Anda di halaman 1dari 9

ARGIPA. 2019. Vol. 4, No.

1: 28-36
Available online: https://journal.uhamka.ac.id/index.php/argipa
p-ISSN 2502-2938; e-ISSN 2579-888X

KECUKUPAN ASUPAN GIZI DALAM PENINGKATAN


STATUS GIZI PASIEN HEMODIALISIS BERDASARKAN
DIALYSIS MALNUTRITION SCORES
Adequate nutrition intake to improve nutritional status of hemodialysis patient
using dialysis malnutrition scores

Nursyifa Rahma Maulida*, Leni Sri Rahayu, Yogi Andengganan, Siti Al Bina
Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta,
Indonesia
* Email korespondensi: nursyifa.maulida@uhamka.ac.id

ABSTRAK
Peningkatan pasien penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis (PGK-HD) dari tahun
2013 sampai 2015 di Indonesia sebesar 32,04%. Malnutrisi Energi Protein (MEP) yang erat
kaitannya dengan asupan zat gizi merupakan indikator penting dalam mencegah
komplikasi. Dialysis Malnutrition Scores (DMS) diperkenalkan sebagai metode penilaian
status gizi dengan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup dalam pendeteksian dini dan
belum digunakan di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih. Tujuan penelitian ini
untuk melihat korelasi antara kecukupan asupan energi, protein, natrium, dan cairan
terhadap status gizi berdasarkan DMS. Desain studi potong lintang dilakukan dan
didapatkan 35 subjek dengan metode consecutive. Kuesioner terstruktur untuk DMS yang
terdiri atas 7 komponen dilakukan oleh tenaga kesehatan, begitu juga dalam pengukuran
interdialytic weight gain (IDWG). Asupan zat gizi diambil dengan metode recall 2x24 jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara asupan energi
(r=-0,391; p<0,005) dan protein (r=-0,467, p<0,005) dengan status gizi berdasarkan DMS.
Asupan natrium dan cairan tidak memiliki korelasi terhadap status gizi berdasarkan total
skor DMS, tetapi korelasi positif yang signifikan ditujukan pada asupan energi, protein,
natrium, dan kalium terhadap IDWG (p<0,05). Subjek dengan asupan yang tidak adekuat
memiliki dampak pada pemecahan protein sebagai pengganti energi. Hal ini menyebabkan
sisa metabolisme dari protein meningkat dan memengaruhi fungsi ginjal. Dapat
disimpulkan bahwa asupan energi, protein, natrium, dan cairan yang adekuat merupakan
faktor penting untuk meningkatkan status gizi berdasarkan DMS pada pasien PGK-HD.
Kata kunci: Asupan Gizi, Dialysis Malnutrition Scores, Interdialytic Weight Gain, Hemodialisis

ABSTRACT
The increase of patients treated with hemodialysis (HD) was presented around 32.04% from
2013 to 2015 in Indonesia. Protein energy malnutrition (PEM) of dialysis patient was being a crucial
indicator to manage the complication. There were several factors influencing the nutritional status.
Dialysis malnutrition scores (DMS) was established as a sensitive and specific screening tool for early
identification and to prevent the condition of dialysis patients. The purpose of this study was to
investigate the correlation between adequate intake and nutritional status using DMS. This cross-
sectional study was conducted in RSIJ Cempaka Putih, consisting of 35 dialysis patients. Subjects
were chosen based on consecutive sampling method. A structured questionnaire for DMS was used to
collect the data, consisted of 7 components by health provider at the hospital. Nutrient intake was
assessed for 2 days using 24-hour recall method by trained nutritionist. The result found that there

28
were significant correlation between intake of energy (r=-0.391; p<0.005) and protein (r=-0.467,
p<0.005) with nutritional status using DMS. Unfortunately, the correlation was not found between
sodium and fluid intake to nutritional status. However, there were significant correlation between
intake of energy, protein, natrium, and fluid into interdialytic weight gain (IDWG). In summary,
adequate intake of energy, protein, and fluid were the important determinants to improve nutritional
status using DMS.
Keywords: Dialysis Malnutrition Scores, Hemodialysis, Interdialytic Weight Gain, Nutritional Intake

PENDAHULUAN (IDWG) (Istanti, 2011) dan juga


Sebesar satu juta jiwa kematian Malnutrisi Energi Protein (MEP)
setiap tahunnya dilaporkan akibat (Winaryanti, 2017). Subjective Global
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) (WHO, Assessment (SGA) merupakan metode
2010). PGK adalah proses pemeriksaan status gizi yang paling
patofisiologis dari fungsi ginjal sering digunakan pada pasien PGK-
dengan penyebab yang beragam dan HD. Namun, ada metode lain yang
dapat menyebabkan penurunan fungsi dikembangkan dari SGA yaitu Dialysis
ginjal yang progresif, tidak jarang Malnutrition Scores (DMS). Metode
berakhir dengan gagal ginjal dan tersebut menunjukkan nilai sensi-
memerlukan hemodialisis (HD) tivitas (94%) dan spesifisitas (88%)
ataupun transplantasi (Suwitra, 2010; yang cukup tinggi jika dibandingkan
Denhaerynck, et al., 2007). Di dengan SGA (Tabibi dan Ashabi,
Indonesia, peningkatan pasien baru 2011).
yang menjalani HD dari tahun 2013 ke Penelitian sebelumnya menyebut-
2015 ditemukan sebesar 32,04% kan bahwa asupan zat gizi seperti
(PERNEFRI, 2016). Angka ini lebih energi dan protein yang tidak adekuat
tinggi jika dibandingkan negara maju dapat memengaruhi MEP (Rahardjo,
seperti Amerika Serikat dengan 2006; Lina dan Merryana, 2013). Begitu
peningkatan sebesar 11% (American juga dengan asupan gizi seperti
Kidney Fund, 2018). protein, natrium, dan cairan dapat
Berdasarkan penelitian sebelum- memengaruhi IDWG (Nerbass, et al.
nya, pasien PGK-HD sebesar 71% 2013). Data jumlah kunjungan di
mengalami malnutrisi ringan-sedang, Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
23% malnutrisi berat, dan sisanya Putih menunjukkan adanya pening-
dengan status gizi normal katan pasien PGK-HD secara
(Mohammed, et al. 2015; Winaryanti, signifikan setiap tahunnya. Sebagai-
2017). Salah satu faktor penting yang mana diketahui bahwa MEP bersifat
dapat memperberat masalah kompli- reversible yang dapat diperbaiki
kasi pada pasien PGK dengan HD dengan memenuhi kebutuhan gizinya.
adalah adanya pertambahan berat Oleh karena itu, penelitian ini
badan pasien di antara dua waktu bertujuan untuk melihat hubungan
dialysis atau Interdialytic Weight Gain asupan zat gizi meliputi energi,

29
protein, natrium, dan cairan dengan Populasi
IDWG dan status gizi berdasarkan (Data pasien poliklinik HD pada rekam
medik)
DMS pada pasien PGK-HD.
Sebagaimana diduga bahwa Subjek (memenuhi kriteria inklusi)
kecukupan asupan zat gizi akan
Pengumpulan Data I
memperbaiki masalah gizi pada (nama, usia, jenis kelamin, lamanya HD,
pasien PGK-HD. Hal tersebut akan asupan makanan (recall 1), pengukuran BB
menjawab pertanyaan penelitian post (HD I))

dalam penentuan status gizi Pengumpulan Data II


menggunakan DMS di RSIJ Cempaka (Asupan makanan (recall ke-2), pengukuran
BB pre (HD II), dan penilaian DMS)
Putih.

Gambar 1. Alur pengumpulan data penelitian


METODE
Penelitian ini merupakan Instrumen penelitian yang
penelitian observasional analitik digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan pendekatan potong lintang. sebagai berikut:
Pengambilan sampel dilakukan 1. Informed consent
dengan cara consecutive non probability 2. Form Recall 2 x 24 jam
sampling dan didapatkan sebanyak 35 3. Form penilaian skrining DMS
pasien PGK-HD di Rumah Sakit Islam 4. Foto Makanan
Jakarta Cempaka Putih. Pelaksanaan 5. Tabel Komposisi Pangan Indonesia
pengambilan data dilakukan di 6. Alat Ukuran Rumah Tangga (URT)
Poliklinik Hemodialisis yang ber- 7. Software analisis makanan dan analisis
koordinasi dengan tenaga kesehatan data
di tempat tersebut. Terdapat 7 komponen dalam
Adapun kriteria inklusi pada penilaian status gizi berdasarkan DMS
penelitian ini adalah pasien rawat yaitu perubahan berat badan, asupan
jalan yang telah menjalani HD makan, gejala gastrointestinal, kapasitas
minimal 6 bulan, dapat berkomunikasi fungsional, komorbiditas, penurunan
dengan baik, dan dapat berdiri untuk simpanan lemak, dan tanda-tanda atrofi
melakukan pengukuran berat badan. otot. Selanjutnya status gizi akan
Responden yang mengalami kom- diklasifikasikan berdasarkan total skor,
plikasi saat penelitian berlangsung di antaranya status gizi baik (skor 7–13),
dan melewatkan hemodialisis dari malnutrisi ringan-sedang (skor 14–23),
jadwal yang ditentukan akan malnutrisi berat (skor 24–35)
dikeluarkan pada penelitian ini. (Susetyowati, et al., 2017).
Berikut adalah alur pengumpulan Data asupan makan diambil dengan
datanya: metode food recall 2x24 jam tidak
berturut-turut dengan bantuan foto
makanan yang selanjutnya dianalisis
menggunakan Tabel Komposisi Pangan

30
Indonesia (TKPI). Pengolahan dan berat badan kering. Pada penelitian
analisis data menggunakan software ini, IDWG berada di rata-rata 4,94%,
komputer dalam analisisnya. IDWG angka ini lebih tinggi dari ambang
didapatkan dari berat badan sebelum batasnya (Ferraz, et al., 2015).
melakukan HD pada periode HD yang Selanjutnya, gambaran status gizi
kedua dikurangi dengan berat badan dengan rata-rata skor DMS adalah
setelah melakukan HD pada periode 14,11 termasuk malnutrisi ringan-
HD pertama. Kemudian akan dicari sedang (14–26).
persen IDWG dengan membagi berat
kering yang dikalikan dengan Tabel 2.
Distribusi pasien PGK-HD berdasarkan
persentase 100%. asupan
Analisis univariat dilakukan untuk Asupan Zat n Rata- %asupan Min. Maks.
Gizi rata rata-rata
menggambarkan data karakteristik
Energi(kkal) 35 1647,90 83,36 52,12 127,57
meliputi usia, jenis kelamin, lama Protein (g) 35 61,31 89,45 43,82 206,68
hemodialisis, persen asupan kecukupan, Cairan (ml) 35 1493,50 88,56 66,67 153,33
Natrium(mg) 35 1578,14 114,01 42,88 249,40
persen IDWG, dan status gizi
berdasarkan DMS. Uji korelasi Pearson
Berdasarkan Tabel 2, persen
digunakan untuk mengetahui keeratan
kecukupan zat gizi meliputi energi,
hubungan dan mengetahui arah
protein, dan cairan ada dalam
hubungan variabel numerik. Uji korelasi
kecukupan yang normal (80-110%),
Spearman Rank untuk data yang tidak
sedangkan natrium memiliki rata-rata
berdistribusi normal.
persen asupan yang lebih (110%)
HASIL sebesar 114%. Hal ini karena masih
ditemukannya responden yang sering
Hasil penelitian menunjukkan
mengonsumsi makanan sumber
sebanyak 20 orang (57,1%) adalah laki-
natrium tinggi, makanan kemasan
laki dan 15 orang (42,9%) berjenis
serta makanan olahan yaitu ikan asin,
kelamin perempuan. Rata-rata usia
mi instan, sosis, dan lain-lain.
penderita PGK-HD di RSIJ Cempaka
Rata-rata asupan cairan pada
Putih adalah 50 tahun.
penelitian ini sebesar 1493 ml, dalam
Tabel 1.
persen asupan pada nilai minimal
Distribusi pasien PGK-HD berdasarkan
karakteristik sampai maksimal di kisaran 67%–
Karakteristik n Min. Maks. Rata- 153%.
rata
Tabel 3.
Umur (tahun) 35 30 68 50,29 Distribusi % IDWG berdasarkan asupan
Lama HD (bulan) 35 7 108 40,60 makan
IDWG (%) 35 1,56 10,93 4,94 % IDWG
DMS 35 10 22 14,10
n r nilai p
% Asupan Energi 35 0,394 0,019
IDWG atau pertambahan berat % Asupan Protein 35 0,357 0,035
% Asupan Cairan 35 0,498 0,002
badan di antara dua waktu dialisis
% Asupan Natrium 35 0,203 0,043
dianjurkan tidak melebihi 4,5% dari

31
Tabel 3 menunjukkan bahwa 2013; Aisara, et al. 2018). Pada
asupan energi, protein, cairan dan penelitian lainnya juga menunjukkan
natrium memiliki hubungan yang hasil sejalan yakni responden laki-laki
signifikan secara statistik (p<0,05) lebih banyak jumlahnya dibanding
dengan korelasi positif pada tingkat dengan perempuan. Laki-laki lebih
korelasi yang lemah dan sedang. berisiko terkena PGK dibanding
Tabel distribusi persen asupan dan perempuan karena perempuan
IDWG terhadap status gizi berdasarkan memiliki hormon estrogen lebih
banyak (Rahmawati dan Ruhyana,
DMS di bawah ini menunjukkan bahwa
2014). Hormon estrogen dapat
asupan energi dan protein memiliki
memengaruhi kadar kalsium dalam
korelasi negatif yang signifikan secara
tubuh dengan menghambat
statistik dengan nilai p<0,05 pada
pembentukan cytokhine tertentu untuk
tingkat korelasi yang sedang (r=0,3–0,5).
menghambat osteoklas agar tidak
berlebihan dalam menyerap tulang
Tabel 4.
Distribusi status gizi (DMS) berdasarkan sehingga kadar kalsium seimbang.
asupan dan persentase IDWG Kalsium memiliki efek protektif
Status Gizi (DMS)
n r nilai p
dengan mencegah penyerapan oksalat
% Asupan Energi 35 -0,391 0,020 yang bisa membentuk batu ginjal
% Asupan Protein 35 -0,467 0,05 sebagai salah satu penyebab terjadinya
% Asupan Cairan 35 -0,196 0,260
% Asupan Natrium 35 0,073 0,675 PGK (Rahardjo, 2006).
% IDWG 35 -0,265 0,124 Peningkatan IDWG yang melebihi
4,5% dari berat badan kering
DISKUSI
menyebabkan berbagai risiko
PGK dapat dialami oleh semua komplikasi seperti hipertensi, gagal
usia, tetapi tidak semua pasien PGK jantung kongestif, hiponatremia,
menjalani hemodialisis. Berdasarkan hipotensi, angina, aritmia, dan hal
Riskesdas 2013, prevalensi PGK yang lainnya (Ferraz, et al. 2015). Pada hasil
menjalani HD meningkat seiring penelitian, asupan cairan dalam
bertambahnya usia (Kemenkes, 2013). kecukupan yang normal dan cairan
Hal tersebut menjelaskan bahwa berhubungan sangat kuat terhadap
semakin bertambahnya usia, maka %IDWG dibanding asupan lainnya
fungsi ginjal akan semakin berkurang dengan arah hubungan yang positif.
karena terjadinya penurunan Pembatasan asupan cairan merupakan
kecepatan ekskresi glomerulus dan hal yang penting bagi pasien PGK,
memburuknya fungsi tubulus apabila asupan cairan pasien terlalu
(Pranandari dan Supadmi, 2015). berlebih, maka dapat menyebabkan
Penelitian sebelumnya menunjuk- beban sirkulasi menjadi berlebihan
kan bahwa gambaran penderita PGK- dan dapat menyebabkan edema.
HD lebih banyak pada laki-laki Apabila asupan cairan pasien terlalu
dibanding perempuan (Saraha, et al.

32
rendah maka dapat mengakibatkan ini sejalan dengan penelitian
dehidrasi, hipotensi, dan gangguan sebelumnya yang dilakukan pada
fungsi ginjal (Sepdianto dan negara berkembang (Jahromi, et al.
Suprajitno, 2107). 2010). Faktor-faktor yang
Pada penderita PGK dapat terjadi berkontribusi terhadap terjadinya
penurunan LFG yang menyebabkan kurang gizi pada pasien PGK HD
terjadinya oliguria atau anuria, yang adalah asupan zat gizi yang kurang
kemudian akan menyebabkan dan peningkatan kehilangan zat gizi.
penimbunan cairan di dalam tubuh. Dengan kata lain, pasien dengan
Tujuan pembatasan cairan tersebut status gizi baik dikarenakan
adalah untuk mencegah kenaikan mengonsumsi makanan yang
IDWG yang berlebihan dan untuk mengandung nilai gizi yang tinggi
mengendalikan tekanan darah. (Lorember, 2018).
(Susetyowati, et al. 2017). Pada Energi yang cukup sebesar 30-35
penelitian ini, asupan cairan pada kkal/kg BB/hari dapat membuat
pasien PGK-HD sangat sulit dikontrol penggunaan protein lebih efektif dan
yang terlihat dari asupan maksimal mencegah penggunaan cadangan
mencapai 153,3% dari kebutuhan yang energi di dalam tubuh. Begitu pula
seharusnya. Hal ini dikarenakan dengan kebutuhan protein sebesar 1-
responden tidak mampu menahan 1,2 gram/kg BB/hari yang dianjurkan
rasa hausnya, meskipun sudah didapat dari protein hewani. Hal
mengetahui anjuran asupan tersebut karena tersedianya asam
cairan/hari. Asupan cairan amino yang lengkap, diharapkan
berkontribusi pada sediaan protein di dapat menggantikan asam amino yang
dalam tubuh serta asupan natrium terbuang sebesar 1-2 gram/jam
yang terdapat di dalam makanan. dialisis (10-12 gram protein yang akan
Berdasarkan rata-rata skor DMS hilang setiap hemodialisis) (KDIGO,
pada penelitian ini, pasien termasuk 2012). Pada pasien PGK dengan
dalam kategori malnutrisi ringan- hemodialisis, metabolisme energi
sedang (14–26), hal ini sejalan dengan dirusak dan dibentuk dari
penelitian di negara berkembang keseimbangan energi negatif. Dengan
lainnya seperti India (Rani, et al. 2015), tersedianya energi sesuai kebutuhan
dan Malaysia dimana penderita PGK- dapat terjadi keseimbangan nitrogen
HD ada pada status gizi dengan positif. Terlebih lagi dengan
malnutrisi ringan-sedang kecukupan protein yang memadai
(Mohammed, et al. 2015; Harvinder, et akan mencegah terjadinya kerusakan
al. 2016). jaringan serta katabolisme protein
Asupan energi dan protein (Hee-Sook, et al., 2019).
memiliki korelasi negatif yang Asupan zat gizi memiliki
signifikan secara statistik. Penelitian hubungan yang positif, semakin tinggi

33
persen asupan maka semakin tinggi Score (DMS). Pada pasien PGK dengan
persen IDWG. Penelitian ini sejalan hemodialisis, asupan energi dan
dengan penelitian yang dilakukan protein yang adekuat merupakan
oleh Ferraz pada asupan energi dan penentu dalam status gizi berdasarkan
protein (Ferraz, et al. 2015), kemudian DMS.
penelitian di Brazil pada asupan
natrium (Agondi, 2011), serta asupan UCAPAN TERIMA KASIH
cairan (Istanti, 2011) terhadap persen Penulis mengucapkan terima kasih
IDWG. Korelasi yang kuat terhadap kepada Lembaga Penelitian (Lemlit)
%IDWG ditujukan pada asupan UHAMKA sebagai pemberi dana pada
cairan, dan selanjutnya pada asupan penelitian ini. Tidak lupa kepada Yogi
energi, protein, dan natrium. Karena Andengganan dan Siti Albina sebagai
IDWG merupakan pertambahan berat pengumpul data penelitian; tenaga
badan (BB) pasien di antara dua waktu kesehatan dan manajemen Rumah
dialisis yang dihitung berdasarkan BB Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
kering dari pasien setelah sebagian yang telah membantu dan memberi
besar cairan dibuang melalui proses izin sebagai lokasi penelitian; serta
ultrafiltrasi, sehingga kontribusi dari pasien dan keluarga pasien sebagai
%IDWG adalah kemungkinan adanya subjek pada penelitian ini.
selisih yang besar dari BB sebelum ke
DAFTAR RUJUKAN
BB setelah jika dibandingkan dengan
berat kering yang sudah diasumsikan. Agondi, Rubia de F. (2011).
Semakin tinggi asupan energi dan Relationship between beliefs
regarding a law salt diet in chronic
protein maka semakin rendah skor
renal failure patients on dialysis.
DMS yang berarti semakin baiknya Brazil: Journal of Renal Nutrition,
status gizi pasien PGK. Tetapi, hasil 21(2).
yang sama tidak ditunjukkan pada Aisara, S., Azmi, S., Yanni, M. (2018).
asupan cairan, natrium, dan %IDWG Gambaran klinis penderita
terhadap status gizi. Penelitian ini penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RSUP
sejalan dengan penelitian sebelumnya
Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
yang dilakukan pada negara Kesehatan Andalas, 7(1).
berkembang (Jahromi, et al., 2010). American Kidney Fund. (2018).
Barriers to Treatment Adherence for
SIMPULAN Dialysis Patients. KidneyFund.org,
Asupan zat gizi yang adekuat diakses 25 Januari 2018.
meliputi asupan energi, protein, <http://www.
kidneyfund.org/assets/pdf/akf-
natrium, dan cairan merupakan faktor
adherence-report.pdf>
penting terkait penurunan persen
Denhaerynck, K., Manhaeve, F.,
IDWG yang pada akhirnya menjadi Dobbels, F., Garzoni, D., Nolte, C.,
faktor dalam meningkatkan status gizi dan Geest, S.D. (2007). Prevalence
berdasarkan Dialysis Malnutrition and consequences of

34
nonadherence to haemodialysis Society of Nephrology: Kidney
regimen. American Journal of International Supplements, 3(1).
Pyschosocial Nursing & Mental Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan
Health Service, 35(3), 31. Dasar. Jakarta: Kementrian
Ferraz, SF., Freitas, ATVS., Filizola Kesehatan RI.
vaz, IM., Campos, MIVAAM., Lina, Z. dan Merryana, A. (2013).
Peixoto, M do RGP., dan Pereira, Perbedaan asupan makan dan
ERS. (2015). Nutritional status and status gizi antara pasien
interdialytic weight gain of hemodialisis adekuat dan
chronic hemodialysis patient. inadekuat penyakit ginjal kronik.
Brazilian Journal of Nephrology, Jurnal Ilmiah Media Gizi Indonesia,
37(3): 206–314. 9(1):13-19.
Harvinder, GS, Swee, WCS., Lorember, FM. (2018). Malnutrition in
Karupaiah, T., Sahathevan S., chronis kidney disease. Journal
Chinna, K., Ahmad, G., Frontiers in Pediatric, 6(161).
Bavanandan, S., dan Goh, BL. Mohammed, FA., Farhood, HF., dan
(2016). Dialysis malnutrition and Atheem Wtwt, MA. (2015).
malnutrition inflammation scores: Prediction of malnutrition using
screening tools for prediction of modified subjective global
dialysis–related protein-energy assesment-dialysis malnutrition
wasting in Malaysia. Asia Pacific score in patient on chronic
Journal Clinical Nutrition, 25 (1): 26 hemodialysis. Canadian Open
– 33. Medical Sciences & Medicine Journal,
Hee-Sook, L., Hee-Soon, K., Jin KK., 1(1), 1--20.
Mooyong, P., dan Soo Jeong, C. Nerbass, FB., Morais, JG., Gonzaga
(2019). Nutritional status and dos Santos, R., Kruger, TS., Sczip,
dietary management according to AC., & Alexandre da Luz Filho, H.
hemodialysis duration. Journal (2013). Factors associated to salt
Clinical Nutrition Research, 8(1):28- intake in chronic hemodialysis
35. patients. Brazilian Journal of
Istanti, YP. (2011). Faktor-faktor yang Nephrology, 35(2).
berkontribusi terhadap PERNEFRI. (2016). Eighth Report of
interdialytic weight gain pada Indonesian Renal Registry 2015.
pasien chronic kidney diseases yang Jakarta: PERNEFRI.
menjalani hemodialisis. Jurnal Pranandari, R. dan Supadmi, W.
Kedokteran dan Kesehatan Mutiara (2015). Faktor risiko gagal ginjal
Medika, 11(2). kronik di unit hemodialisis RSUD
Jahromi, SR., Hosseini, S., Razeghi, E., Wates Kulon Progo. Majalah
Meysamie, A., dan Sadrzadeh, H. Farmaseutik, 11(2), Fakultas Farmasi
(2010). Malnutrition predicting Universitas Ahmad Dahlan.
factors in hemodialysis patients. Rahardjo, P. (2006). Hemodialysis dalam
Saudi Journal of Kidney Diseases and Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 4.
Transplantation, 21(5):846--851. Jakarta: FKUI.
KDIGO. (2012). Clinical practice Rahmawati, A. dan Ruhyana. (2014).
guideline for the evaluation and Hubungan dukungan keluarga
management of chronic kidney dengan kepatuhan pembatasan
disease. Journal of the International asupan cairan pada pasien

35
hemodialisis di RS PKU RSD Mardi Waluyo Kota Blitar.
Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Ners dan Kebidanan, 4 (1).
Skripsi tidak diterbitkan. Susetyowati, Faza, F., dan Andari, IH.
Yogyakarta: STIKES AISYIYAH. (2017). Gizi pada Penyakit Ginjal
Rani, VN., Kavimani, S., Kronis. Yogyakarta: Gadjah Mada
Soundararajan, P., University Press.
Chanubdeeswari D., & Gopal, K. Suwitra, K. (2010). Penyakit Ginjal
(2015). Correlation between Kronik Buku Ajar Ilmu Penyakit
anthropometry, biochemical Dalam Jilid 2. Edisi 5. Jakarta: FK
makers and subjective global UI.
assesment - dialysis malnutrition Tabibi dan Ashabi. (2011).
score as predictors of nutritional Comparison of various methods
status of the maintance for determination of protein-
hemodialysis patient. Int J Med Res energy malnutrition with
Health Sciences, 4 (4): 852--856. subjective global assesment in
Saraha, SM., Kanine, E., dan hemodialysis patient. Journal of
Wowiling, F. 2013. Hubungan Nutrition Sciences & Food
dukungan keluarga dengan Technology, 5(4), 13--22.
depresi pada pasien penderita WHO. (2010). The World Health
gagal ginjal kronik di ruangan Report: Financing for Universal
hemodialisis BLU RSUP Prof. Dr. Coverage. Geneva, World Health
R. D. Kandou Manado. E-journal Organization.
Keperawatan (e-Kp), 1(1). Winaryanti, U. (2017). Hubungan
Sepdianto, TC. dan Suprajitno, UE. status gizi dengan kualitas hidup
(2017). Penambahan berat badan pasien gagal ginjal kronik yang
antara dua waktu hemodialisis menjalani hemodialisis di RSUD
pada pasien gagal ginjal kronik Wates. Skripsi tidak diterbitkan.
yang menjalani hemodialisis di Yogyakarta: STIKES Jendral
Achmad Yani Yogyakarta.

36

Anda mungkin juga menyukai