Anda di halaman 1dari 27

KONSEP KELUARGA DAN KELUARGA SEJAHTERA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh :

Kelompok 2
Ketua
RISHI FANBELA NPM 220101008P
Anggota
ANDI SRIYONO.S. NPM 220101150P
ANDRE KURNIAWAN NPM 220101057P
ANGGA WIJAYA NPM 220101070P
LIZA AULIA NPM 220101012P
MEZA DAMAYATI NPM 220101055P
NOPITASARI NPM 220101169P
SUCIATI NPM 220101155P
TRI PUTRA PURNOMO NPM 220101024P
VERAWATI NPM 2201011109P
WARA YUDHA ELIYANTO NPM 220101001P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Konsep Keluarga Sejahtera. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga yang diampu oleh Ibu Yunina
Ekasari, Skep, Ners, M.Kep

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu, sehingga makalah ini selesai sesuai dengan waktunya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen mata kuliah
Keperawatan Keluarga sangat penyusun harapkan, guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi penyusun untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan


yang ingin menambah wawasan ilmu pengetahuan. Penyusun juga
mengharapkan makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................... i
BAB I.................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A.Konsep Keluarga...............................................................................................3
B. Definisi Keluarga..............................................................................................4
C. Bentuk Keluarga...............................................................................................4
D. Struktur Dan Bentuk Keluarga..........................................................................5
E. Tumbuh Kembang Keluarga.............................................................................6
F. Definisi Keluarga Sehat....................................................................................8
G. Tujuan Keluarga Sehat……………………………………………………………...8

H. Faktor- Faktor Keluarga Sehat……………………………………………………13

l. Tahapan-Tahapan Keluarga Sejahtera……………………………………………14

J. Pelaksanaan Pembangunan Keluarga Sejahtera……………………………….14

K. Peran Perawat Dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera………………………..17

BAB III................................................................................................................ 19
PENUTUP.......................................................................................................... 19
A. Kesimpulan.....................................................................................................19
B. Saran.............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi
klien (penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam
menentukan asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga
yang sakit. Secara empiris hubungan antara kesehatan anggota keluarga
terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga Sejahtera dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup dan memiliki hubungan yang sama,
selaras dan seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan. Secara umum diketahui bahwa pengalaman orang tua
berkembang dari tahun ke tahun, di mana seorang anak bertumbuh dewasa
dan orang tua menjadi semakin tua, akan tetapi teori dan metodologi yang
cukup memadai dalam perkembangan perspektif tugas orang tua masih
harus dibuktikan dan dapat diterima.
Program pembagunan keluarga sejahtera semakin mendapat pijakan
yang kuat dengan diundangkannya UU No 10 tahun 1992 tetang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera.
Kemudian sekitar satu setengah tahun kemudian yaitu pada 29 juni 1993
presiden mencanangkan bahwa setiap tanggal 29 juni sebagai “Hari
Keluarga Nasional (Harganas)”, dan digariskan oleh president saat itu bahwa
keluarga dikembangkan menjadi wahana pembangunan bangsa. Dengan
penetapan ini, maka dikembangkan kebijakan strategis yang diperlukan
untuk mengembangkan keberhasilan Gerakan Keluarga Berencana lebih
lanjut menjadi “Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera” seacara
lengkap. Selaras dengan hal tersebut diterbitkan keputusan presiden
(Keppres) No. 109 Tahun 1993 tentang BKKBN, dimana dengan Keppres
tersebut, organisasi BKKBN mengalami perombakan sesuai dengan tugas
barunya.

1
Pembangunan masyarakat sangat tergantung kepada kehidupan
keluarga yang menjadi bagian inti dari masyarakat itu, sehingga keluarga
memiliki nilai strategis dalam pembangunan nasional serta menjadi tumpuan
dalam pembangunan manusia seutuhnya. Masalah yang kita hadapi saat ini
masih banyaknya keluarga di Indonesia ini yang berada dalam kondisi
prasejahtera, adalah kewajiban kita semua untuk meningkatkan mereka
sehingga mencapai keluarga sejahtera. Untuk mewujudkan tujuan
pembangunan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya pembinaan keluarga
dari berbagai aspek kehidupan termasuk segi kesehatannya. Perawat
dengan perannya sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai
andil yang cukup besar dan sangat diharapkan dalam mewujudkan upaya
pembinaan keluarga tersebut sehingga terciptalah suatu keluarga sejahtera
yang pada akhirnya akan membentuk masyarakat dan Negara yang
sejahtera pula.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi keluarga sejahtera ?
2. Apa tujuan keluarga sejahtera?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan ?
4. Bagaimana tahapan-tahapan keluarga sejahtera ?
5. Bagaimana pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera ?
6. Bagaimana peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi keluarga sejahtera.
2. Mengetahui tujuan keluarga sejahtera.
3. Menjelaskan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesejahteran.
4. Menjelaskan tahapan-tahapan keluarga sejahtera.
5. Menjelaskan pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera.
6. Menjelaskan peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP KELUARGA
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan
dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap
keluarga sehat akan tercipta komunitas keluarga yang sehat. Masalah
kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang
dialami oleh sebuah keluarga dapat mempengaruhi system keluarga
tersebut dan mempengaruhi komunitas setempat, bahkan komunitas
global. Sebagai contoh, apabila ada seorang anggota keluarga yang
menderita penyakit demam berdarah, nyamuk sebagai factor penyebab
dapat menggigit keluarga tetangganya. Hal tersebut dapat mempengaruhi
komunitas tempat keluarga tersebut menetap. Sehat seharusnya dimulai
dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga.
Perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk
membangun keluarga sehat sesuai dengan budayany. Perawat berperan
sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti
agar keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan
pada anggota keluarganya. Dengan demikian, apabila keluarga tersebut
mempunyai masalah kesehatan, mereka tidak datangke pelayanan
kesehatan dalam kondisi yang sudah kronis. Perawat keluarga memiliki
peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan kesehatan keluarga
ssehingga tercapai Indonesia sehat.
Program pemerintah dalam pemberdayaan keluarga di bidang
kesehatan belum mengikutsertakan perawat keluarga secara optimal.
Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan adanya satu orang
perawat keluarga dalam satu kelurahan atau desa dalam membangun
keluarga sehat. Asuhan keperawatan tersebut tentunya dilaksanakan
dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.

3
B. DEFINISI KELUARGA
Menurut Departemen Kesehatan (1998), keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua
atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan,
atau adopsi. Mereka hidup dalam rumah tangga, melakukan interaksi satu
sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya. Menurut Friedman (1998), definisi
keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, seta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari
keluarga. Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih
yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara
anggota kelurga dan masyarakat serta lingkungannya.

C. BENTUK KELUARGA
Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut.
1. Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang
direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan beberapa orang anak,
baik karena kelahiran natural maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of origin)
Merupakan satu unit kelurga tempat asal seseorang dilahirkan.
3. Keluarga besar (Extended family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta
keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).
4. Keluarga berantai (social family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda

4
Keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/atau kematian
pasangan yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family)
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
7. Keluaga kohabitasi (cohabitation)
Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki
anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan
bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga
kohabitasi mulai dapat diterima.
8. Keluarga inses (incest family)
Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi
yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim,
misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu
menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan
keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu
ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun
tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses
semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui
pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
9. Keluarga tradisional dan nontradisional
Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat
oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh
perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak
dari hasil perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional
adalah sekelompok orang tinggal disebuah asrama.

D. STRUKTUR DAN FUNGSI KELUARGA


Setiap keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal.
Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga an
pencari nafkah. Peran informal ayah adala sebagai panutan dan
pelindung keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi,
kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan system
pendukung di antara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan
kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah
sebagai berikut.
1. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberkan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung.

5
2. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan
belajar berperan di lingkungan social.
3. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
5. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

E. TUMBUH KEMBANG KELUARGA


Menurut Duval (1997), daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari
delapan tahap perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu
pada tiap tahap perkembangan.
1. Tahap 1, pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan
perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan yang
harmonis dengan saudara dan kerabat, dan merencanakan keluarga
(termasuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan).
2. Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua
adalah bayi berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah menyiapkan anggota keluarga yang
baru (bayi dalam keluarga), membagi waktu untuk individu, pasangan,
dan keluarga.
3. Tahap 3, keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5
tahun sampai dengan 6 tahun. Tugas perkemmbangan keluarga pada
tahap ini adalah menyatukan kebutuhan masing-masing anggota
keluarga, antara lain ruang atau kamar pribadi dan keamanan,
mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan anak-anak yang
berbeda, dan mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga.
4. Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7
sampai 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu anak-anak

6
membina hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan
kesehatan masing-masing anggota keluarga.
5. Tahap 5, keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua berusia
13 sampai 20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab yang
sejalan dengan maturitas remaja, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara
orangtua dengan anak-anak remaja.
6. Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota
keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui
pernikahan anak-anak yang telah dewas, menata kembali hubungan
perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk
timbulnya masalah-masalah kesehatan.
7. Tahap 7, keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah mempertahankan kontak dengan anak dan
cucu, memperkuat hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha
promosi kesehatan.
8. Tahap 8, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan,
menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan yang berkurang,
mempertahankan hubungan perkawinan, menerima kehilangan
pasangan, mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan
menemukan arti hidup.

7
F. Definisi Keluarga Sehat
Konsep Keluarga Sejahtera menurut UU No.10 tahun 1992 adalah
keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan yang sah mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak. Bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa memiliki hubungan serasi, selaras dan seimbang antara
anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (A. Mungit, 1996).
Sedangkan BKKBN merumuskan pengertian keluarga sejahtera
sebagai keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan anggotannya baik
kebutuhan sandang, pangan, perumahan, sosial dan agama, keluarga yang
mempunyai keseimbangan antara penghasilan keluarga dengan jumlah
anggota keluarga, keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan
anggota keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar,
beribadah khusuk disamping terpenuhinya kebutuhan pokok.

G. Tujuan Keluarga Sejahtera


Tujuan dibentuk keluarga sejahtera adalah untuk meningkatkan
pengetahuan kelurga tentang masalah yang dihadapi, untuk meningkatkan
kemampuan keluarga dalam menganalisis potensi peluang yang dimiliki,
untuk meningkatkan kemampuan masayarakat dalam memecahkan
masalahnya secara mandiri, untuk meningkatkan gotong royong dan
kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga prasejahtera untuk
meningkatkan kesejahteraanya dan untuk mengembangkan keluarga agar
timbul rasa aman, tentram dan harapan masa depan yang lebih baik
merupakan salah satu pembentuk ketahanan keluarga dalam membangun
keluarga sejahtera.
Dalam PP No. 21 Th 1994, pasal 2: pembangunan keluarga sejahtera
diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga diselenggarakan
secara menyeluruh, terpadu oleh masyarakat dan keluarga. Tujuan :
Mewujudkan keluarga kecil bahagia, dejahtera bertakwa kepada Tuhan
YangMaha Esa, produktif, mandiri dan memiliki kemampuan untuk
membangun diri sendiri dan lingkungannya.

8
H. Faktor- Faktor Keluarga Sejahtera
1. Faktor intern keluarga
a. Jumlah anggota keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin
meningkat tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang,
pangan, papan, pendidikan, dan saran pendidikan) tetapi
kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran
untuk transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas
akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota
dalam keluarga sejumlah kecil.
b. Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan
keluarga. Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan
selera keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana
yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati.
Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur, tidak jarang
meninbulkan kebosanan untuk menempati. Kadang-kadang sering
terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang disebabkan
kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa nyaman dan
tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat
tinggal.
c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling
kuat adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam
keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada
hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan
rasa kasih sayang antara anggota keluarga.manifestasi daripada
hubungan yang benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa
penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat,
menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling mempercayai.
d. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-
sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga
makin terang pula cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994: 18-

9
21). Jadi semakin banyak sumber-sumber keuangan/ pendapatan
yang diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga.
Adapun sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh
dari menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dan
sebagainya.
2. Faktor ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan
terjadinya kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota
keluarga perlu di hindarkan, karena hal ini dapat menggagu
ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan
ketentraman batin anggota keluarga yang datangnya dari luar
lingkungan keluarga antara lain:
a. Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran
norma.
b. Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus
penyakit.
c. Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income
perkapita rendah, inflasi. (BKKBN, 1994 : 18-21)

I. Tahapan- Tahapan Keluarga Sejahtera


Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
dasar, kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan
aktualisasinya di masyarakat, serta memperhatikan perkembangan Negara
Indonesia menuju Negara Industri, maka Negara Indonesia menginginkan
menginginkan terwujudnya keluarga sejahtera. Di Indinesia keluarga
dikelompokkan menjadi 5 tahap yaitu :
1. Keluarga prasejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih 5
kebutuhan dasar (kebutuhan dasar belum sepenuhnya terpenuhi) yaitu:
a. Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing
anggota keluarga.
b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau lebih.

10
c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk
aktifitas di rumah, bekerja, sekolah, dan berpergian.
d. Lantai rumah terluas bukan lantai tanah.
e. Bila anak dan atau pasangan usia subur ingin KB di bawa ke sarana
kesehatan.
2. Keluarga sejahtera I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologisnya. Pada Keluarga Sejahtera I kebutuhan dasar sampai
dengan 5 telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologisnya belum
terpenuhi yaitu:
a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secar teratur.
b. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan
daging/ikan/telur.
c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru pertahun.
d. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter panjang untuk tiap penghuni
rumah.
e. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan
sehat.
f. Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun keatas berpenghuni
tetap.
g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis
huruf latin.
h. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah saat ini.
i. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia
subur memakai KB.
j. Kontrasepsi (kecuali sedang hamil).

3. Keluarga sejahtera II
Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan
psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh

11
informasi. Pada Keluarga Sejahtera II, kebutuhan fisik dan sosial
psikologis telah terpenuhi (1 s/d 14 terpenuhi), namun kebutuhan
pengembangan belum sepenuhnya terpenuhi anatara lain :
a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
b. Sebagian dari penghasilan dapat disisikan untuk tabungan keluarga.
c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan
kesempatan itu dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar
anggota keluarga.
d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya
e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah oaling kurang 1 X / 6
bulan.
f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar / radio / TV / majalah.
g. Anggota keluarga mampu menggunakkan sarana transportasi sesuai
kondisi daerah.

4. Keluarga sejahtera III


Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan pengembangan keluarganya,
tetapi belum dapat memberikan sumbangan yanag teratur bagi
masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan. Pada Keluarga Sejahtera III, kebutuhan fisik,
sosial psikologis dan pengembangan telah terpenuhi (1 s/d 21 terpenuhi),
namun kepeduliaan sosial belum terpenuhi yaitu:
a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materil.
b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengururs
perkumpulan / yayasan / institusi masyarakat.

5. Keluarga sejahtera III plus


Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangannya telah
terpenuhi serta memiliki kepeduliaan sosial yang tinggi (1 s/d 23
terpenuhi).

12
Menurut BKKBN (1999), tahapan keluarga dapat diukur
berdasarkan tingkat kesejahteraanya, yaitu sebagai berikut :
a. Keluarga prasejahtera
Yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan akan
pengajaran, agama, pangan sandang, papan dan kesehatan
b. Keluarga sejahtera tahap I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan sosial psikologis (social psychological need), seperti
kebutuhan terhadap pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam
keluarga, interaksi dengan lingkungan terhadap tempat tinggal, dan
transportasi
c. Keuarga sejahtera tahap II
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar dan seluruh kebutuhan psikologis, tetapi belum dapat
memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembangannya (developmental
needs), seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi
d. Keluarga sejahtera tahap III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, krbutuhan sosial-psikologis, dan kebutuhan
perkembangan, namun belum dapat memberikan sumbanagan
(kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat. Misalnya, secara
teratur (waktu tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk
material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan
serta berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga
kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial, keagamaan, kesenian,
olahraga, pendidikan dan sebagainya.
e. Keluarga sejahtera tahap III plus
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun
yang bersifat pengembangan serta dapat pula memberikan
sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

13
f. Keluarga Miskin
BKKBN mendefinisikan Kemiskinan adalah keluarga miskin
prasejahtera tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya,
tidak mampu makan 2 kali sehari, tidak memiliki pakaian berbeda
untuk dirumah, bekerja dan bepergian, bagian terluas rumah berlantai
tanah dan tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana
kesehatan. Pengertian keluarga miskin ini didefinisikan lebih lanjut
menjadi :
1) paling kurang sekali sekali seminggu keluarga makan daging atau
ikan atau telur.
2) Setahun sekali seluruh anggota keluarga memperoleh paling
kurang satu stel pakaian baru.
3) luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni.

J. Pelaksanaan Pembangunan Keluarga Sejahtera


Peraturan Pemerintah No.21 tahun 1994 pasal 2, menyatakan bahwa
penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui
pembangunan kualitas keluarga dan keluarga berencana yang
diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah,
masyarakat, dan keluarga.
Bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera, bertaqwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa, sehat, produktif,
mandiri, dan memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri dan
lingkungan.
Pokok-pokok kegiatan :
1. Pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah kegiatan pertumbuhan dan
pengembangan perilaku usaha dan tenaga terampil sehingga dapat
melakukan usaha ekonomi produktif untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera. Bentuk kegiatan pembinaan ketahan fisik
keluarga adalah sebagai berikut :
a. Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan, sikap prilaku
usaha ketrampilan keluarga melalui penyuluhan, pelatihan, magang,
studi banding dan pendampingan sehingga dapat melakukan usaha

14
ekonomi produktif untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera
b. Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha: melalui Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
c. Pembinaan pemodalan, melalui tabungan, Takesra, kredit dan
Kukesra (Kredit keluarga sejahtera) pembinaan pemasaran, melalui
kerjasama dengan para pengusaha dan sektor terkait
d. Pembinaan produksi, dengan bimbingan dalam memilih dan
memanfaatkan alat teknologi tepat guna yang diperlukan dalam
produksi
e. Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sektor
terkait koperasi
f. Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerjasama dengan
Departemen Koperasi
g. Pengembanganjaringan usaha, khusunya bekerja sama dengan
Departemen Koperasi dan PPKM

2. Pembinaan ketahanan non fisik keluarga


Tujuan :
a. Peningkatan kualitas anak
b. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja
c. Peningkatan keharmonisan keluarga, keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Ynag Maha Esa
Bentuk kegiatan ketahan nonfisik keluarga adalah sebagai berikut :
a. Bina keluarga balita
Pembinaan terhadap orangtua anak balita agar pertumbuhan dan
perkembangan anaknya optimal secara fisik dan mental melalui
kelompok dengan bantuan alat permainan edukatif (APE)
b. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui :
1) Pusat-pusat konsultasi remaja
2) Penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren, kelompok-
kelompok
3) Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka dan lain-lain

15
4) Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) dan penyuluhan
melalui media massa
c. Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok Bina Keluarga Lansia
(BKL)
d. Kegiatan-kegiatan lain adalah sebagi berikut :
1) Gerakan Keluarga Sejahtera Sadar Buta Aksara
2) Beasiswa supersemar
3) Satuan Karya Pramuka Berencana (Saka Kencana) kegiatan
lomba-lomba
3. Pelayanan keluarga berencana
a. Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Kegiatan ini meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan
perubahan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan KB
b. Pelayan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan kontrasepsi,
pelayanan kesehatan reproduksi bagi ibu, serta pelayanan lain
yang ada hubungannya dengan reproduksi
4. Pendataan keluarga sejahtera
Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan Gerakan Keluarga
Sejahtera setiap tahun antara bulan Januari sampai Maret, dilakukan
pendataan keluarga untuk mengetahui pencapaian keluarga
berencana dan tahapan keluarga sejahtera
Friedman (1981) membagi lima tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatana setiap
anggotannya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang
sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale-balik antara keluarga
lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat
fasilitas kesehatan dengan baik

16
K. Peran Perawat dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera
Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera
dan sejahtera tahap I. Di dalam pembinaan terhadap keluarga tersebut,
perawat mempunyai beberapa peran antara lain :
1. Pemberi informasi
Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala
sesuatu, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.
2. Penyuluh
Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang
kesehatan dan tertarik untuk melaksanakan maka perawat harus
memberikan penyuluhan baik kepada perorangan dalam keluarga
ataupun kelompok dalam masyarakat.
3. Pendidik
Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu,
keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Untuk mencapai tujuan
tersebut perawat hares mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan
selalu memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.
4. Motivator
Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan
perilaku positif dalam kesehatan, harus terus didorong agar konsisten
dan lebih berkembang. Dalam hal inilah perawat berperan sebagai
motivator.
5. Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah
wajib bagi setiap perawat untuk memperkenalkan sarana pelayanan
kesehatan kepada keluarga khususnya untuk yang belum pernah
menggunakan sarana pelayanan kesehatan dan pada keadaan salah
satu/lebih anggota keluarga perlu dirujuk ke sarana pelayanan
kesehatan.
6. Penghubung keluarga dengan sektor terkait. Adakalanya masalah
kesehatan yang ditemukan bukanlah disebabkan oleh faktor penyebab
yang murni dari kesehatan tetapi disebabkan oleh faktor lain. Dalam hal
ini perawat harus menghubungi sektor terkait.

17
7. Pemberi pelayanan kesehatan. Sesuai dengan tugas perawat yaitu
memberi Asuhan Keperawatan yang profesional kepada individu,
keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbataan pengetahuan, serta kurangnya
keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari
secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat "promotif', `preventif',
"curatif' serta "rehabilitatif' melalui proses keperawatan yaitu metodologi
pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah dan terdiri dari langkah-
langkah sebagai subproses. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara
profesional, artinya tindakan, pelayanan, tingkah laku serta penampilan
dilakukan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas
pekerjaan, jabatan, bekerja keras dalam penampilan dan
mendemontrasikan "SENCE OF ETHICS ".
8. Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan
menggunakan kekuatan mereka untuk memenuhi kebutuhan
kesehatannya
9. Pengkaji data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data
yang akurat dan dapat dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-
peran tersebut di atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau
bersama-sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.

18
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kesimpulan
Keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan
anggotannya baik kebutuhan sandang, pangan, perumahan, sosial dan
agama, keluarga yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan
keluarga dengan jumlah anggota keluarga, keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan
masyarakat sekitar, beribadah khusuk disamping terpenuhinya kebutuhan
pokok.
Tujuan dibentuk keluarga sejahtera adalah untuk meningkatkan
pengetahuan kelurga tentang masalah yang dihadapi, untuk meningkatkan
kemampuan keluarga dalam menganalisis potensi peluang yang dimiliki,
untuk meningkatkan kemampuan masayarakat dalam memecahkan
masalahnya secara mandiri, dan untuk meningkatkan gotong royong dan
kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga prasejahtera untuk
meningkatkan kesejahteraanya.
Secara operasional Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN
telah menyusun rumusan kualitas kehidupan keluarga yang diukur dari
tingkat kemampuan setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarganya. Rumusan tahapan kualitas keluarga tersebut adalah Tahap
prasejahtera, Keluarga sejahtera tahap I, Keluarga sejahtera tahap II dan
Keluarga sejahtera tahap III.

19
B. Saran
Perubahan-perubahan perlu segera dilakukan khususnya dalam
manajemen keperawatan sebagai upaya peningkatan mutu Asuhan
Keperawatan kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Dengan
adanya makalah ini, kami harap agar para pembaca mampu mengetahui
konsep keluarga sejahtera dan mampu mengaplikasikannya dengan baik.

20
21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6089728/Makalah_Keluarga_Sejahtera

https://dokumen.tips/documents/makalah-siap-konsep-keluarga-sejahtera1.html

https://www.google.com/search?q=konsep+keluarga+sejahtera&client=ucweb-
b&channel=sb

https://www.google.com/url?q=https://jurnal.ugm.ac.id/populasi/article/view/
11710&sa=U&ved=2ahUKEwjUxpT3w_fgAhV_7HMBHaIeBnYQFjAAegQICRAB
&usg=AOvVaw3lbBNnCLEBF--XnZcgtGc2

Achjar, H.A., Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:Sagung


Seto.

Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga (Pertama.). Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Friedman, E. T. ., Bowden, V. ., & Jones, E. . (2010). Buku Ajar Keperawatan

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit: pustaka Pelajar.

Yogyakarta

Hasanah, Uswatun. Mulyati,Teori Keluarga: Fakultas Teknik Universitas Negeri


Jakarta, 2013

Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Ratnasari, N.Y., (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Activities Daily Living

(ADL) Lansia Terhadap Pengetahuan dan Sikap Keluarga (Di Wilayah RW

V Giriwono Kecamatan Wonogiri). PhD Thesis. Surakarta: Program Pasca

Sarjana Universitas Sebelas Maret.

Setiadi. (2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Setiawati, Santun dan Agus Citra Dermawan. (2010). Penuntun Praktik Asuhan
Keluarga. Edisi 2. Jakarta : Transinfo Medika

Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik.

Jakarta: EGC.

Sudiharto, S.kep.,M.kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan


Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Syaripudin, Tatang. 2008. Pedagogik Teoritis Sistematis. Percikan Ilmu:Bandung.

22
23

Anda mungkin juga menyukai