yang mengandalkan lingkar pinggang namun
bebas dari berat badan, tinggi badan, hingga
BMI memprediksi mortalitas. Belum ada studi
tentang hubungan antara BSI, sarcopenia dan
status gizi pada lansia. Tujuan dari pekerjaan
pendahuluan ini adalah untuk menentukan
hubungan antara BSI, sarcopenia dan status gizi
di a populasi lansia kecil tanpa gangguan
kognitif.
Metode: Dalam studi terpusat tunggal dan
observasional ini pasien adalah usiavsama
dengan atau lebih besar dari 65 tahun
menjalani geriatri komprehensif tes penilaian.
Setelah penilaian pasien geriatri yang
komprehensif yang didefinisikan sebagai
kognitif normal menjalani penilaian. Demografis
berjangka, Hasil penilaian geriatrik
komprehensif standar, tangan kekuatan
cengkeraman, kecepatan berjalan 5 meter dan
massa otot rangka (SMM), indeks massa otot
rangka (SMI) dan pengukuran antropometri
yaitu berat badan, tinggi badan, lingkar
pinggang, dan lingkar pinggul direkam.
Hasil: Enam puluh satu pasien memenuhi
kriteria inklusi dan menjalani penilaian. Usia
rata-rata adalah 76,11 ± 7,10 tahun, 60,7%
adalah perempuan, 18% adalah sarcopenic,
11,5% adalah presarcopenic dan 18% malnutrisi
mempertaruhkan. BSI secara signifikan
berkorelasi positif dengan SMM (r ¼ 0,875), SMI
(r ¼ 0,521), kekuatan otot (r ¼ 0,671) dan skor
MNA-sf (r ¼ 0,521) sedangkan BMI hanya
berkorelasi signifikan dengan SMI (r = 0,601),
semua p <0,01.
Kesimpulan: Hasil pekerjaan saat ini
menunjukkan bahwa BSI tampaknya alternatif
yang baik untuk BMI dalam memprediksi
komposisi tubuh dan gizi status pada lanjut usia.
Studi lebih lanjut termasuk pasien dengan
demensia adalah diperlukan untuk menentukan
kegunaan klinis dari BSI.
Sumber pendanaan: N/A
P76
ASOSIASI ANTARA RASIO NATRIUM TERHADAP
KALIUM DAN DARAH TEKANAN PADA
DEWASA: TINJAUAN SISTEMATIS DAN META-
ANALISIS
R. Hapsari, K.E. Charlton, L. Tapsell, E. Neale,
R.N. Ndanuko. Sekolah Kedokteran, Fakultas
Sains, Kedokteran dan Kesehatan, Universitas
Wollongong, NSW, Australia
Alamat email: rnn954@uowmail.edu.au (R.
Hapsari).
Latar Belakang/Tujuan: Baik natrium maupun
kalium mempengaruhi tekanan darah
peraturan. Bukti menunjukkan bahwa asupan
natrium yang berlebihan dan asupan kalium
yang tidak memadai dikaitkan dengan tekanan
darah tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menyelidiki pengaruh rasio natrium
terhadap kalium pada tekanan darah pada
orang dewasa.
Metode: Kajian ini terdaftar di International
Prospective Daftar Tinjauan Sistematis
(CRD42016035296). Tiga database (Scopus,
Web of Science dan MEDLINE) dicari artikel
yang relevan hingga Februari 2016. Cari istilah
dan kombinasi yang terkait dengan sodium dan
rasio kalium dan hipertensi digunakan. Kriteria
inklusi adalah uji coba terkontrol secara acak
(RCT) pada orang dewasa yang menilai natrium
untuk rasio kalium dalam makanan. Meta-
analisis efek acak dilakukan untuk menilai
perbedaan rata-rata tertimbang (WMD)
(dengan kepercayaan 95%. interval) dalam
perubahan atau nilai rata-rata akhir untuk
darah sistolik dan diastolic tekanan.
Hasil: Lima RCT melaporkan hubungan antara
natrium dengan kalium rasio dengan tekanan
darah pada orang dewasa (n = 1310)
dimasukkan dalam analisis meta. Rasio natrium
terhadap kalium yang lebih rendah dikaitkan
dengan penurunan tekanan darah sistolik dan
diastolik yang signifikan (WMD: -4,38, 95% CI: -
5.90, -2.87 dan -2.60, 95% CI: -3.73, -1.48,
masing-masing).
Kesimpulan: Rasio natrium terhadap kalium
yang lebih rendah dikaitkan dengan penurunan
tekanan darah yang signifikan pada orang
dewasa. Merekomendasikan yang lebih rendah
diet natrium ke kalium mungkin bermanfaat
untuk mengontrol tekanan darah. Namun,
tubuh bukti terbatas. Penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk mengklarifikasi manfaat rasio
natrium dan kalium yang lebih rendah dalam
tekanan darah pengelolaan.
Sumber pendanaan: N/A
P77
KUALITAS DIET DAN FUNGSI KOGNITIF PADA
LAKI LAKI AUSTRALIA DAN WANITA
CM Milte, K. Ball, D. Crawford, SA McNaughton.
Institut Fisik Aktivitas dan Gizi, Sekolah Ilmu
Olah Raga dan Gizi, Deakin Universitas, VIC,
Australia
Alamat email: catherine.milte@deakin.edu.au
(C.M. Milte).
Latar Belakang/Tujuan: Penelitian sebelumnya
tentang hubungan antara nutrisi dan fungsi
kognitif telah difokuskan pada nutrisi individu
atau makanan, dengan Hasil yang tidak
konsisten. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menguji hubungan antara kualitas diet
dan fungsi kognitif pada orang dewasa yang
lebih tua.
Metode: Dewasa berusia 55 tahun ke atas
dalam program Kesejahteraan, Makan, dan
Olahraga untuk studi Long Life (WELL) (n = 617)
menyelesaikan 111 item kuesioner frekuensi
makanan pada tahun 2010 dan 2014. Indeks
panduan diet (DGI), ukuran kepatuhan terhadap
Pedoman Diet Australia, menilai diet kualitas.
Wawancara Telepon Status Kognitif dimodifikasi
(TICS-m) menilai fungsi kognitif pada tahun
2014. Asosiasi antara sebelumnya (2010) dan
baru-baru ini (2014) kualitas diet dan fungsi
kognitif dinilai menggunakan regresi linier.
Asosiasi dengan kelompok makanan utama dan
perilaku diet (variasi diet, penambahan garam,
rendah lemak, tinggi serat) juga diselidiki.
Hasil: Tidak ada hubungan antara skor DGI 2010
dan TICS-m. Setelah disesuaikan dengan usia,
pendidikan, daerah perkotaan/pedesaan,
depresi, fisik aktivitas, BMI dan kondisi
kardiovaskular, skor DGI 2014 lebih tinggi
terkait dengan skor TICS-m yang lebih tinggi
pada pria (b ¼ 0,04, 95% CI: 0,01, 0,07). Asosiasi
antara roti berserat tinggi (b¼ 1,05, 95% CI:
0,11, 1,99), ditambahkan garam (b ¼ -1,79,
95%CI: -2,90, -0,68) dan TICS-m juga diamati
pada pria. Tidak ada asosiasi lain yang diamati.
Kesimpulan: Secara cross-sectional, pria yang
mengkonsumsi diet lebih mendekati Pedoman
Diet Australia melaporkan fungsi kognitif yang
lebih baik. Masa depan studi harus menyelidiki
lintasan perubahan pola makan dari waktu ke
waktu penentu fungsi kognitif.
Sumber pendanaan: ARC; Diabetes Australia
Research Trust, Medibank Dana Penelitian
Kesehatan, NHMRC.
P78
PERUBAHAN TEKANAN DARAH, URINARY
SODIUM, DAN RASIO NATRIUM TERHADAP
POTASSIUM PADA SAMPEL KLINIS ORANG
DEWASA YANG BERAT BADAN
R.N. Ndanuko, L. Tapsell, K.E. Charlton, E. Neale.
Fakultas Kedokteran, Fakultas Sains, Kedokteran
dan Kesehatan, Universitas Wollongong, NSW,
Australia
Alamat email: rnn954@uowmail.edu.au (R.N.
Ndanuko)
Latar Belakang/Tujuan: Tekanan darah tinggi Sumber pendanaan: Illawarra Health and
(BP) merupakan faktor risiko utama untuk Medical Research Institute, Cali fornia Walnut
penyakit kardiovaskular dan jelas terkait dengan Commission
diet natrium, dan mungkin rasio natrium-ke-
kalium. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi hal tersebut

hubungan dalam percobaan intervensi gaya

hidup. Metode: Ini adalah analisis sekunder
data awal dan 3 bulan dari 214 peserta (usia
rata-rata; 44,4 tahun, BMI rata-rata; 32,3 kg/m2
) dalam Uji coba HealthTrack terdiri dari 3
kelompok: intervensi+kenari (dilengkapi dengan
30 g/hari kenari), intervensi dan control
(ANZCTRN12614000581662). Tes non-
parametrik diterapkan untuk dalam kelompok
perbandingan perubahan BP istirahat dan urin
24 jam natrium (Na) dan kalium (K). Regresi
linier berganda dilakukan untuk mengeksplorasi
hubungan antara perubahan Na urin dan BP.

Hasil: Setelah 3 bulan intervensi, sistolik

(SBP)/diastolik (DBP) BP berkurang secara
signifikan pada ketiga kelompok
(intervensi+kenari -7/-4 mmHg, p <0,001;
intervensi -6/-4 mmHg, p <0,001; kontrol -3/-2
mmHg, p <0,002 SBP, p ¼ 0,069 DBP). Na urin
secara signifikan berkurang pada kelompok
intervensi+kenari dan kelompok kontrol (-29,5
mmol/hari, hal <0,001; -40,0 mmol/hari,
masing-masing p ¼ 0,003). Rasio Na:K adalah
berkurang secara signifikan hanya pada
kelompok intervensi+kenari (-0,23, p ¼ 0,007).
Setelah mengontrol perancu, terjadi penurunan
Na urin secara signifikan terkait dengan
penurunan DBP (F(6,60) ¼ 2.341, p ¼ 0.036) saja
dalam kelompok kontrol.

Kesimpulan: Dalam uji coba ini, intervensi

menghasilkan penurunan TD untuk semua
kelompok, tetapi pengurangan ekskresi Na atau
Na: K bervariasi, seperti halnya hubungan
antara Na urin dan penurunan BP. Investigasi
lebih lanjut dari pola diet mungkin informatif.