OLEH :
KELOMPOK 6 KELAS 6B
ANGGOTA KELOMPOK
Firnanda Erindia (1130016002)
Syaiful Ridzal (1130016022)
Dina Aguslia (1130016104)
FASILITATOR :
Nety Mawarda Hatmanti, S.Kep., Ns., M.Kep
i
PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa:
Kami mempunyai copy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
kekuatan dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah”. Makalah ini diajukan
untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga. Shalawat dan salam
semoga tercurah pula kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabat.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
banyak memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dalam melakukan
penulisan makalah ini. Kami berharap makalah ini bermanfaat baik bagi kami
maupun bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ............................................................................................ i
Lembar Pernyataan......................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................ iv
BAB 1 TINJAUAN TEORI ........................................................................... 1
1.1 Konsep Keluarga ...................................................................................... 1
1.2 Konsep Keluarga dengan Anak Usia Sekolah ......................................... 5
1.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga ........................................ 8
BAB 2 HASIL .............................................................................................. 86
2.1 Pengkajian .............................................................................................. 86
2.2 Analisa Data ......................................................................................... 152
2.3 Diagnosa Keperawatan Prioritas .......................................................... 162
2.4 Intervensi .............................................................................................. 163
2.5 Implementasi dan Evaluasi .................................................................. 170
Daftar Pustaka ............................................................................................ 176
Lampiran 1 ................................................................................................. 178
Lampiran 2 ................................................................................................. 179
Lampiran 3 ................................................................................................. 193
Lampiran 4 ................................................................................................. 195
Lampiran 5 ................................................................................................. 196
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Keluarga .................................................................... 86
Tabel 2.2 Pengukuran TTV ......................................................................... 88
Tabel 2.3 Pemeriksaan Fisik ....................................................................... 88
Tabel 2.4 Riwayat Imuniasasi ..................................................................... 94
Tabel 2.5 Indikator Keluarga Sejahtera ...................................................... 98
Tabel 2.6 Tingkat Kemandirian ................................................................ 100
Tabel 2.7 Tugas Perkembangan dengan Anak Usia Sekolah .................... 101
Tabel 2.8 Fungsi Perawatan Kesehatan .................................................... 109
Tabel 2.9 Analisa data ............................................................................... 152
Tabel 2.10 Prioritas Masalah .................................................................... 154
Tabel 2.11 Diagnosa Keperawatan Prioritas ............................................. 162
Tabel 2.12 Intervensi Keperawatan ........................................................... 163
Tabel 2.13 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ............................... 170
v
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Keluarga
1.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyaiperan masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Keadaan ini perlu disadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan
bagiannya dan di keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan
yang berarti (Friedman, 2010).
Keluarga menurut Burges (1963) dalam Friedman (2010) adalah
sekumpulan yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah dan ikatan adopsi
atau ikatan sebuah keluarga yang hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga dan adanya interkasi dan komunikasi satu sama lain dalam peran
sosial keluarga seperti suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki, saudara
perempuan, saudara dan saudari.
1.1.2 Fungsi Keluarga
Friedman, (2010) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu
1.1.2.1 Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Fungsi afektif
berhubungan fungsi internal keluarga diantaranya perlindungan
psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Sejumlah penelitian
penting dilakukan untuk memastikan pengaruh positif kepribadian
yang sehat dan ikatan keluarga pada kesehatan serta kesejahteraan
individu.
1.1.2.2 Fungsi sosialisasi dan status sosial
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta
memberikan status pada anggota keluarga.
1
1.1.2.3 Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
1.1.2.4 Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi sandang, papan, pangan maka keluarga
memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dijalankan pada
keluarga dibawah garis kemiskinan. Perawat bertanggung jawab
mencari sumber-sumber masyarakat yang dapat digunakan untuk
meningkatkan status kesehatan klien.
1.1.2.5 Fungsi perawatan kesehatan
Yaitu menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat
tinggal, perawatan kesehatan. Fungsi keperawatan kesehatan bukan
hanya fungsi esensial dan dasar keluarga namun fungsi yang
mengemban fokus sentral dalam keluarga yang berfungsi dengan baik
dan sehat. Akan tetapi, memenuhi fungsi perawatan kesehatan bagi
semua anggota keluarga dapat sulit akibat tantangan eksternal dan
internal
1.1.3 Tipe dan Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga menurut Friedman (2010) adalah Berikut ini
akan disampaikan berbagai tipe keluarga:
1.1.3.1 Tipe keluarga tradisional
1. Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami, istri, anak (kandung atau angkat). Dua bentuk
variasi yang sedang berkembang dalam keluarga-keluarga
inti adalah keduanya pekerja/berkarier dan keluarga tanpa
anak. Keluarga adoptif merupakan satu tipe lain dari
keluarga inti yang tercatat dalam literatur karena memliki
keadaan dan kebutuhan yang khusus.
2. Keluarga besar
Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan
2
keluarga yang lain yang mempunyai hubungan darah,
misalnya kakek, nenek, keponakan, paman, bibi. Tipe
keluarga ini lebih sering terdapat di kalangan kelas
pekerja dan keluarga imigran. Karena manusia hidup
lebih lama, perceraian, hamil dikalangan remaja, lahir
diluar perkawinan semakin meningkat pula, dan rumah
menjadi tempat tinggal bagi beberapa generasi, biasanya
hanya bersifat sementara.
3. “Single parent” yaitu suatu rumah tagga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung /angkat).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
1.1.3.2 Tipe keluarga non tradisonal
Tipe keluarga nontradisional menurut Friedman (2010) antara
lain keluarga dengan orang tua yang tidak pernah menikah dan anak
biasanya ibu dan anak, keluarga pasangan yang tidak menikah
dengan anak, pasangan heteroseksual cohabiting (kumpul kebo),
keluarga homoseksual, agugmented family, keluarga komuni,
keluarga asuh.
1.1.4 Tahap dan Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman (2010) Perkembangan keluarga terbagi
menjadi beberapa tahap dan perkembangan diantaranya yaitu
1.1.4.1 Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning
family).
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri yang membentuk keluarga melalui perkawinan yang
sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
1.1.4.2 Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child
bearing family).
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
3
berusia 30 bulan (2,5 tahun).
4
1.1.5.1 Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi: bersifat terbuka dan
jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berpikiran positif.
5
pada nilai-nilai keluarga dan itu merupakan modal perilaku.
1.2 Konsep Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Tahap ini mulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,
biasanya pada usia 5 tahun, dan di akhiri ketika ia mencapaipubertas, sekitar usia
13 tahun. Saat ini anak-anak memiliki aktivitas dan minat mereka sendiri selain
memiliki aktivitas yang wajib mereka lakukan dalam kehidupan dan sekolah, dan
orangtua memiliki aktivitas mereka sendiri yang berbeda. Menurut Erikson (1950)
dalam Friedman (2010), orangtua berjuang dengan tuntutan ganda dalam
memenuhi tugas mengasuh generasi selanjutnya (tugas perkembangan keturunan)
dan memperhatikan pertumbuhan diri mereka sendiri; pada saat yang sama, anak
usia sekolah sedang berada dalam tugas pengembangan sensasi industri –kapasitas
untuk kenikmatan kerja- dan berupaya untuk menghilangkan atau menangkis
sensasi inferioritas (rendah diri).
Tugas orangtua pada masa ini adalah mempelajari untuk beradaptasi dengan
perpisahan anak atau, yang lebih sederhana, melepaskan anak. Hubungan teman
sebaya dan aktivitas diluar rumah semakin memainkan peranan yang lebih besar
dalam kehidupan anak usia sekolah. Masa ini diisi oleh aktivitas keluarga, tetapi
juga terdapat kekuatan yang secara bertahap mendorong anak untuk berpisah dari
keluarga sebagai persiapan untuk masa remaja.
Selama tahap ini, orang tua merasa adanya tekanan kuat dari komunitas luar
yaitu melalui sistem sekolah dan asosiasi di luar keluarga lainnya untuk
menyesuaikan diri dengan standar komunitas untuk anak. Hal ini cenderung
mempengaruhi keluarga kelas menengah untuk lebih menekankan pada nilai
pencapaian dan produktivitas yang tradisional, dan menyebabkan keluarga kelas
pekerja dan banyak keuarga miskin merasa terasing karena konflik dengan nilai-
nilai sekolah atau komunitas.
1.2.1 Tugas perkembangan keluarga
Salah satu tugas kritis orangtua dalam mensosialisasikan anak-anak
mereka pada saat ini adalah termasuk meningkatkan prestasi sekolah. Tugas
keluarga yang penting lainnya adalah mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan. Selain itu, dilaporkan bahwa kepuasan
6
pernikahan menghilang selama tahap ini. Meningkatkan komunikasi terbuka
dan mendukung hubungan pasangan adalah hal yang penting dalam
menjalani keluarga dengan anak usia sekolah.
1.2.2 Perhatian kesehatan
Kondisi cacat pada anak dapat menjadi ringan selama periode anak
ini. Perawat dan guru akan mendeteksi banyak defek visual, pendengaran
dan bicara –selain mempelajari masalah-. Perawat juga berperan sebagai
narasumberbagi guru sekolah, memungkinkan guru untuk dapat menangani
kebutuhan kesehatan muridnya yang sudah umum dan bersifat lebih
individual secara lebih efektif. Fungsi primer perawatan kesehatan keluarga
–selain merujuk, mendidik dan berkonsultasi dengan orangtua mengenai
konsidi ini- adalah membantu keluarga dalam melaksanakan koping
sehingga meminimalkan dampak merugikan anak cacat pada keluarga.
Bagi anak-anak yang memiliki masalah perilaku, perawat maupun
guru harus aktif mencari keterlibatan orangtua dan memberikan konseling
suportif. Ketika orangtua mampu membuat kerangka ulang masalah perilaku
anak sebagai sebuah masalah keluarga dan melaksanakan tindakan untuk
menyelesaikan masalah dengan fokus baru tersebut, seringkali
menghasilkan fungsi keluarga dan juga perilaku anak yang lebih sehat.
7
1.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
1.3.1 Pengkajian
1.3.1.1 Mengidentifikasi Data
Menurut Friedman (2010) data – data dasar yang menggambarkan
keluarga dalam hal – hal dasar dicantumkan dalam bagian ini.
1. Nama Keluarga
2. Alamat dan Telepon
3. Komposisi keluarga: Penggunaan genogram keluarga
dianjurkan. Simbol genogram :
a. Tabel Komposisi Keluarga
Hub.
Status
No Nama L/P Umur Dengan Pend. Pekerjaan
Perkawinan
KK
1
2
Tabel 1.1 Komposisi Keluarga
b. Genogram
: Laki-Laki : Anak Kembar
: Perempuan
: Jenis Kelamin Tidak Diketahui : Kembar Identik
?
: Anak Adopsi
8
: Anak Asuh
c. Pemeriksaan Fisik (head to toe)
No Head to Toe Suami Istri Anak
1 Kepala I:
P:
2 Wajah I:
P:
3 Mata I:
P:
4 Telinga I:
P:
5 Hidung I:
P:
6 Mulut I:
P:
7 Leher I:
P:
8 Dada I:
P:
P:
A:
9 Jantung I:
P:
P:
A:
10 Abdomen I:
P:
P:
A:
11 Ekstremitas I:
P:
9
12 Genetalia I:
P:
Tabel 1.2 Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Imunisasi
Tabel Riwayat Imunisasi
No Jenis Waktu Suami Istri Anak
Imunisasi Pemberian
1 HB
2 Polio
3 BCG
4 DTP
5 Hiv
6 PCV
7 Rotavirus
8 Influenza
9 Campak
10 MMR
11 Thypoid
12 Hepatitis A
13 Varicella
14 HPV
15 Japanese
Encephalitis
16 Dengue
Tabel 1.3 Tabel Imunisasi menurut IDAI
4. Tipe Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga menurut Friedman (2010) sebagai berikuy:
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami, istri, anak (kandung atau angkat). Dua
bentuk variasi yang sedang berkembang dalam
10
keluarga-keluarga inti adalah keduanya
pekerja/berkarier dan keluarga tanpa anak. Keluarga
adoptif merupakan satu tipe lain dari keluarga inti
yang tercatat dalam literatur karena memliki keadaan
dan kebutuhan yang khusus.
2) Keluarga besar
Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga yang lain yang mempunyai hubungan
darah, misalnya kakek, nenek, keponakan, paman,
bibi. Tipe keluarga ini lebih sering terdapat di
kalangan kelas pekerja dan keluarga imigran. Karena
manusia hidup lebih lama, perceraian, hamil
dikalangan remaja, lahir diluar perkawinan semakin
meningkat pula, dan rumah menjadi tempat tinggal
bagi beberapa generasi, biasanya hanya bersifat
sementara.
3) “Single parent” yaitu suatu rumah tagga yang terdiri
dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung
/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
b. Tipe keluarga non tradisonal
Tipe keluarga nontradisional menurut Friedman (2010)
antara lain keluarga dengan orang tua yang tidak pernah
menikah dan anak biasanya ibu dan anak, keluarga pasangan
yang tidak menikah dengan anak, pasangan heteroseksual
cohabiting (kumpul kebo), keluarga homoseksual, agugmented
family, keluarga komuni, keluarga asuh.
5. Latar Belakang Kebudayaan (Etnik):
Menurut Friedman (2010) dalam menjelaskan data ini,
digunakan kriteria berikut ini sebagai panduan untuk
menentukan kebudayaan dan orientasi religious keluarga serta
luasnya akulturasi.
11
a. Pernyataan keluarga atau anggota keluarga mengenai latar
belakang etnik (identifikasi diri)?
b. Bahasan yang digunakan di rumah? Apakah semua anggota
keluarga berbicara Bahasa Inggris?
c. Negara sal dan lama tinggal di Amerika Serikat (generasi
ke berapa anggota keluarga tersebut, dalam kaitannya
dengan status imigrasi mereka) dan alasan keluarga
berimigrasi?
d. Jaringan sosial keluarga (dari kelompok etnik yang sama)?
e. Tempat tinggal keluarga (bagian dari lingkungan yang
secara etnik bersifat homogen)?
f. Aktivitas keagamaan, sosial, kebudayaa, rekreasi, dan/atau
pendidikan (apakah aktivitas ini berada dalam kelompok
kebudayaan keluarga)?
g. Kebiasaan diet dan berpakian (tradisional atau barat)?
h. Dekorasi rumah (tanda pengaruh kebudayaan)?
i. Keberadaan peran dan struktur kekuasaan keluarga
tradisional atau “modern”?
j. Porsi komunitas yang umum bagi keluarga-kompleks
teritorial keluarga (apakah porsi terssebut selalu didalam
komunitas etnik)?
k. Penggunaan praktisi dan jasa perawatan kesehatan
keluarga. Apakah keluarga mengunjungi praktisi umum,
terlibat dalam praktik perawatan kesehatan tradisional, atau
memiliki kepercayaan tradisional dalam isu kesehatan?
6. Identifikasi religius
Menurut Friedman (2010) dalam mengidentifikasi aspek
religus suatu keluarga menggunakan pertanyyam berikut :
a. Apa agama keluarga?
b. Apakah anggota keluarga berbeda dalam keyakinan dan
praktik religius mereka?
12
c. Sejauh mana keluarga aktif terlibat dalam masjid, gereja,
kuil, atau organisasi keagamaan lainnya?
d. Apakah praktik keagamaan keagamaan yang diikuti
keluarga?
e. Apa keyakinan dalam nilai keagamaan yang berpusat dalam
kehidupan keluarga?
7. Status kelas sosial (Menurut Friedman (2010) pengkajian
aspek status kelas sosial berdasrkan pekerjaan, pendidikan,
dan pendapatan) :
a. Identifikasi kelas sosial keluarga, berdasarkan pada tiga
indikator diataas.
b. Status ekonomi.
c. Siapakah pencari nafkah didalam keluarga?
d. Apakah keluarga menerima bantuan atau dana pengganti?
Jika demikian, apa saja (dari mana)?
e. Apakah keluaraga menganggap pendapatan mereka
memadai? Bagaimana cara keluarga melihat diri mereka
sendiri dalam mengelola keuangan?
8. Mobilitas kelas sosial
a. Apakah yang dilakukan keluarag untuk bersosialisasi
dengan tetangga?
b. Apakah ada daftar kegiatan liburan/rekreasi dalam
keluarga?
c. Apakah keluarga mengikuti kegiatan dalam masyarakat?
1.3.1.2 Tahap Perkembangan Dan Riwayat Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini:
Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
Dengan tugas perkembangan sebagai berikut:
a. Menyosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan membantu hubungan anak-anak yang
sehat dengan teman sebaya
b. Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan
13
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
2. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangan yang
sesuai dengan tahap perkembangan saat ini.
3. Riwayat keluarga dari lahir hingga saat ini, termasuk riwayat
perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang
unik atau yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian,
kematian, kehilangan, dll) yang terjadi dalam kehidupan
keluarga (gunakan genogram untuk mengumpulkan data ini).
4. Keluarga asal kedua orangtua (seperti apa kehidupan asalnya;
hubungan masa silam dan saat dengan orangtua (nenek-kakek)
dari orangtua mereka)
1.3.1.3 DATA LINGKUNGAN
Data lingkungan keluarga meliputi seluruh alam kehidupan
keluarga-mulai dari pertimbangan area yang terkecil seperti aspek
dalam rumah hingga komunitas yang lebih besar tempat keluarga
tinggal.
1. Karakteristik rumah
a. Uraikan tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa
kamar, dll). Apakah keluarga memiliki rumah sendiri atau
menyewa rumah?
b. Uraikan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior
rumah). Interior rumah meliputi jumlah ruang dan jenis
ruang (ruang tamu, ruang tidur, dll), penggunaan ruang-
ruang tersebut dan bagaimana ruang tersebut diatur.
Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot? Apakah
penerangan, ventilasi, dan pemanas memadai (artifisial atau
panas matahari). Apakah lantai, tangga, pemagaran, dan
struktur lainnya dalam kondisi memadai?
c. Di dapur, amati suplai air minum, sanitasi, dan adekuasi
lemari es.
14
d. Di kamar mandi, amati sanitasi, air, fasilitas toilet. Ada
tidaknya sabun dan handuk? Apakah anggota keluarga
menggunakan handuk yang sama?
e. Kaji pengaturan tidur didalam rumah. Apakah pengaturan
tersebut memadai bagi para anggota keluarga denga
pertimbangan usia mereka, hubungan, dan kebutuhan
khusus lainnya?
f. Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah.
Apakah ada serbuan serangga-serangga kecil (khususnya di
dalam) dan/atau masalah sanitasi yang disebabkan adanya
hewan peliharaan?
g. Adakah tanda cat yang sudah tua mengelupas (sumber yang
mungkin menyebabkan racun) yang mungkin terpajan oleh
anak yang masih kecil?
h. Identifikasi unit teritorial keluarga. Apakah mereka nyaman
menggunakan sumber/pelayanan di lingkungan mereka?
i. Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana perasaan
keluarga mengenai adekuasi privasi.
j. Evaluasi ada atau tidak adanya bahaya keamanan.
k. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.
l. Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara
keseluruhan dengan pengaturan/penataan rumah. Apakah
keluarga menyadari keadekuatan rumah terhadap kebutuhan
ini?
2. Karakteristik lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih
besar
a. Apa karakter fisik dari lingkungan sekitar komunitas yang
lebih besar? Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota,
subkota, antarkota).
Tipe tempat tinggal (hunian, campuran hunian dan industri
kecil, agraris) di lingkungan. Kondisi hunian dan jalan
15
(terpelihara, rusak, tidak terpelihara, sedang dalam
perbaikan).
Sanitasi jalan raya, rumah (kebersihan, pengumpulan
sampah, dll). Masalah yang berkaitan dengan kemacetan
lalu lintas?
Adanya dan jenis industri di lingkungan.
Apakah ada masalah polusi udara, suara, atau air?
b. Bagaimana karakteristik demografi dari lingkungan dan
komunitas?
Karakteristik etnik dan kelas sosial penghuni.
Pekerjaan dan hobi keluarga.
Kepadatan populasi.
Perubahan demografi baru-baru ini di dalam
komunitas/lingkungan.
c. Pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar apa yang ada
dalam komunitas?
Fasilitas pemasaran (makanan, pakaian, apotek,dll).
Institusi kesehatan (klinik, rumah sakit, dan fasilitas gawat
darurat).
Lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling,
pekerjaan).
Pelayanan tempat cuci otomatis untuk kebutuhan keluarga.
Tempat beribadah keluarga.
d. Bagaimana kemudahan akses sekolah di lingkungan dan
komunitas dan bagaimana kondisi sekolah tersebut?
Apakah ada masalah integrasi yang memengaruhi
keluarga?
e. Fasilitas rekreasi
f. Tersedianya transportasi umum. Bagaimana keluarga dapat
mengakses pelayanan dan fasilitas tersebut (dalam hal
jarak, kesesuaian, waktu tempuh)?
16
g. Bagaimana insidens kejahatan di lingkungan dan
komunitas? Apakah hal ini merupakan masalah keamanan
yang serius?
3. Mobilitas geografis keluarga
a. Berapa lama keluarga tinggal di wilayah tersebut?
b. Bagaimana riwayat mobilitas geografis dari keluarga ini?
c. Darimana keluarga tersebut berpindah atau berimigrasi?
4. Asosiasi transaksi keluarga dan komunitas
a. Siapa anggota keluarga yang menggunakan pelayanan
komunitas atau lembaga pelayanan apa yang dikenal di
komunitas?
b. Seberapa sering atau sejauh mana mereka menggunakan
pelayanan atau fasilitas ini?
c. Apa pola teritorial dari keluarga-komunitas atau wilayah
yang sering dikunjungi?
d. Apakah keluarga menyadari pelayanan komunitas yang
relevan dengan kebutuhannya, seperti transportasi?
e. Bagaimana perasaan keluarga tentang kelompok atau
organisasi yang memberi bantuan kepada keluarga atau
yang berkaitan dengan keluarga?
f. Bagaimana cara keluarga memandang komunitasnya?
1.3.1.4 Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
a. Dalam mengobservasi keluarga secara keseluruhan dan/atau
rangkaian hubungan dari keluarga, seberapa sering
komunikasi fungsional dan disfungsional digunakan? Buat
dalam bentuk diagram atau berikan contoh pola yang
berulang.seberapa tugas dan jelas anggota keluarga
mengutarakan kebutuhan dan perasaan mereka?
Sejauh mana anggota keluarga menggunakan klarifikasi
dan kualifikasi dalam berinteraksi?
17
Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan
respons dengan baik terhadap umpan balik atau biasanya
mereka menghalangi umpan balik dan eksplorasi terhadap
isu?
Seberapa baik anggota menjadi pendengar dan
menggunakan asumsi dan pernyataan yang besifat
menghakimi saat berinteraksi?
Apakah anggota berinteraksi dengan pesan dalam suatu
sikap yang bersifat menyerang?
Seberapa sering diskualifikasi digunakan?
b. Bagaimana pesan – pesan emosional (afektif) disampaikan
di dalam keluarga dan subsitem keluarga?
Seberapa sering pesan emosional disampaikan?
Jenis – jenis emosi apa yang disampaikan dalam susbsitem
keluarga? Apakah emosi yang disampaikan bersifat
negative, positif, atau keduanya?
c. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang
berlangsung dalam, jaringan komunikasi dan
dalambeberapa rangkaian hubungan?
Siapa yang berbicara kepada siapa dan dengan sikap
seperti apa?
Pola – pola umum apa yang digunakan menyampaikan
pesan – pesan penting?
Apakah ada perantara?
Apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan usia
perkembangan anggota?
d. Apakah kebanyakan pesan yang disampaikan anggota
keluarga sesuai dengan konteks dan instruksi? (termasuk
observasi pesan nonverbal). Jika tidak,, siapa yang
menunjukkan ketidaksesuaian dan pesan apa yang tidak
sesuai?
18
e. Proses disfungsional apa yang terlihat dalam pola
komunikasi?
f. Apa saja isu – isu yang tertutup bagi diskusi, yang
merupakan isu penting bagi kesejahteraan dan fungsi
keluarga yang adekuat?
g. Bagaimana faktor – faktor berikut memengaruhi pola
komunkasi keluarga:
1) Konteks/situasi
2) Tahap siklus kehidupan keluarga
3) Latar belakang kebudayaan keluarga
4) Perbedaan gender di dalam keluarga
5) Bentuk keluarga
6) Status sosioekonomi keluarga
7) Minibudaya keluarga yang unik.
2. Struktur Kekuasaan
Hasil akhir Kekuasaan
a. Siapakah yang membuat jeputusan? Siapa yang memegang
“kata terakhir” atau “siapa yang menang”?
b. Seberapa penting keputusan atau isu ini bagi keluarga?
Pertanyaan yang lebih spesifik mungkin meliputi:
Siapa yang menganggarkan, membayar rekening, dan
memutuskan bagaimana uang digunakan?
Siapa yang memutuskan bagaimana cara menghabiskan
waktu luang atau siapa teman atau kerabat yang hendak
dikunjungi?
Siapa yang memutuskan perpindahan dalam pekerjaan atau
tempat tinggal?
c. Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan?
Proses Pengambilan Keputusan
d. Teknik – teknik khusu apa yang digunakan untuk membuat
keputusann di dalam keluarga dan sejauh mana teknik –
teknik ini digunakan (mis., consensus: akomodasi/tawar-
19
menawar; kompromi/paksaan; de facto)? Dengan kata lain,
bagaimana cara keluarga membuat keputusan?
Dasar – Dasar Kekuasaan. Berbagai dasar dan sumber
kekuasaan adala kekuasaan/otoritas yang sah dan variasi dari
kekuasaan itu, kekuasaan “tak berdaya”; kekuasaan referen;
kekuasaan ahli; atau sumber; kekuasaan penghargaan;
kekuasaan memaksa; kekuasaan informasional (langsung atau
tidak langsung); kekuasaan afektif; dan kekuasaan manahemen
ketegangan.
e. Atas dasar kekuasaan apa anggota keluarga membuat
keputusan?
Variabel Yang Memengaruhi Kekuasaan Keluarga
f. Mengenali keberadaan salah satu variable beikut ini akan
membuat pengkaji menginterpretasi perilaku keluarga yang
memungkinkan kekuasaan keluarga dapat dikaji.
1) Hierarki kekuatan keluarga
2) Tipe bentuk kleuarga
3) Pembentuka koalisi
4) Jaringan komunikasi keluarga
5) Perbedaan gender
6) Faktor usia dan siklus kehidupan keluarga
7) Faktor kebudayaan dan interpersonal
8) Kelas sosial
Keseluruhan Kekuasaan Sistem dan Subsitem Keluarga
g. Dari pengkajian Anda terhadap seluruh isu – isu yang luas
di atas, buat kesimpulan mengenai apaka kekuasaan
keluarga tersebut dapat termasuk keluarga dominansi istri
atau suami, anak, nenek, dll; egalitarian-sinkratik atau
otonomi; tanpa pemimpin atau kaotik (kaau)! Kontinum
kekuasaan keluarga dapat digunakan sebagai suatu
presentasi visual analisis Anda.
20
Kontinum Kekuasaan Keluarga: Jika dominansi ditemukan,
siapa yang dominan?
h. Untuk menentukan seluruh pola kekuasaan, menanyakan
pertanyaan yang terbukan dan luas sering kali
mengaburkan (tanyakan kedua pasangan dan anak – anak
jika muungkin), dibawah ini diberikan beberapa contoh.
Siapa yang biasanya “berkata terakhir” atau membuat
keputusan tentang isu yang penting?
Siapa yang benar – benar ditugaskan dan mengapa
(mencari dasar – dasar kekuasaan)?
Siapa yang mengatur keluarga?
Siapa yang memenangkan argument atau isu – isu penting?
Siapa yang biasa menang jika ada ketidaksepakatan?
Pendapat siapa yang digunaan jika orang tua/suami tidak
sepakat?
Apakah anggota keluarga puas dengan bagaimana
keputusan dibuat dan siapa yang membuat keputusan
tersebut (y.i., struktur kekuasaan saat ini)?
3. Struktur Peran
Struktur Peran Formal
a. Posisi dan peran formal apa yang dipenuhi setiap anggota
keluarga? Uraikan bagaomana setiap anggota keluarga
melakukan peran – peran formal mereka.
b. Apakah peran ini dapat diterima dan konsisten dengan
harapan anggota keluarga? Dengan kata lain, apakah ada
ketegangan atau konflik peran?
c. Seberapa kompeten anggota merasa mereka melakukan
peran terhormat mereka?
d. Apakah terdapat fleksibikitas dalam peran jika dibutuhkan?
Struktur Peran Informal
21
a. Peran informal atau peran samar apa yang terdapat
dikeluarga? Siapa yang menjalankan dan seberapa sering
atau konsisten peran tersebut dijalankan?
Apakah anggota keluarga secara samar menjalankan peran
yang berbeda dari posisi mereka yang dituntut keluarga
untuk mereka mainkan?
b. Apa tujuan kehadiran peran – peran yang diidentifikasi
sebagai peran samar atauu informal?
c. Apakah ada peran informal yang disfungsional pada
keluarga atau anggota keluarga dalam jangka waktu yang
lama?
d. Apa pengaruh pada orang yang menjalankan peran tersebut?
Analisis Model Peran (kapan masalah peran muncul)
a. Siapa yang menjadi model yang memengaruhi seorang
anggota keluarga dalam kehidupan awalnya, siapa yang
memberikan perasaan dan nilai – nilai tentang
pertumbuhan, pengalaman baru, peran, dan teknik
komunikasi?
b. Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran
bagi pasangan dalam peran mereka sebagai orang tua, dan
sebagai pasangan pernikahan, seperti apakah mereka itu?
Variabel yang Memengaruhi Struktur Peran
a. Pengaruh kelas sosial: bagaimana latar belakang kelas sosial
memengaruhi struktur peran informal dan formal di dalam
keluarga?
b. Pengaruh kebudayaan: bagaiman astruktur peran keluarga
dipengaruhi oleh latar belakang keluarga agama dan etnik?
c. Pengaruh perkembangan atau tahap siklus kehidupan:
Apakah perilaku peran anggota keluarga saat ini sesuai
dengan tahap perkembangan?
d. Peristiwa situasional: Perubahan dalam status kesehatan
memengaruhi peran keluarga? Realokasi peran/tugas apa
22
yang telah dilakukan? Bagaimana nggota keluarga yang
telah menerima peran – peran baru menyesuaikan diri?
Apakah ada bukti tentang stress atau konflik akbiat peran?
Bagaimana anggota keluarga dengan masalah kesehatan
bereaksi terhadap perubahan atau hilangnya peran?
4. Nilai Keluarga
a. Penggunaan metode “perbandingan” dan “membdeakan”
memberikan kesan (dengan nilai dari keluarga – kelompok
etnik yang diidentifikasi mereka – atau keduanya)
Produktivitas/Pencapaian Individu
Individualisme
Materialisme/etika konsumsi
Etika kerja
Pendidikan
Persamaan
Kemajuan dan penguasaan lingkungan
Orientasi masa depan
Efisiensi, keteraturan, dan kepraktisan
Rasionalitas
Kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan
Perbedaan dalam Sistem Nilai
a. Sejauh mana kesesuaian antar anilai keluarga dan kelompok
rujukan keluarga dan/atau system yang berinteraksi seperti
system pendidikan dan perawatan/pelayanan kesehatan
serta komunitas yang lebih luas
b. Sejauh mana kesesuaian antara nilai eluarga dan nilai
masing – masing anggota keluarga?
Nilai Keluarga
23
a. Seberapa penting nlai – nilai yang diidentifikasi di
dalamkeluarga? (urutkan dari nilai keluarga yang paling
penting)
b. Nilai apa yang dianur secara disadari atau tidak disadari?
c. Apakah k=terdapat bukti konflik nilai di dalam keluarga?
d. Bagaimana kelas sosial, latar belakang kebudayaan dan
derajat akulturasi, perbedaan generasi, letak geografis
(rural, urtan, suburban) keluarga memengaruhi nilai – nilai
keluarga?
e. Bagaimana nilai – nilai keluarga memengaruhi status
kesehatan keluarga
1.3.1.5 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afketif
Saling asuh, keakraban, dan Identifikasi
a. Sejauh mana anggota keluarga saling asuh dan
mendukung?
b. Apakah terdapat perasaan keakraban dan keintiman
diantara lingkuungan hubungan keluarga?
Sebaiknya apa anggota keluarga bergaul satu sama lain?
Apakah mereka menunjukkan kasih saying satu sama lain?
c. Apakah identifikasi satu sama lain, ikatan, atau kedekatan
nampak ada? (pernyataan empati, perhatian terhadap
perasaan, pengalaman, dan kesulitan anggota keluarga
lainnya).
Keterpisahan dan Keterkaitan
a. Bagaimana keluarga menghadapi isu – isu tentang
keterpisahan dan keterkaitan?
Bagaimana keluarga membantu anggotanya agar bersatu
dan memelihara keterkaitan?
Apakah tersedia kesempatan untuk mengembangkan
keterpisahan dan apakah kesempatan tersebut sesuai
dengan usia dan kebutuhan setiap anggota keluarga?
24
Pola Kebutuhan – Resppons Keluarga
a. Sejauh mana anggota keluarga merasakan kebutuhan
individu lain di dalam keluarga?
b. Apakah orang tua (pasangan) mampu menguraikan
kebutuhan dan persoalan menguraikan kebutuhan dan
persoalan anak – anak serta pasangan mereka?
c. Seberapa peka anggota keluarga dalam menganggapi
isyarat yang berkaitan dengan kebutuhan dan perasaan
anggota yang lain?
d. Apakah kebutuhan, minta, dan perbedaan masing – masing
anggota dihormati oleh anggota keluarga yang lain?
Apakah terdapat keseimbangan dalam hal hormat –
menghormati (apakah mereka menunjukkan saling
menghormati)?
Sejauh mana kepekaan keluarga terhadap tindakan dan
persoalan dari setiap individu?
e. Sejauh man keluarga mengenali bahwa kebutuhan keluarga
telah dipenuhi oleh keluarga? Bagaimana proses pelepasan
emosional (mencurahkan masalah) keluarga?
2. Fungsi Sosialisasi
a. Kaji praktik keluarga dalam membesarkan anak dalam isu
berikut.
1) Pengendalian perilaku, meliputi disiplin, penghargaan
dan hukuman
2) Otonomi dan ketergantungan
3) Memberi dan menerima cinta
4) Latihan perilaku yang sesuai dengan usia
(perkembangan fisik, sosial, emosional, bahasa, dan
intelektual)
b. Seberapa adaptif praktik keluarga dalam membesarkan
anak untuk sebuah bentuk keluarga dan situasi tertentu?
25
c. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran
membesarkan anak atau fungsi sosialisasi? Apakah fungsi
ini dipikul bersama? Jika demikian, bagaimana hal ini
diatur?
d. Bagaimanna anak – anak dihargai dalam keluarga ini?
e. Keyakinan budaya apa yang memengaruhi polakeluarga
dalam membesarkan anak?
f. Abagimana faktor sosial memengaruhi pola pengasuhan
anka?
g. Apakah keluarga ini berisiko tinggi mengalami masalah
membesarkan anak? Jika demikian, faktor apa yang
menyebabkan keluarga berisiko?
h. Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak
untuk bermain anak – anak (sesuai dengan tahap
perkembangan anak)? Apakah peralatan permainan yang
ada sesuai dengan usia anak?
3. Fungsi perawat kesehatan
Mengenal 1. Promosi/peningkatan kesehatan?
Pencegahan?
2. Kegiatan promosi kesehatan apa yang
dilakukan keluarga secara teratur?
Apakah perilaku ini merupakan perilaku
karakteristik dari semua anggota
keluarga, atau apakah pola perilaku
promosi kesehatan sangat beragam di
antara anggota keluarga?
3. Apa tujuan kesehatan keluarga?
4. Apakah keluarga dapat mengamati
secara akut dan melaporkan gejala dan
perubahan yang signifikan?
5. Bagaimana keluarga mengkaji status
26
kesehatannya saat ini ?
6. Masalah kesehatan apa yang saat ini
diidentifikasi oleh keluarga ?
7. Apakah keluarga mengetahui tentang
sumber makanan dari piramida pedoman
makanan?
8. Apakah yang merupakan kebiasaan tidur
anggota keluarga?
9. Apakah kebutuhan tidur anggota
keluarga sesuai denganstatus kesehatan
dan usia mereka?
10. Apakah jam tidur ditetapkan secara
teratur ?
11. Apa jenis aktivitas rekreasi/waktu luang
subsistem. keluarga (subsistem
pasangan, subsistem orang tua- anak,
dan subsistem saudara). Seberapa sering
aktivitas ini terjadi? Siapa yang
berpartisipasi?
12. Apakah keluarga menggunakan alkohol,
tembakau, kopi, cola, atau teh? (Kafein
dan teobromin adalah stimulan)
13. Apakah anggota keluarga mengonsumsi
obat sebagai penenang?
14. Sudah berapa lama anggota keluarga
menggunakan alkohol atau obat
penenang?
15. Apakah penggunaan tembakau, alkohol,
atau obati yang diresepkan oleh anggota
keluarga dirasakan sebagai masalah?
16. Apakah penggunaan alkohol atau obat
27
lainnya mengganggu kapasitas untuk
melakukan aktivitas yang biasa?
17. Apakah keluarga menyimpan Obat
dalam periode yang lama dan
menggunakannya kembali?
18. Apakah obat diberi label dan disimpan
dengan tepat d tempat yang aman dan
jauh dani jangkauan anak kecil?
19. Apa yang dilakukan keluarga untuk
memperbaiki status kesehatannya?
20. Apa yang dilakukan keluarga untuk
mencegah penyakit?
21. Siapakah pemimpin kesehatan di dalam
keluarga?
22. Siapa yang membuat keputusan
kesehatan di dalam keluarga?
23. Apa nilai, sikap, dan keyakinan keluarga
mengenai perawatan di rumah?
24. Kapan pemeriksaan terakhir terhadap
mata dan pendengaran dilakukan?
25. Apakah anggota keluarga menggunakan
air yang diberi fiorida, dan apakah anak-
anak dianjurkan untuk menggunakan
florida setiap hari?
26. Apa kebiasaan higiene oral keluarga
yang berkaitan dengan sikat gigi setelah
makan?
27. Bagaimana pola keluarga dalam
mengasup gula dan tepung?
28. Apakah anggota keluarga menerima
perawatan gigl profesional yang bersifat
28
preventif/pencegahan, termasuk
pendidikan kesehatan, penyinaran
dengan sinar X secara periodik,
kebersihan, perbaikan, dan, untuk anak-
anak, forida oral atau topikal?
29. Sudahkah praktik ini dilaksanakan
berdasarkan koordinasi dengan
pelayanan berbasis medis lainnya?
30. Bagaimana keseluruhan kesehatan dan
anggota keluarga dari hubungan
pernikahan (kakek/nenek, orang tua,
bibi, paman, sepupu, saudara, dan
generasi) selama tiga generasi?
31. Apakah ada riwayat penyakit genetik
atau keturunan di masa lalu dan
sekarang,penyakit diabetes, jantung,
tekanan darah tinggi, stroke, kanker,
gout, penyakit ginjal dan tiroid, asma,
dan keadaan alergi lainnya, penyakit
darah, atau penyakit keturunan lainnya.
Apakah ada riwayat keluarga tentang
masalah emosi atau bunuh diri? Apakah
terdapat penyakit keluarga yang
berkaitan dengan lingkungan?
32. Bagaimana perasaan keluarga tentang
jenis pelayanan kesehatan yang tersedia
di dalam masyarakat?
33. Bagaimana perasaan keluarga mengenai
pelayanan kesehatan yang diterima?
Apakah keluarga merasa nyaman, puas,
dan percaya dengan perawatan yang
29
diterima dari penyedia pelayanan
kesehatan?
34. Apakah pelayanan medis dari pemberi
pelayanan kesehatan saat ini tersedia,
jika terjadi keadaan darurat?
35. Jika tidak ada pelayanan darurat, apakah
keluarga mengetahui di mana pelayanan
darurat terdekat (menurut kelayakan)
baik untuk anak-anak maupun anggota
keluarga yang dewasa?
36. Apakah keluarga mengetahui bagaimana
cara menghubungi ambulans dan
pelayanan paramedis?
37. Apakah keluarga memiliki rencana
kesehatan gawat darurat?
38. Bagaimana keluarga membayar
pelayanan yang diterima?
39. Apakah keluarga memiliki rencana
asuransi kesehatan swasta, Medicare,
atau Medicaid, atau haruskah keluarga
membayar penuh atau sebagian?
40. Apa efek dari biaya perawatan kesehatan
terhadap pemakaian pelayanan
kesehatan oleh keluarga?
41. Berapa jarak fasilitas perawatan dari
rumah keluarga?
42. Alat transportasi apa yang digunakan
keluarga untuk mencapai fasilitas
perawatan?
43. Jika keluarga harus menggunakan
angkutan umum. Masalah apa yang
30
timbul dalam hal jam pelayanan dan
lamanya perjalanan ke fasilitas
pelayanan kesehatan?
31
riwayat pola makan keluarga selama 3
hari dianjurkan)
3. Apa yang dilakukan anggota keluarga
ketika merawat anggota yang sakit di
rumah?
4. Bagaimana kemampuan keluarga dalam
hal perawatan diri yang berkaitan
dengan pengakuan terhadap tanda dan
gejala, diagnosis dan perawatan di
rumah. terhadap masalah kesehatan yang
umum dan sederhana?
5. Apakah ada riwayat keluarga tentang
masalah emosi atau bunuh diri? Apakah
terdapat penyakit keluarga yang
berkaitan dengan lingkungan?
6. Apakah penyedia atau lembaga kesehatan
merawat dan memerhatikan semua
kebutuhan kesehatan mereka?
7. Apakah keluarga merasa nyaman, puas
dan percaya dengan perawatan yang
diterima dari penyedia pelayanan
kesehatan?
32
mengonsumsi makanan kudapan?
6. Apakah anggota keluarga melakukan
istirahat siang secara teratur dan
memiliki cara lain untuk istirahat selama
sehari?
7. Apakah anggota keluarga menyadari
bahwa rekreas aktif dan olahraga secara
teratur penting untuk kesehatan?
8. Apakah pekerjaan harian yang biasa
memberikan kesempatan untuk latihan?
9. Jenis rekreasi dan aktivitas fisik apa
(mis., lari, ber-sepeda, berenang, menari,
tenis) yang dilakukan keluarga? Berapa
kali? Siapa yang mengikuti?
10. Apakah aktivitas sehari-hari yang
dilakukan oleh. anggota keluarga
membutuhkan energi yang kecil untuk
dikeluarkan? Apakah anggota keluarga
menghabiskan sedikitnya 30 menit
hampir setiap hari dalam melakukan
aktivitas fisik yang sedang. atau berat?
11. Apa keyakinan keluarga tentang
hubungan aktivitas fisik dengan
kesehatan? Apa yang dirasakan anggota
keluarga tentang aktivitas rekreasi/waktu
luang (kepuasan terhadap waktu yang
dihabiskan dan jenis aktivitas).
12. Apa lembaga atau dokter yang
memberikan pelayanan darurat?
33
kesehatan?
2. Apakah terdapat konsistensi anatara nilai
kesehatan keluarga seperti yang
dinyatakan dan tindakan kesehatan
mereka?
3. Bagaimana informasi dan saran tentang
kesehatan diteruskan kepada anggota
keluarga?
4. Apakah sumber informasi dan saran
kesehatan bagi keluarga ?
5. Penggunaan kupon makanan?
6. Bagaimana kelayakan penyimpanan dan
lemari dingin makanan?
7. Bagaimana riwayat dan perasaan
kelurga tentang keadaan fisik ketika
berada dalam keadaan sehat?
8. Bagaimana status imunisasi anggota
keluarga?
9. Apa praktik pelayanan/perawatan
kesehatan alternatif yang digunakan oleh
anggota keluarga?
10. Bagaimana mereka turut mengikuti
praktik ini, dan atas alasan apa mereka
mengikuti praktik ini?
11. Bagaimana perasaan anggota keluarga
tentang manfaat praktik ini terhadap
kesehatannya? Sudahkah praktik ini
dilaksanakan berdasarkan koordinasi
dengan pelayanan berbasis medis
lainnya?
12. Dari mana anggota keluarga menerima
34
perawatan (sebutkan praktisi perawatan
kesehatan dan/atau lembaga perawatan
kesehatan)?
13. Apakah keluarga mendapatkan
pelayanan gratis (atau mengetahui siapa
yang layak mendapatkannya)?
14. Jika keluarga memiliki asuransi
kesehatan (swasta, Medicare, Medicaid),
apakah keluarga diinformasikan tentang
layanan apa yang diamin oleh asurani
seperti pelayanan preventif, peralatan
medis tertentu, kunjungan rumah, dll?
35
ekonomi sosial dan lingkungan. Bagaimana kekuatan dan
jangka waktu dari stresor ini?
2. Kekuatan apa yang mengimbangi stresor itu? Apakah
keluarga mampu menangani stres dan ketegangan kehidupan
keluarga sehari-hari? Sumber apa yang dimiliki keluarga
untuk mengatasi stresor itu?
3. Bagaimana keluarga mendefinisikan situasi tersebut?
Apa realistik, penuh harapan, dilihat sebagai tantangan?
Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan pada
penilaian realistis dan objektif terhadap situasi atau peristiwa
yang penuh stres? Atau apakah stresor utama dilihat sebagai
hal yang sangat besar, sulit di atasi, atau sesuatu merusak?
Strategi Koping Keluarga
4. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap stresor yang sedang
dialami? Strategi apa yang digunakan? Srategi koping apa
yang dilakukan keluarga dan untuk menangani jenis masalah
apa? Apakah cara koping anggota keluarga berbeda untuk
mengatasi maslaah saat ini? Jika demikian, bagaimana?
5. Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping internal?
Mangandalkan kelompok keluarga berbagi perasaan,
pemikiran, dan aktivitas (memperkuat kohesivitas)
Fleksibilitas peran
Normalisasi
Mengendalikan makna masalah dengan pemkaian ulang dan
penilaian pasif
Pemecahan masalah bersama
Mendapatkan informasi dan pengetahuan
Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga
Menggunakan humor dan tawa
6. Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping eksternal
berikut (lihat Tabel 17-3)?
Memelihara jalinan aktif dengan komunitas
36
Menggunakan dukungan spiritual
Menggunakan sistem dukungan sosial
Untuk memperoleh informasi jaringan dukungan sosial lebih
lanjut, baik genogram (gambar 8-1) dan ecomap (gambar 17-
4) dianjurkan.
7. Strategi koping disfungsional apa yang pernah digunakan
keluarga atau apakah keluarga saat ini menggunakannya?
Adakah ada tanda-tanda disfungsioanl seperti yang tercantum
dibawah ini? Jika demikian, catat dan sejauh mana tanda
tersebut digunakan?
Mangambinghitamkan
Penggunaan ancaman
Mitos keluarga
Orang ketiga
Pseudomutualitas
Otoriterianisme
Perpecahan keluarga
Penyalahgunaan alkohol atau obat-obat
Kekerasan dalam keluarga(pasangan, anak, dll
Pengabaian anak
Adaptasi Keluarga
8. Bagaimana pengelolaan atau fungsi keluarga? Apakah
sresor/masalah keluarga dikelola secara adekuat oleh
keluarga? Apa dampak dari stresor pada fungsi keluarga?
9. Apakah keluarga berada dalam krisi?
(salah satu tugas primer perawat keluarga adalah mendeteksi
kapan keluarga berada dalam kerisis). Apakah masalah yang
ada merupakan bagian dari ketidakmampuan
kronik.menyelesaikan masalah (mis, apakah keluarga
terpajan krisis)?
Melacak Stresor, Koping, Adaptasi Sepanjang Waktu
37
10. Ketika perawat keluarga dengan keluarga sepanjang waktu,
akan memantau bagaimana keluarga bereaksi terhadap
stresor, perpsepsi, koping, dan adaptasi. Apakah keluarga
mulai pulih, menghasilkan proses koping yang berguna. Atau
apakah tetap pada tingkat adaptasi yang sama, atau
menunjukkan tanda-tanda penurunan adaptasi?
38
INVENTARISASI SISTEM KEKUATAN STRESSOR KELUARGA (FS3I)
Nama Keluarga Tanggal
Anggota Keluarga yang Menyelesaikan Penilaian
Latar Belakang Etnis
Latar Belakang Agama
Sumber Rujukan
Pewawancara
Anggota Hubungan Status Pendidikan
Keluarga Keluarga Umur Pernikahan (tingkatan tertinggi) Pekerjaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Alasan Keluarga Mencari Bantuan ?
39
Bagian I :Sistem Stressor Keluarga (Umum)
ARAHAN: Masing-masing dari 25 situasi / stresor yang tercantum di sini berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga yang
normal. Mereka memiliki potensi untuk menciptakan stres di dalam keluarga atau di antara kehidupan keluarga. Tolong lingkari angka (0
hingga 5) yang paling menggambarkan jumlah stres atau ketegangan yang mereka ciptakan untuk Anda.
Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter
Tidak Stress Stress Stress
Skor
Berlaku Kecil Sedang Tinggi
1. Anggota keluarga merasa tidak dihargai 0 1 2 3 4 5
2. Rasa bersalah karena tidak mencapai lebih
banyak 0 1 2 3 4 5
3. Kurangnya waktu sendiri 0 1 2 3 4 5
4. Citra diri / harga diri / perasaan tidak
menarik 0 1 2 3 4 5
5. Perfeksionis 0 1 2 3 4 5
6. Diet 0 1 2 3 4 5
7. Kesehatan/Penyakit 0 1 2 3 4 5
8. Komunikasi dengan anak 0 1 2 3 4 5
9. Standar rumah tangga 0 1 2 3 4 5
10. Kurangnya waktu bersama pasangan 0 1 2 3 4 5
40
11. Kurangnya waktu bermain keluarga 0 1 2 3 4 5
12. Tingkah laku anak /kedisiplinan anak/
pertengkaran saudara kandung 0 1 2 3 4 5
13. Televisi 0 1 2 3 4 5
14. Kalender keluarga yang terlalu dijadwalkan 0 1 2 3 4 5
15. Kurangnya tanggung jawab bersama dalam
keluarga 0 1 2 3 4 5
16. Perpindahan 0 1 2 3 4 5
17. Hubungan suami istri (komunikasi,
pertemanan, seks) 0 1 2 3 4 5
18. Liburan 0 1 2 3 4 5
19. Orangtua dan saudara dari istri/suami 0 1 2 3 4 5
20. Perilaku anak remaja (komunikasi, music,
teman, sekolah) 0 1 2 3 4 5
21. Bayi 0 1 2 3 4 5
22. Ekonomi/keuangan/anggaran 0 1 2 3 4 5
23. Tidak senang dengan situasi kerja 0 1 2 3 4 5
24. Terlalu sukarela 0 1 2 3 4 5
41
25. Tetangga 0 1 2 3 4 5
Stressor tambahan :
Komentar keluarga :
Situasi / masalah atau bidang yang menimbulkan stres spesifik saat ini adalah
42
Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter
Stressor : Kecil Sedang Tinggi Skor
1. sejauh mana keluarga Anda terganggu oleh
masalah ini atau situasi yang membuat stres? 1 2 3 4 5
(misalnya efek pada interaksi keluarga,
komunikasi di antara anggota, hubungan
emosional, dan sosial)
Komentar keluarga:
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
43
3. Seberapa besar situasi ini memengaruhi
kemampuan keluarga Anda untuk bekerja
bersama sebagai unit keluarga? 1 2 3 4 5
(misalnya perubahan peran keluarga,
penyelesaian tugas keluarga,
menindaklanjuti dengan tanggung jawab)
Komentar keluarga:
Komentar Dokter :
44
diterapkan dikembangkan, langkah-langkah
adaptif bermanfaat, situasi ditingkatkan)
Komentar keluarga:
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
45
/ masalah / masalah saat ini? 1 2 3 4 5
(misalnya upaya swadaya, harapan keluarga,
pengaruh spiritual, dan sumber daya
keluarga)
Komentar keluarga:
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
46
Anda berfungsi secara keseluruhan? 1 2 3 4 5
(mis., bagaimana anggota keluarga Anda
berhubungan satu sama lain dan dengan
keluarga dan komunitas yang lebih besar)
Komentar keluarga:
Komentar Dokter :
47
Komentar keluarga:
Komentar Dokter :
48
Komentar keluarga:
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
49
Komentar keluarga:
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
50
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
51
9. Memiliki keseimbangan interaksi di antara
anggota 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
52
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
53
Komentar keluarga:
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
RINGKASAN PENILAIAN
Ringkasan penilaian dari Inventarisasi Sistem Kekuatan Stressor Keluarga (FS3I) dibagi menjadi 2 bagian: bagian 1 adalah skor
persepsi keluarga dan bagian 2 adalah skor persepsi dokter. Kedua bagian ini akan di bagi lagi menjadi 3 bagian : Bagian 1, Sistem Stressor
54
Keluarga(Umum); Bagian 2, Sistem Stressor Keluarga (Spesifik); dan Bagian 3, Sistem Keuatan Keluarga. Masing-masing penilaian
mengandung ringkasan kuantitaif dan kualitatif.
Skor keluarga dan skor persepsi Dokter keduanya digambarkan dalam ringkasan kuantitatif. setiap anggota keluarga memiliki kode
warna yang ditentukan. komentar keluarga dan Dokter keduanya dicatat pada ringkasan kualitatif. skor ringkasan kuantitatif, ketika
digambarkan, menunjukkan tingkat untuk memulai mode pencegahan: primer, sekunder dan tersier. informasi ringkasan kualitatif, ketika
disintesis, berkontribusi pada pengembangan dan penyaluran Rencana Perawatan Keluarga.
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga (Umum), Persepsi Anggota Keluarga. Kode warna untuk
membedakan anggota keluarga.
55
Catatan stressor tambahan dan komentar keluarga pada bagian I, ringkasan kualitatif : komentar keluarga dan dokter.
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Spesifik, (Persepsi Anggota Keluarga). Kode warna untuk
membedakan anggota keluarga.
Rangkuman data dari pertanyaan nomor 9 dan 11 (diberi skor terbalik) dan catatan komentar keluarga di bagian II, ringkasan
kualitatif : komentar keluarga dan dokter.
56
Sistem Kekuatan Keluarga
Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1 sampai 16 dan menghitung skor numerik untuk Sistem Kekuatan Keluarga. Peringkat
mulai dari 1 (jarang) hingga 5 (sering). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari perhitungan. Total skor berkisar dari 16
hingga 80.
Grafik skor di ringkasan kuantitatif: Sistem Kekuatan Keluarga, (Persepsi Anggota Keluarga).
Catatan tambahan kekuatan keluarga dan komentar keluarga di bagian III, ringkasan kualitatif: komentar keluarga dan dokter.
*Membalikkan skor :
Pertanyaan dijawab (1) diberi skor (5)
Pertanyaan dijawab (2) diberi skor (4)
Pertanyaan dijawab (3) diberi skor (3)
Pertanyaan dijawab (4) diberi skor (2)
Pertanyaan dijawab (5) diberi skor (1)
57
1. Sistem Stressor Keluarga (umum)
Menambah skor dari pertanyaan 1 sampai 25 dan menghitung skor numerik keseluruhan untuk Sistem Stressor Keluarga (Umum).
Peringkat dari 1 (paling positif) hingga 5 (paling negatif). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari perhitungan. Total
skor berkisar dari 25 hingga 125.
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Umum (Persepsi Dokter)
Catatan klarifikasi Dokter dari stressor umum pada bagian I, ringkasan kualitatif : komentar keluarga dan dokter.
58
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Spesifik, (Persepsi Dokter)
Rangkuman data dari pertanyaan nomor 9 dan 11 (diberi skor terbalik) dan catatan komentar Dokter di bagian II, ringkasan
kualitatif : komentar keluarga dan dokter.
Catatan klerifikasi Dokter dari kekuatan keluarga di bagian III, ringkasan kualitatif: komentar keluarga dan dokter.
59
*Membalikkan skor :
Pertanyaan dijawab (1) diberi skor (5)
Pertanyaan dijawab (2) diberi skor (4)
Pertanyaan dijawab (3) diberi skor (3)
Pertanyaan dijawab (4) diberi skor (2)
Pertanyaan dijawab (5) diberi skor (1)
60
Skor Untuk Sistem Stressor Keluarga Skor Untuk Sistem Stressor Keluarga Skor Untuk
Sistem Kekuatan Keluarga
Kesehatan (Umum) Kesehatan (Spesifik) Kesehatan
dan Stabilitas Skor Skor dan Stabilitas Skor Skor dan Stabilitas Skor Skor
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
Keluarga Dokter Keluarga Dokter Keluarga Dokter
5.0 5.0 5.0
61
3.6 3.6 3.6
62
1.8 1.8 1.8
63
Ringkasan Kualitatif : Komentar Keluarga dan Dokter
Bagian I : Sistem Stressor Keluarga (umum)
Rangkuman pemicu stres umum dari komentar keluarga dan Dokter. Memprioritaskan stressor sesuai dengan kepentingan anggota
keluarga.
B. Rangkuman perbedaan (jika ada perbedaan) antara bagaimana anggota keluarga dan dokter melihat efek situasi stres pada keluarga.
64
D. Rangkuman keseluruhan status kesehatan fisik yang signifikan untuk anggota keluarga.
E. Rangkuman keseluruhan status kesehatan mental yang signifikan untuk anggota keluarga.
65
66
1.3.1.7 Keluarga Sejahtera
No Indikator Mampu Tidak
Mampu
Keluarga Sejahtera 1
1 Pada umumnya anggota keluarga makan
dua kali sehari atau lebih *)
2 Anggota keluarga memiliki pakaian yang
berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah
dan bepergian
3 Rumah yang ditempati keluarga
mempunyai atap, lantai dan dinding yang
baik *)
1.3.1.8 Atap
1.3.1.9 Lantai
1.3.1.10 Dinding
4 Bila anggota keluarga sakit dibawa ke
sarana kesehatan
5 Bila pasangan usia subur ingin ber KB
pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi
6 Semua anak umur 7-15 tahun dalam
keluarga bersekolah
Keluarga Sejahtera 2
1 Pada umumnya anggota keluarga
melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing –
masing
2 Paling kurang sekali seminggu anggota
keluarga makan daging/ikan/telur
3 Seluruh anggota keluarga memperoleh
paling kurang satu stel pakaian baru
dalam setahun
67
4 Luas lantai rumah paling kurang 8m2
untuk setiap penghuni rumah
5 Ada seseorang atau lebih
anggotakeluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan
6 Seluruh anggota keluarga umur 10-60
tahun bisa baca tulisan latin
7 Pasangan usia subur dengan 2 anak atau
lebih menggunakan alat kontrasepsi
Keluarga Sejahtera 3
1 Keluarga berupaya meningkatkan
pengetahhuan agama
2 Sebagian penghasilan keluarga ditabung
dalam bentuk uang maupun barang
3 Kebiasaan keluargamakan bersama
paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi
4 Keluarga sering ikut dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan tempat tinggal
5 Keluarga memperoleh informasi dari
surat kabar/majalah/radio/TV
Keluarga Sejahtera 3+
1 Keluarga secara teratur dengan sukarela
memberikan sumbangan materil untuk
kegiatan social
2 Anggota keluarga yang aktif sebagai
pengurus perkumpulan sosial/yayasan
institusi masyarakat
Tabel 1.4 Keluarga Sejahtera (BKKBN, 2011)
1.3.1.8 Tingkat Kemandirian
No Kriteria Tingkat Kemandiria Mampu Tidak Mampu
68
1 keluarga menerima perawat
2 keluarga menerima pelayanan
kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3 keluarga tahu dan dapat
mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
4 keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan pelayanan
kesehatan sesuai anjuran
5 keluarga melakukan tindakan
keperaatan sederhana yang
sesuai anjuran
6 keluarga melakukan tindakan
pencegahan secara aktif
7 keluarga melakukan tindakan
promotive secara aktif
Tabel 1.5 Kriteria Kemandirian (IPKKI, 2017)
69
1.4 Diagnosa Keperawatan Keluarga
Tabel 1.6 Contoh Tabel Diagnosa Keperawatan
No Perhatian Kesehatan Masalah
1 Masalah hubungan Domain 7 hubungan peran
pernikahan Kelas 2 hubungan keluarga
00159
Kesiapan meningkatakan
proses keluarga
Definisi : Suatu pola fungsi
keluarga untuk mendukung
kesejahteraan anggota
keluarga dan dapat
ditingkatkan
2 Masalah belajar anak Domain 5 presepsi/kognisi
Kelas 4 kognisi
00126
Defisien pengetahuan
Definisi : Ketiadaan atau
defisien informasi kognitif
yang berkaitan dengan topik
tertentu atau kemahiran
3 Praktik membesarkan anak Domain 5 presepsi/kognisi
Kelas 4 kognisi
00161
Kesiapan meningkatkan
pengetahuan
Definisi : Suatu pola
informasi kognitif yang
berhubungan dengan topik
spesifik atau penguasaanya
yang dapat diperkuat
70
4 Kesehatan gigi Domain 4 aktivitas/istirahat
Kalas 5. Perawatan diri
00182
Kesiapan meningkatkan
perawatan diri
Definisi : Suatu pola
pelaksanaan aktivitas untuk
diri sendiri untuk memenuhi
tujuan terkait kesehatan
yang dapat ditingkatkan
5 Penganiayaan dan Domain 5 presepsi/kognisi
pengabaian anak Kelas 4 kognisi
00222
Ketidakefektifan kontrol
impuls
Definisi : suatu pola
melakukan reaksi yang
cepat dan tidak terencana
terhadap stimuli internal dan
eksternal tanpa
memperhatikan konsekuensi
negative dari reaksi ini pada
individu impulsif atau orang
lain
1.4.1 Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
Tabel 1.7 Skala Untuk Menentukan Prioritas (IPKKI, 2017)
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah
Skala: Wellness 3
Aktual 3
Resiko 2
71
Potensial 1
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala:
Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk
dicegah
Skala: Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala:
Segera 2
Tidak perlu 1 1
Tidak dirasakan 0
Cara skoring:
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot.
72
1.5 Tabel Intervensi Keperawatan Keluarga (satu tugas keluarga harus ada satu garis) pilih salah satu dari dx ,
Tabel 1.8 Contoh Tabel Intervensi (IPKKI, 2017)
Data Diagnosis Keperawatan NOC NIC
Data Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Pendukung
Masalah
Keluarga
Penganiayaan 00222 Ketidakefektifan Domain VI Domain V
dan kontrol impuls Kesehatan keluarga Keluarga
pengabaian Kelas-Z Kelas-Z
anak Status kesehatan Perawatan membesarkan anak
anggota keluarga 6402 Dukungan perlindungan terhadap
2500 Penghentian terhadap kekerasan anak
kekerasan Definisi : identifikasi adanya hubungan
Definisi : bukti bahwa ketergantungan yang memiliki resiko
korban tidak lagi tinggi pada anak dan tindakan untuk
disakiti atau mencegah kemungkinan atau tindakan
dieksploitasi penganiayaan lebih lanjut baik secara fisik
25002 Indikator : maupun seksual atau emosional atau
73
Bukti bahwa kekerasan pelalaian dalam pemenuhan kebutuhan
fisik telah dihentikan, hidup dasar
dari skala 4 (besar) Indikator
25003 menjadi skala 1 (tidak Mengenal
ada) 1. Identifikasi orangtua yang telah
Bukti bahwa kekerasan memiliki anak, dimana anak tersebut
emosi telah dihentikan, telah berpindah dari rumah atau
2513 dari skala 4 (besar) orangtua yang telah menyerahkan
menjadi 1 (tidak ada) anak pada saudaranya yang lain untuk
Pengehentian jangka waktu yang lama
terhadap pengabaian 2. Identifikasi orangtua yang memiliki
atau penelantaran riwayat penyalahgunaan zat, depresi
Definisi : bukti bahwa atau memiliki penyakit psikiatrik
251301 korban tidak lagi utama
menerima perawatan 3. Identifikasi orangtua yang
dibawah standar menunjukkan perlunya peningkatan
Bukti bahwa kebutuhan pendidikan sebagai
251302 pengabaian fisik telah orangtua
dihentikan, dari skala 4 4. Identifikasi orangtua yang memiliki
74
(banyak) menjadi 1 riwayat kekerasan dalam rumah
(tidak ada) tangga
251305 Bukti bahwa 5. Identifikasi orangtua yang memiliki
pengabaian emosianal riwayat masa kanak-kanak yang tidak
telah dihentikan, dari bahagia yang terkait dengan
skala 4 (banyak) penganiayaan, penolakan dan kritik
menjadi 1(tidak ada) yang berlebihan atau merasa tidak
Bukti bahwa berharga
pengabaian perawatan 6. Identifikasi situasi krisis yang
kesehatan telah berhenti mungkin memicu terjadinya
penganiayaan, misalnya kemiskinan,
pengangguran, perceraian,
gelandangan dan kekerasan dalam
rumah tangga
7. Identifikasi bayi dan anak yang
memiliki kebutuhan perawatan tinggi
8. Identifikasi penjelasan dari pemberi
perawatan mengenai cedera pada anak
yang mungkin terjadi
75
Memutus
1. Tentukan apakah keluarga memiliki
jaringan dukunagn sosial yang utuh
untuk membantu dalam masalah
keluarga, perawatan anak sementara
dan krisis perawatan anak
2. Tentukan apakah seorang anak
menunjukkan tanda-tanda adanya
penganiayaan fisik, misalnya tanda
kemerahan, bengkak, dan lainnya
3. Tentukan apakah anak menunjukkan
tanda-tanda adanya kelalaian,
misalnya kegagalan tumbuh,
kebersihan buruk dan lainnya
4. Tentukan apakah anak menunjukkan
adanya tanda-tanda penganiayaan
seksual, misalnya kemerahan pada
genital, kesulitan berjalan atau duduk,
dan lainnya
76
5. Tentukan apakah anak menunjukkan
tanda-tanda penganiayaan emosi,
misalnya keterlambatan
perkembangan fisik, gangguan belajar
dan lainnya
6. Tentukan apakah gejala akut pada
anak menghilang saat anak terpisah
dari orangtua
7. Tentukan apakah orangtua memiliki
harapan yang tidak realistis
8. Tetapkan suatu system dalam
pencatatan anak apabila diperkirakan
anak adalah korban dari penganiayaan
Merawat
1. Monitor interaksi orangtua anak dan
catat hasil observasi
2. Monitor anak terkait dengan
kepatuhan yang ekstrim, misalnya
penyerahan diri yang pasif oada saat
77
dilakukan prosedur infasi
3. Monitor anak adanya peran
berkebalikan seperti perilaku anak
yang agresif
4. Monitor kunjungan yang berulang kali
ke klinik, gawat darurat atau dokter
saat ada masalah kecil
5. Monitor adanya konsisi memburuk
yang progresif dalam status fisik
emosi banyi atau anak
6. Instruksikan pada orangtua mengenai
penyelesaian masalah, pembuatan
keputusan dan keterampilan
perawatan dan pengasuhan atau
lakukan perujukan orangtua pada
program dimana keterampilan ini
dapat dipelajarai
7. Bantu keluarga mengidentifikasi
strategi koping dalam menghadapi
78
situasi penuh stress
8. Berikan orangtua informasi mengenai
bagaimana mengatasi tangisan anak
9. Berikan orangtua dengan metode
menghukum tanpa kekerasan fisik
untuk mendisiplinkan anak
10. Berikan orangtua mengenai informasi
bagaimana mengatasi tangisan anak,
menekankan bahwa mereka tidak
seharusnya mengguncang bayi
11. Libatkan orangtua dan anak dalam
latihan dalam membangun kedekatan
12. Sediakan bagi orangtua dan remaja
mereka dengan suatu informasi terkait
dengan pembuatan keputusan dan
keterampilan komunikasi
13. Sediakan bagia anak yang lebih tua
dengan informasi mengenai bagimana
menyediakan kebutuhan perawatan
79
dasar bagi saudara mereka yang lebih
muda
14. Sediakan bagi anak suatu penguatan
yang positif terkait dengan harga diri
mereka, perawatan yang membangun,
komunikasi terapeutik dan simulasi
perkembangan
Memodifikasi
1. Tetapkan suatu sistem penanda dalam
catatan anak apabila diprkirakan anak
adalah korban dari penganiayaan atau
pelalaian anak
Memanfaatkan
1. Sediakan rujukan bagi keluarga
berisiko kepada perawat kesehatan
masyarakat yang merujuk kepada
jaminan bahwa lingkungan mereka di
monitor, bahwa keluarganya dikaji
dan bahwa keluarga tersebut akan
80
terus mendapatkan bantuan
2. Rujuk keluarga pada pelayanan
kemanusiaan dan konseling
profesional sesuai kebutuhan
3. Rujuk orangtua yang mengalami
kekerasan dan anak yang memiliki
risiko tinggi kekerasan pada tempat
penampungan kekerasan dalam rumah
tangga
4. Rujuk orangtua pada kelompok
parent annonymous untuk
mendapatkan dukungan dengan cara
yang tepat
81
1.6 Impelementasi
Tabel 1.9 Contoh Implementasi Keperawatan (IPKKI, 2017)
Tanggal/ Diagnosis Implementasi Ttd Perawat
No Keperawatan
TUK 1
Mengenal
Memutus
Modif
Manfaatkan
1.7 Evaluasi
Tabel 1.10 Contoh Evaluasi Keperawatan (IPKKI, 2017)
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Hari/Tanggal
82
1.3 Evidance Based In Nursing
Judul : Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi
Keluarga Terhadap Perkembangan Anak
Penelitian ini menjelaskan bahwa analisis pola komunikasi keluarga, fungsi
sosialisasi keluarga, bentuk komunikasi terjadi pada keluarga yang tinggal di
permukiman dan perkampungan di kota Bekasi. Untuk berhubungan dengan
orag lain dibutuhkan komunikasi yang baik. Pola komunikasi keluarga adalah
komunikasi yang terjadi dalam keluarga dimana sumber adalah orangtua
kepada anaknya ataupun anak kepada orangtua yang mempunyai pola-pola
tertentu. Pola komunikasi keluarga pada penelitian ini adalah pola
komunikasi laissez-faire, pola komunikasi protektif, pola komunikasi
puralistik dan pola komunikasi konsensual.
1. Pola laissez- 0 9 56 13 0 13 52 13
faire
2. Pola 0 19 43 16 1 17 48 12
protektif
3. Pola 0 13 50 15 0 14 39 15
puralistik
4. Pola 0 9 62 7 0 12 54 12
konsensual
1. Pola laissez-faire
Hal pertama yang dilakukan oleh keluarga yang tinggal di permukiman dalam
pola ini adalah saat orantua membiarkan anak bermain sendiri. Keluarga di
perkampungan membiarkan anak main sendiri di dalam maupun di luar
rumah, hal ini memungkinkan keluarga yang tinggal di perkampungan tinggal
diantara keluarga luas.
83
2. Pola protektif
Hal utama yang selalu dilakukan oleh para orangtua di permukiman maupun
di perkampungan adalah menemani bermain dan menjelaskan setiap yang
ditanyakan oleh anak mereka. Sebagian mengarahkan anak mereka degan
permainan yang menurutnya baik dan larangan telah dijelaskan sebelum
anak-anak memulai aktivitas.
3. Pola puralistik
Keluarga yang tinggal di permukiman maupun di perkampungan memberikan
kebebasan kepada anak-anak dalam mengemukakan pendapatnya tentang
mainan yang akan dipilih, orangtua juga menjelaskan resiko dari akibat
permainan tersebut.
4. Pola konsensual
Para orangtua di permukiman maupun di perkampungan memberi kebebasan
anaknya dalam bermain, mereka tidak melarang dan mempercayai bahwa
anak-anak sudah mengerti apa resiko dari pilihan permainan mereka.
84
Judul Jurnal : Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Kepercayaan Diri
Anak Usia Sekolah di SD Gmim Lelma Kecamatan Tumpaan
Kabupaten Minahasa Selatan
Kepercayaan diri merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia. Anak yang
memiliki kepercayaan diri akan bisa dan mampu belajar serta bersikap positif
dalam berhubungan dengan oranglain.
No Pola komunikasi Kepercayaan diri Total p value
keluarga
Baik Kurang
n % n %
2. Disfungsional 1 14,3 6 7
Jumlah 40 7
85
Judul Jurnal : Hubungan Peran Orangtua dengan Prestasi Belajar Anak Usia
Sekolah di Sdn Inpres I Tumaratas Kecamatan Langowan Barat
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah pembelajaran. Hasil
pembelajaran dipengaruhi oleh diri sendiri yaitu adanya keinginan untuk belajar
dan dari luar yaitu dorongan dari lingkungan sosial terutama dari keluarga.
Orangtua memiliki peranan penting dalam pendidikan dan merupakan guru
pertama bagi anak. Pada anak usia sekolah dapat menjadikan pengalaman
pendidikan yang memperluas dunia anak yaitu anak memiliki kebebasan bermain,
belajar dan bekerja sama dengan temannya.
No Peran orangtua Prestasi belajar Total Nilai p
Baik Cukup
n % n % n %
2. Kurang 16 64 9 36 25 100,00
Jumlah 48 11 59
86
87
BAB 2
HASIL
2.1 Pengkajian
2.1.1 Mengidentifikasi Data
1. Nama Keluarga : Tn. H
2. Alamat dan Telepon : Jalan Pagesangan 2 Lestari No.8 Surabaya.
08123312xxx
3. Komposisi keluarga:
a. Tabel Komposisi Keluarga
Hub.
Status
No Nama L/P Umur Dengan Pend. Pekerjaan
Perkawinan
KK
1 Tn. H L 36th Kepala SMA Swasta Menikah
Keluarg
a
2 Ny. I P 36th Istri SMA IRT Menikah
3 An. S P 8th Anak SD Belum Belum
bekerja Menikah
4 An. B L 5th Anak TK Belum Belum
Bekerja Menikah
88
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: PerempuanMeninggal
:Tinggal dalam satu rumah
(Sumber : Nies.2019)
89
c. Pemeriksaan Fisik (head to toe)
Tabel 2.2 Pengukuran Tanda – Tanda Vital Keluarga Tn. H
Pengukuran
Tn. H Ny. I An. S
Tanda – Tanda Vital An. B
Tekanan Darah 150/90 120/70 90/60 mmHg -
mmHg mmHg
Nadi 86x/menit 76x/menit 68x/menit 70x/menit
Suhu 36oC 36,4oC 36,6oC 36oC
Pernafasan 22x/menit 18x/menit 20x/menit 24x/ menit
Head Anak B
No Bpk.H Ibu.I Anak S
to Toe
90
hitam, ketombe (-), ketombe (-), alopesia (- ketombe (-), alopesia (-) alopesia (-)
alopesia (-) ) Kutu (+) Kutu (-)
Kutu (-) Kutu (-) P : tidak teraba P : tidak teraba
P : tidak teraba P : tidak teraba benjolan/massa benjolan/massa
benjolan/massa benjolan/massa
2 Wajah I : bentuk muka I : bentuk muka I : bentuk muka I : bentuk muka simetris,
simetris, acne (-), simetris, acne (+), simetris, acne (-), tidak acne (-), tidak terlihat
tidak terlihat bekas terlihat bekas luka terlihat bekas luka pada bekas luka pada muka
luka pada muka jerawat pada muka muka P : tidak terdapat
P : tidak terdapat P : Tidak terdapat P : tidak terdapat benjolan/massa
benjolan/massa benjolan/massa benjolan/massa
3 Mata I : kedua mata I : kedua mata I : kedua mata simetris, I : kedua mata simetris,
simetris, edema simetris, edema edema palpebra (-), lesi edema palpebra (-), lesi
palpebra (-), lesi (-) , palpebra (-), lesi (-) , (-) , reflex pupil 4mm , (-) , reflex pupil 3mm ,
reflex pupil 4mm , reflex pupil 4mm , konjungtiva anemis (-), konjungtiva anemis (-),
konjungtiva anemis konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), sklera ikterik (-), gerakan
(-), sklera ikterik (-), sklera ikterik (-), gerakan bola mata bola mata normal
gerakan bola mata gerakan bola mata normal P : tidak ada massa, tidak
normal normal P : tidak ada massa, ada edema
91
P : tidak ada massa, P : tidak ada massa, tidak ada edema
tidak ada edema tidak ada edema
4 Telinga I : Bentuk telinga I : Bentuk telinga I : Bentuk telinga I : Bentuk telinga
simetris, serumen (- simetris, serumen (-), simetris, serumen (-), simetris, serumen (-),
), perdarahan (-) perdarahan (-) perdarahan (-) perdarahan (-)
P : tidak teraba P : tidak teraba adanya P : tidak teraba adanya P : tidak teraba adanya
adanya massa/benjolan massa/benjolan massa/benjolan
massa/benjolan
5 Hidung I : hidung simetris, I : hidung simetris, I : hidung simetris, I : hidung simetris,
septum hidung (+), septum hidung (+), septum hidung (+), septum hidung (+), secret
secret (-), secret (-), perdarahan (- secret (-), perdarahan (- (+), perdarahan (-)
perdarahan (-) ) ) P : tidak teraba adanya
P : tidak teraba P : tidak teraba adanya P : tidak teraba adanya benjolan/massa
adanya benjolan/massa benjolan/massa
benjolan/massa
6 Mulut I : mukosa bibir I : mukosa bibir I : mukosa bibir I : mukosa bibir lembab,
lembab, karies gigi lembab, karies gigi (-), lembab, karies gigi (+), karies gigi (+), karang
(-), karang gigi (-) karang gigi (-) karang gigi (+) gigi (+) pembesaran
pembesaran tonsil (- pembesaran tonsil (-), pembesaran tonsil (-), tonsil (-),
92
), P : tidak ada massa dan P : tidak ada massa dan P : tidak ada massa dan
P : tidak ada massa nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
dan nyeri tekan
7 Leher I : pembesaran vena I : pembesaran vena I : pembesaran vena I : pembesaran vena
jugularis (-) jugularis (-) jugularis (-) jugularis (-)
P : pembesaran P : pembesaran thyroid P : pembesaran thyroid P : pembesaran thyroid (-
thyroid (-) (-) (-) )
8 Dada I : bentuk dada I : bentuk dada I : bentuk dada I : bentuk dada simetris,
simetris, retraksi simetris, retraksi simetris, retraksi retraksi dinding dada
dinding dada dinding dada normal, dinding dada normal, normal, jejas (-)
normal, jejas (-) jejas (-) jejas (-), P : fremitus taktil (+),
P : fremitus taktil P : fremitus taktil (+), P : fremitus taktil (+), edema (-),
(+), edema (-), edema (-), edema (-), P : suara nafas
P : suara nafas sonor P : suara nafas sonor P : suara nafas sonor hipersonor (+)
(+) (+) (+) A : bunyi nafas vesikuler
A : bunyi nafas A : bunyi nafas A : bunyi nafas (+), ronkhi (+),weezing (-
vesikuler (+), ronkhi vesikuler (+), ronkhi (- vesikuler (+), ronkhi (- )
(-),weezing (-) ),weezing (-) ),weezing (-)
9 Jantung I : bentuk dada I : bentuk dada I : bentuk dada simetris, I : bentuk dada simetris,
93
simetris, tidak ada simetris, tidak ada tidak ada pembesaran tidak ada pembesaran
pembesaran pada pembesaran pada salah pada salah satu dinding pada salah satu dinding
salah satu dinding satu dinding dada dada dada
dada P : bentuk dada P : bentuk dada simetris P : bentuk dada simetris
P : bentuk dada simetris P : suara redup P : suara redup
simetris P : suara redup A : BJ I, BJ II, BJ III A : BJ I, BJ II, BJ III lup-
P : suara redup A : BJ I, BJ II, BJ III lup-dup dup
A : BJ I, BJ II, BJ lup-dup
III lup-dup
10 Abdomen I : permukaan perut I : permukaan perut I : permukaan perut I : permukaan perut
buncit, acites (-), buncit, acites (-), lesi (- buncit, acites (-), lesi (-) buncit, acites (-), lesi (-)
lesi (-) ) P : nyeri tekan (-) , P : nyeri tekan (-) ,
P : nyeri tekan (-) , P : nyeri tekan (-) , pembesaran limpa (-), pembesaran limpa (-),
pembesaran limpa (- pembesaran limpa (-), pembesaran hepar (-) pembesaran hepar (-)
), pembesaran hepar pembesaran hepar (-) P : tympani (+) P : tympani (+)
(-) P : tympani (+) A : bising usus A : bising usus 9x/menit
P : tympani (+) A : bising usus 8x/menit
A : bising usus 7x/menit
8x/menit
94
11 Ekstremitas I : ekstermitas atas : I : ekstermitas atas : I : ekstermitas atas : I : ekstermitas atas :
odema (-), lesi (-), odema (-), lesi (-), odema (-), lesi (-), odema (-), lesi (-),
kekuatan otot 55 kekuatan otot 55 kekuatan otot 55 kekuatan otot 55
Ekstermitas bawah : Ekstermitas bawah : Ekstermitas bawah : Ekstermitas bawah :
odema (-), lesi (-), odema (-), lesi (-), odema (-), lesi (-), odema (-), lesi (-),
kekuatan otot 55 kekuatan otot 55 kekuatan otot 55 kekuatan otot 55
P : pitting edema (-), P : pitting edema (-), P : pitting edema (-), P : pitting edema (-),
massa (-) massa (-) massa (-) massa (-)
12 Genetalia I : pembesaran I : vaginitis (-) I : vaginitis (-) I : pembesaran kelenjar
kelenjar prostat (-) P : hemoroid (-) P : hemoroid (-) prostat (-)
P : hemoroid (-) P : hemoroid (-)
95
d. Riwayat Imunisasi
No Jenis Waktu Bpk. H Ibu I An. S An. B
imunisasi pemberian
Sudah Belum Lupa Sudah Belum Lupa Sudah Belum Lupa Sudah Belum Lupa
1. HB Baru lahir ✓ ✓ ✓ ✓
3 bulan
4 bulan
5 bulan
2. Polio 0- 1 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
2 bulan
3 bulan
4 bulan
3. BCG 0-2 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
4. DPT 1 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
2 bulan
3 bulan
5. Hiv 2 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
3. bulan
4. bulan
96
6. PCV 2 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
4 bulan
6 bulan
7. Rotavirus 2 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
5. bulan
6. bulan
8. Influenza 7. bulan – ✓ ✓ ✓ ✓
18 tahun
(ulangan 1x
setiap tahun)
9. Campak 9 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
10. MMR 15 bulan ✓ ✓ ✓ ✓
11. Thypoid 24 bulan – 18 ✓ ✓ ✓ ✓
tahun (ulangan
setiap 3 tahun)
12. Hepatitis A 24 bulan – 18 ✓ ✓ ✓ ✓
tahun (2x,
interval 6-12
97
bulan)
13. Varicella 12 bulan – 18 ✓ ✓ ✓ ✓
tahun (1x
pemberian)
14. HPV 10- 18 tahun ✓ ✓ - -
(2/3x
pemberian)
15. Japanese 12 bulan ✓ ✓ - -
Encephalitis 24 bulan –
3tahun (untuk
tiap daerah)
16 Dengue 9-12 tahun (3x ✓ ✓ - -
interval 6 ulan)
(Tabel 2.4 Imunisasi menurut IDAI)
98
4. Tipe bentuk keluarga : traditional nuclear ( dalam satu rumah terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang terikat hubungan pernikahan)
5. Latar Belakang Kebudayaan (Etnik):
a. Keluarga Bpk. H berasal dari suku Jawa
b. Bahasa yang digunakan oleh keluarga Bpk. H yaitu Bahasa Jawa (ngoko)
dan Bahasa Indonesia
c. Keluarga Bpk. H seluruhnya berasal dari Indonesia. Tidak pernah tinggal
di luar negeri.
d. Lingkungan yang ditinggali keluarga Bpk. H tidak semua tetangga
penduduk asli dan berkebudayaan sama dengan keluarga Bpk. H.
e. Tempat tinggal Bpk.H berlatar belakang suku yang sama yaitu jawa
f. Aktivitas keagamaan yang diikuti oleh keluarga Bpk. H adalah yasinan,
dan sudah menjadi kebudayaan bagi keluarga mereka dalam Islam.
g. Keluarga Bpk. H jarang melakukan diet. Keluarga Bpk. H memiliki style
pakaian modern (barat).
h. Dekorasi rumah keluarga Bpk. H tidak memiliki tanda atau ciri khas
pengaruh pada budaya.
i. Keberadaan peran dan struktur kekuasaan keluarga bersifat modern
j. Porsi komunitas umum bagi keluarga tidak selalu di dalam etnik,
keluarga Bpk H bersifat dinamis mampu menerima perubahan
k. Keluarga Bpk. H tidak pernah berkunjung ke pratik perawatan kesehatan
tradisional. Mereka lebih memilih untuk pergi ke dokter praktik swasta ,
puskesmas maupun rumah sakit.
6. Identifikasi religius
a. Seluruh anggota keluarga menganut agama Islam.
b. Dalam keluarga mereka keyakinan dan panutan mereka tetap pada Islam
dan Al Qur’an.
c. Keluarga sering mengikuti kegiatan masjid seperti sholat Jumat, Tarawih
dan IED di masjid.
d. Keluarga mengikuti kegiatan yasinan
e. Keluarga beragama Islam dan menganut ajaran Nahdlatul Ulama
99
7. Status kelas social
a. Bpk.H jarang bersosialisasi dengan tetangga sekitar jika tidak ada
kepentingan mendadak, karena sibuk bekerja , yang lebih sering
berinteraksi dengan tetangga adalah Ibu I, karena mengawasi anaknya
bermain di tetangga sekitar rumah
b. Keluarga Bpk. H memiliki ekonomi yang cukup. Selain menjadi pegawai
disalah satu perusahaan swasta (satpam), Bpk. H melakukan pekerjaan
sampingan sebagai driver transportasi online. Selain sebagai ibu rumah
tangga istri Bph. H membantu dengan menitipkan kerupuk dan roti ke
warung-warung terdekat.
c. Pencari nafkah adalah Bpk.H , Ibu I menitipkan kerupuk dan roti ke
warung-warung jika ada pesanan.
d. Sejauh ini keluarga menerima bantuan ataupun dana dari pemerintah KIP
(Kartu Indonesia Pintar).
e. Menurut Bpk. H pendapatan keluarganya cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
8. Mobilitas kelas sosial
a. Setiap sore atau saat anaknya sedng bermain, ibu I menyempatkan diri
untuk berbincang dengan tetangganya sambal mengawasi anaknya
bermain.
b. Keluarga Bpk.H berlibur jika anaknya memperoleh suatu penghargaan
atau saat ada sisa uang bulanan
c. Ibu I juga mengikuti kegiatan PKK selama 2 minggu sekali.
9. Keluarga sejahtera
Tabel 2.5 Indikator Keluarga Sejahtera
No Indikator Mampu Tidak
Mampu
Keluarga Sejahtera 1 ✓
1 Pada umumnya anggota keluarga makan dua ✓
kali sehari atau lebih *)
100
2 Anggota keluarga memiliki pakaian yang ✓
berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan
bepergian
3 Rumah yang ditempati keluarga mempunyai ✓
atap, lantai dan dinding yang baik *)
Atap
Lantai
Dinding
4 Bila anggota keluarga sakit dibawa ke sarana ✓
kesehatan
5 Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke ✓
sarana pelayanan kontrasepsi
6 Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga ✓
bersekolah
Keluarga Sejahtera 2 ✓
1 Pada umumnya anggota keluarga ✓
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing – masing
2 Paling kurang sekali seminggu anggota ✓
keluarga makan daging/ikan/telur
3 Seluruh anggota keluarga memperoleh paling ✓
kurang satu stel pakaian baru dalam setahun
4 Luas lantai rumah paling kurang 8m2 untuk
setiap penghuni rumah
5 Ada seseorang atau lebih anggotakeluarga yang
bekerja untuk memperoleh penghasilan
6 Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun
bisa baca tulisan latin
7 Pasangan usia subur dengan 2 anak atau lebih
menggunakan alat kontrasepsi
Keluarga Sejahtera 3
101
1 Keluarga berupaya meningkatkan
pengetahhuan agama
2 Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam
bentuk uang maupun barang
3 Kebiasaan keluargamakan bersama paling
kurang seminggu sekali dimanfaatkan untuk
berkomunikasi
4 Keluarga sering ikut dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan tempat tinggal
5 Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/radio/TV
Keluarga Sejahtera 3+
1 Keluarga secara teratur dengan sukarela
memberikan sumbangan materil untuk kegiatan
social
2 Anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/yayasan institusi
masyarakat
10. Tingkat kemandirian
Tabel 2.6 Kriteria Tingkat Kemandirian
No Kriteria Tingkat Kemandiria Mampu Tidak Mampu
1 keluarga menerima perawat ✓
2 keluarga menerima pelayanan ✓
kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3 keluarga tahu dan dapat ✓
mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
4 keluarga memanfaatkan fasilitas ✓
kesehatan pelayanan kesehatan
sesuai anjuran
102
5 keluarga melakukan tindakan ✓
keperaatan sederhana yang sesuai
anjuran
6 keluarga melakukan tindakan ✓
pencegahan secara aktif
7 keluarga melakukan tindakan ✓
promotive secara aktif
Keluarga Bpk.H termasuk kemandirian tingkat II
2.2.2 Tahap Perkembangan dan Riwayat Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini: Tahap VI keluarga dengan
anak usia sekolah. Dengan tugas:
Tabel 2.7 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia
Sekolah
No Tugas perkembangan keluarga Sudah Belum
dengan anak usia sekolah tercapai tercapai
1 Menyosialisasikan anak-anak, ✓
termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan membantu hubungan
anak-anak yang sehat dengan teman
sebaya
2 Mempertahankan hubungan ✓
pernikahan yang memuaskan
3 Memenuhi kebutuhan kesehatan ✓
fisik anggota keluarga
2. Bpk. H dan Ibu I untuk meningkatkan prestasi anak pertamanya,
mereka mengikutkan anaknya les private harian, sehingga waktu
bermain anak S hanya sedikit.
3. Di tahun 2017 seusai pindah rumah dari daerah kebonsari ke
pagesangan, An.B mengalami radang paru-paru yang sebelumnya
belum pernah di derita.
103
4. Sebelum membeli rumah di daerah pagesangan, semenjak
pengantin baru hingga memiliki 2 anak Bpk.H dan keluarganya
tinggal di daerah Kebonsari, mereka tinggal bersama keluarga
besar istrinya.
4 m2 4 m2
3x 3m2 2 x 2m2
2 x 2m2
2
3x 2m
104
5m2 5m2
1 x 1,5m2
2 m2
105
dikumpulkan diluar rumah dan diambil oleh petugas pengumpul
sampah yang sudah terjadwal.
l. Keluarga merasa tidak puas dengan penataan rumah karena luas
rumahnya yang sangat sempit keluarga berkeinginan jika memiliki uang
lebih akan membeli rumah baru lagi yang lebih layak dan luas.
106
1) Pasar berjarak 50 meter (dapat ditempuh dengan jalan kaki), masjid
berjarak 600 meter dan puskesmas berjarak 4Km
2) Kantor Polisi yang berjarak 1,5 km.
3) Tidak terdapat layanan sosial di sekitar rumah Bpk.H
4) Keluarga mencuci menggunakan tangan
5) Keluarga menunaikan ibadah di kamarnya
d. Banyak sekolah di lingkunga tempat tinggal Bpk N sehingga mudah
untuk dituju. Dan keluarga bisa menjangkau menggunakan sepeda
motor.
e. Fasilitas rekreasi disekitar lingkungan tempat tinggal Bpk H terdapat
masjid nasional Al-Akbar, kurang lebih berjarak 1 km.
f. Transportasi umum jarang ditemui, keluarga biasa menggunakan
transportasi online
g. Insiden kejahatan seperti pencurian dan pembunuhan jarang terjadi di
lingkungan Bpk. H.
3. Mobilitas geografis keluarga
a. Keluarga tinggal sejak tahun 2016 sampai saat ini (3 tahun).
b. Keluarga pernah berimigrasi. Yang awalnya tinggal serumah dengan orang
tua dari Ibu. I hingga dapat membeli rumah sendiri
c. Ibu I berasal dari Surabbaya, dan menikah dengan Bpk. H yang berasal dari
Sidoarjo. Menetap di Surabaya untuk berkerja.
4. Asosiasi transaksi keluarga dan komunitas
a. Anggota keluarga yang sering menggunakan pelayanan komunitas adalah
ibu dan kedua anaknya.
b. Ibu I menggunakan pelayanan komunitas seperti KB , kedua anaknya
menggunakan pelayanan komunitas untuk imunisasi
c. Wilayah yang sering dikunjungi keluarga adalah Surabaya dan Sidoarjo
d. Keluarga menyadari pelayanan komunitas yang ada seperti bantuan PMI
untuk menangani kecelakaan di Surabaya
107
e. Perasaan keluarga bersyukur namun, sayangnya jarang mendapati kelompok
atau organisasi berkunjung. Hanya pihak puskesmas namun tidak setiap
minggu
f. Cara pandang keluarga terhadap komunitasnya dilihat dari saat keluarga
membutuhkan pengurusan dokumen tertentu, jika dipersulit maka keluarga
menilai komunitas tersebut kurang berkompeten
108
2.2.2 Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
a. Pola komunikasi Bpk.H kepada kedua anaknya sangat santai
sedangkan komunikasi Ibu.I kepada anaknya terkesan mengancam
sehingga membuat An.B terlihat takut jika diperintahkan sesuatu oleh
Ibu.I
Bpk. H jarang membantu Ibu I merawat anaknya karena sibuk dengan
pekerjaannya tetapi Bpk.H berusaha menciptakan pillow talk bersama
istri menjelang tidur.
Terlihat apabila An.S tidak menuruti kemauan Ibu.I , ibu I
membentaknya dan menyuruh melakukan yang dia perintah walau
dalam keadaan menangis, menurut Ibu.I hal mendidik anak dengan
cara otoriter perlu diterapkan agar An.S tidak menjadi pribadi yang
kurang nilai moral
Jika Ibu I marah An.S segera menuruti kemauan ibunya
b. Pesan-pesan emosional yang disampaikan terjadi dikondisi tertentu
yang sifatnya terkadang menasehati atau sebaliknya yaitu negatif
c. Komuniaksi yang berlangsung kurang terbuka, An. S terlihat kurang
terbuka dalam berkommunikasi
d. Pesan dan intruksi yang diberikan keluarga kurangs sesuai dengan
perkembangan anak
e. Proses disfungsional komunikasi yang terlihat adalah pengunaan nada
bicara sehingga nasehat terkesan seperti memarahi
f. Bagi keluarga tidak ada isu penting bagi kesejahteraan dan fungsi
keluarganya
g. Factor-faktor yang mempengaruhi pola komunikasi pada keluarga
bppk.h adalah status sosioekonomi keluarga
2. Struktur Kekuasaan
Hasil akhir kekuasaan
a. Yang membuat keputusan adalah Bpk.H
109
b. Yang menganggarkan kebutuhan belanja dan mengatur keuangan
adalah Ibu.I , untuk menghabiskan waktu luang jika punya uang sisa
belanja keluarga Bpk.H berlibur ke tempat bermain anak
c. Yang mendisiplinkan dan memutuskan adalah Ibu I atas persetujuan
dari Bpk.H
d. Teknik pengambilan keputusan yangdigunakan adalah tawar menawar
terkadag keputusan sepihak tergantung masalah
e. Keluarga membuat keputusan jika masalah mendesak untuk
diselesaikan dan apabila tidak diselesaikan menimbulkan efek tertentu
f. Jaringan komunikasi yang terjalin dekat dan sering adalah dengan
anggota keluarga Ibu I
g. Keluarga besar sperti mertua atau orang tua dari Bpk.H dan Ibu I tidak
mempunyai hak untuk mengambil keputusan atas masalah keluarga
yanga da di keluarga Bpk.h
h. Menurut Ibu I dan kedua anaknya yang membuat keputusan terakhir
adalah Bpk.H
3. Struktur Peran
Struktur peran formal :
a. Peran Bpk.H dalam keluarga adalah sebagai provider, rekreasi,
persaudaraan dan peran afektif dan seksual
b. Peran Ibu.I dalam keluarga adalah sebagai perawat anak, sosialisasi
anak, persaudaraan, peran afektif dan seksual
c. Peran An. S dalam keluarga sebagai persaudaraan
d. Peram An.B dalam keluarga sebagai persaudaraan
Struktu peran informal :
a. Peran Bpk.H dalam keluarga adalah pendorong, sahabat, dan
penghibur
b. Peran Ibu I dalam keluarga adalah pendorong, sahabat, dan penghibur
c. Peran An.S dalam keluarga adalah pendorong, sahabat, dan pencari
pengakuan
110
d. Peran An.B dalam keluarga adalah pendorong, sahabat, dan pencari
pengakuan
4. Nilai Keluarga
Nilai yang dianut oleh keluarga adalah saling menghormati kepada yang
lebih tua, mencium tangan orang tua ketika anaknya akan pergi keluar.
2.2.3 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Saling asuh, keakraban, dan identifikasi
a. Keluarga saling mendukung satu sama lain walaupun cara
mendudkungnya dengan sedikit paksaan
b. Keluarga bergaul satu sama lain dan saling menunjukkan kasih
sayang, walau Ibu. I sering memarahi anaknya tapi itu merupakan
wujud kasih sayang Ibu I
c. Ibu. I sering memarahi anaknya tapi itu merupakan wujud kasih
sayang Ibu I
Keterpisahan dan Keterikatan
a. Keluarga menanggapi isu keterpisahan dengan santai, karena keluarga
yakin setiap masalah pasti ada solusi
Bpk.H membiasakan dengan pillow talk sebelum tidur
Pola Kebutuhan-Respon Keluarga
a. Keluarga merasakan adanya kebutuhan lain, keluarga mensiasti hal
tersebut dengan menyisahkan gaji Bpk.H
b. Keluarga mampu menguraikan kebutuhan dan persoalan anak
c. Orang tua menyadari adanya kebutuhan-kebutuhan pada setiap
anggota keluarga, seperti kebutuhan sandang, papan, pangan,
perhatian, kasih sayang, bermain untuk anaknya dan pasangannya.
d. Ibu I menghargai dan menghormati suaminya, saling menunjukkan
kasih sayang walaupun cara mengungkapkan rasa sayang dengan
memarahi
e. Keluarga menilai kebutuhan sudah terpenuhi apabila tidak merasakan
ada kekurangan dalam kehidpan sehari-hari
111
2. Fungsi Sosialisasi
a. Praktik keluarga dalam membesarkan anak
1) Ibu I mengatakan dirinya sering tidak bisa mengendalikan
emosinya karena anaknya yang suka membantah perintahnya
terlebih saat ujian
2) Ibu I menggantungkan pendapatan sehari-hari dari BpkH,
sedangkan Bpk.H dalam hal mengursi anak mengantungkan Ibu.I
3) Keluarga saling memberi dan menerima cinta, jika kedua anaknya
menuruti keingan orang tum aka orang tua saling menyayangi
4) Pola asuh keluarga Bpk.H adalah otoriter, anak harus menuruti
keinginan orang tua
b. Dalam hal pendidikan anak, yang lebih mendominasi adalah Ibu I
sedangkan dalam hal bermain dengan anak Bpk.H yang mendominasi
c. Peran pendidikan anak dipegang oleh Ibu.I sedangkan peran bermain
dipegang oleh Bpk.H
d. Anak dihargai jika menuruti kemauan orang tua dan mendapat prestasi
e. Tidak ada budaya khusus dalam keluarga Bpk.H dalam mendidik anak
f. Lingkungan menurut Ibu I selain sebagai contoh terkadang menjadi
pemicu kenakalan anak
g. Keluarga beresiko mengalami masalah membesarkan anak karena
dalam keluarga Bpk.H yang mendominasi mendidik anak hanya Ibu.I
Bpk.H sibuk bekerja
h. Terbatasnya halaman dan teras rumah sehingga anak-anak Bpk H
sering bermain di luar rumah dari pada di rumah . Peralatan mainan
tersimpan kurang rapi karena di dalam rumah banyak alat-alat
pembuatan jajanan tradisional.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Tabel 2.8 . Fungsi Perawatan Kesehatan
Mengenal 1. Tindakan pencegahan yang dilakukan keluarga
Bpk.H seperti membiasakan anaknya
mengurangi makanan cokelat dan mnis serta
112
membiasakan menyikat gigi seblum tidur akan
tetapi anaknya susah di beri tahu untuk tidak
makan coklat dan susah diajak sikt gigi sebelum
tidur
2. Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan
oleh Bpk H dan Ibu I adalah menuntut anaknya
untuk meningkatkan belajar
3. Tujuan kesehatan keluarga Bpk. H dan Ibu I
adalah melihat anak-anak mereka tumbuh sehat
dan berprestasi
4. Keluarga dapat mengamati kondisi keluarga
yang sedang sakit, apabila ada keluarga sakit Ibu
I membeli obat di apotek
5. Ibu I mengatakan An.S memiliki riwayat
penyakit asma bronkhial yang diderita sejak 2
tahun terakhir, dalam mengatasinya
menggunakan obat yang dibeli sendiri ke apotek
terdekat seperti teosal
6. Ibu I mengatakan bahwa anak keduanya An.B
mempunyai riwayat penyakiy radang paru yang
terjadi setalah pindah rumah
7. Keluarga tidak mengetahui piramida pedoman
makanan?
8. Bpk.H mengatakan yang menjadi kebiasaan
sebelum tidur adalah pillow talk
9. Ibu I tidur sehari 7 jam, Bpk. H sehari tidur 6
jam, An. S tidur sehari 8 jam dan An.B sehari
tidur 8 jam
10. Jam tidur keluarga Bpk.H tidak ditetapkan
secara teratur
11. Jenis aktivitas rekreasi yang dilakukan
113
keluarga Bpk.H adalah bermain ke taman
bermain ank dan fleksibel dilakukan jika ada
uang lebih
12. Bpk.H mengkonsumsi kopi sehari 2 gelas
keluarga tidak ada yang menggunakan alkohol
13. Keluarga tidak mengkonsumsi obat penenang
14. Keluarga tidak menggunakan alkohol maupun
pengobatan lainnya
15. Keluarga tidak menggunakan alkohol maupun
pengobatan lainnya
16. Keluarga tidak menggunakan alkohol maupun
pengobatan lainnya
17. Keluarga menyimpan obat teosal sebagi
pertolongan jika penyakit asma yang diderita
An.S kambuh, keluarga tidak mengingat-ingat
kapan terakhir obat tersebut di beli
18. obat tidak diberi label dan disimpan di almari
19. keluarga berusaha kerja keras mengumpulkan
uang karena menurut keluarga untuk
meningkatkan kesehatan dapat melalui uang
20. Ibu Is elalu membiasakan keluarganya untuk
makan tepat waktu
21. Yang mempimpin kesehatan dalam rumah
adalah Ibu I, karena yang sering menggunakan
fasilitas kesehatan adalah Ibu I untuk
berkontrasepsi dan anak-anaknya untuk
imunisasi, sedangkan Bpk. H sangat jarang
memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan
dengan alasan pekerjaan .
22. Ibu I adalah pembuat keputusan kesehatan di
dalam keluarga
114
23. Nilai yang ditanamkan di keluarga Bpk.h
adalah sopan santun dan budi pekerti luhur,
sikap yang ditampakkan Ibu I dalam
berkomunikasi dan mengasuh anak adalah
otoriter
24. Keluarga tidak pernah memeriksaan mata dan
pendengaran nya
25. Keluarga tidak menggunakan air yang diberi
fiorida
26. Keluarga melakukan sikat gigi 2 x sehari ( pagi
dan menjelang tidur)
27. Dalam 1 minggu menurut perkiraan Ibu I,
keluarganya menghabiskan gula sebanyak
1400 gram dan mengkonsumsi tepung kira-kira
1000gram
28. Keluarga Bpk. H tidak pernah memriksakan
kondisi gigi keluarganya ke dokter , jika sakit
langsung ke apotek untuk membeli obat
29. Belum dilaksanakan koordinasi dengan
pelayanan berbasis medis
30. Ibu I mengatakan Bpk.H memiliki riwayat
penyakit menurun hipertensi yang terjadi pada
kedua orang tua bpk.H
31. Ibu I mengatakan Bpk.H memiliki riwayat
penyakit menurun hipertensi
32. Menurut Ibu I perasaannya tentang pelayanan
kesehatan yang tersedia di dalam masyarakat
tergolong cukup
33. Keluarga menerima pelayanan keperawatan
kesehatan dengan tingkat kepuasan cukup
34. Keluarga bpk.H memiliki BPJS Kesehatan
115
dengan faskes tingkat 1 nya puskesmas
Kebonsari , keluarga tidak mengetahui layanan
darurat yang ada
35. Keluarga tidak mengetahui layanan darurat
yang ada
36. Keluarga tidak mengetahui bagaimana cara
menghubungi ambulans dan pelayanan
paramedic
37. Keluarga tidak memiliki rencana kesehatan
gawat darurat
38. Keluarga membaaayr pelayanan yang diterima
dengan uang tunai terkadang menggunakan
asuransi BPJS
39. Keluarga mempunyai asuransi kesehatan BPJS
yang membayar adalah perusahaan tempat
suami bekerja
40. Gaji Bpk.H dipotong untuk membayar
41. Jarak fasilitas perawatan dari rumah Bpk.H ke
puskesmas kurang lebih 4 Km
42. Untuk mencapai fasilitas perawatan keluarga
menggunakan motor
43. Susah mencari angkutan umum
Memutus 1 Ibu I mengatakan dirinya yang memutuskan
dan mengenali anggota keluarganya sakit, jika
suaminya sakit tandanya frekuensi tidurnya
lama sedangkan anaknya rewel jika jika sedang
tidak enak badan
2 Ibu I mengatakan dirinya ke dokter apabila
obat yang dibeli di apotek tidak menimbulkan
reaksi kesembuhan
3 Ibu I mengatur perencanaan, belanja, dan
116
persiapan makanan
4 Menurut Bpk.H saat makan keluarganya tidak
memiliki suatu fungsi tertentu
5 Ibu.I yang memutuskan kapan anak-anak harus
tidur
6 Jika sakit keluarga membeli obat ke apotek
tanpa resep dokter, jika obat yang di beli tidak
ada reaksi keluarga akan ke dokter
7 Keluarga tidak memiliki pengalaman masa
lalu dengan pelayanan kesehatan keluarga
8 Menurut Bpk.H harapan dengan adanya
perawat dapat memberikan saran dan masukan
tentang apa salah dan harus diperbaiki dalam
keluarga
Merawat 1. Masalah kesehatan yang membuat keluarga
merasa rentan adalah penyakit asma bronchial
dan radang paru
2. Diet keluarga Bpk.H adekuat , menu 3 hari
selama pengkajian diantaranya :
Menu hari pertama kunjngan : Ayam dan
tempe bali
Menu hari ke dua kunjungan : sayur sop ceker
dan perkedel dan tahu goreng
Menu hari ke tiga kunjungan : ikan nila
goreng, sayur asem dan sambal terasi
3. Ibu I mengatakan jika anggota keluarganya
sakit yang dilakukan adalah makan banyak,
tidur cukup dan minum obat
4. Jika An.S sesak nafas perawatan yang diberikan
membebaskan pakaian ketat yang dipkai An.S
dan menidurkan An.S dengan posisi setengah
117
duduk
5. Tidak ada riwayat bubuh diri pada keluarga
Bpk.H, menurut Ibu.I dirinya sangat kesal
apabila menjelang UTS kenaikan kelas anaknya
malas belajar sehingga Ibu I tidak bisa
mengendalikan emosinya dan terkadang
mencubit anknya dan memukul pantat An.S
agar menurut ke Ibu I
6. Tidak ada penyedia atau lembaga kesehatan
merawat dan memerhatikan semua kebutuhan
kesehatan keluarga Bpk.H
7. Keluarga Bpk.H merasa cukup puas dengan
perawatan yang diterima dari penyedia
pelayanan kesehatan
Memodifikasi 1. Ibu I mengatakan makanan dalam sehari
dimasak menjelang sarapan pagi hari
2. Dalam sehari keluarga makan 3x sehari
3. Dalam 1 bulan Ibu I membagi gaji suami Rp.
1.500.000 rupiah untuk uang makan satu bulan
4. Saat sarapan pagi keluarga membiasakan makan
bersama tetapi makan siang dan malam
tergantung perasaan lapar masing-masing
5. Keluarga makan menggunakan tangan kanan
dan jika makanan berkuah menggunkaan
sendok
6. Bpk.H tidak pernah tidur siang, Ibu I dan An.S
jarang tidur siang dan An.B selalu tidur siang
7. Keluarga menyadari olahraga penting untuk
kesehatan tetapi keluarga belum bisa melakukan
8. Tidak ada pekerjaan harian untuk kesempatan
latihan
118
9. Bpk.H dan Ibu I tidak pernah melakukan
aktivitas fisik olahraga selain bekerja, An.S dan
An.B aktivitas fisiknya ; lari, ber-sepeda,
menari, dan bermain game
10. Keluarga Bpk.H mengeluarkan lebih dari 30
menit setiap hari dalam melakukan aktivitas
fisik yang sedang
11. Bpk H yakin semakin banyak aktifitas fisik
semakin menambah kebugaran jasmani dan
aktivitas fisik harian mengantikan funngsi
olahraga
12. Bpk.H kurang mengetahui pelayanan darurat
sehingga tidak mempunyai dokter yang
memebrikan pelayanan darurat
Memanfaatkan 1. Nilai yang dianut makan teratur
2. Terdapat konsistensi nilai kesehatan yang
dianut terhadap tindakan sehari-hari
3. Informasi dan saran tentang kesehatan yang
didapatkan Ibu.S meneruskannya saat waktu
berkumpul keluarga
4. Sumber informasi dan saran kesehatan yang
dimiliki keluarga adalah keponakannya yang
mahasiswa perawat
5. Keluarga tidak mempunyai kupon makanan?
6. Keluarga mempunyai elmari es akantetapi
rusak, sehingga lemari es yang ada digunakan
penyimpanan sembako
7. Keluarga mengatakan senang apabila seluruh
anggota keluarganya sehat
8. Ibu I dan Bpk.H tidak ingat imunisasi dirinya
, untuk kedua anknya imuniasasi yang
119
diberikan HB,POLIO,BCG,DPT,HIV,PCV,
ROTAVIRUS, influenza, campak,
MMR,typhoid, hepatitis A, varicella ,
sedangkan imunisasi yang tidak diberikan
meliputi, HPV, Japanese encephalitis dan
dengue
9. Keluarga tidak pernah menggunakan praktik
alternatif
10. Keluarga tidak pernah menggunakan praktik
alternatif
11. Keluarga tidak pernah menggunakan praktik
alternatif
12. Keluarga khusus nya Ibu I menggunakan
praktik keperawatan di puskesmas kebonsari
untuk berkontrasepsi
13. Keluarga mendapat pelayanan gratis dari
BPJS
14. Keluarga tidak memiliki asuransi kesehatan
swasta
4. Fungsi Ekonomi
Bpk. H sebagai pencari nafkah, Ibu I sebagai ibu rumah tangga dan
mengatur keuangan keluarga. Dengan penghasilan yang cukup Ibu I
mengatur segala pengeluaran, keperluan apa saja yang dibutuhkan dan
keperluan mendadak yang akan datang.
5. Fungsi Reproduksi
Bpk H dan Ibu I memiliki 2 anak. Anak pertama kelas 2 SD, dan anak
keduanya masih belajar di tingkat PAUD. Ibu I menjadi akseptor KB
suntik 3 bulan sekali, efek samping KB yang digunakan haid Ibu I
menjadi tidak lancar, Ibu I sudah tidak menginginkan mempunyai anak
lagi
2.2.4 Stres, Koping, dan Adaptasi Keluarga
120
Stresor, Kekuatan, dan Presepsi Keluarga
1. Stressor jangka panjang dan pendek keluarga Bpk.H terdapat pada
lembar FS3I
2. Keluarga khususnya Ibu.I mampu mengimbangi stressor apabila suami
mau membantu merawat dan mendidik anak
3. Keluarga khsuusnya Ibu I berharap dirinya dapat mengendalikan
emosinya
Strategi Koping Keluarga
4. Ibu I dalam menghadapi stressor respon yang ditampakkan adalah tidak
bisa mengendalikan emosinya, sedangkan Bpk.H cenderung diam dan
berfikir dalam menghadapi stressor, menurut Bpk. H masalah jika diatasi
dengan diam lalu berfikir akan muncul solusi yang baik
5. Dalam berbagai macam persoalan, antara Bpk H dan Ibu I saling berbagi
pendapat
6. Keluarga jarang menyampaikan masalah keluarga kepada keluarga besar
keluarga lebih suuka menyelesaikan masalah bersama keluarga intinya
7. Strategi disfungsional yang pernah dunakan keluarga adalah penggunaan
ancaman, hal itu terjadi jika kedua anaknya tidak menuruti keinginan
orang tua
Adaptasi Keluarga
8. Stressor keluarga kurang dikelola secara adekuat
9. Keluarga tidak sedang terpajan krisis
Melacak Stresor, Koping, Adaptasi Sepanjang Waktu
10. Dalam menghadapi permaslaahan, keluarga beradaptasi pada stressor
membutuhkan waktu maksimal satu hari setelah itu keluarga bersikap
seperti biasanya, karena keluarga yakin setiap masalah mempunyai
solusi
121
INVENTARISASI SISTEM KEKUATAN STRESSOR KELUARGA (FS3I)
Nama Keluarga : Bpk. H Tanggal :
Anggota Keluarga yang Menyelesaikan Penilaian : 4 orang
Latar Belakang Etnis : Suku jawa
Latar Belakang Agama : Islam
Sumber Rujukan
Pewawancara : Firnanda Erindia, Syaiful Ridzal, Dina Aguslia
Anggota Hubungan Status Pernikahan Pendidikan (tingkatan
Keluarga Keluarga Umur tertinggi) Pekerjaan
122
ARAHAN: Masing-masing dari 25 situasi / stresor yang tercantum di sini berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga yang
normal. Mereka memiliki potensi untuk menciptakan stres di dalam keluarga atau di antara kehidupan keluarga. Tolong lingkari angka (0
hingga 5) yang paling menggambarkan jumlah stres atau ketegangan yang mereka ciptakan untuk Anda.
123
11. Kurangnya waktu bermain keluarga 0 1 2 3 4 5 3
12. Tingkah laku anak /kedisiplinan anak/
pertengkaran saudara kandung 0 1 2 3 4 5 5
13. Televisi 0 1 2 3 4 5 0
14. Kalender keluarga yang terlalu dijadwalkan 0 1 2 3 4 5 1
15. Kurangnya tanggung jawab bersama dalam
0 1 2 3 4 5 3
keluarga
16. Perpindahan 0 1 2 3 4 5 0
17. Hubungan suami istri (komunikasi,
0 1 2 3 4 5 1
pertemanan, seks)
18. Liburan 0 1 2 3 4 5 1
19. Orangtua dan saudara dari istri/suami 0 1 2 3 4 5 3
20. Perilaku anak remaja (komunikasi, music,
0 1 2 3 4 5 0
teman, sekolah)
21. Bayi 0 1 2 3 4 5 0
22. Ekonomi/keuangan/anggaran 0 1 2 3 4 5 3
23. Tidak senang dengan situasi kerja 0 1 2 3 4 5 0
24. Terlalu sukarela 0 1 2 3 4 5 1
124
25. Tetangga 0 1 2 3 4 5 3
Stressor tambahan : -
Komentar keluarga : -
Klinisi : klarifikasi situasi / kekhawatiran stres dengan anggota keluarga.
Memprioritaskan agar menjadi penting bagi anggota keluarga : Menurut Bpk. H yang diprioritaskan dalam anggota keluarganya
adalah bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari
Situasi / masalah atau bidang yang menimbulkan stres spesifik saat ini adalah : Pekerjaan rumah tangga yang menumpuk sedangkan anak
kedua sering rewel
125
Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter
Stressor : Kecil Sedang Tinggi Skor
1. sejauh mana keluarga Anda terganggu oleh
masalah ini atau situasi yang membuat stres? 1 2 3 4 5
(misalnya efek pada interaksi keluarga, 3
komunikasi di antara anggota, hubungan
emosional, dan sosial)
126
UTS/kenaikan kelas anaknya seringkali
malas belajar sehingga membuat Ibu. I tidak
bisa mengendalikan emosinya, terlebih
suaminya sangat sibuk bekerja, Jika anak
Ibu I tidak menuruti keinginan Ibu I , Ibu I
langsung memarahi terkadang mencubit
paha anaknya
Komentar Dokter :
3. Seberapa besar situasi ini memengaruhi
kemampuan keluarga Anda untuk bekerja
bersama sebagai unit keluarga? 1 2 3 4 5
(misalnya perubahan peran keluarga,
penyelesaian tugas keluarga,
menindaklanjuti dengan tanggung jawab) 1
Komentar keluarga: Ibu. I mengatakan
sanagat terbantu suami jika suami sedang
ada waktu luang di rumah, suami Ibu. I
biasanya membantu membersihkan rumah
Komentar Dokter :
127
Apakah keluarga Anda pernah mengalami kekhawatiran serupa di masa lalu?
9. YA Jika YA, jawablah pertanyaan 4.
10. TIDAK Jika TIDAK, jawablah pertanyaan 5.
4. Seberapa sukseskah keluarga Anda dalam
menghadapi situasi / masalah / kekhawatiran
ini di masa lalu? 1 2 3 4 5
(misalnya, strategi koping yang bisa
diterapkan dikembangkan, langkah-langkah
adaptif bermanfaat, situasi ditingkatkan)
Komentar keluarga: Dalam riwayat masa
lalu Bpk. H yang menjadi ke khawatiran saat
1
ini adalah penyakit yang di derita kedua
anaknya yang sakit asma broncial , dalam
upaya penyembuhan antara keduanya yaitu
saling melengkapi dan menguatkan satu
sama lain sebagai upaya antisipasi
kesembuhan terkait gejala penyakit masa
lalu menyedian obat
Komentar Dokter :
128
Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter
Stressor : Kecil Sedang Tinggi Skor
5. Seberapa kuat Anda merasakan situasi /
masalah / kekhawatiran saat ini akan
memengaruhi masa depan keluarga Anda? 1 2 3 4 5
1
(mis. konsekuensi yang diantisipasi)
Komentar keluarga:
Komentar Dokter :
6. Sejauh mana anggota keluarga dapat
membantu diri mereka sendiri dalam situasi
/ masalah / masalah saat ini? 1 2 3 4 5
(misalnya upaya swadaya, harapan keluarga,
pengaruh spiritual, dan sumber daya
1
keluarga)
Komentar keluarga: Ibu. I mengatakan “saya
bersama suami mempunyai harapan untuk
membeli rumah baru lagi agar anak-anak
lebih leluasa untuk bermain di rumah, oleh
129
karena itu saya membentu suami dengan
kadang-kadang membuat jajanan tradisional
yang saya titipkan ke warung yang mana
uangnya bisa ditabung”
Komentar Dokter :
130
Anda berfungsi secara keseluruhan? 1 2 3 4 5
(mis., bagaimana anggota keluarga Anda
berhubungan satu sama lain dan dengan
keluarga dan komunitas yang lebih besar)
Komentar keluarga: Bpk. H mengatakan
“saya berkomunikasi dengan anggota besar
keluarga saya paling tidak 2 bulan sekali
saat mengunjungi rumah orangtua, kalo via
telepon ya sering, sedangkan komunikasi
dengan keluarga besar istri sangat intens
karena tidak jauh dari rumah”
Komentar Dokter :
131
melampui batas normal
2.4 Dilakukan pemeriksaan fisik pada Ibu. I yang 1 2 3 4 5 3
ditemukan adalanya masalah haid yang tidak
teratur
2.5 Dilakukan pemeriksaan fisik pada An. S yang 1 2 3 4 5 3
ditemukan adanya masalah kesehatan Asma
broncial
2.6 Dilakukan pemeriksaan fisik pada An. B yang 1 2 3 4 5 3
ditemukan adanya masalah kesehatan radang paru-
paru
132
menurun, jika anak kedua saya yang sakit
pasti sangan rewel”
Komentar Dokter :
133
12. Bagaimana Anda menilai status kesehatan
mental keluarga Anda secara keseluruhan?
Komentar keluarga:
Ibu S mengatakan “saya menilai kondisi 1 2 3 4 5
emosional dan psikis keluarga saya dari
perubahan emosi yang tidak biasanya 3
tampak
Komentar Dokter :
134
Skor Persepsi Keluarga Persepsi Dokter
Stressor : Tidak berlaku Jarang Sering Selalu Skor
1. Komunikasi dan mendengarkan satu sama
lain 0 1 2 3 4 5 5
Komentar keluarga: Bpk. H mengatakan “
saya jarang ada di rumah saat siang hari,
jadi setiap mau tidur saya selalu berusaha
melakukan pillow talk sebelum tidur malam
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
135
3. Mengajarkan rasa hormat satu sama lain 0 1 2 3 4 5 5
Komentar keluarga: Ibu I mengatakan “saya
selalu mengajari kedua anak saya agar
menghormati yang lebih tua dengan cara
membiasakan bersalaman dengan cium
tangn, bicara dengan nada rendah dan tidak
melontarkan kata-kata kasar terhadap orang
yang lebih tua
Komentar Dokter :
136
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
137
membersihkan rumah”
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
138
tradisi dan ritual khusus , cenderung
mengikuti tren saja tapi yang baik baik saja
yang di tiru
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
139
agama islam”
Komentar Dokter :
140
Komentar keluarga: Bpk. H mengatakan
“saya dan keluarga saya selalau
mnyempatkan waktu untuk mengobrol
tentang kegiatan kami”
Komentar Dokter :
Komentar Dokter :
141
sebuah masalah 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga: ibu. I mengatakan
“jika dalam keluarga kami ada masalah
biasanya sebisa mungkin kami mencari
solusi bersama, alhamdulillah selama ini
kami bisa menyelesaikan masalah kami
secara bersama”
Komentar Dokter :
142
16.b kekuatan keluarga tambahan:
RINGKASAN PENILAIAN
Ringkasan penilaian dari Inventarisasi Sistem Kekuatan Stressor Keluarga (FS3I) dibagi menjadi 2 bagian: bagian 1 adalah skor
persepsi keluarga dan bagian 2 adalah skor persepsi dokter. Kedua bagian ini akan di bagi lagi menjadi 3 bagian : Bagian 1, Sistem Stressor
Keluarga(Umum); Bagian 2, Sistem Stressor Keluarga (Spesifik); dan Bagian 3, Sistem Keuatan Keluarga. Masing-masing penilaian
mengandung ringkasan kuantitaif dan kualitatif.
Skor keluarga dan skor persepsi Dokter keduanya digambarkan dalam ringkasan kuantitatif. setiap anggota keluarga memiliki kode
warna yang ditentukan. komentar keluarga dan Dokter keduanya dicatat pada ringkasan kualitatif. skor ringkasan kuantitatif, ketika
143
digambarkan, menunjukkan tingkat untuk memulai mode pencegahan: primer, sekunder dan tersier. informasi ringkasan kualitatif, ketika
disintesis, berkontribusi pada pengembangan dan penyaluran Rencana Perawatan Keluarga.
43 x 1 = 1,75
25
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga (Umum), Persepsi Anggota Keluarga. Kode warna untuk
membedakan anggota keluarga.
144
Catatan stressor tambahan dan komentar keluarga pada bagian I, ringkasan kualitatif : komentar keluarga dan dokter.
25 x 1 = 2,5
10
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Spesifik, (Persepsi Anggota Keluarga). Kode warna untuk
membedakan anggota keluarga.
Rangkuman data dari pertanyaan nomor 9 dan 11 (diberi skor terbalik) dan catatan komentar keluarga di bagian II, ringkasan
kualitatif : komentar keluarga dan dokter.
145
Sistem Kekuatan Keluarga
Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1 sampai 16 dan menghitung skor numerik untuk Sistem Kekuatan Keluarga. Peringkat
mulai dari 1 (jarang) hingga 5 (sering). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari perhitungan. Total skor berkisar dari 16
hingga 80.
52 x 1 = 3,25
16
Grafik skor di ringkasan kuantitatif: Sistem Kekuatan Keluarga, (Persepsi Anggota Keluarga).
Catatan tambahan kekuatan keluarga dan komentar keluarga di bagian III, ringkasan kualitatif: komentar keluarga dan dokter.
*Membalikkan skor :
Pertanyaan dijawab (1) diberi skor (5)
Pertanyaan dijawab (2) diberi skor (4)
Pertanyaan dijawab (3) diberi skor (3)
Pertanyaan dijawab (4) diberi skor (2)
Pertanyaan dijawab (5) diberi skor (1)
146
Bagian 2: Skor Persepsi Dokter
2. Sistem Stressor Keluarga (umum)
Menambah skor dari pertanyaan 1 sampai 25 dan menghitung skor numerik keseluruhan untuk Sistem Stressor Keluarga (Umum).
Peringkat dari 1 (paling positif) hingga 5 (paling negatif). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari perhitungan. Total
skor berkisar dari 25 hingga 125.
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Umum (Persepsi Dokter)
Catatan klarifikasi Dokter dari stressor umum pada bagian I, ringkasan kualitatif : komentar keluarga dan dokter.
147
7. Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)
Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1-8,10, 12 dan menghitung skor numerik untuk Sistem Stressor Keluarga (Spesifik).
Peringkat dari 1 (paling positif) hingga 5 (paling negatif). Pertanyaan nomor 4,6,7,8,10,12 diberi skor terbalik. Total skor berkisar
dari 10-50.
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Spesifik, (Persepsi Dokter)
Rangkuman data dari pertanyaan nomor 9 dan 11 (diberi skor terbalik) dan catatan komentar Dokter di bagian II, ringkasan
kualitatif : komentar keluarga dan dokter.
148
Skor Sistem Kekuatan Keluarga
Catatan klerifikasi Dokter dari kekuatan keluarga di bagian III, ringkasan kualitatif: komentar keluarga dan dokter.
*Membalikkan skor :
Pertanyaan dijawab (1) diberi skor (5)
Pertanyaan dijawab (2) diberi skor (4)
Pertanyaan dijawab (3) diberi skor (3)
Pertanyaan dijawab (4) diberi skor (2)
Pertanyaan dijawab (5) diberi skor (1)
Skor Untuk Sistem Stressor Keluarga Skor Untuk Sistem Stressor Keluarga Skor Untuk
Sistem Kekuatan Keluarga
Kesehatan (Umum) Kesehatan (Spesifik) Kesehatan
dan Stabilitas Skor Skor dan Stabilitas Skor Skor dan Stabilitas Skor Skor
Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi
149
Keluarga Dokter Keluarga Dokter Keluarga Dokter
5.0 5.0 5.0
150
3.2 3.2 3.2
151
1.4 1.4 1.4
152
G. Rangkuman perbedaan (jika ada perbedaan) antara bagaimana anggota keluarga dan dokter melihat efek situasi stres pada keluarga.
I. Rangkuman keseluruhan status kesehatan fisik yang signifikan untuk anggota keluarga.
J. Rangkuman keseluruhan status kesehatan mental yang signifikan untuk anggota keluarga.
153
Bagian III : Sistem Kekuatan Keluarga
Rangkuman system kekuatan keluarga dan komentar keluarga dan dokter yang memfasilitasi kesehatan dan stabilitas keluarga.
154
2.2 Analisa Data
Tabel 2.9 Analisa Data
Analisis data Masalah
DS: Domain 11.
1. Ibu. I mengatakan kedua anaknya sering Keamanan/perlindungan
mengalami sakit gigi Kelas 2. Cedera fisik
2. Ibu. I mengatakan, jika An. S sakit gigi tidak mau 00048 Kerusakan gigi pada
sekolah keluarga Bpk. H khususnya
3. Ibu I mengatakan untuk mengurangi nyeri membeli An.S dan An.B
obat di apotek depan rumah tanpa resep dokter Definisi:
4. Ibu I mengatakan anaknya susah diberi tahu untuk Gangguan perkembangan
tidak memakan coklat dan susah diajak sikat gigi gigi/pola erupsi integritas
sebelum tidur struktural gigi individu pada
DO: An.S dan An.B
Terdapat karies dan karang gigi pada gigi An.S dan
An.B
DS: Domain 11.
Ibu.I mengatakan rumahnya berukuran 5m2 x 4m2 Keamanan/perindungan
DO: Kelas 2. Cedera fisik
1. Tangga yang ada di rumah Bpk.H sangat sempit 00155 Risiko jatuh pada
dan tidak ada penghalang keluarga Bpk. H khususnya
2. Pencahayaan pada rumah Bpk. H kurang An.S dan An.B
3. Cahaya sinar matahari tidak dapat menembus Definisi:
ruangan rumah Peningkatan rentan jatuh,
yang dapat menyebabkan
bahaya fisik dan gangguan
kesehatan
DS: Domain4 Aktivitas/Istirahat
1. Ibu.I mengatakan, bahwa An.S memiliki riwayat Kelas 4. Respon
penyakit asma bronchial yang diderita sejak 2 kardiovaskular/pulmonal
tahun terakhir, menggunakan obat yang dibeli 00032 Ketidakefektifan
155
sendiri ke apotek terdekat seperti teosal jalan nafas pada keluarga
2. Ibu.I mengatakan bahwa An.B mempunyai riwayat Bpk. H khususnya An.S dan
penyakit radang paru yang terjadi setelah pindaah An.B
rumah Definisi:
DO Inspirasi dan atau ekpirasi
1. Terdapat ronchi pada pemeriksaan fisik An.B yang tidak memberi ventilasi
2. Rumah masih berdinding bata kapur dan atap adekuat
asbes
3. Terdapat jendela yang tidak dapat difungsikan
karena masih berkaca kayu
4. Cahaya sinar matahari tidak dapat menembus
ruangan rumah
DS: Domain 1. Promosi
1. Ibu.I mangatakan, Bpk. H memiliki riwayat kesehatan
penyakit menurun seperti hipertensi Kelas 2. Manajemen
2. Bpk. H mengatakan sangat jarang mmeriksakan kesehatan
tekanan darahnya ke fasilitas pelayanan kesehatan 00188 Perilaku kesehatan
dengan alasan pekerjaan cenderung berisiko pada
3. Bpk. H mengatakan mengkonsumsi 2 gelas keluarga Bpk. H khususnya
kopi/hari Bpk.H
DO : Definisi :
TD : 150/90 mmHg Hambatan kemampuan
untuk mengubah gaya
hidup/perilaku dengan cara
yang memperbaiki tingkat
kesejahteraan
DS Domain 5. Presepsi/kognisi
1. Ibu. I mengatakan sangat kesal apabila menjelang Kelas 4. Kognisi
UTS/kenaikan kelas anaknya seringkali malas 00222 Ketidakefektifan
belajar sehingga membuat Ibu. I tidak bisa kontrol impuls pada
mengendalikan emosinya dan terkadang mencubit keluarga Bpk. H khususnya
156
anaknya dan memukul pantat anaknya agar Ibu I
menurut ke ibu I Definisi
DO : Suatu pila melakukan reaksi
1. Pola asuh keluarga Bpk. H otoriter yang cepat dan tidak
2. komunikasi Ibu.I kepada anaknya terkesan terencana terhadap stimuli
mengancam sehingga membuat An.B terlihat takut internal dan eksternal tanpa
jika diperintahkan sesuatu oleh Ibu.I memperhatian konsekuensi
3. Apabila An.S tidak menuruti kemauan Ibu.I , ibu I negatif dari reaksi ini pada
membentaknya dan menyuruh melakukan yang dia individu impulsif/orang lain
perintah walau dalam keadaan menangis
157
2 Kemungkinan An. S dapat melakukan
masalah dapat sikat gigi sendiri
diubah
Skala:
Mudah 2 2 2x2 =2
Sebagian 1 2
Tidak 0
dapat
Masalah Keperawatan : Risiko jatuh pada keluarga Bpk. H khususnya An.S dan
An.B
Definisi : Peningkatan rentan jatuh, yang dapat menyebabkan bahaya fisik dan
gangguan kesehatan
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
158
1 Sifat masalah Tidak ada pegangan pada
Skala: Wellness 3 1 1x1 =1 tangga rumah Bpk. H
Aktual 3 3 3
Resiko 2
Potensial 1
159
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah An.S mempunyai riwayat
Skala: Wellness 3 1 2x1 =2 penyakit asma bronchial
Aktual 3 3 3 dan beresiko untuk
Resiko 2 kambuh lagi
Potensial 1
2 Kemungkinan Rumah Bpk. H masih
masalah dapat berdinding bata kapur dan
diubah beratap asbes (rumah
Skala: setengah jadi)
Mudah 2 2 1x2=1 kemungkinan besar
Sebagian 1 2 diperbaiki lagi
Tidak 0 menggunakan atap genting
dapat dan dinding di poles
dengan baik
3 Potensi masalah Rumah Bpk. H terlalu
untuk dicegah sempit sedangkan
Skala: Tinggi 3 1 1 x 1 =1 perabotannya banyak
Cukup 2 3 3 sehingga berpotensi
Rendah 1 memicu reaksi alergi
seperti paparan debu
160
Masalah Keperawatan : Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada keluarga
Bpk. H khususnya Bpk.H
Definisi : Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dengan
cara yang memperbaiki tingkat kesejahteraan
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah Ibu.I mangatakan, Bpk. H
Skala: Wellness 3 1 1 x 1 =1 memiliki riwayat penyakit
Aktual 3 3 3 menurun seperti hipertensi dan
Resiko 2 sangat jarang mmeriksakan
Potensial 1 tekanan darahnya ke fasilitas
pelayanan kesehatan dengan
alasan pekerjaan
2 Kemungkinan Bpk.H mengkonsumsi 2 gelas
masalah dapat kopi per hari dan sulit dihindari
diubah
Skala:
Mudah 2 2 0x2 =0
Sebagian 1 3
Tidak 0
dapat
161
Rendah 1
162
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan kontrol impuls pada keluarga Bpk. H
khususnya Ibu I
Definisi : Suatu pila melakukan reaksi yang cepat dan tidak terencana terhadap
stimuli internal dan eksternal tanpa memperhatian konsekuensi negatif
dari reaksi ini pada individu impulsif/orang lain
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah
Skala: Wellness 3 1 2 Ibu I tidak bisa mengendalikan
Aktual 3 emosinya ketika anaknya malas
Resiko 2 belajar saat ujian sehingga
Potensial 1 beresiko mencederai anak
Ibu. I mengatakan sangat kesal
apabila menjelang
UTS/kenaikan kelas anaknya
seringkali malas belajar
sehingga membuat Ibu. I tidak
bisa mengendalikan emosinya,
terlebih suaminya sangat sibuk
bekerja
2x1 =2
3 3
163
2 Kemungkinan Ibu I tidak bisa mengendalikan
masalah dapat emosinya karena suami sibuk
diubah bekerja sedangkan pekerjaan
Skala: rumah tangga banyak dan anak
Mudah 2 2 2 malas belajar , jika suami
Sebagian 1 membantu ibu I , ibu I merasa
Tidak 0 terbantu dan bisa mengontrol
dapat emosinya
2x2 =2
2
164
H khsuusnya Bpk.H, Bpk.H, beresiko Bpk. H
An.S khsususnya khususnya pada khususnya Ibu I
An.S dan An.S dan An.B keluarga
An.B Bpk.H,
khsuusnya
Bpk.H
4 5/3 2 2 4 1/3
(Tabel 2.10 Prioritas Masalah Keperawatan)
165
2.4 Diagnosa Keperawatan Prioritas
Tabel 2.11 Diagnosa Keperawatan Prioritas
No Diagnosa Keperawatan Total Skor
1 Ketidakefektifan kontrol impuls pada 4 1/3
keluarga Bpk. H khususnya Ibu I
2 Kerusakan gigi pada keluarga Bph. H 4
khsuusnya An.S
3 Ketidakfektifan jalan nafas pada keluarga 2
Bpk.H, khususnya An.S dan An.B
4 Perilaku kesehatan cenderung beresiko 2
pada keluarga Bpk.H, khsuusnya Bpk.H
5 Resiko jatuh pada keluarga Bpk.H, 5/3
khsususnya An.S dan An.B
166
2.5 Intervensi Keperawatan Keluarga
Tabel 2.12 Intervensi Keperawatan Keluarga
Diagnosis NOC NIC
Keperawatan
Kode Diagnosis Kode Outcome Kode Intervensi
167
usia perkembangan dari skala 2 disiplin yang ada, seleksi, dan hasil yang
(pengetahuan terbatas) menjadi skala diperoleh
5 (pengetahuan sangat banyak) 2. Mengajarkan pola komunikasi protektif
182619 2. Strategi komunikasi efektif dari skala dan puralistik kepada ibu I
2 (pengetahuan terbatas) menjadi
skala 5 (pengetahuan sangat banyak)
168
pemecahan masalah dari skala 3 anggota keluarga
(kadang-kadang menunjukkan) 2. Fasilitasi suasana kebersamaan diantara
menjadi skala 5 (secara konsisten keluarga
menunjukkan) 3. Dukung keluarga untuk meningkatkan
260302 2. Anggota keluarga menggunakan kasih hubungan yang positif
sayang satu sama lain dari skala 3
(kadang-kadang menunjukkan)
menjadi skala 5 (secara konsisten
menunjukkan)
260306 3. Anggota keluarga berbagi pikiran,
perasaan, kepentingan &
kekhawatiran dari skala 3 (kadang-
kadang menunjukkan) menjadi skala
5 (secara konsisten menunjukkan)
169
Diagnosis Keperawatan NOC NIC
Kode Diagnosis Kode Outcome Kode Intervensi
170
pada anak dari skala 2 (jarang
menunjukkan) menjadi skala 5
(secara konsisten menunjukkan)
00222 Ketidakefektifan Domain :VI Kesehatan Keluarga Domain V Keluarga (Perawatan yang
kontrol impuls Kelas : Kesejahteraan keluarga Mendukung Keluarga)
2600 Koping Keluarga Kelas X (Perawatan sepanjang hidup)
Definisi : kapasitas keluarga untuk 7150 Terapi Keluarga
mengelola stres yang membebani Definisi : Membantu anggota keluarga untuk
kemampuan keluarga mengarahkan keluarga mereka kepada
Keluarga mampu memodifikasi kehidupan yang lebih produktif
Indikator : Keluarga mampu memodifikasi
171
26007 1. Melibatkan anggota keluarga dalam Intervensi :
pengambilan keputusan dari skala 2 1. Fasilitasi diskusi keluarga
(jarang menunjukkan) menjadi skala 5 2. Minta anggota keluarga untuk berpartisipasi
(secara konsisten menunjukkan) dalam merasakan aktifitas dirumah
26009 2. Berbagi tanggung jawab untuk tugas-
tugas keluarga dari skala 2 (jarang
menunjukkan) menjadi skala 5 (secara
konsisten menunjukkan)
172
setelah mengalami kesulitan yang Keluarga mampu memanfaatkan
signifikan Intervensi :
Keluarga mampu memanfaatkan 1. Fasilitasi Kunjungan keluarga
Indikator :
260832 1. Menggunakan tim perawatan
kesehatan terkait dengan informasi &
bantuan dari skala 2 (jarang
menunjukkan) menjadi skala 5 (secara
konsisten menunjukkan)
173
2.6 Implementasi dan Evaluasi
Tabel 2.13 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga Bpk.H
Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi Paraf
Sabtu, TUK 1 : Keluarga Mengenali Masalah S:
18 Mei Keluarga Bpk. H khususnya Ibu I, mampu F Ibu I mengatakan dirinya sudah memahami F
2019 mengenal dan mengetahui teknik metode disiplin yang cocok diterapkan untuk
(Firnanda ) (Firnanda )
pengasuhan dan keterampilan komunikasi anaknya dan memahami teknik komunikasi
1. Memfasilitasi diskusi orang tua pluralistik dan protektif
terkait metode disiplin yang ada, Metode disiplin yang dipilih Ibu I :
serta memilih metode disiplin yang 1. Membuat batasan
cocok untuk diterapkan kepada 2. Memebrikan contoh
174
berupa lebihan uang saku jika anaknya
berhasil menyelesaikan tugas yang di
tetapkan Ibu I
2. Terlihat komunikasi Ibu I kepada An.S tidak
lagi seperti mengancam
A:
TUK 1 tercapai, Ibu I sudah dapat menerapkan
metode disiplin dan pola komunikasi pluralistik
dan protektif
P:
Intervensi dihentikan lanjut TUK 2
Sabtu, TUK 2 : keluarga mampu memutuskan S:
18 Mei masalah R Ibu I mengatakan dirinya mampu membuat R
2019 1. Memfasilitasi komunikasi yang terbuka keputusan tentang komunikasi terbuka dan
(Syaiful (Syaiful
antar anggota keluarga dukungan keluarga seperti bertukar pendapat
Ridzal) Ridzal)
2. Memfasilitasi suasana kebersamaan antara suami istri maupun orangtua anak dan
diantara keluarga mendengarkan keluhan anak serta berempati
3. Mendukung keluarga untuk terhadap keluarga satu sama lain.
meningkatkan hubungan yang positif
175
O:
Ibu I mampu menerapkan komunikasi terbuka
dan dukungan keluarga pada keluarga
khususnya pada anaknya
A:
TUK 2 tercapai, ibu I sudah mampu
menerapkan komunikasi terbuka dan dukungan
keluarga pada keluarganya
P:
Intervensi dihentikan lanjut TUK 3
Minggu, TUK 3 : keluarga mampu merawat S:
19 Mei anggota keluarga untuk kehidupan yang D Ibu I mengatakan sejak dirinya mampu D
2019 lebih produktif berkomunikasi secara terbuka dengan suami
1. Membantu anggota kelurga untuk (Dina A) dan anak-anaknya, kedekatan antara dirinya dan (Dina A)
merubah bagaimana mereka anggota keluarganya semakin dekat, Ibu I tidak
berhubungan dengan anggota keluarga malu lagi meminta tolong kepada suami untuk
yang lain membantu pekerjaan rumah tangga sepulang
kerja, dan Ibu I mengatakan sudah tidak pernah
2. Membantu keluarga berkomunikasi lebih
memarahi anak hingga mencubit atau memukul
176
efektif O:
1. Terlihat Bpk.H membantu Ibu I seperti
menyapu lantai dan menjemur cucian serta
menemani anaknya mengerjakan PR
2. Terlihat Ibu I sudah tidak menampakkan
kemarahan pada anaknya
A:
TUK 3 tercapai terlihat Ibu I mampu
menerapkan komunikasi yang efektif terhadap
anggota keluarganya serta mampu merubah
kebiasaan suaminya yang semula tidak mau
membantu mengerjakan pekerjaan rumah
P:
Intervensi dihentikan, lanjut TUK 4
Minggu, TUK 4 : keluarga mampu memodifikasi S:
19 Mei kebiasaan hidup bagi setiap anggota F Ibu I mengatakan meminta bantuan dan F
2019 keluarga membagi peran keluarga dengan suaminya
(Firnanda ) (Firnanda )
1. Memfasilitasi diskusi keluarga dalah hal pengambilan keputusan, dan
2. Meminta anggota keluarga khususnya pengasuhan anak. Ibu I dan suami
177
bpk.H untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan segala hal dengan keputusan
merasakan aktifitas dirumah bersama. Ibu I dan suaminya bergantian dan
1. bekerja keras untuk mengasuh anak dan
memberikan nasihat.
O:
1. Terlihat Bpk H bergantian mengasuh
anaknya saat ibu I sedang kedatangan tamu
2. Terlihat ibu I tidak marah dan menasehati
anaknya saat anaknya melakukan kesehatan
A:
TUK 4 tercapai, ibu I dan suami mampu
membagi peran dan saling membantu satu sama
lain
P:
Intervensi dihentikan lanjut TUK 5
Senin, TUK 5 : Keluarga mampu S:
20 Mei memanfaatkan pelayanan keperawatan D Bpk H dan Ibu I mengatakan dirinya sudah
2019 1. memfasilitasi kunjungan keluarga mampu melaksanakan apa yang telah diajarkan
1.(Dina A) oleh perawat pada pertemuan ke 1 dan 2, dan
178
Bpk.H merasakan keharmonisan keluarganya
bertambah
O:
Terlihat Bpk. H dan Ibu I kompak dalam
pengasuhan anak, terlihat An.S dan An.B
bahagia dan sudah tidak ketakutan jika
diperintah ibunya
A:
TUK 5 tercapai, keluarga Bpk.H sudah
menerapkan yang telah diajarkan oleh perawat
pada pertemuan ke 1 dan ke 2
P:
Melakukan fase terminasi terhadap keluarga
Bpk.H dengan memberikan liflet sebagai
pembelajaran keluarga Bpk.H
179
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar Dkk. 2015. Menanamkan Nilai Disiplin Anak Pada Lingkungan Keluarga
di Desa Sungai Pinang Lama Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten
Banjar . Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. Vol 5 No 10
Bataha, dkk. 2018. Hubungan Pola Komuniaksi Keluarga Dengan Kepercayaan
Diri Anak Usia Sekolah di SDGMIM Lelema Kecamatan Tumpakan
Kabupaten Minahasa Selatan. E-Jurnal Keperawtaan . Vol 6. No 1
BKKBN. (2011). Batasan dan Pengertian MDK. Diakses 05 Maret 2019 pukul
10.20WIB,WebSite:bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx.BKKBN.2016
Bulecheck, Dkk.2016. Nursing Intervention Classification (NIC).
Singapore:Elsevier
Friedman, M. Marilyn., Bowden, R. Vicky., Jones G. Elaine. (2010). Buku Ajar
Keperawatan Keluarga : Riset, Teori & Praktik. Edisi 5. Jakarta : EGC
Herdman, dkk. (2015). Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2018-2020 Edisi 11. Jakarta: EGC
Hyoscyamina, Darosye. 2011. Peran Keluarga Dalam Membangun Karakter
Anak. Jurnal Psikologi UNDIP. Vol 10 No 2
Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI) PPNI. (2017). Panduan
Asuhan Keperawatan : Individu, Keluarga, Kelompok dan Komunitas
dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan NIC di Puskesmas dan
Masyarakat. Jakarta : UI-Press.
Iyoq, Nerry. 2017. Efektivitas Komunikasi Orang Tua Pada Anak dalam
Membentuk Perilaku Positif . E-Journal Ilmu Komunikasi . Vol 5 No 2
Moorhead, Dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Singapore:Elsevier
Nies, A. Mary., McEwen, Melanie. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas
dan Keluarga. Edisi Indonesia Pertama. Singapore : Elsevier
Palar, Dkk. 2015. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pretasi Belajar Anak
Usia Sekolah di SDN Inpres 1 Tumaratus Kecamatan Langoan Barat.
E-Jurnal Keperawatan. Vol 3. No 2
180
Putri & Lestari. 2015. Pembagian Peran dalam rumah Tangga dalam Pasangan
Suami Istri Jawa. Jurnal Penelitian Humaniora. Vol 16 No 1. ISSN
1411-15190
Rudianto, Dkk. 2018. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat
Prestasi Belajar Anak Usia Masa Sekolah Dasar 7-11 Tahun di SDN 1
Sudimoro Kecamatan Hululawang Kabupaten Malang. Nursing news.
Vol 3. No 1
Sari, dkk. 2010. Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga Dalam Fungsi Sosialisasi
Keluarga Terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Komunikasi
Pembangunan, ISSN 1693-2699. Vol 8. No 2
Yigibalon, Leis. 2013. Peranan Interaksi Anggota Keluarga dalam Rangka
Mempertahankan Harmoniasasi Keluarga di Desa Kumuluk Kecamatan
Tiom KAbupaten Lanny jaya. Journal Vol 2 No 4
181
Lampiran 1
Foto bersama anggota keluarga
182
Lampiran 2. Satuan Acara Penyuluhan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Pola asuh dan teknik komunikasi efektif kepada keluarga
Sasaran :Keluarga Bpk. H
Tempat :Rumah keluarga Bpk. H
Hari/Tanggal : Sabtu – Minggu/18-19 Mei 2019
Waktu : 60 menit
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan dari kegiatan penyuluhan diharapkan sasaran
mampu memahami dan mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran mampu :
1. Menjelaskan pola asuh dan komunikasi yang baik pada keluarga
2. Mengetahui cara pola Asuh dan komunikasi yang baik pada keluarga
3. Melakukan tindakan sesuai prosedur
C. Materi : Terlampir
1. Metode disiplin anak sekolah
2. Teknik komunikasi pluralistik
3. Teknik komunikasi protektif
4. Teknik komunikasi terbuka
5. Cara meningkatkan hubungan positif
6. Teknik bermain peran
7. Cara berhubungan dengan anggota keluarga
8. Teknik komunikasi efektif
D. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab
E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
Sabtu, 18 Mei 2019
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
1. 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
1. Memberikan salam 3. Memahami maksud
2. Memperkenalkan diri dan tujuan
3. Menjelaskan topik materi dan
tujuaan dari penyuluhan
2 40 menit Pelaksanaan : 1. Mendengarkan materi
penyuluhan yang
1. Menyampaikan materi metode disampaikan
disiplin anak sekolah 2. Keluarga
2. Menyampaikan materi teknik memperhatikan
komunikasi pluralistik jalannya penyuluhan
3. Menyampaikan materi teknik 3. Keluarga mengikutri
komunikasi protektif instruksi yang
4. Menyampaikan materi teknik diberikan
komunikasi terbuka 4. Bertanya
5. Menyampaikan materi teknik
komunikasi efektif
6. Tanya jawab
3 15 menit Evaluasi dan Penutup : 1. Mendengarkan
2. Menjawab pertanyaan
1. Menanyakan kembali hal-hal 3. Menjawab salam
yang sudah djelaskan
2. Menyimpulkan materi
3. Memberikan salam penutup
an
Edukasi Pada Anak
Lampiran 4.
Jurnal Evidance Based In Nursing
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK USIA
SEKOLAH DI SDN INPRES I TUMARATAS KECAMATAN LANGOWAN BARAT
E-Mail: palarpingkan@gmail.com
Abstrak:Learning achievement is the result obtained by the students after following a learning, such
as doing an assignment and other learning activity. Learning outcome is influenced by yourself that
is the existence of desire to learn and from extern that is social environment’s encouragement,
especially from family. The role of parents is the parents contribution in giving a good preparation
for the child for the purpose of education success undertaken. The purpose of this researchis to know
the existing relation between Parents’ Role with School-Age Children’s Learning Achievement in SD
Inpres I Tumaratas West Langowan Subdistrict. The method of this research is cross sectional
analytical survey. Sampling technique uses total sampling. The samples are 59 respondents.
Technique of data analysis is done with univariat and bivariat analysis using chi square test on a
computer program. From the result of thisresearch, it is gained the value of p= 0.003 which shows
that p value is smaller than the value of α = 0.05. The conclusion of this research that there is a
relation between Parents’ Role with School-Age Children’s Learning Achievement. Recommendation
for subsequent researcher, it is expected to research further at all classes. Key Word: Parents’ Role,
Learning Achievement, School Age
Abstrak:Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran, seperti
mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran lain.Hasil belajar dipengaruhi oleh diri sendiri yaitu
adanya keinginan untuk belajar dan dari luar yaitu dorongan dari lingkungan sosial terutama dari
keluarga.Peran orang tua adalah andil orang tua dalam memberikan persiapan yang baik untuk anak
demi keberhasilan pendidikan yang dijalani.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
hubungan Peran Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Anak Usia di SD Negeri Inpres I Tumaratas
Kecamatan Langowan Barat. Metode Penelitian ini menggunakan survei analitik cross sectional.
Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Sampel 59 responden. Teknik analisa data
dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi squarepada program komputer.
Hasil penelitian ini diperoleh nilai p= 0,003 yang menunjukan bahwa nilai p lebih kecil dari nilai α
= 0,05. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat Hubungan Peran Orang Tua Dengan Prestasi Belajar
Anak Usia Sekolah. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut
kepada semua kelas.
Kata Kunci :Peran Orang Tua, Prestasi Belajar, Usia sekolah
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu usaha dari didik yang berkualitas dan berdaya saing tinggi
setiap bangsa dan negara untuk mewariskan dalam menghadapi persaingan di era globalisasi
pengetahuan dari generasi ke generasi yang dapat ini. Pada dasarnya pendidikan adalah salah satu
menciptakan peserta cerminan seseoran
mendapatkan ilmu pengetahuan, dalam hal ini yang di tuntut oleh sekolah dan temannya (Potter
melalui proses belajar (Pradhana, 2012). & Perry, 2005).
Belajar adalah usaha untuk memperoleh hal- Dari pendataan awal yang penulis peroleh
hal baru dalam tingkah laku baik pengetahuan, melalui observasi dan wawancara langsung
kecakapan, ketrampilan dan nilai-nilai (Wahyuni, dengan 5 orang tua dari siswa SD Negeri Inpres
2009). Beberapa hal yang dapat mempengaruhi I Tumaratas di dapatkan
prestasi belajar dari siswa diantaranya faktor 3 di antaranya kurang memperhatikan kegiatan
internal dan faktor eksternal termasukkeluarga belajar anak karena sibuk dengan pekerjaan dan
dalam hal ini orang tua merupakan faktor lebih mempercayakan proses belajar anak pada
eksternal yang mempengaruhi anak dalam lingkungan sekolah dan 2 di antaranya
belajar. Orang tua memiliki peranan penting mengatakan bahwa mereka sangat
dalam pendidikan dalam hal ini merupakan guru memperhatikan pendidikan anaknya baik di
pertama bagi anak (Syah, 2004).Orang tua rumah maupun di sekolah. Dari hasil wawancara
merupakan individu yang paling dekat dengan juga pada beberapa siswa di dapatkan bahwa
anak dan memiliki tanggung jawab terhadap orang tua jarang bertanya tentang tugas- tugas
anak, orang tua membentuk sikap dan perilaku sekolah dan jarang menemani mereka saat belajar
anak dengan memberikan tekanan secara di rumah. Berdasarkan hasil wawancara dengan
langsung atau tidak langsung agar dapat wali kelas, mengatakan bahwa ketika
mencapai pola perilaku yang diharapkan (Wong, dilaksanakan penerimaan hasil belajar siswa,
2009). tidak semua orang tua datang untuk mengambil
Tetapi pada kenyataan gejala meningkatnya langsung hasil dari siswa tersebut namun hanya
kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak, diwakilkan kepada orang lain.
belum disertai dengan meningkatnya kesadaran Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan
orang tua atas peranannya sebagai pendidik bagi penelitian tentang hubungan peran orang tua
anak-anak di dalam keluarga(Pradhana, dengan prestasi belajar anak usia sekolah di SDN
2012).Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional Inpres I Tumaratas.
(SUSENAS) bahwa terdapat sekitar 1,8 juta anak
sekolah dasar dengan usia 7-12 tahun dan 4,8 juta METODE PENELITIAN
anak usia 13- Rancangan penelitian ini yaitu menggunakan
15 yang tidak bersekolah. Pada 4 tahun terakhir survei analitik cross sectional yaitu penelitian
angka putus sekolah seluruh jenjang pendidikan untuk mempelajari dinamika korelasi antara
di Indonesia masih diatas satu juta faktor-faktor resiko dengan efek, dimana setiap
siswa pertahun.Berdasarkan objek penelitian hanya di observasi sekali saja
jumlah tersebut 80% merupakan siswa yang dan pengukuran dilakukan terhadap status
duduk pada jenjang pendidikan SD dan SMP karakter atau variabel subjek pada saat
(Tolada, 2012). pemeriksan.Penelitian dilaksanakan di SDN
Pada anak usia sekolah perkembangan Inpres I Tumaratas Kecamatan Langowan Barat
kognitifnya yaitu mampu berfikir logis dan Kabupaten Minahasa.Penelitian dilakukan
konkrit tentang objek manusia atau peristiwa sepanjang bulan Oktober 2014–Januari 2015.
yang dapat dilihat dan disentuh. Pada anak usia Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa kelas
sekolah dapat menjadikan pengalaman IV, V dan VI SDN Inpres I Tumaratas.Populasi
pendidikan yang memperluas dunia anak yaitu dalam penelitian ini berjumlah 59 siswa.
anak memiliki kebebasan bermain, belajar dan Pengambilan sampel dalam penelitian ini
bekerja sama dengan temannya. Menyatakan menggunakan teknik
bahwa disekolah anak harus belajar peraturan dan
harapan
total sampling yaitu keseluruhan dari Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan
populasi dijadikan sebagai sampel.
Alat ukur menggunakan kuesioner yang terdiri umur
atas 2 bagian. Bagian pertama yang berisi data diri
siswa antara lain inisial responden, umur, kelas, Sumber : Data primer 2014
pekerjaan orang tua dari responden dan bagian kedua
berisi pertanyaan tentang peran orang tua yang Distribusi umur pada siswa terdapat paling tinggi
berjumlah 20 pertanyaan dengan pembagian 4 yaitu 31 responden (52.5%) dengan umur 9 tahun, dan
kategori penilaian skor untuk setiap butir pertanyaan terendah 9 responden (15.3%) umur 11 tahun.
adalah satu sampai dengan empat. Jika tidak diberi
skor 1, jikapernah diberi skor 2, jikaJarang diberi skor Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan
3 dan jika selalu diberi skor 4. Kuesioner di bagikan
kepada siswa-siswi kemudian peneliti menjelaskan kelas
bagaimana cara pengisian kuesioner, peneliti meminta
pada siswa-siswi untuk mengisi lembar kuesioner Kelas N %
yang telah dibagikan dengan dibantu oleh wali kelas IV 25 42.4
masing-masing kelas, setelah lembar kuesioner selesai V 23 39.0
di isi, kuesioner dikumpulkan dan diperiksa kembali VI 11 18.6
kelengkapan dari kuesioner atau jawaban yang
Total 59 100.0%
diberikan responden. Observasi dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi untuk melihat nilai Sumber : Data primer 2014
raport dari setiap siswa. Pengolahan data dalam
penelitian ini terdiri dari editing yaitu untuk
Berdasarkan tabel 3 distribusi frekuensi
memastikan kebenaran data,coding pemberian kode siswa kelas IV, V dan VI terdapat paling
masing-masing jawaban dan tabulating tinggi 25 responden (42.4%) pada kelas IV
mengelompokan data dalam bentuk tabel dan dan terendah 11 responden (18.6) pada kelas
narasi.Penelitian ini menggunakan analisa univariat VI.
dan bivariat.
Tabel 4. Distribusi frekuensi berdasarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Univariat pekerjaan orang tua
Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis Pekerjaan orang N %
tua
kelamin
Petani 53 89.8
Jenis Kelamin n %
PNS 3 5.1
Swasta 3 5.1
Laki-laki 32 54.2
Total 59 100.00
Perempuan 27 45.7
Data primer 2014
Total 59 100.00
Sumber : Data primer 2014
Distribusi pekerjaan orang tua yang
Umur n % paling tinggi dengan pekerjaan sebagai petani
9 31 52.2 53 responden (89.8%), dan terendah
10 19 32.2
11 9 15.3 masing-masing 3 responden (5.1%)
Total 59 100.00 sebagai PNS dan Swasta.
Distribusi jenis kelamin pada siswa terdapat
paling tinggi yaitu 32 responden (54.2%) pada laki- Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan
laki dan terendah 27 responden (45.8) pada
perempuan. peran orang tua siswa
Peran Orang N %
Tua
Baik 34 57.6
Kurang 25 42.4
Total 59 100.00
Sumber : Data primer 2014
Distribusi peran orang tua tertinggi berjenis kelamin perempuan Menurut hasil
dengan peran orang tua baik dengan jumlah penelitian Aizah (2008) diperoleh hasil
34 responden (57.6%), dan bahwa terdapat hubungan signifikan antara
terendah 25 responden (42.4%) dengan peran jenis kelamin dan prestasi belajar. Faktor-
orang tua kurang. faktor yang mempengaruhi hal tersebut
antara lain ketekunan dalam belajar,
Tabel 6. Distribusi frekuensi berdasarkan semakin tinggi pemusatan konsentrasi
serta rutinitas dalam belajar.
prestasi belajar siswa
Berdasarkan distribusi responden
Prestasi
n % menurut umur yang tertinggi yaitu di dapat
belajar 31 responden (52.5%) dengan usia 9
Baik 48 81.4 tahun. Menurut Supartini (2004)
Cukup 11 18.6 menyatakan Bahwa fase anak usia sekolah
Total 59 100.00 dimulai dari usia 6 sampai 12 tahun. Usia
Sumber : Data primer 2014 sekolah merupakan fase penting dalam
Distribusi prestasi belajar siswa paling pencapaian kerena fase ini anak harus
tinggi yaitu 48 responden (81.4) dengan berhadapan dengan berbagai tuntutan
prestasi baik dan terendah 11 responden sosial misalnya pelajaran sekolah,
(18.6) dengan prestasi cukup.Dalam hubungan teman sebaya, nilai moral dan
penelitian ini tidak ada siswa prestasi kurang etik, serta hubungan dengan dunia dewasa.
rata-rata siswa memliki nilai baik dan cukup. Berdasarkan distribusi responden
menurut kelas di dapatkan paling tinggi
Tabel 7. Analisis hubungan peran orang tua sebanyak 25 orang (42.4%) pada kelas
dengan prestasi belajar anak usia IVkarena dalam penelitian ini jumlah
sekolah siswa paling banyak terdapat pada kelas
IV,
Peran Prestasi Belajar
Total Nilai
Orang
Baik Cukup
p
Tua n % n % n % V VI. Hal ini dikarenakan karena anak
Baik 32 94 2 6 34 100
0,003
kelas IV, V dan VI mendekati masa ujian
nasional dan kenaikan dijenjang sekolah
Kurang 16 64 9 36 25 100
berikutnya yaitu SMP.
Jumlah 48 1I 59 Berdasarkan distribusi responden
Sumber : Data primer 2014 menurut pekerjaan orang tua rata-rata
bekerja sebagai petani yaitu 53 responden
Berdasarkan tabel 7 menunjukan bahwa (89.8%).Menurut Tan (2013) menyatakan
peran orang tua yang baik berjumlah 34 Pekerjaan merupakan tumpuan untuk
responden. Dengan 32 responden (94%) mendapatkan uang.Status sosial ekonomi
prestasi belajar baik dan 2 responden (6%) keluarga juga dapat terlihat dari pekerjaan
prestasi belajar cukup. Sedangkan peran orang tua.
orang tua kurang berjumlah 25 Berdasarkan hasil penelitian yang
responden.Dengan 16 dilakukan menggunakan kuesioner dan
responden (64%) prestasi baik dan 9 nilai raport siswa di temukan pada peran
responden (36%) prestasi belajar cukup. orang tua baik didapatkan 32 siswa (94%)
dari 34 siswa sedangkan pada peran orang
Karakteristik responden tua kurang terdapat 16 siswa (64%) dari 25
Berdasarkan distribusi responden menurut siswa.
jenis kelamin didapat paling tinggi diperoleh
pada jenis kelamin laki- laki 32 orang
(54.3%), lebih banyak daripada yang berjenis
Hubungan Peran Orang Tua Dengan meningkat (Schunk, 2010).Orang tua yang
Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah memberikan dukungan pada anaknya dalam
Berdasarkan uji statistik menggunakan uji belajar akan mampu meningkatkan semangat
chi-Squaredi peroleh nilai p = 0,003 (p anak agar dapat belajar lebih giat, belajar
<0,05). Hal ini berarti nilai plebih kecil dari dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah
α (0,05). putus asa jika menghadapi kesulitan dalam
Penelitian ini didukung oleh penelitian belajar dan dapat bersosialisasi dengan baik
yang dilakukan olehAstuti (2010) dengan (Tan, 2013). Salah satu tugas kritis orang tua
judul skripsi hubungan antara peran orang dalam menyosialisasikan anak-anak mereka
tua dan motivasi belajar dengan prestasi pada saat ini adalah termasuk meningkatkan
belajar mata pelajaran sosiologi pada siswa prestasi sekolah (Friedman, 2013).
kelas XI sma yangmengatakan bahwa
terdapat hubungan antara peran orang tua SIMPULAN
dengan prestasi siswa.Orang tua memiliki Berdasarkan hasil penelitian mengenai
peranan penting dalam pendidikan dalam hal hubungan peran orang tua dengan prestasi
ini merupakan guru pertama bagi anak. belajar anak usia sekolah di SDN Inpres I
Orang tua merupakan individu yang paling Tumaratas Kecamatan Langowan Barat,
dekat dengan anak dan memiliki tanggung dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
jawab penuh terhadap anak, orang tua juga peran orang tua dengan prestasi belajar anak
dapat membentuk sikap dan perilaku anak usia sekolah di SDN Inpres I Tumaratas.
dengan memberikan tekanan secara langsung
atau tidak langsung agar dapat mencapai pola DAFTAR REFERENSI
perilaku yang diharapkan (Wong, 2009). Astuti A. E. (2010). Hubungan Antara
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Peran Orang Tua Dan Motivasi
oleh Tolada (2010) tentang keterlibatan
Belajar Dengan Prestasi Belajar
orang tua dengan prestasi belajar anak
Mata Pelajaran Sosiologi Pada
mengatakan orang tua yang berperan dan
terlibat dalam kegiatan anak disekolah Siswa Kelas XI Sma Negeri 1
memungkinkan berpengaruh terhadap Karangdowo, Klaten Tahun Ajaran
prestasi belajar anak, selain itu juga peran 2009/2010.
orang tua berupa pemberian perhatian
(http://eprints.uns.ac.id/10190/1/1371
terhadap tugas sekolah dan jadwal harian
31008201008211.pdf). Diakses 14
juga didukung oleh suasana rumah yang
mendukung belajar anak dan interaksi yang oktober 2014
baik antara orang tua dan anak membuat Aunurahman. 2009. Belajar dan
anak bersemangat untuk belajar dan prestasi Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
belajar anak akan meningkat.
Cara orang tua agar tetap terlibat dalam Aizah, S. (2008). Analisis prestasi belajar
belajar anak diantaranya dapat dilihat dari mahasiswa akper pgri di kota
pemberian dukungan terhadap anak, Kediri tahun. June 21, 2012
pemberian tambahan bimbingan belajar, http://fikunp.org/index.php?option
pemberian perhatian terhadap tugas sekolah =com_content&view=article&id=5
dan jadwal harian, serta ditunjukan dengan 1:jurnal-ilmiah&catid=10:jurnal-
keterlibatan orang tua dalam kegiatan ilmiah&Itemid=28 di akses 14
sekolah, sehingga dengan adanya peran serta oktober 2014
orang tua dalam kegiatan proses belajar anak Friedman, M. M. (2013). Buku ajar
maka hal tersebut dapat menjadikan prestasi keperawatan keluarga: riset, teori
anak & praktik. Jakarta: EGC
Gunarsa, Y. S. D. (2006). Psikologi Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep
perkembangan anak dan remaja. Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
Jakarta: Gunung Muria. EGC
Iswanti, Y. W. (2002).Pengaruh Motivasi Tan, J. H. (2013). Hubungan antara
Berprestasi dan Peran Orang Tua dukungan orang tua
Dengan Prestasi Belajar Siswa dengan motivasi belajar pada
SMU Tarakanita anak usia sekolah kelas iv dan v di
sd negeri kawangkoan
I.(http://www.stikstarakanita.ac.id/f
kalawat.(http://ejournal.unsrat.ac.id
iles/Jurnal%20Vol.%202%20No.%
202/176.%20Pengaruh%20Motivas /index.php/jkp/article/viewFile/219
i%20Berprestasi%20_Sr.pdf).Di 1/1749). Diakses 14 September
akses 14 September 2014 2014
Mulyanti, S. (2013).Perkembangan Tolada, T. (2012).Hubungan Keterlibatan
Psikologi Anak. Yogyakarta: Laras Orang Tua Dengan
Media Prima Prestasi Belajar Anak
Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Usia Sekolah Di SDIT
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Permata
Rineka Cipta. Hati
Banjarnegara.(http://lib.ui.ac.id/fil
Pradhana, N. (2012). Pengaruh Intensitas e?file=digital/20309114-S43179-
Perhatian Orang Tua Dan Hubungan%20keterlibatan.pdf).Di
Motivasi Belajar Terhadap akses 25 oktober 2014
Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas
IV SD SE Gugus Ontoseno Bagelen Wong, D. L. (2009).Buku ajar
Purworejo keperawatan
(http:eprints.uny.ac.id/babI.pdf). Di pediatric.Edis
akses 1 desember 2014 i 6.Volume 1. Jakarta:EGC
Abstract : The essence of self becomes an important aspect in human life. Children who have
confidence will able and able to learn and positively relate to others. Children talking about shelf -
confidence can make serios problems in children’s schools caused by many things that use computers
because of lack of communication. The purpose of the research is to know relation of commucation
patterns with self confidencein in SD GMIM Lelema, The design of this study with cross sectional.
Samples in this study approach of this method of total sampling of 47 students. The Result of the
Research show functional communication pattern 40 respondent with good self confidence
respondent. Chi -square test result show relation pattern of family communication with trust self-aged
V-VI school age children in SD GMIM Lelema where p value = 0,000 is less than (α= 0,05), the
family should be able to commicate appropriately to children and families further improve the
development and growth of the school-age children.
Abstrak : Kepercayaan diri merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Anak yang memiliki
kepercayaan diri akan bisa dan mampu belajar serta bersikap positif berhubungan dengan orang lain.
Kepercayan diri dapat dilatih sejak dini didalam keluarga melalui hubungan komunikasi antar anggota
keluarga. Anak yang mengalami krisis terhadap kepercayaan diri hal ini dapat menjadikan problem
yang serius dikalangan anak sekolah yang dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya situasi didalam
keluarga karena komunikasi yang kurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola
komunikasi dengan kepercayaan diri anak di SD GMIM Lelema. Desain penelitian ini dengan
pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini total sampling 47 siswa. Hasil penelitian
menunjukan pola komunikasi fungsional 40 responden dengan kepercayaan diri baik 40 responden.
Hasil uji Chi-square menunjukan ada hubungan pola komunikasi keluarga dengan kepercayaan diri
anak usia sekolah kelas V-VI di SD GMIM Lelema dimana nilai p value = 0,000 lebih kecil dari α=
0,05. Simpulan penelitian ini keluarga harus mampu melakukan komunikasi secara tepat kepada anak-
anak dan keluarga lebih meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak usia sekolah.
Kata Kunci: Pola komunikasi keluarga, Kepercayaan diri anak usia sekolah
PENDAHULUAN
Kepercayaan diri merupakan aspek 2hubungan antara komunikasi dalam keluarga
penting dalam kehidupan manusia. Seseorang dengan perkembangan bahasa anak prasekolah
dapat mencapai sebuah keberhasilan yang di Sekolah Dasar tunas rimba, Atik (2013)
diinginkan dengan sikap percaya diri. menunjukan adanya hubungan pola asuh orang
tua dengan kepercayaan diri anak di SDN
Kepercayaan diri adalah suatu hal yang
putra 1 banjarbaru, Alim (2015) menunjukan
penting untuk ditanamkan pada tidak adanya hubungan konsep diri dan
anak. Kepercayaan diri dapat mempengaruhi kepercayaan diri dengan kemampuan
perkembangan kepribadian seseorang namun komunikasi interpersonal pada remaja putus
juga nasib dimasa mendatang. Anak yang sekolah tingkat SD.
memiliki kepercayaan diri akan bisa dan
mampu belajar serta bersikap positif Ada empat Negara dengan jumlah
berhubungan dengan orang lain. Anak yang penduduk terpadat didunia adalah Cina
memiliki indikasi kurang percaya diri (Tiongkok), India, Amerika Serikat (USA),
menunjukkan sikap seperti sering merengek, dan setelah itu Indonesia. Cina (Tiongkok)
tidak mau mengerjakan tugas sendiri, tidak memiliki jumlah penduduk 1.401.586.609
ingin berbaris, cenderung selalu diam, tidak jiwa, dimana 16% penduduknya merupakan
merespon ketika ditanya, tidak bergaul dengan anak usia dibawah 14 tahun, sedangkan
teman-teman, tidak mau maju di depan kelas, Indonesia memiliki total jumlah penduduk
menangis bila tugasnya belum selesai, ingin 255.708.785 jiwa, dan jumlah usia sekolah (6-
cepat pulang dan tidak mau pergi ke sekolah 12 tahun) adalah 43.678.722 jiwa (Devisi
(Hikmah, 2015). Kepercayan diri dapat dilatih kependudukan PBB, 2015). Berdasarkan data
sejak dini didalam keluarga melalui hubungan tersebut ± 19% dari total jumlah penduduk
komunikasi antar anggota keluarga. Indonesia merupakan anak usia sekolah,
Kepercayaan diri anak adalah dimana anak membutuhkan dukungan lebih
dari orang tua dan pemerintah untuk bisa
menciptakan penerus bangsa yang mempunyai
keyakinan seseorang terhadap kemampuan
yang dimiliki sehingga merasa dirinya prilaku dan intelektual yang baik.
diterima, dihargai dan dihormati oleh orang Berdasarkan data awal yang saya
lain (Hakim, 2002). peroleh dari siswa di SD GMIM Lelema
Kecamatan Tumpaan Kabupaten Minahasa
Anak yang mengalami krisis terhadap
Selatan khususnya kelas 5 dan 6 yang akan
kepercayaan diri hal ini dapat menjadikan
dijadikan populasi berjumlah 47 siswa dan
problem yang serius dikalangan anak sekolah
yang akan dijadikan sampel untuk data awal
yang dipengaruhi oleh banyak hal salah
berjumlah 5 siswa. Hasil wawancara tentang
satunya situasi didalam keluarga karena
pola komunikasi keluarga; 2 anak mengatakan
komunikasi yang kurang baik didalam
sering mendapatkan dukungan dari orang tua
keluarga serta pola asuh orang tua yang salah,
saat membicarakan masa depan, 1 anak
pergaulan dan interaksi antara anggota
mengatakan selalu bercerita kegiatan setiap
keluarga, kurang adanya keterbukaan antara
hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.
orang tua dengan anak, kurangnya
Hasil wawancara tentang kepercayaan diri
pengetahuan yang dimiliki orang tua dan
anak; 1 anak mengatakan kurang merasa
terhambat oleh sopan santun atau rasa malu
senang ketika harus tampil didepan kelas atau
(Idrus dan Anas, 2008).
didepan teman-temannya karena mereka malu,
takut diejek, takut ditertawakan, dan takut
Hasil penelitian yang di lakukan oleh
salah. 1 anak mengatakan yakin pasti berhasil
Hary (2014) menunjukkan adanya hubungan
dimasa depan karena mempunyai cita-cita
antara komunikasi efektif orang tua dengan
yang indah. Hasil wawancara dengan
kepercayaan diri anak usia sekolah di Sekolah
Dasar Negeri jember lor 1, Sari (2011)
menunjukan adanya
guru/wali kelas V-VI mengatakan sebagian HASIL dan PEMBAHASAN
besar siswa-siswi kelas V-VI belum memliki
kepercayaan diri yang optimal contohnya pasif Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan
dalam tugas sekolah seperti malas-malasan Umur dan Jenis
membuat PR, malu saat melakukan aksi
Kelamin
didepan kelas, berbicara tidak baik, namun ada
siswa-siswi aktif dalam tugas sekolah, rajin ke
sekolah, sopan santun terhadap guru. Umur n %
10 8 17
METODE PENELITIAN 11 23 49
Keluarga
Fungsio
39 97,5 1 2,5 40
nal
Disfungs 0,000
1 14,3 6 85,7 7
ional
Jumlah 40 7 47
Berdasarkan penelitian yang telah Atik, C. (2013). Hubungan Pola Asuh Orang
dilakukan tentang pola komunikasi keluarga Tua dengan Kepercayaan Diri Anak di
dengan kepercayaan diri anak usia sekolah SDN Putra 1 Banjarbaru.
yang dilakukan di SD GMIM Lelema https://dokumen.tips/education/hubu
didapatkan sebagian besar responden ngan-pola-asuh-orang-tua-dengan-
mendapatkan pola komunikasi fungsional, kepercayaan-diri-anak-di-sekolah-dasar-
kepercayaan diri baik dan ada hubungan yang negeri-putra-1-banjarbaru.html di akses
signifikan antara pola komunikasi keluarga
tanggal 15 Oktober 2017
dengan kepercayaan diri anak usia sekolah di
SD GMIM Lelema Kecamatan Tumpaan Alim, S. (2015). Hubungan Konsep Diri Dan
Kabupaten Minahasa Selatan Kepercayaan Diri DenganKemampuan
KomunikasiInterpersonal Pada Remaj
Penelitian-penelitian yang terkait Putus Sekolah Tingkat SD.
dapat dilihat bahwa Komunikasi keluarga https://dokumen.tips/documents/hub
sangat berperan dalam kepercayaan diri anak ungan-konsep-diri-dan-kepercayaan-
diri-dengan-kemampuan-komunikasi-
seperti juga penelitian yang dilakukan penulis interpersonal-562baadb98c3d.html di
di SD GMIM Lelema menunjukkan bahwa akses tanggal 15 Oktober 2017
pola komunikasi keluarga terdapat hubungan
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Suatu
dengan kepercayaan diri anak, kepercayaan Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).
diri anak-anak tidak lepas dari bagaimana Jakarta: Rineka Cipta.
peran serta komunikasi dari orang tua karena
Hary, (2014). Hubungan Antara Komunikasi
jika pola komunikasi orang tua baik maka
Efektif Orang Tua Dengan Kepercayaan
kepercayaan diri anak pun akan menjadi baik Diri di Sekolah Dasar Negeri Jember
sebaliknya jika pola komunikasi orang tua Lor 1
kurang akan berdampak pada kepercayaan diri http://www.academia.edu/9155391/
anak, karena tugas dari orang tua yaitu Hubungan_Antara_Komunikasi_Efe
membimbing, mengingatkan, mengajarkan ktif_Orang_Tua Dengan_kepercayaan
hal-hal yang baik dan dalam penelitian yang diri. Di akses tanggal 25 Oktober 2017
dilakukan penulis dimana teman sebaya juga
mempengaruhi kepercayaan diri anak usia Hakim. (2002). Rasa Percaya Diri. Jakarta:
sekolah karena anak-anak di SD GMIM Puspa Swara
Lelema menunjukan saling mendukung,
Hikmah. (2015). Hubungan Pola Asuh
meniru serta saling belajar dan berkumpul
Otoriter dengan Kepercayaan Diri Anak
bersama.
di TK ABA 1 Huidu Kecamatan
Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.
http:// repository.wima.ac.id/266/2/
BAB%201.pdf. di akses tanggal 20
Oktober 2017
Abstrak
This research explain that the family communications pattern analysis, function of socialization of family, form of
communication happened at family who live in setlement and countrified in Bekasi City. Besides, also to know
development of child of of the the family. Method which in using in this research is descriptive method uses
descriptive survey design, data analysis Statistik by using Lisrel version 8.70. Result of research indicates that
communications pattern to family in setlement is more usingly is combination pattern between patterns laisez-faire,
protektif, pluralistik, and konsensual. Its use in corresponding to various conditions and situation when mothering.
Function of active socialization, passive and radical in using in combination by family who live in setlement and
countrified. In mother tongue usage ( area), both types of the family applies for inuring and recognition to child of
child of they.
Tabel 1
Pola Komunikasi Keluarga di Permukiman dan Perkampungan
Pola Komunikasi Permukiman Perkampungan
Keluarga Tidak Pernah Sering Selalu Tidak Pernah Sering Selalu
Pernah Pernah
Pola Laisez-faire 0 9 56 13 0 13 52 13
Pola Protektif 0 19 43 16 1 17 48 12
Pola Pluralistik 0 13 50 15 0 14 49 15
Pola Konsensual 0 9 62 7 0 12 54 12
37
sering dan selalu menggunakan pola tinggal di perkampungan termasuk
komunikasi keluarga dengan pola dalam kategori sering dan cenderung
protektif dalam berinteraksi dengan kepada selalu digunakan dalam interaksi
anak-anaknya. Hal utama yang selalu dengan anggota keluarga, terutama
dilakukan oleh para orangtua adalah terhadap anak-anaknya. 74% dari
menemani bermain dan menjelaskan responden yang tinggal di dua lokasi
setiap yang ditanyakan oleh anak-anak penelitian menyatakan sering memberi
mereka. Sebagian dari orangtua kebebasan kepada anak-anak mereka
mengarahkan anak-anak mereka dengan dalam bermain, mereka tidak melarang
permainan yang menurut orangtua lebih karena mereka menganggap anak-anak
baik, dan rata-rata anak mereka patuh sudah mengerti apa yang di lakukan
dan tidak pernah menolak. Larangan- anak-anak mereka. Rata-rata orangtua
larangan yang harus diketahui anak, mempercayai apa yang dilakukan oleh
lebih dahulu dijelaskan sebelum anak- anak-anaknya. Mereka beranggapan
anak mereka melakukan aktivitas. bahwaanak-anakmerekasudah
mengerti apa resiko dari pilihan
3.1.3 Pola Pluralistik permainan mereka.
Keluarga yang tinggal di
permukiman dan keluarga yang tinggal 3.2 Fungsi Sosialisasi Keluarga
di perkampungan termasuk dalam Fungsi Sosialisasi keluarga
kategori sering dan cenderung dalam dalam keluarga merupakan suatu proses
kategori selalu di gunakan dalam dimana orangtua melakukan penanaman
berinteraksi dengan anak-anaknya. nilai dan norma kepada anak-anak atau
39
Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga
terhadap Perkembangan Anak
dingat oleh anak. Baik keluarga yang proximiti kepada anaknya dengan
tinggal di permukiman maupun mengendong anak ketika merajuk atau
keluarga yang tinggal di perkampungan ketika mengamuk karena tidak suka
termasuk dalam kategori sering dan dengan mainannya. Rata-rata anak
selalu menekankan kata-kata penting yang tinggal di permukiman maupun di
yang harus di lakukan oleh anak-anak perkampungan menunjukkan ke-
mereka. Dalam menjelaskan kata- kata senangan kepada mainan dilakukan
penting juga termasuk dalam kategori dengan tertawa-tawa dan melonjak-
sering dan selalu. lonjak. Anak dari kedua wilayah
Keluarga yang tinggal di penelitian menunjukkan kesedihannya
permukiman maupun yang tinggal di dengan menangis.
perkampungan termasuk sering me- Orangtua pada keluarga di
nunjukkan kemarahan kepada anak permukiman termasuk dalam kategori
dengan menggunakan mimik wajah. selalu menyentuh wajah anaknya pada
Begitu juga dalam mengungkapkan saat akan menyisir rambut anaknya,
rasa sayang kepada anak di ungkapkan begitu juga pada saat akan mengajak
dengan mimik wajah yang me- tidur. Belaian pada rambut anak juga
nunjukkan rasa sayang. Melarang anak sering dilakukan oleh keluarga yang
untuk tidak melakukan kesalahan atau tinggal di permukiman. Mereka juga
hal-hal yang keliru, para orangtua membiasakan mencium ubun-ubun
menggunakan mimik wajah yaitu anaknya. Membelai rambut anak
dengan mendelikkan mata tanda tidak sambil mengatakan ” kamu cakep
setuju dengan perbuatan anak. sayang”, merupakan kata-kata yang
Memeluk anak sambil bermain, termasuk kategori pernah diucapkan oleh
sambil menonton televisi termasuk orangtua yang tinggal di permukiman
dalam kategori sering dilakukan oleh maupun di perkampungan.
keluarga yang tinggal di permukiman, Menciumi anak sambil mengatakan
sedangkan keluarga di perkampungan ”anak pinter” merupakan perilaku dan
tidak pernah melakukan memeluk anak kata-kata yang termasuk dalam kategori
sambil bermain atau sambil menonton pernah dilakukan oleh oranhgtua yang
televisi. tinggal di permukiman dan di
Saat anak bermain, memanjat perkampungan. Rata-rata orangtua yang
kursi atau menaiki tangga, bagi bekerja, ketika mereka pulang sampai
keluarga di permukiman di perhatikan dirumah dan bertemu anaknya, mereka
dan selalu dituntun untuk menaiki kursi membiasakan menyentuh wajah
ataupun tangga. Sedangkan keluarga anaknya sambil menyapa berkata ”apa
yang tinggal di perkampungan tidak kabar sayang”
menuntun anak saat menaiki tangga
atau memanjat kursi, hal ini karena 3.4 Kondisi Anak pada Saat
mereka selalu membiarkan anak- Penelitian di lakukan
anaknya untuk bermain dengan 3.4.1 Perkembangan Fisik Anak
sendirinya, tanpa di tuntun maupun di
Anak dalam penelitian ini
perhatiankan secara mendetail.
adalah anak yang berusia antara 0 s/d 6
Proximiti atau kedekatan tahun yang diasuh oleh orangtua yang
orangtua kepada anak ditunjukkan lengkap. Umur anak pada penelitian ini
dengan mengendong pada saat menangis. berada dalam umur 2 tahun s/d 6 tahun.
Keluarga yang tinggal di permukiman Perkembangan anak jika dikaitkan
dan keluarga yang tinggal di dengan usianya, sudah sesuai dengan
perkampungan menunjukkan perilaku
41
Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga
terhadap Perkembangan Anak
43
Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga
terhadap Perkembangan Anak
Pertanyaan/Saran :
Nama : Diah Feby Farahnisyah
NIM/kelas : 1130016090/6B
1. Prioritas masalah perhitungannya mohon diperbaiki lagi
2. Menghitung skor hendaknya ditulis dikolom nilai
Pertanyaa/Saran :
Nama : Lusi Dwi Rahayu
NIM/Kelas : 1130016085/6B
1. Di genogram tidak ada keterangan sumber-sumbernya
2. Denah rumah tidak dijelaskan luasnya
Pertanyaan/Saran :
Nama : Hilda Wulandari
NIM/kelas : 1130016073/6B
1. Sumber genogram tidak ada
Pertanyaan/Saran :
Nama : Denis Kristina Aprilia
NIM/kelas : 1130016052/6B
1. Genogram tidak ada sumber
2. Prioritas masalah?
Pertanyaan/Saran :
Nama : Olva Nur Herawaty
NIM/kelas : 1130016083/6B
1. Sumber digenogram tidak ada sumbernya menurut saya
Pertanyaan/Saran :
Nama : Lukluatul Mahbubah
NIM/kelas : 1130016098/6B
1. Pada skoring, diperhitungannya misal x 1 = , Tetapi dikolom nilai
Pertanyaan/Saran :
Nama : Arnis Rositas Syntia
NIM/kelas : 1130016038/6B
1. Dx keluarga mampu mengenal bukan untuk ditulis diatasnya
2. Nilai hasil pecahan bisa disederhanakan lagi
3. Ukuran rumah seharusnya berluaskan bukan berukuran seharusnya begitu.
Pertanyaan/Saran :
Nama : Siti Hardiyanti
NIM/kelas : 1130016004/6B
1. Sumber genogram
2. Jadwal/waktu imunisasi ditulis (teori ataupun kasus)
3. Perhitungan di Dx (nilai) bukan di pembenaran
4. Di nic & noc penulisan kep.keluarga mengenal di dalam nic & noc
Pertanyaan/Saran :
Nama : Annisatul Arum Pridasari
NIM/kelas : 1130016028/6B
1. Genogram tolong dikasih sumber
2. Seharusnya nilai ditaruh dikolom nilai bukan di Pembenaran.
Pertanyaan/Saran :
Nama : Ficky Erika Dewi
NIM/kelas : 1130016063/6B
1. Prioritas diagnosa pada jumlah skoring pecahannya diteliti kembali
1. Nama : Diah Feby Farahnisyah
NIM : 1130016090
Pertanyaan/saran :
a. PPT sebaiknya disesuaikan dengan yang dicantumkan bu nety
(implementasi-evaluasi)
b. Demonstrasi sebaiknya dijelaskan dulu tujuannya biar keluarga
paham.
c. Font terlalu kecil.
2. Nama : Zakiyyatus Solikhah
NIM : 1130016001
Pertanyaan/saran :
a. Mohon PPT diperbaiki, ketik ulang tidak di capture
b. Saat melakukan implementasi harusnya dijelaskan tujuan tindakan
terlebih dahulu
3. Nama : You Erly
NIM : 1130016009
Pertanyaan/saran :
a. Kelompok tidak menjelaskan cara/prosedur bermain bertujuan
untuk apa? Dan sebaiknya dijelaskan cara bermain dan tujuan serta
manfaat permainan labirin.
4. Nama : Siti Hardiyanti
NIM :
Pertanyaan/saran :
a. PPT terlalu kecil
b. Bagaimana penyaji bisa mengevaluasi hasil implementasi
c. Penyaji sebaiknya memanggil nama px/bapaknya (supaya lebih
mempererat dengan px)
d. Permainan sudah bagus tapi setidaknya penyaji menjelaskan
pemberian permainan itu apa, dan dimasukkan dengan hal yang
akan diberikan.
5. Nama : Nurul Alfiyah Cahyani
NIM : 1130016010
Pertanyaan/saran :
a. Seharusnya ppt tidak di screenshoot klo bisa dibuat tabel
b. Demonstrasi lebih baik dijelaskan terlebih dahulu tujuannya
supaya anak mengerti.
6. Nama : Alimatus Sa’diyah
NIM : 1130016005
Pertanyaan/saran :
a. Kelompok tidak menjelaskan cara/prosedur bermain dan bertujuan
untuk ap
7. Nama : Putri Indahsari
NIM :
Pertanyaan/saran :
a. Tabel implementasi dan Evaluasi kurang tabel diagnosa
keperawatan.
b. Sebaiknya ditanya dulu adiknya suka bermain apa? Tidak langsung
dibuka permainannya kan kadang bisa saja itu tidak dilakukan oleh
anak.
8. Nama : Arnis Rosita Syntia
NIM : 1130016038
Pertanyaan/saran :
a. Font kurang besar
b. Role Play masih kaku
c. Di pembagian peran terlalu banyak tulisan karena membuat malas
membaca (lefleat)
9. Nama : Denis Kristina Aprilia
NIM : 1130016052
Pertanyaan/saran :
a. Font kurang besar
b. Di lefleat terlalu banyak tulisan
10. Nama : Fildzah Nur Masithoh
NIM : 1130016123
Pertanyaan/saran :
a. Untuk memberikan pengetahuan di TUK 1 lebih menggunakan
pre-post Tes
b. Format tabel implementasi dan evaluasi tidak sama dengan yang
dicontohkan bu nety.
11. Nama : Annisatul Arum P.
NIM : 1130016028
Pertanyaan/saran :
a. Font kurang besar
b. Di lefleat terlalu banyak tulisan
c. Lebih baik ditanyakan dulu keadaan anaknya
12. Nama : Lukluatul Mahbubah
NIM : 1130016098
Pertanyaan/saran :
a. Tabel implementasi lebih baik jangan di sreenshoot
13. Nama : Olva Nur Herawaty
NIM : 1130016083
Pertanyaan/saran :
a. Di Implementasi seharusnya diketik ulang untuk tabel
Kelompok : ...............................................................................
Topik : ...............................................................................
Tanggal Presentasi : ...............................................................................
Fasilitator : ...............................................................................
I. PENYAJIAN
Skor Nilai
No. Aspek yang Dinilai Bobot (Rentang (Bobot x
0-100) Skor)
1 Kemampuan mengemukakan konsep / 3
teori
2 Kemampuan mengemukakan intisari 3
kasus
3 Kelancaran dan kejelasan dalam penyajian 3
4 Kemampuan memaparkan materi secara 3
sistematis
5 Sikap dan Penampilan 3
TOTAL
5
III. DISKUSI
Skor Nilai
No. Aspek yang Dinilai Bobot (Rentang (Bobot x
0-100) Skor)
1 Kemampuan berkomunikasi / berdialog 3
2 Kemampuan menjawab dengan tepat 3
3 Kemampuan berargumentasi 3
4 Kemampuan menerima fakta baru secara 3
terbuka
5 Kemampuan menerima pendapat lain 3
secara kritis
6 Sikap dan Penampilan 3
TOTAL
6
______________________________
NPP.
Surabaya, 2019
PJMK Keperawatan Keluarga PJMK
Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan
Siti Nurjanah,S.Kep.,Ns.,M.Kep.