Anda di halaman 1dari 31

HUBUNGAN KONSUMSI SAYURAN DAN BUAH DENGAN

TINGKAT KEBUGARAN PASIEN GAGAL GINJAL


KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA
DI RSI PATI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan (S-1)

Oleh:
UMI KALSUM
NIM. 112019030443

PEMBIMBING :
1. Sukarmin, Ns.,Sp.KMB.
2. Umi Faridah, S.Kep.,Ns.,MNS.

JURUSAN S-1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit degeneratif saat ini telah mengalami peningkatan secara
global, salah satunya adalah penyakit gagal ginjal. Menurut International
Society of Nephrology (ISN) dan International Federation of Kidney
Foundation (IFKF) dalam National Kidney Foundation (IDF) (2013) menyatakan
bahwa secara global lebih dari 500 juta orang mengalami gagal ginjal kronik,
sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup dengan cuci darah (hemodialisa).
Di Amerika sebanyak 26 juta orang dewasa menderita gagal ginjal kronik. Data
Kemenkes (2018) tentang situasi penyakit ginjal kronis dilaporkan sebanyak
499.800 penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal dan sebanyak
1.499.400 penduduk menderita batu ginjal.
Data Riskesdas 2018 menyebutkan prevalensi penderita PGK di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah sebesar 0,3%
sehingga dinyatakan lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi rata-rata
seluruh Indonesia yaitu sebesar 0,2%. Penderita gagal ginjal sebanyak 96%
menjalani hemodialisa. Penderita PGK di Kabupaten Pati mencapai 9.400 dan
yang menjalani hemodialisa sebanyak 2.354 orang. Data di RSU Sebening
Kasih Pati sebanyak 300 pasien yang menjalani hemodialisa.
Sudoyo (2014) menyatakan bahwa gagal ginjal kronik merupakan
keadaan klinis yang ditandai penurunan fungsi ginjal yang ireversible, pada
suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Istilah penyakit ginjal
tahap akhir biasa disebut End Stege Renal Disease (ESRD) merupakan
sinonim dari gagal ginjal kronik (GGK). Kemenkes (2017) menyebutkan bahwa
pasien dikatakan mengalami gagal ginjal kronik apabila terjadi
penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) yakni < 60 ml/menit/1.73 m selama
> 5 bulan. Pasien gagal ginjal memerlukan tindakan hemodialisis untuk
mempertahankan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tindakan hemodialisis
dilakukan secara patuh oleh pasien sesuai prosedur medis.
Prosedur hemodialisis menyebabkan kehilangan zat gizi, seperti
protein, sehingga asupan harian protein seharusnya juga ditingkatkan sebagai
kompensasi kehilangan protein, yaitu 1,2 mg/kg BB ideal/hari. Dampak dari
penyakit GGK dan tindakan hemodialisa membuat penurunan kondisi tubuh

1
2

dan kebugaran yang kurang. Kemenkes (2017) menunjukkan bahwa kondisi


penderita gagal ginjal mengalami kelemahan dan kebugaran tubuh yang
menurun yaitu mencapai 80%. Penelitian Aisara (2018) membuktikan
gambaran klinis paling banyak berupa keadaan gizi sedang dan penurunan
kebugaran sebesar 98 (94,2%), kadar Hb 7-10 g/dl sebesar 71 (68,3%),
konjungtiva anemia 65 (62,5%), edema perifer sebesar 56 (53,8%), hipertensi
derajat 1 sebesar 34 (32,7%), lemah, letih, lesu sebanyak 32 (30,8%), dan mual
sebesar 13 (12,5%). Penelitian Wiliyamarti (2019) membuktikan bahwa dampak
hemodialisa adalah penurunan kebugaran tubuh. Penelitian Gerogianni dkk
(2014) membuktikan pasien yang menjalani hemodialisa mengalami penurunan
kebugaran fisik sebesar 69 (62,8%), kesulitan bekerja sebesar 49 (51,6%),
penurunan fungsi sosial 21 (21,6%).
Penelitian Amalina (2018) membuktikan bahwa penderita gagal ginjal
mengalami kesejahteraan fisik yang menurun dan kebugaran fisik yang kurang
(Mean 1,350). Perubahan kesejahteraan fisik dan fungsional seperti
keterbatasan dalam melakukan tugas fisik dasar dan aktivitas sehari-hari, tidak
bisa menikmati melakukan berbagai hal untuk kesenangan dan beberapa
pasien memiliki gangguan pada pola tidur. Kebugaran tubuh dipengaruhi
asupan nutrisi yang kurang. Rekomendasi untuk nutrisi penderita gagal ginjal
didapatkan lima puluh persen protein hendaknya bernilai biologi tinggi, terutama
pada makanan jenis sayuran dan buah. Untuk mendukung pemenuhan zat gizi
ini maka diperlukan untuk mengkonsumsi sayuran dan buah secara adekuat.
Sayuran mempunyai kandungan zat gizi yang tinggi yaitu protein, mineral, zat
besi dan vitamin. Sayuran berperan langsung dalam kecukupan zat besi
sebagai pengikat oksigen dalam tubuh (Arisman, 2012). Pardede (2013)
menyatakan bahwa sayuran dan buah mengandung komposisi nutrisi yang
lengkap seperti vitamin, mineral, fitokimia, fitosterol dan serat. Kandungan
bahan aktif dalam sayuran dan buah bermanfaat untuk kesehatan dan
kebugaran. Penelitian Kartika (2017) membuktikan bahwa kecukupan vitamin
dan mineral berhubungan dengan tingkat kebugaran. Damayanti (2017) juga
menjelaskan bahwa pemenuhan sayuran secara adekuat dapat mempengaruhi
tingkat kebugaran penderita gagal ginjal.
Penelitian Ocfianella (2016) membuktikan bahwa pemenuhan
kebutuhan protein dan hemoglobin melalui konsumsi makanan yang adekuat,
3

salah satunya adalah sayuran dan buah. Protein diberikan tinggi dengan alasan
bahwa pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisa kehilangan
banyak protein akibat proses dialisis dan Hemoglobin itu sendiri merupakan
salah satu protein yang kaya akan zat besi kompleks dan terdapat di dalam
eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang
mengandung besi fero dan empat rantai globin. Kebutuhan zat gizi ini melalui
konsumsi sayuran secara adekuat. Penelitian Panjaitan (2015) membuktikan
bahwa penderita yang patuh dalam program diet gagal ginjal sebanyak 40.6%.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat menentukan tingkat kebugaran
fisik.
Penelitian Sharif (2014) membuktikan secara statistik dengan
menggunakan uji Pearson dan Spearman's Correlation bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara asupan protein terhadap IMT (p=0,534),bm
(p=0,347), vf (p=0,890), fm (p=0,896), tbw (p=0,845), mm (p=0,531), albumin
(p=0,208), BUN (p=0,661). Didapatkan hubungan bermakna antara asupan
protein dengan asupan energi (p=0,000). Asupan gizi dengan sayuran
memberikan banyak manfaat bagi penderita gagal ginjal. Secara laboratoris
didapatkan indikator mikronutrien yang normal, demikian juga secara fisik
didapatkan tingkat kebugaran yang tinggi. Penelitian Kresnawati (2014)
menjelaskan bahwa diet yang baik untuk penderita gagal ginjal adalah makanan
rendah protein dan bersifat nabati yaitu yang terkandung pada sayuran.
Penelitian Zuyana (2013) membuktikan bahwa sebagian besar jenis makanan
kelompok adekuat yang menjadi responden adalah makanan pokok + lauk +
sayur + buah yaitu sebanyak 10 orang (62,50%), kemudian 4 orang (25,00%)
berjenis makanan pokok + lauk + sayur + buah + susu dan 2 orang (12,50%)
berjenis makanan pokok + lauk + sayur. Sayuran dan buah sebagai salah satu
makanan yang adekuat untuk penderita gagal ginjal karena mengandung
banyak unsur zat gizi dan vitamin.
Hasil survey pendahuluan bulan November 2019 di Ruang Hemodialisa
RSI Pati didapatkan data pasien GGK pada 3 bulan terakhir sebanyak 92 orang.
Pasien dengan tindakan hemodialisa (HD) tercatat sebanyak 30 orang,
tindakan HD dilakukan sesuai prosedur medis. Hasil data menunjukkan pasien
mengeluh lemah, lesu dan tidak bergairah. Tindakan untuk mendukung kondisi
umum, pasien memerlukan pembatasan cairan dan mengkonsumsi makanan
4

dalam bentuk sayuran dan buah. Hasil wawancara dengan panduan kuesioner
kepada 10 pasien didapatkan 4 orang tidak mengkonsumsi sayuran buah dan
3 orang jarang mengkonsumsi (pasien tersebut mengeluh kondisi kebugaran
yang menurun), sedangkan 3 orang banyak mengkonsumsi sayuran dan buah
yang mana tidak ada keluhan terhadap kebugaran fisik. Pasien yang
mengkonsumsi sayuran buah mempunyai kebugaran yang baik. Berdasarkan
alasan ini, penulis termotivasi untuk mengetahui hubungan konsumsi sayuran
dan buah dengan tingkat kebugaran pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisa dI RSI Pati.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah adakah hubungan konsumsi
sayuran dan buah dengan tingkat kebugaran pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisa di RSI Pati?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan konsumsi sayuran dan buah dengan tingkat
kebugaran pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSI Pati.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsumsi sayuran pada pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisa di RSI Pati.
b. Mengetahui konsumsi buah pada pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisa di RSI Pati.
c. Mengetahui tingkat kebugaran pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisa di RSI Pati.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman mengaplikasikan metodologi penelitian, tentang
hubungan konsumsi sayuran dan buah dengan tingkat kebugaran pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSI Pati.

2. Bagi Institusi Pendidikan


5

Menambah literatur ilmu keperawatan medikal bedah tentang


hubungan konsumsi sayuran dan buah dengan tingkat kebugaran pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSI Pati.
3. Bagi Pelayanan Keperawatan
Profesi perawat HD dapat memberikan pendidikan kesehatan dalam
upaya meningkatkan kebugaran penderita gagal ginjal.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan dan acuan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang hubungan konsumsi sayuran dan buah dengan tingkat
kebugaran pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa.

E. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 s/d Selesai.
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di Ruang Hemodialisa RSI Pati.
3. Ruang Lingkup Materi
Penelitian ini termasuk lingkup ilmu keperawatan medikal bedah tentang
hubungan konsumsi sayuran dan buah dengan tingkat kebugaran pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa.

F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

Peneliti (Tahun), Metode


Hasil Penelitian Perbedaan
Judul Penelitian Penelitian
Damayanti, Amilia. Jenis penelitian Asupan protein sebagian Variabel bebas
2017. Hubungan deskriptif. besar (60 %)penderita gagal konsumsi
Asupan Protein Analisa data ginjal kronik berkisar antara sayuran dan
Dan Kadar deskriptif. 34 – 44 gr/hr sehingga dalam buah.
Kreatinin Penderita kategori cukup. Kadar Hb Variabel terikat
Gagal Ginjal Kronik sebagian besar (66,7 %) tingkat
Dengan penderita gagal ginjal kronik kebugaran.
Hemodialisis. dengan hemodialisa berkisar Analisa data
antara 7-9,9 mg/dL, sehingga Chi Square.
dapat dikategorikan anemia.
Panjaitan, Erikla. Penelitian yang Berdasarkan kepatuhan diet Variabel bebas
2015. Gambaran dilakukan bersifat penderita gagal ginjal kronis konsumsi
Kepatuhan Diet deskriptif dengan terbanyak pada kategori
6

Dan Dukungan menggunakan patuh yaitu 19 orang dan sayuran dan


Keluarga Pada desain cross kategori tidak patuh dalam buah.
Penderita Gagal sectional. Penelitian mematuhi diet sebanyak 13 Variabel terikat
Ginjal Kronik Yang di bagian orang. Dukungan keluarga tingkat
Menjalani hemodialisa RSU pada penderita gagal ginjal kebugaran.
Hemodialisa Rawat Haji Medan. kronik pada umumnya Analisa data
Jalan Di RSU Haji termasuk dalam kategori Chi Square.
Medan Tahun baik.
2014.
Sharif, Sri. 2014. Penelitian cross Secara statistik dengan Variabel bebas
Asupan Protein, sectional menggunakan uji Pearson konsumsi
Status Gizi Pada dilakukan di dan Spearman's Correlation sayuran dan
Pasien Gagal Ginjal RS.Wahidin didapatkan tidak ada buah.
Tahap Akhir Yang Sudirohusodo,RS. hubungan yang bermakna Variabel terikat
Menjalani Labuang Baji dan antara asupan protein tingkat
Hemodialisis RS.Faisal di terhadap IMT (p=0,534),bm kebugaran.
Reguler Makassar. Cara (p=0,347),vf (p=0,890), Analisa data
pengambilan fm(p=0,896), tbw(p=0,845), Chi Square.
sampel adalah mm(p=0,531), albumin
consecutive (p=0,208),BUN
sampling yaitu (p=0,661).Namun didapatkan
subyek penelitian hubungan bermakna antara
diperoleh asupan protein dengan
berdasarkan asupan energy (p=0,000).
urutan masuknya Dengan uji Fisher's Exact
di instalasi HD. didapatkan tidak ada
hubungan bermakna antara
proporsi asupan protein dan
IMT (p=0,590) dan albumin
(p=0,214).
Amalina, Rini. Metode deskriptif Terjadi penurunan status Variabel bebas
2018. Gambaran kuantitatif dengan fungsional pada konsumsi
Status Fungsional jumlah subyek kesejahteraan emosional, sayuran dan
Pada Pasien Gagal penelitian fisik, dan fungsional. Upaya buah.
Ginjal Kronis Yang sebanyak 80 meningkatkan status Variabel terikat
Menjalani orang yang fungsional tersebut dapat tingkat
Hemodialisis DI diambil dengan dilakukan dengan terapi kebugaran.
RSUP DR. Hasan menggunakan aktivitas kelompok agar Analisa data
Sadikin Bandung. teknik purposive pasien dapat Chi Square.
sampling. mengungkapkan perasaan
Penelitian dan pengalaman selama
menggunakan menjalani hemodialisis.
instrumen
(FACIT), data
dianalisis
menggunakan
nilai mean.
Semakin tinggi
skor semakin baik
status fungsional
atau
kesejahteraan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gagal Ginjal Kronik (Chronic Renal Failur)


1. Definisi
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ
ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama
sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam
darah atau produksi urin (NKF, 2016). Penyakit gagal ginjal berkembang
secara perlahan-lahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama
sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya. Dalam dunia
kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan
gagal ginjal kronis (Wilson, 2012).
Gagal Ginjal Kronik adalah suatu sindrom klinis disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut,
serta bersifat persisten dan irrever-sibel (Mansjoer, 2010). Menurut The
Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of National Kidney
Foundation (2016), penyakit gagal ginjal kronik dikarenakan adanya
kerusakan struktural atau fungsional ginjal dan/atau penurunan laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60mL/menit/1,73m2 yang berlangsung lebih dari tiga
bulan. Kerusakan ginjal didefinisikan sebagai kelainan patologis atau
penanda kerusakan, termasuk kelainan pada darah atau tes urine atau studi
pencitraan. Menurut Sudoyo (2014) Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit
ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat
progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
2. Etiologi dan Patofisiologi
Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of
National Kidney Foundation (2016), terdapat dua penyebab utama dari
penyakit ginjal kronis yaitu diabetes dan tekanan darah tinggi, yang
bertanggung jawab untuk sampai dua-pertiga kasus. Diabetes terjadi ketika
gula darah terlalu tinggi, menyebabkan kerusakan banyak organ dalam
tubuh, termasuk ginjal dan jantung, serta pembuluh darah, saraf dan mata.

7
8

Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, terjadi ketika tekanan darah terhadap
dinding pembuluh darah meningkat. Jika tidak terkontrol, atau kurang
terkontrol, tekanan darah tinggi bisa menjadi penyebab utama serangan
jantung, stroke dan penyakit ginjal kronis. Begitupun sebaliknya, penyakit
ginjal kronis dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
Penyebab gagal ginjal pasien hemodialisis baru dari data tahun 2014
berdasarkan data dari Indonesian Renal Registry (IRR) masih sama dengan
tahun sebelumnya. Penyakit ginjal hipertensi meningkat menjadi 37% diikuti
oleh Nefropati diabetika sebanyak 27%. Glomerulopati primer memberi
proporsi yang cukup tinggi sampai 10% dan Nefropati Obstruktif pun masih
memberi angka 7% dimana pada registry di negara maju angka ini sangat
rendah. Masih ada kriteria lain-lain yang memberi angka 7%, angka ini cukup
tinggi hal ini bisa diminimalkan dengan menambah jenis etiologi pada IRR.
Proporsi penyebab yang tidak diketahui atau E10 cukup rendah.
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang
diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada
kerusakan organ ginjal. Beberapa penyakit yang sering kali berdampak pada
kerusakan ginjal diantaranya, penyakit tekanan darah tinggi/ hipertensi,
diabetes militus, adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor,
penyempitan), kelainan autoimun misalnya lupus eritematosus sistemik,
kanker, kelainan ginjal dimana terjadi perkembangan banyak kista pada
organ ginjal, rusaknya sel penyaring pada ginjal akibat peradangan oleh
infeksi atau dampak dari penyakit darah tinggi/glomerulonephritis (Smeltzer
& Bare, 2012).
Penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi
ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain; kehilangan cairan yang
banyak secara mendadak (muntaber, pendarahan, luka bakar), serta
penyakit lainnya seperti penyakit paru (TBC), sifilis, malaria, hepatitis,
preeclampsia, obat-obatan dan amiloidosis. Pada sebagian kasus,
mengkonsumsi minuman berenergi secara rutin dan terus-menerus selama
minimal 3 tahun dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal kronis. Bukan
hanya konsumsi terhadap minuman berenergi saja, akan tetapi minum es
teh dan kopi yang berlebihan dan rutin dapat menyebabkan masalah pada
sistem ginjal (Sudoyo, 2014).
9

3. Klasifikasi
Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of
National Kidney Foundation (NKF) tahun 2016 terdapat 5 stage pada
penyakit gagal ginjal kronik. Berdasarkan adanya kerusakan ginjal dan laju
filtrasi glomerulus (GFR), yang merupakan ukuran dari tingkat fungsi ginjal.
Tabel 2.1
Stage Gagal Ginjal Kronik

Stage Deskripsi Laju filtrasi Glumerolus


(GFR)*
(mL/menit/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal (misalnya, protein ≥ 90
dalam urin) dengan GFR normal
2 Kerusakan ginjal dengan 60 - 89
penurunan ringan pada GFR
3a Penurunan moderat GFR 45 - 59
3b Penurunan moderat GFR 30 - 44
4 penurunan parah GFR 15 - 29
5 Gagal ginjal Kurang dari 15

4. Faktor Resiko
Beberapa orang mungkin lebih mudah mengalami dari pada yang lain
untuk mengembangkan penyakit ginjal (National Kidney Foundation (NKF),
2016). Resiko penyakit ginjal diantaranya :
a. Diabetes Melitus. Diabetes merupakan faktor komorbiditas hingga 50%
pasien dan sebesar 65% pasien gagal ginjal kronik meninggal yang
menjalani hemodialisis memiliki riwayat penyakit diabetes.
b. Hipertensi. Hipertensi dan gagal ginjal saling mempengaruhi. Hipertensi
menyebabkan gagal ginjal, sebaliknya gagal ginjal kronik dapat
menyebabkan hipertensi.
c. Anemia. Anemia banyak dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia
terjadi pada awal perkembangan penyakit gagal ginjal dan
mengakibatkan fungsi ginjal memburuk sehingga menjadi kronis.
d. Ras. Memiliki ras kelompok populasi yang memiliki tingkat tinggi diabetes
atau tekanan darah tinggi, seperti Afrika Amerika, Hispanik Amerika, Asia,
Kepulauan Pasifik, dan Indian Amerika (National Kidney Foundation
dalam Kemenkes, 2017).
5. Manifestasi Klinis
10

Tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita secara
akut antara lain urin saat kencing berkurang, tubuh terlalu banyak
menyimpan air sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, rasa kantuk
yang berlebihan dan terus menerus, napas pendek/sulit bernapas, penderita
akan merasa bingung, mual, lelah yang berlebihan, nyeri/perasaan tertekan
pada dada, kejang bahkan tidak sadarkan diri, dan lain sebagainya. Gagal
ginjal kronik awalnya tanpa gejala spesifik dan hanya dapat dideteksi
sebagai peningkatan dalam serum kreatinin atau protein dalam urin. Tanda
atau gejala umum awal adalah gatal-gatal secara terus-menerus di bagian
tubuh, tidak nafsu makan, pembengkakan cairan di bagian kulit (contohnya
di bagian kulit kaki, betis, dan area yang tidak biasanya), hemoglobin
menurun drastis pada kisaran 6-9 ditandai dengan lemas dan tidak kuat
untuk berjalan kaki dalam waktu yang lama, karena hemoglobin menurun
aktivitas normal biasanya terasa lebih berat dari biasanya, sulit buang air
kecil, volume atau kuantitas buang air kecil menurun, tekanan darah
meningkat, dan lain sebagainya (Sudoyo, 2014).
6. Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin (2011) penatalaksanaan gagal ginjal dilakukan
dengan cara;
a. Kepatuhan Diet
Kepatuhan diet merupakan penatalaksanaan untuk mempertahankan
fungsi ginjal secara terus-menerus dengan prinsip rendah protein, rendah
garam, rendah kalium dimana pasien harus meluangkan waktu menjalani
pengobatan yang dibutuhkan.
b. Terapi Konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya laal ginjal
secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin
azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit (Price & Sylvia, 2012).
c. Terapi Pengganti Ginjal
Terapi pengganti ginjal, dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,
yaitu pada GFR kurang dari 15 mL/menit. Terapi tersebut dapat berupa
hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.
B. Tingkat Kebugaran
11

1. Definisi
Kebugaran adalah kemampuan atau kesanggupan seseorang untuk
melakukan kerja atau aktivitas, mempertinggi daya kerja tanpa mengalami
kelelahan yang berarti. Kebugaran jasmani merupakan kondisi jasmani yang
berkaitan dengan kemampuan atau kesanggupan dalam melakukan
pekerjaan dengan efektif dan efisien (Kemenkes, 2016). WHO (2014)
menjelaskan bahwa hakikat kebugaran jasmani adalah kesanggupan tubuh
untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan
masih memiliki cadangan tenaga untuk melakukan kegiatan yang lain.
Kebugaran merupakan hal yang berhak diperlukan oleh tubuh untuk
mendapatkan kebugaran jasmani, misalnya ketika mengantuk maka mata
berhak untuk istirahat sejenak.
Definisi kebugaran jasmani menurut para ahli adalah kemampuan
seseorang dalam melakukan berbagai aktivitas tanpa mengalami kelelahan
berlebih. Maksudnya yaitu seseorang masih memiliki cadangan tenaga guna
melakukan berbagai aktivitas lainya. Kebugaran fisik erat kaitanya dengan
berbagai kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas harian.
Untuk mewujudkan berbagai hal tersebut terdapat beberapa bentuk latihan
jasmani, seperti kekuatan, kelenturan keseimbangan dan lain sebagainya.
Klasifikasi kebugaran jasmani menurut organisasi kesehatan di
seluruh dunia diartikan sebagai:
a. Sehat, adalah terbebasnya tubuh baik fisik maupun mental dari segala
penyakit.
b. Bugar, adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-
hari secara maksimal, dan masih mempunyai. cadangan tenaga tanpa
mengalami kelelahan yag berlebih.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan
atau mengatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang
untuk melakukan suatu aktivitas dalam waktu tertentu tanpa mengalami
kelelahan yang berarti dan orang tersebut masih mempunyai cadangan
tenaga untuk melakukan aktifitas yang lainnya. Jadi untuk mencapai kondisi
kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang
melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yang
benar.
12

2. Batasan Kebugaran Fisik


Kebugaran fisik tidak hanya menggambarkan kesehatan. tetapi lebih
merupakan cara mengukur individu melakukan kegiatannya sehari-hari. Tiga
hal penting dalam kebugaran jasmani, yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan otot, tulang, dan bagian lemak.
b. Fungsi Organ, berhubungan dengan efisiensi sistem jantung, pembuluh
darah, dan paru-paru (pernafasan)
c. Respon Otot, berhubungan dengan kecepatan, kelenturan, kelemahan,
dan kekuatan.
Kebugaran jasmani yang dibutuhkan oleh setiap orang berbeda-beda,
tergantung sifat tantangan fisik yang dihadapi.
3. Indikator Kebugaran Fisik
Kebugaran jasmani dibutuhkan oleh setiap orang, terutama pada
pasien dengan penyakit kronis seperti gagal ginjal kronis. Terdapat 10 unsur
komponen penyusun kebugaran jasmani pada penderita gagal ginjal, yaitu;
a. Kekuatan (Streght). Kekuatan adalah kemampuan dalam
mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. Kekuatan
otot dapat diraih dari latihan dengan beban berat dan frekuensi sedikit.
b. Daya tahan (Endurance). Daya tahan adalah kemampuan seseorang
dalam memakai organ tubuhnya seperti jantung dan paru-paru secara
efektif dan efisien dalam melakukan aktivitasnya.
c. Daya Otot (Muscular Power). Daya otot disebut juga daya ledak otot
(explosive power) adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan
kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu se singkat-
singkatnya.
d. Kecepatan (Speed). Kecepatan merupakan kemampuan seseorang
dalam melakukan gerakan berkesinambungan dalam waktu se singkat-
singkatnya.
e. Daya lentur (Flexibility). Daya lentur melihat pada efektivitas tubuh
manusia dalam menyesuaikan diri dengan gerakan atau aktivitas yang
mengandalkan kelenturan tubuh.
f. Kelincahan (Agility). Kelincahan merupakan kemampuan seseorang
dalam menyesuaikan diri dengan posisi-posisi tubuh seperti dari depan
ke belakang, atau dari kiri ke kanan.
13

g. Koordinasi (Coordination). Koordinasi merupakan kemampuan


seseorang dalam menyatukan gerakan tubuh berbeda ke dalam satu
gerakan yang efektif.
h. Keseimbangan (Balance). Keseimbangan merupakan kemampuan untuk
mengendalikan organ dan syaraf otot sehingga bisa mengendalikan
gerakan tubuh dengan baik.
i. Ketepatan (Accuracy). Ketepatan adalah kemampuan dalam
mengendalikan gerakan sesuai dengan sasaran.
j. Reaksi (Reaction). Reaksi merupakan kemampuan seseorang dalam
menanggapi rangsangan atau stimulus yang diberikan orang lain.
Menurut Kemenkes (2016) komponen kebugaran fisik meliputi hal
berikut ini : (a) daya tahan jantung atau peredaran darah dan paru-paru, (b)
kemampuan adaptasi biokimia, (c) bentuk tubuh, (d) kekuatan otot, (e)
tenaga ledak otot, (f) daya tahan otot, (g) kecepatan, (h) kelincahan, (i)
kelentukan, (j) kecepatan reaksi, (k) koordinasi.
Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang digunakan untuk
mengukur tingkat kebugaran jasmani seseorang, yaitu:
a. Tes Denyut Nadi Maksimal (DNM)
b. Tes Harvard Step Test
c. Tes lari cepat 60 meter
d. Tes gantung siku tekuk (pull up)
e. Tes baring duduk (sit up)
Menurut Kravitz (2011) komponen utama kebugaran dari kebugaran
yang berhubungan dengan kesehatan yang harus diperhatikan ada 5
komponen meliputi;
a. Daya tahan kardiorespirasi atau kondisi aerobik adalah kemampuan dari
jantung, paru-paru pembuluh darah dan grup otot-otot yang besar untuk
melakukan latihan-latihan yang keras dalam jangka waktu lama seperti
jalan cepat, jogging, berenang, senam aerobic. Mendayung, bersepeda,
lompat tali, main sky dan ski lintas alam. Daya tahan kardiorespirasi
merupakan komponen yang terpenting dari kebugaran fisik.
b. Kekuatan otot adalah kemampuan otot-otot untuk menggunakan tenaga
maksimal atau mendekati maksimal untuk mengangkat beban. Otot-otot
14

yang kuat dapat melindungi persendian yang mengelilingi dan


mengurangi kemungkinan terjadinya cedera karena aktifitas fisik.
c. Daya tahan otot adalah kemampuan dari otot-otot kerangaka badan
menggunakan kekuatan (tidak perlu maksimal) dalam jangka waktu
tertentu.
d. Kelenturan adalah daerah gerak otot-otot dan persendian tubuh.
Kelenturan otot-otot kerangka tubuh secara alamiah dan yang telah
dimantapkan kondisinya diregang melampaui panjangnya yang normal
waktu istirahat. Meningkatkan kelenturan akan memperbaiki penampilan
tubuh dan mengurangi kemungkinan cedera.
e. Komposisi tubuh adalah prosentasi lemak badan dari berat tanpa lemak
dari berat tanpa lemak (otot, tulang, tulang rawan, organ-organ vital).
Menjadi gemuk, biasanya dimulai pada masa kanak-kanak mempunyai
pengaruh pada komponen lain dari kebugaran.
4. Faktor Kebugaran Fisik
Faktor yang mempengaruhi kebugaran fisik pada pasien gagal ginjal
adalah mengkonsumsi makanan bergizi, membiasakan hidup sehat, dan
melakukan aktivitas jasmani seara teratur dengan pola istirahat yang cukup
(Kemenkes, 2016). Pendapat lain menjelaskan bahwa kebugaran jasmani
dapat dipengaruhi oleh faktor yaitu makanan dan gizi, tidur dan istirahat, dan
juga kebiasaan hidup sehat. Faktor latihan juga menjadi faktor pendukung
dalam kebugaran fisik.
a. Nutrisi dan Makanan Bergizi
Makanan menjadi fungsi sebagai sumber tenaga bagi tubuh, zat-
zat untuk pembentukan dan pengembangan sel dalam tubuh dan juga
berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Makanan dan sumber gizi (vitamin,
mineral) dari sayuran dan buah dapat meningkatkan kelancaran berbagai
proses biologi dan fisik tubuh manusia. Beberapa fungsi tersebut dapat
terpenuhi jika makanan yang dikonsumsi memiliki gizi yang cukup untuk
tubuh manusia. Makanan yang bergizi, terutama dri sayuran dan buah
segar memililki pengaruh yang besar terhadap kebugaran fisik pada
pasien gagal ginjal. Penelitian Kartika (2017) membuktikan bahwa
kecukupan nutrisi dan vitamin bermanfaat untuk meningkatkan
kebugaran tubuh. Penelitian Ocfianella (2016) membuktikan bahwa
15

kecukupan protein dalam sayuran buah memberikan tingkat kecukupan


kadar Hb sehingga kebugaran penderita GGK lebih optimal. Krestawati
(2015) menjelaskan bahwa nutrisi penderita gagal ginjal yang bermanfaat
untuk kebugaran tubuh adalah dengan mengkonsumsi sayuran buah.
b. Pola Hidup
Hidup yang sehat dan teratur serta dikerjakan secara
kontinyu dapat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang.
Kebiasaan yang dimaksud adalah makan, mandi, sikat gigi, cuci yangan
dan lain sebagainya. Selian itu, termasuk dalam hal ini adalah
menghindari kebiasaan yang dapat merusak tubuh seperti merokok
ataupun mengkonsumsi minuman keras dan jamu. Selain beberapa faktor
yang telah disebutkan, tidur secukupnya, sarapan yang baik, kontrol berat
badan, menghindari rokok dan obat terlarang juga menjadi faktor
kebugaran jasmani yang bisa anda lakukan. Pengertian kebugaran
jasmani masih memiliki topik utama yaitu untuk menjaga kesehatan
tubuh.
c. Olahraga
Melatih kebugaran jasmani akan memberikan kekuatan dan daya
tahan otot seperti persendian dan kekuatan tulang. Selain itu kebugaran
jasmani juga mendukung penampilan menarik baik dalam bidang
olahraga maupun non olahraga. Manfaat lain dari melatih kebugaran
jasmani menjadi makna kebugaran jasmani itu sendiri, diantaranya
adalah meningkatkan daya tahan aerobik, meningatkan rasa bahagia,
mengurangi stres, dan juga meningkatkan fleksibilitas.

C. Sayuran dan Buah


1. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), buah merupakan
bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putih dan biasanya berbiji,
sedangkan sayur merupakan daun-daunan, tumbuh-tumbuhan, polong atau
bijian, dan sebagainya yang dapat dimasak. Secara botani, buah merupakan
16

bagian dari tanaman yang strukturnya mengelilingi biji dimana struktur


tersebut berasal dari indung telur atau sebagai bagian dari bunga itu sendiri.
Sayur buah adalah bahan makanan yang berasal dari bagian tumbuhan
dalam bentuk buah (Sediaoetomo, dalam Farida, 2010).
Menurut Hamidah (2015) sayuran adalah tanaman hortikultura,
umumnya mempunyai umur relatif pendek (kurang dari setahun) dan
merupakan tanaman musiman. Sayur-sayuran mempunyai arti penting
sebagai sumber mineral dan vitamin A maupun C. Sayuran buah merupakan
sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya
mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau
setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran
disebut sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran buah
dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang
lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus atau
diuapkan, digoreng (agak jarang), atau disangrai. Sayuran berbentuk daun
yang dimakan mentah disebut sebagai lalapan (Hamidah, 2015).
Organ ginjal memiliki peran yang sangat penting bagi kesehatan,
terutama untuk menyaring sisa metabolisme tubuh serta kelebihan cairan
dari darah, dan mengeluarkannya lewat urine. Mengonsumsi berbagai jenis
makanan yang baik untuk ginjal dapat menjaga organ ini tetap sehat dan
berfungsi optimal. Mengonsumsi makanan yang tepat merupakan langkah
penting untuk menjaga kesehatan ginjal. Makanan dengan kandungan
garam, kalium, fosfor, dan kolesterol yang berlebihan akan membebani
ginjal karena cukup sulit disaring, sehingga ginjal perlu bekerja lebih keras.
2. Perubahan Warna Sayuran dan Buah
Perubahan fisiologi menunjuk pada perubahan fisik yang dapat diamati
pada buah dan sayur, terutama pascapanen. Keadaan ini akan menentukan
tingkat kualitas dari keduanya. Beberapa perubahan yang penting adalah;
a. Warna
Perubahan warna pada buah adalah perubahan yang paling dapat
diamati oleh konsumen. Perubahan ini memberi tanda bagi konsumen
apakah buah itu telah masak atau belum. Ini dapat diamati pada beberapa
buah-buahan tertentu, yaitu dengan hilangnya warna hijau sebagai tanda
buah yang mentah. Perubahan ini dapat terjadi secara alami atau karena
17

diperam. Beberapa perubahan warna buah-buahan yang penting untuk


diketahui adalah:
1) Klorofil
Klorofil adalah warna atau pigmen yang dimiliki tumbuhan yang
berfungsi dalam proses fotosintesis. Pada buah, warna hijau ini ini
berubah menjadi kuning merah atau orange. Perubahan ini dapat
diamati, misal pada jeruk, pisang, Warna hijau ini mudah berubah
karena adanya pengaruh panas dan asam. Pengolahan sayuran dan
buah yang bersifat basa dimaksudkan untuk mempertahankan warna.
Namun kadang berakibat pada lunaknya tekstur, karena adanya
penguraian serat. Pengolahan sayuran berwarna hijau dalam keadaan
wadah tertutup akan menyebabkan warna sayuran menjadi coklat. Hal
ini karena asam yang dihasilkan pada saat pemanasan tidak bisa
keluar, sehingga asam berubah menjadi bahan lain yang bereaksi
menjadi coklat.
2) Warna Kerotenoid
Secara umum warna karotenoid ditemukan pada sayuran dan buah-
buahan yang berwarna merah, jingga sampai kuning. Pigmen ini
terdapat pada wortel, semangka, anggur, tomat, apel, pepaya, ketela
rambat yang berwarna oranye, jeruk citrun, labu, lombok merah,
melon, jagung dan amsih banyak yang lainnya. Karetenoid sifatmya
tidak larut dalam air namun larut dalam sedikit minyak. Dalam proses
fisiologis karotenoid ini berfungsi sebagai antioksidan. Beberapa
diantaranya dapat diubah sebagai vitamin esensial Pengolahan
sayuran dan buah-buahan ini dengan waktu yang cukup maka hanya
akan memberi efek pada kerusakan sedikt. Tetapi bila, memasak
dalam waktu yang lama maka akan menurunkan kandungan
karotenoid. Bila dengan pengeringan maka rusak, karena pada
dasarnya karotenoid mudah rusak pada suhu tinggi.
3) Warna Flavonoid
Terdapat pada pada hampir semua sayuran, terutama yang berwarna
merah, ungu, biru, kuning, dan warna pudar yang berubah menjadi
coklat. Pigmen ini terdapat pada bunga, buah tertentu, batang, daun,
akar. Sifatnya mudah larut dalam air. Ditemukan pada jeruk, sayuran
18

bayam merah, terong ungu, anggur merah, biji kacang polong,


rempah-rempah, teh, coklat.
b. Kandungan Protein
Kandungan protein pada sayur dan buah adalah sedikit dan rendah.
Sedikit peningkatan kandungan protein pada buah yang matang, teramati
pada buah mangga yaitu berupa asam amino: alanin, triptopan, isoleusin,
valin, glisin. Juga teramati pada apukat dan tomat yang matang.
Kandungan protein terdapat pada sayuran hijau. kacang-kacngan,
polong-polongan. Pada apel yang matang maka protein ini terdapat pada
kulitnya yaitu: 60%-90%, namun dalam jumlah sedikit yaitu 1% dari berat
buah segar.
c. Kandungan Karbohidrat
Karbohidrat dalam buah dan sayur merupakan sumber energi. Ini
terdapat pada antara lain: pisang, kentang, strawberry, kacang-kacangan,
sayuran yang berwarna hijau gelap, jagung, tomat, apel, sawo, jeruk,
melon, mangga. Kandungan energi bahan pangan tersebut sangat
bervariasi, misal untuk 100 gr pisang mengandung 136 kalori. Apel
dengan berat yang sama 54 kalori. Kandungan energi pisang bersifat
instan, artinya langsung dapat digunakan dengan cepat. Karena banyak
mengandung gula fruktose, maka pisang memiliki indek glikemik lebih
rendah dibanding glukosa, sehingga cocok untuk cadangan energi.
Kandungan karbohidrat pada buah juga berpengaruh pada rasa yaitu
perimbangan antara gula dan asam. Pada buah yang belum masak maka
karbohidrat masih berupa tepung sehingga rasa tidak manis. Namun
ketika buah telah masak maka kandungan tepung berubah menjadi gula.
Buah apel mengandung sedikit pati, lain halnya dengan pisang, maka
rasa pisang manis dan mengenyangkan.
d. Kerusakan Sayuran dan Buah
Buah dan sayur rentan terhadap kerusakan, kerusakan ini terjadi
karena setelah dipanen maka buah dan sayur masih melakukan kegiatan
metabolisme dengan menggunakan cadangan makanan yang masih
tersisa. Tumbuhan sudah tidak memungkinkan mendapatkan tambahan
cadangan karena sudah dicabut atau berpisah denganpohonnya.
19

Berkurangnya cadangan makanan mempercepat hilangnya nilai gizi


sayuran.
e. Kerusakan Akibat Pendinginan
Pendinginan dapat memperpanjang umur simpan buah dan sayur,
namun juga dapat mempengaruhi kerusakan bahan pangan. Dikenal
dengan istilah chilling injury yaitu buah dan sayur mengalami kerusakan
akibat disimpan dalam suhu dingin sekitar 0-10° C yang ditandai dengan
pencoklatan dan timbul rasa manis yaitu pada kentang, bintik hitam pada
permukaan buah pisang dan tekstur yang rusak pada tomat, tekstur yang
rusak pada terong yaitu menjadi lunak.
f. Tekanan Panas Tinggi
Suhu lingkungan atau udara panas sekitar, panas matahari yang
mengenai makanan, panas yang ditimbulkan dari aktivitas organ
tumbuhan akan mempengaruhi mutu pangan. Kerusakan yang
diakibatkan tekanan suhu tinggi ini tidak dapat balik. Karenanya
perawatan bahan pangan ini ditujukan untuk mengurangi reaksi panas
terhadap kerusakan pangan. Secara tradisionil makanan disimpan dalam
wadah dari tanah yang diletakkan diatas air. Kemampuan setiap bahan
sangat beragam dalam menahan panas. Bakteri termofilik dapat tumbuh
dan berkembang pada suhu diatas suhu didih air.
g. Kerusakan Akibat Pembekuan
Pembekuan merupakan penyimpanan di bawah titik beku bahan, bahan
terseimpan dalam keadaan beku. Buah dan sayur memiliki kandungan air
yang relatif tinggi, sehingga bermasalah dengan pembekuan. Air yang
ada pada sayur dan buah sekitar 80-90%, saat pembekuan air akan
membeku dan terpisah dari larutan dan membentuk es.
3. Manfaat
Sayuran dan buah-buahan memiliki manfaat bagi tubuh antara lain
sebagai sumber vitamin dan serat, dan yang penting adalah menopang
kehidupan manusia untuk menjaga agar tubuh tetap sehat. Manfaat sayuran
buah adalah;
a. Sumber Vitamin
Buah dan sayur merupakan bahan pangan yang sangat memberi
manfaat bagi tubuh. Terutama untuk mendukung kebutuhan akan vitamin.
20

Vitamin merupakan kelompok senyawa organik yang tidak termasuk


dalam golongan protein, karbohidrat maupun lemak. Kebutuhan vitamin
ini relatif kecil, namun peranannya dalam tubuh sangat penting.
Peranannya termasuk dalam kelompok zat pengatur pemeliharaan dan
pertumbuhan. Disamping itu, vitamin adalah senyawa organik yang
mudah rusak oleh pengolahan dan penyimpanan. Karenanya jumlah
asupan sayuran dan buah ini relatif tinggi agar orang mendapatkan
kemanfaatannya. Vitamin tidak dapat diproduksi oleh tubuh secara cukup,
karenanya harus diperoleh dari makanan. Vitamin D merupakan contoh
vitamin yang dapat diprodusi didalam kulit, asalkan tubuh mendapatkan
sinar matahari dalam jumlah yang cukup. Sinar matahari akan mengubah
provitamin D menjadi vitamin D. Vitamin terbagi menjadi dua bagian, yaitu
vitamin yang larut dalam lemak dan yang larut dalam air (Almatsier, 2014).
b. Sumber Serat Tubuh
Bahan makanan nabati seperti sayur dan buah-buahan ini
diperlukan oleh manusia karena kandungan seratnya atau fiber. Serat ini
merupakan komponen jaringan yang pada tanaman yang tidak dapat
dicerna oleh enzim pencernaan. Artinya tidak ada enzim pencernaan
yang mampu mengurai serat menjadi komponen yang mudah diserap.
Keadaan ini memberi keuntungan bagi manusia terutama untuk:
1) Membuat makanan rendah kalori. Serat adalah rendah kalori maka
jumlah serat membantu membuat menu rendah kalori.
2) Makanan untuk program penurunan berat badan. Adanya rasa
kenyang setelah mengkonsumsi seratdalam jumlah yang cukup
menjadikan orang tidak mudah untuk megkonsumsi makanan lainnya.
3) Didalam usus serat ini dapat mengikat glukosa, maka serat memiliki
fungsi memberi efek hipoglemik. Yaitu memberi efek pada penurunan
gula darah sehingga cocok untuk penderita DM.
4) Adanya konsumsi serat yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran
asam empedu lebih banyak mengeluarkan kolesterol dan lemak yang
dikeluarkan lewat feses. Ini sangat membantu bagi saat orang
mengkonsumsi makanan dengan lemak dan kolesterol tinggi ataupun
kelebihan kedua zat tersebut.
21

5) Serat menjegah penyerapan kembali asam empedu, kolesterol dan


lemak. Memberi efek hipolipidemik yang bermanfaat bagi diet
penderita hipokolesterolemik. Efek dari keadaan ini adalah dapat
mengurangi resiko terkena jantung koroner.
6) Jumlah konsumsi sayuran cukup 1 mangkuk saja, karena bila lebih
akan mengganggu atau menghalangi penyerapan zat besi (Hamidah,
2014).
4. Pemilihan Sayuran dan Buah
Menurut Kemenkes (2016) Beberapa tips untuk memilih sayuran buah
adalah yang mempunyai ciri sebagai berikut;
a. Segar, asli penampilan dan warna, tekstur segar. Daun hijau gelap,
banyak vitamin A. Merah (wortel), banyak vitamin A.
b. Utuh, berlubang bekas ulat sedikit.
c. Tidak sobek, luka memar, bercak busuk, berlendir, warna pudar.
d. Pilih yang muda, karena empuk.
e. Jangan memilih sayuran yang ditumpuk pada udara panas.
f. Untuk sayuran kemasan, pilih yang kemasannya utuh, tidak rusak, tidak
bocor.
g. Perhatikan semua kelengkapan informasi pada label, terutama nama
produsen, izin produksi, kehalalan dan kadaluwarsa.
h. Segera habiskan setelah dibuka.

D. Hubungan Konsumsi Sayuran dan Buah Dengan Tingkat Kebugaran


Pasien Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis yang ditandai penurunan
fungsi ginjal yang ireversible. Penderita dilakukan terapi konservatif dengan
prosedur hemodialisa. Prosedur hemodialisis menyebabkan kehilangan zat
gizi, seperti protein, sehingga asupan harian protein seharusnya juga
ditingkatkan sebagai kompensasi kehilangan protein, sehingga sebagian besar
pasien pasca tindakan HD pasien mengalami keluhan penurunan kebugaran
fisik. Perubahan kesejahteraan fisik dan fungsional seperti keterbatasan dalam
melakukan tugas fisik dasar dan aktivitas sehari-hari, tidak bisa menikmati
melakukan berbagai hal untuk kesenangan dan beberapa pasien memiliki
22

gangguan pada pola tidur. Kebugaran tubuh dipengaruhi asupan nutrisi yang
kurang. Rekomendasi untuk nutrisi penderita gagal ginjal didapatkan 50%
protein sebaiknya bernilai biologi tinggi, terutama pada makanan jenis sayuran
dan buah. Sayuran mempunyai kandungan zat gizi yang tinggi yaitu protein,
mineral, zat besi dan vitamin (Arisman, 2012).
Penelitian Pardede (2013) menyatakan bahwa sayuran dan buah
mengandung komposisi nutrisi yang lengkap seperti vitamin, mineral, fitokimia,
fitosterol dan serat. Penelitian Kartika (2017) membuktikan bahwa kecukupan
vitamin dan mineral berhubungan dengan tingkat kebugaran. Kandungan
bahan aktif dalam sayuran buah bermanfaat untuk kebugaran. Damayanti
(2017) juga menjelaskan bahwa pemenuhan sayuran secara adekuat dapat
mempengaruhi tingkat kebugaran penderita gagal ginjal. Penelitian Ocfianella
(2016) membuktikan bahwa pemenuhan kebutuhan protein dan hemoglobin
melalui konsumsi makanan yang adekuat, salah satunya adalah sayuran dan
buah. Protein tinggi diberikan dengan alasan penderita gagal ginjal kronik
dengan hemodialisa kehilangan banyak protein akibat proses dialisis dan
Hemoglobin merupakan salah satu protein yang kaya zat besi kompleks dalam
eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang
mengandung besi fero dan empat rantai globin. Kebutuhan zat gizi ini melalui
konsumsi sayuran yang adekuat. Penelitian Panjaitan (2015) membuktikan
bahwa penderita yang patuh dalam program diet gagal ginjal sebanyak 40.6%.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat menentukan tingkat kebugaran
fisik pada pasien gagal ginjal.
E. Kerangka Teori

Penyakit Gagal
Ginjal

Fungsi Ginjal Kondisi Pasien


Menurun Hemodialisa
1. Ketidakseimbangan
Cairan
2. Ketidakseimbangan
Sampah Natrium/ Kalium/
Metabolik Magnesium
3. Gangguan Hemotologi
4. Retensi Ureum
Kratinin
5. Gangguan
Gastrointestinal/
23

HEMODIALISA

Faktor
Kebugaran
Sayuran
KEBUGARAN
1. Nutrisi dan
Buah FISIK

2. Pola Hidup
3. Olahraga

Keterangan :
Diteliti
Tidak Diteliti

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Sumber : PERNEFRI, 2010; Sudoyo, 2014; Smeltzer & Bare, 2012; Kemenkes,
2016; Hamidah, 2015.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sebuah ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki
atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep pengertian tertentu
(Notoatmodjo, 2012). Variabel dalam penelitian meliputi;
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab
terjadinya perubahan pada variabel dependen (Sugiyono, 2012). Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah konsumsi sayuran dan buah.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat dari variabel bebas (Sugiyono, 2012). Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kebugaran fisik.

B. Hipotesis Penelitian
Menurut Hidayat (2015) hipotesis adalah pernyataan lemah dan
membutuhkan pembuktian. Hipotesis penelitian terdiri dari hipotesis alternatif
(Ha) dan hipotesis nol (Ho). Hipotesis dalam penelitian ini meliputi:
1. Ha (Hipotesis Alternatif)
Ada hubungan konsumsi sayuran dan buah dengan tingkat kebugaran
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSI Pati.
2. Ho (Hipotesis Nol)
Tidak ada hubungan konsumsi sayuran dan buah dengan tingkat kebugaran
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSI Pati.

C. Kerangka Konsep
Menurut Hidayat (2015) kerangka konsep merupakan model konsep
yang berkaitan dengan bagaimana peneliti menyusun teori atau
menghubungkan secara logis faktor yang dianggap penting, yaitu membahas
keterkaitan antar variabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika
situasi yang diteliti. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah;

24
25

Variabel Independen Variabel Dependen

Konsumsi Sayuran dan Kebugaran Fisik


Buah

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

D. Rancangan Penelitian
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu jenis penelitian
untuk mengetahui seperangkat peristiwa, kondisi maupun masalah
keperawatan (Dharma, 2011). Penelitian korelasional adalah untuk
mengetahui hubungan masalah keperawatan dan tidak terdapat intervensi
(Nursalam, 2013). Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan konsumsi
sayuran dan buah dengan tingkat kebugaran pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisa di RSI Pati.
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Penelitian menggunakan desain potong lintang (cross sectional) yaitu
variabel penelitian dilakukan pengukuran atau pengamatan dilakukan pada
saat bersamaan (Hidayat, 2015). Pengukuran variabel penelitian antara
konsumsi sayuran dan buah dengan tingkat kebugaran pasien gagal ginjal
kronis dilakukan sekali waktu tanpa dilakukan follow up.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif, yaitu metode
pengumpulan data secara objektif dan sistematis yang mana data bersifat
numerik (Nursalam, 2013). Metode pengumpulan data penelitian ini
menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan untuk diisi
dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti.
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini meliputi;
a. Sumber Data
1) Data Primer
Data primer adalah data langsung dari subjek penelitian dengan
alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari (Dharma, 2011).
26

Data primer pada penelitian ini diperoleh dari pengisian


kuesioner secara langsung terhadap responden dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung di peroleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data
sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang
telah tersedia (Notoatmodjo, 2012). Data sekunder pada penelitian ini
diperoleh dari data RSI Pati.
b. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Metode
pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif, yaitu pengumpulan data
penelitian secara objektif dan sistematis yang bersifat numerik (Nursalam,
2013). Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah;
a. Peneliti meminta surat keterangan melakukan penelitian kepada
Institusi Pendidikan, yaitu Universitas Muhammadiyah Kudus dan
dilanjutkan kepada pihak Kesbang dan lokasi penelitian RSI Pati.
b. Peneliti melakukan pendekatan kepada responden. Kemudian peneliti
memilih kriteria responden.
c. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden mengenai maksud
dan tujuan penelitian.
d. Peneliti membagikan kuesioner untuk diisi secara lengkap.
e. Dalam pengumpulan data, peneliti dibantu oleh enumerator (asisten
penelitian) yaitu perawat jaga di ruang hemodialisa.
f. Peneliti mengumpulkan kuesioner yang dikerjakan oleh responden.
g. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan dan
analisis data dengan bantuan program komputer.
4. Populasi Penelitian
Populasi adalah semua nilai mengenai karakteristik tertentu dari
semua elemen himpunan data yang ingin diteliti sifatnya (Sugiyono, 2012).
Populasi penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis di Rumah Sakit Islam
Pati yang dilakukan tindakan hemodialisa, yang berjumlah sebanyak 30
orang (Data bulan November 2019).
27

5. Prosedur Sampel Dan Sampel Penelitian


Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Teknik sampling merupakan cara yang
ditempuh dalam memperoleh sampel yang benar-benar sesuai keseluruhan
subyek penelitian (Nursalam, 2013).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik Total Sampling. Menurut Sugiyono (2012) total sampling adalah
penetapan sampel dengan memilih semua anggota populasi. Sehingga
besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang. Alasan
menggunakan teknik Total Sampling dikarenakan jumlah populasi minimal
serta sebagian besar responden mengeluh kebugaran fisik yang menurun.
6. Definisi Operasional, Variabel Penelitian, dan Skala Pengukuran

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

Definisi Alat Ukur dan


Variabel Hasil Ukur Skala
Operasional Cara Ukur
Konsumsi Aktivitas Diukur dengan Hasil Ordinal
Sayuran penderita gagal kuesioner 10 dikategorikan
Buah ginjal dalam pernyatan dengan menjadi;
mengkonsumsi pilihan jawaban; 1. Baik skor 26-
sumber vitamin 1. Selalu skor 4 40
dan zat gizi 2. Sering skor 3 2. Kurang skor
yang berasal 3. Kadang-kadang 10-25
dari tanaman skor 2
dan buah 4. Tidak Pernah
skor 1
Tingkat Kemampuan Diukur dengan Hasil ukur
Kebugaran responden checklist dengan 5 diklasifikasikan Ordinal
dalam indikator; menjadi;
melakukan 1. Kardiorespirasi 1. Baik, jika
aktivitas fisik, 2. Kekuatan otot didapatkan
mempertinggi 3. Data tahan otot semua
daya kerja tanpa 4. Kelenturan parameter
mengalami 5. Komposisi normal.
kelelahan yang tubuh 2. Kurang, jika
berarti. Pilihan jawaban salah satu
dan skornya; atau semua
Ya skor 1 parameter
Tidak skor 0 tidak normal.
28

7. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


a. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat bantu yang digunakan peneliti untuk
memudahkan dalam pengukuran variabel (Hidayat, 2013). Alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
checklist. Instrumen yang digunakan terdiri dari beberapa bagian antara
lain:
1) Bagian A untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi
umur, jenis kelamin, pendidikan, lama Hemodialisa.
2) Bagian B untuk mengetahui konsumsi sayuran dan buah.
3) Bagian C untuk mengetahui tingkat kebugaran.
b. Uji Validitas dan Reliabilitas
Menurut Saryono (2011) validitas (keaslian) isi kuesioner adalah
instrumen mengukur secara tepat sesuai yang diukur. Uji validitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Pearson Product Moment. Instrumen
penelitian dinyatakan valid, jika nilai r hitung > r tabel.
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan serta menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2012). Menurut
Santoso (2013) reliabilitas instrumen menggunakan Alpha Cronbach.
Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha cronbach diukur berdasarkan
skala alpha dengan membandingkan dengan nilai r tabel pada taraf
signifikan 5%.
8. Teknik Pengolahan Dan Cara Penelitian
a. Teknik Pengolahan Data
Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu
langkah yang penting (Notoatmodjo, 2012). Data yang telah dikumpulkan
masih dalam bentuk data mentah (raw data) harus diolah sedemikian rupa
sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan untuk
menjawab tujuan penelitian (Hidayat, 2013). Menurut Nursalam (2013)
proses pengolahan data terdiri dari 4 tahap, yaitu;
29

1) Pemeriksaan Data (Editing)


Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan dan
perbaikan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi lengkap, jelas,
relevan jawaban dengan pertanyaan dan konsisten.
2) Pemberian Kode (Coding)
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka. Tujuannya adalah mempermudah
pada saat analisis data dan juga pada saat memasukkan data.
Pemberian kode dalam penelitian pada kepatuhan pembatasan
cairan kode 1 patuh dan kode 2 tidak patuh. Pada body image kode 1
moderat dan kode 2 distorsi.
3) Memasukkan Data (Entry Data)
Setelah merubah data menjadi angka, selanjutnya data dari
kuesioner dimasukkan ke dalam program komputer. Program
komputer yang digunakan adalah SPSS for Window.
b. Analisis Data
Tujuan analisis data adalah memperoleh gambaran hasil penelitian
serta membuktikan hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dan
memperoleh kesimpulan (Saryono, 2011).
Analisis univariat bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis
univariat mendapatkan data distribusi frekwensi dan prosentase.
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariat
dalam penelitian ini adalah dengan uji nonparametrik Spearman Rank
(Rho) (Riwidikdo, 2015). Syarat uji Spearman Rank adalah sebagai
berikut :
1) Jumlah sampel besar (> 30 responden)
2) Data berdistribusi tidak normal
3) Data bersifat kategorik (skala ordinal)
Menurut Riwidikdo (2015) berdasarkan uji tersebut dapat
diputuskan adanya hubungan yang signifikan apabila dari perhitungan
didapatkan nilai p value < 0.05 pada taraf kesalahan 5%. Sedangkan
30

untuk melihat kuat tidaknya hubungan didasarkan pada nilai ρ (rho) yang
dikategorikan sebagai berikut:
1) 0.00 – 0.199 : Sangat Lemah
2) 0.20 – 0.399 : Lemah
3) 0.40 – 0.599 : Sedang
4) 0.60 – 0.799 : Kuat
5) 0.80 – 1.00 : Sangat Kuat

E. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2013), masalah dalam etika penelitian keperawatan
yang harus diperhatikan adalah :
1. Lembar Persetujuan ( Informed Consent )
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed
consent merupakan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Informed
consent bertujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian
serta mengetahui dampaknya.
2. Tanpa Nama ( Anonymity )
Anonymity berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar
kuesioner. Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
tersebut.
3. Kerahasiaan ( Confidentiality )
Masalah responden yang ada harus dirahasiakan dalam penelitian.
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil
penelitian.

F. Jadwal Penelitian
Terlampir.

Anda mungkin juga menyukai