Oleh
Kelompok 1
Puji syukur atas kehadirat rahmat Allah SWT atas segala rahmat beserta
karunia-Nya sehingga makalah kami dengan judul “Asuhan Keperawatan
Keluarga” dapat terselesaikan dengan baik seperti yang telah diharapkan. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Keperawatan Keluarga pada
Program Studi Alih Jenis Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Seluruh dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga Program Studi Alih Jenis
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang selalu memberikan
ilmunya dalam masa kuliah
2. Ibu Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Dosen Fasilitator yang
telah membimbing kami dalam pengerjaan makalah ini
3. Teman – teman kelompok 1 yang selalu memberikan motivasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menerima segala kritik dan saran dari
semua pihak tentang makalah ini dan kami sebagai penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama
lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhiseluruh keluarga
dansebaliknya mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan
anggota.Keluarga cenderung dalam pembuatran keputusan dan dan prose
terapeutik padasetiap tahap sehat dan sakit pada para anggota keluarga.
Keluarga merupakan paraanggota sebuah keluarga baiasanya hidup bersama-
sama dalam satu rumahtangga, atau jika mereka hidup secra terpisah, mereka
tetap menganggap rumahtangga tersebut sebagai rumag tangga mereka.
Dewasa ini banyak kita temukan pasangan-pasangan muda yang baru
menikah dan kita ketahui sebagian dari mereka banyak juga yang belum tahu
apa-apa saja tugas dari tahap perkembangan keluarga dengan pasangan baru
menikah sehingga sering terjadi pertengkaran di antara mereka. Uraian diatas,
4
penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan tahap
perkembangan keluarga baru menikah.
1.3 Tujuan
1.Tujuan Umum
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan
keluarga dengan tahap keluarga baru menikah.
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan
keluarga dengan tahap keluarga baru menikah
2) Mahasiswa mampu menerapkan dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan keluarga dengan tahap keluarga baru menikah
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis
mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan tahap keluarga baru
menikah
2. Bagi Perawat
Untuk meningkatkan pelayanan dalam asuhan keperawatan keluarga
dengan tahap keluarga baru menikah
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Family (keluarga tanpa anak) dan keluarga terdiri dari suami dan
istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
(2) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan mengejar
karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
(3) Keluarga Adobsi
Keluarga adobsi adalah keluarga yang mengambil tanggungjawab
secara sah dari orangtua kandung ke keluarga yang menginginkan
anak.
(4) The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah, seperti Nuclear family disertai paman, tante, orangtua
(kakek-nenek), keponakan, dan lain-lain.
(5) The Single-Parent Family (Keluarga orangtua Tungal)
Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan
anak. Hal ini biasanya terjadi melalui proses perceraian, kematian,
atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
(6) Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di
luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat
weekends atau pada waktu-waktu tertentu.
(7) Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
(8) Kin-Network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dan lain-
lain.
7
(9) Keluarga Campuran (Blended Family)
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
(10) Dewasa Lajang Yang Tinggal Sendri
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau
ditinggal mati.
(11) Foster Family
Keluarga foster merujuk pada pelayanan yang diberikan kepada
suatu keluarga dimana anak dtempatkan di rumah terpisah dari
orang tua aslinya. Anak-anak biasanya ditempatkan Foster Home
jika orang tua dinyatakan tidak bisa merawat anak-anak mereka
dengan baik karena sesuatu hal. Pada kebanyakan kasus,
penempatan anak dirumah penampunga bersifat sementara dan jika
dinyatakan orangtua sudah mampu merawat anaknya maka anak-
anak tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya.
(12) Keluarga Binuklir
Keluarga Binuklir merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai
dimana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari
dua rumah tangga inti, ibu dan ayah dengan berbagai macam kerja
sama antara keduanya serta waktu yang digunakan dalam setiap
rumah tangga.
2) Non Tradisional
Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk keluarga yang
sangat berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non tradisional yang
paling umum saat ini antara lain:
(1) The Unmarried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
(2) The Step Parent Family
Keluarga dengan orangtua tiri.
8
(3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber,
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, serta sosialisasi
anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
(4) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family (Keluarga
Kumpul Kebo Heteroseksual)
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
pernikahan.
(5) Gay and Lesbian Families
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagaimana marital partners
(6) Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu
(7) Group Network Family
Keluarga ini yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggungjawab
membesarkan anaknya
(8) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu termasuk seksual, dan mebesarkan anaknya.
(9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bentuan untuk menyatukan kembali
keluarga aslinya.
9
(10) Homeless Family
Keluarga yang tebentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
(11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut (Friedman, 2003) dalam (Nadirawati, 2018):
1) Fungsi Afektif dan Koping
Dimana keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu
anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan saat terjadi stress
2) Fungsi Sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan
mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam penyelesaian
masalah.
3) Fungsi Reproduksi
Dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya dengan melahirkan anak.
4) Fungsi Ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan kepentingan di
masyarakat.
5) Fungsi Pemeliharaan Kesehatan
Keluarga memberikan keamanan dan kenyamanan lingkungan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat juga
penyembuhan dari sakit.
10
5. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut (Nies dan McEwen, 2019):
1) Keluarga pemula atau pasangan baru
Perkawinan dari sepasang insan menandakan bermulanya sebuah keluarga
baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari lajang ke
hubungan baru yang intim.
Tugas dalam perkembangan keluarga :
(1) Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan
(2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
(3) Merencanakan keluarga
2) Keluarga menanti kelahiran anak
Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai bayi berusia 30
bulan.
Tugas dalam perkembangan keluarga:
(1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga).
(2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga.
(3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
(4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orangtua dan kakek-nenek.
3) Keluarga dengan anak usia prasekolah
Tahap perkembangan ini siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun.
Tugas dalam perkembangan keluarga:
(1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi, keamanan.
(2) Mensosialisasikan anak
(3) Memenuhi kebutuhan anak
(4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
11
4) Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa
remaja.
Tugas dalam perkembangan keluarga:
(1) Mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan anak sebaya yang sehat.
(2) Memepertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
(3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
5) Keluarga dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap ini berlangsung selama 6
hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lebih lama jika anka masih
tinggal di rumah hingga19 atau 20 tahun.
Tugas dalam perkembangan keluarga:
(1) Menyeimbangkan kebebasab dan tanggungjawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri.
(2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
(3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak
6) Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Permulaan dari fase ini ditandai oleh anak pertama sampai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah orangtua. Tahap ini dapat berjalan singkat atau
agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah.
Pada banyak keluarga di Indonesia tahap ini tidak dilampui karena akan ada
anak yang menemani orangtuanya walaupun telah menikah.
Tugas dalam perkembangan keluarga:
(1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru
yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
(2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
(3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan baik dari pihak suami
maupun istri.
12
7) Keluarga lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.
Tugas dalam perkembangan keluarga:
(1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
(2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
(3) Mempertahankan hubungan perkawinan.
(4) Menyesuaikan dari terhadap kehilangan pasangan.
(5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
(6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.
6. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut (Friedman, 2003) dalam (Nadirawati, 2018):
1) Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan, mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
2) Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada
kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.
Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan dari individu untuk
mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga. Beberapa macam
struktur keluarga antara lain:
(1) Legimate Power/Author (Hak Untuk Mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak.
(2) Referent Power (Seseorang Yang Ditiru) dalam hal ini orang tua adalah
seseorang yang dapat ditiru oleh anak.
(3) Reward Power (Pengaruh Kekuatan Karena Adanya Harapan Yang Akan
Diterima).
(4) Resource or Expert Power (Pendapat, Ahli, dan lain-lain).
(5) Coercive Power (Pengaruh Yang Dipaksa Sesuai dengan Keinginannya).
(6) Informational Power (Pengaruh Yang Dilalui Melalui Persuasi)
13
(7) Affective Power (Pengaruh Yang Diberikan Melalui Manipulasi Cinta
Kasih, misalnya hubungan seksual).
3) Struktur Peran
(1) Peran Formal dalam Keluarga
Peran formal dalam keluarga adalah posisi pada keluarga, seperti ayah, ibu
dan anak. Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Ayah
sebagai pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga,
dan sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu
berperan sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak,
pelindung keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta
sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan
anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan
fisik, mental, sosial dan spiritual.
(2) Peran Informal Keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak
ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau
untuk menjaga keseimbangan keluarga.
4) Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat mempengaruhi nilai-nilai masyarakat.
Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi
masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan
bagaimana keluarga menghadapi masalah Kesehatan dan stressor-stressor
lain.
14
2.1.2 Konsep Keluarga Baru Menikah
1. Definisi Keluarga Baru Menikah
Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing.
2. Tugas Perkembangan Keluarga Baru Menikah
Perkawinan dari sepasang insan menandakan bermulanya sebuah keluarga
baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari lajang ke
hubungan baru yang intim.
Tugas dalam perkembangan keluarga :
(1) Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan
(2) Menghubungkan jaringan persaudaraan dengan keluarga, teman dan
kelompok social secara harmonis
(3) Merencanakan keluarga
(4) Membina hubungan intim dan memuaskan
(5) Mendiskusikan rencana memiliki anak
(6) Membangun hubungan kedekatan yang sesuai dengan kebutuhan emosi
masing-masing tanpa penekanan mengabaikan kebutuhan lain
(7) Menyesuaikan permasalahan pokok mengenai dominansi dan kekuasaan
(8) Menerima, memahami, mentolerir perbedaan respon emosi dari pasangan
3. Permasalahan umum yang mungkin terjadi pada keluarga baru menikah
a. Loyalty Conflict
Konflik kepercayaan dapat terjadi berupa adanya perasaan didalam
anggota keluarga bahwa pasangannya tidak memuaskan, tidak cocok
untuknya, ingin pulang ke rumah orang tuanya. Terjadinya penolakan
antara pasangan.
b. Orang dewasa yang tidak suka dengan perannya
Pada keluarga baru menikah, setiap anggota keluarga akan mengalami
perubahan peran dari anak menjadi pasangan yang harus memutuskan
masalahnya bersama pasangan. Perubahan peran ini membutuhkan
waktu untuk individu beradaptasi, atau bahkan hingga berjalannya
waktu individu tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan peran yang
terjadi sehingga terjadi konflik.
15
c. Formation Problem
Dalam keluarga baru menikah, akan terjadi permasalahan yang
diakibatkan adanya jarak dan kedekatan sehingga anggota keluarga
dapat merasa kesepian, frustasi, cemburu dan merasa diabaikan.
Selain itu dapat muncul konflik kekuasaan antara pasangan laki-laki
dengan perempuan. Konflik yang terjadi dapat berupa konflik terbuka
ketika seseorang beragumen dengan omelan verbal, konflik tertutup
ketika pasangan hanya diam tidak mengungkapkan amarah sedangkan
suasana menjadi tegang. Komunikasi afektif dapat menimbulkan
permasalahan dalam keluarga baru menikah, menimbulkan kondisi
tidak terpenuhinya kebutuhan afeksi, rasa egois dan penuh tuntutan.
4. Cara Menghindari Permasalahan pada Keluarga Baru Menikah
a. Membicarakan keterbatasan waktu untuk berinteraksi dengan
lingkungan social saat ini, pasangan dapat memahami dan memberi
dukungan sehingga dapat menghindari perasaan terisolasi
b. Membicarakan dan mengupayakan penyesuaian diri terhadap
perbedaan yang terjadi di antara kedua keluarga asal
c. Memastikan anggota keluarga memiliki wilayah “private” untuk
melakukan komunikasi secara bebas dengan pasangan
d. Membagi tugas dan tanggung jawab yang dapat diterima kedua belah
pihak.
16
5) Psikososial keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini sebagai berikut:
1) Data Umum
a. Nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, dan alamat kepala
keluarga, komposisi anggota keluarga yang terdiri atas nama atau
inisial, jenis kelamin, tanggal lahir, atau umur, hubungan dengan
kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota
keluarga, dan genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi)
b. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut
c. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku
bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
terkait dengan Kesehatan
d. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi Kesehatan
e. Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu, status
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga
f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu dikaji pula
penggunaan waktu luang atau senggang keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga
berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Menurut Duvall dalam (Nurhayati
et al., 2010), tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan tugas
tahapan perkembangan keluarga.
17
Sedangkan riwayat keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan
keluarga inti dari riwayat kesehatan keluarga:
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Data ini ditentukan oleh anak
tertua dalam keluarga
b. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Pada tahap ini
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendalanya
c. Riwayat Keluarga Inti Data ini menjelaskan riwayat kesehatan pada
keluarga inti, meliputi riwayat penykit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan
keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya Data ini menjelaskan asal kedua orang
tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam
dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua
3) Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
a) Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar,
konrak, atau lainnya). Apakah keluarga memiliki sendiri atau
menyewa rumah untuk tempat tinggal
b) Gambaran kondisi rumah meliputi bagian anterior dan eksterior.
Interior rumah meliputi: jumlah kamar dan tipe kamar (kamar
tamu, kamar tidur), penggunaan-penggunaan kamar tersebut dan
bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi kecukupan
perabot, penerangan, ventilasi, lantai, tangga rumah
c) Dapur, suplai air minum, penggunaan alat masak
d) Kamar mandi, sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan
handuk
e) Kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur. Apakah memadai
bagi anggota keluarga dengan pertimbangan usia mereka,
hubungan, dan kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya
f) Kebersihan dan sanitasi rumah
g) Pengaturan privasi
18
h) Perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan
rumah mereka
b. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
a) Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa
b) Tipe tempat tinggal
c) Sanitasi jalan dan rumah
d) Adakah jenis-jenis industri di lingkungan rumah
e) Karakteristik demografi di lingkungan komunitas tersebut
f) Kelas sosial dan karakteristik etnik penghuni
g) Lembaga pelayanan kesehatan dan social
h) Kemudian pendidikan di lingkungan komunitas
i) Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki di komunitas tersebut
j) Fasilitas-fasilitas ekonomi, warung, toko, apotek, pasar, wartel, dan
lainnya
k) Transportasi umum
l) Kejadian tingkat kejahatan di lingkungan dan komunitas
m) Mobilitas geografis keluarga. Mobilitas geografis keluarga yang
ditentukan, lama keluarga tinggal di daerah ini, atau apakah sering
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal
n) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada
o) Sistem pendukung keluarga
c. Fungsi Keluarga
a) Fungsi Afektif
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga. Perasaan memiliki dan
dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, kehangatan pada keluarga, serta keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai
19
b) Fungsi Sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma atau budaya dan
perilaku
c) Fungsi Perawatan Kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan
perlindungan terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga
mengenai konsep sehat sakit. Serta kesanggupan keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga, diantaranya
adalah sebagai berikut:
(a) Mengenal masalah keperawatan
(b) Mengambil keputusan
(c) Merawat anggota keluarga yang sakit
(d) Memelihara lingkungan
(e) Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
d) Fungsi Reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota
keluarga, serta metode apa yang digunakan keluarga dalam
mengendalikan jumlah anggota keluarga
e) Fungsi Ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan. Bagaimana keluarga memanfaatkan sumber
yang ada di masyarakat guna meningkatkan status kesehatan
f) Stress dan koping keluarga
(a) Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan
(b) Stresor jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan
(c) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
(d) Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan
20
(e) Strategi fungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
g) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. metode
yang digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik
h) Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah interpretasi ilmiah atas data hasil
pengkajian yang interpretasi ini digunakan perawat untuk membuat rencana,
melakukan implementasi, dan evaluasi (Widagdo, 2016). Diagnosis
keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap masalah dalam
tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga,
fungsi-fungsi keluarga, koping keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko,
maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab
untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga,
berdasarkan kemampuan, dan sumber daya keluarga.
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan meliputi
problem atau masalah, etiologi atau penyebab, dan sign atau tanda yang
selanjutnya dikenal dengan PES.
1) Problem atau masalah (P): Masalah yang mungkin muncul
2) Etiology atau penyebab (E): Penyebab dari diagnose keperawatan pada
asuhan keperawatan keluarga berfokus pada 5 tugas kesehatan keluarga
yang meliputi:
(1) Mengenal masalah Kesehatan
(2) Mengambil keputusan yang tepat
(3) Merawat anggota keluarga yang sakit
(4) Memodifikasi lingkungan
(5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan Kesehatan
21
3) Sign atau tanda (S): Tanda atau gejala yang didapatkan dari hasil
pengkajian. Tipology dari diagnosis keperawatan:
(1) Diagnosis Aktual (Terjadi atau gangguan kesehatan) Hasil
pengkajian memberikan informasi mengenai tanda dan gejala
gangguan kesehatan. Dimana masalah kesehatan keluarga perlu
penanganan segera
(2) Diagnosis Risiko (Ancaman kesehatan) Adanya informasi yang
mendukung, namun tidak ada masalah. Tapi, tanda-tanda ini bisa
menjadi masalah nyata jika tidak segera mendapat pertolongan
dari tim kesehatan atau perawatan. Faktor risiko diagnosis risiko
tinggi menunjukkan keadaan peningkatan kerentanan pada klien
atau kelompok
(3) Diagnosis Potensial (Keadaan Sejahtera atau Wellness) Keadaan
keluarga dalam sejahtera, yang mana kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
3. Intervensi Keperawatan
Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai
pengetahuan dan keterampilan, di antaranya pengetahuan tentang kekuatan
dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktik
keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam
memecahkan masalah, mengambil keputusan, menulis tujuan, serta memilih
dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan,
menulis instruksi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerja
sama dengan tingkat kesehatan lain.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan
keperawatan keluarga adalah berikut ini:
(1) Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis data secara
menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga
(2) Rencana keperawatan harus realistic
(3) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi
Kesehatan
(4) Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga.
22
Adapun tujuan dari perencanaan keperawatan keluarga, sebagai berikut:
(1) Alat komunikasi antar perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga
(2) Meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan
pada keluarga
(3) Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil sebagai pedoman bagi
perawat dalam melakukan tindakan kepada keluarga serta melakukan
evaluasi
(4) Mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok
(5) Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi Kesehatan
lainnya
(6) Menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi
keperawatan
(7) Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan
(8) Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pedoman dalam
melakukan evaluasi keperawatan keluarga.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan adalah upaya perawat untuk membantu
kepentingan klien, keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk
meningkatkan kondisi fisik, emosional, psikososial, serta budaya dan
lingkungan, tempat mereka mencari bantuan. Tindakan keperawatan adalah
implementasi/pelaksanaan dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan adalah
dengan menerapkan teknik komunikasi terapeutik.
Dalam melaksanakan tindakan perlu melibatkan seluruh anggota keluarga
dan selama tindakan, perawat perlu memantau respon verbal dan nonverbal
pihak keluarga. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai
berikut:
(1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara:
a. Memberikan informasi
b. Memberikan kebutuhan dan harapan tentang Kesehatan
23
(2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
a. Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan Tindakan
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
c. Mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan
(3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara:
a. Mendemonstrasikan cara perawatan
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan
(4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara:
a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
(5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara:
a. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP (Subyektif, Obyektif,
Analisa, dan Planning).
S: Sdalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan. O: Adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat
secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. A: Adalah analisa dari
hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan
diagnosis. P: Adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahapan evaluasi.
24
BAB III
3.1 Pengkajian
A. DATA KELUARGA
Nama Kepala Tn J Bahasa sehari-hari Indonesia
Keluarga
Alamat Rumah & Jalan Ksatriyan, No 1, Yankes terdekat, Jarak RS III Brawijaya
Telp Wonokromo
25
BMI : 22,7 N : 83
x/menit
S : 36,6 oc
P : 21
x/menit
LANJUTAN
Nam Status Kesehatan
No Alat Bantu/ Protesa Riwayat Penyakit/ Alergi
a Saat ini
1. Tn. J Tidak menggunakan alat Tn. J mengatakan dirinya Tidak ada
bantu sehat dan tidak ada keluhan
2. Ny. Tidak menggunakan alat Tn. J mengatakan dirinya Tidak ada
D bantu sehat dan tidak ada keluhan
26
ECOMAP
TN. J Ny. D
Berbelanja kebutuhan di
Tunungan Plaza Mall
GENOGRAM
27
Keterangan:
DENAH RUMAH
G F E
B
C A
Keterangan: U
A: Pintu Masuk
B: Ruang Tamu
C: Kamar 1 T B
D: Kamar 2
E: Kamar Mandi
F: Dapur S
G: Garasi Motor
H: Latar Belakang
I: Pekarangan Bunga
28
B. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahap Perkembangan Klg Saat Ini : Tahap Perkembangan Keluarga Baru menikah
Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan Tdk Dpt
Dijalankan
Penjelasan : Keluarga Tn. J dan Ny. D sudah menjalankan tugas perkembangan
keluarga baru menikah dimana keluarga mampu membina hubungan intin dan
memuaskan. Tn. J dan Ny. D sudah mendiskusikan terkait rencana memiliki anak
dengan melakukan program kehamilan di Rumah Sakit III Brawijaya.
C. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi : Baik Disfungsional
Penjelasan : Tn. J dan Ny. D mengatakan selalu berkomunikasi terbuka kepada satu
sama lain, mereka selalu menceritakan masalahnya dan mencari solusi bersama-
sama.
Peran Dalam Keluarga : Tdk Ada Masalah Ada Masalah
Penjelasan : Tn. J berperan sebagai kepala keluarga, Ny. D berperan sebagai istri.
Mereka berdua melakukan pekerjaan rumah secara bersama. Tn. J melakukan
kegiatan rumah tangga seperti memasak, menyapu, menyetrika, mengepel sepulang
kerja. Sedangkan, Ny. D hanya mencuci pakaian menggunakan mesin cuci dan
membersihkan kloset. Ny. D mengatakan dirinya tidak bisa memasak karena tidak
pernah memasak sejak tinggal bersama orang tuanya.
Nilai/Norma KLg : Tdk ada konflik nilai Ada Konflik
Pengambilan keputusan dalam keluarga : pengambil keputusan dalam keluarga
berada pada Tn. J sebagai kepala keluarga. Pengambilan keputusan didapatkan dari
hasil diskusi dengan istrinya. Apabila ada masalah kesehatan pada anggota keluarga
dibawa ke RS III Brawijaya. Tn. J dan Ny. D bersepakat untuk memutuskan
mengambil program kehamilan.
D. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif : Berfungsi Tdk Berfungsi
Penjelasan : Hubungan antara Tn. J dan Ny. D berjalan dengan hangat dan penuh
kasih sayang dan perhatian.
2. Fungsi Sosial : Berfungsi Tdk Berfungsi
29
Penjelasan : Ny. D mengatakan sering mengikuti kegiatan pertemuan PERSIT
sekali dalam seminggu sedangkan Tn. J mengikuti kegiatan Volly di Asrama
TNI. Tn. J dan Ny. D berhubungan baik dengan tetangga di Asrama TNI.
Keluarga Tn. J mengikuti kegiatan gotong royong asrama sehat sebulan sekali di
Asrama TNI.
3. Fungsi Ekonomi : Baik Kurang Baik
Penjelasan : Tn. J bekerja sebagai TNI dengan gaji sekitar Rp. 4.500.000
sehingga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ny. D juga berkerja sebagai
perawat di Klinik dengan gaji Rp. 2.200.000. Semua keuangan dikelola oleh Ny.
D, Tn. J diberikan uang saku oleh Ny. D sekitar Rp. 300.000 dalam sebulan.
Dalam hal ini, Tn. J tidak makan di luar rumah.
E. POLA KOPING KELUARGA
Mekanisme koping : Efektif Tidak Efektif
Stressor yg dihadapi keluarga : Tn. J dan Ny. D mengatakan bahwa mereka tidak
terlalu suka memikirkan masalah sampai berlarut-larut dan dapat dengan cepat
mengambil keputusan setelah diskusi bersama. Mereka yakin bahwa setiap masalah
pasti ada jalan keluarga. Mereka memutuskan untuk melakukan program kehamilan
karena keinginan bersama dan sudah yakin siap memiliki keturuanan, tidak terdapat
tuntutan social dalam perencanaan program kehamilan tersebut.
DATA PENUNJANG KELUARGA
30
Baik/ Tidak* Ya/ Tidak*
Seluruh ruangan di rumah keluarga Tn. J Mereka menggunakan air galon
memiliki pencahayaan berasal dari lampu untuk makan dan minum. Mereka
listrik. Jika mati lampu, tersedia genset dimenggunakan air PDAM untuk
lingkungan asrama memasak
Saluran Buang Limbah : Menggunakan air bersih untuk
Tertutup/terbuka* kebersihan diri:
Saluran Pembuangan Limbah pada Ya/ Tidak*
Keluarga Tn. J tertutup. Keluarga Tn. J membersihkan diri
Air Bersih : menggunakan air PDAM
Sumber air bersih: Mencuci tangan dengan air bersih
sumur/PAM/sungai/lain-lain*, & sabun :
sebutkan..... Ya/ Tidak*
Kualitas air: bersih dan tidak berbau Ny. D mengatakan mereka mencuci
tangan menggunakan airbersih dan
Jamban Memenuhi Syarat : sabun khusus tangan
Kepemilikan jamban : ya/tidak* Melakukan pembuangan sampah
Jenis jamban : leher angsa/cemplung* pada tempatnya :
Jarak septic tank dengan sumber air : jarak Ya/ Tidak*
sepic tank dengan sumber air 5 m Ny. D mengatakan Sampah akan
Tempat Sampah: dikumpulkan di Tempat sampah
Kepemilikan tempat sampah ;Ya/Tidak* depan rumah kemudian akan
Jenis : Tertutup/Terbuka * disalurkan ke TPA oleh tentara di
Keluarga Tn. J memiliki tempat sampah lingkungan Asrama
jenis tertutup di depan rumah asrama. Menjaga lingkungan rumah
tampak bersih
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan ya/tidak
Jumlah Lingkungan rumah keluarga Tn. J
2
Anggota Keluarga (8m /orang) Ya/Tidak * nampak bersih, tidak berbau karena
Tipe rumah keluarga Tn. J merupakan tipe selalu dibersihan oleh Tn. J setiap
rumah 36 dengan rasio luas bangunan hari
rumah 6 x 6 m Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap
hari :
Ya/ Tidak*
Ny. D mengatakan mereka selalu
makan lauk dan pauk sesuai dengan
keinginan setiap hari yang dimasak
oleh Tn. J seperti tahu, tempe, ayam,
ikan, sayur serta buah-buahan.
Menggunakan jamban sehat :
Ya/ Tidak*
31
Keluarga Tn. J menggunakan jamban
sehat, Ny. D mengatakan
membersihkan jamban 2x dalam
seminggu
Memberantas jentik di rumah
sekali seminggu :
Ya/ Tidak* (menguras, mengubur,
menutup)
Ny. D mengatakan tidak pernah
terdapat jentik-jentik di rumahnya
karena rumahnya selalu bersih
Makan buah dan sayur setiap hari :
Ya/ Tidak*
Ny. D mengatakan setiap hari
memakan buah dan sayur. Keduanya
gemar memakan buah dan sayur
Melakukan aktivitas fisik setiap
hari : Ya/ Tidak*
Tn. J gemar mengikuti kegiatan
olahraga di Asrama TNI. Ny. D
jarang mengikuti kegiatan olahraga.
Tidak merokok di dalam rumah :
Ya/ Tidak*
Tn. J merokok di depan rumah setiap
hari, seminggu menghabiskan rokok
satu bungkus. Ny. D sempat
mengingatkan bahaya merokok pada
Tn. D tetapi Tn. D tetap merokok.
Penggunaan alkohol dan zat adiktif :
ya/tidak
Tn. J sempat mengonsumsi alcohol
beberapa kali setelah menikah
sembunyi-sembunyi tanpa diketahu
Ny. D.
32
KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN
KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA
33
7. Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya:
Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya
Perlu berobat ke fasilitas yankes
Tidak terpikir
Tn. J beranggapan kebiasaannya dalam merokok tidak akan menyebabkan
penyakit karena dirinya gemar berolahraga.
8. Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami
anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana bentuk tindakan upaya
peningkatan kesehatan),
Ya Tidak,
Penjelasan : Tn. J tetap merokok meskipun sudah diberitahu bahaya
merokok oleh Ny. D dan meminum alcohol sembunyi-sembunyi.
9. Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang
dialami yang dialami anggota keluarganya :
Ya Tidak ,
Penjelasan : Keluarga Tn. J mampu memenuhi kebutuhan pengobatan jika ada
yang sakit
10. Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan yang dialaminya: Ya Tidak, jelaskan Ny. D sudah
melarang Tn. J untuk tidak merokok tetapi Tn. J tetap merokok. Ny. D
mengatakan sudah berulangkali mengingatkan Tn. J tentang bahaya merokok.
11. Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarganya:
Ya Tidak,
Penjelasan : Ny. D mengatakan sudah melakukan upaya pencegahan dengan
mengingatkan Tn. J tetapi Tn. J tetap merokok dan minum alkohol
12. Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan :
Ya Tidak,
Penjelasan : Tn. J merokok di luar rumah karena dilarang Ny. D merokok di
34
dalam rumah
13. Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat
untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya :
Ya Tidak,
Penjelasan : Ny. D mengatakan mencari informasi terkait bahaya merokok dan
alkohol di internet dan jurnal terkait.
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi
2. Menerima yankes sesuai rencana kriteria 1&2
3. Menyatakan masalah kesehatan secara
Kemandirian II : jika memenuhi
benar
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran kriteria 1 s.d 5
5. Melaksanakan perawatan sederhana Kemandirian III : jika memenuhi
sesuai anjuran
kriteria 1 s.d 6
6. Melaksanakan tindakan pencegahan
secara aktif Kemandirian IV : Jika memenuhi
7. Melaksanakan tindakan promotif kriteria 1 s.d 7
secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II
35
PENGKAJIAN FISIK INDIVIDU
36
Reflek pupil Tidak Tidak
anisokor
Paralisis : Tidak Tidak
Lengan kiri/
Lengan kanan/
Kaki kiri/
Kaki kanan
Anestesi daerah Tidak Tidak
perifer
Riwayat Tn. J NY. D
pengobatan
Alergi Obat Tidak Tidak
Jenis obat yang Tidak Tidak
dikonsumsi
37
ANALISA DATA
1. Tn. J mengatakan
merokok di depan
Subkategori
rumah setiap hari,
seminggu Integritas Ego
menghabiskan rokok
satu bungkus
2. Tn. J mengatakan Kode D.0099
sempat
Perilaku Kesehatan
mengonsumsi
Cenderung Beresiko
alkohol beberapa
pada Tn. J
kali setelah menikah
dan sembunyi-
sembunyi tanpa
diketahui Ny. D
3. Tn. J beranggapan
kebiasaannya dalam
merokok tidak akan
menyebabkan
penyakit karena
dirinya gemar
berolahraga
38
Objektif:
Klien tampak:
1. Gagal melakukan
pencegahan masalah
kesehatan
2. Gagal mencapai
pengendalian yang
optimal
2. 28 September DS: Kategori
2023
Klien menyatakan: Relasional
39
DO:
Klien tampak:
1. Ny. D kurang
bertanggung jawab
menjalankan peran
2. Adaptasi tidak adekuat
40
SCORING/PRIORITAS
TOTAL 3
41
Diagnosa Keperawatan: Penampilan Peran Tidak Efektif pada Ny. D
TOTAL 4 1/2
42
INTERVENSI
43
Terapeutik:
1. Fasilitasi
adaptasi
peran
keluarga
terhadap
perubahan
peran yang
tidak
diinginkan
2. Fasilitasi
bermain
peran
dalam
mengantisi
pasi reaksi
orang lain
terhadap
perilaku
3. Fasilitasi
diskusi
perubahan
peran
Edukasi:
1. Diskusikan
perilaku
yang
dibutuhkan
untuk
pengemban
gan peran
2. Diskusikan
perubahan
peran yang
diperlukan
akibat
ketidakma
mpuan
44
3. Diskusikan
strategi
posiitif
untuk
mengelola
perubahan
peran
4. Ajarkan
perilaku
baru yang
dibutuhkan
oleh
pasien/oran
g tua untuk
memenuhi
peran
Kolaborasi:
Rujuk dalam
kelompok
untuk
mempelajari
peran baru
Integritas Ego
L. I.01001 Dukungan
12107 Perilaku Berhenti
Kode D.0099 kesehatan Merokok
membaik
Perilaku
Observasi:
Kesehatan
Cenderung 1. Identifikasi
Berisiko keinginan
berhenti
merokok
45
2. Identifikasi
upaya
berhenti
merokok
Terapeutik:
1. Diskusikan
motivasi
penghentian
merokok
2. Diskusikan
kesiapan
perubahan
gaya hidup
3. Lakukan
pendekatan
psikoedukasi
untuk
mendukung
dan
membimbing
upaya
berhenti
merokok
Edukasi:
1. Jelaskan efek
langsung
berhenti
merokok
2. Jelaskan
berbagai
intervensi
dengan
farmakoterap
i (mis. terapi
pengganti
nikotin)
I.12472
Promosi
Perilaku Upaya
46
Kesehatan
Observasi:
Identifikasi
perilaku upaya
kesehatan yang
dapat
ditingkatkan
Terapeutik:
1. Berikan
lingkungan
yang
mendukung
kesehatan
2. Orientasi
pelayanan
kesehatan
yang dapat
dimanfaatkan
47
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
O8.00 2023
Relasional
Identifikasi berbagai peran Subyektif:
dan periode transisi sesuai
tingkat perkembangan Klien menyatakan:
Subkategori
Identifikasi peran yang ada 1. Ny. D tidak bisa
Interaksi Sosial dalam keluarga
memasak karena
08.25 tidak pernah
Identifikasi adanya peran memasak sejak
Kode D.0125
yang tidak terpenuhi tinggal bersama
Penampilan orang tua
Peran Tidak
2. Tn. J melakukan
Efektif pada Ny.
D kegiatan rumah
tangga seorang diri
seperti memasak,
menyapu,
menyetrika, dan
mengepel sepulang
kerja
3. Ny. D hanya mencuci
pakaian dengan
mesin cuci dan
membersihkan kloset
2x/minggu
48
DO:
Klien tampak:
1. Ny.D kurang
bertanggung jawab
menjalankan peran
2. Adaptasi tidak
adekuat
Planning: lanjutkan
intervensi
49
sembunyi-sembunyi
tanpa diketahui Ny. D
Objektif:
Klien tampak:
1. Gagal melakukan
pencegahan masalah
Kesehatan
2. Gagal mencapai
pengendalian yang
optimal
Promosi kesehatan
mengenai pola hidup sehat
09.00 2023
Relasional
Fasilitasi adaptasi peran Subyektif:
keluarga terhadap
perubahan peran yang tidak Klien menyatakan:
Subkategori
diinginkan
1. Ny. D memahami
Interaksi Sosial 10.00
bahwa dirinya belum
Fasilitasi bermain peran beradaptasi terkait
dalam mengantisipasi reaksi
perubahan perannya
Kode D.0125 orang lain terhadap perilaku
sebagai seorang istri
10.30
Penampilan 2. Ny. D mengatakan
Peran Tidak Fasilitasi diskusi perubahan tidak biasa mengurus
Efektif pada Ny. peran urusan rumah tangga
50
D 11.00 3. Ny. D mengatakan
Obyektif:
Klien tampak:
1. Tn. J tampak
sangat rajin dan
disiplin
2. Ny. D masih
belum bisa
melakukan
kegiatan rumah
tangga
Planning: lanjutkan
intervensi
51
Kode D.0099 4. Ajarkan strategi yang Kesehatan
dapat digunakan untuk 2. Tn. J mampu
Perilaku meningkatkan perilaku
hidup sehat menyebutkan perilaku
Kesehatan
5. Berikan kesempatan hidup bersih dan sehat
Cenderung untuk bertanya
Beresiko pada Obyektif:
Tn. J
Klien tampak:
1. Tn. J mendengarkan
penjelasan dengan
baik
09.00 2023
Relasional
Diskusikan strategi posiitif Subyektif:
untuk mengelola perubahan
peran Klien menyatakan:
Subkategori
10.00 1. Ny. D mengatakan
Interaksi Sosial
Ajarkan perilaku baru yang dirinya akan belajar
dibutuhkan oleh memasak dengan
pasien/orang tua untuk
sungguh sungguh
Kode D.0125 memenuhi peran dengan
memfasilitasi Ny. D terait 2. Ny. D mengatakan
Penampilan pelatihan memasak akan menyempatkan
Peran Tidak 10.30 waktunya untuk
Efektif pada Ny. melakukan kegiatan
Berkolaborasi dengan juru
D masak untuk membantu Ny. rumah tangga
D belajar memasak 3. Tn. J mengatakan
akan selalu
mendukung
52
keputusan Ny. D
Obyektif:
Klien tampak:
Planning: intervensi
dihentikan
53
EVALUASI SUMATIF
54
merokok akan tetapi
Tn J masih sulit untuk
berhenti merokok
55
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Keluarga dengan tahap perkembangan baru menikah akan mengalami
banyak konflik dalam pernikahan dikarenakan adanya adaptasi peran antara satu
sama lain. Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga harus memperhatikan
seluruh aspek secara komprehensif. Adapun tugas perkembangan keluarga baru
menikah harus dipenuhi agar terhindar dari masalah kesehatan keluarga. Keluarga
baru menikah harus menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan,
menghubungkan jaringan persaudaraan dengan keluarga, teman dan kelompok
social secara harmonis, membina hubungan intim dan memuaskan, mendiskusikan
rencana memiliki anak, membangun hubungan kedekatan yang sesuai dengan
kebutuhan emosi masing-masing tanpa penekanan mengabaikan kebutuhan lain,
menyesuaikan permasalahan pokok mengenai dominansi dan kekuasaan, menerima,
memahami, mentolerir perbedaan respon emosi dari pasangan.
Adapun permasalahan yang sering muncul pada keluarga baru menikah
mengenai Loyalty Conflict, Orang dewasa yang tidak suka dengan perannya,
Formation Problem. Cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
membicarakan keterbatasan waktu untuk berinteraksi dengan lingkungan social saat
ini, pasangan dapat memahami dan memberi dukungan sehingga dapat menghindari
perasaan terisolasi, membicarakan dan mengupayakan penyesuaian diri terhadap
perbedaan yang terjadi di antara kedua keluarga asal, memastikan anggota keluarga
memiliki wilayah “private” untuk melakukan komunikasi secara bebas dengan
pasangan, membagi tugas dan tanggung jawab yang dapat diterima kedua belah
pihak. Asuhan keperawatan keluarga meliputi tindakan pengkajian, analisa
masalah, scoring diagnose keperawatan, intervensi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
4.2 Saran
a. Bagi Penulis
Dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis
mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan tahap keluarga baru menikah
b. Bagi Perawat
Untuk meningkatkan pelayanan dalam asuhan keperawatan keluarga dengan
tahap keluarga baru menikah
56
DAFTAR PUSTAKA
57
DOKUMENTASI
58