Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI

ANTARA PASIEN HEMODIALISIS ADEKUAT DAN INADEKUAT


PENYAKIT GINJAL KRONIK
Lina Zuyana dan Merryana Adriani
1Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
2Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK
Masalah pada Penyakit Ginjal Kronik dengan Hemodialisis (PGK-HD) adalah tingginya angka malnutrisi akibat
rendahnya asupan makan. Rendahnya asupan makan ini dapat disebabkan adanya gangguan gastrointestinal seperti
anoreksia dan mual serta hemodialisis yang tidak adekuat. Penelitian observasional dengan rancangan komparasi
ini bertujuan menganalisis perbedaan asupan makan dan status gizi antara pasien hemodialis adekuat dan inadekuat
penyakit ginjal kronik. Penelitian ini dilakukan di RSUD Gambiran, Kota Kediri, Jawa Timur. Sampel penelitian
ditentukan secara consecutive sampling dengan pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling
dan diperoleh masing-masing 16 pasien untuk kelompok hemodialisis adekuat dan inadekuat PGK. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder dengan beberapa instrumen pengumpulan data
berupa lembar kuesioner, form food recall 324 hours, dan form food frequency. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada karakteristik responden untuk umur, jenis kelamin dan jenis pekerjaan,
Indeks Massa Tubuh, asupan energi dan asupan protein antara kelompok adekuat dengan kelompok inadekuat. Namun
terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan kadar albumin
antara kelompok hemodialisis adekuat dengan kelompok inadekuat.

Kata kunci: hemodialisis, status gizi, konsumsi

ABSTRACT
Patient of chronic kidney disease with hemodialysis teraphy has a high malnutrition rate that caused by low intake of
consumption. This low intake can be caused of gastrointestinal disturbtion such as queasy and vomit feeling and also
psychosocial and hemodialysis intervention that can effect the patients nutritional status. The aim of this study was
to analyze the difference of consumption intake and nutritional status between adequate and inadequate hemodialysis
patients. This comparison observational study was done in Gambiran Hospital, Kediri, East Java. Data was collected
by cross sectional method with sixteen adequate and sixteen inadequat hemodialysis patients. The data of hemodialysis
adequate (URR) with laboratoryum test, energy and protein intake, bassal metabolic index, and albumin serum level
also collected. There was no significant difference of age, gender, job variable, BMI and energy-protein intake between
adequate and inadequate hemodialysis patients. There was a significant difference in income level education level
nutrition knowledge and albumin serum level between adequate and inadequate hemodialysis patients.

Keywords: hemodialysis, nutritional status, consumption

PENDAHULUAN tidak dapat diatasi lagi dengan tindakan konservatif


Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu sehingga membutuhkan terapi pengganti ginjal.
sindrom klinis karena penurunan fungsi ginjal Terapi pengganti ginjal terdiri dari hemodialisis,
yang menetap akibat kerusakan nefron. Proses peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal. Saat
penurunan fungsi ginjal ini berjalan secara kronis ini hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti
dan progresif (Pranawa, 1997). PGK adalah ginjal yang paling banyak dilakukan dan jumlahnya
penyebab utama morbiditas dan mortalitas, dari tahun ke tahun terus meningkat.
terutama pada stadium lanjut, di mana keadaan Di Amerika Serikat, The United State
ini merupakan titik akhir dari gangguan faal Renal Data System (USRDS) menunjukkan
ginjal yang bersifat irreversible, mengakibatkan terjadi peningkatan dramatis pasien PGK yang
terjadinya sejumlah perubahan fisiologis yang membutuhkan dialisis kronik atau transplantasi.

13
14 Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 JanuariJuni 2013: hlm. 1319

Pada tahun 1999, terdapat 340.000 pasien, tetapi Masalah pada Penyakit Ginjal Kronik dengan
pada tahun 2010 diproyeksikan meningkat Hemodialisis (PGK-HD) adalah tingginya angka
sampai 651.000 pasien. The Third National malnutrisi. Penelitian mengenai keadaan gizi
Health and Examination Survey (NHANES III) pasien PGK dengan Tes Kliren Kreatinin (TKK)
mengestimasikan prevalensi pasien PGK orang 15 ml/mt yang diberikan terapi HD
dewasa di Amerika Serikat sekitar 11% (19,2 juta mengemukakan masih banyak dijumpai
penduduk) dengan rincian 3,3% (5,8 juta) pada pasien status gizi kurang yang disebabkan
stadium 1, 3% (5,3 juta) pada stadium 2; 4,3% karena rendahnya asupan makan. Faktor yang
(7,5 juta) pada stadium 3; 0,2% (340.000) pada memengaruhi asupan makan bisa disebabkan
stadium 4 dan 0,2% (340.000) pada stadium 5 adanya gangguan gastrointestinal yaitu anoreksia
atau gagal ginjal. Di tingkat internasional, rata-rata dan mual serta hemodialisis yang tidak adekuat
insiden dari penyakit ginjal kronik stadium 5 atau (Susetyowati, 2002).
gagal ginjal mengalami peningkatan terus menerus Gizi kurang energi-protein merupakan suatu
sejak 1989. Amerika Serikat mempunyai tingkat hal yang penting untuk mendapatkan perhatian
rata-rata insiden tertinggi dari gagal ginjal, diikuti karena berpotensi untuk reversible. Dengan
oleh Jepang. demikian, gizi kurang yang terjadi pada pasien
Penyakit ginjal kronik ditemukan pada semua PGK-HD seharusnya dapat diperbaiki dengan
umur. Meskipun demikian, di Amerika Serikat, memenuhi kebutuhan nutrisinya.
rata-rata insiden tertinggi pasien PGK stadium 5 Beberapa peneliti menemukan bahwa pasien
atau gagal ginjal terjadi pada usia lebih dari 65 PGK-HD menunjukkan tanda gizi kurang (Kopple,
tahun. Di samping diabetes melitus dan hipertensi, 2007). Penyebab gizi kurang pada pasien PGK-
usia adalah faktor risiko utama terjadinya PGK. HD sebenarnya sangat multifaktorial, diantaranya
Populasi geriatri adalah populasi terbanyak yang asupan makan yang kurang, hilangnya zat
mengalami gagal ginjal di Amerika Serikat. Di makanan ke dalam cairan dialisat, meningkatnya
Indonesia menurut laporan tahunan dari Yayasan katabolisme, inflamasi kronik, dan stimulus
Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI) pada tahun katabolik dari pasien HD itu sendiri. Faktor
2006, diperkirakan jumlah pasien PGK di penyebab rendahnya asupan energi dan protein
Indonesia sebanyak 150.000 pasien. Dari jumlah pada pasien PGK-HD yaitu faktor sosial ekonomi
total pasien tersebut 21% berusia 1534 tahun, (depresi, stress, kurangnya pengetahuan dan
49% berusia 3555 tahun, dan 30% berusia diatas kemiskinan) atau karakteristik pasien. Faktor lain
56 tahun. adalah pengaruh prosedur HD di antaranya HD
Hemodialisis (HD) merupakan terapi inadekuat yang dapat menyebabkan mual dan
pengganti fungsi ginjal yang bertujuan untuk muntah serta adanya komplikasi penyakit penyerta.
mengeluarkan sisa metabolisme protein atau Faktor dari makanan yaitu diet inadekuat dan
mengoreksi gangguan keseimbangan air dan uremia juga menyebabkan anoreksia pada pasien
elektrolit, antara darah pasien dengan dialisat PGK-HD (Susetyowati, 2002).
melalui membran semipermeable yang bertindak Penelitian ini bertujuan menganalisis
sebagai ginjal buatan (dialyzer) (Sukandar, 1997). perbedaan asupan makan dan status gizi antara
Kecukupan dosis hemodialisis yang diberikan pasien hemodialis adekuat dan inadekuat penyakit
diukur dengan istilah adekuasi hemodialisis. ginjal kronik. Faktor yang diteliti dalam penelitian
Terdapat korelasi yang kuat antara adekuasi ini adalah karakteristik, pola konsumsi makanan,
hemodialisis dengan angka morbiditas dan asupan makan, serta adekuasi HD. Hal ini sangat
mortalitas pasien HD. Kelangsungan hidup pasien berkaitan dan mempengaruhi status gizi pasien
PGK dengan terapi HD dapat dipengaruhi oleh yang diukur dari berat badan kering yaitu Indeks
usia, adekuasi HD, etiologi penyakit ginjal kronik, Massa Tubuh dan kadar albumin serum pasien HD
asupan makanan yang benar dan sosial ekonomi. adekuat maupun HD inadekuat.
Lina dkk., Perbedaan Asupan Makan 15

Mengingat pasien PGK-HD di Indonesia orang (6,25%). Hasil penelitian juga menunjukkan
yang jumlahnya cukup banyak dan mempunyai bahwa sebagian besar jenis kelamin kelompok
potensi untuk menunjukkan tanda gizi kurang. adekuat adalah laki-laki yaitu sebanyak 12 orang
Salah satunya di RSUD Gambiran Kota Kediri, (75,00%) dan sebagian kecil perempuan yaitu
berdasarkan data kunjungan pasien HD tahun 2009, sebanyak 4 orang (25,00%) sedangkan sebagian
unit hemodialisis telah melakukan 501 sampai 592 besar jenis kelamin kelompok inadekuat adalah
tindakan HD dalam setiap bulannya. Jumlah pasien laki-laki yaitu 9 orang (56,25%) dan perempuan
yang menjalani terapi HD di RSUD Gambiran tidak jauh beda yaitu 7 orang (43,75%).
Kota Kediri saat ini atau bulan Juni 2010 sebanyak Sebagian besar tingkat pengetahuan gizi
88 pasien. Dalam setiap harinya RSUD Gambiran kelompok adekuat adalah berpengetahuan gizi
dapat melayani hemodialisis 24 pasien. baik yaitu sebanyak 13 orang (81,25%), sebanyak
2 orang (12,50%) berpengetahuan gizi sedang
METODE dan sisanya berpengetahuan gizi kurang yaitu
sebanyak 1 orang (6,25%) sedangkan sebagian
Penelitian ini menurut klasifikasinya termasuk besar tingkat pengetahuan gizi kelompok inadekuat
penelitian observasional dengan rancangan adalah berpengetahuan gizi kurang dan baik
komparasi dengan tujuan untuk melakukan mempunyai jumlah yang sama yaitu sebanyak
analisis terhadap variabel bebas yaitu hemodialisis 7 orang (43,75%) dan sisanya berpengetahuan gizi
adekuat dan inadekuat guna membedakan sedang yaitu sebanyak 2 orang (12,50%).
(membandingkan) apakah kedua variabel tersebut Indeks Massa Tubuh kelompok adekuat
sama atau berbeda. Berdasarkan jenis penelitian adalah normal yaitu sebanyak 13 orang (81,25%)
ini termasuk penelitian deskriptif analitik karena dan tidak ada yang mengalami kekurangan Berat
di samping melihat pengaruh variabel bebas dan Badan tingkat berat sedangkan Indeks Massa
terikat, juga menjelaskan karakteristik dari sampel Tubuh kelompok inadekuat sebagian besar adalah
penelitian. Berdasarkan waktu pelaksanaannya, normal sebanyak 7 orang (43,75%), kekurangan
penelitian ini termasuk penelitian crossectional Berat Badan tingkat ringan sebanyak 4 orang
karena pengamatan dan pengukuran terhadap (25,00%) dan kekurangan Berat Badan tingkat
variabel dilaksanakan pada saat atau periode berat sebanyak 3 orang (18,75%).
waktu yang sama. Sampel penelitian ditentukan Pada kelompok responden adekuat mempunyai
secara consecutive sampling dan untuk metode kadar albumin yang baik yaitu sebanyak 16 orang
pengambilan sampel menggunakan metode (100%) sedangkan sebagian besar kadar albumin
simple random sampling dengan besaran sampel kelompok inadekuat adalah baik yaitu sebanyak
menggunakan metode jumlah minimal sampel dari 10 orang (62,5%) kemudian yang mengalami gizi
dua kelompok tidak berpasangan. kurang sebanyak 6 orang (37,5%).
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini Sebagian besar jenis makanan kelompok
meliputi data primer dan data sekunder dengan adekuat yang menjadi responden adalah makanan
beberapa instrumen pengumpulan data berupa pokok + lauk + sayur + buah yaitu sebanyak 10
lembar kuesioner, form food recall 3x 24 hours, orang (62,50%), kemudian 4 orang (25,00%)
dan form food frequency. berjenis makanan pokok + lauk + sayur + buah +
susu dan 2 orang (12,50%) berjenis makanan
HASIL PENELITIAN pokok + lauk + sayur. Sedangkan sebagian besar
jenis makanan kelompok inadekuat yang menjadi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
responden adalah makanan pokok + lauk + sayur +
besar umur kelompok adekuat adalah dewasa yaitu
buah yaitu sebanyak 9 orang (56,25%), sebanyak 5
sebanyak 9 orang (56,25%) dan paling kecil adalah
orang (31,25%) berjenis makanan pokok + lauk +
lanjut yaitu sebanyak 2 orang (12,50%) sedangkan
sayur, dan sebanyak 2 orang (12,50%) berjenis
sebagian besar umur kelompok inadekuat adalah
makanan pokok + lauk + sayur + buah + susu dari
tua yaitu 9 orang (56,25%), sebagian kecil dewasa
16 responden yang menjadi sampel.
yaitu 6 orang (37,50%) dan ada yang lanjut yaitu 1
16 Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 JanuariJuni 2013: hlm. 1319

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian adekuat yang menjadi responden adalah sedang
besar jumlah konsumsi makanan kelompok adekuat atau cukup yaitu sebanyak 6 orang (37,50%), dan
yang menjadi responden adalah 1 piring yaitu sebagian kecil tingkat asupan protein baik dan
sebanyak 10 orang (62,50%) sedangkan sebagian defisit yaitu sebanyak 3 orang (18,75%) sedangkan
besar jumlah konsumsi makanan kelompok sebagian besar asupan protein kelompok inadekuat
inadekuat adalah setengah piring yaitu sebanyak adalah defisit yaitu sebanyak 7 orang (43,75%),
8 orang (50,00%), diikuti 1 piring sebanyak dan sebagian kecil asupan protein sedang atau
6 orang (37,50%) dan sisanya sebanyak 2 orang cukup yaitu sebanyak 1 orang (6,25%) dari
(12,50%) mengonsumsi makanan seperempat 16 responden yang menjadi sampel.
piring dari 16 responden yang menjadi sampel. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada
Sebagian besar asupan energi pada kelompok kelompok adekuat, rata-rata asupan protein sebesar
adekuat yang menjadi responden adalah sedang 59,38 gr dengan standar deviasi sebesar 19,63
atau cukup yaitu sebanyak 7 orang (43,75%), sedangkan pada kelompok inadekuat, rata-rata
dan sebagian kecil asupan energinya defisit yaitu asupan protein sebesar 52,86 gr dengan standar
sebanyak 1 orang (6,25%) sedangkan sebagian deviasi sebesar 23,38.
besar asupan energi kelompok inadekuat yang Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
menjadi responden adalah defisit yaitu sebanyak umur kelompok adekuat sebagian besar adalah
6 orang (37,50%) dan sebagian kecil kurang asupan dewasa yaitu sebanyak 9 orang (56,25%), dan
energinya yaitu sebanyak 2 orang (12,50%). Pada sisanya masuk kategori umur tua yaitu sebanyak
kelompok adekuat, rata-rata asupan energi sebesar 7 orang (43,75%) sedangkan umur pada kelompok
1.668,9 kkal dengan standar deviasi sebesar 432,65 inadekuat sebagian besar adalah tua yaitu sebanyak
sedangkan pada kelompok inadekuat, rata-rata 10 orang (62,50%), dan sisanya sebanyak 6 orang
asupan energi sebesar 1.484,6 kkal dengan standar (37,50%) berumur dewasa. Hasil uji statistik Chi-
deviasi sebesar 534,68 (Tabel 1). Square dengan p < 0,05 menunjukkan bahwa
Tabel 2 menyajikan data asupan protein tidak ada perbedaan umur secara bermakna antara
pada kelompok adekuat dan inadekuat di unit kelompok adekuat dengan kelompok inadekuat
hemodialisis RSUD Gambiran Kota Kediri tahun dengan nilai p = 0,479.
2010. Sebagian besar asupan protein kelompok Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
sebagian besar tingkat pengetahuan kelompok
Tabel 1. Asupan Energi pada Kelompok Adekuat dan adekuat adalah baik yaitu sebanyak 15 orang
Inadekuat (93,75%), dan sebagian kecil berpengetahuan
kurang yaitu sebanyak 1 orang (6,25%). Sedangkan
Asupan Energi (kkal) Adekuat Inadekuat sebagian besar tingkat pengetahuan kelompok
Mean 1.668,9 1.484,6 inadekuat adalah baik yaitu sebanyak 9 orang
Standar Deviasi 432,65 534,68 (56,25%), dan sisanya berpengetahuan kurang
Nilai Tertinggi 2.709,2 2.532,3
yaitu sebanyak 7 orang (43,75%).
Nilai Terendah 828,0 576,2
Hasil uji statistik Fishers Exact Test dengan p
< 0,05 menunjukkan bahwa ada perbedaan secara
Tabel 2. Asupan Protein pada Kelompok Adekuat dan
Inadekuat di Unit Hemodialisa RSUD Gambiran bermakna tingkat pengetahuan antara kelompok
Kota Kediri Tahun 2010 adekuat dengan kelompok inadekuat dengan nilai
p = 0,037.
Asupan Adekuat Inadekuat
Sebagian besar Indeks Massa Tubuh
Protein
n % n % kelompok adekuat adalah normal yaitu sebanyak
Baik 3 18,75 5 31,25 13 orang (81,25%) dan tidak ada yang mengalami
Sedang 6 37,50 1 6,25 kekurangan Berat Badan tingkat berat sedangkan
Kurang 4 25,00 3 18,75 Indeks Massa Tubuh kelompok inadekuat sebagian
Defisit 3 18,75 7 43,75
besar adalah normal yaitu sebanyak 7 orang
Total 16 100,00 16 100,00
(43,75%), kekurangan Berat Badan tingkat ringan
Lina dkk., Perbedaan Asupan Makan 17

sebanyak 4 orang (25,00%) dan kekurangan Berat kelompok adekuat dengan inadekuat pada kadar
Badan tingkat berat sebanyak 3 orang (18,75%). albumin serum.
Hasil uji statistik Mann-Whitney dengan p < 0,05
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara PEMBAHASAN
bermakna Indeks Massa Tubuh antara kelompok
adekuat dengan kelompok inadekuat dengan nilai Dari uji statistik menunjukkan bahwa ada
p = 0,059. perbedaan secara bermakna tingkat pengetahuan
Pada kelompok adekuat mempunyai kadar antara kelompok adekuat dengan kelompok
albumin yang baik yaitu 16 orang (100%) inadekuat dengan nilai p = 0,037 (p < .). Artinya,
sedangkan sebagian besar kadar albumin kelompok sebagian besar kelompok adekuat mempunyai
inadekuat adalah baik yaitu sebanyak 10 orang tingkat pengetahuan gizi yang lebih tinggi
(62,50%) kemudian yang mengalami gizi kurang dibandingkan dengan kelompok inadekuat. Hal
sebanyak 6 orang (37,50%). Hasil uji statistik ini dapat juga disebabkan oleh sebagian dari pasien
Fishers Exact Test dengan p < 0,05 menunjukkan atau kelompok inadekuat mempunyai tingkat
bahwa ada perbedaan secara bermakna kadar pendidikan formal yang rendah. Pasien dengan
albumin antara kelompok adekuat dengan PGK-HD memerlukan batasan atau aturan yang
kelompok inadekuat dengan nilai p = 0,018. ketat mengenai jenis maupun jumlah makanan
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa yang dikonsumsinya, misalkan bagi pasien
dari hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan PGK-HD yang hiperkalemia tidak dibolehkan
yang bermakna atau signifikan pada karakteristik mengonsumsi sayur dan buah yang mengandung
responden untuk umur, jenis kelamin dan jenis kalium. Oleh karena itu pengetahuan gizi yang
pekerjaan antara kelompok adekuat dengan baik sangat berpengaruh terhadap usia harapan
kelompok inadekuat. Tidak ada perbedaan yang hidup bagi dua kelompok HD adekuat maupun
bermakna antara Indeks Massa Tubuh, asupan HD inadekuat.
energi dan asupan protein antara kelompok Dalam penelitian ini diketahui, baik pada
adekuat dengan kelompok inadekuat. Perbedaan kelompok adekuat maupun inadekuat, sebagian
yang bermakna atau signifikan terdapat pada besar mempunyai Indeks Massa Tubuh yang
karakteristik responden untuk tingkat pendapatan, normal. Hal ini bisa saja dikarenakan pengaruh
tingkat pendidikan, dan pengetahuan gizi serta konseling yang diberikan oleh petugas rumah sakit
terdapat perbedaan yang bermakna antara dan lamanya pasien menjalani HD sehingga pasien

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Perbedaan antara Kelompok Adekuat dengan Inadekuat di Unit Hemodialisis RSUD Gambiran Kota
Kediri Tahun 2010

Variabel P Uji Statistik Hasil


Umur 0,479 Chi-Square Tidak signifikan
Jenis kelamin 0,457 Chi-Square Tidak signifikan
Jenis pekerjaan 0,220 Fishers Exact Test Tidak signifikan
Pendapatan 0,018 Fishers Exact Test Signifikan
Pendidikan 0,018 Fishers Exact Test Signifikan
Pengetahuan gizi 0,037 Fishers Exact Test Signifikan
Indeks Massa Tubuh 0,059 Mann-Whitney Tidak signifikan
Kadar albumin 0,018 Fishers Exact Test Signifikan
Kadar albumin 0,002 Independent T-Test Signifikan
Asupan energy 0,390 Mann-Whitney Tidak signifikan
Asupan energy 0,292 Independent T-Test Tidak signifikan
Asupan protein 0,435 Mann-Whitney Tidak signifikan
Asupan protein 0,400 Independent T-Test Tidak signifikan
18 Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 JanuariJuni 2013: hlm. 1319

lebih berpengalaman dalam menangani masalah


status gizinya. Dalam menyikapi gangguan kurang. Faktor yang paling sering adalah
gastrointestinal tersebut, mereka semua sadar rendahnya asupan makanan, terutama energi dan
dengan perubahan pola makan yaitu dengan porsi protein yang tidak memadai.
sedikit tetapi frekuensinya sering agar anjuran Penelitian menunjukkan bahwa asupan
diet dapat tercapai sehingga diharapkan pasien energi bagi pasien PGK-HD yang dianjurkan
tidak sampai mengalami penurunan berat badan atau minimal adalah 35 kcal/kg BB ideal/hari.
secara drastis. Pengukuran IMT dilakukan dengan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
menggunakan berat badan kering pasien dan asupan energi kelompok adekuat cukup 43,75%
dipilih pasien yang tidak mengalami edema dengan dan defisit 6,25% sedangkan asupan energi
harapan agar penelitian ini lebih akurat. kelompok inadekuat cukup 25,00% dan defisit
Rata-rata kadar albumin untuk kelompok 37,50%. Walaupun angka tersebut berbeda,
adekuat lebih besar (4,208 g/dL) daripada rata- ternyata setelah dilakukan uji statistik mengenai
rata kada albumin kelompok inadekuat (3,644 asupan energi kelompok adekuat dengan kelompok
g/dL), di mana konsentrasi albumin serum kurang inadekuat tidak ada perbedaan secara bermakna,
dari 3,5 g/dL menandakan adanya gizi kurang pada yaitu dengan nilai p = 0,390 (p > ) berdasarkan
pasien PGK-HD. Bergstrom (1995) menyatakan uji Mann-Whitney sedangkan jika menggunakan
bahwa antropometrik dan parameter biokimia gizi skala data rasio dengan uji Independent T-Test di
yang buruk berhubungan dengan meningkatnya dapatkan nilai p = 0,292 (p > ) dengan rata-rata
angka kematian. Tingkat albumin serum yang asupan energi untuk kelompok adekuat 1.668,9
rendah merupakan prediksi yang kuat terjadinya Kkal dan untuk kelompok inadekuat 1484,6 Kkal.
kekurangan protein, tidak hanya itu saja namun Berdasarkan hasil uji statistik di atas, dapat dilihat
juga karena adanya pengaruh dari beberapa faktor bahwa pengukuran menggunakan skala data rasio
morbiditas lain seperti overhydration, infeksi dan lebih sensitif dibandingkan dengan pengukuran
akibat penyakit kronik yang diderita. Adanya dengan skala data ordinal, meskipun hasil dari
kejadian gizi kurang berdasarkan parameter keduanya sama yaitu tidak signifikan atau tidak
biokimia pada kelompok inadekuat ini dapat ada perbedaan secara bermakna. Pada penderita
disebabkan oleh adanya gangguan sekresi hormon HD inadekuat akan meningkatkan keluhan mual
yang dengan sendirinya dapat menimbulkan dan muntah, ditambah pembatasan diet serta
beberapa kelainan metabolisme atau gangguan depresi akan memperburuk asupan gizi. Salah satu
absorbsi asupan makanan. Salah satu contoh penyebab penurunan asupan makan pada penderita
gangguan metabolisme pada pasien PGK-HD hemodialisis adalah karena HD yang tidak adekuat
adalah gangguan metabolisme asam amino yang atau inadekuat (Pranawa, 1997).
merupakan penyebab dari gizi kurang protein. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak
HD inadekuat dapat meningkatkan ekskresi ada perbedaan secara bermakna asupan protein
protein di dalam urin dan sebagian besar protein antara kelompok adekuat dengan inadekuat dengan
diekskresikan dalam bentuk albumin. Meskipun nilai p = 0,435 (p > ) dengan menggunakan uji
asupan protein sudah mencukupi, namun perlu Mann-Whitney sedangkan jika menggunakan
diperhatikan bahwa tubuh pasien PGK-HD skala data rasio dengan uji Independent T-Test di
dapat kehilangan protein selama proses terapi dapatkan nilai p = 0,400 (p > ) dengan rata-rata
hemodialisis. asupan protein untuk kelompok adekuat 59,38
Telah banyak dilaporkan bahwa pasien gram dan untuk kelompok inadekuat 52,86 gram.
PGK-HD menunjukkan gizi kurang energi- Berdasarkan hasil uji statistik di atas, dapat dilihat
protein dengan adanya tanda menurunnya nilai bahwa pengukuran menggunakan skala data rasio
antropometri dan kadar biokimia darah (Kopple, lebih sensitif dibandingkan dengan pengukuran
2007). Banyak faktor yang menyebabkan gizi dengan skala data ordinal, meskipun hasil dari
Lina dkk., Perbedaan Asupan Makan 19

keduanya sama yaitu tidak signifikan atau tidak hemodialisis inadekuat PGK. Namun ada
ada perbedaan secara bermakna. perbedaan signifikan pada karakteristik responden
Penambahan protein yang biasa diberikan untuk tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan
apabila asupan protein kurang adalah produk yang pengetahuan gizi serta pada kadar albumin serum
tinggi protein tinggi kalori, sebagai contoh adalah antara kelompok hemodialisis adekuat dengan
susu yang sudah dimodifikasi susunan zat gizinya kelompok hemodialisis inadekuat PGK
dan telur. Dalam penelitian ini responden baik
kelompok adekuat maupun kelompok inadekuat SARAN
sudah mengenal susu tersebut dan sebagian besar
mengonsumsinya setiap hari, meskipun rasa susu Bagi pasien, hendaknya meningkatkan
tersebut tidak enak. Namun mereka tetap berusaha tingkat pendapatan, pendidikan baik formal
mengonsumsinya demi terpenuhinya kebutuhan maupun non formal dan tingkat pengetahuan, dan
diet. mematuhi aturan yang diberikan oleh tim terpadu
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi serta
bahwa pada karakteristik responden tidak terdapat petugas kesehatan lain, agar terapi yang diberikan
perbedaan yang bermakna untuk umur, jenis kepada pasien mencapai optimal. Bagi Institusi
kelamin dan jenis pekerjaan antara kelompok atau Unit Hemodialisis RSUD Gambiran Kota
adekuat dengan kelompok inadekuat. Tidak Kediri, perlu dilakukan penilaian status gizi
terdapat perbedaan yang bermakna Indeks Massa pasien sebelum dilakukan tindakan hemodialisis
Tubuh antara kelompok adekuat dengan inadekuat. dan juga dilakukan pemantauan secara berkala
Selain itu, juga tidak ada perbedaan yang bermakna guna memperkecil kemungkinan terjadinya gizi
pada asupan makan yaitu asupan energi dan kurang.
asupan protein antara kelompok adekuat dengan
kelompok inadekuat. Walaupun rata-rata tingkat DAFTAR PUSTAKA
asupan energi dan protein kelompok adekuat lebih Bergstrom J. 1995. Nutrition and Mortality in
besar dibandingkan dengan kelompok inadekuat Hemodialysis. Journal of the American Society
namun setelah dilakukan uji statistik tidak terdapat of Nephrology. Vol. 6. Copyright by American
perbedaan yang bermakna di antara keduanya. Dari Society of Nephrology: 13291341.
pembahasan di atas, juga dapat diketahui bahwa Kopple, J.D. 2007. Dietary Considerations
terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok in Patients with Chronic Renal Failure,
adekuat dengan kelompok inadekuat pada Acute Renal Failure, and Transplantation.
karakteristik responden yaitu, pendapatan keluarga, Philadelphia: Walnut street PA 19106 USA:
tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan gizi. 27092736.
Dan terdapat perbedaan yang bermakna antara Pranawa. 1997. Pengenalan Dini dan
Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis.
kelompok adekuat dan kelompok inadekuat
Surabaya: Divisi Ginjal dan Hipertensi Lab-SMF
mengenai status gizi yang diukur berdasarkan
Penyakit Dalam FK-Unair RSUD Dr.Soetomo:
parameter biokimia yaitu kadar albumin serum. 113.
Sukandar E. 2006. Gagal Ginjal dan Panduan
KESIMPULAN Terapi Dialisis. Bandung: Pusat Informasi
Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-
Tidak terdapat perbedaan signifikan pada UNPAD RS Dr. Hasan Sadikin: 243288.
karakteristik responden untuk umur, jenis kelamin Susetyowati. 2002. Pengaruh Konseling Gizi
dan jenis pekerjaan antara kelompok adekuat dengan Buklet Terhadap Konsumsi Makanan
dengan kelompok inadekuat serta Indeks Massa dan Status Gizi Penderita Ginjal Kronik dengan
Tubuh, asupan energi dan asupan protein antara Hemodialisis di RS Dr. Sardjito Yogyakarta.
kelompok hemodialisis adekuat dengan kelompok Jakarta: Proseding Kursus Penyegar Ilmu
Gizi.

Anda mungkin juga menyukai