Anda di halaman 1dari 5

NUTRIGENOMIK DALAM GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH :

Nabila Cyntia Banowati 4411417016

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMARANG

2019
NUTRIGENOMIK
Kata nutrigenomik merupakan gabungan dari istilah gizi (nutrition) dan genomik (Hariyadi,
2008). Nutrigenomik adalah hubungan antara komponen gizi dengan bioaktif pangan dan
pengaruhnya terhadap pola=pola ekspresi gen. Nutrigenomik mempunyai fokus pada
pengaruh zat gizi terhadap genome, proteome, dan metabolome, sehingga nutrigenomik
dihubungkan dengan gagasan mengenai kebutuhan zat gizi perseorangan berdasarkan
genotipnya.Variasi genetik mempengaruhi bagaimana tubuh menyerap, menggunakan, dan
menyimpan zat-zat gizi yang masuk ke dalam tubuh.

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN TEKANAN DARAH PADA


LANJUT USIA

Kebutuhan nutrisi dipengaruhi oleh usia, berat badan, iklim, jenis kelamin, aktivitas
fisik, penyakit, serta faktor lainnya. Konsumsi makanan serta asupan energi dan mikronutrien
akan menurun seiring dengan meningkatnya usia Hal ini akan menyebabkan meningkatnya
malnutrisi serta kekurangan zat tertentu secara spesifik. Lansia seringkali tidak dapat
mengatur pola konsumsi yang seimbang, sehingga menyebabkan kekurangan asupan
mikronutrien.
Menurut Fitri et al (2018) mengatakan bahwa penderita hipertensi memiliki asupan
Natrium yang berlebih , sedangkan dengan asupan Kalium yang cukup mampu menurunkan
tekanan darah yang tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wilujeng, et al (2013)
menyatakan bahwa asupan Natrium yang tinggi ditemukan pada penderita hipertensi yang
overweight. Apabila makanan yang kita makan mengandung garam yang berlebih, maka
tekanan darah akan semakin meningkat, dimana dapat memecahkan pembuluh darah kecil
dan akan berbahaya apabila pecahnya pembuluh darah terjadi di otak.(Simamora et al, 2018)
Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Simamora et al (2018) bahwa tidak ada
hubungan antara asupan Natrium rendah maupun tinggi yang dapat menyebabkan
hipertensi..Penelitian ini sejalan dengan Sugianty (2008) bahwa Natrium tidak ada
hubungannya dengan tekanan darah sistolik dan diastolik tetapi asupan Natrium yang tinggi
mampu memicu tekanan darah tinggi.
Menurut putri & kartini (2014) menyatakan bahwa kandungan Kalium pada kelompok
kasus maupun kontrol rendah sehingga tidak mengakibatkan hipertensi. Pengaruh kalium
terhadap tekanan darah terjadi jika natrium di dalam tubuh juga tinggi, tetapi jika asupan
natrium normal ataupun kurang maka pengaruh tersebut tidak akan terlihat.
Pengaruh natrium terhadap tekanan darah tinggi terjadi karena peningkatan volume
plasma dan tekanan darah , dimana natrium merupakan kation utama dalam cairan
ekstraseluler yang memiliki peran penting dalam mempertahankan volume plasma, dan lain-
lain. Kadar natrium yang tinggi mampu menyebabkan konsentrasi natrium dalam cairan
meningkat sehingga untuk menstabilka kembali dengan menarik cairan intraseluler keluar
dan berdampak pada peningkatan tekanan darah.
Mekanisme penurunan tekanan darah oleh kalium yaitu , pertama, kalium
menurunkan tekanan darah dengan vasodilatasi. Kedua, kalium dapat menurunkan tekanan
darah sebagai diuretik, sehingga pengeluaran natrium dan cairan meningkat . Ketiga, kalium
mampu mengubah aktivitas renin angiotensin. Ketiga , Kalium juga mempunyai efek dalam
pompa Na-K yaitu kalium dipompa dari cairan ekstra selular ke dalam sel, dan natrium
dipompa keluar. Sehingga kalium dapat menurunkan tekanan darah. (Tulungnen et al, 2016)

PERAN ASUPAN SERAT DALAM PENANGAN DIABETES MELITUS


Pada pasien yang menderita DM di RSUP Dr Sardjito pasien diberikan makanan
selingan berupa emping garut dan terbukti mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Hal ini karena pada emping garut menghasilkan produk berupa Short Chain Fatty Acid
(SCFA). SCFA memiliki peran dalam metabolisme lipid dan glukosa, yaitu melalui
peningkatan hormon peptide YY (PYY) di usus dan glucagon-like-peptide- (GLP-1) melalui
aktivasi Ffar3 serta melalui peningkatan aktivitas AMPK pada proses glukoneogenesis di
hepar. (Sunarti et al, 2014). Menurut Sufiati dan Erma (2006) anjuran asupan serat perhari
adalah 25 graam/hari , sedangkan pada penderita DM yang di teliti memiliki asupan serat
dibawah 25 gram/hari. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah asupan serat maka resiko
terkena DM semakin tinggi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Fitri dan Yekti (2014) bahwa pasien mengonsumsi
makanan tinggi serat sebanyak 50 gram (25 gram serat larut air dan serat tidak larut air)
memiliki kadar glukosa dalam darah yang rendah. Amanina (2015) menyatakan bahwa
seseorang dengan asupan serat yang tidak baik berisiko sebesar 2,5 kali lebih tinggi untuk
mengalami DM tipe II.
Menurut Idris dkk (2016) buah memiliki indeks glikemik yang relatif rendah dan
memiliki kandungan serat yang cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan rasa kenyang yang
lebih lama sehingga , pasien yang mengonsumsi buah dalam jumlah yang kurang cenderung
merasa mudah lapar , karena sel-sel yang kekurangan gula. Hal ini di dukung oleh penelitian
Gropper (2005) bahwa gel dapat memperlambat gerak peristaltik zat gizi dari dinding usus
halus menuju daerah penyerapan sehingga terjadi penurunan kadar gula darah.
Makanan berserat memiliki kandungan serat pangan , vitamin, dan mineral serta
substansi lain. Dengan mengonsumsi serat yang cukup , dapat memberikan manfaat melalui
pengendalian gula darah. Jumlah serat yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita DM
adalah 15-20 gram/ 1000 kkal setiap harinya, terutama serat larut. (Azrimaidaliza, 2011)

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN KEPADATAN


TULANG
Berdasarkan hasil penelitian Nugroho dan Muniroh (2017) makanan sumber kalsium
responden lacto ovo vegetarian di Yayasan Buddha Tzu Chi Surabaya adalah susu sapi dan
wortel , dimana susu sapi dan wortel merupakan sumber kalsium yang paling tinggi. Apabila
konsumsi kalsium semakin meningkat maka kepadatan tulang akan semakin kuat. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2012) bahwa responden yang
memiliki kalsium yang cukup memiliki resiko osteoporosis yang rendah.
Menurut Parinduri dkk (2017) menyatakan bahwa responden dengan asupan kalsium
yang rendah memiliki presentase kepadatan tulang yang kurang (80,4%) dan kepadatan
tulang yang normal (73,7%). Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Ria & Deny
(2013) bahwa tidak ada korelasi antara asupan kalsium dengan kepadatan tulang.

Amanina, R. 2015. Hubungan Konsumsi Karbohidrat, Konsumsi Total Energi,


Konsumsi Serat, Beban Glikemik Dan Latihan Jasmani Dengan Kadar Glukosa Darah
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
Azrimaidaliza . 2011 . Asupan Zat Gizidanpenyakit Diabetes Mellitus
. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 6. No.1.
Bintanah, S. Erma, H. 2012 . Asupan Serat Dengan Kadar Gula Darah,
Kadar Kolesterol Total Dan Status Gizi Pada Pasien Ddiabetus Mellitus Tipe 2 Di
Rumah Sakit Roemani Semarang . Jurnal Unimus
Chadwick R. 2004. Nutrigenomics, individualism and public health.
Proceedings of the Nutrition Society 63:161-166.
Fatmawati, S. 2012. Hubungan antara pengetahuan gizi dan asupan zat gizi dengan
status gizi dan resiko osteoporosis pada kelompok lacto ovo vegetarian (Skripsi yang
tidak dipublikasikan). Universitas Airlangga, Surabaya.
Fitri et al . 2018 .Asupan Natrium Dan Kalium Sebagai Faktor Penyebab Hipertensi
Pada Usia Lanjut (Sodium And Potassium Intake As A Factor Causing Hypertension
In The Elderly). Jurnal AcTion. Vol 3; No. 2.
Fitri, I.R., Yekkti, W. 2014. Hubungan Konsumsi Karbohidrat
Konsumsi Total Energi, Konsumsi Serat, Beban Glikemik Dan Latihan Jasmani
Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. JNH jurnal.
Vol 2 . No. 3
Gropper SS, Smith JL, Groff JL.. 2005. Advance Nutrition and Human Metabolism. 4th ed.
Australia: ThomsonWadsworth; 72-83,108-19
Hariyadi, Purwiyanto. 2008. Beban Ganda; Permasaiahan Keamanan Pangan
di Indonesia. Jurnal pangan . No.51
Nugroho, I.S.P. Lailatul, M. 2017. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium
Dan Aktivitas Fisik Dengan Kepadatan Tulang Lacto Ovo Vegetarian Di Yayasan
Buddha Tzu Chi Surabaya . Jurnal Media Gizi Indonesia . Vol 12 . No. 1: 64-71.
Parinduri, F. K. dkk. 2017 . Hubungan Asupan Kalsium,Vitamin D, Fosfor, Kafein,
Aktivitas Fisik Dengan Kepadatan Tulang Pada Wanita Dewasa Muda (Studi Kasus
Pada Mahasiswi S1 Reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Angkatan 2014) . Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 5. No.4
Proboningsih, J. 2015. Nutrigenomik Alternatif Penanganan Kesehatan Di Masa Depan.
Jurnal keperawatan. Vol VIII No.1
Putri, E.H.D., Kartini, A. 2014.Hubungan Asupan Kalium, Kalsium Dan Magnesium
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Wanita Menopause Di Kelurahan Bojongsalaman,
Semarang. Journal of Nutrition College. Vol 3, No. 4:580-586.
Septriani, R. S. Deny , Y. F. 2013 . Hubungan Asupan Protein Dan Kafein Dengan
Kepadatan Tulang Pada Wanita Dewasa Muda . Journal of nutrition College . Vol
2. No. 4: 483-490.
Simamorah, D., et al. 2018 . Hubungan Asupan Energi, Makro Dan Mikronutrien Dengan
Tekanan Darah Pada Lanjut Usia . Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 6 ; No. 1.
Sugianty, D. 2008 . Hubungan Asupan Karbohidrat, Protein, Lemak, Natrium Dan Serat
Dengan Tekanan Darah Pada Lansia.
Sunarti et al .2014. Peran Makanan Fungsional Dalam Penangan Penyakit Degeneratif
Dengan Pendekatan Nutrigenomik. Prosiding Annual Scientific Meeting.
Susanti, M.R. 2017. Hubungan Asupan Natrium Dan Kalium Dengan Tekanan Darah
Pada Lansia Di Kelurahan Pajang .
Tulungen , R.S. et al . 2016 . Hubungan Kadar Kalium Dengan Tekanan Darah Pada
Remaja Di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara .
Jurnal Kedokteran Klinik . Vol.1 No.2
Wilujeng, C.S., et al. 2013. Perbedaan Asupan Mikronutrien Pada Lansia Penderita
Hipertensi Esensial Yang Overweight Dan Tidak Overweight. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia. Vol 10; No. 1.

Anda mungkin juga menyukai