is smaller than the value of α = 0.05. The conclusion of this research that there is a
relation between Parents’ Role with School-Age Children’s Learning Achievement. Recommendation
for subsequent researcher, it is expected to research further at all classes. Key Word: Parents’ Role,
Learning Achievement, School Age

Abstrak:Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran, seperti
mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran lain.Hasil belajar dipengaruhi oleh diri sendiri yaitu
adanya keinginan untuk belajar dan dari luar yaitu dorongan dari lingkungan sosial terutama dari
keluarga.Peran orang tua adalah andil orang tua dalam memberikan persiapan yang baik untuk anak
demi keberhasilan pendidikan yang dijalani.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
hubungan Peran Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Anak Usia di SD Negeri Inpres I Tumaratas
Kecamatan Langowan Barat. Metode Penelitian ini menggunakan survei analitik cross sectional.
Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Sampel 59 responden. Teknik analisa data
dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi squarepada program komputer.
Hasil penelitian ini diperoleh nilai p= 0,003 yang menunjukan bahwa nilai p lebih kecil dari nilai α
= 0,05. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat Hubungan Peran Orang Tua Dengan Prestasi Belajar
Anak Usia Sekolah. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut
kepada semua kelas.
Kata Kunci :Peran Orang Tua, Prestasi Belajar, Usia sekolah

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu usaha dari didik yang berkualitas dan berdaya saing tinggi
setiap bangsa dan negara untuk mewariskan dalam menghadapi persaingan di era globalisasi
pengetahuan dari generasi ke generasi yang dapat ini. Pada dasarnya pendidikan adalah salah satu
menciptakan peserta cerminan seseoran
mendapatkan ilmu pengetahuan, dalam hal ini yang di tuntut oleh sekolah dan temannya (Potter
melalui proses belajar (Pradhana, 2012). & Perry, 2005).
Belajar adalah usaha untuk memperoleh hal- Dari pendataan awal yang penulis peroleh
hal baru dalam tingkah laku baik pengetahuan, melalui observasi dan wawancara langsung
kecakapan, ketrampilan dan nilai-nilai (Wahyuni, dengan 5 orang tua dari siswa SD Negeri Inpres
2009). Beberapa hal yang dapat mempengaruhi I Tumaratas di dapatkan
prestasi belajar dari siswa diantaranya faktor 3 di antaranya kurang memperhatikan kegiatan
internal dan faktor eksternal termasukkeluarga belajar anak karena sibuk dengan pekerjaan dan
dalam hal ini orang tua merupakan faktor lebih mempercayakan proses belajar anak pada
eksternal yang mempengaruhi anak dalam lingkungan sekolah dan 2 di antaranya
belajar. Orang tua memiliki peranan penting mengatakan bahwa mereka sangat
dalam pendidikan dalam hal ini merupakan guru memperhatikan pendidikan anaknya baik di
pertama bagi anak (Syah, 2004).Orang tua rumah maupun di sekolah. Dari hasil wawancara
merupakan individu yang paling dekat dengan juga pada beberapa siswa di dapatkan bahwa
anak dan memiliki tanggung jawab terhadap orang tua jarang bertanya tentang tugas- tugas
anak, orang tua membentuk sikap dan perilaku sekolah dan jarang menemani mereka saat belajar
anak dengan memberikan tekanan secara di rumah. Berdasarkan hasil wawancara dengan
langsung atau tidak langsung agar dapat wali kelas, mengatakan bahwa ketika
mencapai pola perilaku yang diharapkan (Wong, dilaksanakan penerimaan hasil belajar siswa,
2009). tidak semua orang tua datang untuk mengambil
Tetapi pada kenyataan gejala meningkatnya langsung hasil dari siswa tersebut namun hanya
kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak, diwakilkan kepada orang lain.
belum disertai dengan meningkatnya kesadaran Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan
orang tua atas peranannya sebagai pendidik bagi penelitian tentang hubungan peran orang tua
anak-anak di dalam keluarga(Pradhana, dengan prestasi belajar anak usia sekolah di SDN
2012).Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional Inpres I Tumaratas.
(SUSENAS) bahwa terdapat sekitar 1,8 juta anak
sekolah dasar dengan usia 7-12 tahun dan 4,8 juta METODE PENELITIAN
anak usia 13- Rancangan penelitian ini yaitu menggunakan
15 yang tidak bersekolah. Pada 4 tahun terakhir survei analitik cross sectional yaitu penelitian
angka putus sekolah seluruh jenjang pendidikan untuk mempelajari dinamika korelasi antara
di Indonesia masih diatas satu juta faktor-faktor resiko dengan efek, dimana setiap
siswa pertahun.Berdasarkan objek penelitian hanya di observasi sekali saja
jumlah tersebut 80% merupakan siswa yang dan pengukuran dilakukan terhadap status
duduk pada jenjang pendidikan SD dan SMP karakter atau variabel subjek pada saat
(Tolada, 2012). pemeriksan.Penelitian dilaksanakan di SDN
Pada anak usia sekolah perkembangan Inpres I Tumaratas Kecamatan Langowan Barat
kognitifnya yaitu mampu berfikir logis dan Kabupaten Minahasa.Penelitian dilakukan
konkrit tentang objek manusia atau peristiwa sepanjang bulan Oktober 2014–Januari 2015.
yang dapat dilihat dan disentuh. Pada anak usia Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa kelas
sekolah dapat menjadikan pengalaman IV, V dan VI SDN Inpres I Tumaratas.Populasi
pendidikan yang memperluas dunia anak yaitu dalam penelitian ini berjumlah 59 siswa.
anak memiliki kebebasan bermain, belajar dan Pengambilan sampel dalam penelitian ini
bekerja sama dengan temannya. Menyatakan menggunakan teknik
bahwa disekolah anak harus belajar peraturan dan
harapan
total sampling yaitu keseluruhan dari Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan
populasi dijadikan sebagai sampel.
Alat ukur menggunakan kuesioner yang terdiri umur
atas 2 bagian. Bagian pertama yang berisi data diri
siswa antara lain inisial responden, umur, kelas, Sumber : Data primer 2014
pekerjaan orang tua dari responden dan bagian kedua
berisi pertanyaan tentang peran orang tua yang Distribusi umur pada siswa terdapat paling tinggi
berjumlah 20 pertanyaan dengan pembagian 4 yaitu 31 responden (52.5%) dengan umur 9 tahun, dan
kategori penilaian skor untuk setiap butir pertanyaan terendah 9 responden (15.3%) umur 11 tahun.
adalah satu sampai dengan empat. Jika tidak diberi
skor 1, jikapernah diberi skor 2, jikaJarang diberi skor Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan
3 dan jika selalu diberi skor 4. Kuesioner di bagikan
kepada siswa-siswi kemudian peneliti menjelaskan kelas
bagaimana cara pengisian kuesioner, peneliti meminta
pada siswa-siswi untuk mengisi lembar kuesioner Kelas N %
yang telah dibagikan dengan dibantu oleh wali kelas IV 25 42.4
masing-masing kelas, setelah lembar kuesioner selesai V 23 39.0
di isi, kuesioner dikumpulkan dan diperiksa kembali VI 11 18.6
kelengkapan dari kuesioner atau jawaban yang
Total 59 100.0%
diberikan responden. Observasi dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi untuk melihat nilai Sumber : Data primer 2014
raport dari setiap siswa. Pengolahan data dalam
penelitian ini terdiri dari editing yaitu untuk
Berdasarkan tabel 3 distribusi frekuensi
memastikan kebenaran data,coding pemberian kode siswa kelas IV, V dan VI terdapat paling
masing-masing jawaban dan tabulating tinggi 25 responden (42.4%) pada kelas IV
mengelompokan data dalam bentuk tabel dan dan terendah 11 responden (18.6) pada kelas
narasi.Penelitian ini menggunakan analisa univariat VI.
dan bivariat.
Tabel 4. Distribusi frekuensi berdasarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Univariat pekerjaan orang tua
Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis Pekerjaan orang N %
tua
kelamin
Petani 53 89.8
Jenis Kelamin n %
PNS 3 5.1
Swasta 3 5.1
Laki-laki 32 54.2
Total 59 100.00
Perempuan 27 45.7
Data primer 2014
Total 59 100.00
Sumber : Data primer 2014
Distribusi pekerjaan orang tua yang
Umur n % paling tinggi dengan pekerjaan sebagai petani
9 31 52.2 53 responden (89.8%), dan terendah
10 19 32.2
11 9 15.3 masing-masing 3 responden (5.1%)
Total 59 100.00 sebagai PNS dan Swasta.
Distribusi jenis kelamin pada siswa terdapat
paling tinggi yaitu 32 responden (54.2%) pada laki- Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan
laki dan terendah 27 responden (45.8) pada
perempuan. peran orang tua siswa
Peran Orang N %
Tua
Baik 34 57.6
Kurang 25 42.4
Total 59 100.00
Sumber : Data primer 2014
Distribusi peran orang tua tertinggi berjenis kelamin perempuan Menurut hasil
dengan peran orang tua baik dengan jumlah penelitian Aizah (2008) diperoleh hasil
34 responden (57.6%), dan bahwa terdapat hubungan signifikan antara
terendah 25 responden (42.4%) dengan peran jenis kelamin dan prestasi belajar. Faktor-
orang tua kurang. faktor yang mempengaruhi hal tersebut
antara lain ketekunan dalam belajar,
Tabel 6. Distribusi frekuensi berdasarkan semakin tinggi pemusatan konsentrasi
serta rutinitas dalam belajar.
prestasi belajar siswa
Berdasarkan distribusi responden
Prestasi
n % menurut umur yang tertinggi yaitu di dapat
belajar 31 responden (52.5%) dengan usia 9
Baik 48 81.4 tahun. Menurut Supartini (2004)
Cukup 11 18.6 menyatakan Bahwa fase anak usia sekolah
Total 59 100.00 dimulai dari usia 6 sampai 12 tahun. Usia
Sumber : Data primer 2014 sekolah merupakan fase penting dalam
Distribusi prestasi belajar siswa paling pencapaian kerena fase ini anak harus
tinggi yaitu 48 responden (81.4) dengan berhadapan dengan berbagai tuntutan
prestasi baik dan terendah 11 responden sosial misalnya pelajaran sekolah,
(18.6) dengan prestasi cukup.Dalam hubungan teman sebaya, nilai moral dan
penelitian ini tidak ada siswa prestasi kurang etik, serta hubungan dengan dunia dewasa.
rata-rata siswa memliki nilai baik dan cukup. Berdasarkan distribusi responden
menurut kelas di dapatkan paling tinggi
Tabel 7. Analisis hubungan peran orang tua sebanyak 25 orang (42.4%) pada kelas
dengan prestasi belajar anak usia IVkarena dalam penelitian ini jumlah
sekolah siswa paling banyak terdapat pada kelas
IV,
Peran Prestasi Belajar
Total Nilai
Orang
Baik Cukup
p
Tua n % n % n % V VI. Hal ini dikarenakan karena anak
Baik 32 94 2 6 34 100
0,003
kelas IV, V dan VI mendekati masa ujian
nasional dan kenaikan dijenjang sekolah
Kurang 16 64 9 36 25 100
berikutnya yaitu SMP.
Jumlah 48 1I 59 Berdasarkan distribusi responden
Sumber : Data primer 2014 menurut pekerjaan orang tua rata-rata
bekerja sebagai petani yaitu 53 responden
Berdasarkan tabel 7 menunjukan bahwa (89.8%).Menurut Tan (2013) menyatakan
peran orang tua yang baik berjumlah 34 Pekerjaan merupakan tumpuan untuk
responden. Dengan 32 responden (94%) mendapatkan uang.Status sosial ekonomi
prestasi belajar baik dan 2 responden (6%) keluarga juga dapat terlihat dari pekerjaan
prestasi belajar cukup. Sedangkan peran orang tua.
orang tua kurang berjumlah 25 Berdasarkan hasil penelitian yang
responden.Dengan 16 dilakukan menggunakan kuesioner dan
responden (64%) prestasi baik dan 9 nilai raport siswa di temukan pada peran
responden (36%) prestasi belajar cukup. orang tua baik didapatkan 32 siswa (94%)
dari 34 siswa sedangkan pada peran orang
Karakteristik responden tua kurang terdapat 16 siswa (64%) dari 25
Berdasarkan distribusi responden menurut siswa.
jenis kelamin didapat paling tinggi diperoleh
pada jenis kelamin laki- laki 32 orang
(54.3%), lebih banyak daripada yang berjenis
Hubungan Peran Orang Tua Dengan meningkat (Schunk, 2010).Orang tua yang
Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah memberikan dukungan pada anaknya dalam
Berdasarkan uji statistik menggunakan uji belajar akan mampu meningkatkan semangat
chi-Squaredi peroleh nilai p = 0,003 (p anak agar dapat belajar lebih giat, belajar
<0,05). Hal ini berarti nilai plebih kecil dari dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah
α (0,05). putus asa jika menghadapi kesulitan dalam
Penelitian ini didukung oleh penelitian belajar dan dapat bersosialisasi dengan baik
yang dilakukan olehAstuti (2010) dengan (Tan, 2013). Salah satu tugas kritis orang tua
judul skripsi hubungan antara peran orang dalam menyosialisasikan anak-anak mereka
tua dan motivasi belajar dengan prestasi pada saat ini adalah termasuk meningkatkan
belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa prestasi sekolah (Friedman, 2013).
kelas XI sma yangmengatakan bahwa
terdapat hubungan antara peran orang tua SIMPULAN
dengan prestasi siswa.Orang tua memiliki Berdasarkan hasil penelitian mengenai
peranan penting dalam pendidikan dalam hal hubungan peran orang tua dengan prestasi
ini merupakan guru pertama bagi anak. belajar anak usia sekolah di SDN Inpres I
Orang tua merupakan individu yang paling Tumaratas Kecamatan Langowan Barat,
dekat dengan anak dan memiliki tanggung dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
jawab penuh terhadap anak, orang tua juga peran orang tua dengan prestasi belajar anak
dapat membentuk sikap dan perilaku anak usia sekolah di SDN Inpres I Tumaratas.
dengan memberikan tekanan secara langsung
atau tidak langsung agar dapat mencapai pola DAFTAR REFERENSI
perilaku yang diharapkan (Wong, 2009). Astuti A. E. (2010). Hubungan Antara
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Peran Orang Tua Dan Motivasi
oleh Tolada (2010) tentang keterlibatan
Belajar Dengan Prestasi Belajar
orang tua dengan prestasi belajar anak
Mata Pelajaran Sosiologi Pada
mengatakan orang tua yang berperan dan
terlibat dalam kegiatan anak disekolah Siswa Kelas XI Sma Negeri 1
memungkinkan berpengaruh terhadap Karangdowo, Klaten Tahun Ajaran
prestasi belajar anak, selain itu juga peran 2009/2010.
orang tua berupa pemberian perhatian
(http://eprints.uns.ac.id/10190/1/1371
terhadap tugas sekolah dan jadwal harian
31008201008211.pdf). Diakses 14
juga didukung oleh suasana rumah yang
mendukung belajar anak dan interaksi yang oktober 2014
baik antara orang tua dan anak membuat Aunurahman. 2009. Belajar dan
anak bersemangat untuk belajar dan prestasi Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
belajar anak akan meningkat.
Cara orang tua agar tetap terlibat dalam Aizah, S. (2008). Analisis prestasi belajar
belajar anak diantaranya dapat dilihat dari mahasiswa akper pgri di kota
pemberian dukungan terhadap anak, Kediri tahun. June 21, 2012
pemberian tambahan bimbingan belajar, http://fikunp.org/index.php?option
pemberian perhatian terhadap tugas sekolah =com_content&view=article&id=5
dan jadwal harian, serta ditunjukan dengan 1:jurnal-ilmiah&catid=10:jurnal-
keterlibatan orang tua dalam kegiatan ilmiah&Itemid=28 di akses 14
sekolah, sehingga dengan adanya peran serta oktober 2014
orang tua dalam kegiatan proses belajar anak Friedman, M. M. (2013). Buku ajar
maka hal tersebut dapat menjadikan prestasi keperawatan keluarga: riset, teori
anak & praktik. Jakarta: EGC
Gunarsa, Y. S. D. (2006). Psikologi Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep
perkembangan anak dan remaja. Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
Jakarta: Gunung Muria. EGC
Iswanti, Y. W. (2002).Pengaruh Motivasi Tan, J. H. (2013). Hubungan antara
Berprestasi dan Peran Orang Tua dukungan orang tua
Dengan Prestasi Belajar Siswa dengan motivasi belajar pada
SMU Tarakanita anak usia sekolah kelas iv dan v di
sd negeri kawangkoan
I.(http://www.stikstarakanita.ac.id/f
kalawat.(http://ejournal.unsrat.ac.id
iles/Jurnal%20Vol.%202%20No.%
202/176.%20Pengaruh%20Motivas /index.php/jkp/article/viewFile/219
i%20Berprestasi%20_Sr.pdf).Di 1/1749). Diakses 14 September
akses 14 September 2014 2014
Mulyanti, S. (2013).Perkembangan Tolada, T. (2012).Hubungan Keterlibatan
Psikologi Anak. Yogyakarta: Laras Orang Tua Dengan
Media Prima Prestasi Belajar Anak
Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Usia Sekolah Di SDIT
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Permata
Rineka Cipta. Hati
Banjarnegara.(http://lib.ui.ac.id/fil
Pradhana, N. (2012). Pengaruh Intensitas e?file=digital/20309114-S43179-
Perhatian Orang Tua Dan Hubungan%20keterlibatan.pdf).Di
Motivasi Belajar Terhadap akses 25 oktober 2014
Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas
IV SD SE Gugus Ontoseno Bagelen Wong, D. L. (2009).Buku ajar
Purworejo keperawatan
(http:eprints.uny.ac.id/babI.pdf). Di pediatric.Edis
akses 1 desember 2014 i 6.Volume 1. Jakarta:EGC

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005).Buku


ajar fundamental keperawatan:
Konsep, proses dan praktik (4)
Volume 1 (Yasmin Asih., dkk.,
penerjemah). Jakarta: EGC.
PSIK Universitas Sam Ratulangi (2013)
Panduan Penulisan Tugas Akhir
Proposal Dan Skripsi
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., Meece, J. L.
(2010). Motivation in education:
Setiadi (2013).Konsep dan Praktek
Penulisan Riset Keperawatan
(Edisi 2). Yogyakarta: Graha
Ilmu
Syah, M. (2004).Psikologi belajar.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK USIA
SEKOLAH DI SD GMIM LELEMA KECAMATAN TUMPAAN KABUPATEN MINAHASA
SELATAN
Regina Mega Suoth
Amatus Y Ismanto
Yolanda Bataha

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : megagina02@gmail.com

Abstract : The essence of self becomes an important aspect in human life. Children who have
confidence will able and able to learn and positively relate to others. Children talking about shelf -
confidence can make serios problems in children’s schools caused by many things that use computers
because of lack of communication. The purpose of the research is to know relation of commucation
patterns with self confidencein in SD GMIM Lelema, The design of this study with cross sectional.
Samples in this study approach of this method of total sampling of 47 students. The Result of the
Research show functional communication pattern 40 respondent with good self confidence
respondent. Chi -square test result show relation pattern of family communication with trust self-aged
V-VI school age children in SD GMIM Lelema where p value = 0,000 is less than (α= 0,05), the
family should be able to commicate appropriately to children and families further improve the
development and growth of the school-age children.

Keywords: Family communication pattern, Confidence, School age children

Abstrak : Kepercayaan diri merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Anak yang memiliki
kepercayaan diri akan bisa dan mampu belajar serta bersikap positif berhubungan dengan orang lain.
Kepercayan diri dapat dilatih sejak dini didalam keluarga melalui hubungan komunikasi antar anggota
keluarga. Anak yang mengalami krisis terhadap kepercayaan diri hal ini dapat menjadikan problem
yang serius dikalangan anak sekolah yang dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya situasi didalam
keluarga karena komunikasi yang kurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola
komunikasi dengan kepercayaan diri anak di SD GMIM Lelema. Desain penelitian ini dengan
pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini total sampling 47 siswa. Hasil penelitian
menunjukan pola komunikasi fungsional 40 responden dengan kepercayaan diri baik 40 responden.
Hasil uji Chi-square menunjukan ada hubungan pola komunikasi keluarga dengan kepercayaan diri
anak usia sekolah kelas V-VI di SD GMIM Lelema dimana nilai p value = 0,000 lebih kecil dari α=
0,05. Simpulan penelitian ini keluarga harus mampu melakukan komunikasi secara tepat kepada anak-
anak dan keluarga lebih meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak usia sekolah.
Kata Kunci: Pola komunikasi keluarga, Kepercayaan diri anak usia sekolah
PENDAHULUAN
Kepercayaan diri merupakan aspek 2hubungan antara komunikasi dalam keluarga
penting dalam kehidupan manusia. Seseorang dengan perkembangan bahasa anak prasekolah
dapat mencapai sebuah keberhasilan yang di Sekolah Dasar tunas rimba, Atik (2013)
diinginkan dengan sikap percaya diri. menunjukan adanya hubungan pola asuh orang
tua dengan kepercayaan diri anak di SDN
Kepercayaan diri adalah suatu hal yang
putra 1 banjarbaru, Alim (2015) menunjukan
penting untuk ditanamkan pada tidak adanya hubungan konsep diri dan
anak. Kepercayaan diri dapat mempengaruhi kepercayaan diri dengan kemampuan
perkembangan kepribadian seseorang namun komunikasi interpersonal pada remaja putus
juga nasib dimasa mendatang. Anak yang sekolah tingkat SD.
memiliki kepercayaan diri akan bisa dan
mampu belajar serta bersikap positif Ada empat Negara dengan jumlah
berhubungan dengan orang lain. Anak yang penduduk terpadat didunia adalah Cina
memiliki indikasi kurang percaya diri (Tiongkok), India, Amerika Serikat (USA),
menunjukkan sikap seperti sering merengek, dan setelah itu Indonesia. Cina (Tiongkok)
tidak mau mengerjakan tugas sendiri, tidak memiliki jumlah penduduk 1.401.586.609
ingin berbaris, cenderung selalu diam, tidak jiwa, dimana 16% penduduknya merupakan
merespon ketika ditanya, tidak bergaul dengan anak usia dibawah 14 tahun, sedangkan
teman-teman, tidak mau maju di depan kelas, Indonesia memiliki total jumlah penduduk
menangis bila tugasnya belum selesai, ingin 255.708.785 jiwa, dan jumlah usia sekolah (6-
cepat pulang dan tidak mau pergi ke sekolah 12 tahun) adalah 43.678.722 jiwa (Devisi
(Hikmah, 2015). Kepercayan diri dapat dilatih kependudukan PBB, 2015). Berdasarkan data
sejak dini didalam keluarga melalui hubungan tersebut ± 19% dari total jumlah penduduk
komunikasi antar anggota keluarga. Indonesia merupakan anak usia sekolah,
Kepercayaan diri anak adalah dimana anak membutuhkan dukungan lebih
dari orang tua dan pemerintah untuk bisa
menciptakan penerus bangsa yang mempunyai
keyakinan seseorang terhadap kemampuan
yang dimiliki sehingga merasa dirinya prilaku dan intelektual yang baik.
diterima, dihargai dan dihormati oleh orang Berdasarkan data awal yang saya
lain (Hakim, 2002). peroleh dari siswa di SD GMIM Lelema
Kecamatan Tumpaan Kabupaten Minahasa
Anak yang mengalami krisis terhadap
Selatan khususnya kelas 5 dan 6 yang akan
kepercayaan diri hal ini dapat menjadikan
dijadikan populasi berjumlah 47 siswa dan
problem yang serius dikalangan anak sekolah
yang akan dijadikan sampel untuk data awal
yang dipengaruhi oleh banyak hal salah
berjumlah 5 siswa. Hasil wawancara tentang
satunya situasi didalam keluarga karena
pola komunikasi keluarga; 2 anak mengatakan
komunikasi yang kurang baik didalam
sering mendapatkan dukungan dari orang tua
keluarga serta pola asuh orang tua yang salah,
saat membicarakan masa depan, 1 anak
pergaulan dan interaksi antara anggota
mengatakan selalu bercerita kegiatan setiap
keluarga, kurang adanya keterbukaan antara
hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.
orang tua dengan anak, kurangnya
Hasil wawancara tentang kepercayaan diri
pengetahuan yang dimiliki orang tua dan
anak; 1 anak mengatakan kurang merasa
terhambat oleh sopan santun atau rasa malu
senang ketika harus tampil didepan kelas atau
(Idrus dan Anas, 2008).
didepan teman-temannya karena mereka malu,
takut diejek, takut ditertawakan, dan takut
Hasil penelitian yang di lakukan oleh
salah. 1 anak mengatakan yakin pasti berhasil
Hary (2014) menunjukkan adanya hubungan
dimasa depan karena mempunyai cita-cita
antara komunikasi efektif orang tua dengan
yang indah. Hasil wawancara dengan
kepercayaan diri anak usia sekolah di Sekolah
Dasar Negeri jember lor 1, Sari (2011)
menunjukan adanya
guru/wali kelas V-VI mengatakan sebagian HASIL dan PEMBAHASAN
besar siswa-siswi kelas V-VI belum memliki
kepercayaan diri yang optimal contohnya pasif Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan
dalam tugas sekolah seperti malas-malasan Umur dan Jenis
membuat PR, malu saat melakukan aksi
Kelamin
didepan kelas, berbicara tidak baik, namun ada
siswa-siswi aktif dalam tugas sekolah, rajin ke
sekolah, sopan santun terhadap guru. Umur n %
10 8 17
METODE PENELITIAN 11 23 49

Penelitian ini mempelajari korelasi 12 16 34


hubungan pola komunikasi keluarga dengan Jenis Kelamin n %
kepercayaan diri pada anak usia sekolah.
Laki-laki 16 34
Pengumpulan pada setiap variabel independen
maupun variabel dependen dilakukan secara Perempuan 31 66
bersama-sama (Notoatmodjo, 2010).
Jumlah 47 100
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk (Sumber : Data Primer 2018)
mengetahui hubungan antara dua variabel
bebas (pola komunikasi keluarga) dan variabel
terikat (kepercayaan diri). Jenis penelitian Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa usia
observasional analitik. terbanyak adalah 11 tahun yaitu 23 responden
Penelitian metode observasional untuk (49%) dan usia paling sedikit adalah usia 10
tahun yaitu 8 responden (17%). Berdasarkan
menjelaskan suatu keadaan. Rancangan jenis kelamin terbanyak adalah jenis kelamin
penelitian adalah pendekatan cross perempuan sebanyak 31 responden (66%).
sectional, yaitu penelitian yang
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan
mempelajari hubungan antara faktor-faktor Pola Komunikasi Keluarga
risiko dengan efek, dengan cara pengumpulan
data sekaligus dalam satu waktu dengan satu
kali pengambilan
Pola n %

(Setiadi, 2013). Tempat dan waktu penelitian Komunikasi


pada bulan Desember 2017-Januari 2018 di Keluarga
SD Gmim Lelema Kecamatan Tumpaan
Kabupaten Minahasa Selatan. Populasi anak Fungsional 40 85,1
usia sekolah kelas V-VI sebanyak 47 siswa,
Disfungsional 7 14,9
sampel total sampling. Instrumen penelitian
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh Jumlah 47 100
peneliti dalam pengumpulan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih (Sumber : Data Primer 2018)
baik dalam arti lebih cepat, lengkap dan
sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini peneliti Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa
akan menggunakan kuesioner sebagai alat responden terbanyak mengalami pola
ukur penelitian. komunikasi keluarga fungsional dengan
jumlah 40 responden (85,1).
Pada perhitungan uji pearson Chi-square
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan didapatkan bahwa P value = 0,000 dimana
Kepercayaan diri lebih kecil dari nilai α yang ditetapkan (α
= 0,05). Berdasarkan hasil ini maka Ha
Kepercayaan n % diterima dan hal ini berarti ada hubungan

Diri pola komunikasi keluarga dengan


kepercayaan diri anak usia sekolah kelas
Baik 40 85,1
V-VI di SD GMIM Lelema Kecamatan
Kurang 7 14,9 Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan.
Jumlah 47 100 Pembahasan
Hasil penelitian yang telah
(Sumber : Data Primer 2018)
dilakukan di SD GMIM Lelema
Kecamatan Tumpaan Kabupaten
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa Minahasa Selatan, didapatkan bahwa
sebagian besar responden berada pada
responden terbanyak dengan kepercayan diri baik
umur 11 tahun yaitu 23 responden
dengan jumlah 40 responden (85,1%).
(48,9%). Kemampuan kognitif dan
kemampuan perilaku sangat dipengaruhi
Tabel 4 Hubungan Pola Komunikasi oleh tahap perkembangan usia seseorang
tingkat perkembangan anak usia 6-12
Keluarga Dengan Kepercayaan Diri tahun, dan pada usia tersebut anak banyak
Pada Anak Usia Sekolah Kelas V-VI Di bermain di luar rumah. Semakin
bertambah usia seseorang maka ia
SD GMIM Lelema Kecamatan
akanlebih memperhatikan masalah
Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan kesehatannya (Arikunto, 2009)

Hasil penelitian menunjukan


Pola Kepercayaan Diri bahwa responden dengan jenis kelamin
Komuni Baik Kurang terbanyak adalah jenis kelamin
perempuan berjumlah 31 responden
Total p value
(66%) dan jenis kelamin paling sedikit
kasi adalah jenis kelamin laki-laki berjumlah
n % n % 16 responden (34%).

Keluarga
Fungsio
39 97,5 1 2,5 40
nal
Disfungs 0,000
1 14,3 6 85,7 7
ional

Jumlah 40 7 47

(Sumber : Data Primer 2018)


Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti kepada anaknya dengan pengandalan
berpendapat bahwa anak usia sekolah kelas V-VI pendidikan. Norma-norma tersebut mencakup
di SD GMIM Lelema Kecamatan Tumpaan norma agama, akhlak, social, etika dan normal
Kabupaten Minahasa Selatan didominasi oleh agar anak memiliki kepercayaan diri yang baik
perempuan, dikarenakan dari jumlah keseluruhan (Widyanto, 2014).
siswa kelas V-VI berjenis kelamin perempuan yang
Berdasarkan hasil penelitian diatas
bersedia saat penelitian berjumlah 31 responden
pada anak usia sekolah kelas V-VI didapatkan
sedangkan pada jenis kelamin laki-laki yang
mengapa siswa lebih banyak yang mengalami
bersedia menjadi responden berjumlah 16
pola komunikasi keluarga fungsional karena
responden.
mereka mengatakan orang tua mereka lebih
Hasil penelitian pola komunikasi keluarga banyak waktu bersama orang tua untuk
menunjukkan bahwa responden terbanyak membicarakan masa depan, mendorong untuk
mengalami pola komunikasi keluarga fungsional rajin dalam bersekolah, memarahi jika berbuat
berjumlah 40 responden (85,1%), pola komunikasi salah. Hasil penelitian kepercayaan diri
keluarga disfungsional berjumlah 7 menunjukan bahwa responden terbanyak
dengan kepercayaan diri baik 40 responden
responden (14,9%).Dalam pola komunikasi (85,1%) dan kepercayaan diri kurang
keluarga seperti hubungan yang dilakukan oleh berjumlah 7 responden (14,9%).
individu adalah dengan ibunya, bapaknya dan
anggota keluarga lainnya, karena tanggung jawab Pembentukan kepercayaan diri anak
orang tua adalah mendidik anak, maka komunikasi dapat dipengaruhi oleh teman sebaya. Anak
yang berlangsung dalam keluarga bernilai yang dikagumi, disenangi dan di hormati akan
pendidikan. Dalam komunikasi ada sejumlah memiliki kepercayaan diri yang
norma yang ingin diwariskan oleh orang tua
tinggi. Anak yang ditolak oleh teman biasanya responden (2,5%), pola komunikasi
akan menarik diri menganggap dirinya tidak keluarga disfungsional dengan
sama dengan teman. Anak yang kurang kepercayaan diri kurang 6 responden
percaya diri tersebut biasanya akan meniru (85,7%). Analisa hasil uji hipotesis
gaya temannya supaya diterima, tetapi dengan menggunakan uji statistic chi-
temannya rajin belajar maka akan meniru rajin square (X2) pada tingkat kemaknaan 95%
belajar. Dunia anak tidak hanya dengan (α = 0,05), dari hasil penelitian yang telah
keluarga dan teman sebaya saja masih ada dilakukan didapatkan menunjukkan
masyarakat yang ada di sekitar kehidupan adanya hubungan antara pola komunikasi
anak. Masyarakat menerapkan suatu nilai dan keluarga dengan kepercayaan diri anak
norma untuk warganya. Anak harus usia sekolah kelas V-VI di SD GMIM
melaksanakan semua nilai dan norma yang Lelema, dimana nilai P = 0,000 lebih
berlaku. Anak yang menerapkan nilai dan kecil dari α = 0,05. Hal ini sejalan dengan
norma yang berlaku maka akan meningkat penelitian oleh Eka.Y.A dengan judul
kepercayaan dirinya (Hakim, 2002). Hubungan pola komunikasi keluarga
dengan kepercayaan diri anak usia
Hasil tabel silang antara variable
sekolah di SDN 04 Wirolegi Kecamatan
kejadian pola komunikasi keluarga dengan
kepercayaan diri anak usia sekolah kelas V-VI
Sumbersari Kabupaten Jember
diperoleh hasil : paling banyak responden
menunjukkan adanya hubungan dengan
mengalami pola komunikasi keluarga
pola komunikasi keluarga dengan
fungsional dengan kepercayaan diri baik 39
kepercayaan diri anak usia sekolah.
responden (97,5%), pola komunikasi keluarga
fungsional dengan kepercayaan diri kurang 1 Orang tua adalah bagian
responden (14,3%), pola komunikasi keluarga terpenting dan berarti dalam kehidupan
disfungsional dengan kepercayaan diri baik 1 anak yang berpengaruh pada sumber
pengetahun, kepercayaan, sikap, dan nilai-nilai Hasil penelitian juga didapatkan data
kehidupan bagi anak orang tua memiliki dimana pola komunikasi keluarga fungsional
kekuatan untuk memandu perkembangan anak tetapi kepercayaan diri anak kurang berjumlah
1 responden ada juga pola komunikasi
terhadap kepercayaan diri yang baik.
keluarga disfungsional tetapi kepercayaan diri
Komunikasi orang tua sangat kuat untuk anak baik berjumlah 1 responden.
mengubah perilaku anak ke arah yang lebih Pembentukan kepercayaan diri anak dapat
baik sehingga bila orang tua memiliki dipengaruhi oleh teman sebaya. Anak yang
pengetahuan yang baik dan waktu yang cukup kurang percaya diri tersebut biasanya akan
untuk memberikan contoh yang baik bagi anak meniru gaya temannya supaya diterima, tetapi
temannya rajin belajar maka akan meniru rajin
di lingkungan sekolah maka praktik anak
belajar.
terhadap kepercayaan diri menjadi lebih baik
(Soetjiningsih, 2012).
SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan penelitian yang telah Atik, C. (2013). Hubungan Pola Asuh Orang
dilakukan tentang pola komunikasi keluarga Tua dengan Kepercayaan Diri Anak di
dengan kepercayaan diri anak usia sekolah SDN Putra 1 Banjarbaru.
yang dilakukan di SD GMIM Lelema https://dokumen.tips/education/hubu
didapatkan sebagian besar responden ngan-pola-asuh-orang-tua-dengan-
mendapatkan pola komunikasi fungsional, kepercayaan-diri-anak-di-sekolah-dasar-
kepercayaan diri baik dan ada hubungan yang negeri-putra-1-banjarbaru.html di akses
signifikan antara pola komunikasi keluarga
tanggal 15 Oktober 2017
dengan kepercayaan diri anak usia sekolah di
SD GMIM Lelema Kecamatan Tumpaan Alim, S. (2015). Hubungan Konsep Diri Dan
Kabupaten Minahasa Selatan Kepercayaan Diri DenganKemampuan
KomunikasiInterpersonal Pada Remaj
Penelitian-penelitian yang terkait Putus Sekolah Tingkat SD.
dapat dilihat bahwa Komunikasi keluarga https://dokumen.tips/documents/hub
sangat berperan dalam kepercayaan diri anak ungan-konsep-diri-dan-kepercayaan-
diri-dengan-kemampuan-komunikasi-
seperti juga penelitian yang dilakukan penulis interpersonal-562baadb98c3d.html di
di SD GMIM Lelema menunjukkan bahwa akses tanggal 15 Oktober 2017
pola komunikasi keluarga terdapat hubungan
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Suatu
dengan kepercayaan diri anak, kepercayaan Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).
diri anak-anak tidak lepas dari bagaimana Jakarta: Rineka Cipta.
peran serta komunikasi dari orang tua karena
Hary, (2014). Hubungan Antara Komunikasi
jika pola komunikasi orang tua baik maka
Efektif Orang Tua Dengan Kepercayaan
kepercayaan diri anak pun akan menjadi baik Diri di Sekolah Dasar Negeri Jember
sebaliknya jika pola komunikasi orang tua Lor 1
kurang akan berdampak pada kepercayaan diri http://www.academia.edu/9155391/
anak, karena tugas dari orang tua yaitu Hubungan_Antara_Komunikasi_Efe
membimbing, mengingatkan, mengajarkan ktif_Orang_Tua Dengan_kepercayaan
hal-hal yang baik dan dalam penelitian yang diri. Di akses tanggal 25 Oktober 2017
dilakukan penulis dimana teman sebaya juga
mempengaruhi kepercayaan diri anak usia Hakim. (2002). Rasa Percaya Diri. Jakarta:
sekolah karena anak-anak di SD GMIM Puspa Swara
Lelema menunjukan saling mendukung,
Hikmah. (2015). Hubungan Pola Asuh
meniru serta saling belajar dan berkumpul
Otoriter dengan Kepercayaan Diri Anak
bersama.
di TK ABA 1 Huidu Kecamatan
Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.
http:// repository.wima.ac.id/266/2/
BAB%201.pdf. di akses tanggal 20
Oktober 2017

Idrus, M., dan Anas, R. (2008). Hubungan


Kepercayaan Diri Anak Dengan Pola
Asuh Orang Tua Etnis Jawa. Jurnal
Psikolog
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: ECG.
Widyanto, F.C. (2014). Keperawatan
Komunitas dengan Pendekatan
Praktis. Yogyakarta: Nuha Medika
Sari, P. (2011). Hubungan Antara
Komunikasi dalam Keluarga dengan
Perkembangan Bahasa Anak
Prasekolah di Sekolah Dasar Tunas
Rimba MranggenDemak.
http://download.portalgaruda.org/arti
cle.php?article=183427&val=6378&t
itle=HUBUNGAN%20ANTARA%2
0KOMUNIKASI%20DALAM%20K
ELUARGA%20DENGAN%20PER
KEMBANGAN%20BAHASA%20A
NAK%20USIA%20SEKOLAH%20
TUNAS%20RIMBA%20MRANGG
EN%20DEMAK di akses tanggal 02
November 2017
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek
Penulisan Riset Keperawatan: Edisi
Yogyakarta: Graha Il Soetjiningsih,
C.H. (2012). Perkembangan
Anak. Jakarta: Prenada Media Group
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Juli 2010, Vol. 08, No. 2

Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi


Keluarga terhadap Perkembangan Anak
A. Sari, A. V. S. Hubeis, S. Mangkuprawira, dan A. Saleh
Institut Pertanian Bogor, Mayor Komunikasi Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan
Kamper Kampus IPB Darmaga, Telp. 0251-8420252, Fax. 0251-8627797

Abstrak
This research explain that the family communications pattern analysis, function of socialization of family, form of
communication happened at family who live in setlement and countrified in Bekasi City. Besides, also to know
development of child of of the the family. Method which in using in this research is descriptive method uses
descriptive survey design, data analysis Statistik by using Lisrel version 8.70. Result of research indicates that
communications pattern to family in setlement is more usingly is combination pattern between patterns laisez-faire,
protektif, pluralistik, and konsensual. Its use in corresponding to various conditions and situation when mothering.
Function of active socialization, passive and radical in using in combination by family who live in setlement and
countrified. In mother tongue usage ( area), both types of the family applies for inuring and recognition to child of
child of they.

Keyword: Family communications pattern, Function of socialization of family, form of communication.

1. Pendahuluan menghadapi masa depannya dengan


segala kemungkinan yang timbul.
Anak merupakan sumberdaya
insani muda usia yang membutuhkan Untuk berhubungan dengan
orang lain dibutuhkan komunikasi yang
perhatian orang dewasa. Anak
baik. Komunikasi hanya bisa terjadi
merupakan generasi penerus keluarga
apabila menggunakan sistem isyarat
sehingga perlu dipersiapkan sejak dini
yang sama Komunikasi antar pribadi
agar kelak menjadi manusia yang
akan sering terjadi dalam pembentukkan
berkualitas sesuai dengan kesepakatan
karakter seseorang. Menurut Verdeber
cita-cita bangsa. Interaksi antara
orangtua dan anak sangat menentukan (1986) dalam Rahkmat (2007)
dasar pembekalan pada seorang anak. komunikasi antar pribadi merupakan
Agar proses tumbuhkembang anak suatu proses interaksi dan pembagian
terjamin dan berlangsung secara makna yang terkandung dalam gagasan-
optimal. Kebutuhan dasar anak di gagasan maupun perasaan. Komunikasi
tingkat keluarga harus terpenuhi. antarpribadi yang dilakukan dalam
Kebutuhan dasar tersebut meliputi keluarga bertujuan untuk mempererat
kebutuhan akan perhatian dan kasih hubungan sosial di antara individu yang
sayang orangtua maupun anggota ada dalam keluarga.
keluarga lainnya. Pola komunikasi keluarga yang
Lingkungan pertama dan utama dikemukakan oleh McLeon dan Chafee
yang dapat mengarahkan seorang anak
dalam Reardon (1987) terdiri dari pola
untuk menghadapi kehidupannya adalah
laissez-faire, protektif, pluralistik dan
keluarga. Melalui keluarga, anak konsensual. keempat pola yang
dibimbing untuk mengembangkan disampaikan McLeon dan Chafee ada
kemampuan dan kreativitasnya serta pada masyarakat tradisional maupun
menyimak nilai-nilai sosial yang ber- masyarakat industri. Penelitian ini
dilakukan terhadap keluarga yang
laku. Keluarga pulalah yang
tinggal di permukiman dan keluarga
memperkenalkan anak kepada ling-
yang tinggal di perkampungan dengan
kungan yang lebih luas, dan di tangan
tujuan sebagai berikut:
keluargalah anak dipersiapkan untuk
A. Sari, et al.

1. Seperti apa pola komunikasi 2.2 Desain penelitian


keluarga, fungsi sosialisasi keluarga,
Penelitian ini memakai desain
dan bentuk komunikasi yang terjadi
survei, dengan teknik pengambilan
pada keluarga yang tinggal di sampel menggunakan teknik dis-
permukiman dan perkampungan di proporsional random sampling.
Kota Bekasi? Sampel pada tiga kecamatan berjumlah
k. Sejauh mana tingkat perkembangan 156 responden yang diklasifikasi ber-
anak pada keluarga yang tinggal di dasarkan keluarga dari keluarga yang
permukiman dan perkampungan di tinggal di perumahan dan di
Kota Bekasi? permukiman.
2. Metode Penelitian 3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Lokasi dan Waktu
3.1 Pola Komunikasi Keluarga
Penelitian ini dilakukan di Kota Pola komunikasi keluarga adalah
Bekasi dengan contoh penelitian komunikasi yang terjadi dalam keluarga
keluarga yang tinggal di tiga dimana sumber adalah orangtua kepada
kecamatan di Kota Bekasi, yaitu anaknya ataupun anak kepada orangtua
keluarga yang tinggal di Kecamatan yang mempunyai pola-pola tertentu. Pola
Bekasi Utara, Kecamatan Pondok komunikasi keluarga dalam penelitian ini
Gede, Kecamatan Pondok Melati. adalah pola
Pelaksanaan penelitian di lakukan pada komunikasi laissez-faire, pola
bulan Mei sampai Juli 2010. komunikasi protektif, pola komunikasi
pluralistik dan pola komunikasi
konsensual, sebagaimana di jelaskan
dalam tabel berikut:

Tabel 1
Pola Komunikasi Keluarga di Permukiman dan Perkampungan
Pola Komunikasi Permukiman Perkampungan
Keluarga Tidak Pernah Sering Selalu Tidak Pernah Sering Selalu
Pernah Pernah
Pola Laisez-faire 0 9 56 13 0 13 52 13
Pola Protektif 0 19 43 16 1 17 48 12
Pola Pluralistik 0 13 50 15 0 14 49 15
Pola Konsensual 0 9 62 7 0 12 54 12

3.1.1 Pola Laissez-faire membiarkan anak main sendiri didalam


Pola laissez-faire yang dan diluar rumah, hal ini di
dilakukan di keluarga yang tinggal di mungkinkan karena keluarga yang
permukiman dan yang tinggal di tinggal di perkampungan tinggal
perkampungan termasuk dalam ka- diantara keluarga luas.
tegori sering.
3.1.2 Pola Protektif
Hal utama yang dilakukan oleh
keluarga yang tinggal di permukiman Keluarga yang tinggal di
dalam pola laissez-faire adalah saat permukiman maupun yang tinggal di
orangtua membiarkan anak bermain perkampungan. 99,4% responden
sendiri. Keluarga di perkampungan menyatakan pernah, bahkan cenderung

37
sering dan selalu menggunakan pola tinggal di perkampungan termasuk
komunikasi keluarga dengan pola dalam kategori sering dan cenderung
protektif dalam berinteraksi dengan kepada selalu digunakan dalam interaksi
anak-anaknya. Hal utama yang selalu dengan anggota keluarga, terutama
dilakukan oleh para orangtua adalah terhadap anak-anaknya. 74% dari
menemani bermain dan menjelaskan responden yang tinggal di dua lokasi
setiap yang ditanyakan oleh anak-anak penelitian menyatakan sering memberi
mereka. Sebagian dari orangtua kebebasan kepada anak-anak mereka
mengarahkan anak-anak mereka dengan dalam bermain, mereka tidak melarang
permainan yang menurut orangtua lebih karena mereka menganggap anak-anak
baik, dan rata-rata anak mereka patuh sudah mengerti apa yang di lakukan
dan tidak pernah menolak. Larangan- anak-anak mereka. Rata-rata orangtua
larangan yang harus diketahui anak, mempercayai apa yang dilakukan oleh
lebih dahulu dijelaskan sebelum anak- anak-anaknya. Mereka beranggapan
anak mereka melakukan aktivitas. bahwaanak-anakmerekasudah
mengerti apa resiko dari pilihan
3.1.3 Pola Pluralistik permainan mereka.
Keluarga yang tinggal di
permukiman dan keluarga yang tinggal 3.2 Fungsi Sosialisasi Keluarga
di perkampungan termasuk dalam Fungsi Sosialisasi keluarga
kategori sering dan cenderung dalam dalam keluarga merupakan suatu proses
kategori selalu di gunakan dalam dimana orangtua melakukan penanaman
berinteraksi dengan anak-anaknya. nilai dan norma kepada anak-anak atau

Keluarga yang tinggal di permukiman anggota keluarga. Norma merupakan


dan keluarga yang tinggal nilai yang dijunjung tinggi oleh
diperkampungan memberikan masyarakat dan di sosialisasikan kepada

kebebasan kepada anak-anak dalam anggota keluarga agar mereka mampu


mengemukakan pendapat tentang berperan menjadi orang dewasa
mainan yang akan di pilih dan dikemudian hari. Harapan dalam
membiarkan anak bertanya sesuai melakukan fungsi sosialisasi keluarga

dengan perkembangan kemampuannya. adalah agar anak-anak dalam setiap


Dalam aktivitas bermain, orangtua keluarga dapat berperilaku sesuai
memberikan kesempatan kepada anak- patokan yang berlaku dalam
masyarakat. Nilai yang ditanamkan
anaknya untuk memilih permainan yang

akan di mainkan, orangtua menjelaskan merupakan hal dasar yang fundamental


resiko dari akibat permainan tersebut. seperti antara lain tentang nilai
Larangan tidak dilakukan oleh orangtua kejujuran, keadilan, budipekerti,
apabila permintaan anak sudah pendidikan dan kesehatan. untuk

menegakkan nilai-nilai itu diperlukan


disampaikan oleh anak dan orangtua
memahami maksud dari permintaan sejumlah norma atau aturan berperilaku
tersebut. sebagai patokan bagi anggota
masyarakat sehingga dapat
3.1.4 PolaKonsensual mengindahkan nilai dimaksud dalam

kehidupan bersama atau masyarakat.


Pola komunikasi konsensual Sebagaimana di jelaskan dalam table
yang terjadi di keluarga yang tinggal di berikut:
Tabel 2
Fungsi Sosialisasi Keluarga di Permukiman dan Perkampungan
Fungsi Sosialisasi Permukiman Perkampungan
Keluarga Tidak Pernah Sering Selalu Tidak Pernah sering Selalu
Pernah Pernah
Sosialisasi Aktif 0 9 44 25 0 4 48 26
Sosialisasi Pasif 0 10 49 19 0 4 43 31
Sosialisasi Radikal 0 19 43 16 0 16 48 13

3.2.1 Fungsi Sosialisasi Aktif di lakukan saat anak bermain bersama


Sosialisasi aktif yang dilakukan teman-teman sebayanya. Orangtua
orangtua didalam penelitian ini adalah
membiarkan anak memilih teman,
aktif dalam mengarahkan anak-anaknya
tanpa mengarahkan siapa yang harus di
kepada kehidupan yang sesungguhnya.
pilih sebagai teman. Saat menonton
Orangtua yang tinggal di permukiman
Televisi bersama, anak di biarkan
cenderung melakukan sosialisasi aktif
menonton, kalau ada pertanyaan baru
dengan cara menuntun anak untuk
di arahkan sesuai dengan pertanyaan
mengerti dan memahami apa yang
yang diajukan anak. Pada saat anak
mandi, beberapa keluarga di
menjadi norma di lingkungan
masyarakat. Keluarga yang tinggal di
permukiman membiarkan anak-anak
mereka bermain sambil mandi di kamar
permukiman maupun yang tinggal di
perkampungan termasuk dalam kategori
mandi, sambil mengajarkan apa yang
pernah, sering dan bahkan cenderung
di lakukan anak saat mandi.
selalu melakukan fungsi sosialisasi
secara aktif dalam memjelaskan arti dari 3.2.3 Fungsi Sosialisasi Radikal
setiap yang ingin di ketahui oleh anak- Berdasarkan data, 78% keluarga
anak mereka. Orangtua mengarahkan di permukiman dan keluarga di
anaknya untuk mengenal lingkungan dan perkampungan menerapkan fungsi
nilai-nilai secara baik. Keluarga yang sosialisasi radikal dalam kategori sering
tinggal di permukiman maupun yang dan selalu. Data di lapangan
tinggal di perkampungan sama- menunjukkan bahwa keluarga lebih
sama mengarahkan anak untuk radikal atau keras kepada anak-anaknya
melakukan perilaku sopan kepada siapa apabila menyangkut agama yang
saja yang mereka temui, mereka dianut. Para orangtua di perkampungan
diajarkan untuk mengucapkan salam lebih keras dalam mendidik anak-anak
ketika bertemu dengan orang yang mereka dan mewajibkan mengikuti
lebih tua. pendidikan qur’ani yang diadakan di
lembaga-lembaga Islam dilingkungan
3.2.2 Fungsi Sosialisasi Pasif rumah mereka. Bagi keluarga yang
Keluarga yang tinggal di beragama Khatolik dan Protestan,
permukiman dan di perkampungan mereka menerapkan fungsi sosialisasi
radikal pada saat anak ke sekolah
lebih menggunakan fungsi sosialisasi
pasif pada saat-saat tertentu seperti minggu di gereja, mereka
mengenal teman bermain dengan mendisiplinkan waktu harus ke gereja.
sendirinya. Mengambil mainan di Keluarga di permukiman dan di
tempat main sendiri. perkampungan melakukan hal yang
sama dalam menerapkan sangsi kepada
Data lapangan menunjukkan
bahwa sosialisasi pasif lebih Dominan anak-anak mereka.

39
Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga
terhadap Perkembangan Anak

3.3 Bentuk Komunikasi kepada anak laki-laki kesayangan untuk


Bentuk komunikasi yang meminta anaknya tidur), “Buyung.. jaan
muncul dalam komunikasi sehari-hari main jauh-jauh yo” (bagi keluarga
adalah bentuk verbal ataupun bentuk Minang dalam melarang anak untuk
nonverbal. Hal yang di harapan dalam tidak bermain jauh-jauh dari rumah).
berkomunikasi adalah terciptanya suatu “neng geulis…” Bahasa daerah bagi
proses penyampaian verbal pikiran, keluarga Sunda terhadap anak
perasaan dan emosional yang dapat perempuannya. Penggunaan bahasa
diungkapkan dengan berbagai cara yang mudah di mengerti oleh anak
sehingga dimengerti orang lain, dan termasuk sering di pakai oleh keluarga
terjadi perubahan tingkah laku pada baik yang tinggal di permukiman
individu yang diharapkan tersebut. maupun keluarga yang tinggal di
perkampungan.
3.3.1 Komunikasi Verbal Nada bicara saat interaksi dengan
Bentuk komunikasi verbal, anak menunjukkan bahwa rata-rata
dilihat berdasarkan penggunaan bahasa, orangtua sering menggunakan nada
intonansi, nada saat bicara ataupun logat, rendah untuk memberitahu sesuatu
dialek, merupakan objek dalam kepada anak-anaknya. mereka mencoba
memahami bentuk komunikasi verbal. merendahkan nada ketika marah kepada
Bentuk komunikasi verbal jika anak-anaknya. Begitu juga saat anak-
dikaitkan dengan pola komunikasi anak bertanya tentang mainan,
keluarga dalam penerapan fungsi menanyakan kegunaan mainan, rata-
sosialisasi keluarga terhadap rata keluarga menyatakan kepada
perkembangan anak, dapat dikatakan mereka dengan merendahkan nada
bahwa bagaimana orangtua, terutama bicara ketika anak bertanya.
ibu yang mengasuh anak melakukan Aktivitas anak dilarang dengan
komunikasi secara verbal kepada menggunakan kata”jangan”, ”Tidak”,
anaknya. larangan ini disampaikan dengan
Data menunjukkan bahwa menekankan kata, sehingga anak
penggunaan bahasa pada keluarga yang menangkap sebagai larangan yang
tinggal di permukiman dan di harus dipatuhi.
perkampungan menunjukkan pada taraf
sama yaitu dalam kategori pernah dan 3.3.2 Komunikasi nonverbal
sering menggunakan bahasa ibu atau Komunikasi nonverbal meliputi
bahasa daerah dalam berinteraksi komunikasi yang dapat disampaikan
dengan anak-anak maupun dengan dalam berbagai cara, misalnya dengan
anggota keluarga lainnya. Data gerakan anggota tubuh, ekspresi wajah,
lapangan menunjukkan bahwa 146 tatapan mata, penampilan dan gaya
responden (90%) menyatakan pernah gerak. Komunikasi nonverbal sangat
dan sering menggunakan bahasa daerah membantu dan memperkuat
untuk menjelaskan sesuatu kepada komunikasi verbal. Komunikasi
anak-anaknya. Bahasa daerah yang nonverbal dalam penelitian ini adalah
dipakai oleh orangtua saat berinteraksi Intonansi, mimik, kinesik, proximiti,
dengan anaknya lebih cenderung haptik, kekasaran, sentuhan.
mengenai pembiasaan ucapan ataupun Data menunjukkan bahwa
perintah singkat seperti ”tole..turu”, dalam pengucapan kata lebih sering di
(bahasa Jawa yang di gunakan ibu tekankan pada kata-kata yang ingin
40
A. Sari, et al.

dingat oleh anak. Baik keluarga yang proximiti kepada anaknya dengan
tinggal di permukiman maupun mengendong anak ketika merajuk atau
keluarga yang tinggal di perkampungan ketika mengamuk karena tidak suka
termasuk dalam kategori sering dan dengan mainannya. Rata-rata anak
selalu menekankan kata-kata penting yang tinggal di permukiman maupun di
yang harus di lakukan oleh anak-anak perkampungan menunjukkan ke-
mereka. Dalam menjelaskan kata- kata senangan kepada mainan dilakukan
penting juga termasuk dalam kategori dengan tertawa-tawa dan melonjak-
sering dan selalu. lonjak. Anak dari kedua wilayah
Keluarga yang tinggal di penelitian menunjukkan kesedihannya
permukiman maupun yang tinggal di dengan menangis.
perkampungan termasuk sering me- Orangtua pada keluarga di
nunjukkan kemarahan kepada anak permukiman termasuk dalam kategori
dengan menggunakan mimik wajah. selalu menyentuh wajah anaknya pada
Begitu juga dalam mengungkapkan saat akan menyisir rambut anaknya,
rasa sayang kepada anak di ungkapkan begitu juga pada saat akan mengajak
dengan mimik wajah yang me- tidur. Belaian pada rambut anak juga
nunjukkan rasa sayang. Melarang anak sering dilakukan oleh keluarga yang
untuk tidak melakukan kesalahan atau tinggal di permukiman. Mereka juga
hal-hal yang keliru, para orangtua membiasakan mencium ubun-ubun
menggunakan mimik wajah yaitu anaknya. Membelai rambut anak
dengan mendelikkan mata tanda tidak sambil mengatakan ” kamu cakep
setuju dengan perbuatan anak. sayang”, merupakan kata-kata yang
Memeluk anak sambil bermain, termasuk kategori pernah diucapkan oleh
sambil menonton televisi termasuk orangtua yang tinggal di permukiman
dalam kategori sering dilakukan oleh maupun di perkampungan.
keluarga yang tinggal di permukiman, Menciumi anak sambil mengatakan
sedangkan keluarga di perkampungan ”anak pinter” merupakan perilaku dan
tidak pernah melakukan memeluk anak kata-kata yang termasuk dalam kategori
sambil bermain atau sambil menonton pernah dilakukan oleh oranhgtua yang
televisi. tinggal di permukiman dan di
Saat anak bermain, memanjat perkampungan. Rata-rata orangtua yang
kursi atau menaiki tangga, bagi bekerja, ketika mereka pulang sampai
keluarga di permukiman di perhatikan dirumah dan bertemu anaknya, mereka
dan selalu dituntun untuk menaiki kursi membiasakan menyentuh wajah
ataupun tangga. Sedangkan keluarga anaknya sambil menyapa berkata ”apa
yang tinggal di perkampungan tidak kabar sayang”
menuntun anak saat menaiki tangga
atau memanjat kursi, hal ini karena 3.4 Kondisi Anak pada Saat
mereka selalu membiarkan anak- Penelitian di lakukan
anaknya untuk bermain dengan 3.4.1 Perkembangan Fisik Anak
sendirinya, tanpa di tuntun maupun di
Anak dalam penelitian ini
perhatiankan secara mendetail.
adalah anak yang berusia antara 0 s/d 6
Proximiti atau kedekatan tahun yang diasuh oleh orangtua yang
orangtua kepada anak ditunjukkan lengkap. Umur anak pada penelitian ini
dengan mengendong pada saat menangis. berada dalam umur 2 tahun s/d 6 tahun.
Keluarga yang tinggal di permukiman Perkembangan anak jika dikaitkan
dan keluarga yang tinggal di dengan usianya, sudah sesuai dengan
perkampungan menunjukkan perilaku

41
Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga
terhadap Perkembangan Anak

batas kemampuan anak dalam usia tahun di ungkapkan dengan menangis


balita. Keluarga di permukiman dan dan berteriak-teriak. Dalam penelitian ini
keluarga di perkampungan mempunyai perkembangan emosi diungkapkan
pola yang sama dalam mengadopsi dengan kecengengan dan tindakan yang
informasi dari puskesmas ataupun dari menunjukkan ketidak sukaan. Hal yang
dokter yang mereka kunjungi. utama yang dituntut dari pengasuh
Pengetahuan Ibu dan Ayah pada kedua terutama ibu adalah bagaimana
wilayah penelitian di nilai cukup membaca dan memperlakukan
mengerti dengan perkembangan anak keinginan anak agar terjalin kembali
sesuai dengan umur anak. Mereka para kesamaan makna, sehingga anak tidak
orangtua mengerti apa yang harus menunjukkan kemarahan ataupun
dilakukan pada saat anak bertambah kejengkelan terhadap sesuatu.
bulan dan tahun usianya. Hasil penelitian menunjukkan
Keluarga di permukiman bahwa keluarga yang tinggal di
memberikan perlakuan sama kepada permukiman terlihat bahwa ibu
anak laki-laki dan anak perempuan. Para membujuk anak lebih dengan cara
orangtua menganggap anak laki-laki mengendong anak, menciumi wajah
maupun anak perempuan adalah sama, anak, membujuk sambil memuji, begitu
sehingga mereka tidak mem-bedakan juga dengan keluarga yang di
perilaku dalam pengasuhan. Jika di perkampungan hampir melakukan hal
kaitkan dengan memilih permainan, yang sama. Ibu-ibu dari keluarga yang
karena sudah menjadi kebiasaan dan tinggal di permukiman memiliki cara
adanya performance media, seperti film lain yaitu memberikan kue yang di
kartun ninja, power ranger, Conan, sukai anak yang telah di siapkan di
mereka membedakan jenis mainan bagi dalam kulkas ataupun di meja makan.
anak laki-laki dan anak perempuan. Juga memberikan mainan yang sangat
Sedangkan keluarga di di sukai anak, seperti mobil-mobilan
perkampungan tidak membuat ataupun boneka.
perbedaan secara spesifik.
Perkembangan fisik dan motorik 3.4.3 Perkembangan Kognitif
anak, pola pandai berjalan terhadap
Perkembangan kognitif anak
anak di permukiman dan di
yang tunjukkan dengan bisa bicara,
perkampungan termasuk pola normal.
rata-rata anak dari keluarga di
Perkembangan motorik kasar untuk
permukiman maupun keluarga di
berjalan lancar antara 11 bulan-16
perkampungan bisa bicara pada umur 6
bulan. Perkembangan fisik lainnya
bulan s/d 15 bulan. Ada beberapa
yaitu perkembangan terhadap tumbuh
keluarga mengalami perkembangan
gigi pada umur 6 bulan s/d 12 bulan.
bicara anak mereka pada umur di atas
15 bulan, hal ini karena anak mereka
3.4.2 Perkembangan Emosi Anak
pernah mengalami sakit secara fisik
Perkembangan emosi pada anak seperti: panas yang berakibat pernah
merupakan proses pengungkapan mengalami kejang 1 kali, dan akibat
perasaan dan keinginan anak terhadap yang bisa mereka amati dan mereka
sesuatu, termasuk dalam pola-pola ceritakan adalah anak mereka lama bisa
perilaku dalam menghadapi rasa tidak bicara.
nyaman atau tidak menyenangkan. Perkembangan kognitif lainnya
Perkembangan anak pada anak usia 3-6 adalah pola pertanyaan anak pada saat
42
A. Sari, et al.

melihat atau menonton televisi. Secara perkembangan psiko-


Perkataan yang muncul adalah ”apakah sosial anak dalam masa pertumbuhan
itu”, data menunjukkan bahwa 49% dan perkembangannya, anak-anak pada
responden mengatakan bahwa anak keluarga yang tinggal di permukiman
mereka selalu menggunakan kata maupun di perkampungan memasuki
tersebut. Dan 18% responden masa psikososial normal. Data
mengatakan bahwa anak mereka menunjukkan anak bermain sendiri, hal
menggunakan pertanyaan ”kenapa ini di sebabkan karena ada aturan
begitu”, serta 25.5% anak-anak di kedua orangtua yang harus mereka patuhi
wilayah penelitian menanyakan ” setiap sehingga mereka dibatasi bermain, yang
apa yang di tonton” kepada orang yang berakibat mereka akhirnya bermain
mendampingi mereka menonton, serta sendiri. Ada anak bermain bersama
6,5% menanyakan ” tokoh di film” yang orangtua, hal ini karena orangtua yang
mereka tonton. Berdasarkan data tersebut menyadari pengaruh lingkungan ter-
dapat di jelaskan bahwa secara hadap anaknya, mereka meluangkan
perkembangan kognitif anak balita yang waktu untuk menemani anak-anak
termasuk dalam perkombangan kognitif mereka bermain di rumah. Keluarga
tahap pra-operasional, dimana pada yang tinggal di permukiman lebih
tahap ini anak berada pada apa yang di menyadari pengaruh lingkungan,
sebut dengan ”object permanent” yang sehingga pola protektif terhadap anak di
arti pada masa ini anak akan seimbangkan dengan meluangkan
mengartikan objek yang tampak sesuai waktu untuk bermain bersama.
dengan kemampuannya, sehingga dia Perkembangan psikososial
ingin tahu dan akan bertanya dengan lainnya adalah adaptasi anak dalam
menggunakan pertanyaaan ”apakah keluarga. Pada kedua wilayah penelitian
itu?”, ”kenapa begitu”, ”itu Siapa?’, dan menunjukkan bahwa mereka ketika
lain sebagainya. Berdasarkan teori bertemu dengan anggota keluarga dari
Piaget, mengatakan bahwa hal-hal yang keluarga luas (extended family) perilaku
perlu di perhatikan pada anak masa ini awal mereka adalah malu-malu,
adalah membatasi objek yang akan di kemudian setelah lima menit berikutnya
lihat secara indera mereka, kepada hal- baru mereka bisa akrab dan bermain
hal yang mudah dicerna mereka. dengan ceria. Penanaman nilai dalam
Sehingga orangtua harus mendampingi pembinaan anggota keluarga merupakan
setiap aktivitas anak, baik dalam tanggungjawab yang tidak kalah
menonton televisi maupun dalam pentingnya bagi keluarga. hal ini
melihat lingkungan sosial yang mereka termasuk dalam indikator per-
lihat. kembangan psikososial anak terhadap
kehidupan bermasyarakat. Keluarga di
3.4.4 Perkembangan Psikososial Anak permukiman mengajak anak-anak
mereka ikut dalam pengajian minggu
Perkembangan psikososial anak
yang mereka lakukan di lingkungan
dalam bermain menunjukkan bahwa
tempat tinggal, sedangkan keluarga yang
anak mengembangkan jiwa sosial dalam
tinggal di perkampungan tidak mengajak
cara bermain, dengan cara bermain
anak ikut kepengajian lingkungan, tetapi
dengan temannya bertukar mainan,
mereka mengaji bersama di rumah
bermain sepeda, bermain petak umpet,
dengan anggota keluarga lainnya. Ada
main manten-mantenan, ada anak yang
juga keluarga di permukiman
bermain sendiri dan ada anak bermain
mengatakan bahwa dengan menegakkan
bersama bapak atau ibunya di rumah.
disiplin dalam setiap

43
Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga
terhadap Perkembangan Anak

aktivitas anak dan mengajarkan 5. Saran


berdo’a kepada sang pencipta
7. Perkembangan anak merupakan
merupakan cara memberikan contoh
tanggung jawab keluarga terutama
penanaman nilai pada anak.
orangtua, maka sudah sepatutnya
orangtua memperlakukan anak
4. Simpulan sesuai dengan pertumbuhan dan
9. Pola komunikasi keluarga, yang perkembangan usia anak. Pola
terjadi pada keluarga yang tinggal komunikasi keluarga yang dilaku
dipermukiman dan di perkam-pungan secara kombinasi dalam interaksi
merupakan pola komunikasi keluarga sangat di sarankan, untuk
dilakukan secara kombinasi antara di lakukan pada interaksi keluarga,
pola komunikasi laissez-faire dan karena situasional pengasuhan
protektif, antara pluralistik dan sangat berbeda pada setiap
konsensual. Fungsi sosialisasi keluarga.
keluarga secara radikal digunakan 8. Bagi orangtua sebaiknya memakai
saat menanamkan nilai kepada anak, komunikasi verbal dengan
sosialisasi pasif dikembangkan menggunakan bahasa yang di-
keluarga pada saat anak-anak mengerti anak, hal ini merupakan
memilih bermain dan memilih teman, bentuk komunikasi yang baik.
serta sosialisasi aktif dilakukan Penggunaan nada rendah yang
dalam memperkenalkan anggota bersifat keramahan dapat mem-
keluarga lainnya dan mengajak bantu anak untuk menyesuaikan
dalam pengenalan nilai sosial diri dan memberi kesempatan
kemasyarakatan. Bentuk komunikasi kepada anak mengembangkan
verbal lebih banyak digunakan saat kreatifitasnya.
keluarga mem-perkenalkan sesuatu 9. Untuk mengurangi kekerasan
nilai ataupun hal-hal yang baru, dalam rumah tangga, maka
pengenalan komunikasi nonverbal komunikasi verbal dan nonverbal
ditunjukkan secara kata-kata kasar yang disertai
untuk mengenalkan simbol pukulan, teriakan yang disertai
kemarahan, ataupun kesenangan mimik wajah kemarahan dihindari,
kepada anak. karena perilaku tersebut dapat
2. Perkembangan anak secara fisik, memicu untuk melakukan tindakan
emosi, kognitif dan psikososial yang lebih keras dan bisa
termasuk dalam kategori normal, mengarah kriminal.
sesuai dengan fase pertumbuhan
anak secara umum. Anak dalam Daftar Pustaka
penelitian ini, menunjukkan bahwa DeVito JA. 1997. Komunikasi Antar
perkembangan mereka berada pada Manusia. Indonesia Professional
batasan normal. Komunikasi verbal Books, Jakarta.
bahasa, komunikasi verba dan Guhardja S 1996 Studi Transisi
nonverbal secara proximity dan Keluarga, Konsumsi Pangan dan
kata-kata dapat mempengaruhi Gizi dan Perkembangan
perkembangan anak secara positif Kecerdasan Anak Intitut
dalam taraf nyata. Pertanian Bogor, Bogor.
Gunarsa. 2002. Dasar dan Teori
Perkembangan Anak. Cetakan
44
A. Sari, et al.

keenam. BPK Gunung Mulia,


Jakarta.
Kusnendi. 2008 Model-model
Persamaan Struktural, satu dan
multigroup sample dengan
LISREL. Alfabeta, Bandung.
Limbong. 1996, Hubungan Pola
Komunikasi Keluarga dengan
Perkembangan Kemampuan
Sosialisasi dan Perkembangan
Kemampuan Komunikasi
Anak Usia Prasekolah pada Ibu
Bekerja dan Ibu tidak Bekerja di
Jakarta. [tesis], Program Studi
Psikologi UI, Jakarta.
Mulyana R. 2005. Membangun Iklim
Komunikasi Keluarga, Jurnal
MAPI September 2005, Jakarta.
Rakhmat J. 2007. Psikologi
Komunikasi. Remaja Karya,
Bandung.
Rambe. 2004. “Alokasi Pengeluaran
Rumahtangga dan Tingkat
Kesejahteraan (kasus di
Kecamatan Medan Kota Sumatera
Utara).” [tesis] Sekolah
Pascasarjana IPB, Bogor.
Reardon KK 1987. Interpersonal
Communication Where Winds
Meet. Wadsworth Publishing
Company, California.
Riduwan. 2004. Metode dan Teknik
Menyusun Tesis, Alfabeta,
Bandung.
Turner B & West C, 2006, The Family
Communication Sourcebook,
SAGE Publication, Inc.
Widodo AM 2009. “Pengaruh
Komunikasi Keluarga
Terhadap
Pencegahan Remaja dalam
Menyimpan Gambar Porno di
Handphone” (tesis) Unitomo,
Surabaya.
Lampiran 5.
Pertanyaan dan Saram

Pertanyaan/Saran :
Nama : Diah Feby Farahnisyah
NIM/kelas : 1130016090/6B
1. Prioritas masalah perhitungannya mohon diperbaiki lagi
2. Menghitung skor hendaknya ditulis dikolom nilai
Pertanyaa/Saran :
Nama : Lusi Dwi Rahayu
NIM/Kelas : 1130016085/6B
1. Di genogram tidak ada keterangan sumber-sumbernya
2. Denah rumah tidak dijelaskan luasnya
Pertanyaan/Saran :
Nama : Hilda Wulandari
NIM/kelas : 1130016073/6B
1. Sumber genogram tidak ada
Pertanyaan/Saran :
Nama : Denis Kristina Aprilia
NIM/kelas : 1130016052/6B
1. Genogram tidak ada sumber
2. Prioritas masalah?
Pertanyaan/Saran :
Nama : Olva Nur Herawaty
NIM/kelas : 1130016083/6B
1. Sumber digenogram tidak ada sumbernya menurut saya
Pertanyaan/Saran :
Nama : Lukluatul Mahbubah
NIM/kelas : 1130016098/6B
1. Pada skoring, diperhitungannya misal x 1 = , Tetapi dikolom nilai

kenapa ditulis 1? Bukankah seharusnya ?

2. Genogram tidak ada sumbernya


Pertanyaan/Saran :
Nama : Fildzah Nur Masithoh
NIM/kelas : 1130016123/6B
1. Skoring prioritas masalah dicek lagi
2. Di ppt yang intervensi memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
nic/intervensi tidak ada
3. Genogram tidak ada sumber dari mana?
Pertanyaan/Saran :
Nama : Sody Riska Dinardilla
NIM/kelas : 1130016094/6B
1. Sumber pada genogram tidak ada
Pertanyaan/Saran :
Nama : Siti Aisha
NIM/kelas : 1130016001/6B
1. Sumber genogram tidak ada
Pertanyaan/Saran :
Nama : Zakiyyatus Sholikhah
NIM/kelas : 1130016001/6B
1. Pada ppt genogram tambahkan sumber
2. Denah rumah tambahkan ukuran per-ruang
3. Pada dx ke-5 mohon DS dibuat perpoint bukan narasi
4. Mohon perhitungan nilai untuk menentukan diagnosa prioritas di Check
lagi, disederhanakan.
Pertanyaan/Saran :
Nama : Nurul Alfiyah Cahyani
NIM/kelas : 1130016010/6B
1. Sumber digenogram tidak ada
2. Di intervensi 5 tugas keluarga tidak dijelaskan bagian-bagiannya, untuk
yang mengenal, memutuskan, merawat, memodifikasi dan memanfaatkan
itu yang point berapa?
Pertanyaan/Saran :
Nama : Alimatus Sa’diyah
NIM/kelas : 1130016005/6B
1. Sumber genogram tidak ada
Pertanyaan/Saran :
Nama : You Erly
NIM/kelas : 1130016009/6B
1. Latar budaya tidak sama berkebudayaan dengan Tn. H (suku jawa) yang di
ppt tidak sesuai dengan yang dijelaskan pemateri (tidak sama/berbeda)
tolong dijelaskan.
2. Penyaji menyampaikan bahwa jendela rusak atau bagaimana?
Pertanyaan/Saran :
Nama : Dedy Anwar
NIM/kelas : 1130016046/6B
1. Sumber digenogram tidak dituliskan
Pertanyaan/Saran :
Nama : Meirda Nuriyana
NIM/kelas : 1130016067/6B
1. Genogram tidak ada
2. Di intervensi tidak dijelaskan ditambahkan kalimat sebelumnya
Pertanyaan/Saran :
Nama : Halimatus Sa’diyah
NIM/kelas : 1130016032/6B
1. Genogram tidak ada sumbernya
2. Denah rumah tidak dijelaskan luasnya
3. Di intervensi tidak dijelaskan dan ditambahkan kalimat sebelum.
Ex : Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga
Pertanyaan/Saran :
Nama : Fina maghfirotika
NIM/kelas : 1130016007/6B
1. Sumber genogram tidak dituliskan di ppt
2. Ddi ppt prioritas masalah itu seharusnya perhitungan diletakkan dikolom
nilai bukan dikolom pembenaran.
Pertanyaan/Saran :
Nama : Putri Indahsari
NIM : 1130016089/6B
1. Tidak dicantumkan sumber dalam genogram
2. Prioritas diperhitungan nilai sebaiknya dimasukkan ke dalam nilai buka
pembenaran

3. Untuk diagnosa prioritas sebaiknya jika nilai bisa disederhanakan

menjadi dan menjadi

Pertanyaan/Saran :
Nama : Arnis Rositas Syntia
NIM/kelas : 1130016038/6B
1. Dx keluarga mampu mengenal bukan untuk ditulis diatasnya
2. Nilai hasil pecahan bisa disederhanakan lagi
3. Ukuran rumah seharusnya berluaskan bukan berukuran seharusnya begitu.
Pertanyaan/Saran :
Nama : Siti Hardiyanti
NIM/kelas : 1130016004/6B
1. Sumber genogram
2. Jadwal/waktu imunisasi ditulis (teori ataupun kasus)
3. Perhitungan di Dx (nilai) bukan di pembenaran
4. Di nic & noc penulisan kep.keluarga mengenal di dalam nic & noc
Pertanyaan/Saran :
Nama : Annisatul Arum Pridasari
NIM/kelas : 1130016028/6B
1. Genogram tolong dikasih sumber
2. Seharusnya nilai ditaruh dikolom nilai bukan di Pembenaran.
Pertanyaan/Saran :
Nama : Ficky Erika Dewi
NIM/kelas : 1130016063/6B
1. Prioritas diagnosa pada jumlah skoring pecahannya diteliti kembali
1. Nama : Diah Feby Farahnisyah
NIM : 1130016090
Pertanyaan/saran :
a. PPT sebaiknya disesuaikan dengan yang dicantumkan bu nety
(implementasi-evaluasi)
b. Demonstrasi sebaiknya dijelaskan dulu tujuannya biar keluarga
paham.
c. Font terlalu kecil.
2. Nama : Zakiyyatus Solikhah
NIM : 1130016001
Pertanyaan/saran :
a. Mohon PPT diperbaiki, ketik ulang tidak di capture
b. Saat melakukan implementasi harusnya dijelaskan tujuan tindakan
terlebih dahulu
3. Nama : You Erly
NIM : 1130016009
Pertanyaan/saran :
a. Kelompok tidak menjelaskan cara/prosedur bermain bertujuan
untuk apa? Dan sebaiknya dijelaskan cara bermain dan tujuan serta
manfaat permainan labirin.
4. Nama : Siti Hardiyanti
NIM :
Pertanyaan/saran :
a. PPT terlalu kecil
b. Bagaimana penyaji bisa mengevaluasi hasil implementasi
c. Penyaji sebaiknya memanggil nama px/bapaknya (supaya lebih
mempererat dengan px)
d. Permainan sudah bagus tapi setidaknya penyaji menjelaskan
pemberian permainan itu apa, dan dimasukkan dengan hal yang
akan diberikan.
5. Nama : Nurul Alfiyah Cahyani
NIM : 1130016010
Pertanyaan/saran :
a. Seharusnya ppt tidak di screenshoot klo bisa dibuat tabel
b. Demonstrasi lebih baik dijelaskan terlebih dahulu tujuannya
supaya anak mengerti.
6. Nama : Alimatus Sa’diyah
NIM : 1130016005
Pertanyaan/saran :
a. Kelompok tidak menjelaskan cara/prosedur bermain dan bertujuan
untuk ap
7. Nama : Putri Indahsari
NIM :
Pertanyaan/saran :
a. Tabel implementasi dan Evaluasi kurang tabel diagnosa
keperawatan.
b. Sebaiknya ditanya dulu adiknya suka bermain apa? Tidak langsung
dibuka permainannya kan kadang bisa saja itu tidak dilakukan oleh
anak.
8. Nama : Arnis Rosita Syntia
NIM : 1130016038
Pertanyaan/saran :
a. Font kurang besar
b. Role Play masih kaku
c. Di pembagian peran terlalu banyak tulisan karena membuat malas
membaca (lefleat)
9. Nama : Denis Kristina Aprilia
NIM : 1130016052
Pertanyaan/saran :
a. Font kurang besar
b. Di lefleat terlalu banyak tulisan
10. Nama : Fildzah Nur Masithoh
NIM : 1130016123
Pertanyaan/saran :
a. Untuk memberikan pengetahuan di TUK 1 lebih menggunakan
pre-post Tes
b. Format tabel implementasi dan evaluasi tidak sama dengan yang
dicontohkan bu nety.
11. Nama : Annisatul Arum P.
NIM : 1130016028
Pertanyaan/saran :
a. Font kurang besar
b. Di lefleat terlalu banyak tulisan
c. Lebih baik ditanyakan dulu keadaan anaknya
12. Nama : Lukluatul Mahbubah
NIM : 1130016098
Pertanyaan/saran :
a. Tabel implementasi lebih baik jangan di sreenshoot
13. Nama : Olva Nur Herawaty
NIM : 1130016083
Pertanyaan/saran :
a. Di Implementasi seharusnya diketik ulang untuk tabel

14. Nama : Fina Maghfirotika


NIM : 1130016007
Pertanyaan/saran :
a. Waktu demonstrasi seharusnya tidak boleh mengatakan bapaknya,
ibuknya, anaknya akan tetapi mengatakan ibu, bapak.
15. Nama : Eka Yasista F
NIM :
Pertanyaan/saran :
a. Implementasi diketik ulang tidak di capture
16. Nama : Meirda Nuriyana
NIM : 1130016067
Pertanyaan/saran :
a. Waktu demostrasi seharusnya tidak mengatakan bapaknya,
ibuknya, anaknya akan tetapi harus mengatakan ibu, bapak
17. Nama : Halimatus Sa’diyah
NIM : 1130016032
Pertanyaan/saran :
a. Seharusnya dijelaskan terlebih dahulu permainan yang akan
diberikan kepada anak seperti yang dijelaskan tujuannya terlebih
dahulu.
18. Nama : Faiz Hammam A
NIM : 1130016145
Pertanyaan/saran :
a. Pada saat game, reward alangkah lebih baiknya diberikan atau
ditambahkan bingkisan yang menarik agar anak tertarik untuk
membaca lefleat yang ada di didalam gamenya.
19. Nama : Hariyono Setiawan
NIM : 1130016059
Pertanyaan/saran :
a. Pada saat demonstrasi untuk permainannya bisa dijelaskan maksud
dari permainan tsb
Lampiran 6
LEMBAR PENILAIAN PRESENTASI DAN DISKUSI

Kelompok : ...............................................................................
Topik : ...............................................................................
Tanggal Presentasi : ...............................................................................
Fasilitator : ...............................................................................

I. PENYAJIAN
Skor Nilai
No. Aspek yang Dinilai Bobot (Rentang (Bobot x
0-100) Skor)
1 Kemampuan mengemukakan konsep / 3
teori
2 Kemampuan mengemukakan intisari 3
kasus
3 Kelancaran dan kejelasan dalam penyajian 3
4 Kemampuan memaparkan materi secara 3
sistematis
5 Sikap dan Penampilan 3
TOTAL
5

II. ISI TULISAN


Skor Nilai
No. Aspek yang Dinilai Bobot (Rentang (Bobot x
0-100) Skor)
1 Pengkajian : 4
▪ Data lengkap, relevansi dan akurat
▪ Analisa Data
▪ Diagnosis Keperawatan
2 Perencanaan : 4
▪ Prioritas masalah (Skoring)
▪ Tujuan dan Kriteria Hasil (SMART)
▪ Rencana Tindakan
3 Implementasi : 4
▪ Berbentuk narasi
▪ Penulisan tindakan sesuai standart
▪ Respon dari tindakan
▪ Adanya waktu (Tanggal, Jam dan ttd)
4 Evaluasi : 4
▪ Menilai efektivitas tindakan sesuai
rencana
TOTAL
4

III. DISKUSI
Skor Nilai
No. Aspek yang Dinilai Bobot (Rentang (Bobot x
0-100) Skor)
1 Kemampuan berkomunikasi / berdialog 3
2 Kemampuan menjawab dengan tepat 3
3 Kemampuan berargumentasi 3
4 Kemampuan menerima fakta baru secara 3
terbuka
5 Kemampuan menerima pendapat lain 3
secara kritis
6 Sikap dan Penampilan 3
TOTAL
6

TOTAL NILAI = I + II + III = .................


10
Surabaya, ..........................................
Fasilitator,

______________________________
NPP.
Surabaya, 2019
PJMK Keperawatan Keluarga PJMK

Nety Mawarda _________________________


Hatmanti,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Anda mungkin juga menyukai